Anda di halaman 1dari 14

RESUME MANAJEMEN ORGANISASI DAN PENGHITUNGAN TENAGA

PERAWAT

FUNGSI PENGORGANISASIAN

Oleh :
KELOMPOK B

Dosen Pembimbing
Ns. Alfid Tri Afandi, M.Kep
NIP. 760016845

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS KEPERAWATAN
2019
RESUME MANAJEMEN ORGANISASI DAN PENGHITUNGAN TENAGA
PERAWAT

FUNGSI PENGORGANISASIAN
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Keperawatan
Dosen Pembimbing Ns. Alfid Tri Afandi, M.Kep

Oleh :
Siti Halimatus Sa’diyah 162310101118
Rosa Rizqi Amalia 162310101138
Evi Nursyafitri 162310101151
Insyaf Prawita Sari 162310101176
Marda Aditya Suphardiyan 162310101184

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS KEPERAWATAN
2019
1. Manajemen Organisasi
a. TIM
Metode tim merupakan suatu metode pemberian asuhan keperawatan dimana
seorang perawat professional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam
memberikan asuhan keperawatan kelompok klien melalui uoaya kooperatif dan
kolaburatif (potter dan paricia 1993). Model tim ini didasarkan pada keyakinan
bawha setiap anggota kelompok mempunyai kontribusi dalam merencakan dan
memberikan asuhan keperawatan sehingga timbul motivas dan rasa tanggung jawab
perawat yang tinggi sehingga diharapkan mutu asuhan keperawatn dalam tim tersebut
meningkat.
Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda-beda dalam
memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan
dibagi menjadi 2 sampai 3 tim dalam grup yang terdiri dari tenaga professional,
tehnikal dan pembantu dalam satu grup kecil yang saling membantu (Nursalam,
2002).
Dengan adanya penjelasan dari teori tersebut ada pula kelebihan dan juga kekurangan
dalam metode tim, diantara nya
Kelebihan :
1) Memungkinkan pelayan keperawatan yang menyeluruh;
2) Mendukung pelaksanaan proses keperawatan;
3) Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah diatas; dan
4) Memberikan kepuasan kepada anggota tim.
Kelemahan :
1) Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam konferensi tim, yang
biasanya membutuhkan waktu dimana sulit untuk melaksanakan pada waktu-
waktu sibuk.
2) Perawat yang belum terampil dan kurang berpengalaman cenderung untuk
bergantung ataupun berlindung kepada perawat yang mampu
3) Jika pembagian tidak jelas, maka tanggung jawab dalam tim kabur.
b. Primer
Perawat yang mengguanakan metode keperawatan primer dalam pemberian
asuhan keperawatan disebut perawat primer (gillies, 1989). Pada metode keperawatan
primer terdapat kontinutas keperawatan dan bersifat komprehensif serta dapat
dipertanggung jawabkan, setiap perawat primer biasanya mempunyai 4 sampai 6
klien dan bertanggung jawab selama 24 jam ketika klien dirawat dirumah sakit.
Perawat primer bertanggung jawab untuk mengadakan komunikasi dan koordinasi
dalam merencanakan asuhan keperawatan dan juga akan membuat rencana pulang
klien jika diperlukan. Jika perawat primer sedang tidak bertugas , kelanjutan asuhan
akan didelegasikan kepada perawat lain (associate nurse). Metode penugasan dimana
satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan
keperawatan pasien mulai dari pasien masuk sampai keluar rumah sakit. Mendorong
praktik kemandirian perawat, ada kejelasan antara si pembuat rencana asuhan dan
pelaksana. Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus
menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan
dan koordinasi keperawatan selama pasien dirawat.
Kelebihan :
1) Bersifat kontunuitas dan komprehensif;
2) Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil, dan
memungkinkan pengembangan diri;
3) Mendorong lemandirian perawat;
4) Ada keterikatan pasien dan perawat selama dirawat; dan
5) Memberikan kepuasan kerja bagi perawat.
Kelemahan
1) Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan pengetahuan
yang memadai dengan kriteria asertif, self direction, kemampuan mengambil
keputusan yang tepat, menguasai keperawatan klinis, akuntabel, serta mampu
berkolaborasi dengan berbagai disiplin ilmu;
2) Perlu kualitas dan kuantitas tenaga peraweat;
3) Hanya dapat dilakukan oleh peraeat professional; dan
4) Baiay relatif lebih tinggi dibandingkan metode lain.

c. Modular
Metode ini adalah suatu variasi dan metode keperawatan primer. Metode
keperawatan modular memiliki kesamaan baik dengan metode keperawatan ti
maupunmetode keperawatan primer (Gillies, 1994). Merupakan kombinasi dari
metode kelompok dan metode primer. Perbedaannya adalah pada metode ini perawat
yang sudah professional harus bertanggung jawab untuk memandu dan mengajar
perawat yang belum profesional atau kurang berpengalaman sehingga peranan
perawat profesional sangat penting. Dalam metode modular lebih sulit dari pada
metode perawatan primer. Agar keperawatan modular efektif, untuk keperawatan
rutin diserahkan kepada tim. Jumlah perawat minimal 2 orang yang terdiri dari 1
perawat professional dan 1 perawat junior memberikan pelayanan keperawatan ke
sekelompok pasien yang mempunyai tingkat ketergantungan sejenis dengan jumlah
maksimal 6 orang pasien.
Keuntungan :
1) Tim mendukung pengembangan dan produktifitas kelompok.
2) Asuhan keperawatan diberikan secara komprehensif.
3) Membaiknya kontinuitas dan koordinasi asuhan.
4) Meningkatnya kepuasan pasien.
5) Biaya efektif.
Kerugian :
1) Sedikit perawat register yang digunakan untuk mengatasi kondisi pasien yang
tidak
2) diharapkan.
3) Diperlukan pengalaman dan keterampilan ketua tim.
4) Diperlukan campuran keterampilan yang tepat.
d. Metode kasus
Metode mempertahankan filsafat keperawatan primer dan membutuhkan seorang
sarjana keperawatan atau perawat dengan Pendidikan tingkat master untuk
mengimplemntasikan prakter keperawatan budget yang tinggi. Metode kasus
merupakan metode berdasarkan pendekatan holistic dari filosofi keperawatan.
Perawat bertanggung jawab pada asuhan dan observasi pada pasien tertentu. Rasio
pasien perawat adalah 1:1 setiap pasien ditugaskan kepada semua perawat yang
melayami seluruh kebutuhannya pada saat ia dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat
yang berbeda untuk setiap shift dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan diraeat oleh
orang yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus dapat ditetapkan satu
pasien untuk satu perawat, umumnya dilakukan utnuk perawat privat atau untuk
peraeat khusus, seperti isolai atau intensive care (Nursalam, 2012).
Keuntungan :
1) Perawat lebih memahami kasus per kasus
2) Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih muda
Kelemahan :
1) Belum dapatnya diidentifikasi perawat penanggung jawab
2) Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang sama
3) Kemampua tenaga perawat pelaksana dan siswa perawat yang terbatas sehingga
tidak mampu memberikan asuhan secara menyeluruh
4) Beban kerja tinggi terutama jika jumlah pasien banyak sehinga tugas rutin yang
sederhana terlewatkan.

e. Manajemen kasus
Model Manajemen kasus merupakan generasi kedua dari model primary nursing.
Dalam model ini asuhan keperawatan dilaksanakan berdasarkan pandangan, bahwa
untuk penyelesaian kasus keperawatan secara tuntas berdasarkan berbagai sumber
daya yang ada.
Metode manajemen kasus keperawatan adalah bentuk pemberian asuhan
keperawatan dan manajemen sumber-sumber terkait yang memungkinkan adanya
manajemen yang startegis dari cost dan quality oleh seorang perawat untuk suatu
penyakit hingga perawatan lanjut.
Pengembangan metode ini didasarkan pada bukti-bukti bahwa manajemen kasus
dapat mengurangi pelayanan yang terpisah-pisah dan duplikasi. Di sisi lain, metode
kasus keperawatan ini akan memberikan kesempatan untuk komunikasi diantara
perawat, dokter, dan tim kesehatan lain lebih efisin dalam manajemen perawatan
melalui monitoring, koordinasi dan intervensi.
Kelebihan :
1) Kebutuhan pasien terpenuhi
2) Pasien merasa puas
3) Masalah pasien dapat dipahami oleh peraweat
4) Kepuasan tugas secara keseluruhan dapat dicapai
Kelemahan :
1) Kemampuan tenaga perawat pelaksana dan siswa perawat yang terbatas sehingga
tidak mampu memberikan asuhan secara menyeluruh
2) Membutuhkan banyak tenaga
3) Beban kerja tinggi terutama jika jumlah klien banyak sehingga tugas rutin yang
sederhana terlewatkan
4) Pendelegasian perawatan klien hanya sebagian selama perawat penanggung jawab
klien bertugas.

2. Penghitungan Tenaga Perawat

1. Metode Douglas
Penetapan jumlah tenaga keperawatan yang didasarkan pada jumlah pasien
sesuai jumlah derajat ketergantungan pasien. Jumlah klien yang dirawat diidentifikasi
berdasarkan derajat ketergantungan.
Menurut Douglas klasifikasi derajat ketergantungan klien dibagi dalam tiga
kategori:
1) Perawatan minimal
a. Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri.
b. Makan dan minum dilakukan sendiri
c. Ambulasi dengan pengawasan
d. Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap shift.
e. Pengobatan minimal dengan status psikologis stabil.
2) Perawatan parsal :
a. Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu
b. Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam
c. Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali
d. Klien dengan kateter urine, pemasukan dan pengeluaran dicatat.
e. Klien dengan infus, persiapan pengobatan yang memerlukan prosedur
3) Perawatan total :
a. Semua keperluan klien dibantu
b. Perubahan posisi, observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap 2 jam
c. Makan melalui selang atau pipa lambung, terapi intravena
d. Dilakukan pengisapan lender
e. Gelisah/disorientasi
Jumlah Klasifikasi Pasien
Pasien Minimal Parsial Total
pagi Siang malam pagi siang malam pagi siang malam
1 0.17 0.14 0.10 0.27 0.15 0.07 0.36 0.30 0.20
2 0.34 0.28 0.20 0.54 0.30 0.14 0.72 0.60 0.40
3 0.51 0.42 0.30 0.81 0.45 0.21 01.08 0.90 0.60
Dst
Contoh:
Pada ruang Rawat Mawar terdapat 20 pasien dengan kriteria 3 pasien dengan
perawatan minimal, 12 pasien dengan perawatan parsial, dan 5 pasien dengan
perawatan total. Berapakan jumlah perawat yang dibutuhkan untuk melakukan
perawatan pada shift siang hari?

Pasien minimal: 3 × 0.14 = 0.42


Pasien parsial: 12 × 0.15 = 1.8
Pasien total: 5 ×0.30 = 1.5

Jumlah : = 3.72 4 orang

2. Metode Rasio
Metode ini menggunakan jumlah tempat tidur sebagai denominator personal
yang diperlukan, metode ini paling sering digunakan karena sederhana dan
mudah.bisa digunakan jika kemampuan dan sumber daya untuk perencanaan personal
terbatas, jenis, tipe, dan volume pelayanan kesehatan relatif stabil.
Cara perhitungan ini masih ada yang menggunakan, namun banyak rumah sakit
yang lambat laun meninggalkan cara ini karena adanya beberapa alternatif
perhitungan yang lain yang lebih sesuai dengan kondisi rumah sakit dan profesional

Tipe RS TM/TT TNP/TT TNOP/TT


A dan B 1/(4-7) 1/3 1/1
C 1/9 1/5 ¼
D 1/15 1/6 2/3

TM : Tenaga Medis
TNP : Tenaga Perawat
TNOP : Tenaga Non Perawat
TT : Tempat Tidur

3. Metode Gillies
Prinsip perhitungan dengan metode Gillies antara lain :
a. Jumlah jam keperawatan yang dibutuhkan klien perhari adalah :
1) Waktu keperawatan langsung (rata rata 4-5 jam/klien/hari) dengan
spesifikasi pembagian adalah keperawatan mandiri (self care) = ¼ x 4 =
1 jam , keperawatan partial (partial care ) = ¾ x 4 = 3 jam , keperawatan
total (total care) = 1-1.5 x 4 = 4-6 jam dan keperawatan intensif
(intensive care) = 2 x 4 jam = 8 jam.
2) Waktu keperawatan tidak langsung 60 menit/klien/hari = 1 jam/klien/hari
3) Waktu penyuluhan kesehatan lebih kurang 15 menit/hari/klien = 0,25
jam/hari/klien
b. Rata rata pasien per hari adalah jumlah pasien yang dirawat di suatu unit
berdasarkan rata rata biaya atau menurut Bed Occupancy Rate (BOR)
c. Jumlah hari pertahun yaitu: 365 hari
d. Hari libur masing – masing perawat pertahun, yaitu:73 hari (hari miggu) atau
libur = 52 hari (untuk ari sabtu tergantung kebijakan rumah sakit setempat,
kalau ini merupakan hari libur maka diperhitungkan, begitu juga sebaliknya),
hari libur nasional = 13 hari, dan cuti tahunan = 8 hari).
e. Jumlah jam kerja tiap perawat adalah 40 jam per minggu (kalau kerja efektif
6 hari maka 40/6 = 6,6 = 7 jam per hari, kalau kerja efektif 5 hari maka 40/5
= 8 jam per hari).
f. Jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan di satu unit harus ditambah 25%
(untuk antisipasi kekurangan/cadangan).
g. Perbandingan profesional berbanding dengan vocasional = 55% : 45 %

Adapun rumus perhitungan tenaga perawat menurut Gillies :


𝐴 𝑥 𝐵 𝑥 365
𝑇𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 𝑃𝑒𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡 (𝑇𝑃) =
(365 − 𝐶)𝑥 𝐽𝑎𝑚 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 /𝐻𝑎𝑟𝑖
Keterangan :
A = Jam Perawatan / 24 Jam (Waktu yang dibutuhkan Pasien)
B = Sensus Harian (BOR x Jumlah Tempat Tidur)
C = Jumlah Hari Libur
365 = Jumlah Hari Kerja Selama Setahun

4. Metode Depkes
a. Pengelompokan unit kerja rumah sakit
Kebutuhan tenaga keperawatan (perawat dan bidan)harus memperhatikan
unit kerja yang ada di rumah sakit. Secara garis besar terdapat pengelompokan
unit kerja di rumah sakit sebagai berikut :
1) Rawat inap dewasa
2) Rawat inap anak/perinatal
3) Rawat inap intensif
4) Gawat darurat (IGD)
5) Kamar bersalin
6) Kamar operasi
7) Rawat jalan
b. Model pendekatan dalam perhitungan kebutuhan tenaga keperawatan
Beberapa model pendekatan yang dapat dipergunakan dalam perhitungan
kebutuhan tenaga keperawatan (perawat dan bidan) di ruang rawat inap rumah
sakit.
· Cara perhitungan berdasarkan klasifikasi pasien :
1) Tingkat ketergantungan pasien berdasarkan jenis kasus
Pasien diklasifikasikan dalam beberapa kategori yang didasarkan pada
kebutuhan terhadap asuhan keperawatan/kebidanan.
A. Asuhan keperawatan minimal (minimal care), dengan kriteria:
a) Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri;
b) Makan dan minum dilakukan sendiri;
c) Ambulasi dengan pengawasan;
d) Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap sif;
e) Pengobatan minimal, status psikologis stabil;
B. Asuhan keperawatan sedang, dengan kriteria:
a) Kebersihan diri dibantu, makan, minum, dibantu;
b) Observasi tanda-tanda vital setiap 2-4 jam sekali;
c) Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali;
C. Asuhan keperawatan agak berat, dengan kriteria:
a) Sebagian besar aktivitas dibantu;
b) Observasi tanda-tanda vital setiap 2-4 jam sekali;
c) Terpasang folley chateter, intake output dicatat;
d) Terpasang infus;
e) Pengobatan lebih dari sekali;
f) Persiapan pengobatan memerlukan prosedur.
D. Asuhan keperawatan maksimal, dengan kriteria:
a) Segala aktivitas dibantu oleh perawat;
b) Posisi pasien diatur dan diobservasi tanda-tanda vital setiap dua jam ;
c) Makan memerlukan NGT dan menggunakan suction;
d) Gelisah/disorientasi
2) Rata pasien per hari
3) Jam perawatan yang diperlukan/hari/pasien
4) Jam perawatan yang diperlukan/ruangan/hari
5) Jam efektif setiap perawat/bidan adalah tujuh jam per hari
Kebutuhan tenaga perawat di ruang perawatan menggunakan rumus:

Kebutuhan tenaga = Jumlah jam perawatan di ruangan/hari


Jam efektif perawat

Untuk penghitungan jumlah tenaga tersebut perlu ditambah (faktor koreksi)


dengan: Menambah perawat libur (loss day) dan tugas non keperawatan.

Loss Day = Jumlah hari minggu dlm 1 th + cuti + hari besar x keb.tenaga
Jumlah hari kerja efektif/th

Tenaga keperawatan yang mengerjakan pekerjaan non-keperawatan diperkirakan


25% dari jumlah tenaga keperawatan .

Tugas non keperawatan = (kebutuhan tenaga + loss day) x 25%

Jumlah kebutuhan tenaga = kebutuhan tenaga + faktor koreksi (loss day +tugas non
kep.)
DAFTAR PUSTAKA

Gilles, A.G. 1989. Manajemen Keperawatan Suatu Pendekatan Sistem, Edisi Kedua.
Philadelphia : WB Company Saunders
Gilles, A.G. 1994. Nursing Management : A System Approach 3rd Edition.
Philadeplhia : WB Company Saunders.
Noprianty, Richa. Perhitungan Jumlah Tenaga Perawat. Diakses pada 14 september
2019 di http://dosen.stikesdhb.ac.id/richa-noprianty/wp-
content/uploads/sites/16/2018/04/PERHITUNGAN-TENAGA-
PERAWAT.pdf
Nursalam. 2012. Manajemen keperawatan : Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional Edisi 3. Jakarta : Salemba Medika.
Nursalam. 2002. Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional Edisi 3. Jakarta : Salemba Medika
Potter, dan Patricia A. 1993. Fundamental of Nursing, Concept, Process & practice
Third Edition. St. Louis : 1993

Anda mungkin juga menyukai