DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 1
KELAS 1 C PENDIDIKAN KIMIA
1. AMELIANI SHAKILA SEPTIANI 11190162000073
2. IBAD SOLIHIN 11190162000074
3. ALMA NUR FITRIANA 11190162000084
Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini
bisa selesai pada waktunya. Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas pendidikan
akhlak. Dalam makalah ini membahas tentang akhlak dan istilah etika, moral, susila, dan budi
pekerti.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun
terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. semoga
makalah ini bermanfaat bagi kami dan khususnya pembaca pada umumnya.
Penulis
DAFTAR ISI
Akhlak ada pada diri manusia, yang merupakan sifat perilaku yang
menggambarkan dirinya. Baik buruknya perilaku tergantung pada manusia itu
sendiri.
Akhlak pada dasarnya melekat dalam diri seseorang, bersatu dengan perilaku
atau perbuatan. Jika perilaku yang melekat itu buruk, maka disebut akhlak yang
buruk atau ahlak mazmumah. Sebaliknya, apabila perilaku tersebut baik disebut
akhlak mahmudah.
Pendapat Imam Al-Ghazali, yang menyatakan bahwa akhlak bukan sekedar
perbuatan semata, juga bukan kemampuan berbuat dan bukan pula pengetahuan.
Akan tetapi, akhlak ialah upaya mengintegrasikan akhlak itu sendiri dengan
situasi jiwa yang siap memunculkan perbuatan baik dan buruk, bukan hanya
sesaat, namun selamanya.
Kata istilah lain: etika, moral, susila, dan budi pekerti sering disamakan.
Sepintas keempat terminologi ini memiliki makna atau pengertian yang sama.
keempat terminologi ini berbicara tentang baik dan buruk, benar dan salah, atau
yang seharusnya dilakukan dan yang seharusnya ditinggalkan. etika, moral,
susila, dan budi pekerti selalu menghiasi kehidupan manusia sehari-hari dalam
segala aspek. Namun, masing-masing terminologi ini dapat dibedakan. Adapun
etika dan moral lebih cenderung pada penyampaian nilai-nilai yang benar dan
nilai-nilai yang salah yang bersandar pada norma-norma masyarakat. Sedangkan
susila dan
Dari Beberapa pengertian tersebut, dapat diambil diambil beberapa ciri akhlak
sebagai berikut :
Dilihat dari fungsi perannya, dapat dikatakan bahwa akhlak, etika, moral,
susila, dan budi pekerti yaitu menentukan hukum atau nilai dari suatu perbuatan
yang dilakukan manusia untuk ditentukan baik buruknya. Kesemua istilah
tersebut sama-sama menghendai terciptanya keadaan masyarakat yang baik,
teratur, aman, damai dan tentram sehingga sejahtera.
Tujuan pendidikan akhlak dalam Islam adalah agar manusia berada dalam
kebenaran dan senantiasa berada di jalan yang lurus, jalan yang telah digariskan
oleh Allah swt. Inilah yang akan mengantarkan manusia kepada kebahagiaan di
dunia dan di akhirat.Proses pendidikan atau pembentukan akhlak bertujuan untuk
melahirkan manusia yang berakhlak mulia. Akhlak yang mulia akan terwujud
secara kukuh dalam diri seseorang apabila setiap empat unsur utama kebatinan
diri yaitu daya akal, daya marah, daya syahwat dan daya keadilan, Berjaya
dibawa ke tahap yang seimbang dan adil sehingga tiap satunya boleh dengan
mudah mentaati kehendak syarak dan akal. Akhlak mulia merupakan tujuan
pokok pembentukan akhlak Islam ini. Akhlak seseorang akan dianggap mulia jika
perbuatannya mencerminkan nilai – nilai yang terkandung dalam al-Qur‟an.
1) ETIKA
Etika berasal dari bahasa Yunani “Ethos” dalam bentuk tunggal yang
berarti kebiasaan. Etika merupakan dunianya filsafat, nilai, dan moral yang
mana etika bersifat abstrak dan berkenaan dengan persoalan baik dan buruk.
Pengertian ini menunjukan bahwa, etika ialah teori tentang perbuatan manusia
yang ditimbang menurut baik dan buruknya, yang juga merupakan pada inti
sari atau sifat dasar manusia: baik dan buruk manusia. Dalam bentuk jamak (ta
etha) artinya adalah: adat kebiasaan. Dan arti terakhir inilah menjadi latar
belakang bagi terbentuknya istilah “etika” yang oleh filsuf Yunani besar
Aristoteles (284-322 SM) sudah dipakai untuk menunjukkan filsafat moral.
Jadi, kita membatasi diri pada asal-usul kata ini, maka “etika” berarti: ilmu
tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan.
Kemudian, Ahmad Amin dalam Mudhlor Ahmad memperjelas pengertian
etika dengan berpendapat bahwa etika adalah “Ilmu yang menjelaskan arti
baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan seseorang
kepada sesama, menyatakan tujuan perbuatan seseorang, dan menunjukan
jalan untuk melakukakan apa yang seharusnya dilakukan.” Terkait dengan kata
etika, dalam perspektif sejarah, etika sebagai usaha filsafat lahir dari
kehancuran moral dilingkungan kebudayaan Yunani 2500 tahun yang lalu.
Karena pandangan-pandangan yang lama tentang baik dan buruk tidak lagi
dipercayai, para filosof mempertanyakan kembali norma-norma dasar bagi
kelakuan manusia. Kemudian, terkait dengan terminologi etika.
2) MORAL
Kata moral berasal dari bahasa latin mores, kata jamak dari mos yang
berarti adat atau kebiasaan. Menurut Gilligan dalam Lawrence A. Blum, moral
memiliki keterkaitan dengan kepedulian seseorang dengan yang lainnya.
Moral tidak hanya berhubungan dengan tingkah laku, namun juga
mengarahkan seseorang untuk dapat berbuat baik kepada orang lain. Moral
juga melibatkan jalinan emosi, kognisi dan tindakan yang tidak dapat
dipisahkan.
Dalam hal memberikan defenisi moral, padangan berbeda diungakapkan
oleh Howard, bahwa moral merupakan patokan prilaku benar dan salah yang
dapat dijadikan pedoman bagi pribadi seseorang. Moral juga menjadi pedoman
dalam berinteraksi dengan orang lain. Baik dan buruk perbuatan seseorang
dapat diukur dari nilai moral.
Pada hakikatnya, moral seseorang sangat berkaitan dengan pengetahuan
moral dan moralitas itu sendiri. Jika dikaitkan dengan moralitas atau
perbuatan, maka ukurannya adalah dari sisi baik dan buruk. Moral juga lebih
bersifat dalam dataran realitas dan muncul dalam tingkah laku yang
berkembang di masyarakat. Dan yang dijadikan barometer moral adalah
norma-norma dan adat-istiada yang tumbuh dan berkembang serta berlansung
di masyarakat. Moral juga dapat dipahami untuk memberikan batasan terhadap
aktivitas manusia dengan nilai (ketentuan) baik dan buruk, serta benar dan
salah. Jika dikaitkan dalam kehidupan sehari-hari dikatakan bahwa orang
tersebut bermoral, maka orang tersebut tingkah lakunya baik. Istilah moral
juga sering pula dikaitkan dan dihubungakan dengan kesadaran hingga
menjadi istilah kesadaran moral. Kesadaran moral merupakan faktor penting
yang harus dimiliki seseorang sehingga memungkinkan tindakan seseorang
selalu bermoral, berperilaku susila dan selalu sesuai dengan norma-norma
yang berlaku di masyarakat
Kesadaran moral juga memiliki keterkaitan dengan hati nurani
(conscience). Terdapat tiga cakupan dalam kesadaran moral. Pertama,
perasaan yang mendorong seseorang untuk harus melakukan tindakan yang
bermoral. Kedua, perasaan rasional dan objektif, yaitu suatu perbuatan yang
secara umum dapat diterima oleh masyarakat, sebagai hal yang objektif dan
universal. Ketiga, kebabasan, yaitu bebas menentukan perilakunya sendiri, dan
di dalam penentuan perilaku itu sekaligus memiliki kapasitas nilai manusia itu
sendiri. Dengan demikian, melihat dari paparan di atas, bahwa moral memiliki
suatu sistem atau komponen yang terkait satu sama lain, yaitu kesadaran dan
perasaan moral ketika seseorang akan bertindak. Untuk dikatakan bermoral,
maka seseorang harus sadar (mengetahui), kemudian merasa, baru terciptanya
suatu tindak yang dinamakan oleh Thomas Lickona adalah karakter. Selain itu
moral lebih mengacu kepada suatu nilai atau sistem hidup yang berlaku di
masyarakat.
3) SUSILA
Susila berasal dari kata sanskerta, yaitu su dan sila. Su yang berarti baik,
bagus dan sila berarti dasar, prinsip, peraturan hidup dan norma. Kata susila
digunakan sebagai aturan hidup yang lebih baik. Orang yang susila adalah
orang yang berkelakuan baik, sedangkan orang asusila adalah orang yang
berlakuan buruk. Kata susila dpat berarti sopan, beradab, baik budi tutur
bahasanya. Dan kesusilaan sama dengan kesopanan. Dengan demikian,
kesusilaan lebih mengacu kepada upaya membimbing, memandu,
mengarahkan, membiasakan, dan memasyarakatkan hidup yang berlaku dalam
masyarakat. Kesusilaan menggambarkan keadaan dimana orang selalu
menerapkan nilai-nilai yang dipandang baik.
4) BUDI PEKERTI
Budi pekerti adalah berasal dari bahasa sansekerta yang memiliki makna
yang sama dengan tata krama. Ki Hajar Dewantara menyatakan tujuan
pendidikan budi pekerti adalah agar anak dapat ngerti, ngrasa, dan nglakoni
(menyadari, menginsyafi, dan melakukan) perbuatan yang sesuai dengan
norma-norma yang dianut masyarakat. Di antara nilai budi pekerti yang harus
diajarkan pada anak adalah duduk yang baik, jangan berteriak-teriak agar tidak
menganggu anak-anak lain, bersih badan dan pakaian, hormat terhadap ibu
bapa dan orang tua lainnya, menolong teman-teman yang perlu ditolong. Ki
Hajar Dewantara (1997) menyatakan bahwa isi pengajaran budi pekerti adalah
moral (kesusilaan) yang mencakup adat kesusilaan dan hukum kesusilaan.
Dengan demikian Ki Hajar berpendapat bahwa budi pekerti sama dengan
moral.
Kesimpulan
Moral atau akhlak kharimah, akhlak dengan etika, moral dengan budi pekerti,
dan moral dengan susila. Sangat ditentukan oleh niat atau iktikad dari lingkungan
manusia. Akhlak melibatkan niat dan iktikad mencari ridho Allah dalam
pelaksanaannya. Nilai-nilai kemanusiaan yang menjadi isi akhlak juga ada di dalam
moral seperti menolong sesama, kejujuran, kebersihan, dan lain-lain yang pada
akhirnya membentuk kepribadian utuh yang benar.
DAFTAR PUSTAKA
Nata, Abuddin, MA, dan Achmad Gholib, MA.2006. Modul Studi Islam II (Akidah
Akhlak).Jakarta:UIN Jakarta Press