MODUL PERKULIAHAN
U002100001
PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM
AKHLAK
Dosen : Dr. Saepudin S.Ag. M.Si
Abstrak Sub-CPMK
AKHLAK
06
Tim MKCU Pendidikan Agama Islam
FASILKOM Sistem Informatika
Latar Belakang
Akhlak dalam Islam menjadi sesuatu yang penting dan berguna bagi umatnya.
Akhlak menjadi suatu yang akan membuat seseorang mendapatkan kebahagiaan di dunia
maupun di akhirat. Islam adalah agama yang sempurna yang mengatur sedetail-detailnya
segala sesuatu. Islam adalah agama yang selamat dan juga menyelamatkan. Islam
adalah agama yang sempurna dan agama yang mengarahkan siapa yang mengikuti
ajarannya dengan benar sesuai yang diperintahkan Allah dan Rasulnya. Islam sendiri
berarti istislam penyerahan diri kepada yang pemberi selamat, dan Islam juga berati
salâm yang berarti keselamatan.
Keselamatan yang diberikan Allah kepada umat Islam bukan hanya sekedar
keselamatan di dunia semata akan tetapi keselamatan yang kekal abadi juga Allah
berikan kepada umat Islam, yaitu keselamatan di akhirat. Islam bukan hanya sekedar
penyerahan diri dan tunduksaja, tapi Islam juga memiliki konsekwensi yang harus
dilaksanakan oleh pemeluknya.
Pendidikan adalah salah satu sarana untuk membentuk kepribadian manusia,
sebagaimana tujuan pendidikan adalah memanusiakan manusia. Dengan kata lain,
manusia adalah khalifah di muka bumi ini yang mimiliki tanggung jawab untuk
memakmurkan bumi dan menjadi manusia sebaik-baiknya.
Sebagaimana telah kita ketahui bahwa komponen utama agama islam adalah
akidah, syari'ah, dan akhlak. Penggolongan itu didasarkan pada penjelasan Nabi
Muhammad kepada Malaikat Jibril di depan para sahabat mengenai arti Islam, Iman, dan
Ihsan yang ditanyakan Jibril kepada Beliau. Intinya hampir sama dengan isi yang
dikandung oleh akidah, syari'ah, dan akhlak. Perkataan ihsan (tersebut di atas) berasal
dari kata ahsana-yuhsinu-ihsanan yang berarti berbuat baik. (Mohammad Daud Ali: 2018:
345).
Di dalam Al-Qur'an terdapat ihsan yang artinya berbuat kebajikan atau kebaikan
(antara lain pada surat an-Nahl (16) ayat 90) dan kebaikan (pada surat ar-Rahman (55)
ayat 60). Baik kebajikan maupun kebaikan erat hubungannya dengan akhlak.
Dari sinilah asal perumusan pengertian akhlak yang merupakan urgensi yang
memungkinkan adanya hubungan baik antara Khaliq dengan makhluk dan antara
makhluk dengan makhluk. Perkataan ini dipetik dari kalimat yang tercantum dalam Al-
Qur'an di surah Al-Qalam ayat 4 yang berbunyi:
Artinya:
"Aku diutus untuk menyempurnakan perangai (budi pekerti) yang mulia.". (H.R.
Ahmad)
1. Ilmu akhlak adalah ilmu yang yang menentukan batas antara baik dan buruk,
terpuji atau tercela, tentang perkataan atau perbuatan manusia, lahir dan batin.
2. Ilmu akhlak adalah pengetahuan yang memberikan pengertian baik dan buruk,
ilmu yang mengatur pergaulan manusia dan menentukan tujuan mereka yang
terakhir dari seluruh usaha dan pekerjaan mereka.
Imam Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin menyatakan bahwa akhlak adalah daya
kekuatan (sifat) yang tertanam dalam jiwa dan mendorong perbuatan-perbuatan spontan
tanpa memerlukan terlalu banyak pertimbangan dan pemikiran yang lama. Jadi, akhlak
merupakan sikap yang melekat pada diri seseorang dan secara spontan diwujudkan
dalam tingkah laku dan perbuatan.
Kata dalam bahasa Indonesia yang lebih mendekati maknanya dengan akhlak
adalah budi pekerti. Baik budi pekerti maupun akhlak mengandung makna yang ideal,
tergantung pada pelaksanaan atau penerapannya melalui tingkah laku yang mungkin
positif atau negatif, mungkin baik atau buruk.
Yang termasuk ke dalam pengertian akhlak atau budi pekerti positif adalah segala
tingkah laku, tabiat, watak, dan perangai yang sifatnya benar. Yang termasuk ke dalam
pengertian akhlak atau budi pekerti yang negatif adalah segala tingkah laku, tabiat, watak,
dan perangai yang sifatnya salah/buruk. Yang menentukan apakah sesuatu itu baik atau
buruk adalah nilai dan norma agama, dan sebagaimana dikatakan bahwa kebenaran
datang dari Allah.
Akhlak menempati posisi yang sangat penting dalam Islam. Akhlak dengan takwa
merupakan buah pohon Islam yang berakar akidah, bercabang dan berdaun syari'ah. Dan
akhlak Nabi Muhammad, yang diutus menyempurnakan akhlak manusia, disebut akhlak
Islam atau akhlak Islami, karena bersumber dari wahyu Allah yang kini terdapat dalam Al-
Qur'an yang menjadi sumber utama agama dan ajaran Islam.
Suri teladan yang diberikan Rasulullah selama hidup beliau merupakan contoh
akhlak yang tercantum dalam Al-Qur'an. Butir-butir akhlak yang baik disebut dalam
berbagai ayat yang tersebar di dalam Al-Qur'an dan dalam Al-Hadits yang memuat
perkataan, tindakan, dan sikap diam Rasulullah selama kerasulan beliau 13 tahun di
Mekkah dan 10 tahun di Madinah. Ketika 'Aisyah ditanya tentang akhlak Rasulullah, ia
menjawab:
Akhlak adalah sikap yang melahirkan perbuatan dan tingkah laku manusia.
Karena itu, selain akidah, akhlak tidak dapat dipisahkan dengan syari'ah. Syari'ah
mempunyai lima kategori penilaian tentang perbuatan dan tingkah laku manusia, yaitu
wajib, sunnah, haram, makruh, serta mubah atau jaiz. Wajib dan haram, termasuk
kategori hukum terutama, sedangkan sunnah, makruh, dan mubah termasuk dalam
kategori kesusilaan atau akhlak. Sunnah dan makruh tergolong ke dalam kategori
kesusilaan umum atau kesusilaan masyarakat sedangkan mubah atau jaiz termasuk
dalam kategori akhlak pribadi.
Syariat atau hukum Islam mencakup segala aktifitas, maka ruang lingkup akhlak
pun dalam Islam meliputi semua aktifitas manusia dalam segala bidang hidup dan
kehidupan. Dalam garis besarnya, akhlak dibagi atas akhlak terhadap Allah atau Khalik
(pencipta), dan akhlak terhadap makhluk. Akhlak terhadap Allah dijelaskan dan
dikembangkan oleh Ilmu Tasawuf dan tarikat-tarikat, sedangkan akhlak terhadap makhluk
dijelaskan oleh ilmu akhlak.
Adapun akhlak terhadap makhluk dibagi atas akhlak terhadap manusia, dan
akhlak terhadap bukan manusia. Akhlak terhadap manusia dibagi atas akhlak terhadap
diri sendiri dan akhlak terhadap orang lain. Sedangkan akhlak terhadap bukan manusia
dipecah menjadi akhlak terhadap makhluk hidup bukan manusia, dan akhlak terhadap
benda mati. Berikut adalah sistematika beserta beberapa contohnya:
d. Tawaduk kepada Allah, yaitu rendah hati di hadapan Allah. Mengakui bahwa
dirinya rendah dan hina di hadapan Allah Yang Maha Kuasa, oleh karena itu tidak
layak kalau hidup dengan angkuh dan sombong, tidak mau memaafkan orang lain,
dan pamrih dalam melaksanakan ibadah kepada Allah.
Renungan Akhlak
Ada begitu banyak manfaat mempunyai akhlak yang mulia. Akhlak yang mulia
demikian ditekekankan karena disamping akan membawa kebahagiaan bagi individu,
juga sekaligus membawa kebahagiaan bagi masyarakat pada umumnya. Dengan kata
lain bahwa akhlak utama yang ditampilkan seseorang, manfaatnya adalah untuk orang
yang bersangkutan.
Al-Aqur’an banyak sekali memberi informasi tentang manfaat akhlak yang mulia
itu, Allah berfirman :
ۖٗة
ن َفَلُنۡح ِيَيَّن ۥُه َح َي ٰو ٗة َطِّيَب َو َلَنۡج ِزَيَّنُهۡمٞ َم ۡن َع ِم َل َٰص ِلٗح ا ِّم ن َذ َك ٍر َأۡو ُأنَثٰى َو ُه َو ُم ۡؤ ِم
٩٧ َأۡج َر ُهم ِبَأۡح َس ِن َم ا َك اُنوْا َيۡع َم ُلوَن
97. Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan
dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan
yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala
yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.(Q.S. An-Nahl, 16 : 97).
Ayat tersebut diatas dengan jelas menggambarkan keuntungan atau manfaat dari
akhlak mulia, yang dalam hal ini beriman dan beramal shaleh. Mereka itu akan
memperoleh kehidupan yang baik, mendapat rezeki yang berlimpah ruah, mendapatkan
pahala yang berlipat ganda akhirat dengan masuknya ke dalam surga. Hal ini
menggambarkan bahwa manfaat dari akhlak mulia adalah keberuntungan hidup di dunia
dan di akhirat.
1. Etika
Dari segi etimologi (ilmu asal usul kata), etika berasal dari bahasa yunani,
”ethos” yang berarti watak kesusilaan atau adat. Sedangkan dalam Kamus Umum
Bahasa Indonesia, etika adalah ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak
(moral). Etika menurut filasafat dapat disebut sebagai ilmu yang menyelidiki mana
yang baik dan mana yang buruk dengan memperhatikan amal perbuatan manusia
sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran. Akal pikiranlah yang menentukan
apakah perbuatan itu baik atau buruk.
3. Moral
Secara kebahasaan perkataan moral berasal dari ungkapan bahasa latin
"mores" yang merupakan bentuk jamak dari perkataan "mos" yang berarti adat
kebiasaan. Dalam kamus umum bahasa Indonesia dikatakan bahwa moral adalah
penetuan baik buruk terhadap perbuatan dan kelakuan. Istilah moral biasanya
dipergunakan untuk menentukan batas-batas suatu perbuatan, kelakuan, sifat dan
perangkai dinyatakan benar, salah, baik, buruk, layak atau tidak layak,patut
maupun tidak patut. Moral dalam istilah dipahami juga sebagai:
1. Prinsip hidup yang berkenaan dengan benar dan salah, baik dan buruk.
Moral ialah tingkah laku yang telah ditentukan oleh etika. Tingkah laku
yang telah ditentukan oleh etika sama ada baik atau buruk dinamakan moral.
a. Baik; segala tingkah laku yang dikenal pasti oleh etika sebagai baik
b. Buruk; tingkah laku yang dikenal pasti oleh etika sebagai buruk.
Standar moral dan etika ialah standar yang berkaitan dengan persoalan
yang dianggap mempunyai konsekuensi serius, didasarkan pada penalaran yang
baik bukan otoritas kekuasaan, melebihi kepentingan sendiri, tidak memihak, dan
pelanggarannya diasosiasikan dengan perasaan bersalah, malu, rasa menyesal,
dan sebagainya.
Pertama, dasar penentuan atau standar ukuran baik dan buruk yang
digunakannya. Standar baik dan buruk akhlak berdasarkan Al Qur’an dan Sunnah Rasul,
sedangkan moral dan etika berdasarkan adat istiadat atau kesepakatan yang dibuat oleh
suatu masyarakat. Jika masyarakat menganggap suatu perbuatan itu baik maka baik
pulalah nilai perbuatan itu.
Kedua, standar nilai moral dan etika bersifat lokal dan temporal dimana hanya
berlaku pada tempat tertentu dan sifatnya sementara, sedangkan standar akhlak bersifat
universal dan abadi, dimana dapat diterima oleh seluruh umat manusia di segala waktu
dan tempat. Konsekuensinya, akhlak bersifat mutlak, sedang moral dan etika bersifat
relatif (nisbi).
Perbedaan pengertian ini hartus dipahami agar kita dapat membedakan sifat dan
isi akhlak, moral dan etika, alaupun dalam masyarakat ketiga istilah ini disinonimkan dan
Waktu terus berjalan, kemudian orang tersebut mulai bersikap tidak tahu
berterima kasih, tidak menghargai kebaikan si dermawan dan membalas air susu
yang diberikan selama ini dengan air tuba. Dia melaporkan si dermawan kepada amir
(gubernur) dan memfitnahnya dengan tuduhan-tuduhan dusta.
"Akan tetapi, si Fulan mengatakan seperti itu tentang dirimu,” kata amir
kepada si dermawan.
Mendengar hal itu, si dermawan pun terperangah keheranan dan merasa tidak
percaya dengan apa yang dia dengar.
"Saya khawatir selama ini mungkin saya teledor dalam berbuat baik dan
memberikan bantuan kepadanya, sehingga hal itu mendorong sisi negatif yang ada
pada dirinya muncul," jawab si dermawan.
Mohammad Daud Ali, 2018, Pendidikan Agama Islam, Depok: Rajawali Pers