Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“ AKHLAK, ETIKA DAN MORAL ”

DOSEN (PAI)

H. LASRI NIJAL,LC.,M.H.,MTA

DISUSUN OLEH :

SARWO AJI SUDIRJAT

2157201026

KELAS 16 REG.B

UNIVERSITAS LANCANG KUNING PEKANBARU

FAKULTAS ILMU KOMPUTER

JURUSAN SISTEM INFORMASI

2021/2022

1
KATA PENGANTAR
Shalawat serta salam tidak lupa selalu saya haturkan untuk junjungan nabi agung, yaitu Nabi
Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjukan Allah SWT untuk kita semua, yang
merupakan sebuah pentunjuk yang paling benar yakni Syariah agama Islam yang sempurna dan
merupakan satu-satunya karunia paling besar bagi seluruh alam semesta.
Tak lupa juga saya ucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada setiap pihak yang telah
mendukung serta membantu saya selama proses penyelesaian makalah ini hingga rampungnya
makalah ini.
Puji syukur saya panjatkan atas ke hadirat Allah SWT atas berkat, rahmat, dan karunia-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah “etika, moral, dan akhlah” guna memenuhi tugas mata
kuliah pendidikan agama.
saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan saya telah berusaha
semaksimal mungkin dalam menyusun tugas makalah ini. Oleh sebab itu, saya sangat
mengharapkan kritik, saran dan nasehat yang baik demi perbaikan tugas makalah ini kedepannya.
Demikianlah yang dapat saya sampaikan, semoga makalah ini dapat berguna dan bemanfaat untuk
kita semua.

Perawang,13 November 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

COVER ................................................................................................................................ 1

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... 2

DAFTAR ISI....................................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang…………… ................................................................................ 4

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 4

1.3 Tujuan ................................................................................................................. 4

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Konsep Akhlak, Etika,dan moral .................................................................... 5

2.1.1 Pengertian Akhlak .............................................................................. 5

2.1.2 Pengertian Etika ................................................................................ 6

2.1.3 Pengertian Moral .............................................................................. 9

2.2 Indikator Manusia berakhlak menurut islam ................................................ 11


2.3 Fungsi akhlak dalam kehidupan masyarakat ..................................................13

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ......................................................................................................... 15

3.2 Saran .................................................................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 16

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejarah Agama menunjukkan bahwa kebahagiaan yang ingin dicapai dengan menjalankan
syariah agama itu hanya dapat terlaksana dengan adanya akhlak yang baik.Kepercayaan
yang hanya berbentuk pengetahuan tentang keesaan Tuhan, ibadah yang dilakukan hanya
sebagai formalitas belaka, muamalah yang hanya merupakan peraturan yang tertuang
dalam kitab saja, semua itu bukanlah merupakan jaminan untuk tercapainya kebahagiaan
tersebut.
Timbulnya kesadaran akhlak dan pendirian manusia terhadap-Nya adalah pangkalan yang
menetukan corak hidup manusia.Akhlak, atau moral, atau susila adalah pola tindakan yang
didasarkan atas nilai mutlak kebaikan.Hidup susila dan tiap-tiap perbuatan susila adalah
jawaban yang tepat terhadap kesadaran akhlak, sebaliknya hidup yang tidak bersusila dan
tiap-tiap pelanggaran kesusilaan adalah menentang kesadaran itu.
Kesadaran akhlak adalah kesadaran manusia tentang dirinya sendiri, dimana manusia
melihat atau merasakan diri sendiri sebagai berhadapan dengan baik dan buruk.Disitulah
membedakan halal dan haram, hak dan bathil, boleh dan tidak boleh dilakukan, meskipun
dia bisa melakukan.Itulah hal yang khusus manusiawi.Dalam dunia hewan tidak ada hal
yang baik dan buruk atau patut tidak patut, karena hanya manusialah yang mengerti
dirinya sendiri, hanya manusialah yang sebagai subjek menginsafi bahwa dia berhadapan
pada perbuatannya itu, sebelum, selama dan sesudah pekerjaan itu dilakukan.Sehingga
sebagai subjek yang mengalami perbuatannya dia bisa dimintai pertanggungjawaban atas
perbuatannya itu.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun yang menjadi fokus permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Konsep Etika, Moral dan Akhlak
2. Indikator manusia berakhlak menurut islam
3. Fungsi akhlak dalam kehidupan masyarakat

1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian dan perbedaan dari Etika, Moral dan Akhlak
2. Untuk mengetahui karakteristik Etika, Moral dan Akhlak
3. Untuk mengetahui Aktualisasi Akhlak dalam kehidupan masyarakat

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Akhlak, Etika, dan Moral


2.1.1 Pengertian Akhlak
Kata akhlaq berasal dari bahasa Arab, yakni jama’ dari “khuluqun” yang
berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat, tata krama, sopan santun,
adab, dan tindakan. Kata akhlak juga berasal dari kata khalaqa atau khalaqun
artinya kejadian, serta erat hubungan dengan “Khaliq” yang artinya menciptakan,
tindakan, atau perbuatan, sebagaimana terdapat kata al-khaliq yang artinya
pencipta dan makhluq yang artinya diciptakan.1

Secara linguistis, kata “akhlak” berasal dari bahasa Arab, yaitu isim masdar
(bentuk infinitive) dari kata al-akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan, sesuai timbangan
(wazan) tsulasi majid af’ala yuf’ilu if’alan yang berarti al- sajiyah (perangai), ath-
thabi’ah (kelakuan, tabiat, watak dasar), al-adat (kebiasaan, kelaziman), al-
maru’ah (peradaban yang baik), dan ad-din (agama). Kata akhlaq juga isim masdar
dari kata akhlaqa, yaitu ikhlak. Berkenaan dengan ini, timbul pendapat bahwa
secara linguistis, akhlak merupakan isim jamid atau isim ghair mustaq, yaitu isim
yang tidak memiliki akar kata. Dalam pengertian umum, akhlak dapat dipadankan
dengan etika atau nilai moral.2
Adapun pengertian akhlak menurut terminologi, beberapa ahli berpendapat
diantaranya :
a. Imam al Ghazali

b. Ibrahim Anis

Ahmad Amin dalam bukunya al-akhlaq, mendefinisikan akhlak dengan


kebiasaan seseorang. Atau kecenderungan hati atas suatu perbuatan dan telah
berulang kali dilakukan sehingga mudah mengerjakannya tanpa lebih dahulu
banyak pertimbangan.5

1
Hamdani Hamid dan Beni Ahmad Saebani, op. cit., h. 43
2
Ibid.
3
Muhammad al Ghazali, Ihya Ulumuddin Jilid III, (Beirut: Darul Fikr, 2008), h. 57
4
Ibrahim Anis, Al Mu’jam al Wasith (Kairo: Maktabah as Syuruk ad Dauliyyah, 2004), h.252
5
A. Rahman Ritonga, Akhlak Merakit Hubungan Dengan Sesama Manusia, ( Surabaya:Amelia, 2005), h. 7.

5
Semua definisi akhlak secara subtansi tampak saling melengkapi, dengan
empat ciri akhlak, yaitu sebagai berikut.

1. Akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang
sehingga telah menjadi kepribadiannya.
2. Akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah tanpa pemikiran. Ini
tidak berarti bahwa saat melakukan perbuatan, orang yang bersangkutan
dalam keadaan tidak sadar, hilang ingatan, tidur atau gila
3. Akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang
mengerjakannya, tanpa paksaan atau tekanan dari luar. Perbuatan akhlak
adalah perbuatan yang dilakukan atas dasar kemauan, pilihan, dan keputusan
yang bersangkutan.
4. Akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesungguhnya, bukan main-
main atau karena bersandiwara, perbuatan yang dilakukan ikhlas semata-mata
karena Allah, bukan karena ingin dipuji orang atau karena ingin mendapatkan
pujian.6
Secara terminologis, pengertian akhlak adalah tindakan yang berhubungan
dengan tiga unsur yang sangat penting berikut :
1. Kognitif sebagai pengetahuan dasar manusia melalui potensi
intelektualitasnya;
2. Afektif, yaitu pengembangan potensi akal manusia melalui upaya
menganalisis berbagai kejadian sebagai bagian dari pengembangan ilmu
pengetahuan;

3. Psikomotorik, yaitu pelaksanaan pemahaman rasional ke dalam bentuk


perbuatan yang konkret.7
Akhlak sebagai potensi yang bersemayam dalam jiwa menunjukkan bahwa
akhlak itu abstrak, tidak dapat diukur diberi nilai oleh indrawi manusia. Untuk itu
memberi penilaian baik atau buruknya akhlak seseorang dilihat dari perbuatan-
perbuatan yang sudah menjadi kebiasaannya, dan inilah yang disebut dengan
perbuatan akhlak.

2.1.2 Pengertian Etika

Kata etika berasal dari bahasa Yunani “ethos” yang artinya adat kebiasaan.
Etika merupakan istilah lain dari akhlak, tetapi memiliki perbedaan yang
substansial, yaitu konsep akhlak berasal dari pandangan agama terhadap tingkah
laku manusia, sedangkan konsep etika berasal dari pandangan tentang tingkah
laku manusia dalam perspektif filsafat.8

6
Hamdani Hamid dan Beni Ahmad Saebani, op.cit., h. 44
7
Ibid.
8
Ibid., h. 49

6
Etika adalah tingkah laku manusia yang ditransmisikan dari hasil pola
pikir manusia. Dalam Ensiklopedi Winkler Prins dikatakan bahwa etika
merupakan bagian dari filsafat yang mengembangkan teori tentang tindakan dan
alasan-alasan diwujudkannya suatu tindakan dengan tujuan yang telah
dirasionalisasi.

Dalam ensiklopedi New American, sebagaimana diuraikan oleh Hamzah Ya’qub


disebutkan bahwa etika adalah kajian filsafat moral yang tidak mengkaji fakta-
fakta, tetapi meneliti nilai-nilai dan perilaku manusia serta ide-ide tentang lahirnya
suatu tindakan.9
Ide-ide rasional tentang tindakan baik dan buruk telah lama menjadi
bagian dari kajian para filusuf. Salah satunya adalah ajaran etika Epikuros tentang
pencarian kesenangan hidup. Kesenangan hidup berarti kesenangan badaniah dan
rohaniah. Hal penting dan paling mulia ialah kesenangan jiwa, karena kesenangan
jiwa akan menjangkau kenikmatan metafisikal. Tujuan etik Epikuros adalah
memperkuat jiwa untuk menghadapi berbagai keadaan. Dalam suka dan duka,
perasaan manusia hendaklah sama. Ia tetap berdiri sendiri dengan jiwa yang
tenang, pandai memelihara tali persahabatan. Pengikut Epikuros tidak mengeluh
dan menangis menghadapi berbagai cobaan. Keteguhan jiwa menurutnya dapat
diperoleh dari keinsafan dan pandangan tentang kehidupan yang abadi.
Dari pandangan filosofis Epikuros, dapat diambil pemahaman tentang arti
etika, yaitu segala sesuatu yang berkaitan dengan nilai-nilai tindakan manusia
yang menurut ukuran rasio dinyatakan dan diakui sebagai sesuatu yang
substansinya paling besar. Kaidah-kaidah kebenaran dari tindakan digali oleh akal
sehat manusia dan distandardisasi menurut ukuran yang rasional, seperti sumber
kebenaran adalah jiwa, nilai kebenaran jiwa itu kekal, segala yang tidak kekal
pada dasarnya bukan kebenaran substansial.10
Etika dapat diartikan sebagai berikut:
1. Pandangan benar dan salah menurut ukuran rasio;
2. Moralitas suatu tindakan yang didasarkan pada ide-ide filsafat;
3. Kebenaran yang sifatnya universal dan eternal;
4. Tindakan yang melahirkan konsekuensi logis yang baik bagi kehidupan
manusia;
5. Sistem nilai yang mengabadikan perbuatan manusia di mata manusia lainnya;
6. Tatanan perilaku yang menganut ediologi yang diyakini akan membawa
manusia pada kebahagiaan hidup;

9
Ibid.
10
Ibid., h. 50

7
7. Simbol-simbol kehidupan yang berasal dari jiwa dalam bentuk tindakan
konkret;
8. Pandangan tentang nilai perbuatan yang baik dan yang buruk yang bersifat
relatif dan bergantung pada situasi dan kondisi;
9. Logika tentang baik dan buruk suatu perbuatan manusia yang bersumber dari
filsafat kehidupan yang dapat diterapkan dalam pergumulan sosial, politik,
kebudayaan, ekonomi, seni, profesionalitas pekerjaan, dan pandangan hidup
suatu bangsa.11
Etika (adab) bisa diartikan dengan standar-standar moral yang mengatur
prilaku kita. Hal ini senada dengan perkataan Mufti Amir yang mengutif pendapat
Deddy Mulyana bahwa etika (adab) adalah :

“Standar-standar yang mengatur prilaku kita: bagaimana kita bertindak dan


mengharapkan orang lain bertindak. Etika (adab) pada dasarnya merupakan
dialektika antara kebebasan dan tanggung jawab, antara tujuan yang hendak
dicapai dan cara untuk mencapai tujuan itu, ia berkaitan dengan penilaian tentang
pantas atau tidak pantas, yang berguna atau tidak berguna, dan yang harus
dilakukan atau tidak boleh dilakukan.”12
Selanjutnya Hamzah Mahmud yang merujuk kepada beberapa pendapat
para ahli menyebutkan pengertian etika secara terminologis.
a) Etika adalah ilmu tentang tingkah laku manusia, prinsip-prinsip yang
disistematisasi tentang tindakan moral yang betul.
b) Etika merupakan bagian dari filsafat yang mengembangkan teori tentang
tindakan, hujah-hujahnya dan tujuan yang diarahkan kepada makna tindakan.
c) Etika merupakan ilmu tentang filsafat moral, tidak mengenai fakta tetapi
tentang nilai-nilai, tidak mengenai sifat tindakan manusia tetapi tentang
idenya, karena itu bukan ilmu positif tetapi ilmu yang formatif.
d) Ilmu tentang moral atau prinsip-prinsip kaidah moral tentang tindakan dan
kelakuan.13

Etika (adab) menyangkut nilai-nilai sosial dan budaya yang telah


disepakati masyarakat sebagai norma yang dipatuhi bersama. Karena nilai yang
disepakati bersama itu tidak selalu sama pada semua masyarakat, maka norma etik
14
dapat berbeda antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lainnya.
Dari semua pandangan yang berhubungn dengan pengertian etika di atas, dapat
diambil pemahaman bahwa etika adalah cara pandang manusia tentang tingkah
laku yang baik dan buruk, yang digali dari berbagai sumber yang kemudian
dijadikan sebagai tolak ukur tindakan dengan pendekatan rasional dan filosofis.

11
Ibid.
12
Mufti Amir, Etika Komunikasi Massa dalam Pandangan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), h. 17
13
Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasinya, (Bandung: Alfabeta, 2012)., h.14
14
Mufti Amir, op.cit., h. 34

8
2.1.3 Pengertian Moral

Poespoprodja, seperti dikutip Masnur Muskich menyebutkan bahwa


“Moral berasal dari bahasa latin “Mores” yang berarti adat kebiasaan. Kata
“Mores” bersinonim dengan mos, moris, manner, mores, atau manners, morals.”15
Apabila moral diartikan sebagai tindakan baik atau buruk dengan ukuran
adat, konsep moral berhubungan pula dengan konsep adat yang dibagi pada dua
macam adat, yaitu:16
1. Adat Shahihah, yaitu adat yang merupakan moral masyarakat yang sudah
lama dilaksanakan secara turun temurun dari berbagai generasi, nilai-nilainya
telah disepakati secara normatif dan tidak bertentangan dengan ajaran-ajaran
yang berasal dari agama Islam, yaitu Alquran dan As-Sunnah;

2. Adat fasidah, yaitu kebiasaan yang telah lama dilaksanakan oleh masyarakat,
tetapi bertentangan dengan ajaran Islam, misalnya kebiasaan melakukan
kemusyrikan, yaitu memberi sesajen di atas kuburan setiap malam Selasa atau
Jumat. Seluruh kebiasaan yang mengandung kemusyrikan dikategorikan
sebagai adat yang fasidah , atau adat yang rusak.
Berbicara tentang moral berarti berbicara tentang tiga landasan utama
terbentuknya moral, yaitu:17
1. Sumber moral atau pembuat sumber. Dalam kehidupan bermasyarakat sumber
moral dapat berasal dari adat kebiasaan dan pembuatnya bisa seorang raja,
sultan, kepala suku, dan tokoh agama, bahkan mayoritas adat dilahirkan oleh
kebudayaan masyarakat yang penciptanya tidak pernah diketahui, seperti
mitos-mitos yang sudah menjadi norma sosial. Dalam moralitas Islam, sumber
moral dari wahyu Alquran dan As-Sunnah , sedangkan Pencipta standar
moralnya Allah SWT., yang telah menjadikan para nabi dan rasul, terutama
Nabi Muhammad SAW. yang menerima risalah-Nya berupa sumber ajaran
Islam yang tertuang di dalam kitab suci Alquran. Nabi Muhammda SAW.
adalah pembuat sumber kedua setelah Allah SWT.;
2. Objek sekaligus subjek dari sumber moral dan penciptanya. Moralitas sosial
yang berasal dari adat, objek dan subjeknya adalah individu dan masyarakat
yang sifatnya lokal, karena adat hanya berlaku untuk wilayah tertentu, artinya
tidak bersifat universal, tetapi teritorial. Dalam moralitas Islam, subjek dan
objeknya adalah orang yang telah baligh dan berakal yang disebut mukallaf;

15
Masnur Muslich, Pendidikan Karakter : Menjawab Tantangan Krisis Multidimendiontal, (Jakarta:Bumi
Aksara, 2006), h. 74
16
Hamdani Hamid dan Beni Ahmad Saebani, op.cit., h. 51-52
17
Ibid.

9
3. Tujuan moral, yaitu tindakan yang diarahkan kepada target tertentu, misalnya
bertujuan untuk ketertiban sosial, keamanan dan kedamaian, kesejahteraan, dan
sebagainya. Dalam moralitas Islam, tujuan moral adalah mencapai kemaslahatan
duniawi dan ukhrawi. Contohnya moralitas yang berkaitan dengan pola makan
yang dianjurkan Alquran surat Al-Baqarah ayat 168:

Ayat tersebut adalah perintah yang hukumnya wajib bagi seluruh umat
Islam untuk memakan harta yang halal dan bergizi. Pada ayat di atas terdapat
kalimat :

Ayat itu adalah larangan maka haram hukumnya bagi orang yang
beriman mengikuti pola hidup dengan sistem yang dibangun dan dibentuk oleh
setan. Kaitannya dengan makanan yang dimaksud dengan pola hidup setan adalah
menikmati harta benda hasil korupsi, manipulasi, hasil menipu, merampok, dan
bentuk kejahatan lainnya.

Dengan memahami ilustrasi di atas, pengertian moral sama dengan


akhlak karena secara bahasa artinya sama, yaitu tindakan atau perbuatan.
Moralitas manusia dibagi menjadi dua, yaitu: (1) moralitas yang baik dan(2)
moralitas yang buruk. Perbedaan dari kedua konsep itu, yaitu akhlak dan moral
terletak pada standar atau rujukan normatif yang digunakan. Akhlak merujuk pada
nilai-nilai agama, sedangkan moral merujuk pada kebiasaan.18
Heri Gunawan dalam bukunya menyebutkan “yang dimaksud dengan
moral adalah sesuatu yang sesuai dengan ide-ide umum yang diterima tentang
tindakan manusia, mana yang baik dan mana yang wajar, mana yang pantas dan
mana yang tidak pantas.”19

18
Ibid.
19
Heri Gunawan, op. Cit., h. 13

10
Dengan pengertian moral seperti di atas, maka tampak banyak persamaan
antara etika dan moral. Perbedaan yang muncul hanya bahwa etika bersifat teori
sedangkan moral lebih banyak bersifat praktik.

2.2 Indikator Manusia berakhlak menurut islam


Manusia berakhlak adalah manusia yang suci dan sehat hatinya,sedang manusia
tidak berakhlak ( a moral ) adalah manusia yang kotor dan sakit hatinya. Namun sering kali
manusia tidak sadar kalau hatinya sakit. Kalaupun dia sadar tentang kesakitan hatinya, ia
tidak berusaha untuk mengobatinya. Padahal penyakit hati jauh lebih berbahaya ketimbang
penyakit fisik. Seseorang yang sakit secara fisik jika penyakitnya tidak dapat diobati dan
disembuhkan ujungnya hanya kematian. Kematian bukanlah akhir dari segala persoalan
melainkan pintu yang semua orang akan memasukinya. Tetapi penyakit hati jika tidak
disembuhkan maka akan berakhir dengan kecelakaan di alam keabadian.
Indikator manusia berakhlak (husn al-khuluq), kata Al-Ghazali, adalah
tertanamnya iman dalam hatinya. Sebaliknya manusia yang tidak berakhlak (su’u al-
khuluq) adalah manusia yang ada nifaq di dalam hatinya. Nifaq artinya sikap mendua
dalam Tuhan. Tidak ada kesesuaian antara hati dan perbuatan. Iman bagaikan akar dari
sebuah tumbuhan. Sebuah pohon tidak akan tumbuh pada akar yang rusak dan kropos.
Sebaliknya sebuah pohon akan baik tumbuhnya bahkan berbuah jika akarnya baik. Amal
akan bermakna jika berpangkal pada iman, tetapi amal tidak membawa makna apa-apa
apabila tidak berpangkal pada iman. Demikian juga amal tidak bermakna apabila amal
tersebut berpangkal pada kemunafikan. Hati orang beriman itu bersih, di dalamnya ada
pelita yang bersinar dan hati orang kafir itu hitam dan malah terbalik.
Taat akan perintah Allah, juga tidak mengikuti keinginan syahwat dapat
mengkilaukan hati, sebaliknya melakukan dosa dan maksiat dapat menghitamkan hati.
Barang siapa melakukan dosa, hitamlah hatinya dan barang siapa melakukan dosa tetapi
menghapusnya dengan kebaikan, tidak akan gelaplah hatinya hanya cahaya itu berkurang.
Dengan mengutip beberapa ayat Al Qur’an dan Hadits, selanjutnya Al-Ghazali
mengemukakan tanda-tanda manusia beriman, diantaranya :
a. Manusia beriman adalah manusia yang khusu’ dalam shalatnya
b. Berpaling dari hal-hal yang tidak berguna (tidak ada faedahnya)
c. Selalu kembali kepada Allah
d. Mengabdi hanya kepada Allah
e. Selalu memuji dan mengagungkan Allah
f. Bergetar hatinya jika nama Allah disebut
g. Berjalan di muka bumi dengan tawadhu’ dan tidak sombong
h. Bersikap arif menghadapi orang-orang awam
i. Mencintai orang lain seperti ia mencintai dirinya sendiri
j. Menghormati tamu
k. Menghargai dan menghormati tetangga
l. Berbicara selalu baik, santun dan penuh makna
m. Tidak banyak berbicara dan bersikap tenang dalam menghadapi segala persoalan

11
n. Tidak menyakiti orang lain baik dengan sikap maupun perbuatan

Sufi yang lain mengungkapkan tanda-tanda manusia berakhlak, antara lain :


Memiliki budaya malu dalam interaksi dengan sesamanya, tidak menyakiti orang lain,
banyak kebaikannya, benar dan jujur dalam ucapannya, tidak banyak bicara tapi banyak
bekerja, penyabar, hatinya selalu bersama Allah, tenang, suka berterima kasih, ridha
terhadap ketentuan Allah , bijaksana, hati-hati dalam bertindak, disenangi teman dan
lawan, tidak pendendam, tidak suka mengadu domba, sedikit makan dan tidur, tidak pelit
dan hasad, cinta karena Allah dan benci karena Allah.
Ketika Rasulullah ditanya tentang perbedaan mukmin dan munafik, Rasulullah
menjawab, orang mukmin keseriusannya dalam shalat, puasa dan ibadah sedangkan orang
munafik kesungguhannya dalam makan minum layaknya hewan. Hatim al-‘Asam seorang
ulama tabi’in menambahkan, bahwa indikator mukmin adalah manusia yang sibuk dengan
berfikir dan hikmah, sementara munafik sibuk dengan obsesi dan panjang angan-angan,
orang mukmin putus harapan terhadap manusia kecuali pada Allah. Sebaliknya orang
munafik banyak berharap kepada sesama manusia dan bukan kepada Allah. Mukmin
merasa aman dari segala sesuatu kecuali dari Allah, munafik merasa takut oleh segala
sesuatu kecuali oleh Allah. Mukmin berani mengorbankan hartanya demi agamanya
sedangkan munafik berani mengorbankan agamanya demi hartanya. Mukmin menangis
dan berbuat baik, munafik berbuat jahat dan tertawa terbahak-bahak. Mukmin senang
berkhalawat (bersemedi) sedang munafik senang keramaian. Mukmin menanam dan
menjaga agar tidak terjadi kerusakan, munafik menuai dan mengharap keuntungan.
Mukmin memerintah dan melarang (amar ma’ruf nahi munkar) untuk kekuasaan, maka
kerusakannlah yang terjadi.
Kalau akhlak dipahami sebagai pandangan hidup, maka manusia berakhlak adalah
manusia yang menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban dalam hubungannya
dengan Tuhan, sesama makhluk dan alam dalam arti luas.
Pada saat ini, kehidupan semakin sulit di mana kebutuhan semakin kompleks
namun sarana pemenuhan kenutuhan terbatas. Ada sebagian orang yang belum dapat
memenuhi kebutuhanya, sehingga menyebabkan beberapa dari mereka menghalalkan
segala cara untuk bisa memenuhi kebutuhanya. Terutama pada saat ini banyak orang
beranggapan bahwa harta adalah prioritas utama.
Akhlak tercela tidak hanya terjadi pada orang dewasa saja namun juga terjadi pada
sebagian besar para remaja. Remaja sering dikaitkan dengan masalah. Banyak pengaruh
serta tekanan dari luar yang kebanyakan menjerumuskan kepada hal-hal yang negatif.
Apabila sudah terpedaya pada hal-hal yang negatif, akhlak remaja mudah rusak sehingga
menimbulkan berbagai masalah. Padahal pemuda adalah generasi penerus bangsa, namun
pada kenyatanya sebagian besar remaja pada saat ini sudah terjerumus dalam hal negatif,
seperti seks bebas, narkoba, dan lain-lain.

12
2.3 Fungsi Akhlak dalam Kehidupan Masyarakat

Islam merupakan agama yang santun karena dalam islam sangat menjunjung tinggi
pentingnya berakhlak. Akhlak adalah hal yang terpenting dalam kehidupan manusia karena
akhlak mencakup segala pengertian tingkah laku, tabi'at, perangai, karakter manusia yang
baik maupun yang buruk dalam hubungannya dengan Khaliq atau dengan sesama
makhluk. Aktualisasi akhlak adalah bagaimana seseorang mengimplementasikan iman
yang dimilikinya dan mengaplikasikan seluruh ajaran Islam ke dalam tingkah laku sehari
hari.

1. Akhlak kepada Allah


a. Beribadah kepada Allah, yaitu dengan melaksanakan perintah untuk menyembah-
Nya sesuai dengan syariat islam.
b. Berzikir kepada Allah, yaitu mengingat Allah dalam berbagai situasi dan kondisi,
baik diucapkan dengan lisan maupun dalam hati.
c. Berdo’a kepada Allah. Do’a merupakan pengakuan akan keterbatasan dan
ketidakmampuan manusia, sekaligus pengakuan akan kemahakuasaan Allah
terhadap segala sesuatu.
d. Tawakal kepada Allah, yaitu berserah diri sepenuhnya kepada Allah dan
menunggu hasil pekerjaan atau menanti akibat dari suatu keadaan.
e. Tawaduk kepada Allah, yaitu Mengakui bahwa dirinya rendah dan hina di
hadapan Allah Yang Maha Kuasa, oleh karena itu tidak layak kalau hidup dengan
angkuh dan sombong, tidak mau memaafkan orang lain, dan pamrih dalam
melaksanakan ibadah kepada Allah.
f. Berhusnudzon kepada Allah, yaitu berprasangka baik kepada Allah karena apa
yang diberikan oleh Allah merupakan yang terbaik untuk hamba-Nya.
2. Akhlak kepada diri sendiri
a. sabar, yaitu perilaku sebagai pengendalian nafsu dan penerimaan terhadap apa
yang menimpanya.
b. Syukur, yaitu sikap berterima kasih atas nikmat yang telah di beri oleh Allah, baik
syukur dalam ucapan maupun perbuatan.
c. Tawaduk, yaitu rendah hati dan selalu menghargai siapa saja yang dihadapinya,
orang tua, muda, kaya atau miskin.
3. Akhlak kepada keluarga
a. Memuliakan dan menghormati kedua orang tua
b. Mendoakan kedua orang tua
c. Bersikap baik kepada kedua orang tua
d. Berkata lembut kepada kedua orang tua Menyanyangi kedua orang tua seperti
mereka menyayamgi kita sewaktu kecil
4. Akhlak kepada sesama manusia

13
a. Menciptakan ukhuwah atau persaudaraan
b. Menumbuhkan sikap Ta’awun atau saling tolong menolong
c. Suka memaafkan kesalahan orang lain
d. Menepati janji yang telah dibuat

14
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

• Etika adalah ajaran yang berbicara tentang baik dan buruk dan yang menjadi
ukuran baik dan buruknya adalah akal. Karena memang etika adalah bagian
dari filsafat.

• Moral adalah ajaran baik dan buruk yang ukurannya adalah tradisi yang
berlaku di suatu masyarakat.

• Akhlak dalam kebahasaan berarti budi pekerti, perangai atau disebut juga
sikap hidup yang berbicara tentang baik dan buruk yang ukurannya adalah
wahyu tuhan.

• Dari satu segi akhlak adalah buah dari tasawuf (proses pendekatan diri
kepada Tuhan), dan istiqamah dalam hati pun bagian dari bahasan ilmu
tasawuf. Indikator manusia berakhlak (husn al-khulug ) adalah tertanamnya
iman dalam hati dan teraplikasikannya takwa dalam perilaku.

• Aktualisasi akhlak adalah bagaimana seseorang dapat mengimplementasikan


iman yang dimilikinya dan mengaplikasikan seluruh ajaran islam dalam
setiap tingkah laku sehari- hari. Seperti akhlak kepada tuhan, diri sendiri,
keluarga, dan sesama manusia

3.2 Saran

Hendaknya kita sebagai muslim dapat menerapan etika, moral, dan akhlak ke
dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan syariat islam.

15
DAFTAR PUSTAKA

Hamdani Hamid dan Beni Ahmad Saebani, op. cit.

Muhammad al Ghazali, Ihya Ulumuddin Jilid III, (Beirut: Darul Fikr, 2008)

Ibrahim Anis, Al Mu’jam al Wasith (Kairo: Maktabah as Syuruk ad Dauliyyah, 2004)

A. Rahman Ritonga, Akhlak Merakit Hubungan Dengan Sesama Manusia, ( Surabaya:Amelia, 2005)

Mufti Amir, Etika Komunikasi Massa dalam Pandangan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu,
1999).

Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasinya, (Bandung: Alfabeta, 2012).

Masnur Muslich, Pendidikan Karakter : Menjawab Tantangan Krisis Multidimendiontal,


(Jakarta:Bumi Aksara, 2006).

16

Anda mungkin juga menyukai