Anda di halaman 1dari 14

“Uji Validitas Dan Reabilitas Instrument”

Mata Kuliah

Metodologi Penelitian

Dosen Pengampu

Widya Lestari, M.Kep

Oleh

Kelompok 1 (A 2017 1)

Wira Sasmita 1711110423 M. Irnadi Perwira 1711110469

Mita handriani M. 1711110521 Novia Agustina M 1711110305

Miranti Ananda 1711110416 Suci Rahmatul Y. 1711110319

Nurul Amirah 1711110372 Witri Sikniati 1711110410

Indah Afriani 1711110297 Debi Rianda 1711110585

Amalia Sari 1711110363 Citra Pratiwi 1711110320

Utari Dwisilvana 1711110295 Tiara eka putri 1711110550

Lisna Sari 1711110494 Siti Nurmaliza 1711110397

Choirun Nisa 1711110393 Ayu Puspika Sari 1711110371

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

2019
A. Uji validitas
Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan
kecermatan suatu alat ukur dalam melakukam fungsi ukurannya (Azwar 1986). Selain itu
validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan bahwa variabel yang diukur memang
benar-benar variabel yang hendak diteliti oleh peneliti (Cooper dan Schindler, dalam
Zulganef, 2006). Sedangkan menurut Sugiharto dan Sitinjak (2006), validitas berhubungan
dengan suatu peubah mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas dalam penelitian
menyatakan derajat ketepatan alat ukur penelitian terhadap isi sebenarnya yang diukur. Uji
validitas adalah uji yang digunakan untuk menunjukkan sejauh mana alat ukur yang
digunakan dalam suatu mengukur apa yang diukur. Ghozali (2009) menyatakan bahwa uji
validitas digunakan untuk mengukur sah, atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu
kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan
sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut.
Suatu tes dapat dikatakan memiliki validitas yang tinggi jika tes tersebut
menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang tepat dan akurat sesuai
dengan maksud dikenakannya tes tersebut. Suatu tes menghasilkan data yang tidak relevan
dengan tujuan diadakannya pengukuran dikatakan sebagai tes yang memiliki validitas
rendah. Sisi lain dari pengertian validitas adalah aspek kecermatan pengukuran. Suatu alat
ukur yang valid dapat menjalankan fungsi ukurnya dengan tepat, juga memiliki kecermatan
tinggi. Arti kecermatan disini adalah dapat mendeteksi perbedaan-perbedaan kecil yang ada
pada atribut yang diukurnya.
Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan kevalidan atau keabsahan
suatu instrument. Jadi pengujian validitas itu mengacu pada sejauh mana suatu instrument
dalam menjalankan fungsi. Instrument dikatakan valid jika instrument tersebut dapat
digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur (Menurut Sugiyono (2008:363).
Validitas suatu instrumen menunjukkan tingkat ketepatan suatu instrumen untuk mengukur
apa yang harus diukur.
Validitas instrumen dapat dibuktikan dengan beberapa bukti. Bukti-bukti tersebut
antara lain secara konten, disebut juga dengan validitas konten atau validitas isi, secara
konstruk, disebut dengan validitas konstruk, dan secara kriteria, disebut dengan validitas
kriteria. Ada tiga jenis validitas yang sering digunakan dalam penyusunan instrumen, yaitu:
1. Validitas isi atau validitas kurikuler (content validity),
Validitas isi berkenaan dengan kesanggupan instrumen mengukur isi yang harus diukur.
Artinya, alat ukur tersebut mampu mengungkap isi suatu konsep atau variabel yang
hendak diukur. Validitas yang memiliki ketepatan suatu istrumen yang ditinjau dari segi
materi yang diujikan (untuk tes) atau ditinjau dari segi dimensi dan indikator yang
ditanyakan (untuk angket). fokus validitas isi memberikan bukti pada elemen-elemen
yang ada pada alat ukur dan diproses dengan analisis rasional. Saat alat ukur diuraikan
dengan detail maka penilaian akan semakin mudah dilakukan.
Beberapa contoh elemen yang dinilai dalam validitas konten adalah sebagai berikut.
a. Definisi operasional variabel
b. Representasi soal sesuai variabel yang akan diteliti
c. Jumlah soal
d. Format jawaban
e. Skala pada instrumen
f. Penskoran
g. Petunjuk pengisian instrumen
h. Waktu pengerjaan
i. Populasi sampel
j. Tata bahasa
k. Tata letak penulisan (format penulisan)

Setelah melakukan uji validitas konten atau isi kepada ahli, kemudian instrumen direvisi
sesuai saran/masukan dari ahli. Instrumen dinyatakan valid secara konten atau isi
tergantung dari ahli. Jika setelah revisi ahli masih meminta ada perbaikan, maka revisi
masih perlu dilakukan hingga ahli benar-benar menerima instrumen tanpa perbaikan lagi
Ahli bebas memberikan penilaian apakah instrumen ini valid atau tidak. Indikator bahwa
suatu instrumen telah valid adalah ahli sudah menerima instrumen, baik secara isi
maupun formatnya, tanpa ada perbaikan kembali. (Fraenkel, Wallen, & Hyun, 2012).

2. Validitas konstruk atau Validitas bangun pengertian (Construct validity)


Validitas konstruk fokus pada sejauh mana alat ukur menunjukkan hasil pengukuran
yang sesuai dengan definisinya. Definisi variabel harus jelas agar penilaian validitas
konstruk mudah. Definisi tersebut diturunkan dari teori. Jika definisi telah berlandaskan
teori yang tepat, dan pertanyaan atau pernyataan item soal telah sesuai, maka instrumen
dinyatakan valid secara validitas konstruk (Fraenkel, Wallen, & Hyun, 2012). Validitas
bangun pengertian (Construct validity) berkenaan dengan kesanggupan alat ukur
mengukur pengertian-pengertian yang terkandung dalam materi yang diukurnya.
Pengertian-pengertian yang terkandung dalam konsep kemampuan, minat, sebagai
variabel penelitian dalam berbagai bidang kajian harus jelas apa yang hendak diukurnya.
Dengan adanya indikator dari setiap konsep maka bangun pengertian akan nampak dan
memudahkan dalam menetapkan cara pengukuran. Untuk variabel tertentu,
dimungkinkan penggunaan alat ukur yang beraneka ragam dengan cara mengukurnya
yang berlainan. Menetapkan indikator suatu konsep dapat dilakukan dalam dua cara,
yakni:
a. menggunakan pemahaman atau logika berpikir atas dasar teori pengetahuan ilmiah
dan
b. menggunakan pengalaman empiris, yakni apa yang terjadi dalam kehidupan nyata.

Apabila hasil tes menunjukkan indikator-indikator tes yang tidak berhubungan secara
positif satu sama lain, berarti ukuran tersebut tidak memiliki validitas bangun pengertian.
Atas dasar itu indikatornya perlu ditinjau atau diperbaiki kembali. Cara lain untuk
menetapkan validitas bangun pengertian suatu alat ukur adalah menghubungkan
(korelasi) antara alat ukur yang dibuat dengan alat ukur yang sudah baku/standardized,
seandainya telah ada yang baku. Bila menunjukkan koefisien korelasi yang tinggi maka
alat ukur tersebut memenuhi validitasnya.

3. Validitas Kriteria
Berfokus pada membandingkan instrumen yang telah dikembangkan dengan instrumen
lain yang dianggap sebanding dengan apa yang akan dinilai oleh instrumen yang telah
dikembangkan. Instrumen lain ini disebut sebagai kriteria. Ada dua jenis validitas
kriteria yaitu, validitas Kriteria Prediktif dan validitas Kriteria Bersamaan (Concurrent)
(Fraenkel, Wallen, & Hyun, 2012). Validitas yang ditinjau berdasarkan hubungannya
dengan kategori tertentu. Tinggi-rendahnya koefisien validitas tes atau angket ditentukan
berdasarkan hasil perhitungan koefisien korelasi.
Validitas kriterium terdiri dari:
a. Validitas banding (validitas bersama atau validitas yang ada sekarang), yaitu
validitas tes yang diperoleh dengan cara menghitung koefisien korelasi antara nilai-
nilai hasil tes yang akan diuji validitasnya dengan nilai-nilai hasil tes terstandar.
b. Validitas ramal atau prediktif, yaitu validitas yang berkenaan dengan kemampuan
suatu tes untuk dapat meramalkan keadaan yang akan datang berdasarkan kondisi
yang ada sekarang. Suatu tes seleksi masuk siswa baru haruslah memiliki tingkat
validitas ramal yang tinggi. validitas ini yang diutamakan bukan isi tes tapi
kriterianya, apakah alat ukur tersebut dapat digunakan untuk meramalkan suatu ciri
atau perilaku tertentu atau kriteria tertentu yang diinginkan.

Dalam pengujian validitas terhadap kuesioner, dibedakan menjadi 2, yaitu validitas faktor dan
validitas item.

a. Validitas faktor diukur bila item yang disusun menggunakan lebih dari satu faktor (antara
faktor satu dengan yang lain ada kesamaan). Pengukuran validitas faktor ini dengan cara
mengkorelasikan antara skor faktor (penjumlahan item dalam satu faktor) dengan skor
total faktor (total keseluruhan faktor).

b. Validitas item ditunjukkan dengan adanya korelasi atau dukungan terhadap item total
(skor total), perhitungan dilakukan dengan cara mengkorelasikan antara skor item dengan
skor total item. Bila kita menggunakan lebih dari satu faktor berarti pengujian validitas
item dengan cara mengkorelasikan antara skor item dengan skor faktor, kemudian
dilanjutkan mengkorelasikan antara skor item dengan skor total faktor (penjumlahan dari
beberapa faktor).

Dari hasil perhitungan korelasi akan didapat suatu koefisien korelasi yang digunakan untuk
mengukur tingkat validitas suatu item dan untuk menentukan apakah suatu item layak
digunakan atau tidak. Dalam penentuan layak atau tidaknya suatu item yang akan digunakan,
biasanya dilakukan uji signifikansi koefisien korelasi pada taraf signifikansi 0,05, artinya
suatu item dianggap valid jika berkorelasi signifikan terhadap skor total.

Untuk melakukan uji validitas ini menggunakan program SPSS. Teknik pengujian yang
sering digunakan para peneliti untuk uji validitas adalah menggunakan korelasi Bivariate
Pearson (Produk Momen Pearson). Analisis ini dengan cara mengkorelasikan masing-masing
skor item dengan skor total. Skor total adalah penjumlahan dari keseluruhan item. Item-item
pertanyaan yang berkorelasi signifikan dengan skor total menunjukkan item-item tersebut
mampu memberikan dukungan dalam mengungkap apa yang ingin diungkap à Valid. Jika r
hitung ≥ r tabel (uji 2 sisi dengan sig. 0,05) maka instrumen atau item-item pertanyaan
berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan valid). Langkah-langkah dalam
pengujian validitas ini yaitu :

1. Buat skor total masing-masing variabel (Tabel perhitungan skor)

2. Klik Analyze -> Correlate -> Bivariate (Gambar/Output SPSS)


3. Masukan seluruh item variabel x ke Variabels

4. Cek list Pearson ; Two Tailed ; Flag

5. Klik Ok

Tabel rangkuman hasil uji validitas dari variabel tersebut dapat dilihat sebagai berikut :

Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa nilai r hitung > r tabel berdasarkan uji signifikan
0.05, artinya bahwa item-item tersebut diatas valid
Rumus Korelasi Product Moment :

Keterangan :

Nilai koefisien ini disebut sebagai koefisien validitas (Fraenkel, Wallen, & Hyun, 2012).
Nilai koefisien validitas berkisar antara +1,00 sampai -1,00. Nilai koefisien +1,00
mengindikasikan bahwa individu pada uji instrumen maupun uji kriteria, memiliki hasil
yang relatif sama, sedangan jika koefisien validitas bernilai 0 mengindikasikan bahwa
tidak ada hubungan antara instrumen dengan kriterianya. Semakin tinggi nilai koefisien
validitas suatu instrument.

B. Uji Reabilitas
Reliabilitas berasal dari kata reliability. Pengertian dari reliability (rliabilitas) adalah
keajegan pengukuran (Walizer, 1987). Sugiharto dan Situnjak (2006) menyatakan bahwa
reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa instrumen yang digunakan dalam
penelitian untuk memperoleh informasi yang digunakan dapat dipercaya sebagai alat
pengumpulan data dan mampu mengungkap informasi yang sebenarnya dilapangan. Ghozali
(2009) menyatakan bahwa reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang
merupakan indikator dari peubah atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau
handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu
ke waktu. Reliabilitas suatu test merujuk pada derajat stabilitas, konsistensi, daya prediksi,
dan akurasi. Pengukuran yang memiliki reliabilitas yang tinggi adalah pengukuran yang
dapat menghasilkan data yang reliabel.
Menurut Masri Singarimbun, realibilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh
mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Bila suatu alat pengukur
dipakai dua kali – untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh
relative konsisten, maka alat pengukur tersebut reliable. Dengan kata lain, realibitas
menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur di dalam pengukur gejala yang
sama.sedangkan menurut Sumadi Suryabrata (2004: 28) reliabilitas menunjukkan
sejauhmana hasil pengukuran dengan alat tersebut dapat dipercaya. Hasil pengukuran harus
reliabel dalam artian harus memiliki tingkat konsistensi dan kemantapan.
Reliabilitas, atau keandalan, adalah konsistensi dari serangkaian pengukuran atau
serangkaian alat ukur. Hal tersebut bisa berupa pengukuran dari alat ukur yang sama (tes
dengan tes ulang) akan memberikan hasil yang sama, atau untuk pengukuran yang lebih
subjektif, apakah dua orang penilai memberikan skor yang mirip (reliabilitas antar penilai).
Reliabilitas tidak sama dengan validitas. Artinya pengukuran yang dapat diandalkan akan
mengukur secara konsisten, tapi belum tentu mengukur apa yang seharusnya diukur. Dalam
penelitian, reliabilitas adalah sejauh mana pengukuran dari suatu tes tetap konsisten setelah
dilakukan berulang-ulang terhadap subjek dan dalam kondisi yang sama. Penelitian
dianggap dapat diandalkan bila memberikan hasil yang konsisten untuk pengukuran yang
sama. Tidak bisa diandalkan bila pengukuran yang berulang itu memberikan hasil yang
berbeda-beda.
Beberapa uji reliabilitas suatu instrumen yang bisa digunakan antara lain test-retest,
ekuivalen, dan internal consistency. Internal consistency sendiri memiliki beberapa teknik
uji yang berbeda. Teknik uji relibilitas internal consistency terdiri dari uji split half, KR 20,
KR 21, dan Alfa Cronbach. Namun, setiap uji memiliki kriteria instrumen seperti apa yang
bisa diuji dengan teknik tersebut.
1. Test-Retest
Pengujian reliabilias dengan testretest dilakukan dengan cara mencobakan satu jenis
instrumen beberapa kali pada subjek (responden) yang sama. Reliabilitas instrumen
diukur dari koefisien korelasi antara percobaan pertama dengan percobaan selanjutnya.
Instrumen dinyatakan reliabel jika koefisien korelasi positif dan signifikan. Korelasi
antara hasil uji pertama dengan hasil uji selanjutnya diuji dengan korelasi Product
Moment untuk mencari koefisien korelasinya
2. Equivalent
Pengujian reliabilias dengan uji equivalent dilakukan dengan cara mencobakan
instrumen yang berbeda tetapi ekuivalen (sebanding/sepadan). Percobaan dilakukan satu
kali saja pada responden yang sama. Reliabilitas instrumen diukur dari koefisien korelasi
antara percobaan instrumen satu dengan percobaan instrumen yang lainnya. Instrumen
dinyatakan reliabel jika koefisien korelasi positif dan signifikan. Pengujian koefisien
korelasi dan signifikansinya dilakukan seperti pada uji test-retest menggunakan rumus
korelasi Product Moment dan diuji signifikansinya menggunakan r tabel atau uji t.
3. Internal Consistency
Pengujian reliabilias dengan uji internal consistency, dilakukan dengan cara mencobakan
instrumen sekali saja pada subjek penelitian. Pengujian ini dapat dilakukan dengan
teknik belah dua (split half) dari Spearman Brown, KR 20, KR 21, atau dengan teknik
Alfa Cronbach. Hasil pengujian tersebut kemudian dianalisis dengan teknik tertentu
tergantung jenis instrumennya

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Reliabilitas

Gronlund (1985) dalam Arifin (2014: 258) mengemukakan bahwa terdapat empat
faktor yang dapat mempengaruhi reliabilitas, yaitu: panjang tes, sebaran skor, tingkat
kesukaran, dan objektivitas.
1. Panjang tes (lenght of test), panjang tes berarti banyaknya soal tes.
Semakin banyak soal dalam tes, maka akan semakin tinggi tingkat reliabilitas suatu tes
dikarenakan terdapat banyak sampel yang diukur dan proporsi jawaban yang benar
semakin banyak.
2. Sebaran skor (spread of scores)
Besarnya sebaran skor akan membuat tingkat reliabilitas menjadi lebih tinggi, karena
koefisien reliabilitas yang lebih besar diperoleh ketika tetap pada posisi yang relatif sama
dalam satu kelompok pengujian ke pengujian berikutnya.
3. Tingkat kesukaran (difficulty indeks)
Tingkat tes yang sukar dan tes yang mudah cenderung akan menghasilkan tingkat
reliabilitas yang rendah.
4. Objektifitas (objectivity)
Menunjukkan skor tes kemampuan yang sama antara yang satu dengan yang lainnya

Tinggi rendahnya reliabilitas, secara empirik ditunjukan oleh suatu angka yang
disebut nilai koefisien reliabilitas. Reliabilitas yang tinggi ditunjukan dengan nilai rxx
mendekati angka 1. Kesepakatan secara umum reliabilitas yang dianggap sudah cukup
memuaskan jika ≥ 0.700. Pengujian reliabilitas instrumen dengan menggunakan rumus
Alpha Cronbach karena instrumen penelitian ini berbentuk angket dan skala bertingkat.

Rumus Alpha Cronbach sevagai berikut :

Keterangan :

Jika nilai alpha > 0.7 artinya reliabilitas mencukupi (sufficient reliability) sementara jika
alpha > 0.80 ini mensugestikan seluruh item reliabel dan seluruh tes secara konsisten
memiliki reliabilitas yang kuat. Atau, ada pula yang memaknakannya sebagai berikut:
Jika alpha > 0.90 maka reliabilitas sempurna. Jika alpha antara 0.70 – 0.90 maka reliabilitas
tinggi. Jika alpha 0.50 – 0.70 maka reliabilitas moderat. Jika alpha < 0.50 maka reliabilitas
rendah. Jika alpha rendah, kemungkinan satu atau beberapa item tidak reliabel.

Langkah pengujian reliabilitas dengan SPSS :

1. Klik Analyze -> Scale -> Reliability Analysis

2. Masukan seluruh item variabel X ke Items


3. Pastikan pada model terpilih Alpha

4. Klik Ok

Nilai Cronbach Alpha sebesar 0.981 yang menunjukan bahwa ke-11 pernyataan cukup reliabel.
Daftar Pustaka

Wagiran. 2019. Metodologi penelitian pendidikan: teori dan implementasi. Yogyakarta.


DEEPUBLISH

Lubis, mayang sari. 2018. Metodologi penelitian. Yogyakarta. DEEPUBLISH

Sugiyono. (2014). Statistika untuk penelitian. Bandung : Alfabeta.

Fraenkel, J. L., Wallen, N. E., & Hyun, H. H.. (2012). How to design and evaluate
research in education eighth edition. New York : Mc Graw Hill.

Tavakol, M. & Dennick, R.. (2011). Making sense of cronbach’s alpha, International
Journal of

Riduwan, Metode dan Teknik Menyusun Tesis, Cetakan Kedelapan, (Bandung: Alfabeta,
2010), p. 109
Donald Ary, dkk, Introduction to Research in Education, Eighth Edition, (Canada:
Wadsworth Cengage Learning, 2010), p. 228
https://qmc.binus.ac.id/2014/11/01/u-j-i-v-a-l-i-d-i-t-a-s-d-a-n-u-j-i-r-e-l-i-a-b-i-l-i-t-a-s/

Anda mungkin juga menyukai