Anda di halaman 1dari 12

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Akhlak berasal dari bahasa Arab jama’ dari bentuk mufradatnya “khuluqun” yang
berari budi pekerti, perangai, tingkah laku dan tabiat. Sedangkan menurut istilah adalah
pengetahuan yang menjelaskan tentang baik dan buruk (benar dan salah), mengatur
pergaulan manusia, dan menentukan tujuan akhir dari usaha dan pekerjaannya.

Akhlak pada dasarnya melekat dalam diri seseorang, bersatu dengan perilaku atau
perbuatan. Jika perilaku yang melekat itu buruk, maka disebut akhlak yang buruk atau
akhlak mazmumah. Sebaliknya, apabila perilaku tersebut baik disebut akhlak mahmudah.

Akhlak tidak terlepas dari aqidah dan syariah. Oleh karena itu, akhlak merupakan pola
tingkah laku yang mengakumulasikan aspek keyakinan dan ketaatan sehingga
tergambarkan dalam perilaku yang baik.

Akhlak merupakan perilaku yang tampak ( terlihat ) dengan jelas, baik dalam kata-kata
maupun perbuatan yang memotivasi oleh dorongan karena Allah. Namun demikian,
banyak pula aspek yang berkaitan dengan sikap batin ataupun pikiran, seperti akhlak
diniyah yang berkaitan dengan berbagai aspek, yaitu pola perilaku kepada Allah, sesama
manusia, dan pola perilaku kepada alam.

Maka kedudukan akhlak dalam agama ini sangat tinggi sekali. Bahkan Nabi kita
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ketika ditanya tentang apa yang paling banyak memasukkan
seseorang ke dalam surga, beliau mengatakan:

‫َتْقوى ِهَّللا َو ُح ْسُن اْلُخ ُلِق‬

“Bertaqwa kepada Allah dan berakhlak dengan akhlak yang baik.” (HR. Ahmad,
Tirmidzi, Ibnu Majah)

Beliau juga Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

‫ِإَّن ِم ْن َأِح ِّبُك ْم ِإَلَّي َو َأْقَر ِبُك ْم ِم ِّني َم ْج ِلًسا َيْو َم اْلِقَياَم ِة َأْح َس ُنُك ْم َأْخ اَل ًقا‬
“Sesungguhnya di antara orang-orang yang paling aku cintai dan paling dekat tempat
duduknya pada hari kiamat denganku yaitu orang-orang yang paling baik akhlaknya.”
(HR. Tirmidzi)

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi Ta’rif Akhlak?
2. Apa fungsi dan tujuan Akhlak?
3. Bagaiman ruang lingkup Akhlak?
4. Bagaimana persamaan dan perbedaan istilah Akhlak dengan istilah lain, semisal
istilah etika, moral, dan budi pekerti?

C. Tujuan
1. Menjelaskan Ta’rif Akhlak.
2. Menjelaskan fungsi dan tujuan Akhlak.
3. Menjelaskan ruang lingkup Akhlak.
4. Menjelaskan persamaan dan perbedaan istilah Akhlak dengan istilah lain, semisal
istilah etika, moral, dan budi pekerti.

i
BAB II

PEMBAHASAN

A. Ta’rif Akhlak
Secara linguistik, perkataan akhlak diambil dari bahasa arab, bentuk jamak
dari kata “khuluqun” yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat.
Kata khuluqun merupakan isim jamid lawan isim musytaq.

Secara terminologi akhlak merupakan sebuah sistem lengkap yang terdiri dari
karakteristik akal atau tingkah laku yang membuat seseorang menjadi lebih istimewa.
Lebih ringkas lagi tentang defenisi akhlak yang digagas oleh Hamid Yunus dalam
Nasharuddin yaitu: “akhlak ialah sifat-sifat manusia yang terdidik”. 1

Adapun definisi akhlak menurut istilah banyak dikemukakan oleh para ahli
dan pemikir islam, baik pada jaman klasik maupun kontemporer. Berikut ini beberapa
definisi akhlak yang dikemukakan oleh para ahli sebagai berikut:

1. Menurut Zahruddin AR dan Hasanuddin


Berpijak pada sudut pandang kebahasaan, Zahruddin AR dan
Hasanuddin Sinaga dalam Zubaedi mengemukakan bahwa defenisi akhlak
dalam pengertian sehari-hari disamakan dengan “budi pekerti”, kesusilaan,
sopan santun, tata kerama (versi Bahasa Indonesia) sedang dalam bahasa
Inggrisnya disamakan dengan istilah molal atau ethic.2

Dengan demikian, maka kata akhlak adalah sebuah kata yang


digunakan untukmengistilahkan perbuatan manusia yang kemudian diukur
dengan baik atau buruknya seseorang. Dan dalam Islam, ukuran yang
digunakan untuk menilai baik atau buruk itu tidak lain adalah ajaran Islam itu
sendiri (Al-Qur’an dan Al-Hadist).3

2. Menurut Imam Al-Ghazali

1
Nasharuddin, Akhlak, Ciri Manusia Paripurna, (Depok: PT. Raja Grapindi Persada, 2015), 206-207.
2
Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter, Kompetensi dan Aplikasinya Dalam Lembaga pendidikan, (Jakarta:
Prenada Media Group, 2015),66.
3
Nipan Abdul Halim, Menghias Diri Dengan Akhlak Terpuji, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 2000),8-9.

3
Secara terminologis pengertian akhlak telah banyak dikemukakan oleh
para tokoh Ulama cerdik pandai. Diantaranya ialah ta’rif yang dikemukakan
oleh Imam Al-Ghazali dalam kitabnya Ihya Ulumuddin:

“Akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang darinya timbul
perbuatan-perbuatan dengan sangat mudah, tanpa memerlukan pertimbangan
pikiran (terlebih dahulu)”.4

Ta’rif tersebut menjelaskan kepada kita bahwa akhlak itu merupakan


perbuatan yang membiasa pada diri seseorang. Ia merupakan refleksi dari
perbuatan batinnya dan biasa dilakukan secara berulang-ulang, sehingga
perbuatannya tanpa memerlukan pertimbangan akalnya terlebih dahulu.

Ibnu Athur dalam bukunya An- Nihayah dalam Zubaedi menerangkan


bahwa hakikat makna khuluq tersebut adalah gambaran bathin manusia yang
tepat (yaitu jiwa dan sifat-sifatnya). Sedangkan khalqu merupakan gambaran
bentuk luarnya (raut muka, warna kulit, dan tinggi rendah tubuhnya). 5

3. Menurut Abdul Hamid Yunus


Dalam tinjauan kebahasaan, Abd. Hamid Yunus dalam Zubaedi
menyatakan bahwa: “Akhlak ialah segala sifat manusia yang terdidik”. Dari
ungkapan tersebut dapat dimengerti bahwa sifat atau potensi yang dibawa
setiap manusia sejak lahir: Artinya, potensi ini sangat tergantung dari cara
pembinaan dan pembentukannya. Apabila pengaruhnya positif, maka hasilnya
adalah akhlak yang mulia; sebaliknya apabila pembinaannya negatif; maka
yang terbentuk adalah akhlak yang tercela.6

4. Menurut Muhammad bin Ali asy-Syariif al-Jurjani


Al-Jurjani mendefinisikan akhlak dalam bukunya, at-Ta’rifat sebagai
berikut. “Akhlak adalah istilah bagi sesuatu sifat yang tertanam kuat dalam
diri, yang darinya terlahir perbuatan-perbuatan dengan mudah dan ringan,
4
Ibid, 12.
5
Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter, Kompetensi dan Aplikasinya Dalam Lembaga pendidikan, (Jakarta:
Prenada Media Group, 2015),66.
6
Ibid.

4
tanpa perlu berpikir dan merenung. Jika dari sifat tersebut terlahir perbuatan-
perbuatan yang indah menurut akal dan syariat, dengan mudah, maka sifat
tersebut dinamakan dengan akhlak yang baik. Sedangkan jika darinya terlahir
perbuatan-perbuatan buruk, maka sifat tersebut dinamakan akhlak yang
buruk.” 7

5. Menurut Abdul Rasyid


Abdul Rasyid mendefinisikan akhlaqul karimah adalah tingkah laku
yang terpuji yang merupakan tanda kesempurnaan iman seseorang kepada
Allah. Akhlakul Karimah dilahirkan berdasarkan sifat-sifat yang terpuji. 8

Akhlak yang baik akan lahir oleh sifat-sifat yang baik. Setiap kali
seseorang menggunakan sifat baiknya, misalnya tidak mudah untuk marah,
maka orang tersebut mempunyai akhlak terpuji, karena dalam dirinya
mempunyai sifat sabar.

B. Fungsi dan Tujuan Akhlak


1. Fungsi Akhlak
Fungsi akhlak bagi manusia yaitu, kebahagian seseorang tidak dapat
tercapai tanpa akhlak terpuji. Dengan kata lain bahwa akhlak terpuji pada
seseorang dapat berfungsi mengantarkan manusia untuk mencapai
kesenangan, keselamatan, dan kebahagian baik di dunia maupun di akhirat.

Adapun akhlak terpuji adalah akhlak yang disukai atau dicintai oleh
Allah yakni tidak mengandung kemaksiatan. Dapat dikatakan, akhlak terpuji
yakni melaksanakan alam yang baik dan meninggalkan maksiat yang
diharamkan oleh Allah. Kaitannya dengan ilmu pengetahuan bahwa akhlak
juga sangat penting dalam pengembangan ilmu pengetahuan sains. Bahkan
dibeberapa negara maju telah didirikan lembaga-lembaga pengawal moral
untuk sains. Sains tidak bisa dibiarkan lepas dari etika, kalau tidak senjata
makan tuan, sehingga sains harus dilandasi akhlak.9

7
Ali Abdul Halim Mahmud, Akhlak Mulia, (Jakarta: Gema Insani, 2004), 32
8
M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Prespektif Al-Qur’an, (Jakarta: Amzah, 2007), 2.
9
Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam, Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2005, hal. 22

5
Al-Ghazali menjelaskan bahwa akhlak bukan merupakan tujuan akhir
manusia dalam perjalanan hidupnya. Akhlak digunakan sebagai alat untuk ikut
mendukung fungsi tertinggi jiwa dalam mencapai kebenaran tertinggi yakni
Ma’rifat Allah, yang di dalamnya manusia dapat menikmati kebahagian.
Adapun kebahagiaan yang diharapkan oleh jiwa manusia adalah terukirnya
dan menyatunya hakikat-hakikat ketuhanan di dalam jiwa sehingga hakikat-
hakikat tersebut seakan-akan jiwa itu sendiri.10

2. Tujuan Akhlak
Pada dasarnya, tujuan pokok akhlak adalah setiap muslim berbudi
pekerti, tingkah laku, berperangkai atau beradat-istiadat yang baik sesuai
dengan ajaran Islam. Disamping itu, setiap muslim yang berakhlak yang baik
dapat memperoleh hal-hal berikut:
a. Ridha Allah SWT
Orang yang berakhlak sesuai dengan ajaranya Islam, senantiasa
melaksanakan segala perbuatannya dengan hati yang ikhlas, semata-
mata karena mengharapkan rida Allah.
1) Kepribadian Muslim. Segala perilaku muslim, baik ucapan,
perbuatan, pikiran maupun kata hatinya mencerminkan sikap
ajaran Islam. Allah berfirman dalam Q.S. Fushsilat : 33.

‫َو َم ْن َاْح َس ُن َقْو اًل ِّمَّم ْن َدَعٓا ِاَلى ِهّٰللا َو َع ِمَل َص اِلًحا َّو َقاَل ِاَّنِنْي ِم َن اْلُم ْس ِلِم ْيَن‬

Artinya: “siapakah yang lebih baik perkatanya dari pada orang


yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh dan
berkata, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang
berserah diri”
2) Perbuatan bimbingan mulia dan terhindar dari perbuatan
tercela.
3) Dengan bimbingan hati yang diridai Allah dengan keiklasan,
akan terwujud perbuatan-perbuatan yang terpuji, yang
seimbang antara kepentingan dunia akhirat serta terhindar dari
perbuatan tercela.
10
(Al-Ghazali, t.t: 221)

6
Al-Ghazali juga menyebutkan bahwa fungsi akhlak adalah sebagai alat
untuk ikut mendukung fungsi tertinggi jiwa dalam mencapai kebenaran
tertinggi, ma’rifat Allah, yang di dalamnya manusia dapat menikmati
kebahagiaan.11

C. Ruang Lingkup Akhlak


Berdasarkan berbagai macam defenisi akhlak, maka akhlak tidak memiliki
pembatasannya, ia melingkup dan mencakup semua perbuatan dan aktivitas manusia.
Sebab apa saja perbuatan, amalan dan aktivitas yang mencakup semua kegiatan, usaha
dan upaya manusia, yaitu adanya nilai-nilai perbuatan.

Dalam hal akhlak menurut subjeknya tidak berbeda dengan ruang lingkup
ajaran islam yang berkaitan dengan pola hubungannya dengan tuhan, sesama makhluk
dan juga alam semesta. Sebagaimana dipaparkan ruang lingkupnya sebagai berikut:

1. Akhlak Kepada Allah


Allah SWT yang menciptakan segalanya termasuk manusia dengan
segala kebutuhannya patut disembah dan diagungkan. Akhlak terhadap Allah
SWT adalah keseluruhan tingkah laku, perkataan dan suara hati dalam
menyembah dan mengagungkan Sang Pencipta, seperti dalam mentauhidkan-
Nya, berzikir, berdoa, bersyukur atas nikmat-Nya, kepatuhan atas perintah dan
larangan-Nya, serta totalitas beribadah kepada-Nya.12

2. Akhlak Terhadap Sesama Manusia


Di dalam al Quran banyak sekali ayat yang menerangkan hubungan
manusia dengan manusia lainnya, diantaranya:
1) Akhlak terhadap Rasulullah SAW. Mencintai setulus hati dengan
mengikuti semua sunnah beliau, bershalawat kepada beliau dan
menjadikannya panutan dalam berakhlak.
2) Akhlak terhadap orang tua dengan menyayangi mereka, bertutur kata
dengan lemah lembut, membantu mereka, tidak membuat susah dan
membanggakan mereka.
11
(Al-Ghazali, t.t: 21)
12
Nurhayati, “Akhlak Dan Hubungannya Dengan Aqidah Dalam Islam,” Jurnal Mudarrisuna 4, no. 2
(Desember 2014): 296.

7
3) Akhlak terhadap guru, menghormati, mengikuti nasehat baiknya,
karena guru yang mengajar dan mendidik, juga menjadi pengganti
orang tua kita disekolah.
4) Akhlak terhadap diri sendiri dengan memelihara nama baik diri,
menjaga kesucian diri seperti berpakaian yang pantas, menutup aurat,
menghiasi diri dengan sikap baik, jujur, amanah, pemaaf dan sifat baik
lainnya.
5) Akhlak terhadap masyarakat, karena manusia membutuhkan
pertolongan dari orang lain, maka perlunya kerja sama, saling
menolong, saling menghormati antar sesama.13

3. Akhlak Terhadap Alam


Alam adalah seluruh apa yang ada dilangit, dibumi, baik
tumbuhtumbuhan, hewan, serta apa yang dikandungnya. Manusia sebagai
khalifah di bumi sepatutnya berakhlak terhadap alam dalam menjaga
kelestarian dari kerusakan-kerusakan oleh tangan-tangan yang tidak
bertanggung jawab. Jangan sampai manusia merusak lingkungan dan alam
sekitar karena akan berdampak kembali ke manusia seperti tanah longsor
akibat penggundulan hutan, banjir karena membuang sampah ke sungai dan
sebagainya.14

A. Etika, Moral dan Budi Pekerti


1. Pengertian Etika, Moral, dan Budi Pekerti
a. Etika
Etika secara etimologis berasal dari Yunani, “ethos”, yang
berarti “custom” atau kebiasaan yang berkaitan dengan tindakan atau
tingkah laku manusia, dan juga dapat berarti “karakter” manusia
(keseluruhan cetusan perilaku manusia dalam perbuatannya).15

b. Moral

13
Ibid 299.
14
Ibid 300.
15
Dewantara, A. (2017). Filsafat Moral (Pergumulan Etis Keseharian Hidup Manusia).

8
Kata moral berasal dari bahasa latin Mores, kata jamak dari
mos, yang berarti adat kebiasaan. Dalam bahasa indonesia, moral
diterjemahkan dengan arti tata susila.16 Moral adalah perbuatan baik
dan buruk yang didasarkan pada kesepakatan masyarakat. Moral
merupakan istilah tentang perilaku atau akhlak yang diterapkan kepada
manusia sebagai individu maupun sebagai sosial.

c. Budi Pekerti
Pengertian budi pekerti menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia tahun 1989 adalah sebuah tingkah laku, perangai, serta
akhlak dan watak. Budi pekerti secara epistimologi terdiri atas dua kata
yaitu budi dan pekerti. Budi dalam Bahasa Sansekerta berarti
kesadaran, pengertian, pikiran, dan kecerdasan. Sedangkan pekerti
adalah penampilan, perilaku, dan aktualisasi. Sehingga budi
pekerti dapat dimaknai sebagai sebuah kesadaran seseorang dalam
bertindak dan berperilaku.

2. Persamaan Akhlak dengan Etika, Moral, dan Budi Pekerti


Mengenai akhlak, etika, moral, dan budi pekerti sudah sangat popular
di kalangan masyarakat, yang keempatnya memiliki kemiripan dan
mengandung makna yang sama yakni tentang norma kebaikan yang
dihadapkan dengan norma keburukan.17
Oleh karenannya terdapat persamaan antara ke empat hal ini, yang
penjelasannya sebagai berikut18
a. Keempatnya mengajarkan kebaikan dan keburukan tentang perilaku
manusia yang seyogyannya harus dijunjung tinggi dalam kehidupan.
b. Mempunyai sanksi moral kepada siapapun yang melanggarnya.
c. Sanksi dan pujian yang dikenakan tidak tertulis seperti hukum
positif.

16
Zahruddin, Pengantar Studi Akhlak , (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2004) h.46
17
Muhammad Djakfar, Etika Bisnis; Menangkap Spirit Ajaran Lngit dan Pesan Moral Ajaran Bumi, (Jakarta:
Penebar Plus, 2012), h. 12
18
Muhammad Djakfar, Etika Bisnis, h. 17-19

9
d. Budi pekerti, akhlak, etika, moral dan susila seseorang atau
sekelompok orang tidak semata-mata merupakan faktor keturunan
yang bersifat tetap, statis dan konstan, tetapi merupakan potensi positif
yang dimiliki setiap orang. Untuk pengembangan dan aktualisasi
potensi positif tersebut diperlukan pendidikan, pembiasaan dan
keteladan serta dukungan lingkungan, mulai dari keluarga, sekolah dan
masyarakat secara terus menerus, berkesinambungan, dengan tingkat
keajengan dan konsistensi yang tinggi.19

3. Perbedaan Akhlak dengan Etika, Moral, dan Budi Pekerti


a. Perbedaan antara, etika, moral, dan budi pekerti adalah terletak pada
sumber ( tolak ukur ) yang dijadikan patokan untuk menentukan baik
dan buruk. Pada moral berdasarkan kebiasaan yang berlaku secara
umum di masyarakat. Etika tolak ukurnya adalah pikiran atau akal.
Sedangkan budi pekerti diukur melalui norma agama, norma norma
budaya dan adat istiadat masyarakat.
b. Akhlak bersumber dari al-Qur’an dan al Hadits. Dengan demikian
akhlak bersifat baku, mutlak kebenarannya, dan berlaku sepanjang
masa dan seluruh tempat. Sedangkan, etika, moral, dan budi pekerti
berasal dari kebiasaan, akal sehat, dan hati nurani yang jernih yang
dimana etika, moral, dan budi pekerti tidak selalu berjalan selaras
dengan Akhlak, ada pula yang bahkan bertentangan dengan Akhlak.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Akhlak berasal dari bahasa Arab jama’ dari bentuk mufradatnya “khuluqun” yang
berari budi pekerti, perangai, tingkah laku dan tabiat. Sedangkan menurut istilah adalah
pengetahuan yang menjelaskan tentang baik dan buruk (benar dan salah), mengatur
pergaulan manusia, dan menentukan tujuan akhir dari usaha dan pekerjaannya.
19
BAIDOWI, H. M. FENOMENA ETIKA, AKIDAH DAN AHLAK DALAM PANDANGAN AGAMA. Al-
ULUM: Jurnal Pemikiran dan Penelitian ke Islaman, 2014, 1.1.
SAMAD, Mukhtar. Etika Bisnis Syariah: Berbisnis Sesuai Dengan Moral Islam. Sunrise Book Store, 2018.

10
Fungsi akhlak bagi manusia yaitu, kebahagian seseorang tidak dapat tercapai tanpa
akhlak terpuji. Dengan kata lain bahwa akhlak terpuji pada seseorang dapat berfungsi
mengantarkan manusia untuk mencapai kesenangan, keselamatan, dan kebahagian baik di
dunia maupun di akhirat. Sementara itu, tujuan pokok akhlak adalah setiap muslim
berbudi pengerti, tingkah laku, berperangkai atau beradat-istiadat yang baik sesuai dengan
ajaran Islam.

Berdasarkan berbagai macam defenisi akhlak, maka akhlak tidak memiliki


pembatasannya, ia melingkup dan mencakup semua perbuatan dan aktivitas manusia.
Dalam hal akhlak menurut subjeknya tidak berbeda dengan ruang lingkup ajaran islam
yang berkaitan dengan pola hubungannya dengan tuhan, sesama makhluk dan juga alam
semesta.

Mengenai akhlak, etika, moral, dan budi pekerti sudah sangat popular di kalangan
masyarakat, yang ketigannya memiliki kemiripan dan mengandung makna yang sama
yakni tentang norma kebaikan yang dihadapkan dengan norma keburukan. Perbedaannya
terletak pada sumber ( tolak ukur ) yang dijadikan patokan untuk menentukan baik dan
buruk.

11
DAFTAR PUSTAKA

Amin, Ahmad. Kitab Al-Akhlaq. Mesir: Dar Al-Kutub Al-Misriyah. Cet III.

Sabila, N. A. (2019). Integrasi Aqidah Dan Akhlak (Telaah Atas Pemikiran Al-

Ghazali). NALAR: Jurnal Peradaban Dan Pemikiran Islam, 3(2).

Habibah, S. (2015). Akhlak dan etika dalam islam. Jurnal Pesona Dasar, 1(4).

Nasharuddin, Akhlak, Ciri Manusia Paripurna, (Depok: PT. Raja Grapindi Persada, 2015).
Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter, Kompetensi dan Aplikasinya Dalam Lembaga
pendidikan, (Jakarta: Prenada Media Group, 2015).
ipan Abdul Halim, Menghias Diri Dengan Akhlak Terpuji, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Offset, 2000).
Ibid.
Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter, Kompetensi dan Aplikasinya Dalam Lembaga
pendidikan, (Jakarta: Prenada Media Group, 2015).
Ali Abdul Halim Mahmud, Akhlak Mulia, (Jakarta: Gema Insani, 2004).
M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Prespektif Al-Qur’an, (Jakarta: Amzah, 2007).
Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam, Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2005.
Al-Ghazali
Nurhayati, “Akhlak Dan Hubungannya Dengan Aqidah Dalam Islam,” Jurnal Mudarrisuna
4, no. 2 (Desember 2014).
Dewantara, A. (2017). Filsafat Moral (Pergumulan Etis Keseharian Hidup Manusia).
Zahruddin, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2004).
Muhammad Djakfar, Etika Bisnis; Menangkap Spirit Ajaran Lngit dan Pesan Moral Ajaran
Bumi, (Jakarta: Penebar Plus, 2012).

Muhammad Djakfar, Etika Bisnis, h. 17-19


BAIDOWI, H. M. FENOMENA ETIKA, AKIDAH DAN AHLAK DALAM PANDANGAN
AGAMA. Al-ULUM: Jurnal Pemikiran dan Penelitian ke Islaman, 2014, 1.1.
SAMAD, Mukhtar. Etika Bisnis Syariah: Berbisnis Sesuai Dengan Moral Islam. Sunrise
Book Store, 2018.

12

Anda mungkin juga menyukai