Anda di halaman 1dari 17

AKHLAK DAN ISTILAH LAIN: ETIKA,

MORAL, SUSILA, DAN BUDI PEKERTI

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 1
KELAS 1 C PENDIDIKAN KIMIA
1. AMELIANI SHAKILA SEPTIANI 11190162000073
2. IBAD SOLIHIN 11190162000074
3. ALMA NUR FITRIANA 11190162000084

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini
bisa selesai pada waktunya. Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas pendidikan
akhlak. Dalam makalah ini membahas tentang akhlak dan istilah etika, moral, susila, dan budi
pekerti.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun
terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. semoga
makalah ini bermanfaat bagi kami dan khususnya pembaca pada umumnya.

Jakarta, 10 September 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................... i


DAFTAR ISI .......................................................................... ii
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan .......................................................................... 2
PEMBAHASAN
A. Ta’rif Akhlak .......................................................................... 3
B. Fungsi dan Tujuan Akhlak .......................................................................... 4
C. Ruang Lingkup Akhlak .......................................................................... 5
D. Persamaan dan Perbedaan .......................................................................... 7
PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA
A. PENDAHULUAN

A.) Latar Belakang

Akhlak ada pada diri manusia, yang merupakan sifat perilaku yang
menggambarkan dirinya. Baik buruknya perilaku tergantung pada manusia itu
sendiri.
Akhlak pada dasarnya melekat dalam diri seseorang, bersatu dengan perilaku
atau perbuatan. Jika perilaku yang melekat itu buruk, maka disebut akhlak yang
buruk atau ahlak mazmumah. Sebaliknya, apabila perilaku tersebut baik disebut
akhlak mahmudah.
Pendapat Imam Al-Ghazali, yang menyatakan bahwa akhlak bukan sekedar
perbuatan semata, juga bukan kemampuan berbuat dan bukan pula pengetahuan.
Akan tetapi, akhlak ialah upaya mengintegrasikan akhlak itu sendiri dengan
situasi jiwa yang siap memunculkan perbuatan baik dan buruk, bukan hanya
sesaat, namun selamanya.
Kata istilah lain: etika, moral, susila, dan budi pekerti sering disamakan.
Sepintas keempat terminologi ini memiliki makna atau pengertian yang sama.
keempat terminologi ini berbicara tentang baik dan buruk, benar dan salah, atau
yang seharusnya dilakukan dan yang seharusnya ditinggalkan. etika, moral,
susila, dan budi pekerti selalu menghiasi kehidupan manusia sehari-hari dalam
segala aspek. Namun, masing-masing terminologi ini dapat dibedakan. Adapun
etika dan moral lebih cenderung pada penyampaian nilai-nilai yang benar dan
nilai-nilai yang salah yang bersandar pada norma-norma masyarakat. Sedangkan
susila dan

B.) Rumusan Masalah


1. Apa pengertian akhlak?
2. Apa pengertian dari isilah lain: etika, moral, susila, dan budi pekerti?
3. Apa fungsi dan tujuan akhlak?
4. Bagaimana ruang lingkup akhlak?
5. Apa persamaan dan perbedaan dari istilah lain?

C.) Tujuan Penulisan


1. Dapat Mengetahui dan memahami pengertian akhlak
2. Dapat Mengetahui dan memahami pengertian dari etika, moral, susila, dan
budi pekerti
3. Dapat Mengetahui dan memahami fungsi dan tujuan akhlak
4. Dapat mengamalkan akhlakul Karimah dalam Kehidupan sehari-hari.
B. PEMBAHASAN

A.) TA’RIF AKHLAK


Akhlak berasal dari bahasa Arab, akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqon, yang
berarti al-sajiyah (perangai), al-thabi’ah (kelakuan, tabiat, watak dasar), al-
adat (kebiasaan, kelaziman), al-muru’ah (peradaban yang baik), dan al-din
(agama). Akhlak juga secara bahasa berarti budi pekerti, adat kebiasaan,
perangai, muru’ah, atau segala sesuatu yang mudah menjadi tabi’at.
Sedangkan menurut istilah adalah pengetahuan yang menjelaskan baik dan
buruk (benar dan salah), mengatur pergaulan manusia, dan menentukan tujuan
akhir dari usaha dan pekerjaannya.
Ada beberapa pendapat para ahli yang mengemukakan pengertian
akhlak sebagai berikut :
a. Imam al-Ghazali dalam kitabnya Ihya Ulum al din mengatakan bahwa
akhlak adalah : sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan
bermacam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah tanpa
memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
b. Ibrahim Anas mengatakan akhlak ialah ilmu yang objeknya membahas
nilai-nilai yang berkaitan dengan perbuatan manusia, dapat disifatkan
dengan baik dan buruknya.
c. Ahmad Amin mengatakan bahwa akhlak ialah kebiasaan baik dan buruk.
Contohnya apabila kebiasaan memberi sesuatu yang baik, maka disebut
akhlakul karimah dan bila perbuatan itu tidak baik disebut akhlaqul
madzmumah.
Pengertian akhlak yang dikemukakan Ibn Miskawai (w. 421 H/1030
M) adalah “sifat yang tertanam dalam jiwa yang telah mendorongnya untuk
melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Senada
dengan pengertian tersebut, Imam al-Ghazali mengartikan akhlak sebagai
“sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan
dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan
pertimbangan”.

Dari Beberapa pengertian tersebut, dapat diambil diambil beberapa ciri akhlak
sebagai berikut :

1. perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam dalam jiwa


seseorang,
2. perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan
tanpa pemikiran,
3. perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang
yang mengerjakannya, tanpa ada paksaan dari yang bersangkutan,
4. perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan
sesungguhnya, bukan main-main atau karena bersandiwara,
5. perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan karena ikhlas
semata-mata karena Allah SWT.

B.) FUNGSI DAN TUJUAN AKHLAK

Dilihat dari fungsi perannya, dapat dikatakan bahwa akhlak, etika, moral,
susila, dan budi pekerti yaitu menentukan hukum atau nilai dari suatu perbuatan
yang dilakukan manusia untuk ditentukan baik buruknya. Kesemua istilah
tersebut sama-sama menghendai terciptanya keadaan masyarakat yang baik,
teratur, aman, damai dan tentram sehingga sejahtera.

Tujuan pendidikan akhlak dalam Islam adalah agar manusia berada dalam
kebenaran dan senantiasa berada di jalan yang lurus, jalan yang telah digariskan
oleh Allah swt. Inilah yang akan mengantarkan manusia kepada kebahagiaan di
dunia dan di akhirat.Proses pendidikan atau pembentukan akhlak bertujuan untuk
melahirkan manusia yang berakhlak mulia. Akhlak yang mulia akan terwujud
secara kukuh dalam diri seseorang apabila setiap empat unsur utama kebatinan
diri yaitu daya akal, daya marah, daya syahwat dan daya keadilan, Berjaya
dibawa ke tahap yang seimbang dan adil sehingga tiap satunya boleh dengan
mudah mentaati kehendak syarak dan akal. Akhlak mulia merupakan tujuan
pokok pembentukan akhlak Islam ini. Akhlak seseorang akan dianggap mulia jika
perbuatannya mencerminkan nilai – nilai yang terkandung dalam al-Qur‟an.

C.) RUANG LINGKUP AKHLAK

Ruang lingkup akhlak mencakup pola hubungan manusia dengan Allah


SWT, manusia dengan manusia, dan manusia dengan makhluk hidup selain
manusia (seperti tumbuhan dan binatang). Untuk lebih mempertegas bahasan
tentang ruang lingkup akhlak, berikut dijelaskan kategori akhlak tersebut:

1) Akhlak Kepada Allah SWT


Akhlak yang baik kepada Allah Swt berucap dan bertingkah laku
yang terpuji terhadap Allah Swt. baik melalui ibadah langsung kepada
Allah Swt, seperti shalat, puasa dan sebagainya, maupun melalui perilaku-
perilaku tertentu yang mencerminkan hubungan atau komunikasi dengan
Allah diluar ibadah itu. Allah Swt telah mengatur hidup manusia dengan
adanya hukum perintah dan larangan. Hukum ini, tidak lain adalah untuk
menegakkan keteraturan dan kelancaran hidup manusia itu sendiri. Dalam
setiap pelaksanaan hukum tersebut terkandung nilai-nilai akhlak terhadap
Allah Swt.
Berikut ini beberapa Akhlak kepada Allah Swt:
a) Beriman, yaitu meyakini wujud dan keesaan Allah serta meyakini apa
yang difirmankan-Nya, seperti iman kepada malaikat, kitab-kitab,
rasul-rasul, hari kiamat dan qadha dan qadhar.
b) Taat, yaitu patuh kepada segala perintah-Nya dan menjauhi segala
larangan-Nya.
c) Ikhlas, yaitu melaksanakan perintah Allah dengan pasrah tanpa
mengharapkan sesuatu, kecuali keridhaan Allah Swt.
d) Do’a, yaitu meminta kepada Allah Swt apa saja yang diinginkan
dengan cara yang baik sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah.
Do’a adalah cara membuktikan kelemahan manusia dihadapan Allah,
karena itu berdoa merupakan inti dari beribadah. Orang yang tidak suka
berdo’a adalah orang yang sombong, sebab ia tidak mengakui
kelemahan dirinya dihadapan Allah, merasa mampu dengan usahanya
sendiri. Ia tidak sadar bahwa semua itu berkat izin dari Allah. Jadi, doa
merupakan etika bagi seorang hamba dihadapan Allah swt. Firman
Allah Swt sebagai berikut: “ Berdoalah kepada-Ku,niscaya akan Aku
akan perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang
menyombongkan diri karena enggan beribadah kepada-Ku, akan
dimasukkan ke dalam neraka jahannam dalam keadaan hina dina,”
(Q.S Ghafir : 60).

2) Akhlak Mulia dalam Ber-hablun Minannas


Hablun minannas adalah berhubungan antar sesama manusia. Sebagai
umat beragama, setiap orang harus menjalin hubungan baik
antar sesamanya setelah menjalin hubungan baik dengan Tuhannya.
Dalam kenyataan sering kita saksikan dua hubungan ini tidak padu.
Terkadang ada seseorang yang dapat menjalin hubungan baik dengan
Tuhannya, tetapi dalam menjalin hubungan dengan sesamanya terabaikan.
Atau sebaliknya, ada orang yang dapat menjalin hubungan secara baik
dengan sesamanya, tetapi ia mengabaikan hubungannya dengan
Tuhannya. Tentu saja kedua contoh ini tidak seharusnya dilakukan. Kita
harus dapat menjalin dua bentuk hubungan itu dengan baik, sehingga
terjadi keharmonisan dalam diri kita.

3) Akhlak Kepada Lingkungan Keluarga


Setiap muslim harus berakhlak mulia dalam lingkungan keluarganya.
Pembinaan akhlak mulia dalam lingkungan keluarga meliputi hubungan
seseorang dengan orang tuanya, termasuk dengan guru-gurunya,
hubungannya dengan orang yang lebih tua atau yang lebih muda.
Hubungan dengan teman sebayanya, dan dengan lawan jenisnya.
Menjalin hubungan dengan orang tua atau guru memiliki kedudukan
yang sangat istimewa dalam pembinaan akhlak mulia di lingkungan
keluarga. Guru juga bisa dikategorikan sebagai orang tua kita. Orang tua
nomor satu adalah orang tua yang melahirkan kita dan orang tua kedua
adalah orang tua yang memberikan kepandaian kepada kita. Islam
mengajarkan kepada kita bahwa berbuat baik kepada orang tua adalah
wajib, sebagaimana firmah Allah Swt sebagai berikut :
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah
selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan
sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-
duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali
janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan
janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka
perkataan yang mulia,”. (Q.S Al –Isra : 23) .

4) Akhlak terhadap diri sendiri


Islam mengajarkan agar manusia menjaga diri meliputi jasmani dan
rohani. Organ tubuh kita harus dipelihara dengan memberikan konsumsi
makanan yang halal dan baik. Apabila kita memakan makanan yang tidak
halal dan tidak baik, berarti kita telah merusak diri sendiri. Akal kita juga
perlu dipelihara dan dijaga agar tertutup oleh pikiran kotor. Jiwa harus
disucikan agar menjadi orang yang beruntung. Sebagaimana Firman Allah
dalam Q.S Asy - Syam [91] : 9-10 :
“ Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa nya dari
dosa. Dan sesungguhnya merugilah orang yang lalai untuk mendidik
jiwanya melainkan malah menggodanya (untuk keburukan)” .

D.) PERSAMAAN DAN PERBEDAAN DENGAN ISTILAH LAIN

1) ETIKA
Etika berasal dari bahasa Yunani “Ethos” dalam bentuk tunggal yang
berarti kebiasaan. Etika merupakan dunianya filsafat, nilai, dan moral yang
mana etika bersifat abstrak dan berkenaan dengan persoalan baik dan buruk.
Pengertian ini menunjukan bahwa, etika ialah teori tentang perbuatan manusia
yang ditimbang menurut baik dan buruknya, yang juga merupakan pada inti
sari atau sifat dasar manusia: baik dan buruk manusia. Dalam bentuk jamak (ta
etha) artinya adalah: adat kebiasaan. Dan arti terakhir inilah menjadi latar
belakang bagi terbentuknya istilah “etika” yang oleh filsuf Yunani besar
Aristoteles (284-322 SM) sudah dipakai untuk menunjukkan filsafat moral.
Jadi, kita membatasi diri pada asal-usul kata ini, maka “etika” berarti: ilmu
tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan.
Kemudian, Ahmad Amin dalam Mudhlor Ahmad memperjelas pengertian
etika dengan berpendapat bahwa etika adalah “Ilmu yang menjelaskan arti
baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan seseorang
kepada sesama, menyatakan tujuan perbuatan seseorang, dan menunjukan
jalan untuk melakukakan apa yang seharusnya dilakukan.” Terkait dengan kata
etika, dalam perspektif sejarah, etika sebagai usaha filsafat lahir dari
kehancuran moral dilingkungan kebudayaan Yunani 2500 tahun yang lalu.
Karena pandangan-pandangan yang lama tentang baik dan buruk tidak lagi
dipercayai, para filosof mempertanyakan kembali norma-norma dasar bagi
kelakuan manusia. Kemudian, terkait dengan terminologi etika.

2) MORAL
Kata moral berasal dari bahasa latin mores, kata jamak dari mos yang
berarti adat atau kebiasaan. Menurut Gilligan dalam Lawrence A. Blum, moral
memiliki keterkaitan dengan kepedulian seseorang dengan yang lainnya.
Moral tidak hanya berhubungan dengan tingkah laku, namun juga
mengarahkan seseorang untuk dapat berbuat baik kepada orang lain. Moral
juga melibatkan jalinan emosi, kognisi dan tindakan yang tidak dapat
dipisahkan.
Dalam hal memberikan defenisi moral, padangan berbeda diungakapkan
oleh Howard, bahwa moral merupakan patokan prilaku benar dan salah yang
dapat dijadikan pedoman bagi pribadi seseorang. Moral juga menjadi pedoman
dalam berinteraksi dengan orang lain. Baik dan buruk perbuatan seseorang
dapat diukur dari nilai moral.
Pada hakikatnya, moral seseorang sangat berkaitan dengan pengetahuan
moral dan moralitas itu sendiri. Jika dikaitkan dengan moralitas atau
perbuatan, maka ukurannya adalah dari sisi baik dan buruk. Moral juga lebih
bersifat dalam dataran realitas dan muncul dalam tingkah laku yang
berkembang di masyarakat. Dan yang dijadikan barometer moral adalah
norma-norma dan adat-istiada yang tumbuh dan berkembang serta berlansung
di masyarakat. Moral juga dapat dipahami untuk memberikan batasan terhadap
aktivitas manusia dengan nilai (ketentuan) baik dan buruk, serta benar dan
salah. Jika dikaitkan dalam kehidupan sehari-hari dikatakan bahwa orang
tersebut bermoral, maka orang tersebut tingkah lakunya baik. Istilah moral
juga sering pula dikaitkan dan dihubungakan dengan kesadaran hingga
menjadi istilah kesadaran moral. Kesadaran moral merupakan faktor penting
yang harus dimiliki seseorang sehingga memungkinkan tindakan seseorang
selalu bermoral, berperilaku susila dan selalu sesuai dengan norma-norma
yang berlaku di masyarakat
Kesadaran moral juga memiliki keterkaitan dengan hati nurani
(conscience). Terdapat tiga cakupan dalam kesadaran moral. Pertama,
perasaan yang mendorong seseorang untuk harus melakukan tindakan yang
bermoral. Kedua, perasaan rasional dan objektif, yaitu suatu perbuatan yang
secara umum dapat diterima oleh masyarakat, sebagai hal yang objektif dan
universal. Ketiga, kebabasan, yaitu bebas menentukan perilakunya sendiri, dan
di dalam penentuan perilaku itu sekaligus memiliki kapasitas nilai manusia itu
sendiri. Dengan demikian, melihat dari paparan di atas, bahwa moral memiliki
suatu sistem atau komponen yang terkait satu sama lain, yaitu kesadaran dan
perasaan moral ketika seseorang akan bertindak. Untuk dikatakan bermoral,
maka seseorang harus sadar (mengetahui), kemudian merasa, baru terciptanya
suatu tindak yang dinamakan oleh Thomas Lickona adalah karakter. Selain itu
moral lebih mengacu kepada suatu nilai atau sistem hidup yang berlaku di
masyarakat.

3) SUSILA
Susila berasal dari kata sanskerta, yaitu su dan sila. Su yang berarti baik,
bagus dan sila berarti dasar, prinsip, peraturan hidup dan norma. Kata susila
digunakan sebagai aturan hidup yang lebih baik. Orang yang susila adalah
orang yang berkelakuan baik, sedangkan orang asusila adalah orang yang
berlakuan buruk. Kata susila dpat berarti sopan, beradab, baik budi tutur
bahasanya. Dan kesusilaan sama dengan kesopanan. Dengan demikian,
kesusilaan lebih mengacu kepada upaya membimbing, memandu,
mengarahkan, membiasakan, dan memasyarakatkan hidup yang berlaku dalam
masyarakat. Kesusilaan menggambarkan keadaan dimana orang selalu
menerapkan nilai-nilai yang dipandang baik.

4) BUDI PEKERTI
Budi pekerti adalah berasal dari bahasa sansekerta yang memiliki makna
yang sama dengan tata krama. Ki Hajar Dewantara menyatakan tujuan
pendidikan budi pekerti adalah agar anak dapat ngerti, ngrasa, dan nglakoni
(menyadari, menginsyafi, dan melakukan) perbuatan yang sesuai dengan
norma-norma yang dianut masyarakat. Di antara nilai budi pekerti yang harus
diajarkan pada anak adalah duduk yang baik, jangan berteriak-teriak agar tidak
menganggu anak-anak lain, bersih badan dan pakaian, hormat terhadap ibu
bapa dan orang tua lainnya, menolong teman-teman yang perlu ditolong. Ki
Hajar Dewantara (1997) menyatakan bahwa isi pengajaran budi pekerti adalah
moral (kesusilaan) yang mencakup adat kesusilaan dan hukum kesusilaan.
Dengan demikian Ki Hajar berpendapat bahwa budi pekerti sama dengan
moral.

 PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ISTILAH ETIKA, MORAL, SUSILA,


DAN BUDI PEKERTI
Ada beberapa persamaan antara keempat terminologi tersebut yaitu
pertama, akhlak, etika dan moral mengacu pada ajaran atau gambaran tentang
perbuatan, tingkah laku, sifat dan perangai yang baik. Kedua, akhlak, etika dan
moral merupakan prinsip atau aturan hidup manusia untuk mengukur martabat
dana harkat kemanusiaanya. Semakin tinggi kualitas akhlak, etika, moral, susila,
dan budi pekerti sesorang atau sekelompok orang, semakin tinggi kualitas
kemanusiaanya. Sebaliknya semakin rendah kualitas dari ketiga terminologi
tersebut pada sekelompok orang, semakin rendah kualitas kemanusiaannya.
Persamaan dan perbedaan Abdul Majid mengartikan etika sebagai ilmu
yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk sejauh yang dapat
diketahui oleh akal pikiran. Menurutnya, tujuan etika dalam pandangan filsafat
ialah mendapatkan ide yang sama bagi seluruh manusia di setiap waktu dan
tempat tentang ukuran tingkah laku yang baik dan buruk, dan barometernya
sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran manusia. Hal ini karena etika
berasal dari teori atau ilmu filsafat bukan agama. Sementara akhlak diberikan
pengertian lebih mendalam, karena dalam padangan Islam ilmu akhlak
mengajarkan hal baik dan buruk didasari dari ajaran Allah dan RasulNya.
Terdapat tiga alasan yang dikemukakan mengapa akhlak lebih mendalam yaitu:
Pertama, sumber akhlak adalah Allah dan Rasul-Nya. Kedua, akhlak lebih
univesal dan komprehensif. Ketiga, dalam Islam seseorang yang memiliki
akhlak yang luhur akan berada dibawah pancaran sinar pentunjuk Allah Swt
menuju keridhaan-Nya. Dalam hal persamaan menurutnya, etika moral dan
akhlak sama memebahas atau mengajarkan tentang baik dan buruk.
Perbedaan antara etika, moral, susila, dan budi pekerti dengan akhlak
terletak pada sumber yang dijadikan patokan untuk menentukan baik dan buruk.
Jika dalam etika penilaian baik dan buruk berdasarkan pendapat akal pikiran,
dan pada moral dan susila berdasarkan kebiasaan yang berlaku umum
dimasyarakat, maka pada akhlak ukuran yang digunakan untuk menentukan
baik dan buruk itu adalah Al Quran dan Al Hadits.
Perbedaan lain antara etika, moral, susila, dan budi pekerti terlihat pada
sifat dan kawasan pembahasannya. Jika etika lebih banyak bersifat teoritis,
maka pada moral dan susila lebih banyak bersifat praktis. Etika memandang
tingkah laku manusia secara umum, sedangkan moral dan susila menyatakan
ukuran tersebut dalam bentuk perbuatan.
C. PENUTUP

Kesimpulan

Moral atau akhlak kharimah, akhlak dengan etika, moral dengan budi pekerti,
dan moral dengan susila. Sangat ditentukan oleh niat atau iktikad dari lingkungan
manusia. Akhlak melibatkan niat dan iktikad mencari ridho Allah dalam
pelaksanaannya. Nilai-nilai kemanusiaan yang menjadi isi akhlak juga ada di dalam
moral seperti menolong sesama, kejujuran, kebersihan, dan lain-lain yang pada
akhirnya membentuk kepribadian utuh yang benar.
DAFTAR PUSTAKA

Habibah, S.2015.Akhlak dan Etika Dalam Islam.Jurnal Pesona Dasar,1(4):73-87.

Nata, Abuddin, MA, dan Achmad Gholib, MA.2006. Modul Studi Islam II (Akidah
Akhlak).Jakarta:UIN Jakarta Press

Nurhasan.2018.Pola Kerjasama Sekolah dan Keluarga Dalam Pembinaan Akhlak (Studi


Multi Kasus di MI Sunan Giri dan MI Al-Fattah Malang).Jurnal Al-Makrifat,3(1):97-111.

Reksiana.2018.Kerancuan Istilah Karakter,Akhlak, Moral, dan Etika.Jurnal


Thaqafiyyat.19(1):1-30.
Surajiyo.2000.Manusia Susila di Indonesia Dalam Perspektif Filosofis.Humaniora.12(2):154-
160.

Su’dadah.(2014).Pendidikan Budi Pekerti.Jurnal Kependidikan.2(1):132-141.

Anda mungkin juga menyukai