Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

“Akhlak Dalam Islam”

Oleh :

Kelompok 4

1. Muhammad Naufal Panyili (35122034)


2. Fatul Ramadhan (35122028)
3. Muhammad Rahmani Anshari (35122035)

PROGRAM D3 ADMINISTRASI BISNIS


JURUSAN ADMINISTRASI NIAGA
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
2022
DAFTAR ISI

SAMPUL.................................................................................................................1

DAFTAR ISI ...........................................................................................................2

PEMBAHASAN .....................................................................................................3
A. Hakekat dan Pentingnya Akhlak .........................................................................3
B. Konsep Etika, Moral, dan Akhlak .......................................................................5
C. Dasar Akhlak dalam Islam...................................................................................6
D. Macam-Macam Akhlak .......................................................................................7
E. Ruang Lingkup Akhlak ......................................................................................10
F. Hubungan Akhlak dan Tasawuf .........................................................................11
G. Akhlak dan Aktualisasi dalam Kehidupan ........................................................12

PENUTUP .............................................................................................................13
A. Kesimpulan ........................................................................................................13
B. Saran ..................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................14


Pendahuluan
Akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang daripadanya

timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran ataupun

pertimbangan. Maka bila sifat itu memunculkan perbuatan baik dan terpuji menurut

akal dan syariat maka sifat itu disebut akhlak yang baik atau akhlatul kharimah,

sedangkan bila yang muncul dari sifat itu perbuatan-perbuatan buruk maka disebut

akhlak yang buruk atau akhlatul mazmummah.

Hal yang dapat membedakan antara manusia dan hewan terletak pada

akhlaknya. Manusia yang tak berakhlak sama halnya dengan hewan, hanya saja

kelebihan manusia pandai dalam berkata-kata. Saat ini, krisis akhlak terjadi kerena

sebagian orang tidak mau lagi mengamalkan tuntunan agama yang mengajarkan

untuk berbuat baik dan meninggalkan perbuatan maksiat. Berbagai fenomena yang

terjadi sangat mengkhawatirkan terkait dengan akhlak generasi penerus bangsa,

fenomena tersebut bisa kita simak berita yang dipublikasikan diberbagai media,

seringkali membuat kita miris mendengarnya, salah satu contoh merosotnya akhlak

manusia kepada Allah SWT, banyak orang yang tidak bersyukur atas kenikmatan

yang Allah berikan, marah akan taqdir yang telah Allah tetapkan, serta tidak

melaksanakan segala perintah dan larangan-Nya.

Akhlak adalah tindakan yang berhubungan dengan tiga unsur yang sangat

penting, yaitu sebagai berikut:

1. Kognitif, yaitu pengetahuan dasar manusia melalui potensi

intelektualitasnya.

2. Afektif, yaitu pengembangan potensi akal manusia melalui upaya

menganalisis berbagai kejadian sebagai bagian dari pengembangan ilmu

pengetahuan.

3. Psikomotorik, yaitu pelaksanaan pemahaman rasional kedalam bentuk

perbuatan yang konkret.


PEMBAHASAN

A. HAKEKAT DAN PENTINGNYA AKHLAK

hakikat akhlak memiliki lima ciri yaitu:

(1) Perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa menjadi bagian kepribadian.

(2) Perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan tanpa pemikiran.

(3) perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya tanpa ada

paksaan.

(4) Perbuatan dilakukan secara sungguh-sungguh, bukan bersandiwara.

(5) Perbuatan yang dilakukan secara ikhlas semata-mata karena Allah.

Beberapa pengertian di atas, sejalan dengan apa yang dimaksud dengan

karakter. Secara etimologis karakter berasal dari bahasa Yunani “karasso” yang

berarti “cetak biru”, ‟sidik‟ seperti dalam sidik jari. Menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia, karakter merupakan sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang

membedakan seseorang dengan yang lain. Dalam bukunya Pendidikan Karakter

Perspektif Islam yang dikutip oleh Abdul Majid, Hermawan Kertajaya

mendifinisikan karakter adalah “ ciri khas” yang dimiliki oleh suatu benda atau

individu. Ciri khas tersebut ialah “asli” dan mengakar pada kepribadian benda atau

individu tersebut dan merupakan mesin pendorong bagaimana seorang bertindak,

bersikap, berujar, dan merespon sesuatu. Sedangkan dalam pengertian akhlak, juga

berarti character, dispotition, dan moral constitution.

Dalam islam, diajarkan bagaimana menjadi muslim yang terbaik, bukan

hanya melaksanakan sholat lima waktu, puasa dan zakat. Mungkin, orang-orang
membuat persepsi bahwa seorang muslim yang baik adalah muslim yang

melaksanakan hal tersebut. Namun ada satu hal yang banyak di lupakan oleh orang-

orang kalau seorang muslim yang baik adalah manusia yang mempunyai akhlak

yang mulia. Begitu pentingnya akhlak bagi setiap umat muslim dalam

membentengi kaidahnya dalam Islam. Karena jika seorang muslim membentengi

dirinya dengan akhlak yang mulia maka sama saja ia menjaga dan membentengi

akidahnya dari hal-hal buruk yang masuk kepada dirinya.

Sebegitu pentingnya akhlak bagi umat muslim, juga diperkuat dengan hadist

nabi besar umat Islam yaitu ”tiada lurus imam seorang hamba sehingga lurus

hatinya, dan tiada lurus hatinya sehingga lurus lidahnya”. Dari hadist tersebut

hendaknya seorang muslim yang taat menyeimbangkan ibadahnya dengan akhlak

perbuatannya sehari-hari, karena jika seorang muslim hanya menjalankan

ibadahnya saja bahkan siang dan malam tidak pernah putus, itu sama saja ia

menyekutukan Allah dengan hawa nafsunya. Pada hakikatnya beribadah dengan

menyembah Allah harus di selaraskan dengan perbuatan dan akhlah yang baik di

dalam kehidupan. Jika seorang muslim menjalankan keduanya secara seimbang,

maka muslim tersebut telah membentengi akidah islamnya dengan baik.

B. KONSEP ETIKA, MORAL DAN AKHLAK

Etika berasal dari Bahasa Yunani yaitu ethos dan ethikos. Ethos artinya

watak, sifat, dan kebiasaan. Sedangkan ethikos memiliki arti tingkah laku dan

perbuatan yang baik. Etika juga disebut sebagai ilmu normatif. Etika adalah ilmu

yang mempelajari baik dan buruknya serta kewajiban, hak, dan tanggung jawab,

baik itu secara sosial maupun moral, pada setiap individu di dalam kehidupan
bermasyarakatnya. Atau bisa dikatakan juga bahwa etika mencakup nilai yang

berhubungan dengan akhlak individu terkait benar dan salahnya.

Moral dalam Islam identik dengan akhlak (budi pekerti) ialah satu kondisi

atau sifat yang sudah meresap dalam jiwa dan telah menjadi kepribadian dan dari

sanalh timbul berbagai macam perbuatan yang dilakukan secara spontan tanpa

dibua dan tanpa melalui pemikiran. Moral dalam Islam identik dengan akhlak (budi

pekerti) ialah satu kondisi atau sifat yang sudah meresap dalam jiwa dan telah

menjadi kepribadian dan dari sanalh timbul berbagai macam perbuatan yang

dilakukan secara spontan tanpa dibua dan tanpa melalui pemikiran.

Akhlak diambil dari bahasa Arab, dari kata “khuluqun” yang berarti budi

pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat. Secara terminology, akhlak adalah

sebuah system yang lengkap terdiri dari karakteristik-karakteristik akal atau tingkah

laku yang membuat seseorang menjadi istimewa. Menurut Imam Ghozali, akhlak

adalah sifat yang tertanam dalam jiwa (manusia) yang melahirkan tindakan-

tindakan mudah dan gampang tanpa memerlukan pemikiran atau pertimbangan.

Hubungan antara etika, moral dan akhlak yaitu Etika memandang tingkah

laku manusia secara umum, sedangkan moral dan budi pekerti bersifat lokal atau

idividual. Etika menjelaskan baik buruknya, sedangkan moral dan budi pekerti

menyatakan ukuran tersebut dalam bentuk perbuatan. Namun demikian etika,

moral, susila dan akhlak tetap saling berhubungan dan membutuhkan

Beberapa karakteristik yang membedakan etika, moral, dengan akhlak,


yaitu:
a. Akhlak mengajarkan dan menuntut semua manusia kepada tingkah laku yang
baik dan benar. Kebaikan dan kebenarannya sesuai dengan Al-Quran dan As-
Sunnah.
b. Akhlak menetapkan bahwa yang menjadi sumber tingkah laku, ukuran baik dan

buruk didasarkan pada Al-Quran dan As-sunnah. Jika moral dan etika

memandang bahwa sesuatu itu baik, belum tentu dipandang baik menurut

wahyu.

c. Akhlak bersifat universal dan komprehensif, dapat diterima semua manusia.

d. Akhlak memiliki rumus yang praktis dan tepat menurut fithrah dan akal pikiran

manusia. Ajarannya dapat diterima dan dijadikan pedoman oleh seluruh umat

manusia.

e. Akhlak mengatur dan mengarahkan fithrah manusia ke tingkat akhlak yang tinggi

dan luhur.

C. DASAR AKHLAK DALAM ISLAM

Dalam ajaran Islam yang menjadi dasar-dasar akhlak adalah berupa al-Quran

dan Sunnah Nabi Muhammad Saw. Baik dan buruk dalam akhlak Islam ukurannya

adalah baik dan buruk menurut kedua sumber itu, bukan baik dan buruk menurut

ukuran manusia. Sebab jika ukurannya adalah manusia, maka baik dan buruk itu

bisa berbeda-beda. Seseorang mengatakan bahwa sesuatu itu baik, tetapi orang lain

belum tentu menganggapnya baik. Begitu juga sebaliknya, seseorang menyebut

sesuatu itu buruk, padahal yang lain bisa saja menyebutnya baik. Semua ummat

Islam sepakat pada kedua dasar pokok itu (al-Quran dan Sunnah) sebagai dalil naqli

yang tinggal mentransfernya dari Allah Swt, dan Rasulullah Saw. Keduanya hingga

sekarang masih terjaga keautentikannya, kecuali Sunnah Nabi yang memang dalam

perkembangannya banyak ditemukan hadis-hadis yang tidak benar (dha’if/palsu).


Melalui kedua sumber inilah kita dapat memahami bahwa sifat sabar,

tawakkal, syukur, pemaaf, dan pemurah termasuk sifat-sifat yang baik dan mulia.

Sebaliknya, kita juga memahami bahwa sifat-sifat syirik, kufur, nifaq, ujub,

takabur, dan hasad merupakan sifat-sifat tercela. Jika kedua sumber itu tidak

menegaskan mengenai nilai dari sifat-sifat tersebut, akal manusia mungkin akan

memberikan nilai yang berbeda-beda. Namun demikian, Islam tidak menafikan

adanya standar lain selain al-Quran dan Sunnah untuk menentukan baik dan

buruknya akhlak manusia.

Selain itu standar lain yang dapat dijadikan untuk menentukan baik dan buruk

adalah akal dan nurani manusia serta pandangan umum masyarakat.Islam adalah

agama yang sangat mementingkan Akhlak dari pada masalah-masalah lain. Karena

misi Nabi Muhammad diutus untuk menyempurnakan Akhlak. Manusia dengan

hati nuraninya dapat juga menentukan ukuran baik dan buruk, sebab Allah

memberikan potensi dasar kepada manusia berupa tauhid. Allah Swt. berfirman:

Artinya: “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak

Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa

mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka

menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami

lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan:

“Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah

terhadap ini (keesaan Tuhan)”. (QS. al-A’raf: 72).


D. MACAM-MACAM AKHLAK

1. Akhlak kepada Allah SWT.

Akhlak kepada Allah SWT dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan

yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk, kepada Allah sebagai

khaliq. Sekurang-kurangnya ada empat alasan mengapa manusia perlu berakhlak

kepada Allah SWT.

Beberapa bentuk akhlak terhadap Allah SWT, diantaranya:

1. Menaati segala perintah-Nya

Hal pertama yang harus dilakukan seorang muslim dalam beretika kepada

Allah SWT adalah dengan mentaati segala perintah-perintah–Nya. Allah SWT–

lah yang telah memberikan segala-galanya pada hambanya.

2. Beribadah kepada Allah

Melaksanakan perintah Allah untuk menyembah-Nya sesuai dengan

perintah-Nya. Seorang muslim beribadah membuktikan ketundukkan terhadap

perintah Allah.

3. Berzikir kepada Allah

Mengingat Allah dalam berbagai kondisi, baik diucapkan dengan mulut

maupun dalam hati.

4. Berdo’a kepada Allah

Memohon apa saja kepada Allah. Do’a merupakan inti ibadah, karena ia

merupakan pengakuan akan keterbatasan dan ketidakmampuan manusia,

sekaligus pengakuan akan kemahakuasaan Allah terhadap segala sesuatu.

5. Tawakal
Tawakal untuk Allah, yaitu berserah diri sepenuhnya kepada Allah dan

menunggu hasil kerja atau menunggu dari suatu keadaan. Tawakal bukan berarti
meninggalkan kerja dan usaha, dalam surat Al-Mulk ayat 15 dijelaskan, bahwa

manusia di syariatkan berjalan di muka bumi utuk mencari rizki dengan

berdagang, bertani dan lain sebagainya.

6. Tawaduk

Tawaduk untuk Allah yaitu hati yang rendah di hadapan Allah. Mengakui

bahwa kita adalah makhluk yang hina di hadapan Allah Yang Maha Kuasa, oleh

karena itu tidak layak jika hidup dengan angkuh dan sombong, tidak mau

memaafkan orang lain, dan pamrih dalam melakukan ibadah untuk Allah.

7. Ridho terhadap ketentuan Allah SWT

Etika berikutnya yang harus dilakukan seorang muslim terhadap Allah

SWT, adalah ridho terhadap segala ketentuan yang telah Allah berikan pada

dirinya. Seperti ketika ia dilahirkan baik dari keluarga yang berada maupun

keluarga yang kurang mampu, bentuk fisik yang Allah SWT berikan padanya.

2. Akhlak Kepada Rasulullah SAW.

a. Menghidupkan Sunnah

Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda yang menerangkan

bahwa, kita sebagai umat muslim diperintahkan untuk menghidupkan

sunah-sunah yang telah beliau wariskan. “Barangsiapa yang menghidupkan

satu sunnah dari sunnah-sunnahku, kemudian diamalkan oleh manusia,

maka dia akan mendapatkan (pahala) seperti pahala orang-orang yang

mengamalkannya, dengan tidak mengurangi pahala mereka sedikit pun.”

(HR Ibnu Majah).

b. Taat

“Hai orang-orang yg beriman taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya dan

ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang
sesuatu maka kembalikanlah hal itu kepada Allah dan Rasul-Nya jika

kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir. Yang demikian

itu lebih utama dan lebih baik akibatnya” .

c. Selalu bershalawat Membaca

Shalawat harus disertai dengan niat dan dengan sikap hormat kepada

Nabi Muhammad SAW. Orang yang membaca shalawat untuk Nabi

hendaknya disertai dengan niat dan didasari rasa cinta kepada beliau

dengan tujuan untuk memuliakan dan menghormati beliau.

3. Akhlak Kepada Manusia / Sosial

Akhlak yang baik kepada makhluk (Allah) adalah sebagaimana ucapan

sebagian Ulama: menahan diri untuk tidak mengganggu (menyakiti), suka

memberi, dan bermuka manis. Menahan diri untuk tidak mengganggu artinya

tidak mengganggu manusia baik dengan lisan maupun perbuatan.

Akhlak sesama manusia terdiri dari :

1. Akhlak kepada diri sendiri

Yaitu bagaimana seseorang bersikap dan berbuat yang terbaik untuk

dirinya terlebih dahulu, karena dari sinilah seseorang akan menentukan

sikap dan perbuatannya yang terbaik untuk orang lain, sebagaimana sudah

dipesankan Nabi, bahwa mulailah sesuatu itu dari diri sendiri

(ibda’binafsih). Begitu juga ayat dalam Al-Qur’an, yang telah

memerintahkan kepada manusia untuk memperhatikan diri terlebih dahulu

baru orang lain, “Hai orang-orang yang beriman peliharalah dirimu dan

kluargamu dari api neraka”, (Q.S. Al-Tahrim: 6).

2. Akhlak dalam keluarga


Akhlak yang pada prinsipnya terbagi kepada beberapa bentuk. Pertama,

akhlak kepada orang tua. Kedua, akhlak kepada anak sebagai keturunan dari

orang tua yang merupakan bagian dari darah daging orang tua. Bentuk

akhlak terhadap orang tua ialah dengan selalu berbakti kepada keduanya,

tidak membantah perkataannya, selalu mengerjakan apa yang disuruh.

Sebagaimana dijelaskan dalam Al-qur’an surah Al-isra’ ayat 23, disurah

tersebut kita diperintahkan untuk selalu berbuat baik pada ibu dan bapak

dengan perbuatan yang sebaikbaiknya. Dan janganlah sekali-kali kita

mengatakan “ah” kepada mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan

yang mulia.

3. Akhlak kepada orang lain

Yaitu akhlak terhadap tetangga. Walaupun memang harus diakui bahwa

akhlak kepada orang lain, bukan saja tetangga tetapi juga orang lain yang

tidak seagama, seperti akhlak pemerintah kepada rakyatnya dan akhlak

rakyat kepada pemimpinnya.

E. RUANG LINGKUP AKHLAK

Dari beberapa definisi akhlak, disimpulkan bahwa akhlak tidak memiliki

batasan, yaitu segala sesuatu yang mencangkup perbuatan dan aktifitas manusia.

Perspektif Islam, akhlak bersifat komprehensif (kaffah) dan holistik, di manapun

dan kapanpun harus berakhlak. Yusuf al-Qardhawi membuat kategori akhlak Islam

kepada beberapa aspek, yaitu akhlak terhadap diri sendiri, terhadap keluarga,

terhadap masyarakat, terhadap alam semesta dan terhadap Allah.14 Muhammad

Abdullah Darraz mengklasifikasikan pinsip akhlak Islam, yaitu akhlak kepada


individu keluarga, masyarakat, dan pemerintah.15 Apabila dirujuk pada sumber

akhlak (wahyu), maka ditemukan berbagai macam akhlak, yaitu akhlak kepada

Allah, akhlak kepada Rasulullah SAW, akhlak kepada diri sendiri, akhlak kepada

antarsesama manusia, makhluk dan lingkungan sekitarnya yang membawa misi

rahmatan li al-alamin.

Ruang lingkup akhlak meliputi akhlak kepada Allah, akhlak kepada

manusia, serta akhlak kepada alam semesta. Dari sisi penyerapan makna Akhlak

juga dapat menimbulkan perkembangan makna yakni etika dan moral.

F. HUBUNGAN AKHLAK DAN TASAWUF

Tasawuf adalah proses pendekatan diri pada Allah dengan cara mensucikan hati

sesuci - sucinya. Akhlak adalah ilmu yang menentukan batas antara baik dan buruk.

Jadi kaitan atau hubungan tasawuf dengan akhlak yaitu bahwa orang yang suci

hatinya akan tercermin dalam air muka dan perilakunya yang baik. Selain itu,

Akhlak dan tasawuf saling berkaitan. Akhlak dalam pelaksanaannya mengatur

hubungan horizontal antara sesama manusia. Sedangkan tasawuf mengatur jalinan

komunikasi vertikal antara manusia dengan tuhannya. Akhlak menjadi dasar dari

pelaksanaan tasawuf, sehingga dalam prakteknya tasawuf mementingkan akhlak.

Tasawuf dan akhlak merupakan disiplin ilmu dalam islam yang sangat erat sekali

hubungannnya, dan tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lain. karena

ketika kita membicarakan akhlak apek tasawuf tidak bias dilepaskan. Demikian

sebaliknya jika tasawuf dibincangkan maka akhlak Menjadi hal utama yang harus

bahas. Untuk mengetahui seberapa pentingkah hubungan akhlak dengan tasawuf

mungkin kita dapat mengkaji pendapat-pendapat ulama sebagai berikut.


‫األخالق نهاية والتصوف االتصوف بداية األخالق‬

Artinya: Akhlak adalah pangkal permulaan tasawuf sedangkan tasawuf batas

akhir dari akhlak.

Tasawuf dan ilmu akhlak memiliki hungan yang tumpang tindih antara satu

dan lainnya. Hubungan antara tasawuf dan ilmu akhlak sendiri dapat dijelaskan

melalui pemaknaan dari kedua ilmu tersebut. Secara garis besar, tasawuf yang

bertujuan mencapai kesucian hati untuk mencapai kedekatan dengan Allah, akan

dengan sendirinya membentuk suatu kepribadian yang

berakhlak mulia. Akhlak sendiri menjadi hal yang penting dalam

ilmu tasawuf. Dapat disimpulkan bahwa dalam pelaksanaannya, akhlak menjadi

pengatur hubungan antara sesama manusia, sedangan tasawuf menjadi pengatur

hubungan antara manusia dan Tuhan.

G. AKHLAK DAN AKTUALISASI DALAM KEHIDUPAN

Akhlak merupakan ilmu yang menentukan batas antara baik dan buruk,

terpuji atau tercela menyangkut perilaku manusia yang meliputi perkataan, pikiran

dan perbuatan manusia lahir maupun batin. Aktualisasi akhlak adalah bagaimana

seseorang dapat mengimplementasikan iman yang dimilikinya dengan

mengaplikasikan seluruh ajaran Islam dalam setiap tingkah laku sehari-hari, dan

akhlak yang seharusnya diaktualisasikan dalam kehidupan seorang muslim adalah:

1) Akhlak kepada Allah

- Mentauhidkan Allah dan tidak syirik kepada Allah, beriman kepada Allah dan

hanya menyembah Allah tidak menduakan Allah.


Contoh : menyembah pohon, berhala.

- Berdzikir kepada Allah, memohon ampunan-Nya karena kita manusia pasti

melakukan kesalahan.

Contoh : kita merasa paling benar dibandingkan orang lain.

2) Akhlak terhadap Rasulullah

- Mengikuti dan menjalankan Sunnah Rasul.

Contoh: mengaji, datang ke pengajian.

- Bersholawat kepada Rasul, karena memang sudah kewajiban yang diberikan

Allah kepada umatnya untuk senantiasa bersholawat kepada Rasul agar kita

bisa mendapatkan syafaatnya kelak baik di dunia maupun di akhirat.

3) Akhlak terhadap diri sendiri

- Sikap sabar, kita harus selalu sabar dalam keadaan apapun dan bersikap sabar

dapat menaikkan derajat manusia.

- Sikap syukur, kita harus selalu bersyukur atas segala hal yang telah Allah

berikan kepada kita.

PENUTUP

A. Kesimpulan
Akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang daripadanya

timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran ataupun

pertimbangan. Hal yang dapat membedakan antara manusia dan hewan terletak

pada akhlaknya. Manusia yang tak berakhlak sama halnya dengan hewan, hanya

saja kelebihan manusia pandai dalam berkata-kata.

Dalam islam, diajarkan bagaimana menjadi muslim yang terbaik, bukan

hanya melaksanakan sholat lima waktu, puasa dan zakat. Mungkin, orang-orang

membuat persepsi bahwa seorang muslim yang baik adalah muslim yang

melaksanakan hal tersebut. Namun ada satu hal yang banyak di lupakan oleh orang-

orang kalau seorang muslim yang baik adalah manusia yang mempunyai akhlak

yang mulia. Begitu pentingnya akhlak bagi setiap umat muslim dalam

membentengi kaidahnya dalam Islam. Karena jika seorang muslim membentengi

dirinya dengan akhlak yang mulia maka sama saja ia menjaga dan membentengi

akidahnya dari hal-hal buruk yang masuk kepada dirinya. Akhlak menjadi pengatur

hubungan antara sesama manusia, sedangan tasawuf menjadi pengatur hubungan

antara manusia dan Tuhan.

B. Saran

Kelompok kami sadar bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh

karena itu, saran dan kritik yang konstruktid kami butuhkan dari teman-teman agar

makalah ini dapat bermanfaat dan membantu bagi yang membacanya.

DAFTAR PUSTAKA
Marjuki, 2009, Akhlak Mulia (Pengantar Studi Konsep-Konsep Dasar Etika Dalam

Islam), Debut Wahana Press: Yogyakarta.

Misbah, Mujtaba, 2008, Daur Ulang Jiwa, Al-Huda: Jakarta.

Lahiji, Syehk, Z. A. Q., 2011, Risakah Sang Imam (Ajaran Etika Ali Bin Abi

Thalib), Al-Huda: Jakarta.

Husaini, 2018, Pendidikan Akhlak Dalam Islam, Jurnal Kependidikan Agama

Islam, 2(2): 2-14.

Tang, M., Nurbaeti, Kartini, dan Nisa, K., 2016, Pengembangan Kepribadian:

Pendidikan Agama Islam, Agus Corp: Makassar.

Anda mungkin juga menyukai