oleh
Galuh 162310102226
UNIVERSITAS JEMBER
2016
KATA PENGANTAR
Sesungguhnya segala puji bagi Allah, kita memuji-Nya, memohon pertolongan dari-
Nya, meminta ampunan dari-Nya dan meminta perlindungan kepada-Nya dari kejahatan diri
kita serta keburukan amal perbuatan kita. Shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
Akhirnya penyusun mohon kritik dan saran untuk lebih sempurnanya makalah ini.
Selanjutnya penulis berharap makalah yang sederhana ini bermanfaat, terutama bagi yang
membutuhkannya.
Etika
Etika sering disamakan dengan pengertian akhlak dan moral, ada pula ulama yang
mengatakan bahwa akhlak merupakan etika islam. Disini akan dipaparkan perbedaan dari ket
iga istilah tersebut. Secara et imologis kata etika berasal dari bahasa Yunani yaitu ethos dan
ethikos, ethos yang berart i sifat, watak, adat, kebiasaan, tempat yang baik. Ethikos berarti
susila, keadaban, atau kelakuan dan perbuatan yang baik. Kata “etika” dibedakan dengan kata
“etik” dan “etiket”. Kata etik berart i kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak
atau nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat. Adapun
kata etiket berarti tata cara atau adat, sopan santun dan lain sebagainya dalam masyarakat
beradaban dalam memelihara hubungan baik sesama manusia.Sedangkan secara terminologis
etika berarti pengetahuan yang membahas baik-buruk atau benar-tidaknya tingkah laku dan t
indakan manusia serta sekaligus menyoroti kewajiban-kewajiban manusia.
Dalam bahasa Gerik etika diartikan: Ethicos is a body of moral principles or value. Ethics
arti sebenarnya adalah kebiasaan. Namun lambat laun pengertian etika berubah, seperti
sekarang. Etika ialah suatu ilmu yang membicarakan masalah perbuatan atau tingkah laku
manusia, mana yang dapat dinilai baik dan mana yang dapat dinilai buruk dengan
memperlihatkan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat dicerna akal pikiran.
Di dalam kamus ensklopedia pendidikan diterangkan bahwa etika adalah filsafat tentang
nilai, kesusilaan tentang baik buruk. Sedangkan dalam kamus istilah pendidikan dan umum
dikatakan bahwa etika adalah bagian dari filsafat yang mengajarkan keluhuran budi.
Sedangkan kata ‘etika’ dalam kamus besar bahasa Indonesia yang baru (Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, 1988 – mengutip dari Bertens 2000), mempunyai arti :
1.Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan
kewajiban moral (akhlak);
2.Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak;
3.Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.
Moral
(Bahasa Latin Moralitas) adalah istilah manusia menyebut ke manusia atau orang
lainnya dalam tindakan yang mempunyai nilai positif. Manusia yang tidak memiliki moral
disebut amoral artinya dia tidak bermoral dan tidak memiliki nilai positif di mata manusia
lainnya.
Dalam islam, moral disebut dengan akhlak atau perangai, sedang akhlak berasal dari
perkataan (al-akhlaku) yaitu kata jama’ daripada perkataan (al- khuluqu) berarti
tabiat,kelakuan, perangai, tingkah laku, matuah, adat kebiasaan. Perkataan (al-khulq) ini di
dalam Al- Quran hanya terdapat pada dua tempat saja, diantaranya:
Qs. Al-Qalam 68 :4
ك لعععلعىى لخلل م
ق ععظظيِمم عوإظنن ع
“Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.”
Sementara perkataan (al-khalqu) berarti kejadian, ciptaan, dan juga bermaksud
kejadian yang indah dan baik. Apabila dirujuk kepada kejadian manusia, struktur tubuh yang
indah dan seimbang. Jika dirujuk kepada kejadian alam semesta, ia juga membawa arti
kejadian atau ciptaan yang indah, tersusun rapi, menurut undang-undang yang tepat. Di
dalam Al-Quran terdapat 52 perkataan (Al-khalqu) yang merujuk kepada kejadian manusia,
alam raya dan lain-lain kejadian. Antara lain firman Allah subhaanahu wa taaala:
Qs. Al-‘imran 3:190
ت للللوظليِ الللعباَ ظ
ب ف اللنليِظل عوالننعهاَظر لعياَ م ت عوالعلر ظ
ض عوالختظلع ظ إظنن ظفيِ عخلل ظ
ق النسعماَعوا ظ
“ Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal”
Imam Ghazali RadiAllahuanhu mengatakan: akhlak ialah suatu keadaan yang
tertanam di dalam jiwa yang menampilkan perbuatan-perbuatan dengan senang tanpa
memerlukan pemikiran dan penelitian. Apabila perbuatan yang terkeluar itu baik dan terpuji
menurut syarak dan akal, perbuatan itu dinamakan akhlak yang mulia. Sebaliknya apabila
keluar perbuatan yang buruk, ia dinamakan akhlak yang buruk.
Dengan demikian Moral ialah tingkah laku yang telah ditentukan oleh etika Moral
terbagi kepada dua yaitu: :
Baik; segala tingkah laku yang dikenal pasti oleh etika sebagai baik.
Buruk; tingkah laku yang dikenal pasti oleh etika sebagai buruk.
Kemoralan merupakan sesuatu yang berkait dengan peraturan- peraturan masyarakat
yang diwujudkan di luar kawalan individu (Dorothy Emmet,1979) mengatakan bahwa
manusia bergantung kepada tatasusila, adat, kebiasaan masyarakat dan agama bagi membantu
menilai tingkahlaku seseorang.
Pengertian Akhlak
Secara bahasa bentuk jamak dari akhlak adalah khuluq, yang memiliki arti tingkah laku,
perangai dan tabiat. Secara istilah, akhlak adalah daya kekuatan jiwa yang mendorong
perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa dipikir dan direnungkan lagi.
(Azyumadi.2002.203-204)
Untuk menjelaskan pengertian akhlak dari segi istilah, kita dapat merujuk kepada
berbagai pendapat para pakar di bidang ini. Ibn Miskawaih (w. 421 H/1030 M) yang
selanjutnya dikenal sebagai pakar bidang akhlak terkemuka dan terdahulu misalnya secara
singkat mengatakan bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang
mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
Sementara itu, Imam Al-Ghazali (1015-1111 M) yang selanjutnya dikenal sebagai
hujjatul Islam (pembela Islam), karena kepiawaiannya dalam membela Islam dari berbagai
paham yang dianggap menyesatkan, dengan agak lebih luas dari Ibn Miskawaih, mengatakan
akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan
dengan gambling dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
Definisi-definisi akhlak tersebut secara subtansial tampak saling melengkapi, dan
darinya kita dapat melihat lima cirri yang terdapat dalam perbuatan akhlak, yaitu; pertama,
perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang, sehingga
telah menjadi kepribadiaannya. Kedua, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan
dengan mudah dan tanpa pemikiran. Ini tidak berarti bahwa saat melakukan sesuatu
perbuatan, yang bersangkutan dalam keadaan tidak sadar, hilang ingatan, tidur atau gila.
Ketiga, bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang
mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar. Perbuatan akhlak adalah
perbuatan yang dilakukan atas dasar kemauan, pilihan dan keputusan yang bersangkutan.
Keempat, bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesungguhnya,
bukan main-main atau karena bersandiwara. Kelima, sejalan dengan cirri yang keempat
perbuatan akhlak (khususnya akhlak yang baik) adalah perbuatan yang dilakukan karena
ikhlas semata-mata karena Allah, bukan karena ingin dipuji orang atau karena ingin
mendapatkan suatu pujian. (Amiruddin.2010)
JENIS-JENIS AKHLAK
Dari segi sifatnya, akhlak dikelompokkan menjadi dua, yaitu pertama, akhlak yang
baik, atau disebut juga akhlak mahmudah (terpuji) atau akhlak al-karimah; dan kedua, akhlak
yang buruk atau akhlak madzmumah.
Akhlak Madzmumah
“Akhlak madzmumah adalah tingkah laku yang tercela atau perbuatan jahat yang merusak
iman seseorang dan menjatuhkan martabat manusia.”
Sifat yang termasuk akhlak mazmumah adalah segala sifat yang bertentangan dengan akhlak
mahmudah, antara lain: kufur, syirik, munafik, fasik, murtad, takabbur, riya, dengki, bohong,
menghasut, kikil, bakhil, boros, dendam, khianat, tamak, fitnah, qati’urrahim, ujub, mengadu
domba, sombong, putus asa, kotor, mencemari lingkungan, dan merusak alam.
Demikianlah antara lain macam-macam akhlak mahmudah dan madzmumah. Akhlak
mahmudah memberikan manfaat bagi diri sendiri dan orang lain, sedangkan akhlak
madzmumah merugikan diri sendiri dan orang lain. Allah berfirman dalam surat At-Tin ayat
4-6.Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-
baiknya. Kemudian Kami kembalikan mereka ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka).
Kecuali yang beriman dan beramal shalih, mereka mendapat pahala yang tidak ada
putusnya.”
Istilah tasawwuf tidak dikenal dalam kalangan generasi umat Islam pertama (sahabat)
dan kedua (tabiin), ilmu tasawwuf menurut Ibn Khaldun merupakan ilmu yang lahir
kemudian dalam Islam, karena sejak masa awalnya para sahabat dan tabiin serta genearasi
berikutnya telah memilih jalan hidayah (berpegang kepada ajaran Al-Quran dan Sunnah
Nabi) dalam kehidupannya, gemar beribadah, berdzikir dan aktifitas rohani lainya dalam
hidupnya. Akan tetapi setelah banyak orang islam berkecimpung dalam mengejar kemewahan
hidup duniawi pada abad kedua dan sesudahnya, maka orang – orang mengarahkan hidupnya
kepada ibadat disebut suffiyah dan mutasawwifin.[1] Nah insan pilihan inilah kemudian yang
mengembangkan dan mengamalkan tasawwuf sehingga diadopsi pemikirannya sampai
sekarang ini.
Akhlak dilihat dari sudut bahasa (etimologi) adalah bentuk jamak dari kata khulk,
dalam kamus Al-Munjid berarti budi pekerti, perangkai tingkah laku atau tabiat.[2] Didalam
Da`iratul Ma`arif, akhlak ialah sifat – sifat manusia yang terdidik. Selain itu, pengertian
akhlak adalah sifat – sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya dan
selalu ada padanya. Sifat itu dapat lahir berupa perbuatan baik, disebut akhlak yang mulia,
sedangkan perbuatan buruk disebut akhlak yang tercela sesuai dengan pembinaannya.[3]
Pokok pembahasan akhlak tertuju pada tingkah laku manusia untuk menetapkan
nilainya, baik atau buruk, dan daerah pembahasan akhlak meliputi seluruh aspek kehidupan
manusia, baik sebagai individu maupun masyarakat.
Dalam perspektif perbuatan manusia, tindakan atau perbuatan dikategorikan menjadi
dua,
yaitu perbuatan yang lahir dengan kehendak dan disengaja (akhlaki) dan perbuatan yang lahir
tanpa kehendak dan tak disengaja. Nah disinilah ada titik potong antara tasawwuf dengan
akhlak yang akan dibahas pada makalah ini.
Ilmu tasawwuf pada umumnya dibagi menjadi tiga, pertama tasawwuf falsafi, yakni
tasawwuf yang menggunakan pendekatan rasio atau akal pikiran, tasawwuf model ini
menggunakan bahan – bahan kajian atau pemikiran dari para tasawwuf, baik menyangkut
filsafat tentang Tuhan manusia dan sebagainnya. Kedua, tasawwuf akhlaki, yakni tasawwuf
yang menggunakan pendekatan akhlak. Tahapan – tahapannya terdiri dari takhalli
(mengosongkan diri dari akhlak yang buruk), tahalli (menghiasinya dengan akhlak yang
terpuji), dan tajalli (terbukanya dinding penghalang [hijab] yang membatasi manusia dengan
Tuhan, sehingga Nur Illahi tampak jelas padanya). Dan ketiga, tasawwuf amali, yakni
tasawwuf yang menggunakan pendekatan amaliyah atau wirid, kemudian hal itu muncul
dalam tharikat.
Sebenarnya, tiga macam tasawwuf tadi punya tujuan yang sama, yaitu sama – sama
mendekatkan diri kepada Allah dengan cara membersihkan diri dari perbuatan yang tercela
dan menghiasi diri dengan perbuatan yang terpuji (al-akhlaq al-mahmudah), karena itu untuk
menuju wilayah tasawwuf, seseorang harus mempunyai akhlak yang mulia berdasarkan
[1] Dr. Ahmad Daudy, Kuliah Ilmu Tasawuf, Penerbit : Bulan Bintang, Jakarta. Hal. 18.
[2] Luis Ma`luf, Kamus Al-Munjid, Al-maktabah al-Katulikiyah, Beirut, Hal. 194
[3] Dr. Asmaran As, M.A, Pengantar Studi Akhlak, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta. Hal. 1
kesadarannya sendiri. Bertasawwuf pada hakekatnya adalah melakukan serangkaian ibadah
untuk mendekatkan diri kepada Allah swt. Ibadah itu sendiri sangat berkaitan erat dengan
akhlak. Menurut Harun Nasution, mempelajari tasawwuf sangat erat kaitannya dengan Al-
Quran dan Al-Sunnah yang mementingkan akhlak. Cara beribadah kaum sufi biasanya
berimplikasi kepada pembinaan akhlak yang mulia, baik bagi diri sendiri maupun orang lain.
Di kalangan kaum sufi dikenal istilah altakhalluq bi akhlaqillah, yaitu berbudi pekerti dengan
budi pekerti Allah, atau juga istilah al-ittishaf bi sifatillah, yaitu mensifati diri dengan sifat –
sifat yang dimiliki oleh Allah.
Jadi akhlak merupakan bagian dari tasawwuf akhlaqi, yang merupakan salah satu
ajaran dari tasawwuf, dan yang terpenting dari ajaran tasawwuf akhlaki adalah mengisi kalbu
(hati) dengan sifat khauf yaitu merasa khawatir terhadap siksaan Allah. Kemudian, dilihat
dari amalan serta jenis ilmu yang dipelajari dalam tasawwuf amali, ada dua macam hal yang
disebut ilmu lahir dan ilmu batin yang terdiri dari empat kelompok, yaitu syariat, tharikat,
hakikat, dan ma`rifat.
Seseorang mulai memasuki tahap aktualisasi diri jika dia dapat memenuhi empat jenis
kebutuhan dibawahnya secara seimbang. Empat kebutuhan awal dirasakan dalamkeadaan
kekurangan (haus = kurang air, kesepian = kurang teman yangmemperhatikan, rendah diri =
kurang terampil dan kurang mendapat apresiasi, dst).
Saat ini,perkembangan zaman sangat maju dengan keadaan masyarakat yang semakin
dinamis sebagai akibat kemajuan ilmu dan teknologi, terutama teknologi informasi, maka
aktualisasi nilai-nilai agama Islam menjadi sangat penting karena dengan aktualisasi nilai-
nilai agama Islam, umat Islam mampu membentuk pribadi umat yang beriman, bertakwa,
berakhlak mulia, cerdas,maju, dan mandiri sebagaimana generasi sahabat.Menurut Said Agil
Husin Al-
Munawar dalam bukunya “Aktualisasi nilai- nilai Qur‟ani Dalam Sistem Pendidikan Islam”,
tujuan yang ingin dicapai dalam proses aktualisasi nilai- nilai al-Qur’an dalam pendidikan
meliputi tiga dimensi atau aspek kehidupan yang harus dibina dan dikembangkan oleh
pendidikan, meliputi :
a.Dimensi spiritual Ialah iman, takwa, dan akhlak mulia (yang tercermin dalam ibadah dan
mu’amalah)
b. Dimensi budaya Ialah kepribadian yang mantap dan mandiri, tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan.
c.Dimensi kecerdasan ialah dimensi yang membawa kemajuanseperticerdas,kreatif,etos kerja,
professional, inovatif dan produktif
Menurut objeknya aktualisasi akhlak dalam kehidupan terdapat dalam tiga aspek berikut ini :
Saling menghormati
Kasih sayang
Tanggung jawab
Memelihara lingkungan dan tidak mengeksploitasi secara berlebihan
DAFTAR PUSTAKA
http://www.belida-darat.web.id/2011/05/hubungan-antara-akhlak-dan-tasawuf.html#
https://www.scribd.com/doc/91122548/Makalah-Akhlak-dan-Aktualisasinya
http://www.academia.edu/9209192/PENGERTIAN_AKHLAK_MORAL_DAN_ETIKA