Anda di halaman 1dari 7

TIMBANGAN PENDETEKSI ASAM URAT MENGGUNAKAN

SINAR INFRA MERAH

TUGAS LAPORAN SISTEM INFORMASI DAN TEKNOLOGI DALAM


KEPERAWATAN
Dosen Pengajar : Ns. Ahmad Rifa’I, M.S

oleh:
Dwi Linda Aprilia A. NIM 162310101150
Evi Nursyafitri NIM 162310101151
Fahruru Rosi NIM 162310101152
Dwi Wahyuni NIM 162310101174

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
2017
1. Landasan Permasalahan

Asam urat (gout) merupakan penyakit heterogen akibat deposisi kristal


monosodium urat pada jaringan, akibat gangguan metabolisme berupa
hiperurisemia (Dianati, 2015). Hiperurisemia bisa timbul akibat produksi asam
urat yang berlebihan dan pembuangan asam urat yang berkurang. Faktor yang
menyebabkan hiperurisemia adalah produksi asam urat di dalam tubuh meningkat
terjadi karena tubuh memproduksi asam urat berlebihan penyebabnya antara lain
adanya gangguan metabolisme purin bawaan (penyakit keturunan), berlebihan
mengkonsumsi makanan berkadar purin tinggi, dan adanya penyakit kanker atau
pengobatan (kemoterapi) serta pembuangan asam urat sangat berkurang keadaan
ini timbul akibat dari minum obat (anti TBC, obat duretik/HCT, dan salisilat),
dalam keadaan kelaparan (Soekanto, 2012 dalam Fauzan, 2017). Faktor risiko
yang menyebabkan orang terserang penyakit asam urat adalah usia, asupan
senyawa purin berlebihan, konsumsi alkohol berlebih, kegemukan (obesitas),
kurangnya aktivitas fisik, hipertensi dan penyakit jantung, obat-obatan tertentu
(terutama diuretika) dan gangguan fungsi ginjal. Peningkatan kadar asam urat
dalam darah, selain menyebabkan gout, menurut suatu penelitian merupakan salah
prediktor kuat terhadap kematian karena kerusakan kardiovaskuler (Sholihah,
2014). Hasil Riskesdas 2013 menungkapkan bahwa prevalensi penyakit
hiperurisemia di Indonesia adalah 11,9% dan di Jawa Timur adalah 26,4%
(Kemenkes RI, 2013).
Dalam jangka panjang, kadar asam urat yang tidak terkontrol dapat
menyebabkan penyakit lain akibat komplikasi, antara lain 1) Gout kronis
bertophus yaitu serangan gout yang disertai benjolan-benjolan (tofi) di sekitar
sendi yang sering meradang atau juga bia ditemukan di jaringan lunak dan otot
jantung, katub mitral jantung, retina mata, pangkal tenggorokan. 2) Nefropati gout
kronik yaitu timbulnya terbentuk mikrotofi pada jaringan ginjal yang menyumbat
dan merusak glomerulus. 3) Nefrolitiasis asam urat (batu ginjal) yaitu terjadi
pembentukan massa keras seperti batu di dalam ginjal, bisa menyebabkan nyeri,
pendarahan, penyumbatan aliran kemih atau infeksi. 4) Persendian menjadi rusak
hingga menyebabkan pincang (Dianati, 2015).
Beberapa tahun belakangan ini Gelombang Elektromagnetik yang berbentuk
Sinar Infrared sangat popular didalam dunia kesehatan. Hal ini disebabkan karena
pancaran sinar Infrared Mampu Mendeteksi Kondisi Kesehatan seseorang
sehingga banyak digunakan oleh para dokter untuk Mendiagnosa kondisi pasien
dalam membantu menentukan tindakan atau keputusan yang sesuai dengan
kondisi pasien (Infomedis, 2015). Oleh karena itu kami berusaha untuk
memanfaatkan sinar infra merah tersebut dalam manfaatnya untuk mendeteksi
penyakit. Dalam hal ini kami memanfaatkan adanya sinar infra merah untuk
mendeteksi kelebihan kadar asam urat suatu individu. Alat ini berupa timbangan
multifungsi yang tidak hanya bisa untuk mengukur berat badan, tetapi dengan
sinar infra merah yang ada timbangan ini juga mampu untuk mendeteksi adanya
penyakit asam urat akibat kadar asam urat yang berlebih. Dengan diciptakannya
alat ini diharapkan dapat mendeteksi penyakit asam urat secara dini sehingga
penangananna pun akan lebih cepat dan mudah. Selain itu, angka kejadian
penyakit komplikasi akibat asam urat juga diharapkan akan berkurang.

2. Gagasan
Keterangan:
1. LCD Umur klien
2. LCD Kadar asam urat klien
3. LCD Kadar normal asam urat
4. Pijakan kaki kanan yang terdapat infra merahnya
5. Pijakan kaki kiri yang terdapat infra merahnya
6. Tombol untuk mengatur umur klien
3. Cara Kerja/SOP
Penggunaan timbangan untuk mendeteksi asam urat menggunakan sinar
infra merah prinsipnya hampir sama dengan penggunaan timbangan untuk
mengukur berat badan pada umumnya. Yang membedakan timbangan pendeteksi
asam urat ini dengan timbangan pengukur berat badan umumnya adalah pada
model atau tampilan luar timbangan dan komponen di dalamnya sendiri.
Ketika telapak kaki klien telah bersentuhan dengan timbangan yang
dirancang dengan menggunakan sinar infra merah, maka optocoupler yang berada
dalam komponen timbangan akan ikut bekerja. Optocoupler adalah suatu
komponen penghubung yang bekerja berdasarkan picu dari cahaya. Optocoupler
menggabungkan LED dan fototransistor dalam satu kemasan. Pada optocoupler
terdiri atas dua bagian, yaitu bagian transmitter dan receiver. Transmitter
dibangun dari sebuah LED infra merah sedangkan receiver dibangun dengan
dasar komponen phototransistor (Saputra, 2011).
Proses terjadinya pancaran cahaya pada LED infra merah dalam
outcoupler yaitu disaat diode menghantarkan arus, waktu lepas dari ikatannya
elektron memerlukan tenaga dari satu daya listrik. Pada saat memasuki lubang
yang lain, elektron melepaskan tenaga yang akan diradiasikan dalam bentuk
cahaya, sehingga dikode akan menyala atau memancarkan cahaya pada saat
dilewati arus. Cahaya infra merah yang terdapat pada optocoupler tidak perlu
lensa untuk memfokuskan cahaya karena dalam satu kemasan mempunyai jarak
yang dekat dengan penerima cahaya infra merah yaitu fototransistor.
Fototransistor memiliki sambungan kolektor-basis yang besar dengan cahaya infra
merah, karena cahaya ini dapat membangkitkan pasangan lubang elektron.
Dengan diberi bias maju, cahaya yang masuk akan menimbulkan arus pada
kolektor. Fototransistor merupakan komponen elektronika yang berfungsi sebagai
detektor cahaya infra merah (Saputra, 2011). Sinar infra merah dapat menembus
cukup dalam ke area telapak kaki secara efektif yang dapat juga memulihkan
pegal akibat ketegangan otot maupun persendian. Sinar infra merah ini juga
mampu menembus pembuluh darah serta memperlancar aliran darah (Diah, 2014).
Setelah sinar infra merah mampu menembus pembuluh darah, sinar infra
merah akan memberikan informasi tingkat kadar asam urat klien yang dikirim ke
strain gauge. Strain gauge terletak dibawah papan alas peletak beban, dalam hal
ini strain gauge terletak dibawah alas telapak kaki. Kemudian sensor strain gauge
mengkonversi besarnya tegangan yang ditimbulkan dengan menjadi tegangan
listrik yang menerangi layar LED yang kemudian akan muncul kadar asam urat
klien pada layar Liquid Crystal Display (LCD) (Saputra, 2011). Sebelumnya
timbangan ini sudah diprogram dengan dimunculkannya batas nilai normal kadar
asam urat sesuai dengan umur pengguna dan untuk mengatur umur pengguna bisa
menekan tombol set yang telah disediakan, sehingga pengguna bisa
menyimpulkan kadar asam uratnya termasuk dalam kadar normal atau melebihi
batas normal.

4. Kemungkinan Dikembangkan/Diaplikasikan
Alat ini akan sangat mungkin untuk dikembangkan dikarenakan banyaknya
kebutuhan terhadap alat ini untuk mendeteksi asam urat yang ada di tubuh semua
orang, alat ini tidak menggunakan sampel darah setetespun dan akan sangat baik
untuk pasien yang phobia akan darah sehingga semua orang bisa
menggunakannya tanpa melihat darah sedikitpun. Alat ini juga bisa dimiliki
semua orang dan diletakkan di rumah masing-masing dikarenakan bentuknya
yang mirip timbangan badan yang biasanya dimiliki oleh semua orang dan semua
anggota keluarga bisa menggunakannya kapanpun untuk mendeteksi asam urat
yang dimilikinya sehingga bisa terdeteksi asam uratnya sudah melampaui batas
atau tidak melampaui batas yang telah ditentukan di dalam alat ini.
Alat ini dapat dikategorikan sebagai alat yang efektif dan gampang
digunakan oleh semua kalangan karena cara kerja dari alat ini sendiri sangat
mudah dan gampang dimengerti oleh semua kalangan. Alat ini juga bisa dibawa
kemana-mana dan juga tidak membutuhkan tempat yang luas unutk
penyimpanannya.

5. Manfaat dalam Perkembangan Keperawatan


Dalam keperawatan alat ini akan sangat bermanfaat untuk memeriksa kadar
asam urat yang ada di tubuh pasien dan alat ini juga bisa digunakan untuk semua
pasien tanpa melihat ketakutan pasien akan darah, karena alat ini tidak
menggunakan sample darah, akan tetapi menggunakan infra merah yang bisa
menembus pembuluh darah. Perawat akan sangat mudah dalam menggunakannya
karena dalam melihat kadar asam urat yang ada di tubuh pasien hanya dengan
melihat LCD pada alat ini, perawat hanya tinggal mengatur berapa umur pasien
maka akan muncul nilai normal asam urat pasien setelah itu pasien berdiri di atas
timbangan dan bisa dilihat berapa asam uratnya lalu bisa disimpulkan asam urat
pasien tersebut masih dalam rentang normal atau melebihi batas maksimal.
Alat ini dapat memudahkan perawat untuk mendeteksi asam urat pasien
dengan menyuruh pasiennya berdiri diatas timbangan. Hal ini juga akan
menghemat waktu perawat karena hanya dengan melihat ke LCD ada.

DAFTAR PUSTAKA

Diah, MI. Rachmawati, Banundari. Purwanto. 2014. Kadar Asam Urat Serum
Dan Komponen Sindrom Metabolik. Diambil pada:
http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-cpmlebcfb91e54full.pdf.
Diakses pada: 21 September 2017 pukul 10.13.

Dianati. N.A. 2015. Gout And Hyperuricemia. J Majority. Vol 4 (3).


Fauzan.A. 2016. Hubungan Indeks Massa Tubuh (Imt), Asupan Purin Dan
Olahraga Dengan Kejadian Gout Arthritis Pada Lansia Di Wilayah Kerja
Puskesmas Tanjungsari Pacitan. Surakarta: Program Studi Kesehatan
Masyarakat. FIK UMS.

Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta: Kemenkes RI

Saputra, Deddy. 2011. Rancang Bangun Timbangan Badan Bersuara Berbasis


ATMega32. Diambil dari: http://digilib.unila.ac.id/11336/5/BAB%202.pdf.
Diakses pada: 22 September 2017 pukul 09.44.

Sholihah. F.M. 2014. Diagnosis And Treatment Gout Arthritis. J Majority. Vol. 3
(7).

Anda mungkin juga menyukai