Anda di halaman 1dari 17

MANAJEMEN ORGANISASI DAN

PENGHITUNGAN TENAGA PERAWAT

Disusun oleh :
KELOMPOK A

1. Melasari Ika S NIM 162310101121


2. Moch. Riko Saputra NIM 162310101134
3. Akhmad Rizal E.M NIM 162310101157
4. Nabila Cindy A NIM 162310101165
5. Maida Krismonica NIM 162310101182

PROGRAM STUDI SARJANA ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
MANAJEMEN ORGANISASI DAN

PENGHITUNGAN TENAGA PERAWAT

Digunakan untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Keperawatan


Dosen pengampu : Ns. Alfid Tri Afandi, S.Kep., M.Kep

Disusun oleh :
KELOMPOK A

1. Melasari Ika S NIM 162310101121


2. Moch. Riko Saputra NIM 162310101134
3. Akhmad Rizal E.M NIM 162310101157
4. Nabila Cindy A NIM 162310101165
5. Maida Krismonica NIM 162310101182

PROGRAM STUDI SARJANA ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
MANAJEMEN ORGANISASI

A. Metode Tim

Metode tim merupakan metode yang menggunakan tim yan terdiri atas anggota
yang berbeda-beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok
pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2-3 tim/grup yang terdiri atas tenaga
professional, teknikal, dan pembantu dalam satu kelompok kecil yang saling
membantu. Metode ini biasa digunakan pada pelayanan keperawatan di unit rawat
inap, unit rawat jalan, dan unit gawat darurat (Nursalam, 2014).

Konsep metode Tim:

a. Ketua tim sebagai perawat professional harus mampu menggunakan berbagai


teknik kepemimpinan
b. Pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana keperawatan
terjamin
c. Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim
d. Peran kepala ruang penting dalam model tim, model tim akan berhasil bila
didukung oleh kepala ruang

Kelebihan metode Tim:

a. Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh


b. Mendukung pelaksanaan proses keperawatan
c. Memungkinkan komunikasi antar tim, sehingga konflik mudah di atasi dan
memberi kepuasan kepada anggota tim

Kelemahan metode Tim:

a. Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi


tim, yang biasanya membutuhkan waktu, yang sulit untuk dilaksanakan pada
waktu-waktu sibuk.
Konsep metode Tim:

a. Ketua tim sebagai perawat professional harus mampu menggunakan berbagai


teknik kepemimpinan
b. Pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana keperawatan
terjamin
c. Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim
d. Peran kepala ruang penting dalam mode tim, model tim akan berhasil bila
didukung oleh kepala ruang

Tanggung jawab anggota tim:

a. Memberikan asuhan keperawatan pada pasien di bawah tanggung jawabnya


b. Kerja sama dengan anggota tim dan antar tim
c. Memberikan laporan

Tanggung jawab ketua tim:

a. Membuat perencanaan
b. Membuat penugasan, supervise, dan evaluasi
c. Mengenal atau mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat
kebutuhan pasien
d. Mengembangkan kemampuan anggota
e. Menyelenggarakan konferensi
B. Metode Primer

Metode primer merupakan metode penugasan dimana satu orang perawat


bertanggung jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai
dari pasien masuk sampai keluar rumah sakit. Mendorong praktik kemandirian
perawat, ada kejelasan antara pembuat rencana asuhan dan pelaksana. Metode primer
ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus-menerus antara pasien dan perawat
yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan, dan koordinasi asuhan
keperawatan selama pasien dirawat (Nursalam, 2014).

Kelebihan metode Primer:

a. Bersifat kontinuitas dan komprehensif


b. Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil dan
memungkinkan pengembangan diri
c. Keuntungan antara lain terhadap pasien, perawat, dokter, dan rumah sakit
(Gillies, 1989)
Kelemahan metode Primer:

a. Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan


pengetahuan yang memadai dengan kriteria asertif, self direction, kemampuan
mengambil keputusan yang tepat, menguasai keperawatan klinis, penuh
pertimbangan, serta mampu berkolaborasi dengan berbagai disiplin ilmu.

Konsep dasar metode Primer:

a. Ada tanggung jawab dan tanggung gugat


b. Ada otonomi
c. Ketertiban pasien dan keluarga

Tugas perawat primer:

a. Mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif


b. Membuat tujuan dan rencana keperawatan
c. Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama ia dinas
d. Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan oleh
disiplin lain maupun perawat lain
e. Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai
f. Menerima dan menyesuaikan rencana
g. Menyiapkan penyuluhan untuk pulang
h. Melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontak dengan Lembaga sosial di
masyarakat
i. Membuat jadwal perjanjian klinis
j. Mengadakan kunjungan rumah

Tanggung jawab kepala ruang dalam metode primer:

a. Sebagai konsultan dan pengendalian mutu perawat primer


b. Orientasi dan merencakan karyawan baru
c. Menyusun jadwal dinas dan memberi penugasan pada perawat asisten
d. Evaluasi kerja
e. Merencanakan atau menyelenggarakan pengembangan staf
f. Membuat 1-2 pasien untuk model agar dapat mengenal hambatan yang terjadi

C. Metode Modular

Menurut Gillies (1994) Metode Modular merupakan variasi metode


keperawatan primer dengan perawat pofesional dan perawat non-profesional yang
bekerja sama dalam memberikan asuhan keperawatan, disamping itu karena dua atau
tiga orang perawat bertanggung jawab atas sekelompok kecil pasien.Metode
keperawatan ini memiliki kesamaan dengan metode keperawatan tim dan juga
metode keperawatan primer (Arwani & Supriyatno, 2005). Menurut Kemenkes RI
2016. Metode Moduler merupakan pengorganisasian pelayanan atau asuhan
keperawatan yang dilakukan oleh perawat profesional dan non profesional (perawat
trampil) untuk sekelompok klien dari mulai masuk rumah sakit sampai pulang,
disebut tanggung jawab total atau keseluruhan (Kemenkes RI, 2016). Metode
keperawatan moduler merupakan metode modifikasi keperawatan tim-primer, yang
dicoba untuk meningkatkan efektifitas konsep keperawatan tim melalui penugasan
modular. Sistem ini dipimpin oleh perawat register (Ners). Dan anggota memberikan
asuhan keperawatan di bawah pengarahan dan pimpinan modulnya. Idealnya 2-3
perawat memberikan asuhan keperawatan terhadap 8-12 pasien (Arwani &
Supriyatno, 2005). Keuntungan pada metode modular mutu pelayanan keperawatan
meningkat karena pasien mendapat pelayanan keperawatan secara komprehensif
sesuai dengan kebutuhan perawatan pasien. Tidak banyak tenaga perawat register
(Ners) yang dimanfaatkan sehingga biaya menjadi lebih efektif. Sekalipun dalam
memberikan asuhan keperawatan dengan menggunakan metode ini dilakukan oleh
dua hingga tiga perawat, tanggung jawab paling besar tetap ada pada perawat
professional. Perawat professional memiliki kewajiban untuk memimbing dan
melatih non professional. Apabila perawat professional sebagai ketua tim dalam
keperawatan modular ini tidak masuk, tugas dan tanggung jawab dapat digantikan
oleh perawat professional lainnya yang berperan sebagai ketua tim (sumijatun, 2008)

D. Metode Kasus

Metode Kasus adalah pengorganisasian pelayanan atau asuhan keperawatan untuk


satu atau beberapa klien oleh satu orang perawat pada saat bertugas atau jaga selama
periode waktu tertentu sampai klien pulang. Kepala ruangan bertanggung jawab
dalam pembagian tugas dan menerima semua laporan tentang pelayanan keperawatan
klien. Dalam metode ini staf perawat ditugaskan oleh kepala ruangan untuk memberi
asuhan langsung kepada pasien yang ditugaskan contohnya di ruang isolasi dan ICU
(Nursalam, 2007) Sementara Menurut Sitorus (2006), pada metode ini perawat akan
memberikan asuhan keperawatan kepada seorang klien secara total dalam satu
periode dinas. Jumlah klien yang dirawat oleh satu perawat bergantung pada
kemampuan perawat tersebut dan kompleksnya kebutuhan pasien. Setiap perawat
ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat dinas. Pasien akan dirawat
oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift, dan tidak ada jaminan bahwa setiap
pasien akan dirawat oleh perawat yang sama pada hari berikutnya . (sitorus. 2006)
E. Manajemen Kasus

Dalam model ini setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan
pasien saat berdinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap
shift dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada
hari berikutnya. Penugasan untuk kasus biasa menggunakan satu pasien-satu perawat.
Hal ini umumnya dilaksanakan untuk perawatan privat atau untuk perawatan khusus,
seperti ruang isolasi dan intensive care.

Manajemen kasus secara umum mempunyai kelebihan dan kekuranagan sebagai


berikut.

a. Kelebihan :
1) Perawat lebih memahami kasus per kasus
2) System evaluasi dan manajerial menjadi lebih mudah
b. Kekurangan :
1) Perawat penggung jawab belum dapat teridentifikasi
2) Perlu tenaga yang cukup banyak dengan kemampuan dasar yang sama

Struktur Organisasi Manajemen Kasus


Tujuan Manajemen Kasus :

1. Menetapkan pencapaian tujuan asuhan keperawatan yang diharapkan sesuai


dengan standar.
2. Memfasilitasi ketergantungan pasien sesingkat mungkin
3. Menggunakan sumber daya seefisien mungkin.
4. Memfasilitasi secara berkesinambungan asuhan keperawatan melalui
kolaborasi dengan tim lainnya.
5. Pengembangan profesionalisme dan kepuasan kerja.
6. Memfasilitasi alih ilmu pengetahuan

Kerangka Kerja Manajemen Kasus :

1. Pasien masuk melalui “agency kesehatan”, manager mempunyai kewenangan dan


tanggung jawab dalam perencanaan sampai dengan evaluasi pada episode tertentu
tanpa membedakan pasien itu berasal dari unit mana.

2. Dalam manajemen kasus menggunakan dua cara, yaitu:

a. Case Management Plan (CMP). Merupakan perencanaan bersama dari masing-


masing profesi kesehatan.
b. Critical Path Diagram (CPD). Merupakan penjabaran dari CMP dan ada target
waktunya.

3. Manager mengevaluasi perkembangan pasien setiap hari, yang mengacu pada


tujuan asuhan keperawatan yang telah ditetapkan. Bentuk spesifik dari manajemen
kasus ini tergantung dari karakteristik tatanan asuhan keperawatan.

PENGHITUNGAN TENAGA PERAWAT

A. Rasio

Rasio Tempat tidur dan personil rumah sakit

Tipe rumah sakit TM/TT TNP/TT TNOP/TT


A dan B 1/(4-7) 1/3 1/1
C 1/9 1/5 3/4
D 1/15 1/6 2/3

TM : Tenaga medis

TNP : tenaga perawat

TNOP : tenaga non perawat

TT : Tempat tidur

B. Metode Douglas
Jumlah perawat yang dibutuhkan dalam satu unit perawatan berdasarkan klasifikasi
klien, dimasing-masing kategori mempunyai nilai standar atau siftnya, yaitu sebagai
berikut :

Standar perhitungan tenaga perawat menurut Doglas :

Tanggal Jumlah Kebutuhan


Ketergantungan Perawat
Pagi Siang Malam
Minimal 0,17 0,14 0,07
Parsial 0,27 0,15 0,10
Total 0,36 0,30 0,20

Sedangkan klasifikasi derajat ketergantungan pasien terhadap perawat menurut


Douglas kriteria nya sebagai berikut :

a. Perawat minimal memerlukan waktu selama 1-2 jam/24 jam, dengan kriteria :
1. Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri.
2. Makan dan minum dilakukan sendiri
3. Ambulasi dengan pengawasan
4. Observasi tanda-tanda vital dilakukan tiap shif
5. Persiapan pengobatan memerlukan prosedur
b. Perawatan intermediet memerlukan waktu 3-4 jam/24 jam dengan kriteria:
1. Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu
2. Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam
3. Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali
c. Perawatan maksimal atau total memerlukan waktu 5-6 jam/24 jam dengan
kriteria :
1. Segalanya diberikan/ dibantu
2. Posisi diatur, observasi tanda-tanda vital tiap 2 jam
3. Gelisah/ disoreantasi
C. Metode Gillies

Berikut metode perhitungan jumlah perawat pertahun menurut Gilles

Jika diasumsikan:

1. Jumlah jam kerja perawat perhari = 8 jam (3 shift dalam 24 jam)


2. Jumlah hari kerja dalam setahun 301 hari (365 hari – (52 hari libur + 12 cuti
tahunan)
3. Jumlah jam keperawatan setiap pasien dalam sehari = 3,5 jam (jam rata-rata
kebutuhan perawatan setiap pasien dalam 24 jam bagi pasien bedah)
4. Rata-rata pasien dalam satu hari = BOR X T = 82% X 30 TT = 25 pasien
5. Cara mencari BOR (Bed Occupancy Rate) dengan mengunakan rumus
berikut:

Jumlah Hari Perawatan x 100%


Jumlah Tempat Tidur x 365 hari

Cara menghitung Jumlah Hari Perawatan


Jumlah hari perawatan adalah jumlah hari perawatn seluruh pasien yang
pernah dirawat diruangan perawatan tersebut selama 1 tahun. Sebagai con toh pada
tahun 2007 ruangan perawat bedah wanita yang berkapasitas 30 tempat tidur
merawat 1500 pasien. Masing-masing pasien setelah dijumlah hari perawatannya
sebanyak 9000 hari. Maka BOR ruangan bedah wanita adalah :

9000 x 100% = 9000 x 100% = 82%


30 x 365 10950

Jumlah perawat yang dibutuhkan adalah

Jumlah jam keperawatan Rata-rata jumlah


Yang dibutuhkan/ hari pasien per hari Jumlah hari per tahun

Jumlah hari pertahun – Hari libur masing tiap Jumlah jam kerja tiap
Perawat pertahun perawat perhari

Jumlah jam keperawatan yang dibutuhkan per tahun


Jumlah jam kerperawatan yang diberikan perawat per tahun
Jadi :
3,5 x 25 x 365 = 31937 = 13,26 dibulatkan menjadi 14 perawat
(365 – 64)x 8 2408

Selanjutnya menghitung jumlah riil perawat yang bertugas setiap hari dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:

Jumlah perawat yang bekerja perhari

Rata-rata jumlah Rata-rata jumlah jam


Klien perhari (BOR) keperawatan/pasien perhari
Jumlah jam kerja perawat perhari
Jadi:
25 x 3,5 = 87,5 = 10,9 dibulatkan menjadi 11 perawat
8 8

Dapat dihitung pula jumlah perawat yang libur/tidak bertugas setiap harinya
dengan rumus sebagai berikut :

Jumlah tenaga libur perhari

Jumlah hari kerja tidak efektif x Jumlah tenaga yang bekerja perhari
Jumlah hari kerja efektif

Jadi :
64 x 11 = 2,33 dibulattkan menjadi 3 perawat
301

Dapat juga menghitung jumlah perawat tambahan atau cadanagn yang


diperlukan dengan memperhatikan jumlah perawat yang akan cuti melahirkan.
Berdasarkan contoh diatas, bila 14 perawat yang bertugas terdiri dari PUS
(Pasangan Usia Subur) atau sedang hamil sebanyak 7 perawat dan sisanya masih
belum menikah maka jumlah perawat yang diperlukan sebagai tambahan atau
cadangan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Jika diasumsikan tenaga yang (akan) cuti melahirkan (CM) adalah 50% maka
tambahan tenaga sebagai berikut:

Jumlah CM Jam kerja perhari


%CM X perawat X 12 Minggu X 6 hari X yang diperlukan

Hari kerja efektif pertahun X jam kerja perhari


Jadi :
50% x 14 x 12 x 6 x 8 = 4032 = 1,67 = 2 perawat
301 x 8 2408

Dengan demikian kita peroleh rencana jumlah tenaga perawat yang diperlukan
dalam 1 tahun untuk ruang bedah wanita yang berkapasitas 30 TT sebanyak :

Total perawat yang diperlukan : 14 + 2 = 16 perawat

Kemudian kita hitung jumlah perawat yang bertugas sehari-hari menurut shift
tugas dengan rumus sebagai berikut :

Shift Prosentase Shift X Total Perawat Jumlah Perawat Setiap Shift


Tugas Setiap Hari
Pagi 47 % x 11 5,17 dibulatkan 5
Siang 36 % x 11 3,96 dibulatkan 4
sore 17 % x 11 1,87 dibulatkan 2

D. Metode Depkes RI
E. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 262/Men.Kes./Per/VII/1979 menetapkan
bahwa perbandingan jumlah tempat tidur rumah sakit dibanding dengan
jumlah perawat adalah sebagai berikut:
Rumah sakit tipe A dan B perbandingan minimal
Jumlah Tempat tidur (TT) : Jumlah Perawat = 3-4 TT : 2 Perawat
F. Hasil Work Shop Perawatan oleh Dep. Kes. RI di Ciloto tahun 1971
menyebutkan bahwa:
Jumlah tenaga perawat : pasien = 5 : 9 tiap shift
Catatan : dinas dalam 24 jam dibagi 3 shif
Ada 1 tim pengganti (aflos)

No. Jenis / Kategori Rata-rata Rata-rata jam Jumlah


pasien/hari perawatan/pasien/hari perawatan/hari

1 Pasien penyakit 10 3,5 35


dalam
2 Pasien bedah 8 4 32

3 Pasien gawat 1 10 10

4 Pasien anak 3 4,5 13,5

5 Pasien 1 2,5 2,5


kebidanan

Jumlah 23 93,0

Menurut Dep. Kes RI perhitungan jumlah tenaga perawat dalam satu


ruangan berdasarkan klasifikasi pasien diatas, dengan rumus sebagi berikut:
Jumlah jam perawatan
Jam kerja efektif pershift

Dalam hitungan tenaga kerja perlu ditambah dengan hitungan dengan hari cuti
atau libur (loss day)
Loss day = x jumlah perawat tersedia

Jumlah hari minggu dalam 1 tahun + cuti + hari besar


Jumlah hari kerja efektif

Catatan:
Hari kerja efektif /tahun 225-260 hari
Liburan mingguan 52 hari
Cuti tahunan 12 hari
Hari besar 10 hari
Sakit / ijin 12 hari
Cuti hamil 29 hari
DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes RI. 2016. Manajemen dan kepemimpinan dalam praktek keperawatan

Arwani dan Supriyatno, H. 2005. Manajemen bangsal Keperawatan. Jakarta: EGC

Sumijatun. 2008. Manajemen keperawatan metode penugasan. Jakarta:EGC

Nursalam. 2007. Manajemen keperawatan : Aplikasi dalam praktim keperawatan


profesional. Jakarta : Salemba medika

Nursalam. 2014. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan


Profesional Edisi 4. Jakarta: Salemba Medika.

Sitorus, R. 2006. Model praktik keperawatan profesional di Rumah Sakit, Penataan


struktur dan proses (sistem ) pemberian Asuhan keperawatan diruang rawat.
Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai