Disusun OlehKelompok 3:
i
HALAMAN PENGESEHAN
Telah Disetujui :
Oleh :
Kelompok 3
Mengetahui,
KEPALA UPT
PELAYANAN SOSIAL TRESNA WREDHA
PASURUAN
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi petunjuk,
hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas laporan
akhir berupa “Mini Riset Peningkatan Stabilitas Postural Pada Klien Di Wisma
Binaan (Mawar, Anggrek, Dahlia) Melalui Balance Exercise Di Upt Pelayanan
Sosial Tresna WerdhaPasuruan” untuk memenuhi Tugas Profesi Ners
Departemen Gerontik di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werda Pasuruan.
Penulis menyadari dalam penyusunan Laporan Akhir ini tidak akan
selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak. Karena itu pada kesempatan ini
penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Imam Cahyono, SH, MM, selaku Kepala UPT Pelayanan Sosial
Tresna Werdha Pasuruan, yang telah memberikan kesempatan kepada
penulis untuk melakukan praktik profesi Departemen Gerontik
2. Dr. dr. Sri Andarini, M. Kes, selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas yang telah membimbing penulis dalam menuntut ilmu di PSIK
di Fakultas Kedoteran Universitas Brawijaya
3. Dra. Cicih Suarsih, M. Si, selaku Kepala Sub Bagian Tata Usaha di UPT
Pelayanan Sosial Tresna werdha Pasuruan, telah membantu, berbagi
ilmu dan pengalaman selama penulis praktek di tempat ini
4. Dra. Harijati, M. Si, selaku Kepala Seksi Pelayanan Sosial di UPT
Pelayanan Sosial Tresna Werdha Pasuruan, yang telah membantu,
berbagi ilmu dan pengalaman selama penulis praktek di tempat ini
5. Dr. Ahsan S.Kp., M.Kep, sebagai ketua progam studi ilmu keperawatan
yang telah membimbing penulis dalam menuntut ilmu di PSIK di Fakultas
Kedoteran Universitas Brawijaya
6. Ns. Setyoadi, S. Kep., M. Kep., Sp. Kep. Kom
7. Ibu Ns. Annisa Wuri Kartika,S.Kep, M.Kep, selaku Pembimbing Akademik
Program Profesi Ners Departemen Gerontik, Universitas Brawijaya
Malang, yang senantiasa membimibing penulis
8. Bapak Darmanto, A.K.S, selaku Pembimbing Lahan di UPT Pelayanan
Sosial Tresna Werdha Pasuruan, yang senantiasa membimibing penulis
9. Ibu Dya Irianti, S. Sos (Mawar), Ibu Rinik Astuti Setyowati (Anggrek), Ibu
Indah Setiyo Wijayanti (Dahlia), selaku pembimbing wisma di UPT
iii
Pelayanan Sosial Tresna werdha Pasuruan, yang senantiasa
membimibing penulis
10. Bapak/Ibu Dosen yang senantiasa membimibing penulis
11. Segenap karyawan/i UPT Pelayanan Sosial Tresna werdha Pasuruan
yang telah membantu, berbagi ilmu dan pengalaman selama penulis
praktek di tempat ini.
12. Orang Tua yang telah memberikan dukungan secara moril dan materil
selama penulis praktek
13. Mbah Kakong dan Mbah Putri yang telah membantu, berbagi ilmu dan
pengalaman selama penulis praktek di tempat ini.
14. Teman-teman kelompok 3 Program Profesi Ners Universitas Brawijaya
yang telah bekerjasama dengan baik dan saling membantu satu sama
lain.
Penulis menyadari Laporan Akhir ini tidak luput dari berbagai kekurangan.
Penulis berharap Laporan Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi bidang
pendidikan dan penerapan di UPT PSTW Pasuruan ini.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
Judul.................................................................................................................... i
Lembar Pengesahan...........................................................................................ii
Kata Pengantar..................................................................................................iii
Daftar Isi............................................................................................................. v
Daftar Diagram..................................................................................................vii
Daftar Lampiran................................................................................................viii
BAB 1 PENDAHULUAN
3.1Metode...............................................................................................15
3.2 Hasil...................................……………………………………………...16
BAB 4 PEMBAHASAN....................................................................................19
v
5.1 Kesimpulan.......................................................................................23
5.2 Saran................................................................................................23
Daftar Pustaka..................................................................................................24
vi
DAFTAR DIAGRAM
Halaman
Diagram3.2: Usia..............................................................................................16
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
viii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
gangguan anggota gerak 19 (50%), gangguan sistem saraf 26 (68,4%),
gangguan penglihatan 24 (63,2%), dan gangguan pendengaran 19 (50%).
Faktor ekstrinsik menunjukkan penggunaan alat bantu jalan sebanyak 16
(42,1%) berisiko untuk jatuh dan 31 (81%) rensponden menilai lingkungan
kurang aman.
Berdasarkan pengkajian pada lansia di UPT PSTW Pasuruan
terdapat beberapa faktor intriksik maupun ekstrinsik yang mempengaruhi
resiko jatuh. Faktor intrinsik meliputi usia 60-70 tahun. Selain itu juga karena
penyakit seperti tekanan darah tinggi dan penyakit jantung. Sedangkan faktor
ekstrinsik nya adalah penggunaan alat bantu jalan seperti tongkat, kursi roda,
dan lain sebagainya. Penggunaan alat bantu jalan selain dapat meningkatkan
keseimbangan, namun disisi lain menyebabkan langkah yang terputus dan
kecenderungan tubuh untuk membungkuk, terlebih jika alat bantu tidak
menggunakan roda,karena itu penggunaan alat bantu berjalan ini harusnya
direkomendasikan secara individual untuk mengurangi resiko jatuh pada
lansia.
Resiko jatuh bisa di lihat dari hasil pengukuran TUG (Time Up Go Up)
Test. TUG adalah suatu alat ukur untuk menilai keseimbangan pada lansia
dengan cara mengukur kecepatan terhadap aktivitas yang mungkin
menyebabkan gangguan keseimbangan (Bansal, 2013). Setelah dilakukan
pengukuran TUG pada tiga wisma, yaitu wisma Mawar, wisma Anggrek, dan
wisma Dahlia dengan jumlah 27 lansia didapatkan hasil bahwa 13 orang
memiliki nilai TUG lebih dari 12 detik sehingga dikatakan beresiko jatuh.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa angka kejadian
resiko jatuh di UPT PSTW Pasuruan masuk dalam kategori tinggi. Oleh
sebab itu kelompok tertarik untuk melakukan mini riset berdasarkan evidence
based berupa balance exerciseuntuk mengurangi angka resiko jatuh pada
lansia di UPT PSTW Pasuruan.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui pengaruh dari latihan keseimbangan Balance
Exercise terhadap angka kejadian resiko jatuh pada lansia di UPT PSTW
Pasuruan.
2
1.2.2 Tujuan khusus
a. Mengidentifikasi risiko jatuh lansia di UPT PSTW Pasuruan.
b. Mengidentifikasi pengaruh latihan Balance Exercise pada
lansiadengan resiko jatuh di UPT PSTW Pasuruan.
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
4
lanjut 60-69 tahun dan yang terakhir usia lanjut risti atau usia lanjut dengan
risiko tinggi dengan usia lebih dari 70 tahun atau lebih dari 60 tahun
dengan masalah kesehatan.
5
sebagai hal yang biasa akibat proses menua. Gangguan penglihatan
berhubungan dengan penurunan kegiatan waktu senggang, status
fungsional, fungsi sosial, dan mobilitas. Gangguan penglihatan dan
pendengaran berhubungan dengan kualitas hidup, meningkatkan
disabilitas fisik, ketidakseimbangan, jatuh, fraktur panggul, dan mortalitas
(Kane et al., 2008).
6
2.2.4 Perubahan yang terjadi pada lansia
Bertambahnya usia maka semakin banyak pula perubahan yang
terjadi dalam berbagai sistem dalam tubuh. Perubahan yang terjadi pada
lansia yaitu perubahan fisik dan fungsi, mental, psikologi dan
perkembangan spiritual (Darmojo, 2004; Nugroho, 2008; Artinawati, 2014)
1) Fisik dan fungsi
a) Sel
Pada lansia jumlah sel akan semakin menurun namun ukuran sel
akan bertambah besar. Jumlah cairan tubuh dan intraseluler
berkurang. Menurunnya protein di otak, otot ginjal, darah dan hati.
Mekanisme perbaikan sel terganggu.
b) Sistem pesarafan
Berkurangnya berbagai neurotransmiter menurunkan hubungan
persarafan yang akan mengakibatkan gangguan sensori. Sel otak
seseorang akan berkurang setiap harinya ketika seseorang berumur
30-70 tahun diperkirakan berat otak akan menurun 10%-20%
mengakibatkan penuruna memori. Berkurangnya lapisan myelin
akson, sehingga menyebabkan berkurangnya respon motorik dan
refleks.
c) Sistem pendengaran
Hilangnya daya pendengaran pada telinga dalam terutama,
terhadap bunyi yang berfrekuensi tinggi atau nada tinggi timbul pada
fungsi pendengaran. Bising yang bersifat mendenggung, bisa
bernada tinggi atau rendah, terjadi terus menerus. Vertigo atau
perasaan tidak stabil yang terasa seperti bergoyang atau berputar.
d) Sistem penglihatan
Lensa lebih suram atau keruh pada lensa, kurang berespon
terhadap sinar, lapang pandang menurun, dan hilangnya daya
akomodasi yang menjadikan seseorang sulit melihat dekat.
e) Sistem kardiovaskular
Pembuluh darah kehilangan elastisitasnya, katup jantung
menebal dan menjadi kaku, sehingga kemampuan memompa darah
menurun serta tekanan darah meningkat akibat resistensi pembuluh
darah perifer.
7
f) Sistem pengaturan suhu tubuh
Hipotalamus di dalam tubuh bekerja sebagai termostat, yaitu
menetapkan suhu tertentu. Penurunan metabolisme dalam tubuh
mengakibatkan penurunan temperatur tubuh. Hal ini menyebabkan
tubuh tidak memproduksi panas yang banyak sehingga aktivitas otot
menurun, menggigil pucat dan gelisah.
g) Sistem pernafasan
Penurunan kekuatan otot pernafasan akibat atrofi sehingga
mengalami kelemahan, ukuran alveoli melebar dan jumlahnya
berkurang dan elastisitas bronkus berkurang.
h) Sistem pencernaan
Perubahan atrofik pada rahang menyebabkan gigi mudah
ompong. Indra pengecap mengalami penurunan terutama rasa manis
dan asin. Rasa lapar menurun akibat dari waktu mengosongan
lambung menurun. Pristaltik otot melemah dapat menimbulkam
konstipasi. Hati yang semakin mengecil, tempat penyimpanan
menurun dan aliran darah berkurang.
i) Sistem reproduksi
Pada perempuan mengecilnya ovari dan uterus, payudara
mengalami atrofi, dan selaput lendir vagina menurun. Pada laki-laki
terjadi penurunan jumalah spermatozoa.
j) Sistem genitourinaria
Pada usia lanjut ginjal mengecil serta mengalami berapa
perubahan yaitu penebalan kapsula bowman, jumlah nefron secara
keseluruhan mengalami penurunan jumlah dan mulai atrofi sehingga
aliran darah ke ginjal menurun 50%.
k) Sistem endokrin
Lansia akan mengalami penurunan produksi hormon. Hormon
berperan penting dalam pertumbuhan, pematangan, pemeliharaan
dan metobolisme tubuh.
l) Sistem integumen.
Kehilangan jaringan lemak mengakibatkan kulit mengeriput,
mengerut dan penurunan elastisitas, proses kreatinisasi menurun
sehingga kulit tampak kusam, kasar dan bersisik.
m) Sistem muskuloskeletal
8
Otot-otot mengalami atrofi sebagai akibat berkurangnya
aktivitas, kaku pada persendian, perubahan gaya berjalan, tulang
kehilangan cairan dan semakin rapuh. Kram, tremor, tendon
mengerut dan mengalami sklerosis. Dampak lainnya yaitu
penurunan range of motion (ROM). Penurunan kekuatan otot,
terutama menyebabkan kelemahan ekstremitas bawah dan
peningkatan postural sway(goyang badan). Perlambatan reaksi
mengakibatkan lansia terlambat mengantisipasi jika ada kejadian
tiba-tiba seperti tersandung dan terpeleset sehigga dapat
meningkatkan risiko jatuh.
2) Mental
Perubahan ini meliputi sikap yang semakin ego sentrik, mudah
curiga, takut menghadapi kematian, depresi, cemas, dan takut
kehilangan kebebasan. Faktor yang dapat mempengaruhi perubahan
mental adalah perubahan fisik, kesehatan umum, tingkat pendidikan,
keturunan dan lingkungan.
3) Perkembangan Spiritual
Kepercayaan semakin melekat dalam kehidupan hal ini dapat
dilihat dalam cara berfikir dan bertindak sehari-hari.
4) Psikososial
Produktivitas seseorang dapat menjadi penilaian seseorang dan
seringkali dikaitkan dengan peran dalam pekerjaan. Apabila seseorang
mengalami pensiun, orang tersebut akan mengalami beberapa
kehilangan. Kehilangan finansial atau pendapatan yang semakin
berkurang. Kehilangan status contohnya dulu mempunyai jabatan
beserta fasilitas yang lengkap. Kehilangan teman, kenalan dan relasi.
Adapun perubahan psikososial yang lainnya yaitu perubahan peran,
keluarga (emptiness), kekerasan, masalah hukum, rekreasi, keamanan,
transportasi, politik, pendidikan, agama, panti jompo.
9
(Pranarka, 2006). Jatuh adalah peristiwa yang terjadi ketika seseorang
kehilangan keseimbangan menyebabkan seseorang tersebut untuk turun
ke lantai atau bawah lainnya permukaan (Ungar et al., 2013). Menurut
peneliti jatuh adalah kejadian yang terjadi tidak sengaja sehingga
menyebabkan seseorang tergeletak di lantai atau tingkatan paling bawah.
2.3.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi jatuh
Uraian di bawah ini merangkum beberapa faktor yang dapat
memengaruhi risiko jatuh pada lansia (WHO, 2017).
1) Budaya dan jenis kelamin
Budaya memengaruhi pandangan seseorang terhadap lansia dan
risiko jatuh pada lansia. Risiko jatuh pada lansia dianggap sebagai
“bagian penuaan yang tak terelakkan” atau “kecelakaan yang tidak
dapat dihindari”. Preferensi budaya juga tecermin dalam desain ruang
publik dan pribadi seperti lantai dan tangga berkilat atau tangga tanpa
pegangan yang layak.
Perempuan lanjut usia cenderung lebih berisiko jatuh dan menderita
patah tulang daripada lansia laki-laki. Perbedaan risiko jatuh pada lansia
mungkin saja berasal dari faktor-faktor yang berkaitan dengan jenis
kelamin, seperti perempuan mengalami penurunan massa otot lebih
cepat daripada laki-laki, terutama beberapa tahun setelah menopause.
Sampai batas tertentu, hal ini berkaitan dengan jenis kelamin karena
perempuan cenderung jarang melakukan aktivitas fisik yang melatih otot
seperti berolahraga. Namun laki-laki cenderung lebih sering melakukan
aktivitas fisik yang intens, berbahaya dan berisiko seperti menaiki
tangga tinggi, membersihkan atap atau kegiatan yang tidak
mengindahkan batas kemampuan fisik mereka.
2) Faktor yang berkaitan dengan layanan kesehatan dan sosial
Jatuh pada lansia merupakan masalah kesehatan masyarakat
yang terabaikan di banyak peradaban, terutama di negara berkembang.
Banyak penyedia layanan kesehatan dan sosial yang tidak siap dalam
mencegah dan menangani risiko jatuh pada lansia karena mereka
memiliki pengetahuan yang kurang dalam mengobati kondisi tersebut.
10
3) Faktor Perilaku
a) Aktivitas fisik
Aktivitas fisik yang teratur dan cukup merupakan bagian integral
dari kesehatan yang baik dan menjaga kemandirian.Hal ini mencegah
timbulnya beberapa patologi dan penurunan kemampuan
fungsional.Aktivitas fisik dan olahraga yang cukup juga mengurangi
risiko cedera jatuh dan kecelakaan yang berkaitan dengan jatuh pada
lansia dengan mengendalikan berat badan serta menciptakan tulang,
otot dan sendi yang sehat.Olahraga dapat meningkatkan
keseimbangan, kelincahan dan waktu reaksi (ketangkasan).Aktivitas
fisik ini juga dapat meningkatkan kepadatan tulang perempuan yang
sudah menopause dan lansia berusia 70 tahun ke atas.
b) Makanan sehat
Mengonsumsi makanan seimbang yang sehat sangat penting bagi
penuaan.Asupan protein, kalsium, vitamin dan air sangat penting bagi
kesehatan yang optimal.Bukti yang berkembang membenarkan
bahwa asupan kalsium dan vitamin D dapat meningkatkan masa
tulang lansia yang memiliki kepadatan tulang yang rendah serta
dapat mengurangi risiko osteoporosis dan terjatuh.Lansia dengan
asupan kalsium dan vitamin D yang rendah berisiko mengalami
kecelakaan terjatuh dan dapat mengakibatkan patah tulang.
c) Penggunaan obat-obatan
Lansia cenderung lebih sering mengonsumsi obat-obatan daripada
orang muda. Seiring bertambahnya usia, mekanisme mereka untuk
menyerap dan memetabolisme obat-obatan berubah. Efek samping
dari pengobatan dapat memicu berubahnya kewaspadaan, penilaian
dan koordinasi, rasa pusing, berubahnya mekanisme keseimbangan
dan kemampuan dalam mengenali dan menyesuaikan diri terhadap
hambatan, dan meningkatnya rasa kaku dan lemas.
d) Perilaku berisiko
Perilaku lansia yang berisiko dapat meningkatkan risiko
jatuh.Perilaku tersebut meliputi menaiki tangga, berdiri di kursi yang
goyah atau membungkuk saat melakukan aktivitas sehari-hari, sikap
terburu-buru tanpa memerhatikan keadaan sekitar atau tidak
11
menggunakan alat bantu yang dianjurkan seperti tongkat atau alat
bantu jalan (Mauk, 2010).
Memakai sepatu kesempitan juga merupakan tindakan
berisiko.Berjalan dengan memakai kaos kaki tanpa sepatu atau
memakai sandal tanpa sol dapat meningkatkan risiko terpeleset di
dalam ruangan.Memakai sepatu yang pas dan sesuai sangatlah
pentinghindari memakai sepatu hak tinggi, bersol tipis dan keras,
atau sandal yang ukurannya tidak pas dan tidak terpasang dengan
benar pada kaki.
4) Karakteristik personal
a) Sikap
Sikap lansia sangat memengaruhi apakah mereka akan
menghindari perilaku yang dapat berisiko mengakibatkan kecelakaan
terjatuh ketika melakukan aktivitas sehari-hari. Jika lansia
menganggap kecelakaan jatuh sebagai konsekuensi penuaan yang
normal yang dinyatakan “lansia akan selalu terjatuh”, sikap mereka
dapat menghentikan tindakan pencegahan.
b) Takut jatuh
Rasa takut jatuh merupakan gejala psikologis yang umum terjadi
pada usia lanjut. Takut jatuh membuat seseorang mengalami
penurunan aktivitas yang dibutuhkan untuk menjaga rasa percaya
diri, keyakinan, kekuatan dan keseimbangan yang akan
menyebabkan efek negatif yaitu menurunnya mobilitas fungsional
dan kualitas hidup (Yuna, 2011 et al.; Wijaya, 2015).
c) Mengatasi jatuh
Kemampuan dalam mengatasi kecelakaan jatuh pada lansia dan
tenaga ahli kesehatan dapat menurunkan risiko dan konsekuensi
terjatuh. Terjatuh sangat sulit ditangani di lingkungan karena tenaga
ahli kesehatan tidak memiliki wawasan dan keterampilan yang cukup
untuk hal itu. Membangun keterampilan mengatasi pada tenaga ahli
akan pencegahan dan penanganan kecelakaan terjatuh perlu
ditekankan,contohnya tenaga ahli dianjurkan untuk melatih bangun
setelah terjatuh bagi pasien yang berisiko. Sayangnya, pengalaman
klinis menunjukkan bahwa hal ini jarang dilakukan.
12
5) Lingkungan fisik
Lingkungan fisik berperan penting dalam banyaknya terjatuh pada
lansia.Faktor yang berkaitan dengan lingkungan fisik adalah penyebab
jatuh paling umum pada lansia, yaitu sebesar 30-50%. Sejumlah bahaya
yang ada di lingkungan rumah dan umum dapat memengaruhi faktor
risiko lain, seperti penglihatan atau keseimbangan yang buruk, dapat
menyebabkan cedera akibat terjatuh atau kecelakaan yang berkaitan
dengan jatuh. Misalnya, tangga bisa bermasalah penelitian
menunjukkan bahwa fitur tangga yang tidak aman seringkali dapat
dikenali seperti anak tangga yang tidak rata atau terlalu tinggi dan
sempit, permukaan licin, bagian tepi yang tidak bertanda, pegangan
yang terputus atau tidak pas, dan pencahayaan yang kurang atau
berlebihan.
6) Lingkungan sosial
Pengasingan dan depresi yang dipicu oleh kurangnya partisipasi
sosial meningkatkan risiko terjatuh dan sebaliknya.Rasa takut terjatuh
dapat meningkatkan risiko melalui pengurangan partisipasi sosial dan
hilangnya kontak pribadi yang dapat meningkatkan rasa terasingkan dan
depresi. Menyediakan dukungan dan kesempatan sosial bagi lansia
untuk berpartisipasi dalam kegiatan sosial demi menjaga interaksi yang
aktif dengan orang lain dapat menurunkan risiko mereka terjatuh.
7) Ekonomi
Berbagai penelitian menunjukkan adanya hubungan antara status
sosial ekonomi dan risiko jatuh.Pendapatan yang rendah dianggap
dapat meningkatkan risiko.Lansia, terutama mereka yang perempuan,
tinggal sendiri atau di daerah pedesaan dengan pendapatan yang tidak
mencukupi dan dapat diandalkan, menghadapi peningkatan risiko
jatuh.Lingkungan dan pola makan yang buruk serta tidak dapat
mengakses layanan kesehatan saat menderita penyakit akut atau kronis
dapat memperburuk risiko terjatuh.
8) Gangguan jantung
Aliran darah ke jantung melalui arteri koroner menurun sehingga
dapat menyebabkan jantung kekurangan oksigen dan nutrisi. Tanda-
tanda lansia yang mengalami penyakit jantung diantaranya sering
merasakan nyeri di daerah prekordial dan sesak nafas sehingga lansia
13
akan merasa cepat lelah. Selain itu hepertensi juga berkaitan dengan
gangguan jantung pada lansia hal ini terjadi karena elastisitas arteri
menurun karna proses penuaan. Jika hipertensi pada lansia dibiarkan
terus menerus dapat memicu terjadinya kerusakan pembuluh darah
(arteriosclerosis), stroke, dan gagal jantung sehingga dapat
menyebabkan kejadian jatuh pada lansia (Darmojo, 2009).
9) Gangguan gerak
Proses penuaan mengakibatkan kelainan regulasi terhadap
gerakan volunter atau disebut juga gangguan gerak. Gangguan ini
merupakan bagian dari sindroma neurologik berupa gerakan berlebih
atau gerakan yang berkurang namun tidak berkaitan dengan
kelemahan. Gangguan gerak pada lansia dibagi menjadi dua yaitu
hipokinetik dan hiperkinetik. Hipokinetik merupakan keadaan dimana
berkurannya amplitude gerakan (hipokinesia), hilangnya gerakan
(akinesia), melambatnya gerakan (bradikinesia). Hiperkinetik terjadi
ketika adanya gerakan berlebih yang abnormal dan involunter
contohnya tremor. Adanya gangguan gerak pada lansia dapat
menggagu sistem motorik dan ketidak seimbangan postural sehingga
lansia lebih mudah terjatuh (Darmojo, 2009).
10) Gangguan penglihatan
Perubahan ukuran pupil, akomodasi, kepekaan terhadap cahaya
berkurang, katarak, dapat mempengaruhi kemampuan seseorang
untuk melihat, menerima dan membedakan warna. Gangguan ini dapat
menimbulkan lansia menabrak benda di sekitarnya atau salah
mempresepsikan sesuatu yang terlihat sehingga dapat meningkatkan
faktor risiko jatuh (Mauk, 2010).
11) Gangguan pendengaran
Perubahan telinga bagian dalam dapat menyebabkan menurunnya
pendengaran lansia. Sistem vestibular bersama-sama dengan mata
serta propioseptor membantu dalam mempertahankan keseimbangan
tubuh. Pusing dan vertigo merupakan bagian dari gangguan vestibular
yang dapat menyebabkan gangguan keseimbangan (Mauk, 2010).
12) Alat bantu jalan
Alat bantu jalan adalah alat yang digunakan pada seseorang
dengan penurunan kekuatan otot patah tulang pada anggota gerak
14
bawah dan gangguan keseimbangan. Alat bantu jalan efektif
digunakan jika kedua tangan klien berfungsi dengan baik (Mauk,
2010).
Penggunaan alat bantu jalan dalam jangka waktu lama dapat
mempengauhi keseimbangan sehingga dapat menyebabkan jatuh.
Ukuran, tipe dan cara menggunakan alat bantu seperti walker, tongkat,
kursi roda, dan kruk dapat menyebabkan gangguan keseimbangan
dan jatuh pada lansia (Mauk, 2010).
15
BAB 3
PEMBAHASAN JURNAL DAN METODE MINI RISET
16
3.1.3 Metode
Penelitian ini menggunakan desain pra-eksperimental one-group pre-
post test. Subjek penelitian sebelum diberikan intervensi diukur
keseimbangan postural awal (Tes Tinetti dan TUGT) yang disebut pre-test,
kemudian subjek diberikan atau dilakukan latihan balance exercise dengan
frekuensi 3 kali seminggu selama 3 minggu dengan durasi latihan 30 menit
perhari. Setelah intervensi selama 3 minggu dilakukan post-test berupa
keseimbangan postural akhir (Tes Tinetti dan TUGT).
Dalam penelitian ini menggunakan populasi target yaitu lansia yang
tinggal di Unit Pelayanan Sosial Tresna Werdha (UPSTW) Bangkalan,
sebanyak 11 orang yang memenuhi kriteria inklusi : 1) Lansia berusia 60-80
tahun yang tinggal di Unit Pelayanan Sosial Tresna Werdha
(UPSTW) Bangkalan pada bulan Mei-Juni 2007; 2) Lansia yang mampu
berjalan sendiri tanpa membutuhkan bantuan orang lain. Pengumpulan data
dengan pengukuran keseimbangan postural menggunakan Tes Tinetti (uji
keseimbangan statik) dan TUGT / Time Up and Go Test (uji
keseimbangan dinamik).
3.1.4 Hasil
17
3.2 Metode Mini Riset
Penelitian ini menggunakan desain pra eksperimental one group pre-
post test untuk mengetahui pengaruh latihan Balance Excercise terhadap
keseimbangan postural lansia di UPT Panti Sosial Tresna Werdha Pasuruan.
Populasi dalam penelitian ini adalah lansia di UPT Panti Sosial Tresna
Werdha Pasuruan yang memiliki hasil tes TUGT dan Tinitti Test pada skor
resiko jatuh tinggi yang berjumlah 13. Peneliti memperoleh jumlah sampel
dengan menggunakan rumus Slovin (Nursalam, 2015). Sehingga, jumlah
sampel penelitian yang digunakan dengan jumlah populasi 13 adalah
n =1 13
13 (0,5)2 + 1
n = 12 sampel
a. Kriteria inklusi:
1. Memiliki intepretasi skor TUGT dan Tinitti Test
pada resiko jatuh tinggi
2. Berusia 60-90 tahun
3. Bersedia menjadi responden
b. Kriteria Eksklusi
1. Berjalan menggunakan alat bantu jalan
2. Tidak bersedia menjadi responden
18
perhari selama 5 hari dimulai pada tanggal 17-19 Agustus 2018 serta
tanggal 21-22 Agustus 2018. Sebelum dilakukan intervensi Excercise
Balance, dilakukan TAK untuk membuat suasana di wisma lebih cair serta
membuat lansia merasa lebih nyaman saat diberikan intervensi.
19
BAB 4
HASIL MINI RISET
3.2 Hasil
1. Jenis Kelamin
2. Usia
20
3. Data Riwayat Penyaki
21
Berdasarkan hasil pengkajian, klasifikasi tekanan darah yang normal
sebesar 20% (2 orang), Pre HT sebesar 10% (1 orang), HT stage 1 sebesar
20% (2 orang), dan HT stage 2 sebesar 50% (5 orang).
5. Data Apgar
6. Hasil TUG
22
Berdasarkan hasil intervensi yang dilakukan pada tiga wisma
didapatkan bahwa sebesar 1 orang (10%) lansia dari 10 orang mengalami
perubahan status TUG, yaitu menjadi tidak mengalami risiko jatuh.
23
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan dari tiga wisma didapatkan
bahwa sebesar 5 orang lansia (50%) mengalami perubahan status dari risiko
jatuh tinggi menjadi risiko jatuh sedang.
N Correlation Sig.
24
9. Hasil Uji Sample T test Tinetti Test
N Correlation Sig.
Paired Differences
95%
Confidence
Interval of the
Pada hasil analisis dengan menggunakan uji T paired sample test diperoleh
hasil yang signifikan pada hasil pretest dan posttest yang telah dilakukan. Diperoleh
nilai signifikan sebesar .000 dengan koefisien kesalahan sebesar 5%.
25
BAB 5
PEMBAHASAN
26
Exercise Balance pada 4 lansia mengalami peningkatan yaitu dari rata-rata 17.5
menjadi rata-rata 19.75. Hal ini menunjukkan adanya penurunan resiko jatuh dari
resiko jatuh tinggi menjadi resiko jatuh sedang.
Pada wisma anggrek hasil TUG pada 3 lansia yang dilakukan penilaian
menunjukkan bahwa 3 (100%) lansia memiliki rata-rata TUG 17,3 detik yang
apabila diinterpretasikan berarti 3 lansia tersebut memiliki resiko jatuh.
Sedangkan setelah dilakukan intervensi exercise balance terjadi penurunan rata-
rata waktu TUG menjadi 15,1 detik. Hasil Pre Test di wisma anggrek sebelum
Intervensi Exercise Balance pada 3 lansia menunjukkan bahwa 3 (100%) lansia
memiliki rata-rata Pre Test 12 dan hasil post tes memiliki skor rata-rata 18. Hal ini
menunjukkan bahwa terjadi peningkatan skor tinetti tes meskipun tetap pada
resiko jatuh tinggi.
Hasil pengukuran TUG 3 lansia di wisma dahlia terjadi penurunan nilai
rata-rata TUG yaitu dari 22 detik menjadi 16 detik, namun masih memiliki resiko
jatuh. Sedangkan dari hasil tinneti tes didapatkan bahwa terjadi peningkatan skor
pada post tes, yaitu dari 17,3 menjadi 21,6. Hal ini menunjukkan bahwa setelah
dilakukan intervensi latihan keseimbangan terdapat perubahan dari resiko jatuh
tinggi menjadi resiko jatuh sedang.
Berdasarkan hasil intervensi yang telah diterapkan pada 3 wisma di
PSTW pandaan tersebut sesuai dengan penelitian dari Kusnanto (2007) bahwa
latihan balance exercise bermanfaat untuk meningkatkan keseimbangan postural
pada lansia. Hal ini sesuai juga dengan pendapat Hu dan Wollacott (2004) dalam
bukunya yang menyatakan pelatihan balance exercise yang dilakukan sebanyak
3- 5 kali intervensi dapat meningkatkan keseimbangan dinamis pada lansia,
karena pelatihan balance exercise mampu mengoptimalkan interaksi sensori
antara sistem visual, vestibular, dan somatosensoris pada lansia usia 65-90
tahun. Pendapat diatas sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Rahayu (2013) dimana pemberian latihan balance exercise dapat meningkatkan
keseimbangan postural pada 5 responden lansia dari rata- rata waktu 47 detik
menjadi 32 detik. Latihan stabilitas balance exercise dapat memperbaiki
keseimbangan tubuh pada anggota gerak bawah lansia (Dharmika, 2007).
Hambatan yang ditemukan dalam pelaksanaan intervensi di masing-
masing wisma dikarenakan para lansia kurang bersosialisasi antar teman satu
wisma. Para lansia di wisma lebih senang berada di kamar masing-masing. Para
lansia baru keluar kamar jika ingin ke kamar mandi atau mengambil makan.
27
Kurangnya sosialisasi menyebabkan para lansia sulit untuk mengenal karakter
satu sama lain. Para lansia baru berkumpul jika ada perintah berkumpul. Lansia
jarang melakukan kegiatan bersama. Kurangnya kebersamaan ini menyebabkan
kami sedikit kesulitan mengumpulkan untuk dilakukan intervensi.
Terkadang saat dilakukan intervensi ada beberapa lansia yang sibuk
dengan kegiatannya sendiri, misalnya ke ladang, tidak mau keluar dari kamar.
Ada beberapa lansia yang memiliki keterbatasan fisik. Kesulitan yang dialami
karena terkait sikap ego yang merasa diri paling benar, ada salah satu lansia
yang tidak mau membaur bersama temannya. Para lansia sering mengeluhkan
salah satu teman yang memiliki dau badan yang cukup menyengat sehingga
membuat teman lainnya menjauh. Ada juga stigma tentang salah satu temannya
yang memang adalah mantan pasien dari rumah sakit jiwa. Ini juga menjadi salah
satu alasan lansia sulit untuk berkumpul. Sering pula terjadi perselisihan yang
berujung pada adu mulut diantara para lansia yang saling memojokkan lalu
kemudian menyebabkan masing-masing masuk ke kamar dan diam tanpa kata.
Dari hasil pengkajian didapatkan bahwa nilai APGAR dari ketiga wisma
50% lansia memiliki score APGAR dibawah 6 yang artinya lansia tersebut dapat
dikategorikan dalam disfungsi social sedang hingga berat, sehingga diperlukan
Terapi Aktivitas Kelompok sebagai terapi tambahan dari terapi balance exercise.
TAKS adalah salah satu upaya memfasilitasi kemampuan social yang bertujuan
untuk meningkatkan hubungan sosial dalam kelompok secara bertahap. TAKS
membantu lansia untuk melakukan sosialisasi dengan individu yang ada
disekitarnya. Pemberian TAKS pada lansia yang mengalami kegagalan dalam
hubungan social diharapkan dapat meningkatkan kemampuan interaksi sosial.
Kelompok telah melakukan TAKS sebanyak 2 kali di Wisma Mawar, 1 kali di
wisma anggrek, dan 1 kali di wisma dahlia.TAKS dilakukan dengan metode
perkenalan antar anggota wisma selama 60 menit dan TAKS selanjutnya
dilakukan dengan metode bernyanyi bersama-sama selama 60 menit. Setelah
dilakukan TAKS, terlihat adanya perubahan interaksi di masing-masing wisma
meskipun tidak begitu signifikan karena TAKS hanya dilakukan 1-2 kali. Hal ini
sesuai dengan penelitian sebelumnya yang menyebutkan bahwa TAKS dapat
meningkatkan kemampuan bersosialisasi klien dengan masalah isolasi sosial
dengan nilai p < 0,001 yang berarti sangat bermakna (Hasriana, 2013) dan juga
penelitian sebelumnya yang menyebutkan bahwa pengaruh yang sangat
28
bermakna dari pemberian TAKS terhadap peningkatan konsep diri pada lansia
(Akbar, 2015).
29
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Latihan balance exerciseyang dilakukan selama 5 kali selama seminggu
dapat meningkatkan kekuatan otot lansia meskipun tidak signifikan, sehingga
resiko jatuh pada lansia di UPT PSTW Pasuruan menjadi menurun dengan
meningkatkan stabilitas postural.
1. Hasil rata-rata TUG pada 3 Wisma setelah dilakukan intervensi yaitu
a. Wisma Anggrek mengalami penurunan dari 17,3 detik menjadi 15,1
detik
b. Wisma Mawar mengalami penurunan dari 25,49 detik menjadi 25,47
detik
c. Wisma Dahlia pengalami penurunan dari 22 detik menjadi 16 detik
2. Hasil rata-rata penilaian Tinetti testpada 3 Wisma setelah dilakukan
intervensi yaitu:
a. Wisma Anggrek mengalami peningkatan dari 12 menjadi 18
b. Wisma Mawar mengalami peningkatan dari 17,5 menjadi 19,75
c. Wisma Mawar mengalami peningkatan dari 17,3 menjadi 21,6
Hasil pengukuran TUG dan penilaianTinetti Test sehingga dapat
diintrepetasikan bahwa exercise balance dapat membantu mengurangi resio
jatuh.
5.2 Saran
Mini riset yang dilakukan sebaiknya dilakukan dalam waktu yang lebih
lama dengan frekuensi yang lebih sering
Sebaiknya di batasi usia yang menjadi responden misalnya responden
yang di gunakan adalah lansia awal atau lansia akhir sehingga terdapat
kesamaan keluhan yang di alami lansia.
30
DAFTAR PUSTAKA
Darmojo, BR, Martono, HH. 2004. Buku ajar geriatri (ilmu kesehatan usia lanjut).
Jakarta: FK UI.
Setiawan, E. 2007. Fleksibilitas dan Senam Sehat Indonesia untuk Wanita Usia
Lanjut. Semarang : FK UNDIP.
Budiharjo. 2005. Pengaruh senam aerobic low impact intensitas sedang terhadap
kelenturan badan pada wanita lanjut usia terlatih. Berkala Ilmu
Kedokteran.
Ashar, P. H. 2016 Gambaran Persepsi Faktor Risiko Jatuh Pada Lansia Di Panti
Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan.
assessment tools for falls in hospital in-patients: A systematic review.
Age and Ageing, 33(2), 122–130.
31
Darmojo. 2009. Buku Ajar Geriatri Ilmu Kesehatan Usia Lanjut Edisi 4. Jakarta:
Fakultas kedokteran Universitas Indonesia.
Dessy, V. A., Harmayetty, H., & Widyawati, I. Y. 2017. Elderly Fall Risk
Assessment (Elderly) Scale Using Hendrich Falls Fall and Morse
Scale. Jurnal Ners, 8(1), 107-11
Oliver, D., Daly, F., Martin, F. C., & McMurdo, M. E. 2004. Risk Factors And Risk
Assessment Tools For Falls In Hospital In-Patients: A Systematic
Review. Age And Ageing 33(2), 122-130.
Scheffer, A. C., Schuurmans, M. J., van Dijk, N., van der Hooft, T., & de Rooij, S.
E. 2008. Fear of falling: Measurement strategy, prevalence, risk
factors and consequences among older persons. Age and Ageing,
37(1), 19–24
32
Surakarta (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah
Surakarta).
Ungar, A., Rafanelli, M., Iacomelli, I., Brunetti, M. A., Ceccofiglio, A., Tesi, F., et
al. 2013. Fall prevention in the elderly. Clinical Cases in Mineral and
Bone Metabolism,10, 91–95.
Wafroh, S., Herawati, H., & Lestari, D. R. (2017). Dukungan Keluarga Dengan
Kualitas Hidup Lansia Di Pstw Budi Sejahtera Banjarbaru. Dunia
Keperawatan, 4(1), 60-64.
Yuna Ariawan, I. W., Kuswardhani, R. A., Astika, I. N., & Suka Aryana, I. G. P.
2011. Hubungan Antara Activities Specific Balance Confidence Scale
Dengan Umur Dan Falls Pada Lansia Di Poliklinik Geriatri Rsup Sanglah
Denpasar. Journal Of Internal Medicine, 12(1).K UNY.
33
Lampiran 1 Lembar penilaian Risiko Jatuh
Instrumen Penilaian Resiko Jatuh pada Lansia Tinetti Balance and Gate
No Instruksi Penilaian (Tinetti Balance) Skor
1 Posisi duduk
34
b. Menggunakan kekuatan lengan atas, tidak secara perlahan) (1)
c. Aman gerakan perlahan
35
15 Sikap tubuh saat berdiri:
36
Lampiran 2 SOP Balance Exercise
3. Indikasi - Lansia berusia > 60 tahun yang mengalami gangguan keseimbangan atau
beresiko tinggi cedera/jatuh
4. Alat/bahan 1. Kursi dengan / tanpa pegangan lengan atau tempat tidur
dan 2. Latihan dilakukan setiap 2 hari sekali
37
istirahatkan sebentar
4. Lakukan gerakan ekstensi paha sebanyak 8-15 kali, lalu
istirahatkan sebentar
5. Lakukan gerakan fleksi lutut sebanyak 8-15 kali, lalu
istirahatkan sebentar
6. Lakukan gerakan angkat kaki ke samping sebanyak 8-15 kali,
lalu istirahatkan sebentar
7. Lakukan gerakan mata ke atas dan ke bawah sebanyak 8-15
kali, lalu istirahatkan sebentar
8. Lakukan gerakan mata ke arah samping kiri dan kanan
sebanyak 8-15 kali, lalu istirahatkan sebentar
9. Lakukan gerakan mata yang difokuskan pada ujung jari
sebanyak 8-15 kali, lalu istirahatkan sebentar
10. Lakukan gerakan fleksi dan ekstensi kepala sebanyak 8-15
kali, lalu istirahatkan sebentar
11. Lakukan gerakan menolehkan kepala ke arah kiri dan kanan
sebanyak 8-15 kali, lalu istirahatkan
8. Tahap 1. Evaluasi kenyamanan klien selama dan sesudah tindakan
terminasi dan 2. Buat kontrak untuk pertemuan selanjutnya
38
Lampiran 3 Dokumentasi Intervensi Balance Exercise
39
40
41
Lampiran 4 Terapi Aktivitas Kelompok
42
Peraturan kegiatan
1. Peserta mengikuti kegiatan dari awal kegiatan sampai akhir kegiatan.
2. Peserta dilarang meninggalkan kegiatan kecuali jika ingin ke kamar mandi/WC.
(Untuk klien didampingi fasilitator)
3. Peserta dilarang berbicara sebelum dipersilahkan dan tidak boleh memotong
pembicaraan peserta yang lain.
4. Peserta tidak boleh membuat gaduh dan mengganggu peserta lain.
5. Peserta yang melanggar peraturan akan diberi sanksi berupa :
- Peringatan lisan
- Hukuman ringan : menyanyi, menari, atau menggambar
- Hukuman berat : dikeluarkan dari kegiatan
Setting
Keterangan :
L : Leader
Co : Co Leader
K : Klien
F : Fasilitator
O : Observer
43
SESI 1 TAKS : Perkenalan
Tema : Perkenalan
Sasaran : Seluruh anggota penghuni wisma Mawar UPT PSLU
Pandaan
Hari/tanggal : Jumat, 17 Agustus 2018
Waktu : 15.00- 16.00 WIB
Tempat : Wisma Mawar UPT PSLU Pandaan Pasuruan
Pelaksana :
1. Leader : Hanik Purnomowati
2. Fasilitator 1 : Fitriyawati
3. Fasilitator 2 : Miftakhul Jannah
4. Observer : Shynatry Ayu Andhika
Hanna Mardhotillah
Wa Janita
Zidni Taqwim
Lindasari Oktaviani
A. TUJUAN
Klien mampu memperkenalkan diri dengan menyebutkan : nama lengkap, nama
panggilan, asal, dan hobi
B. SETTING
1. Klien dan terapis duduk menjadi 1 lingkaran
2. Ruangan nyaman dan tenang
C. ALAT
1. Kursi
2. Buku catatan dan bolpoin
D. METODE
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
E. LANGKAH KEGIATAN
1. Persiapan
a. Mengajak seluruh anggota wisma mawar
b. Membuat kontrak dengan klien
c. Mempersiapkan alat dan tempat
2. Orientasi
a. Memberikan salam terapeutik salamdari terapis
b. Evaluasi/validasi : menanyakan perasaan klien saat ini
c. Kontrak :
44
Menjelaskan tujuan yaitu memperkenalkan diri
Menjelaskan aturan main seperti jika klien akan
meninggalkan kelompok harus meminta izin kepada terapis,
lama kegiatan sekitar 60 menit, dan setiap klien harus
mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir.
3. Tahap kerja
a. Jelaskan kegiatan yaitu masing-masing anggota secara bergantian
memperkenalkan diri sesuai yang telah disepakati
b. Berikan pujian untuk setiap keberhasilan anggota kelompok dengan
memberikan tepuk tangan
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAKS
Memberi pujian atas keberhasilan kelompok
b. Rencana tindak lanjut
Menganjurkan tiap anggota kelompok memperkenalkan diri
pada orang lain dalam kehidupan sehari-hari
c. Kontrak yang akan datang
Menyepakati kegiatan yang akan datang yaitu bernyanyi
bersama
Menyepakati waktu dan tempat
45
EVALUASI DAN DOKUMENTASI SESI 1 TAKS : kemampuan memperkenalkan diri
a. Kemampuan verbal
No Aspek yang Sutiyah Sini Marliyah Suyati Darmaji Onik Sri Rusmini
dinilai
1 Menyebutkan √ √ √ √ √ √ √ √
nama lengkap
2 Menyebutkan √ √ √ √ √ √ √ √
nama panggilan
3 Menyebutkan asal √ √ √ √ √ √ √ √
4 Menyebutkan hobi √ √ - √ √ √ √ √
Jumlah 4 4 3 4 4 4 4 4
b. Kemampuan nonverbal
No Aspek yang Sutiyah Sini Marliyah Suyati Darmaji Onik Sri Rusmini
dinilai
1 Kontak mata √ √ √ √ √ √ √ √
2 Duduk tegak √ √ √ √ √ √ √ √
3 Menggunakan √ √ √ √ √ √ √ √
bahasa tubuh yang
sesuai
4 Mengikuti kegiatan √ √ √ √ √ √ √ √
dari awal sampai
46
akhir
Jumlah 4 4 4 4 4 4 4 4
Petunjuk pengisian :
1. Untuk setiap klien, semua aspek dinilai dengan memberi tanda check list (√), jika ditemukan kemampuan pada klien, atau tanda (x) jika
tidak ditemukan
2. Jumlahkan kemampuasn yang ditemukan, jika nilai 3 atau 4 maka klien mampu, namun jika nilai 0,1,atau 2 maka klien tidak mampu
47
SESI 2 TAKS : Bernyanyi
Tema : Bernyanyi
Sasaran : Seluruh anggota penghuni wisma Mawar UPT PSLU
Pandaan
Hari/tanggal : Rabu, 22 Agustus 2018
Waktu : 08.30-10.00 WIB
Tempat : Wisma Mawar UPT PSLU Pandaan Pasuruan
Pelaksana :
1. Leader : Hanik Purnomowati
2. Fasilitator 1 : Fitriyawati
3. Fasilitator 2 : Miftakhul Jannah
4. Observer : Shynatry Ayu Andhika
Hanna Mardhotillah
Wa Janita
Zidni Taqwim
Lindasari Oktaviani
A. TUJUAN
Klien mampu menampilkan diri di depan anggota lain untuk bernyanyi dan dapat
bernyanyi bersama
B. SETTING
1. Klien dan terapis duduk menjadi 1 lingkaran
2. Ruangan nyaman dan tenang
C. ALAT
1. Kursi
2. Buku catatan dan bolpoin
D. METODE
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
E. LANGKAH KEGIATAN
1. Persiapan
a. Mengajak seluruh anggota wisma mawar
b. Membuat kontrak dengan klien
c. Mempersiapkan alat dan tempat
2. Orientasi
a. Memberikan salam terapeutik : salam dari terapis
b. Evaluasi/validasi : menanyakan perasaan klien saat ini
c. Kontrak :
Menjelaskan tujuan yaitu bernyanyi bersama
48
Menjelaskan aturan main seperti jika klien akan
meninggalkan kelompok harus meminta izin kepada terapis,
lama kegiatan sekitar 90 menit, dan setiap klien harus
mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir.
3. Tahap kerja
a. Jelaskan kegiatan yaitu masing-masing anggota secara bergantian
bernyanyi
b. Berikan pujian untuk setiap keberhasilan anggota kelompok dengan
memberikan tepuk tangan
4. Tahap terminasi
A. Evaluasi
Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAKS
Memberi pujian atas keberhasilan kelompok
B. Rencana tindak lanjut
Menganjurkan tiap anggota kelompok untuk bernyanyi
bersama untuk mempererat interaksi sosial
49
EVALUASI DAN DOKUMENTASI SESI 2 TAKS : kemampuan bernyanyi
a. Kemampuan verbal
N Aspek Sutiya Sin Marliya Suya Darma Oni Sr Rusmi
o yang h i h ti ji k i ni
dinilai
1 Mampu √ √ √ √ √ √ √ √
bernyany
i
2 Hafal lirik - √ - √ √ √ √ √
3 Tidak √ √ √ √ √ √ √ √
menguba
h lirik
4 Berani - - √ √ √ √ - -
tampil di
depan
anggota
lain
Jumlah 2 3 3 4 4 4 3 3
b. Kemampuan nonverbal
N Aspek Sutiya Si Marliy Suya Darm Oni Sr Rusmi
o yang h ni ah ti aji k i ni
dinilai
1 Kontak √ √ √ √ √ √ √ √
mata
2 Tepuk √ √ √ √ √ √ √ √
tangan
3 Menggunak √ √ √ √ √ √ √ √
an bahasa
tubuh yang
sesuai
4 Mengikuti √ √ √ √ √ √ √ √
kegiatan
dari awal
sampai
akhir
Jumlah 4 4 4 4 4 4 4 4
50
Petunjuk pengisian :
1. Untuk setiap klien, semua aspek dinilai dengan memberi tanda check list (√),
jika ditemukan kemampuan pada klien, atau tanda (x) jika tidak ditemukan
2. Jumlahkan kemampuan yang ditemukan, jika nilai 3 atau 4 maka klien
mampu, namun jika nilai 0,1,atau 2 maka klien tidak mampu
51
DOKUMENTASI
52
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: SOSIALISASI (TAKS)
Tema : Gangguan Interaksi Sosial
Sasaran : Lansia di wisma Anggrek
Hari/ tanggal : Selasa, 21 Agustus 2018
Waktu : 09.00 – 10.00 WIB
Tempat : Wisma Anggrek
Pelaksana :
1. Leader : Moh. Akbar Bhagaskara
2. Fasilitator 1 : Arista Tia Pratiwi
3. Fasilitator 2 : Melita Puspa Nurmala
4. Fasilitator 3 : Tri Khusniatul M
5. Observer : Nur Annisa ilmiatun, Anif lailatul fitria, Yulviana
Dwi O.
A. TUJUAN
Klien mampu memperkenalkan diri dengan menyebutkan : nama lengkap,
nama panggilan, menyebutkan hobi/ kegiatan yang disukai dan menyanyi
bersama
B. SETTING
1. Klien dan terapis duduk bersama dalam satu lingkaran
2. Di halaman depan wisma Anggrek yang nyaman dan tenang
C. ALAT
1. Buku catatan dan pulpen
2. Jadwal kegiatan klien
D. METODE
1. Diskusi dan tanya jawab
2. Bermain dan bernyanyi bersama
E. LANGKAH KEGIATAN
1. Persiapan
a. Memilih klien sesuai dengan indikasi masalah gangguan interaksi sosial
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
c. Membuat kontrak dengan klien
2. Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Selamat pagi mbah-mbah semua? Bagaimana kabarnya mbah hari ini?
Apakah sehat semuanya? Apakah mbah- mbah disini sudah mandi semua?
Apakah sudah makan mbah? Mbah kami dari Program Studi Ilmu
Keperawatan Universitas Brawijaya Malang, nama saya Baghas, saya disini
53
tidak sendirian saya ditemani oleh teman-teman. Saya perkenalkan satu
persatu pertama Tia, Melita, Vina, Nia, Mia, dan Anif.
b. Evaluasi
“Bagaimana perasaan mbah hari ini? Apakah semuanya baik – baik saja.
c. Kontrak
“Mbah- mbah semuanya hari ini kita akan melakukan permainan. Tujuan dari
permainan ini agar mbah- mbah mampu mengenal teman mbah dalam
wisma ini, misalnya nama lengkap, nama panggilan, asal dan hobi mbah
agar temannya yang lain tahu dan kita semua saling mengenal” Sebelumnya
saya akan menjelaskan aturan mainnya, nanti mbah masing-masing akan
memperkenalkan diri ke semua temannya, jadi nanti semua pasti dapat
bagian. dan jika ada yang ingin meninggalkan kegiatan ini nanti harus
meminta ijin ya mbah pada pemimpin permainan yaitu saya sendiri, jika tidak
maka nanti akan mendapatkan hukuman menyanyi, setuju !!! Kita nanti akan
bermain selama 45 menit dan semuanya harus mengikuti permainan ini dari
awal sampai dengan akhir setuju!!! Oke sebelum kita mulai permainan kita
berdo’a dulu: Berdo’a mulai. Selesai.”
3. Tahap kerja
“Baiklah sekarang mari kita bernyanyi mbah, karena hari ini HUT
Kemerdekaan RI jadi kita bernyanyi lagu “17 Agustus” kemudian nanti
bulpoinnya kita putar ini akan diedarkan keteman sebelah kirinya. Bila nyanyi
lagunya saya stop maka yang memegang bulpoin terakhir wajib
memperkenalkan diri didepan mbah-mbah semua dengan menyebutkan
nama panggilan, asal dan hobi dan jika sudah selesai maka kita akan lanjut
menyanyi akan diputar lagi bulpoinnya begitu seterusnya sampai semua
akan mendapatkan giliran. Sebelumya akan kami berikan contoh dulu ya?
Sekarang mari kita mulai menyanyi nah sekarang giliran mbahSabet. Ayo
silakan mbah menyebutkannama lengkap, nama panggilan, asal dan hobi.
Nama saya mbah elisabeth panggilannya mbah sabet dari Merauke dan hobi
ketrampilan. Nah jadi seperti itu aturan mainnya! Bagaimana mbah-mbah
semua sudah mengerti kan dan siap untuk bermain ya? Siap!!!
(Berikan pujian pada klien yang telah dengan baik menyebutkan nama, asal,
dan hobinya)
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
“Bagaimana perasaan mbah setelah mengikuti permainan tadi? semuanya
berjalan dengan bagus sekali ya? Kalau begitu mari kita lihat hasil evaluasi
kegiatan sementara dari permainan yang telah kita lakukan”
b. Rencana Tindak Lanjut
54
“Setelah kegiatan ini semua nanti mencoba berkenalan dengan teman
sekamar yang belum dikenal. Semuanya harus berusaha untuk saling
ngobrol ya mbah “
c. Kontrak Yang akan datang
“Setelah ini kita istirahat selama 10 menit kemudian akan kita lanjutkan
dengan kegiatan latihan keseimbangan.
55
Keterangan :
Hasil penilaian skoring didapatkan rata-rata nilai mbah di wisma Anggrek
saat TAK adalah 3-4 yang termasuk dalam kategori mampu.
56
Dokumentasi
57
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: SOSIALISASI (TAKS)
Tema : Gangguan Interaksi Sosial
Sasaran : Lansia di wisma Dahlia
Hari/ tanggal : Selasa, 21 Agustus 2018
Waktu : 09.00 – 10.00 WIB
Tempat : Wisma Dahlia
Pelaksana :
6. Leader : Bagus Heryawan
7. Fasilitator 1 : Tia Novia
8. Fasilitator 2 : Hayatus Saadah Ayu Lestari
9. Fasilitator 3 : Puji Ariyani
10. Observer : Darma Putra R.S., Lailatul Mutoharoh, Regina
Junita
A. TUJUAN
Klien mampu memperkenalkan diri dengan menyebutkan : nama lengkap,
nama panggilan, menyebutkan hobi/ kegiatan yang disukai dan menyanyi
bersama
B. SETTING
1. Klien dan terapis duduk bersama dalam satu lingkaran
2. Di ruangTV wisma Dahlia yang nyaman
C. ALAT
1. Buku catatan dan pulpen
2. Jadwal kegiatan klien
D. METODE
1. Diskusi dan tanya jawab
2. Bermain dan bernyanyi bersama
E. LANGKAH KEGIATAN
1. Persiapan
a. Memilih klien sesuai dengan indikasi masalah gangguan interaksi sosial
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
c. Membuat kontrak dengan klien
2. Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Selamat pagi mbah-mbah semua? Bagaimana kabarnya mbah hari ini?
Apakah sehat semuanya? Apakah mbah- mbah disini sudah mandi semua?
Apakah sudah makan mbah? Mbah kami dari Program StudiProfesi Ners
58
Universitas Brawijaya Malang, nama saya Bagus, saya disini tidak sendirian
saya ditemani oleh teman-teman. Saya perkenalkan satu persatu pertama
Tia, Ayu, Puji, Darma, Ila, dan Rere.
b. Evaluasi
“Bagaimana perasaan mbah hari ini? Apakah semuanya baik – baik saja.
c. Kontrak
“Mbah- mbah semuanya hari ini kita akan melakukan permainan. Tujuan dari
permainan ini agar mbah- mbah mampu mengenal teman mbah dalam
wisma ini, misalnya nama lengkap, nama panggilan, asal dan hobi mbah
agar temannya yang lain tahu dan kita semua saling mengenal” Sebelumnya
saya akan menjelaskan aturan mainnya, nanti mbah masing-masing akan
memperkenalkan diri ke semua temannya, jadi nanti semua pasti dapat
bagian. dan jika ada yang ingin meninggalkan kegiatan ini nanti harus
meminta ijin ya mbah pada pemimpin permainan yaitu saya sendiri, jika tidak
maka nanti akan mendapatkan hukuman menyanyi, setuju !!! Kita nanti akan
bermain selama 45 menit dan semuanya harus mengikuti permainan ini dari
awal sampai dengan akhir setuju!!! Oke sebelum kita mulai permainan kita
berdo’a dulu: Berdo’a mulai. Selesai.”
3. Tahap kerja
“Baiklah sekarang mari kita bernyanyi mbah, karena hari ini sedang kumpul-
kumpul santai jadi mari kita bernyanyi lagu “Berita Kepada kawan- Ebiet G
Ade” kemudian nanti bulpoinnya kita putar ini akan diedarkan keteman
sebelah kirinya. Bila nyanyi lagunya saya stop maka yang memegang
bulpoin terakhir wajib memperkenalkan diri didepan mbah-mbah semua
dengan menyebutkan nama panggilan, asal dan hobi dan jika sudah selesai
maka kita akan lanjut menyanyi akan diputar lagi bulpoinnya begitu
seterusnya sampai semua akan mendapatkan giliran. Sebelumya akan kami
berikan contoh dulu ya? Sekarang mari kita mulai menyanyi nah sekarang
giliran mbah Suyitno. Ayo silakan mbah menyebutkannama lengkap, nama
panggilan, asal dan hobi. Nama saya mbah Suyitno panggilannya mbah
Yitnodari Malang dan hobisaya menggambar. Nah jadi seperti itu aturan
mainnya! Bagaimana mbah-mbah semua sudah mengerti kan dan siap untuk
bermain ya? Siap!!!
(Berikan pujian pada klien yang telah dengan baik menyebutkan nama, asal,
dan hobinya.
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
59
“Bagaimana perasaan mbah setelah mengikuti permainan tadi? semuanya
berjalan dengan bagus sekali ya? Kalau begitu mari kita lihat hasil evaluasi
kegiatan sementara dari permainan yang telah kita lakukan”
b. Rencana Tindak Lanjut
“Setelah kegiatan ini semua nanti mencoba berkenalan dengan teman
sekamar yang belum dikenal. Semuanya harus berusaha untuk saling
ngobrol ya mbah “
c. Kontrak Yang akan datang
“Setelah ini kita istirahat selama 10 menit kemudian akan kita lanjutkan
dengan kegiatan latihan keseimbangan.
60
3. Menggunakan √ √ √ √ √ √ x
bahasa tubuh
yang sesuai
4. Mengikuti √ √ √ √ √ √ √
kegiatan dari
awal sampai
akhir
JUMLAH 4 4 4 4 2 3 2
Keterangan :
Hasil penilaian skoring didapatkan rata-rata nilai mbah di wisma Dahlia
saat TAK adalah 2-4 yang termasuk dalam kategori mampu.
61
Dokumentasi
62
Lampiran 5 Absensi Wisma
63
64
65
Lampiran 6 Hasil Pengkajian Lansia
Wisma Anggrek
1. Mbah Sulikatin P 77 HT, asam Nyeri dan linu pada lengan dan >12 6 7 20 5 90
urat, DM tangan kanan, kaku linu pada detik
kaki kiri sehingga sulit dalam
berjalan
3. Mbah Rustutik P 76 Asam urat, Sesak napas, terdapat benjolan 110/ <12 0 12 30 5 90
asma, pada ujung-ujung mata, dan 70 detik
Riwayat GUT gatal pada kedua kaki
4. Mbah Liana P 80 Asam urat, Kaki kanan kalau dibuat jalan 160/ >12 6 4 23 4 85
HT, terasa capek, sehingga 80 detik
osteoporosis menggunakan tongkat
5. Mbah Waroh p 79 Asam urat, Nyeri dan linu saat capek 120/ <12 1 9 25 5 90
RA 80 detik
66
6. Mbah Djamik P 75 Asam urat, Klien mengeluh batuk pilek dan 120/ tik <12 3 6 28 5 90
HT linu-linu saat kecapekan 80 detik
Wisma Mawar
4. Mbah Atim P 72 Asam urat Diare sejak 2 hari yang lalu 120/ 78 <12 2 2 22 8 90
80 detik
67
Widyawati kanan, 80 detik
katarak kiri,
asam urat
8. Mbah Sutiyah P 73 HT, OA, RA Nyeri di bagian lutut dan sulit 160/ 80 >12 4 5 25 7 70
berjalan 100 detik
Wisma Dahlia
1. Mbah Sucipto L 83 HT, sesak, Sesak napas, gangguan pada 190/ 70 <12 4 14 30 5 85
diabetes mata, nyeri/linu di kaki kiri 90 detik
68
3. Mbah Sayitno L 65 Gatal-gatal di ekstremitas >12 4 8 21 7 90
bawah, sering kecapekan detik
setelah aktivitas
4. Mbah Wijanarko L 73 HT, Post Nyeri pada sendi kaki 160/ 80 >12 3 7 29 7 90
Stroke, 80 detik
asma,
ambeien
69
Lampiran 7 Dokumentasi Intervensi Wisma
Wisma Anggrek
Wisma Anggrek
Kegiatan Latihan Keseimbangan wisma Anggrek
Wisma Anggrek
Kegiatan Latihan Keseimbangan wisma Anggrek
Wisma Anggrek
Kegiatan Latihan Keseimbangan wisma Anggrek
Wisma Anggrek
Nama Kegiatan : Terapi Rendam Kaki Air Hangat dan Garam ke-2
Hari, Tanggal : Selasa, 21 Agustus 2018
Jam : 14:00 WIB- selesai
Tempat : Ruang tengah Mawar
Dokumentasi :