Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

SIFAT-SIFAT TERPUJI DAN TERCELA DALAM MEMBINA


KEHIDUPAN MASYARAKAT
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akhlak

Dosen Pengampu : Dr. Sutisna, M.A,


Disusun oleh :
AHMAD ALFIAN PURBA 201106040457
FAHMI RINALDI 201106041143
MUHAMMAD AGYA AMARULLOH 171105150686
MUHAMMAD FAKHRI 201106040777
NAZLA CHOIRIAH 201106041140

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA


FAKULTAS TEKNIK DAN SAINS
UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah serta powerpoint
presentasi yang berjudul “Sifat - Sifat Terpuji & Tercela dalam Membina Kehidupan
Masyarakat” dengan lancar.

Dalam penyusunan makalah ini penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak, maka pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1) Bapak Entis Sutisna. selaku Dosen Mata Kuliah Akhlak


2) Bapak/Ibu orang tua penulis yang senantiasa memberikan dorongan berupa moril
maupun materiil.
3) Semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, baik dari
segi penyusunan, bahasa, ataupun penulisannya. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik
dan saran yang sifatnya membangun, khususnya dari Guru Pengampu guna menjadi acuan
dalam bekal pengalaman bagi kami untuk lebih baik di masa yang akan
datang.

Akhir kata, harapan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca pada
umumnya dan bagi penulis pada khususnya. Atas segala bentuk perhatian dan sarannya penulis
ucapkan terima kasih.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 4
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 6
2.1 Pengertian Akhlak ....................................................................................................... 6
2.2 Akhlak Terpuji ............................................................................................................ 6
2.3 Aklak Tercela .............................................................................................................. 9
2.4 Penerapan Dalam Kehidupan Sehari-hari ................................................................... 9
2.5 Penerapan Dalam Membina Masyarakat................................................................... 11
BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 13
3.1 Kesimpulan................................................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 14

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pengertian Akhlak Secara Etimologi, Menurut pendekatan etimologi, perkataan


“akhlak” berasal dari bahasa Arab jama’ dari bentuk mufradnya “Khuluqun” yang menurut
logat diartikan: budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kalimat tersebut mengandung
segi-segi persesuain dengan perkataan “khalkun” yang berarti kejadian, serta erat hubungan ”
Khaliq” yang berarti Pencipta dan “Makhluk” yang berarti yang diciptakan.

Pengertian akhlak adalah kebiasaan kehendak itu bila membiasakan sesuatu maka
kebiasaannya itu disebut akhlak .Jadi pemahaman akhlak adalah seseorang yang mengeri benar
akan kebiasaan perilaku yang diamalkan dalam pergaulan semata – mata taat kepada Allah dan
tunduk kepada-Nya. Oleh karena itu seseorang yang sudah memahami akhlak maka dalam
bertingkah laku akan timbul dari hasil perpaduan antara hati nurani, pikiran, perasaan, bawaan
dan kebiasaan dan yang menyatu, membentuk suatu kesatuan tindakan akhlak yang dihayati
dalam kenyataan hidup keseharian.

Dengan demikian memahami akhlak adalah masalah fundamental dalam Islam. Namun
sebaliknya tegaknya aktifitas keislaman dalam hidup dan kehidupan seseorang itulah yang
dapat menerangkan bahwa orang itu memiliki akhlak. Jika seseorang sudah memahami akhlak
dan menghasilkan kebiasaan hidup dengan baik, yakni pembuatan itu selalu diulang – ulang
dengan kecenderungan hati (sadar)2 .Akhlak merupakan kelakuan yang timbul dari hasil
perpaduan antara hati nurani, pikiran, perasaan, bawaan dan kebiasaan dan yang menyatu,
membentuk suatu kesatuan tindakan akhlak yang dihayati dalam kenyataan hidup keseharian.
Semua yang telah dilakukan itu akan melahirkan perasaan moral yang terdapat di dalam diri
manusia itu sendiri sebagai fitrah, sehingga ia mampu membedakan mana yang baik dan mana
yang jahat, mana yang bermanfaat dan mana yang tidak berguna, mana yang cantik dan mana
yang buruk.

4
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan latar belakang dari permasalahan sebagai
berikut:

1. Pengertian dari akhlak?


2. Pengertian dan apa saja macam-macam dari akhlak terpuji?
3. Pengertian dan apa saja macam-macam dari akhlak tercela?
4. Bagaimana penerapannya dalam kehidupan sehari-hari?
5. Bagaimana penerapannya dalam membina masyarakat?

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Akhlak

Kata “akhlak” berasal dari bahasa arab yaitu ” Al-Khulk ” yang berarti tabeat, perangai,
tingkah laku, kebiasaan, kelakuan. Menurut istilahnya, akhlak ialah sifat yang tertanam di
dalam diri seorang manusia yang bisa mengeluarkan sesuatu dengan senang dan mudah tanpa
adanya suatu pemikiran dan paksaan.

Menurut istilahnya, akhlak adalah sifat yang tertanam di dalam diri seorang manusia
yang bisa mengeluarkan sesuatu dengan senang dan mudah tanpa adanya suatu pemikiran dan
paksaan. Dalam KBBI, akhlak berarti budi pekerti atau kelakuan. Akhlak secara terminologi
berarti tingkah laku seseorang yang didorong oleh suatu keinginan secara sadar untuk
melakukan suatu perbuatan yang baik.

Akhlak adalah bentuk jamak dari kata khuluk, berasal dari bahasa Arab yang berarti
perangai, tingkah laku, atau tabiat. Tiga pakar di bidang akhlak yaitu Ibnu Miskawaih, Al
Gazali, dan Ahmad Amin menyatakan bahwa akhlak adalah perangai yang melekat pada diri
seseorang yang dapat memunculkan perbuatan baik tanpa mempertimbangkan pikiran terlebih
dahulu.

Kata akhlak diartikan sebagai suatu tingkah laku, tetapi tingkah laku tersebut harus
dilakukan secara berulang-ulang tidak cukup hanya sekali melakukan perbuatan baik, atau
hanya sewaktu-waktu saja. Seseorang dapat dikatakan berakhlak jika timbul dengan sendirinya
didorong oleh motivasi dari dalam diri dan dilakukan tanpa banyak pertimbangan pemikiran
apalagi pertimbangan yang sering diulang-ulang, sehingga terkesan sebagai keterpaksaan
untuk berbuat.

2.2 Akhlak Terpuji

Akhlak terpuji (akhlakul kharimah) adalah tingkah laku yang menimbulkan perbuatan
baik, sesuai dengan akal sehat dan ketentuan syariat. Akhlak terpuji bersumber dari dua hal,
yaitu agama dan tradisi (adat kebiasaan). Akhlak yang bersumber dari agama berasal dari ayat

6
suci Alquran. Sementara tradisi atau adat kebiasaan yang bisa dijadikan sumber akhlak terpuji,
tidak boleh bertentangan dengan agama.

Mengutip dari Rangkuman Ilmu Pengetahuan Agama Islam karya Raras Huraerah
(2011: 45), ada beberapa tingkah laku yang termasuk ke dalam akhlak terpuji, di antaranya:

1. Asy Syajaa’ah
 Asy Syajaa’ah memiliki arti berani. Akhlak terpuji ini ditunjukkan dalam bentuk
keteguhan hati seseorang dalam membela dan mempertahankan kebenaran.
2. Al Karam
 Al Karam artinya pemurah. Seseorang membelanjakan harta benda yang ia miliki
untuk keperluan yang membawa manfaat dan kebaikan bagi orang banyak termasuk
ke dalam akhlak terpuji ini.
3. Al ‘Adl
 Al ‘Adl berarti adil. Akhlak terpuji Al ‘Adl ditunjukkan seseorang ketika memberikan
hak kepada orang yang memang berhak mendapatkannya, tanpa membeda-bedakan
status dan kedudukan orang tersebut.
4. Al ‘Iffah
 Artinya adalah menjaga kehormatan. Maksudnya, ahklak Al ‘Iffah mampu menjaga
dirinya sendiri dari segala perbuatan atau tingkah laku yang tidak boleh dikerjakan
atau tidak sesuai dengan syariat.
5. Ash Shidiqu
 Memiliki arti jujur atau benar. Seseorang yang memiliki akhlak Ash Shidiqu akan
mengatakan hal yang benar atau memberi kabar sesuai dengan kenyataan yang
diketahuinya.
6. Al Amaanah
 Artinya dapat dipercaya. Al Amaanah memiliki dua pengertian, yaitu umum dan
khusus. Secara umum, Amaanah artinya menyembunyikan rahasia, ikhlas
memberikan nasihat kepada orang yang memintanya, dan menyampaikan sesuatu
secara utuh dan sesuai dengan apa yang diperintahkan. Sementara secara khusus,
Amaanah adalah mengembalikan barang titipan kepada orang yang menitipkan atau
mempercayakannya.

7
7. Ash Shabru
 Ash Shabru artinya sabar. Seseorang yang memiliki akhlak Ash Shabru mampu
menahan dirinya dari gangguan yang menghampirinya. Selain itu, ia juga mampu
menahan terhadap hal yang tidak ia sukai tanpa memberikan suatu reaksi.
8. Al Hilmu
 Al Hilmu berarti lapang hati. Seseorang yang menunjukkan akhlak Al Hilmu akan
menahan amarahnya dan tunduk kepada akal sehatnya saat sedang tertimpa suatu
masalah.
9. Al ‘Awfu
 Al 'Awfu artinya pemaaf. Seseorang akan memberikan maaf terhadap seseorang yang
bersalah tanpa diikuti rasa benci dan sakit hati, serta tidak ada keinginan untuk
membalaskan kesalahannya.
10. Zuhud
 Zuhud artinya tidak terlalu bergembira akan sesuatu yang dimiliki dan tidak berputus
asa terhadap sesuatu yang telah terlepas dari dirinya.
11. Litsaarus Salaam
 Artinya mengutamakan kedamaian. Seseorang akan berusaha untuk menutup
pertentangan dan perselisihan dengan menciptakan kesepakatan dan ketentraman.
12. Tawadhu
 Tawadhu artinya rendah hati. Yang dimaksud tawadhu adalah memelihara pergaulan
dan hubungan dengan sesama manusia, tanpa mengurangi rasa hormat kepara orang
lain.
13. Ta’awun
 Memiliki arti tolong menolong. Seseorang akan menjalin hubungan persaudaraan
dengan penuh solidaritas. Ia akan membantu orang lain ketika merasa kesulitan.
14. Al Muru’ah
 Artinya berbudi luhur yang tinggi. Seseorang yang memiliki akhlak terpuji ini,
memiliki jiwa kesatria di mana ia akan membela kebenaran. Selain itu, berbudi luhur
yang tinggi ditunjukkan dengan tidak mudah putus asa sebelum mencapai tujuan
yang dikehendakinya. Sebenarnya masih banyak macam-macam istilah akhlak
terpuji yang diajarkan di dalam Islam. Namun yang terpenting, sebagai umat Islam
secara perlahan harus mulai mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari
agar memperoleh manfaat serta kebaikannya.

8
2.3 Aklak Tercela

Akhlak buruk atau tercela merupakan suatu sikap serta perbuatan yang dilakukan jauh
dari apa yang dilarang agama. Karena pada dasarnya agama mengajarkan kita untuk selalu
bersikap baik terutama menjaga perilaku serta perbuatan yang akan kita lakukan. Dengan
berlandaskan agama maka sifat tercela ini sebenarnya bisa dicegah karena ancaman serta sangsi
yang akan didapatkan dalam waktu cepat maupun dikehidupan selanjutnya. Akhlak tercela ini
merupakan cerminan bahwa seseorang tersebut mempunyai prilaku yang kurang baik, hal
tersebut bisa saja disebabkan karena kita mulai jauh pada aturan – aturan agama.

Adapun beberapa contoh dari sikap tercela yang terkadang hingga saat ini pun kita sulit
untuk mengendalikannya. Sikap tersebut diantaranya:

1. Sikap Pendendam
 Sikap ini biasanya lebih mengandung kepada permusuhan yang tersimpan didalam
batin serta menunggu momen yang terbaik untuk mengunggkapkannya serta
menunggu moment untuk membalas sakit hati tersebut.
2. Sifat Dengki
 Merupakan sikap bisa dikatakan sangat berbahaya karena mampu bersemayam
dalam diri manusia. Bisa di bilang sifat dengki ini sama seja dengan sifat sirik
artinya tidak senangapabila melihat orang lain senang.
3. Sikap Dusta (Pembohong)
 Sikap ini cukup berbahaya karena mampu meruntuhkan kepecayaan seseorang.
4. Sikap Ujub
 Yakni membangga – banggakan diri sendiri. Hal ini bsa dibilang menjurus kepada
perilaku takabur.

2.4 Penerapan Dalam Kehidupan Sehari-hari

Landasan umum berakhlak terhadap Allah Swt. adalah pengakuan bahwa tiada Tuhan
selain Allah SWT. Allah SWT memiliki sifat-sifat terpuji, demikian agung sifat itu yang semua
makhluk tidak dapat mengetahui dengan baik dan benar betapa kesempurnaan dan keterpujian

9
Allah swt. Oleh karena itu, mereka sebelum memuji-Nya, bertasbih terlebih dahulu dalam arti
menyucikan-Nya.

Jadi jangan sampai pujian yang mereka ucapkan tidak sesuai dengan kebesaran-Nya,
sebagaimana al-Quran surat ash-Shaffat (37): 159-160, yang artinya: “Mahasuci Allah dari
segala sifat yang mereka sifatkan kepada-Nya, kecuali (dari) hamba-hamba Allah yang
terpilih.”

Demikian juga al-Quran surat asy-Syura (42): 5 menetapkan: “Dan para malaikat
menyucikan sambil memuji Tuhan mereka.” Begitu juga al-Quran surat ar-Raʻad (13): 13
menjelaskan: “Guntur menyucikan (Tuhan) sambil memuji-Nya.” Selanjutnya al-Quran surat
al-Isra (17): 44, menetapkan: “Dan tidak ada sesuatupun kecuali bertasbih (menyucikan Allah)
sambil memuji-Nya.”

Bertitik tolak dari uraian tentang kesempurnaan Allah Swt. tersebut, maka al-Quran
memerintahkan manusia untuk berserah diri kepada-Nya, karena segala yang bersumber dari
Allah adalah baik, benar, indah, dan sempurna. Berkaitan dengan hal ini, sebagian ayat al-
Quran memerintahkan manusia untuk menjadikan Allah sebagai “wakil”, seperti al-Quran
surat al-Muzzammil (73): 9, menerangkan: “(Dialah) Tuhan masyrik dan maghrib, tiada Tuhan
melainkan Dia, maka jadikanlah Allah sebagai wakil (pelindung).” Kata “wakil”dapat
diterjemahkan sebagai pelindung. Jika seseorang mewakilkan kepada orang lain (untuk suatu
persoalan), maka ia telah menjadikan orang yang mewakili sebagai dirinya sendiri dalam
menangani persoalan tersebut, sehingga sang wakil melaksanakan apa yang dikehendaki oleh
orang yang menyerahkan perwakilan kepadanya. Allah Swt., yang kepada-Nya diwakilkan
segala persoalan adalah Yang Maha Kuasa, Maha Mengetahui, Maha Bijaksana, dan semua
Maha yang mengandung pujian. Manusia sebaliknya, memiliki keterbatasan pada segala hal.
Oleh karena itu, maka perwakilan-Nya pun berbeda dengan perwakilan manusia.

Jadi jika seseorang menjadikan Allah sebagai wakil, sejak semula ia menyadari
keterbatasan dirinya dan menyadari Kemahamutlakan Allah Swt. Dan ia akan menerimanya
dengan sepenuh hati, baik mengetahui maupun tidak hikmah suatu perbuatan Tuhan.
Sebagaimana firman Allah Swt.: “Allah mengetahui dan kamu sekalian tidak mengetahui. (QS
al-Baqarah [2]: 216), dan lihat (QS al-Ahzab [33]: 36).

Al-Quran menjelaskan perlakuan sesama manusia, baik berupa larangan, seperti


membunuh, menyakiti badan atau harta tanpa alasan yang benar, juga termasuk larangan
menyakiti hati, walaupun disertai dengan memberi. Lihat (QS al-Baqarah [2]: 263). Selain itu,

10
al-Quran menekankan bahwa setiap orang hendaknya didudukkan secara wajar, termasuk Nabi
Muhammad Saw. dinyatakan pula sebagai manusia biasa, namun dinyatakan pula beliau adalah
Rasul yang memperoleh wahyu dari Allah. Atas dasar ini beliau berhak memperoleh
penghormatan melebihi manusia lain, seperti dalam al-Quran (QS al-Hujurat [49]: 2; QS an-
Nur [24]: 63). Al-Quran juga menekankan perlunya privasi (kekuasaan atau kebebasan
pribadi), (QS an-Nur [24]: 27 dan 58); salam yang diucapkan wajib dijawab dengan salam
yang serupa, dan dianjurkan agar dijawab dengan salam yang lebih baik (QS an-Nisa [4]: 86);
Setiap ucapan harus ucapan yang baik (QS al-Baqarah [2]: 83 dan QS al-Ahzab [33]: 70)
Seseorang tidak boleh mengolok-olokkan orang lain atau kelompok lain dan tidak boleh
memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Demikian juga seseorang tidak boleh berprasangka
buruk, mencari kesalahan orang lain, dan menggunjing orang lain. Al-Quran menjelaskan juga
di antara ciri-ciri orang yang bertakwa (QS Ali Imran [3]: 134-135). Selain itu, al-Quran
menetapkan harus mendahulukan kepentingan orang lain daripada kepentingan diri sendiri (QS
al-Hasyr [59]: 9).

2.5 Penerapan Dalam Membina Masyarakat

Yang dimaksud dengan lingkungan di sini adalah segala sesuatu yang berada di sekitar
manusia, baik binatang, tumbuh-tumbuhan, maupun benda-benda tak bernyawa. Pada
dasarnya, akhlak yang diajarkan al-Quran terhadap lingkungan bersumber dari fungsi manusia
sebagai khalifah. Kekhalifahan ini menuntut adanya interaksi antara manusia dengan
sesamanya dan manusia terhadap alam. Kekhalifahan mengandung arti pengayoman,
pemeliharaan, dan pembimbingan agar setiap makhluk mencapai tujuan penciptaannya. Dalam
pandangan akhlak Islam, seseorang tidak dibenarkan mengambil buah sebelum matang, atau
memetik bunga sebelum matang, karena hal ini berarti tidak memberi kesempatan kepada
makhluk untuk mencapai tujuan penciptaannya. Ini berarti manusia dituntut untuk mampu
menghormati proses-proses yang sedang berjalan, dan terhadap semua proses yang sedang
terjadi. Hal ini mengantarkan manusia bertanggung jawab, sehingga ia tidak melakukan
perusakan terhadap lingkungan di sekitarnya. Binatang, tumbuhan, dan benda-benda tak
bernyawa semuanya diciptakan oleh Allah Swt. dan menjadi milik-Nya, serta semua memiliki
ketergantungan kepada-Nya. Keyakinan ini meyakinkan setiap muslim untuk menyadari
bahwa semuanya adalah “umat” Tuhan yang harus diperlakukan secara wajar dan baik.

Berkaitan dengan hal ini, al-Quran surat al-Anʻam (6): 38 menegaskan bahwa binatang-
binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya

11
merupakan umat-umat juga seperti manusia, sehingga semuanya tidak boleh diperlakuka
secara aniaya, baik dalam masa damai maupun ketika terjadi peperangan. Termasuk mencabut
atau menebang pepohonan pun terlarang, kecuali jika terpaksa, tetapi inipun harus seizin Allah,
dalam arti harus sejalan dengan tujuan penciptaan dan demi kemaslahatan (QS al-Hasyr
[59]:5). Dengan pengakuan semua milik Allah, mengantarkan manusia kepada kesadaran
bahwa apapun yang berada dalam genggaman-Nya, tidak lain kecuali amanat yang harus
dipertanggungjawabkan (QS at-Takatsur (102): 8. Manusia dituntut untuk memperhatikan apa
yang sebenarnya dikehendaki oleh Allah Swt. menyangkut apa yang berada di sekitar manusia.

Pernyataan Allah dalam al-Quran surat al-Ahqaf (46): 3, mengundang seluruh manusia
untuk tidak hanya memikirkan kepentingan diri sendiri, kelompok, atau bangsa, dan jenisnya
saja, tetapi juga harus berpikir dan bersikap demi kemaslahatan semua pihak. Manusia tidak
boleh bersikap sebagai penakluk alam. Yang menundukkan alam menurut al-Quran adalah
Allah. Mereka tidak sedikitpun mempunyai kemampuan, kecuali berkat kemampuan yang
dianugrahkan Tuhan kepadanya (QS az-Zukhruf [43]: 13). Oleh karena itu manusia harus
mengusahakan keselarasan dengan alam. Keduanya tunduk kepada Allah, sehingga mereka
harus bersahabat. Al-Quran mengharuskan setiap orang mukmin untuk meneladani Nabi
Muhammad Saw. yang diutus membawa rahmat bagi seluruh alam. Selain itu, Rasulullah Saw.
diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia, sebagaimana hadits riwayat at-Timidzi dari
Abu Dardaˋ yang menjelaskan bahwa beliau bersabda: “Tidak ada sesuatu yang lebih berat
dalam timbangan (amal) seorang mukmin pada hari kiamat, melebihi akhlak yang luhur.”

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Segala macam perilaku atau perbuatan baik yang tampak dalam kehidupan sehari-hari disebut
akhlakul kharimah atau akhlakul mahmudah.

 Akhlakul Kharimah (sifat-sifat terpuji) ini banyak macamnya,diantaranya adalah


husnuzzan, gigih, berinisiatif, rela berkorban, tata krama terhadap makhluk Allah, adil,
ridho, amal shaleh, sabar, tawakal, qona’ah, bijaksana, percaya diri, dan masih banyak
lagi.
 Akhlakul Mazmumah (sifat-sifat tercela) merupakan suatu sikap serta perbuatan yang
dilakukan jauh dari apa yang dilarang agama. Karena pada dasarnya agama
mengajarkan kita untuk selalu bersikap baik terutama menjaga perilaku serta perbuatan
yang akan kita lakukan. Dengan berlandaskan agama maka sifat tercela ini sebenarnya
bisa dicegah karena ancaman serta sangsi yang akan didapatkan dalam waktu cepat
maupun dikehidupan selanjutnya. Akhlak tercela ini merupakan cerminan bahwa
seseorang tersebut mempunyai prilaku yang kurang baik, hal tersebut bisa saja
disebabkan karena kita mulai jauh pada aturan – aturan agama.
 Salah satu perilaku atau tindakan yang mendasari akhlak kepada Pencipta adalah
Taubat.

13
DAFTAR PUSTAKA

https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-akhlak/
https://kumparan.com/berita-hari-ini/akhlak-terpuji-pengertian-sumber-dan-macam-
macamnya-1v8tGeiXgLl/full
https://www.scribd.com/doc/298082112/Bab-10-Akhlak-Tercela
https://www.unisba.ac.id/peranan-akhlak-dalam-kehidupan-seorang-muslim/

14

Anda mungkin juga menyukai