Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

“AKHLAK DALAM ISLAM”

Mata Kuliah : Pendidikan Agama Islam

Dosen Pengajar : Irfan Setia Permana, Dr., M.I.Kom

Disusun oleh Kelompok 3, Yang Beranggotakan :

Muhammad Siddiq Assalam (D312111007)

Priyo Susilo (D312111008)

Warismanso (D312111009

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

MEKANIK INDUSTRI & DESIGN

POLITEKNIK TEDC BANDUNG

2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur senantiasa penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT
yang memberikan petunjuk dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan
makalah untuk tugas Pendidikan Agama Islam yang berjudulkan “Akhlak Dalam Islam”
Karya tulis ini dimaksudkan sebagai pemenuhan salah satu tugas dari dosen pengajar. Selain
itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang Akhlak dalam Islam bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Irfan Setia Permana, Dr., M.I.Kom
selaku Dosen Mata Pelajaran Penddikan Agama Islam. Ucapan terima kasih juga
disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini. Penulis
menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang
membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................

DAFTAR ISI.........................................................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah.................................................................................................

1.2. Tujuan.............................................................................................................................

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Akhlak...........................................................................................................

2.2. Pembagian Akhlak..........................................................................................................

2.2.1. Berdasarkan sifat................................................................................................

2.2.2. berdasarkan objek...............................................................................................

2.2.3. berdasarkan contoh.............................................................................................

2.3. Contoh Akhlak Terpuji Dalam Islam...........................................................................

2.4. Sumber dan Ciri Ciri Akhlak Islami.............................................................................

2.5. Ciri Ciri Akhlak Islamiah.............................................................................................

2.6. Akhlak islami Dalam Kaitannya Dengan Status Pribadi..............................................

2.6.1. Pribadi Sebagai Hamba Allah............................................................................

2.6.2. Pribadi Sebagai Anak.........................................................................................

2.6.3. Akhlak Kepada Ayah & Ibu..............................................................................

2.6.4. Akhlak Kepada Anggota Masyarakat / Jamaah.................................................

2.6.5. Akhlak Pemimpin..............................................................................................

2.7. Kedudukan Akhlak Dalam Islam.................................................................................


2.8. Pengertian & Perbedaan Etika, Moral & Akhlak.........................................................

BAB 3 PENUTUP

3.1. Kesimpulan...................................................................................................................

3.2. Saran Saran...................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Dalam persoalan akhlak, manusia sebagai mahkluk berakal berkewajiban menunaikan


dan menjaga akhlak yang baik serta manjauhi dan meninggalkan akhlak yang buruk. Akhlak
merupakan dimensi nilai dari syariat islam. Kualitas keberagaman justru di tentukan oleh
nilai akhlak.

Manusia akan menjadi sempurna jika mempunyai akhlak terpuji serta menjauhkan
segala akhlak tercela. Secara kebahasaan akhlak juga bisa baik juga bisa buruk, tergantung
tata nilai yang dijadikan landasan atau tolak ukurnya. Di Indonesia, kata akhlak selalu
berkonotasi positif. Orang yang baik sering disebut orang yang berakhlak, sementara orang
yang tidak berlaku baik disebut orang yang tidak berakhlak.

1.2. Tujuan

Tujuan yang melatarbelakangi akhlak dalam islam ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengertian dan perbedaan etika, moral dan akhlak

2. Untuk mengetahui pengertian akhlak dalam islam

3. Untuk mengetahui ciri dan sumber akhlak dalam islam

4. Untuk mengetahui kedudukan akhlak dalam islam

Tujuan dari penulisan makalah


ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui
pengertian dan perbedaan dari
Etika, Moral dan Akhlak
2. Untuk mengetahui
karakteristik Etika, Moral dan
Akhlak
3. Untuk mengetahui
hubungan Tasawuf dengan
Akhlak
4. Untuk mengetahui
Aktualisasi Akhlak dalam
kehidupan masyarakat
Tujuan dari penulisan makalah
ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui
pengertian dan perbedaan dari
Etika, Moral dan Akhlak
2. Untuk mengetahui
karakteristik Etika, Moral dan
Akhlak
3. Untuk mengetahui
hubungan Tasawuf dengan
Akhlak
4. Untuk mengetahui
Aktualisasi Akhlak dalam
kehidupan masyarakat
BAB 2

PEMBAHASAN

Akhlak adalah istilah yang popular terdengar di kalangan masyarakat. Dalam


pengertian sehari hari, akhlak secara umumnya disamakan dengan artinya dengan budi
pekerti, kesusilaan, sopan santun dalam Bahasa Indonesia. Akhlak juga tidak berbeda pula
artinya dengan kata moral dan ethic dalam Bahasa inggris.

Manusia akan menjadi sempurna jika mempunyai akhlak terpuji serta menjauhkan
segala akhlak tercela. Secara kebahasaan akhlak juga bisa baik juga bisa buruk, tergantung
tata nilai yang dijadikan landasan atau tola ukurnya. Di Indonesia, kata akhlak selalu
berkonotasi positif. Orang yang baik sering disebut orang yang berakhlak, sementara orang
yang tidak berlaku baik disebut orang yang tidak berakhlak.

Adapun secara istilah, akhlak adalah sistem nilai yang mengatur pola sikap dan
tindakan manusia di muka bumi. Sistem nilai yang dimaksud adalah ajaran islam, dengan AL
Quran dan Sunnah Rasul sebagai sumber nilai serta ijtihad sebagai metode berpikir islami.
Pola sikap dan tindakan yang dimaksud mencakup pola hubungan dengan Allah, sesama
manusia dan dengan alam.

2.1. Pengertian Akhlak

Akhlak berasal dari Bahasa arab jama’ dari bentuk mufradatnya “khuluqun” yang
berarti budi perkerti, perangai, tingkah laku, dan tabiat. Sedangkan menurut istilah, apa itu
akhlak adalah pengetahuan yang menjelaskan tentang baik dan buruk yang mengatur
pergaulan manusia dan menentukan tujuan akhir dari usaha dan pekerjaannya,

Akhlak pada dasarnya melekat dalam diri seseorang , bersatu dengan perilaku atau
perbuatan. Jika erilaku yang melekat itu buruk maka disebut akhlak yang buruk atau akhlak
mazmumah. Sebaliknya, apabila perilaku tersebut baik disebut akhlak mahmudah.

Para ahli Bahasa mengartikan akhlak dengan istilah watak, tabiat, kebiasaan dan
aturan. Sedangkan menurut para ahli ilmu akhlak, akhlak adalah sesuatu keadaan jiwa
seseorang yang menimbulkan terjadinya perbuatan perbuatan seseorang. Dengan demikian,
bilamana perbuatan, sikap, dan pemikiran seseorang itu baik, niscaya jiwanya baik.
Berdasarkan definisi dari apa itu akhlak, dapat dilihat beberapa pendapat dari pakar
ilmu akhlak di bawah ini tetang pengertian sebenarnya dari akhlak menurut agama islam :

1. Al- Qurthubi dalam tafsir Al Qurtubi juz 8 mengatakan bahwa akhlak adalah
“pebuatan yang besumber dari diri manusia yang selalu dilakukan, maka itu yang
disebut akhlak, karena perbuatan tersebut bersumber dari kejadiannya”.

2. Imam Al-Ghazali dalam ihya’ Ulum al-Din juz 3 mendefinisikan akhlak sebagai
“sifat yang tertanam dalam jiwa manusia yang melahirkan tindakan tindakan mudah
tanpa memerlukan pemikiran ataupun pertimbangan”.

3. Ibn Miskawaih dalam tahdzib al-Akhlak fii al-Tarbiyah mendefinisikan apa itu
akhlak sebagai jiwa yang mendorong ke arah melakukan perbuatan-perbuatan dengan
tampa pemikiran dan pertimbangan”.

4. Prof. Dr. Ahmad Amin dalam pengantar studi Akhlak mengemukakan bahwa “akhlak
merupakan suatu kehendak yang dibiasakan. Artinya kehendak itu bila membiasakan
sesuatu disebut dengan akhlak”.

5. Muhammad Ibn al-Sadiqi dalam dalil Al-Falihin juz 3 mangatakan bahwa “akhlak
adalah sesuatu pembawaan yang tertaman pada diri, yang dapat mendorong untuk
berbuat baik”.

6. Abu bakar Jabir al-Jaziri dalam minhaj al-Muslim “akhlak adalah bentuk kejiwaan
yang tertanam dalam diri manusia yang dapat menimbulkan perbuatan baik dan
buruk, terpuji dan tercela”.

Dari pakar dalam bidang akhlak tersebut, dinyatakan bahwa akhlak adalah perangai
yang melekat pada diri seseorang yang dapat memunculkan perbuatan baik tanpa
mempertimbangkan pikiran terlebih dahulu. Tingkah laku itu dilakukan secara berulang
ulang tidak cukup hanya sekali melakukan perbuatan baik atau hanya sewaktu wakru saja.

Akhlak islam dapat dikatakan sebagai akhlak yang islami karena bersumber pada ajaran
Allah dan Rasulullah. Akhlak islami ini merupakan amal perbuatan yang sifatnya terbuka.
Sehingga dapat menjadi indikator seseorang apakah seseorang muslim yang baik atau buruk.
Akhlak ini merupakan buah dari akidah dan syariah yang benar.
Secara mendasar, akhlak erat kaitannya dengan kejadian manusia yaitu Khaliq
(pencipta) dan makhluq (yang diciptakan). Rasululah di utus untuk menyempurnakan akhlak
manusia yaitu untuk memperbaiki hubungan makhluq dengan Khaliq dan hubungan baik
antar makhluknya.

2.2. Pembagian Akhlak

Dalam pembgiannya akhlak dikategorikan menjadi dua macam yakni akhlak


berdasarkan sifat dan akhlak berdasarkan objek. Berikut penjabarannya.

2.2.1. Akhlak berdasarkan sifat

Dalam kategori akhlak berdasarkan sifat, apa itu akhlak terbagi menjadi dua yaitu:

A. Akhlak Mahmudah (akhlak terpuji) atau akhlak karimah (akhlak mulia).

Yang dimaksud dengan akhlak terpuji adalah segala macam sikap dan
tingkah laku yang baik (terpuji). Akhlak ini dilahirkan oleh sifat sifat
mahmudah yang terpendam dalam jiwa manusia. Berakhlak terpuji artinya
menghilangkan semua adat kebiasaan yang tercela yang sudah digariskan
dalam agama islam serta menjauhkan ddiri dari perbuatan tercala tersebut,
kemudian membiasakan adat kebiasaan baik, melakukan dan mencintainya,

B. Akhlak Mazhmumah (akhlak tercela) atau akhlak sayyi’ah (akhlak yang jelek).

Menurut Imam Al-Ghazali, akhlak yang tercela ini dikenal dengan sifat
sifat muhlikat, yakni segala tingkah laku manusia yang dapat membawanya
kepada kebinasaan dan kehancuran diri yang tentu saja bertentangan dengan
fitrahnya untuk selalu mengarah kepada kebaikan.

2.2.2. Akhlak berdasarkan objek

Dalam kategori akhlak berdasarkan objek, apa itu akhlak terbagi menjadi dua
yaitu:

A. Akhlak kepada khalik (Tuhan)

Yaitu dengan meluruskan ubudiyah dan dasar tauhid, menaati perintah


Allah atau bertakwa, ikhlas dalam semua amal, cinta kepada Allah, takut
kepada Allah, bersyukur, rido atas semua ketetapan Allah dan masih banyak
lagi. Kemudian akhlak kepada sesama manusia
B. Akhlak kepada makhluk, yang terbagi menjadi lima, yaitu:

1. Akhlak terhadap Rasulullah ‘


2. Akhlak terhadap keluarga
3. Akhlak terhadap diri sendiri
4. Akhlak terhadap sesama
5. Akhlak terhadap alam lingkungan

2.2.3. Akhlak berdasarkan contoh

A. Contoh Akhlak Terpuji Terhadap Allah

1. Ikhlas 5. Bertawakal
2. Bertaubat 6. Harapan
3. Bersabar  7. Bersikap Takut
4. Bersyukur

B. Contoh Akhlak Mulia Terhadap Sesama Manusia

1. Menjaga hubungan baik


2. Berkata benar
3. Tidak meremehkan orang lain
4. Bersangka baik (Husnuzon)
5. Kasih sayang

C. Contoh Akhlak Terpuji Terhadap Diri Sendiri

1. Memelihara kesucian dan kehormatan diri


2. Qana’ah : menerima apa adanya pemberian dari Allah.
3. Berdo’a kepada Allah
4. Sabar dengan ketentuan Allah
5. Tawakal kepada Allah
6. Rendah Hati
2.3. Contoh Akhlak Terpuji Dalam Islam

Adapun hal hal yang perlu dibiasakan dan diketahui sebagai akhlak yang terpuji
dalam islam antara lain adalah :

1. Berani dalam kebaikan, berkata benar serta menciptakan manfaat, baik bagi diri
maupun orang lain.

2. Adil dalam memutuskan hokum tanpa membedakan kedudukan, status sosial


ekonomi, maupun kekerabatan.

3. Arif dan bijaksana dalam menggambil kepurusan.

4. Pemurah dan suka menafkahkan rezeki baik lapang maupun sulit.

5. Ikhlas dan beraman semata mata demi meraih ridha Allah.

6. Cepat bertaubat kepafa Allah ketika berdosa.

7. Jujur dan amanah.

8. Tidak berkeluh kesah dalam meghadapi masalah hidup.

9. Penuh kasih sayang.

10. Lapang hati dan tidak balas dendam.

11. Malu melakukan perbuatan yang tidak baik.

12. Rela berkorban untuk kepentingan umat dan dalam membela agama Allah.

Hadits-hadits Nabi SAW demikian beragam berbicara tentang akhlak. Terkadang


berisi perintah dan anjuran untuk berhias dengan akhlak yang terpuji dalam bergaul dengan
manusia. Ada kalanya beliau menyebut besarnya pahala akhlak mulia dan beratnya pahala
akhlak dalam timbangan. Pada kesempatan yang lain, beliau memperingatkan manusia dari
akhlak yang buruk dan tercela.

Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ashz meriwayatkan bahwa Rasululullah saw pernah
bersabda: "Sesungguhnya yang terbaik di antara kalian adalah yang paling baik
akhlaknya." (HR. al-Bukhari, 10/378 dan Muslim no. 2321).
Dalam hadits lain, Rasulullah berpesan kepada Abu Dzar al-Ghifari dan Mu’adz bin Jabal
untuk bergaul dengan manusia dengan akhlak yang baik dalam sabda beliau: "Bertakwalah
kamu kepada Allah di mana pun kamu berada. Iringilah kesalahanmu dengan kebaikan,
niscaya ia dapat menghapusnya. Dan pergaulilah semua manusia dengan akhlak (budi
pekerti) yang baik." (HR. at-Tirmidzi no. 1987).

2.4. Sumber dan Ciri-Ciri Akhlak Islami


Persoalan “Akhlak” di dalam islam banyak dibicarakan dan dimuat pada Al-Qur’n
dan Al-Hadits.  Sumber tersebut merupakan batasan-batasan dalam tindakan sehari-hari bagi
manusia. Ada yang menjelaskan arti baik dan buruk. Memberi informasi kepada umat, apa
yang semestinya harus diperbuat dan bagaimana harus bertindak. Sehingga dengan mudah
dapat diketahui, apakah perbuatan itu terpuji atau tercela, benar atau salah.

Kita telah mengetahui bahwa akhlak islam adalah merupakan system moral/akhlak
yang berdasarkan islam, yakni bertitik tolak dari akidah yang diwahyukan Allah pada
nabi/Rasul-Nya yang kemudian agar disampaikan kepada umatnya.

Memang  sbagaimana disebutkan terdahulu bahwa secara umum akhlak/moral terbagi


atas moral yang berdasarkan kepercayaan kepada Tuhan dan kehidupan akhirat dan kedua
moral yang sama sekali tidak berdasarkan kepercayaan kepada Tuhan, moral ini timbul dari
sumber-sumber sekuler.

Akhlak islam, karena merupakan system akhlak yang berdasarkan kepercayaan


kepada Tuhan, maka tentunya sesuai pula dengan dasar daripada agama itu sendiri. Dengan
demikian, dasar/sumber pokok daripada akhlak islam adalah Al-Qur’an dan Al-Hadits yang
merupakan sumber utama dari agama islam itu sendiri.

Dinyatakan dalam sebuah hadits Nabi:


َ ‫ضلُّوْ ا ما َ تَ َم َّس ْكتُ ْم بِ ِه َما ِكت‬
‫َاب هللاِ َو ُسنَّةَ َو َرسُوْ لِ ِه‬ ُ ‫ تَ َر ْك‬: ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
ِ َ‫ت فِ ْي ُك ْم اَ ْم َر ْي ِن لَ ْن ت‬ َ ‫ك قَا َل النَّبُّى‬
ٍ ِ‫َس ْب ِن ماَل‬
ِ ‫ع َْن اَن‬
Artinya:
“ Dari Anas Bin Malik berkata: Bersabda Nabi Saw: Telah kutinggalkan atas kamu sekalian
dua perkara, yang apabila kamu berpegang kepada keduanya, maka tidak akan tersesat, yaitu
Kitab Allah dan Sunah Rasul-Nya”.
Memang tidak disangsikan lagi dengan bahwa segala perbuatan/tidakan manusia
apapun bentuknya pada hakikatnya adalah bermaksud untuk mencapai kebahgiaan (saadah),
dan hal ini adalah sebagai “natijah” dari problem akhlak. Sedangkan saadah menurut system
moral/akhlak yang agamis(islam), dapat dicapai dengan jalan menuruti perintah Allah yakni
dengan menjahui segala larangan Allah dan mengerjakan segala perintah-Nya, sebagaimana
yang tertera dalam pedoman dasar hidup bagi setiap muslim yakni Al-Qur’an dan Al-Hadits.
Sehubungan dengan Akhlak Islam, Drs. Sahilun A, Nasir menyebutkan bahwa Akhlak Islam
berkisar pada:
A.       Tujuan hidup setiap muslim, ialah menghambakan dirinya kepada Allah, untuk
mencapai keridhaan-Nya, hidup sejahtera lahir dan batin, dalam kehidupan masa kini
maupun yang akan datang.
B.      Dengan keyakinannya terhadap kebenaran wahyu Allah dan sunah Rasul-Nya, membawa
konsekuensi logis, sebagai standard dan pedoman utama bagi setiap moral muslim. Ia
member sangsi terhadap moral dalam kecintaan dan kekuatannya kepada Allah, tanpa
perasaan adanya tekanan-tekanan dari luar.
C.       Keyakinannya akan hari kemuadian/pembalasan, mendorong manusia berbuat baik dan
berusaha menjadi manusia sebaik mungkin, dengan segala pengabdiannya kepada Allah.
D.      Islam tidak moral yang baru, yang bertentangan dengan ajaran dan jiwa islam,
berasaskan darI Al-Qur’an dan Al-Hadits, diinterprestasikan oleh ulama mujtahid.
E.       Ajaran Akhlak Islam meliputi segala segi kehidupan manusia berdasrkan asas kebaikan
dan bebas dari segala kejahatan. Islam tidak hanya mengajarkan tetapi menegakkannya,
dengan janji dan sangsi Illahi yang Maha Adil. Tuntutan moral sesuai dengan bisikan
hati nurani , yang menurut  kodratnya cenderung kepada kebaikan dan membenci
keburukan.

Dengan demikian dapat ditegasakan disini bahwa dasar dari akhlak islam secara global
hanya ada dua yakni: Percaya adanya Tuhan dan percaya adanya hari kemudian/ pembalasan,
sebagai disebutkan oleh Abul A’la Maududi bahwa system moral/akhlak ada yang
berdasarkan kepercayaan kepada Tuhan dan kehidupan setelah mati.

Dalam islam, budi pekerti merupakan refleksi iman dari seseorang sebagai contoh(suri
tauladan) yang pas dan benar ialah Rasullah Saw. Beliau memiliki akhlak yang sangat muia,
agung dan teguh. Sehingga tidak mustahil kalau Allah memilih beliau sebagai pemimpin
umat manusia.
“Akhlak” di dalam iajaran islam sangat rinci, berwawasan multi dimensial bagi
kehidupan, sistematis dan beralasan realitas. Juga “Akhlak” banyak dibicarakan tentang
konsekuensi yang bagi manusia yang tidak berpegang pada “ akhlak islam”.

“Akhlak islam” bersifat mengarahkan, membimbing, mendorong, membangun peradaban


manusia dan mengobati bagi penyakit social dari jiwa dan mental. Tujuan berakhlak yang
baik untuk mendapatkan kebahagiann di dunia dan akhirat. Dua simbolis tujuan inilah yang
diidamkan manusia bukan semata berakhlak secara islami hanya bertujuan untuk kebahagiaan
dunia saja.

2.5. Ciri Ciri Akhlak Islamiyah


Dalam ajaran Islam memelihara terhadap sifat terpuji. Dan ada ciri-ciri akhlak islamiyah
yaitu:
1.      Kebajikan yang mutlak
Islam menjamin kebajikan mutlak. Karena Islam telah menciptakan akhlak yang
luhur. Ia menjamin kebaikan yang murni baik untuk perorangan atau masyarakat
pada setiap keadaan, dan waktu bagaimanapun. Sebaliknya akhlak yang
diciptakan manusia, tidak dapat menjamin kebaikan dan hanya mementingkan diri
sendiri.

2.      Kebaikan yang menyeluruh


Akhlak islami menjamin kebaikan untuk seluruh manusia. Baik segala jaman,
semua tempat, mudah tidak mengandung kesulitan dan tidak mengandung
perintah berat yang tidak dikerjakan oleh umat manusia di luar kmampuannya.
Islam menciptakan akhlak yang mulia, sehingga dapat dirasakan sesuai dengan
jiwa manusia dan dapat diterima akal yang sehat.

3.      Kemantapan
Akhlak Islamiayah menjamin kebaikan yang mutlak dan sesuai pada diri manusia.
Ia bersifat tetap, langgeng dan mantap, sebab yang menciptakan Tuhan yang
bijaksana, yang selalu memliharanya dengan kebaikan yang mutlak. Akan tetapi
akhlak/etika ciptaan manusia bersifat berubah-rubah dan tidak selalu sama sesuai
dengan kepentingan masyarakat dalam satu jaman atau satu bangsa. Sebagai
contoh aliran materialism, hati nurani dana lain sebagainya.
4.      Kewajiban yang dipatuhi
Akhlak yang bersumber dari agama Islam wajib ditaati manusia sebab ia
mempunyai daya kekuatan yang tinggi menguasai lahir batin dan dalam keadaan
suka dan duka, juga tunduk pada kekuasaan rohani yang dapat mendorong untuk
tetap berpegang kepadanya. Juga sebagai perangsang untuk berbuat kebaikan yang
diiringi dengan pahala dan mencegah perbuatan jahat, karena takut skan siksaan
Allah SWT.

5.      Pengawasan yang menyeluruh


Agama islam adalah pengawas hati nurani dan akal yang sehat, islam menghargai
hati nurani bukan dijadikan tolak ukur dalam menetapkan beberapa usaha. Firman
Allah dalam surat Al-Qiyamah: 1-2 ; yang artinya: “Aku bersumpah dengan hari
kiamat, dan aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri)”.

2.6. Akhlak Islami Dalam Kaitannya Dengan Status Pribadi


Dibagian ini kami akan menjelaskan “Akhlak islami” yang mengatur dan membatasi
kedudukan (satus) pribadi sebagai:

1. Hamba Allah 5. Jama’ah


2. Anak 6. pemimpin
3. Ayah/ibu
4. Anggota masyarakat\

Dengan demikian “akhlak islami” mengarah kepada status pribadi yang berada pada
kelompok social yang beraneka ragam. Fungsi, peran dan bagaimana semestinya berperilaku
pada posisi(kedudukan) dalam kelompok sosial tersebut, dengan adanya “akhlak Islami”
dapat dihindari (pola hubungan manusia dengan manusia, dan hubungan manusia dengan
kholiqnya) keliruan bertindak.
2.6.1. Pribadi sebagai Hamba Allah
Kenyataan di jagad raya (dunia) membuktikan bahwa ada kekuatan yang tidak
Nampak. Dia mengatur dan memelihara alam semesta ini.Juga Dialah yang menjadi
sebab adanya semua ini. Dalam pengaturan alam semesta ini terlihat ketertiban, dan ada
suatu peraturan yang berganti-ganti dan gejala dating dengan keteraturan-Nya.

Semua kenikmatan tersebut, bukan berarti “ Sang Pencipta mempunyai maksud


kepada manusia supaya membalas dengan sesuatu, itu tidak, tetapi Allah
SWT.memerintahkan manusia agar senantiasa beribadah kepada-Nya.

Hubungan manusia dengan Allah adalah hubungan makhluk dengan kholiknya.


Dalam masalah ketergantungan , hidup manusia selalu mempunyai ketergantungan
kepada yang lain. Dan tumpuan serta pokok ketergantungan adalah ketergantungan
kepada yang Maha Kuasa, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Bijaksana, Yang Maha
Sempurna, ialah Allah Rabul ‘alamin, Allah Tuhan Maha Esa.

Dari segi kemanusiaan, sebagai manusia yang normal yang mempunyai sifat
kemanusiaan, harus tahu berterima kasih kepada segala pihak yang telah memberikan
jasa. Kita akan disebut orang yang “ tak tahu diri”, kalau kita ditolong oleh seseorang,
kemudian orang itu tidak kita terima kasih apalagi malah orang itu kita marahi.

Kalau kita ditolong oleh orang lain dalam hidup kita ini, maka sewajarnyalah
kalau kita berterima kasih kepada orang yang telah member pertolongan itu. Maka akan
timbul di dalam hati bagaimana dapat membalas jasa atau membalas budi kepada orang
yang telah member pertolongan itu. Maka akan timbul di dalam hati bagaimana dapat
membalas jasa atau membalas budi kepada orang yang telah member tolong itu tadi.

Kalau tidak dapat dapat memberikan balasan budi yang sepadan, sekurang-
kurangnya akan mengatakan terima kasih dengan perbuatan yang hormat, menunjukkan
betapa berterima kasihnya dan keinginan membalas budi walaupun tidak terbalas oleh
dirinya, dia mengharapkan mudah-mudahan dibalas kebaikannya itu dengan pahala yang
berlipat ganda oleh Allah.

2.6.2. Pribadi Sebagai Anak


Ketika nabi Ibrahim masih kecil, berdialog kepada ayahnya tentang Tuhan. Dan
kesimpulannya bahwa Tuhan telah member petunjuk kepada manusia bahwa
memperTuhan benda adalah sangat keliru.

Dengan demikian, dunia anak sangat penting diperhatikan. Apabila keliru dalam
mendidik akhlak anak, bias jadi dunia anak akan tidak mengenal akhlak yang lebih lanjut
anak akan melakukan perbuatan yang abnormal kriminalitas dan lain sebagainya. Contoh
dalam pendidikan akhlak, apabila anaka-anak sekolah berdusta di dalam segala apa yang
mereka bicarakan, didukung para gurunya berdusta juga di dalam mengajar dan segala
pembicaraannya, maka masyarakat (anak-anak) tidak dapat berujud. Dan apabila dunia
anak terancam demikian, masyarakat yang akan dating tidak dapat berwujud karena
adanya tiap-tiap yang dibicarakan menjurus dusta. Dan yang membekas dan berwujud
pada masyarakat yang merusak dan rendah martabatnya.

Maka model mendidik akhlak anak, tidak langsung berkata itu baik, atau itu
buruk, apabila seorang anak baru saja belajar membaca, menurut kita itu jelek/buruk
namun kita tidak seharusnya berkata demikian. Sebab dapat menyakiti hati dan patah
semangat. Tetapi kita beri semangat dan dorongan yang dapat memacu dan bergiatnya si
anak.

2.6.3. Akhlak Pada Ayah dan Ibu


Betapa berat tangguangan seorang ibu dikala mengandung dan demikian pula
kalau sudah dating waktunya melahirkan. Dengan mengerahkan seluruh perhatian, jiwa
raga dan tenaga si ibu melahirkan jabang bayinya dengan harap-harap cemas. Berharap
agar si bayi yang dilahirkannya sehat dan sempurna keadaannya sebagai manusia
sempurna anggota badannya, seperti susunan jasmaninya dan tumbuh dalam keadaan
yang wajar baik jasmani maupun rohaninya. Cemas kalau-kalau jabang bayinya tidak
normal baik jasmani dan rohaninya atau ada gangguan-ganguan yang tidak
diinginkannya. Di samping itu derita jasmani si ibu menahan dikala melahirkan jabang
bayinya tersebut.

Setelah jabang bayinya lahir, betapa kasih saying si ibu kepada anaknya, seakan-
akan segala yang ada pada si ibu adalah untuk anaknya. Jiwa, raga perhatian, kasih
saying semuanya ditumpahkan untuk si jabang bayi itu, agar si bayi selamat sentosa
dalam pertumbuhannya menjadi manusia yang baik. Kata sanjung dan manjaan, kata
timang yang mengandung doa dan harapan meluncur dicurahkan untuk si bayi, semoga
kelak menjadi manusia yang ideal.

Mengapa demikian besar kasih sayang ibu kepada anaknya. Padahal sewaktu
belum mengandung seakan belum mau mempunyai anak. Atau karena anaknya sudah
dua tiga ingin tidak ada yang keempat. Tetapi karena dikarunia Tuhan anak yang
selanjutnya kasih sayang ibu tidak ada bedanya antar kepada yang pertama yang kedua
dan seterusnya.

Dari mana datangnya cinta kasih saying kepada putranya, padahal tiada pamrih.
Lain dengan cinta seorang kekasih kepada pacarnya, yang kalau kasihnya tiada terbalas
bias berbalik menjadi benci. Tetapi kasih ibu bagaimanapun tiada akan berubah dan
hilang, walaupun si anak tiada membalas kasih dan cinta ibu.

Memang itu kareana “Hidayah”, anugerah dari pada Allah Yang Maha Pengasih
dan Penyayang. Hidayah itu tersebut insting atau naluri, dalam ilmu agama disebut
“Hidayah-ghariziyyah”.

2.6.4. Akhlak kepada Anggota Masyarakat/ Jama’ah


Pokok utama kerasulan nabi Muhammad Saw adalah menyempurnakan akhlak
yang mulia. Mencakup semua bentuk sikap dan perbuatan yang terpuji dikalangan
orang-orang (masyarakat) yang bertaqwa. Di samping terpuji berdasarkan norma-norma
yang ditetapkan Allah SWT.

Akhlak mulia merupakan akhlak yang berlaku dan berlangsung di atas jalur Al-
Qur’an dan perbuatan nabi Muhammad Saw. Dalam sikap dan perbuatan. Seperti di
dalam Al-Qur’an surat l-Qalam ayat 4.”Dan sesungguhnya engkau Muhammad
mempunyai akhlak yang mulia”.

Dengan demikian setiap muslim diwajibkan untuk memlihara norma-norma


(agama) di masyarakat terutama di dalam pergaulan sehari-hari baik keluarga rumah
tangga, kerabat, tetangga dan lingkungan kemasyarakatan.

Tolong-menolong untuk kebaikan dan takwa kepada Allah adalah perintah


Allah, yang dapat ditarik hokum wajib kepada setiap kaum muslimin dengan cara yang
sesuai dengan keadaan objek orang bersangkutan

2.6.5. Akhlak Pemimpin


Tugas pemimpin tidak ringan. Tanggung jawab yang ia pikul senantiasa
bernafaskan amanat. Baik amanat dari masyarakat/ warga atau Negara. Bahkan agama.
Agama islam sangat memperhatikan masalah kepemimpinan. Menurut Islam. Semua
pemimpin akan dimintai pertanggung jawabnya. Pemimpin keluarga bertanggung jawab
atas kebahagiaan, kesejahteraan keluarganya, pemimpin Negara/bangasa akan dimintai
pertanggung jawabnya oleh masyarakat dan lain sebagainya.

Sebagai contoh seorang pemimpin sejati adalah Rasullah Saw dan para
sahabatnya seperti Abu bakar sebagai orang yang berwibawa dan tenang. Oerangnya
penuh ramah tamah, cinta sesama dan selalu membenarkan dan menepati pada rasul
yang agung. Umar bin khotob sebagai pemimpin yang mempunyai pendapat yang
berbobot. Dia adalah orang yang terpercaya terhadap rahasia-rahasianya. Utsman sebagai
pengumpul firman Kitab Allah. Dia adalah seorang pemimpin yang meluruskan akida.
Sedangkan Ali bin Abi Thalib sebagai pemimpin yang pandai menyusun pasukan perang
untuk mengalahkan orang-orang jahat. Dan Ali adalah seorang pemimpin yang mampu
sebagai pewaris ilmu rasullah dan pemelihara janjinya.

Demikianlah akhlak pemimpin yang dicontohkan kepada kita untuk menjadi


pemimpin sejati. Akhlak pemimpin baik, sebab sifat, perilaku dan sikapnya dapat
membahagiakan orang lain (umat manusia) dan menampakkan karismatiknya pada yang
dipimpin, jadi dapat dikemukakan di sini, bahwa pemimpin berakhlak baik apabila
memiliki kepribadian yang sesuai dengan tata aturan (ketentuan) agama, masyarakat,
keluarga dan Negara/bangsa.

2.7. Kedudukan akhlak dalam islam


Dalam islam, alat pengukur atau dasar dalam menentukan sifat dan perilaku seseorang
itu baik atau buruk adalah al-Quran dan hadist. Contohnya ketika Aisyah ditanya tentang
akhlak Rasulullah Ṣallāllahu ‘alaihi wa sallam. Ia menjawab : “ Akhlak Rasulullah adalah
al-Quran” maksud perkataan Aisyah adalah segala tingkah laku dan tindakan Rasulullah baik
yang zahir maupun yang batin senantiasa menikuti petunjuk al-Quran. Karena al-Quran selalu
mengajarkan umat islam untuk berbuat baik dan menjauhi segala perbuatan yang buruk. Dan
begitu pula dalam hadist Rasulullah “sungguh aku diutus untuk menyempurnakan akhlak
yang mulia”. Dalam hadist tersebut bahwa tujuan akhir diutus Rasulullah adalah
membimbing manusia agar menjadi pribadi yang berakhlak mulia. Karena akhlak adalah
buah dari pengalaman syariat yang terkandung didalam al-Quran dan al-Hadist.

Secara garis besar, ajaran agama islam mengandung tiga hal pokok yaitu aspek
keyakinan, aspek ritual dan aspek perilaku. Pertama aspek keyakinan (iman) disebut
“aqidah” yaitu suatu ikatan seseorang kepada allah dengan meyakini keesannya baik dalam
dzat maupun sifatnya. Kedua aspek ritual (islam) disebut dengan shariah yaitu aturan atau
hokum dengan Allah, manusia dengan manusia dan manusia dengan islam. Ketiga aspek
perilaku (ihsan) adalah akhlak dan perilaku yang Nampak dalam diri seseorang dalam
hubungan dengan dirinya, sesama manusia dana lam sekitarnya. Dengan demikian akidah,
syariat dan akhlak merupakan, satu kesatuan yang tidak dapat dipisah pisahkan.

2.8. Pengertian dan perbedaan etika, moral dan akhlak


Akhlak merupakan pintu gerbang ilmu tasawuf, ilmu akhlak dapat membantu
seseorang untuk membersihkan diri dari kotoran hati, menyucikan diri dari perkara dunia,
serta mengabdikan diri untuk beribadah kepada Allah sebagai bekal akhirat. Memiliki jiwa
dan hati yang suci tentu erat hubungannya dengan akhlak yang mulia.
Istilah akhlak, etika, dan moral mempunyai persamaan dan perbedaan dalam pemaknaannya.
Sebagaimana diterangkan dalam buku “Akhlak Tasawuf” yang disusun oleh Prof. Dr.
Rosihon Anwar, M. Ag. Pertama bahwasanya ketiganya mengacu pada gambaran tentang
perbuatan, tingkah laku, dan perangai yang baik. Kedua, merupakan prinsip atau aturan hidup
manusia untuk mengukur martabat dan harkat kemanusiaannya. Ketiga, merupakan potensi
positif yang dimiliki oleh setiap orang.Sementara perbedaan diantara ketiga istilah tersebut
ialah; akhlak tolok ukurnya adalah Al- Qur’an dan As- Sunnah, etika tolok ukurnya adalah
pikiran atau akal, sedangkan moral tolok ukurnya adalah norma yang hidup dalam
masyarakat.

Nabi Muhammad SAW sebagai khatimunnabi diutus oleh Allah untuk


menyempurnakan Akhlak. Betapa pentingnya pembelajaran, penerapan, dan pembiasaan
akhlak sejak dini yang akan mempengaruhi karakter pada diri seseorang, yang mana sesuai
dengan etika dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Pembentukan karakter tersebut erat
kaitannya dengan psikologi. Psikologi membicarakan tentang perasaan, sifat, kehendak,
pemahaman, khayal, kemerdekaan, yang keseluruhan dibutuhkan oleh ilmu akhlak.

Psikologi mempelajari tingkah laku manusia selaku anggota masyarakat sebagai


manifestasi dan aktivitas rohaniah, baik di dalam maupun di luar kelompoknya, saling
mempengaruhi antara satu sama lain dalam bermasyarakat. Sementara ilmu akhlak
memberikan gambaran kepada manusia tentang perkara yang baik dan buruk, serta perkara
yang halal dan haram. Betapa eratnya hubungan antara ilmu akhlak dengan psikologi.
BAB 3
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Akhlak ialah suatu keadaan yang tertanam di dalam jiwa yang menampilkan perbuatan-
perbuatan dengan senang tanpa memerlukan pemikiran dan penelitian. Apabila perbuatan
yang keluar itu baik dan terpuji menurut syara dan aqal, perbuatan itu dinamakan akhlak yang
mulia. Sebaliknya apabila keluar perbuatan yang buruk, ia dinamakan akhlak yang buruk.
Oleh karena itu kita sebagai muslim, haruslah menanamkan sifat-sifat yang baik, agar akhlak
yang keluar dari diri kita, merupakan akhlak yang terpuji, yang disukai oleh Allah

Adapun ciri-ciri akhlak Islamiyyah ialah

1.      Bersifat mutlak dan menyeluruh

Akhlak Islamiyyah bersifat mutlak, tidak bolehdipinda atau diubahsuai, dikenakan kepada
seluruh individu tanpa mengiraketurunan, warna kulit, pangkat, tempat, dan masa.

2.      Melengkapkan dan menyempurnakan tuntutan

Ditinjau dari sudut kejadianmanusia yang dibekalkan dengan pelbagai naluri, akhlak
Islamiyyah adalah merangkumi semua aspek kemanusiaan rohaniyyah, jasmaniyyah
danaqliyyah,sesuai dengan semua tuntutan naluri dalam usaha mengawal sifat-sifat
yangtercela (sifat-sifat mazmumah) untuk kesempurnaan insan, bukan untuk
mengawalkebebasan peribadi seseorang.

3.      Bersifat sederhana dan seimbang

tuntutan akhlak dalam Islam adalah sederhana,tidak membebankan sehingga menjadi pasif
dan tidak pula membiarkan sehinggamenimbulkan bahaya dan kerosakan.
4.      Mencakupi suruhan dan larangan

Bagi kebaikan manusia, perlaksanakanakhlak Islamiyyah meliputi suruhan dan larangan


dengan tidak bolehmengutamakan atau mengabaikan mana-mana aspek tersebut.

5.      Bersih dalam perlaksanaan

Untuk mencapai kebaikan, akhlak Islmaiyyahmemerintah supaya cara dan metod


perlaksanaan sesuatu perbuatan dan tindakanitu hendaklah dengan cara yang baik dan saluran
yang benar yang telah ditetapkanoleh akhlak Islamiyyah. Ertinya untuk mencapai suatu
matlamat, cara perlaksanaannya mestilah bersih menurut tata cara Islam.

6.      Matlamat tidak menghalalkan cara Keseimbangan

Akhlak dalam Islam membawa kesinambungan bagi tuntutanrealiti hidup antara rohaniyyah
dan jasmaniyyah serta aqliyyah, dan antarakehidupan dunia dan akhirat sesuai dengan tabii
manusia itu sendiri.

3.2. Saran

penulis menyarankan kepada para pembaca untuk mempelajari lebih lanjut akan makalah
tentang akhlak dalam islam melalui referensi-referensi lain oleh karena makalah yang kami
tulis ini masih sangat jauh dari kesempurnaan.Untuk itu penulis mengharapkan saran-saran
yang sifatnya membangun untuk menunjang kesempurnaan makalah ini dan penulisan
makalah pada waktu yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
1. https://nuriska.id/memahami-perbedaan-akhlak-etika-dan-moral/
2. https://akupintar.id/info-pintar/-/blogs/contoh-kata-pengantar-mulai-dari-makalah-
sampai-karya-ilmiah
3. https://www.slideshare.net/okimaarif/isi-makalah-27047465
4. https://www.merdeka.com/jatim/ketahui-apa-itu-akhlak-serta-macamnya-dalam-
islam-umat-muslim-wajib-tahu-kln.html
5. https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-akhlak/
6. https://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:4-HJzFYmADgJ:https://
ejournal.iai-tribakti.ac.id/index.php/intelektual/article/download/
1091/733/+&cd=5&hl=id&ct=clnk&gl=id
7. https://www.researchgate.net/publication/
335867889_MAKALAH_ETIKA_MORAL_DAN_AKHLAK
8. http://shareandcare123.blogspot.com/2015/08/makalah-akhlak-dalam-islam.html
9. https://alvianisme.com/contoh-akhlak-baik/
10. https://www.rijal09.com/2020/09/10%20Contoh-Sikap-Terpuji-dalam-Kehidupan-
Sehari-hari.html
11. http://ahsanarabic.blogspot.com/2013/07/ciri-ciri-akhlak-dalam-islam_3.html

Anda mungkin juga menyukai