Anda di halaman 1dari 12

WILAYAH KAJIAN AKHLAK, PEMBAGIAN AKHLAK

DAN MACAM-MACAMNYA
MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Pendidikan Akhlak

Dosen : Dr. Muhammad Parhan Mubarok, S.Pd. I, M.Ag.

Oleh :

1. Cherry Agustin PAI/2/B (021.011.0035)


2. M. Abdul Gofur PAI/2/B (021.011.0043)
3. Saepudin PAI/2/B (021.011.0106)
4. Wita Rahmawati Tanjung PAI/2/B (021.011.0047)

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PAI & TADRIS BAHASA INGGRIS

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM SILIWANGI

2022
PENDAHULUAN

Pengertian Akhlak secara etimologi, menurut pendekatan etimologi, perkataan “akhlak”


berasal dari bahasa Arab Jama‟ dari bentuk mufradnya “Khuluqun” yang menurut logat
diartikan: budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat. Kalimat tersebut mengandung segi-
segi persesuaian dengan perkataan “Khalqun” yang berarti kejadia, serta erat hubungan “Khaliq”
yang berarti Pencipta dan “Makhluk” yang berarti diciptakan.1

Pengertian akhlak adalah kebiasaan kehendak itu bila membiasakan sesuatu maka
kebiasaannya itu disebut akhlak. Jadi pemahaman akhlak adalah seseorang yang mengerti benar
akan kebiasaan perilaku yang diamalkan dalam pergaulan semata-mata taat kepada Allah dan
tunduk kepada-Nya. Oleh karena itu seseorang yang sudah memahami akhlak maka dalam
bertingkah laku akan timbul dari hasil perpaduan antara hati nurani, pikiran, perasaan, bawaan,
dan kebiasaan yang menyatu. Membentuk suatu kesatuan tindakan akhlak yang dihayati dalam
kenyataan hidup keseharian.

Dengan demikian memahami akhlak adalah masalah fundamental dalam islam. Namun
sebaliknya tegaknya aktifitas keislaman dalam hidup dan kehidupan seseorang itulah yang data
menerangkan bahwa orang itu memilki akhlak. Jika seseorang sudah memahami akhlak dan
menghasilkan kebiasaan hidup dengan baik, yakni perbuatan itu selalu diulang-ulang dengan
kecenderungan hati.

Semua yang telah dilakukan itu akan melahirkan perasaan moral yang terdapat di dalam
diri manusia itu sendiri sebagai fitrah, sehingga ia mampu membedakan mana yang baik dan
mana yang jahat, mana yang bermanfaat dan mana yang tidak berguna, mana yang cantik dan
mana yang buruk.

1
Syaikh Ibnu Utsaimin, Makarimul Akhlak

1
PEMBAHASAN

A. Pengertian Akhlak

Secara etimologi akhlak adalah bentuk jamak dari khuluq yang berarti budi pekerti,
perangai, tingkah laku dan tabi‟at. Sinonim kata akhlak adalah budi pekerti, tata krama, sopan
santun, dan moral.

Sedangkan akhlak menurut istilah sebagaimana di ungkapkan oleh Imam Al-Ghazali


adalah sebagai berikut : akhlak adalah suatu bentuk (naluri asli) dalam jiwa seorang manusia
yang dapat melahirkan suatu tindakan dan kelakuan dengan mudah dan sopan tanpa memerlukan
pemikiran dan pertimbangan. Apabila naluri tersebut melahirkan suatu tindakan dan kelakuan
yang baik dan terpuji menurut akal dan agama, maka disebut budi pekerti yang baik. Namun
sebaliknya bila melahirkan tindakan dan kelakuan yang jahat maka disebut budi pekerti yang
buruk.

Jadi dapat kita simpulkan awal perbuatan yang lahir malalui kebiasaan yang mudah tanpa
adanya pemikiran dan pertimbangan terlebih dahulu. Contohnya jika seseorang memaksakan
dirinya untuk mendermawakan katanya atau menahan amarahnya dengan terpaksa, maka orang
yang semacam ini belum disebut dermawan atau orang yang sabar. Seseorang yang memberikan
pertolongan kepada orang lain belumlah dapat dikatakan ia seorang yang berakhlak baik.

Apabila ia melakukan hal tersebut karena dorongan oleh hati yang tulus, akhlas, dari rasa
kebaikannya atau kasihannya sesama manusia maka ia dapat dikatakan berakhlak dan berbudi
pekerti yang baik. Jadi akhlak adalah masalah kejiwaan, bukan masalah perbuatan, sedangkan
yang tampak berupa perbuatan itu sudah tanda atau gejala akhlak.

Sedangkan akhlak menurut Ibrahim Anis adalah sifat yang tertanam di dalam jiwa yang
dengannya malahirkan macam-macam perbuatan baik atau buruk tanpa membutuhkan pemikiran
dan pertimbangan. Dan menurut Abdul Karim Zaidan akhlak adalah nilai-nilai dan sifat-sifat
yang tertanam dalam jiwa yang dengan sorotan dan timbangannya seseorang dapat menilai
perbuatan baik atau buruk untuk kemudian memilih melakukannya atau meninggalkannya.

Dari beberapa pengertian tersebut bisa kita ambil kesimpulan bahwa akhlak atau khuluq
itu adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia sehingga dia akan muncul secara spontan
bilamana diperlukan, tanpa memerlukan pemikiran atau pertimbangan terlebih dahulu serta tidak
memerlukan dorongan dari luar.

Sifat spontanitas dari akhlak tersebut contohnya adalah apabila ada seseorang yang
menyumbang dalam jumlah besar untuk pembangunan mesjid setelah mendapat dorongan dari
seorang da‟i (yang mengemukakan ayat-ayat dan hadist-hadist tentang keutamaan membangun
mesjid di dunia), maka orang tadi belum bisa dikatakan mempunyai sifat pemurah, karena

2
kemurahannya itu lahir setelah mendapat dorongan dari luar dan belum tentu muncul lagi pada
kesempatan yang lain.

Boleh jadi tanpa dorongan seperti itu, dia tida akan menyumbang. Dari keterangan di atas
jelaslah bagi kita bahwa akhlak itu bersifat spontan dan tidak memerlukan pemikiran dan
pertimbangan serta dorongan dari luar.

Menurut terminologi, filosofis akhlak Islam yang terpengaruh oleh filsafat Yunani ia
memberikan defenisi akhlak yaitu suatu keadaan bagi jiwa yang mendorong ia melakukan
tindakan. Dari keadaan itu tanpa melalui pemikiran dan pertimbangan. Keadaan ini terbagi 2 ada
yang berasal dari tabiat aslinya ada pula yang diperoleh dari kebiasaan yang berulang-ulang.
Boleh jadi tindakan itu pada mulanya hanya melalui pemikiran dan pertimbangan, kemudian
dilakukan terus menerus maka jadilah suatu bakat dan akhlak.

Di samping istilah akhlak juga dikenal istilah etika dan moral. Ketiga istilah itu sama-
sama menentukan nilai baik dan buruk sikap dan perbuatan manusia. Akhlak itu ada yang
bersifat tabrat atau alami, maksudnya bersifat fitrah sebagai pembawaan sejak lahir, misalnya
sabar, penyayang, malu, sebagaimana di dalam hadist Abdil Qais disebutkan bahwa Nabi
Muhammad SAW berkata kepadaku “Sesungguhnya pada diri kamu ada dua tabiat yang di sukai
Allah”, Aku berkata “Apa yang dua itu ya Rasulullah?”, Rasulullah SAW menjawab “Sabar dan
malu”.

Kata akhlak dipakai untuk perbuatan terpuji dan perbuatan tercela. Oleh karena itu akhlak
memerlukan batasan agar bisa dikatakan akhlak terpuji atau akhlak tercela.

B. Wilayah Objek Kajian Akhlak

Berdasarkan beberapa bahasan yang berkaitan dengan ilmu akhlak, maka dapat dipahami
bahwa objek (lapangan atau sasaran) pembahasan ilmu akhlak itu ialah tindakan-tindakan
seseorang yang dapat diberikan nilai baik atau buruknya, yaitu perkataan dan perbuatan yang
termasuk dalam kategori perbuatan akhlak. Dalam hubungan ini, Dr. Ahmad Amin mengatakan
bahwa etika itu menyelidiki segala perbuatan manusia kemudian menetapkan hukum baik atau
buruk. J.H. Muirhead meyebutkan bahwa pokok pembahasan (subject matter) etika adalah
penyelidikan tentang tingkah laku dan sifat manusia.

Muhammad Al-Ghazali mengatakan bahwa daerah pembahasan ilmu akhlak meliputi


seluruh aspek kehidupan manusia, baik sebagai individu (perseorangan) maupun kelompok
(masyarakat). Untuk jelasnya, bahwa perbuatan-perbuatan manusia itu dapat dibagi dalam tiga
macam perbuatan. Dari yang tiga ini ada yang masuk perbuatan akhlak dan ada yang tidak masuk
perbuatan akhlak.

3
A. Perbuatan yang dikehendaki atau disadari, pada waktu dia berbuat dan disengaja. Jelas,
perbuatan ini adalah perbuatan akhlak, bisa baik atau buruk, tergantung pada sifat
perbuatannya.

B. Perbuatan yang tidak dilakukan tidak dikehendaki, sadar atau tidak sadar diwaktu dia
berbuat, tetapi perbuatan itu diluar kemampuannya dan dia tidak bisa mencegahnya.

Perbuatan demikian bukan perbuatan akhlak. Perbuatan ini ada dua macam:

1) Reflex action, al-a‟maalu-mun‟akiyah umpamanya, seseorang keluar dari tempat gelap


ketempat terang, matanya berkedip-kedip. Perbuatan berkedip-kedip ini tidak ada
hukumnya, walupun dia berhadap-hadapan dengan seseorang yang seakan-akan dikedipi.
Atau seseorang karena digigit nyamuk, dia menamparkan pada yang digigit nyamuk
tersebut.

2) Automatic action, al-a‟maalul‟aliyah model ini seperti halnya degup jantung, denyut urat
nadi dan sebagainya.

Perbuatan-perbuatan reflex actions dan automatic actions adalah perbuatan di luar


kemampuan seseorang, sehingga tidak termasuk perbuatan akhlak.

C. Perbuatan yang samar-samar, tengah-tengah, mutasyabihat. Yang dimaksud samar-


samar/tengah-tengah, mungkin suatu perbuatan dapat dimasukkan perbuatan akhlak tapi bisa
juga tidak.

Pada lahirnya bukan perbuatan akhlak, tapi mungkin perbuatan tersebut termasuk
perbuatan akhlak, sehingga berlaku hukum akhlak baginya, yaitu bahwa perbuatan itu baik atau
buruk. Perbuatan-perbuatan yang termasuk samar-samar, umpamanya lupa, khilaf, dipaksa,
perbuatan diawaktu tidur dan sebagainya.Terhadap perbuatan-perbuatan tersebut ada hadis-hadis
rasul yang menerangkan bahwa perbuatan-perbuatan lupa, khilaf, dipaksa, perbuatan diwaktu
tidur dan sebagainya, tidak termasuk perbuatan akhlak

Selanjutnya, dalam menetapkan suatu perbuatan yang muncul dengan kehendak dan
disengaja hingga dapat dinilai baik apa buruk ada beberapa syarat yang perlu diperhatikan:

(1) Situasi dalam keadaan bebas, sehingga tindakan dilakukan dengan perhatiaan.

(2) Pelaku tahu apa yang dilakukan, yakni mengenai nilai baik buruknya. Oleh sebab itu, suatu
perbuatan dapat dikatakan baik buruknya manakala memenuhi syarat-syarat diatas.

Kesengajaan merupakan dasar penilaian terhadap tindakan seseorang. Sebagai contoh,


seorang prajurit yang membunuh musuh dimedan perang tidak dikatakan melakukan kejahatan,
karena ia dipaksa oleh situasi perang.

4
Seorang anak kecil yang main api didalam rumah hingga berakibat rumah itu terbakar,
tidak dapat dikatakan bersalah, karena ia tidak tahu akibat perbuatannya itu.

Dalam Islam faktor kesengajaan merupakan penentu dalam penetapan nilai tingkah laku
atau tindakan seseorang. Seorang muslim tidak berdosa karena melanggar syariat, jika ia tidak
tahu bahwa ia berbuat salah menurut hukum Islam.

Erat kaitannya dengan permasalahan di atas Rasulullah saw. Telah memberikan


penjelasan bahwa kalaulah suatu tindakan itu dilakukan oleh seseorang yang didasari karena
kelalaian (di luar kontrol akal normal) atau karena dipaksa, betapapun ada ukuran baik/buruknya,
tidak dihukumi sebagai berdosa.

Ini berarti diluar objek ilmu akhlak. Dalam hubungannya dengan problem di atas
Rasulullah Saw. Telah mengeluarkan sabdanya yang diriwatkan oleh Ahmad, Abu Daud dan
Hakim dari Umar bahwa Rasulullah saw. Berdabda:

Artinya: “Tidak berdosa seorang muslim karena tiga perkara: (1) orang gila hingga sembuh dari
gilanya, (2) orang yang tidur hingga terbangun dan (3) seorang anak hingga ia dewasa”.

Berdasarkan hadis tersebut, perbuatan lupa atau khilaf tidak diberi hukum dan tidak
termasuk perbuatan akhlak. Perbuatan tersebut umpamanya perbuatan diwaktu tidur dan yang
dipaksa.

Namun, menurut ayat Al-Qur„an, kita diperintahkan berdoa kepada Allah Swt, untuk
minta ampun, agar Allah Swt tidak menghukum dan menyiksa kita apabila kita berbuat lupa dah
khilaf yang dianggap salah, sehingga mendapat hukuman siksa.

Jadi meskipun demikian lupa atau khilaf termasuk perbuatan akhlak. Dalam hal ini para ahli
etika menyimpulkan bahwa perbuatan lupa dan khilaf dan sebagainya ada dua macam:

a. Apabila perbuatan itu sudah dapat diketahui akibatnya atau patut diketahui akibat-
akibatnya, atau bisa juga diikhtiarkan untuk terjadi atau tidak terjadinya.
Oleh karena itu, perbuatan mutasyabih demikian disebut perbuatan ikhtiari atau ghair
ta‟adzur, sehingga dimasukkan perbuatan akhlak. Umpamanya, kalau kita tahu bahwa
dikhawatirkan kalau tidur akan berbuat yang tidak diinginkan, maka hendaknya sebelum
tidur kita harus menjauhkan benda-benda yang membahayakan, senjata harus diamankan,
api dipadamkan, pintu-pintu dikunci dan sebagainya.
b. Apabila perbuatan ini tidak kita ketahui sama sekali dan diluar kemampuan manusia,
walaupun sudah diikhtiarkan sebelumya, tapi toh terjadi juga, perbuatan demikain disebut
ta‟adzury (diluar kemampuan manusia).
Perbuatan demikian tidak termasuk perbuatan akhlak.

5
Sebagaimana Rasulullah Saw. Telah mengisyaraktkan sebagai berikut:

Artinya: “Sesungguhnya Allah memberi maaf bagiku dari umatku yang khilaf, lupa dan
terpaksa”.

D. Pembagian Akhlak

Pembagian akhlak yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah menurut sudut pandang
Islam, baik dari segi sifat maupun dari segi objeknya. Dari segi sifatnya, akhlak dikelompokkan
menjadi dua. Yaitu pertama, akhlak yang baik atau disebut juga akhlak mahmudah (terpuji) atau
akhlak al-karimah. Dan yang kedua adalah akhlak yang buruk atau akhlak madzmumah.

a). Akhlak Mahmudah

“Akhlak Mahmudah adalah tingkah laku terpuji yang merupakan tanda keimanan
seseorang. Akhlak Mahmudah atau akhlak terpuji ini dilahirkan dari sifat sifat yang terpuji
juga.”

Sifat terpuji yang dimaksud adalah, antara lain : cinta kepada Allah, cinta kepada Rasul,
taat beribadah, senantiasa mengharap ridha Allah, tawdhu‟, taat dan patuh kepada Rasulullah,
bersyukur atas segala nikmat Allah, bersabar atas segala musibah dan cobaan, ikhlas karena
Allah, jujur, menepati janji, dan segala perbuatan baik lainnya.

b). Akhlak Madzmumah

“Akhlak madzmumah adalah tingkah laku yang tercela atau perbuatan jahat yang
merusak iman seseorang dan menjatuhkan martabat manusia”

Sifat yang termasuk akhlak madzmumah adalah segala sifat yang bertentangan dengan
akhlak mahmudah antara lain : kufur, syirik, munafik, fasik, murtad, takabbur, riya, dengki,
bohong, menghasut, dan segala perbuatan buruk lainnya.

Demikianlah antara lain macam-macam akhlak mahmudah dan madzmumah. Akhlak


mahmudah memberikan manfaat bagi diri sendir dan orang lain, sedangkan akhlak madzmumah
merugikan diri sendiri dan orang lain. Alllah berfirman dalam surat At-Tin ayat 4-6

َۙ ِِ ‫اَّلنسان ِف احس ِن ت ق ِو ْم‬


‫ اِاَّل الا ِذيْ َن اٰ َمنُ ْوا‬٥ ‫ي‬ ‫اف‬‫س‬ ‫ل‬‫ف‬َ ‫س‬‫ا‬
َ ‫ه‬ٰ
َْ َ َ ْ ُ ْ َ َ ْ ْ َ َ ْ َ ‫لََق ْد َخلَ ْقنَا ْ ْ َ َ ْي‬
‫ل‬ ‫ن‬ ‫د‬‫د‬‫ر‬ ‫ُث‬٤
‫ُا‬ ‫ي‬ ِ
ِ ‫الصلِ ٰح‬
٦ ‫ت فَلَ ُه ْم اَ ْجٌر َغْي ُر َمَْنُ ْو ْن‬ ّٰ ‫َو َع ِملُوا‬
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan mausia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian
kami kembalikan mereka ketempat yang serendah-rendahnya (neraka). Kecuali yang beriman
dan beramal shalih, mereka mendapat pahala yang tidak ada putusnya.”

6
E. Macam-Macam Akhlak

Akhlak dapat dikelompokkan menjadi beberapa kelompok, diantaranya yaitu:

1. Akhlak Mahmudah

Akhlak terpuji dibagi menjadi dua bagian, yaitu :2

1) Taat Lahir
Taat lahir berarti melakukan seluruh amal ibadah yang diwajibkan Tuhan, termasuk
berbuat baik kepada sesame manusia dan lingkungan dan dikerjakan oleh anggota lahir.
Beberapa perbuatan yang dikategorikan taat lahir adalah :
a) Tobat
Menurut para sufi adalah fase awal perjalanan menuju Allah (Taqarrub Ila Allah).
Tobat dikategorikan taat lahir dilihat dari sikap dan tingkah laku seseorang.
Namun, sifat penyeselannya merupakan taat batin.
b) Amar Ma‟ruf dan Nahi Munkar
Yaitu perbuatan yang dilakukan kepada manusia untuk menjalankan kebaikan dan
meninggalkan kemaksiatan.
c) Syukur.
Yaitu berterima kasih pada nikmat yang dianugrahkan Allah kepada manusia dan
seluruh makhluk-Nya.
2) Taat Batin
Taat batin adalah segala sifat yang baik, yang terpuji, yang dilakukan oleh anggota bathin
(hati). Beberapa perbuatan yang dikategorikan taat batin adalah:
a. Tawakal
Yaitu berserah diri sepenuhnya kepada Allah dalam menghadapi, menanti, atau
menunggu hasil pekerjaan.
b. Sabar
Dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu : sabar dalam beribadah, sabar kettka
dilanda malapetaka, sabar terhadap kehidupan dunia, sabar terhadap maksiat, dan
sabar dalam perjuangan.
c. Qanaah
Yaitu merasa cukup dan rela dengan pemberian yang dianugrahkan oleh Allah.

2. Akhlak Madzmumah

Pada dasarnya, sifat dan perbuatan yang tercela dibagi menjadi dua bagian, yaitu: 3

2
Ibid., hlm 159-160
3
Ibid, hlm. 155

7
1) Maksiat Lahir

Yaitu pelanggaran oleh orang yang berakal baligh (mukallaf), karena melakukan
perbuatan yang dilarang dan meninggalkan pekerjaan yang diwajibkan oleh syariat Islam.
Maksiat lahir dibagi menjadi beberapa bagian yaitu :

a) Maksiat Mata

Seperti melihat aurat wanita yang bukan muhrimnya, melihat aurat laki-laki yang
bukan muhrimnya, melihat orang lain dengan gaya menghina dan melihat
kemungkaran tanpa beramar ma‟ruf nahi munkar.

b) Maksiat Telinga

Seperti mendengarkan pembicaraan orang lain, mendengarkan orang yang sedang


mengumpat, mendengarkan orang yang sedang namimah, mendengarkan nyanyian-
nyanyian atau bunyi-bunyian yang dapat melalaikan ibadah kepada Allah SWT.

c) Maksiat Lisan

Seperti berkata-kata yang tidak bermanfaat, berlebih-lebihan dalam bekata,


berbicara hal yang bathil, berkata kotor, mencaci mai atau mengucapkan kata laknat,
baik kepada manusia atau binatang.

d) Maksiat Perut

Seperti memasukkan makanan haram dan syubhat, kekenyangan, makan dari harta
milik orang lain yang belum jelas (yang diambil dari harta wakaf tanpa ada ketentuan
untuk itu dari orang yang memberikan wakaf).

e) Maksiat Farji

Seperti tidak menjaga auratnya (kehormatan) dengan melakukan perbuatan yang


haram, dan tidak menjaga kemaluan.

f) Maksiat Tangan

Seperti menggunakan tangan untuk mencuri, merampok, mencopet, merampas,


mengurangi timbangan, memukul sesame kaum muslim dan menulis sesuatu yang
diharamkan membacanya.

8
g) Maksiat Kaki

Seperti jugalah kaki jangan ke sampai tempat-tempat yang haram. Hendaklah dijaga
dan dipelihara dar segala macam langkah yang salah dan janganlah dipakai untuk
berjalan menuju ke tempat raja yang dzalim itu tanpa alasan yang sah akan
mendorong terjadinya kemaksiatan yang besar. 4

2) Maksiat Bathin

Beberapa contoh penyakit batin (akhlak tercela) adalah : 5

a) Marah (Ghadab)

Dapat dikatan seperti nyala api yang terpendam di dalam hati, sebagai salah satu hasil
godaan setan pada manusia.

b) Dongkol (Hiqd)

Perasaan jengkel yang ada di dalam hati, atau buah dari kemasalahan yang tidak
tersalurkan.

c) Dengki (Hasad)

Penyakit hati yang ditimbulkan kebencian, iri, dan ambisi.

d) Sombong (Takabur)

Perasaan yang terdapat di dalam hati seseorang, bahwa dirinya hebat dan mempunyai
kelebihan.

4
Imam Al-Ghazali, Pedoman Amaliah Ibadat, hlm 113-117
5
Zahruddin AR dan Hasanuddin Sinaga, Op.Cit, hlm 156-157

9
PENUTUP

A. Kesimpulan

Akhlak merupakan tingkah laku manusia yang tampak dan dapat dilihat pada dirinya
yang didorong oleh hati nurani, pemikiran, serta rasio.

Segala macam perilaku atau perbuatan baik yang tampak dalam kehidupan sehari-hari
disebut akhlakul karimah atau akhlak mahmudah.

Akhlakul karimah ini banyak macamnya, diantaranya adalah taat bathin dan taat lahir
sedangkan untuk akhlak madzmumah yaitu maksiat batin dan maksiat lahir.

10
DAFTAR PUSTAKA

http://www.refiza.com/blogcompetition2015/

https://www.bacaanmadani.com/2019/09/pengertian-ilmu-akhlak-dan-objek-kajian.html?m=1

Imam al-Ghazali, Pedoman Amaliah Ibadat, (Semarang: CV. Wicaksana , 1989)

Zahruddin AR dan Hasanuddin Sinaga, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada,2004)

Drs. H. Mukhlis, Dkk (1984). Aqidah Akhlak. Bandung: Armico

11

Anda mungkin juga menyukai