Anda di halaman 1dari 29

By:

Anisa kirnawati nim 162310101186


Dwi Wahyuni nim 162310101174
Baby blues adalah suatu gangguan psikologis sementara yang
ditandai dengan memuncaknya emosi pada minggu pertama
setelah melahirkan. Menurut Cunningham, baby blues adalah
gangguan suasana hati yang berlangsung selama 3-6 hari pasca
melahirkan. Baby blues syndrome atau sering disebut juga dengan
istilah maternity blues atau postpartum blues adalah gangguan
emosi ringan yang biasanya terjadi dalam kurun waktu 2 minggu
atau 14 hari setelah ibu melahirkan. Istilah blues ini mengacu
pada arti “keadaan tertekan”.
tanda-tanda dari sindrom ini adalah adanya gejala-gejala
gangguan emosi seperti menangis, sering merasa cemas, tidak
percaya diri, sulit beristirahat dengan tenang dan mood yang
sering berubah-ubah.Postpartum blues mengacu pada kondisi
transien yang ditandai oleh iritabilitas, kecemasan, penurunan
konsentrasi, insomnia, kesesakan, dan ringan, sering cepat,
perubahan suasana hati dari kegembiraan ke kesedihan.
(Ryan,2005)
1. Hormon tiroid
Kelenjar tiroid berukuran kecil dan terletak di leher.Beberapa wanita
penurunan hormon tiroid setelah melahirkan. Rendahnya hormon tiroid akan
menyebabkan gejala depresi, irritabilitas, berkurangnya minat pada aktivitas
biasa
2. Perubahan gaya hidup
Ibu baru mengalami banyak perubahan gaya hidup, dan beberapa diantaranya
akan berkontribusi dalam terjadinya baby blue syndrome.
3. Lingkungan
Lingkungan juga dapat meningkatkan risiko gejala baby blues syndrome antara lain:
• Perubahan jadwal sehari-hari akibat bayi yang baru lahir.
• Kepikiran pada berat badan dan bentuk tubuh setelah hamil.
• Kelelahan dan kurang tidur setelah melahirkan anak.
• Sedikitnya dukungan dalam merawat bayi.
• Khawatir akan kemampuan untuk menjadi ibu yang baik.
4 kelemahan dan peningkatan berat badan. Akan tetapi tidak semua wanita mengalami
baby blues syndrome akibat ketidakseimbangan hormon tiroid.
faktor lain yang dianggap sebagai penyebab munculnya gejala
ini adalah masa lalu ibu tersebut, yang mungkin mengalami
penolakan dari orang tuanya atau orang tua yang overprotective,
kecemasan yang tinggi terhadap perpisahan, dan ketidak
puasaan dalam pernikahan. Selain itu, beberapa faktor lain
dapat berkontribusi pada termasuk dukungan sosial yang buruk,
pengalaman peristiwa kehidupan yang merugikan selama
periode postpartum, ketidakstabilan perkawinan, usia ibu muda,
(Sarafino,2011)
Baby blues bisa disebabkan oleh beberapa faktor antara lain
faktor biologis dan faktor emosi. Ketika bayi lahir, terjadi
perubahan level hormon yang sangat mendadak pada ibu.
Hormon kehamilan (estrogen dan progesteron) secara mendadak
mengalami penurunan 72 jam setelah melahirkan dan juga
disertai penurunan kadar hormon yang dihasilkan oleh kelenjar
tiroid yang menyebabkan mudah lelah, penurunan mood, dan
perasaan tertekan serta di lain sisi terjadi peningkatan dari
hormon menyusui. Perubahan hormon yang cepat inilah bisa
mencetuskan terjadinya baby blues syndrome. blues syndrome juga
sangat mungkin terjadi oleh para ibu yang pernah mengalami
trauma melahirkan atau mengalami kejadian yang sangat
menyedihkan selama mengandung.(Sadock,2000)
Dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu akan mengalami fase-fase
sebagai berikut :
• 1) Fase Taking in yaitu periode ketergantungan yang berlangsung pada hari
pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada 13 saat itu focus
perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri. Pengalaman selama proses
persalinan sering berulang diceritakannya. Hal ini membuat cenderung
menjadi pasif terhadap lingkungannya.
• 2) Fase taking hold yaitu periode yang berlangsung antara 3-10 hari
setelah melahirkan. Pada fase ini ibu merasa khawatir akan ketidak
mampuannya dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Pada fase
ini ibu memerlukan dukungan karena saat ini merupakan kesempatan yang
baik untuk menerima berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya
sehingga timbul percaya diri.
• 3) Fase letting go merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran
barunya yang verlangsung sepuluh hari setelah melahirkan. Ibu sudah dapat
menyesuaikan diri, merawat diri dan bayinya sudah meningkat.
• Memberikan dukungan psikologis seperti juga kebutuhan fisik
lainnya.
• Berikan klien kesempatan untuk mengekspresikan pikiran dan
perasaan mereka dari situasi yang menakutkan,
• Melalui bantuan dari teman dan keluarga, bantu klien melalui
pendekatan dalam menurunkan tingkat ansietasnya
• Bila memang diperlukan dapat diberikan pertolongan dari
para ahli, misalnya dari seorang psikolog atau konselor yang
berpengalaman dalam bidang tersebut
Ny. A, 14 tahun, P1A0, pendidikan SMP, Islam.SuamiTn.B, 16
tahun, pendidikan SMP, Islam.Klien postpartum hari ke-4. Saat ini
klien tidak mau keluar kamar, murung, sering menangis tanpa
sebab. Klien tidak mau menyusui bayinya.Suami klien, Tn.B tidak
mendampingi klien karena tinggal di rumah yang berbeda
karena masih sekolah kelas 3 SMP. Ibu klien mengatakan bahwa
klien hamil di luarnikah. Dari pengkajianperawat, didapatkan
data: pandangan mata kosong, tidak ada kontak mata, wajah
murung. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda vital
dalambatas normal, TFU 3 jari di bawahpusat, lokhea rubra, ASI
tidak keluar.
1. Sebutkan kata- kata sulit yang ada pada kasus tersebut
• TFU: Tes Fundus Uteri
• Lokhea rubra : Lokhea adalah sekresi cairan rahim selama masa nifas. Lokhea
Rubra ini muncul pada hari pertama dan hari keempat postpartum. Cairan
yang keluar berwarna merah karena mengandung darah segar, jaringan sisa-
sisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi, lanugo dan mekonium.
2. Tentukan penyebab dari masalah di atas
• Penyebab dari kasus di atas adalah Gangguan emosional. Usia ibu terlalu
muda fikirannya pun belum stabil ditambah lagi klien hamil di luar nikah,
sehingga masalah kecil apa pun yang dialami ibu dapat memicu rasa cemas
atau stres.
3. Jelaskan mengapa kasus tersebut dapat terjadi pada klien?
• Kasus ini bermula dari kehamilan klien yang tidak diharapkan(hamil di luar).
Selain itu, Faktor hormon juga berpengaruh dalam terjadinya sindrom ini,
dimana perubahan keseimbangan hormon akibat melahirkan membuat ketidak-
seimbangan emosi dari sang ibu. Faktor lingkungan juga mempengaruhi karena
tidak ada dukungan dari suami.
4. Jelaskan tanda dan gejala apa yang sering dialami klien!
• klien tidak mau keluar kamar, wajah terlihat murung, sering menangis tanpa sebab. klien tidak
mau menyusui bayinya.
5. Jelaskan pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan oleh tenaga kesehatan!
• Skrining untuk mendeteksi gangguan mood / depresi sudah merupakan acuan pelayanan pasca
salin yang rutin dilakukan. Untuk skrining ini dapat dipergunakan beberapa kuesioner dengan
sebagai alat bantu. Endinburgh Posnatal Depression Scale (EPDS) merupakan kuesioner dengan
validitas yang teruji yang dapat mengukur intensitas perubahan perasaan depresi selama 7
hari pasca salin. Pertanyaan-pertanyaannya berhubungan dengan labilitas perasaan,
kecemasan, perasaan bersalah serta mencakup hal-hal lain yang terdapat pada post-partum
blues
6. Jelaskan penatalkasanaan yang bisa dilakuakan oleh tenaga kesehatan untuk menyelesaikan
kasus tersebut!
• Memberikan dukungan psikologis seperti juga kebutuhan fisik lainnya.
• Berikan klien kesempatan untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan mereka dari situasi
yang menakutkan,
• Melalui bantuan dari teman dan keluarga, bantu klien melalui pendekatan dalam menurunkan
tingkat ansietasnya
7. Kembangkan kasus di atas sehingga dapat ditentukan diagnosa keperawatan yang mungkin
muncul pada kasus tersebut (minimal 3 diagnosa ) (tambahkan data yang dapat menguatkan
diagnosa tersebut)
PENGKAJIAN
Identitas

Pasien Penanggung jawab


Nama pasien : Ny. A Nama : Tn. B
Umur : 14 Tahun Umur : 16 Tahun
No. Reg. : xxxxx Hubungan dg pasien : Anak
Jenis kelamin : Perempuan Agama : Islam
Agama : Islam Pendidikan : SLTP
Pendidikan : SLTP Pekerjaan : Swasta
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Alamat :
Alamat : Sragen
Diagnosa Medis: Postpartum Blues
Riwayat Keperawatan
a. Keluhan Utama
• Klien tidak mau keluar kamar, murung, sering menangis tanpa sebab. Klien tidak mau
menyusui bayinya.
b.Riwayat Penyakit Sekarang
• Klien postpartum hari ke-4.Saat ini klien tidak mau keluar kamar, murung, sering menangis
tanpa sebab. Klien tidak mau menyusui bayinya. Suami klien, Tn.B tidak mendampingi
klien karena tinggal di rumah yang berbeda dan masihsekolahkelas 3 SMP.
c. Riwayat maternitas
• Klien merupakan ibu primipara
• Riwayat Penyakit Dahulu
• Klien sebelumnya tidak mempunyai riwayat penyakit
• Pasien Riwayat kesehatan keluarga
• Keluarga klien tidak ada yang mempunyai riwayat penyakit seperti yang di derita klien
saat ini.

• Pola Presepsi dan Penanganan Kesehatan
Klien tidak mampu menghadapi stressor yang dialaminya. Klien
mengalami defisiensi pengetahuan terkait kesehatan untuk dirinya
sendiri, dan juga bayinya.
• Pola Kognitif dan Persepsi Sensori
Klien tidak banyak bicara dapat dilihat dari klien terlihat
murung
• Pola Tidur dan Istirahat
Setelah melahirkan klien susah tidur, gelisah, terlalu banyak yang
difikirkan, di yang kurang baik itu.tambah suami tidak menemani
ketika klien dalam posisiterpuruk.
Pola Persepsi Diri dan Konsep Diri
• Body image : klien merasa tidak percaya diri karena perubahan
tubuhnya setelah melahirkan.
• Identitas diri : klien masih belum siap dengan anak kelahirannya karena
usianya yang masih 14 tahun
• Peran diri : Klien tidak siapdengan perannya yang baru menjadi
seorang ibu sekaligus ayah untuk anaknya.
• Ideal diri : Klien merasa tidak ada harapan lagi karena harapan nya
sudah hilang sebagai anak yang masih usia remaja.
• Harga diri : Klien memandang dirinya rendah karena kecacatan pada
dirinya.
Pola Peran dan Hubungan
• Klien mengalami ketidaksiapan perubahan status peran untuk menjadi
seorang ibu dari bayi yang baru dilahirkan. Hubungan kliendengan suami
tidak begitu baik. Suami tidak mendampingi klien karena masih sekolah
kelas 3 SMP.
Pola Seksualitas dan Reproduksi
• Klien adalah seorang perempuan berumur 14 tahun yang sudah
menikah, suami klien, Tn.B berumur 16 tahun, tinggal terpisah karena
masih sekolah kelas 3 SMP. Ny. A merupakan klien postpartum hari
ke-4
Pola Koping Toleransi Stress
• Klien selalu mengurung diri di kamar, terlihat murung dan menangis
tanpa sebab karena kondisi yang dialaminya sekarang.

b. Pemeriksaan Fisik
• Pemeriksaan Fisik umum
• Hasilpemeriksaanfisikdidapatkantanda-tanda vital dalambatas
normal, TFU 3 jari di bawahpusat, lokhearubra, ASI tidakkeluar.
Wajah terlihat murung, seringmenangistanpasebab.
Klasifikasi Data
1. Data subjektif
• Ibu klien mengatakan bahwa klien hamil di luar nikah
2. Data objektif
• Klien tidak mau keluar kamar
• Sering menangis tanpa sebab
• Klien tidak mau menyusui bayinya
• Pandangan mata kosong
• Tidak ada kontak mata
• Wajah murung
• TTV normal
• TFU 3 jari di bawahpusat
• Lokhearubra
• ASI tidakkeluar
• Ansietas b.d perubahan besar, status peran d.d tidak ada
kontak mata, penurunan produktivitas, wajah murung
• Ketidakefektifan koping b.d ketidaksiapan menghadapi
stressor: perubahan status peran d.d tidak mau menyusui
anaknya, mengurung diri di kamar, murung
• Ketidakefektifan pemberian ASI b.d defisit pengetahuan d.d
klien tidak mau menyusui bayinya

Anda mungkin juga menyukai