Anda di halaman 1dari 17

Beberapa pengertian DHF (Dengue Haemoragic Fever)

Menurut beberapa ahli :DHF (Dengue Haemoragic Fever) adalah penyakit yang
terdapat pada anak dan dewasadengan gejala utama demam, nyeri otot dan
sendi yang disertai leucopenia, dengan/tanparuam (rash) dan limfadenopati.
Trombositopenia ringan dan bintik-bintik perdarahan(petekie) spontan. (Noer
Sjaefullah, 2000 : 20)
Demam berdarah dengue adalah penyakit demam akut dengan ciri-ciri
demammanifestasi perdarahan dan bertendensi mengakibatkan renjatan yang
dapatmenyebabkan kematian. (Arief Mansjoer, 2000 : 428)Demam berdarah
dengue adalah penyakit demam akut yang disebabkan olehempat serotype virus
dengue dan ditandai dengan empat gejala klinis utama yaitu demamtinggi,
manifestasi

perdarahan,

hepatomegali,

dan

tandatanda

kegagalan

sirkulasisampai timbulnya renjatan (sindrom renjatan dengue) sebagai akibat


dari

kebocoran

plasma

yang

dapat

menyebabkan

kematian.

(Soegeng

Soegijanto, 2002 : 45)Dari beberapa pengertian DHF (Dengue Haemoragic Fever)


diatas penulis dapatmenyimpulkan dengue haemoragic fever adalah satu
penyakit infeksi yang disebabkanoleh virus dengue dengan manifestasi klinis
demam disertai gejala perdarahan dan bilatimbul renjatan dapat menyebabkan
kematian.
B. Etiologi
1. Virus dengueVirus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk
ke dalam Arbovirus(Arthropodborn virus) group B, tetapi dari empat tipe
yaitu virus dengue tipe 1,2,3 dan 4keempat tipe virus dengue tersebut
terdapat di Indonesia dan dapat dibedakan satu dariyang lainnya secara
serologis virus dengue

yang

termasuk

dalam

genus flavivirus ini

berdiameter 40 meter dapat berkembang biak dengan baik pada berbagai


macam kultur jaringan baik yang berasal dari sel sel mamalia misalnya
sel BHK (Babby Homster Kidney) maupun selsel Arthropoda misalnya sel
aedes Albopictus. (Soedarto, 2001: 36)
2. Vektor Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor
yaitu

nyamuk

aedes

aegypti,

nyamuk

aedes

albopictus,

aedes

polynesiensis dan beberapa spesies lain merupakan vektor yang kurang


berperan berperan infeksi dengan salah satu serotipeakan menimbulkan
antibodi seumur hidup terhadap serotipe bersangkutan tetapi tidak ada
perlindungan terhadap serotipe jenis yang lainnya (Arief Mansjoer
&Suprohaita,2000: 420) Nyamuk Aedes Aegypti maupun Aedes Albopictus

merupakan vektor penularanvirus dengue dari penderita kepada orang


lainnya melalui gigitannya nyamuk AedesAegyeti merupakan vektor
penting di daerah perkotaan (Viban) sedangkan di daerah pedesaan (rural)
kedua nyamuk tersebut berperan dalam penularan. Nyamuk Aedes
berkembang biak pada genangan Air bersih yang terdapat bejana bejana
yang terdapatdi dalam rumah (Aedes Aegypti) maupun yang terdapat di
luar rumah di lubang lubang pohon di dalam potongan bambu, dilipatan
daun dan genangan air bersih alami lainnya(Aedes Albopictus). Nyamuk
betina lebih menyukai menghisap darah korbannya padasiang hari
terutama pada waktu pagi hari dan senja hari. (Soedarto, 2001 : 37)
3. HostJika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya maka
ia akanmendapatkan imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna,
sehingga ia masih mungkinuntuk terinfeksi virus dengue yang sama
tipenya maupun virus dengue tipe lainnya.Dengue Haemoragic Fever
(DHF) akan terjadi jika seseorang yang pernah mendapatkaninfeksi virus
dengue tipe tertentu mendapatkan infeksi ulangan untuk kedua kalinya
ataulebih dengan pula terjadi pada bayi yang mendapat infeksi virus
dengue huntuk pertamakalinya jika ia telah mendapat imunitas terhadap
dengue dari ibunya melalui plasenta.(Soedarto, 2001 : 38)
C. Patofisiologi
Virus Dengue masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk
terjadiviremia, yang ditandai dengan demam mendadak tanpa penyebab yang
jelas disertaigejala lain seperti sakit kepala, mual, muntah, nyeri otot, pegal di
seluruh tubuh, nafsumakan berkurang dan sakit perut, bintik-bintik merah pada
kulit. Selain itu kelainandapat terjadi pada sistem retikulo endotel atau seperti
pembesaran kelenjar-kelenjar getah bening, hati dan limpa. Pelepasan zat
anafilaktoksin, histamin dan serotonin sertaaktivitas dari sistem kalikrein
menyebabkan

peningkatan

permeabilitas

dindingkapiler/vaskuler

sehingga

cairan dari intravaskuler keluar ke ekstravaskuler atauterjadinya perembesaran


plasma akibatnya terjadi pengurangan volume plasma yangterjadi hipovolemia,
penurunan tekanan darah, hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusidan renjatan.
Selain itu sistem retikulo endotel bias terganggu sehingga menyebabkanreaksi
antigen anti body yang akhirnya bias menyebabkan anaphylaxia.Akibat lain dari
virus dengue dalam peredaran darah akan menyebabkan depresisumsum tulang
sehingga akan terjadi trombositopenia yang berlanjut akan menyebabkan
perdarahan karena gangguan trombosit dan kelainan koagulasi dan akhirnya

sampai pada perdarahan kelenjar adrenalin. Plasma merembas sejak permulaan


demam dan mencapai puncaknya saat renjatan. Pada pasien dengan renjatan
berat, volume plasma dapat berkurang sampai 30% atau lebih. Bila renjatan
hipovolemik yang terjadi akibatkehilangan plasma yang tidak dengan segera
diatasi maka akan terjadi anoksia jaringan,asidosis metabolik dan kematian.
Terjadinya renjatan ini biasanya pada hari ke-3 dan ke-7. Reaksi lainnya yaitu
terjadi perdarahan yang diakibatkan adanya gangguan padahemostasis yang
mencakup perubahan vaskuler, trombositopenia (trombosit <100.000/mm3),
menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor koagulasi(protrombin,
faktor V, IX, X dan fibrinogen). Pembekuan yang meluas padaintravaskuler (DIC)
juga bias terjadi saat renjatan. Perdarahan yang terjadi seperti petekie, ekimosis,
purpura, epistaksis, perdarahan gusi, sampai perdarahan hebat padatraktus
gastrointestinal. (Salmiyatun, 2004 : 18 dan Soegeng Soegijanto, 2002 : 48)
D. Manifestasi Klinik
1. Masa InkubasiSesudah nyamuk menggigit penderita dan memasukkan
virus dengue ke dalamkulit , terdapat masa laten yang berlangsung 4 5
hari diikuti oleh demam , sakit kepaladan malaise.
2. DemamDemam terjadi secara mendadak berlagsung selama 2 7 hari
kemudian turunmenuju suhu normal atau lebih rendah. Bersamaan
dengan berlangsungnya demam ,gejala- gejala klinik yang tidak spesifik
misalnya , anoreksia , nyeri punggung , nyeritulang dan persendian , nyeri
kepala dan rasa lemah dapat menyertainya.
3. PerdarahanPerdarahan biasanya terjadi pada hari kedua dari demam dan
umumnya terjadi pada kulit, dan dapat berupa uji turniket yang positif ,
mudah terjadi perdarahan padatempat fungsi vena , petekia dan purpura.
Selain

itu

juga

dapat

dijumpai

epstaksis

dan

perdarahan

gusi

hematomesis dan melena.


4. HepatomegaliPada permulaan dari demam biasanya hati sudah teraba ,
meskipun pada anak yang kurang gizi hati juga sudah teraba. Bila terjadi
peningkatan dari hepatomegali danhati teraba kenyal , harus diperhatikan
kemungkinan akan terjadinya renjatan pada penderita.
5. Renjatan ( syok )
Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ketiga

sejak

sakitnya

penderita,dimulai dengan tandatanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit


lembab , dingin pada ujunghidung, jari tangan dan jari kaki serta cyanosis
di sekitar mulut. Bila syok terjadi padamasa demam maka biasanya
menunjukkan prognosis yang buruk. Nadi menjadi lembutdan cepat , kecil

bahkan sering tidak teraba. Tekanan darah sistolik akan menurunsampai di


bawah angka 80 mmHg.
Gejala klinik lain Nyeri epigastrum , muntah-muntah , diare maupun
obstipasi dan kejang-kejang.Keluhan nyeri perut yang hebat seringkali
menunjukkan

akan

terjadinya

perdarahangastrointestinal

dan

syok.

( Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. 2002 )


E. Penatalaksanaan
Pemberantasan Dengue Haemoragic Fever (DHF) seperti juga penyakit
menular laibn didasarkan atas meutusan rantai penularan, terdiri dari virus,
aedes dan manusia.Karena sampai saat ini belum terdapat vaksin yang efektif
terdapat virus itu maka pemberantasan ditujukan pada manusia terutama pada
vektornya. (Soemarmo, 2000 : 56)Prinsip tepat dalam pencegahan DHF
(Soemarmo, 2000 : 57)
1. Manfaatkan perubahan keadaan nyamuk akibat pengaruh alamiah dengan
melaksanakan pemberantasan pada saat hsedikit terdapatnya DHF / DSS
2. Memutuskan lingkaran penularan dengan menahan kepadatan vektor
pada tingkat sangatrendah untuk memberikan kesempatan penderita
veremia.
3. Mengusahakan pemberantasan vektor di pusat daerah pengambaran yaitu
sekolah danRS, termasuk pula daerah penyangga sekitarnya.
4. Mengusahakan pemberantasan vektor di semua daerah berpotensi
penularan tinggi.Menurut Rezeki S, 2002 : 22 , Pemberantasan penyakit
Dengue Haemoragic Fever (DHF)ini yang paling penting adalah upaya
membasmi jentik nyamuk penularan ditempat perindukannya dengan
melakukan 3M yaitu :
a) Menguras tempattempat penampungan air secara teratur sekurang
kurangnyasxeminggu

sekali

atau

menaburkan

dalamnya.
b) Menutup rapat rapat tempat penampung air.
c) Menguburkan/menyingkirkan barang kaleng

bubuk

bekas

abate

yang

ke

dapat

menampung air hujanseperti dilanjutkan di baliknya.Pada dasarnya


pengobatan

pasien

Dengue

Haemoragic

Fever

(DHF)

bersifat

simtomatisdan suportif (Ngastiyah, 2001 : 344). Dengue Haemoragic


Fever (DHF) ringan tidak perlu dirawat, Dengue Haemoragic Fever
(DHF) sedang kadang kadang tidak memerlukan perawatan, apabila
orang tua dapat

diikutsertakan dalam pengawasan penderita di

rumah dengan kewaspadaan terjadinya syok yaitu perburukan gejala

klinik pada hari 3-7 sakit ( Purnawan dkk, 2001 : 571). Indikasi rawat
tinggal pada dugaan infeksi virus dengue (UPF IKA, 2004 : 203) yaitu:
Panas 1-2 hari disertai dehidrasi (karena panas, muntah, masukan
kurang) atau kejangkejang.Panas 3-5 hari disertai nyeri perut,
pembesaran hati uji torniquet positif/negatif, kesakitan, Hbdan Ht/PCV
meningkat,

Panas

disertai

Sedangkan

penatalaksanaan

perdarahan,
Dengue

Panas

disertai

Haemoragic

renjatan.

Fever

(DHF)

menurut UPF IKA, 2004 :203 206 adalah.


Belum atau tanpa renjatan:
1.
Grade I dan II
Hiperpireksia (suhu 400C atau lebih) diatasi dengan antipiretika dan surface
cooling.Antipiretik yang dapat diberikan ialah golongan asetaminofen,asetosal
tidak bolehdiberikan Umur 6 12 bulan : 60 mg / kaji, 4 kali sehari

Umur 1 5 tahun : 50 100 mg, 4 sehari

Umur 5 10 tahun : 100 200 mg, 4 kali sehari

Umur 10 tahun keatas : 250 mg, 4 kali sehariTERAPI CAIRAN


1)
infus cairan ringer laktat dengan dosis 75 ml / kg BB / hari untuk anak
denganBB< 10 kg atau 50 ml / kg BB / hari untuk anak dengan BB < 10 10 kg
bersama-sama di berikan minuman oralit, air susu secukupnya
2)
Untuk kasus yang menunjukan gejala dehidrasi disarankan minum sebanyak
banyaknya dan sesering mungkin.
3)
Apabila anak tidak suka minum sama sekali sebaiknya jumlah cairan infusyang
harus diberikan sesuai dengan kebutuhan cairan penderita dalam kurunwaktu 24
jam yang diestimasikan sebagai berikut :

100 ml/Kg BB/24 jam, untuk anak dengan BB < 25 Kg

75 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 26-30 kg

60 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 31-40 kg


50 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 41-50 kg

Obat-obatan lain : antibiotika apabila ada infeksi lain, antipiretik untuk anti
panas, darah 15 cc/kgBB/hari perdarahan hebat.
Dengan Renjatan ;
2.
Grade III
a.
Berikan infus Ringer Laktat 20 mL/KgBB/1 jam Apabila menunjukkan perbaikan
(tensi terukur lebih dari 80 mmHg dan naditeraba dengan frekuensi kurang dari
120/mnt dan akral hangat) lanjutkan denganRinger Laktat 10 mL/KgBB/1jam. Jika
nadi dan tensi stabil lanjutkan infustersebut dengan jumlah cairan dihitung
berdasarkan kebutuhan cairan dalamkurun waktu 24 jam dikurangi cairan yang
sudah masuk dibagi dengan sisa waktu( 24 jam dikurangi waktu yang dipakai
untuk mengatasi renjatan ). Perhitungankebutuhan cairan dalam 24 jam
diperhitungkan sebagai berikut :

100 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB < 25 Kg

75 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan berat badan 26-30 Kg.

60 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 31-40 Kg.

50 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 41-50 Kg.


1)
Apabila satu jam setelah pemakaian cairan RL 20 mL/Kg BB/1 jam keadaan
tensimasih terukur kurang dari 80 mmHg dan andi cepat lemah, akral dingin
maka penderita tersebut memperoleh plasma atau plasma ekspander (dextran L
atauyang lainnya) sebanyak 10 mL/ Kg BB/ 1 jam dan dapat diulang maksimal
30mL/Kg BB dalam kurun waktu 24 jam. Jika keadaan umum membai
dilanjutkancairan RL sebanyk kebutuhan cairan selama 24 jam dikurangi cairan
yang sudahmasuk dibagi sisa waktu setelah dapat mengatasi renjatan.
2)
Apabila satu jam setelah pemberian cairan Ringer Laktat 10 mL/Kg BB/ 1
jamkeadaan tensi menurun lagi, tetapi masih terukur kurang 80 mmHg dan nadi
cepatlemah, akral dingin maka penderita tersebut harus memperoleh plasma

atau plasma ekspander (dextran L atau lainnya) sebanyak 10 Ml/Kg BB/ 1 jam.
Dandapat diulang maksimal 30 mg/Kg BB dalam kurun waktu 24 jam.
F.
Komplikasi
Adapun komplikasi dari
Dengue Haemoragic Fever
adalah
1.
PerdarahanPerdarahan pada
Dengue Haemoragic Fever
disebabkan

adanya

perubahanvaskuler,

penurunan

jumlah

trombosit

dan

koagulopati, dan trombositopeni dihubungkanmeningkatnya megakoriosit muda


dalam sumsum tulang dan pendeknya masa hiduptrombosit. Tendesi perdarahan
saluran cerna, hematemesis, melena.
2.
Kegagalan SirkulasiDSS (Dengue Syock Syndrome) biasanya terjadi sesudah hari
2-7

disebabkanoleh

peningkatan

permeabilitas

vaskuler

sehingga

terjadi

kebocoran plasma, efusi cairanserosa ke rongga pleura dan peritoneum,


hipoproteinemia,

hemokonsentrasi

danhipovolemi

yang

mengakibatkan

berkurangnya aliran balik vena, preload, miokardium, penurunan volume


sekuncup dan curah jantung sehingga terjadi disfungsi atau kegagalan sirkulasi
dan

penurunan

perfusi

organ.

Dengue

Syock

Syndrome

juga

disertai

dengankegagalan homeostatis mengakibatkan aktifitas dan integritas sistem


kardiovaskuler, perfusi miokard dan curah jantung menurun, sirkulasi darah
terganggu dan iskemi jaringan dan kerusakan fungsi sel secara progresif dan
irreversible, terjadi kerusakan seldan organ sehingga pasien akan meninggal
dalam waktu 12-24 jam.
3.
HepatomegaliHati umumnya membesar dengan perlemakan yang berhubungan
dengan nekrosiskarena perdarahan yang terjadi pada lobules hati dan sel-sel
kapiler. Terkadang tampak sel metrofil dan limfosit yang lebih besar dan lebih
banyak dikarenakan adanya reaksiatau komplek virus antibodi.
4.
Efusi PleuraEfusi pleura karena adanya kebocoran plasma yang mengakibatkan
ekstravasicairan intravaskuler sel, hal tersebut dapat dibuktikan adanya cairan
dalam rongga pleura bila terjadi efusi pleura akan terjadi dispnea.

G.
Pengkajian FokusAsuhan Keperawatan Keluarga dengan Masalah Utama DHF
(Dengue Haemorragic Fever)
Pengkajian Asuhan Keperawatan Keluarga dengan DHF menurut Friedman.
1.
Identitas Data
a. Nama Kepala Keluarga : b. Usia :c. Pendidikan :d. Pekerjaan :e. Alamat :f.
Komposisi keluargaJumlah keluarga yang banyak
(extended family)
, status social ekonomi menurundan tingkat pendidikan dan pengetahuan rendah
menyebabkan keluarga tidak mampumenjalankan 5 fungsi keluarga di bidang
kesehatan (5 tahap) terhadap penderita DHF dikeluarga.g. Tipe keluargaBiasanya
tipe keluarga besar yang ekonominya rendah, lebih berpengaruhterhadap status
kesehatan terutama DHF.\
h. Suku bangsa
Asal suku, identifikasi budaya suku yang terkait dengan masalah kesehatan.i.
AgamaAgama yang dianut serta kepercayaan yang dapat berpengaruh pada
persepsikeluarga dalam pengobatan atau perawatan pada penderita DHF. j.
Status sosial ekonomi keluargaPendidikan yang rendah, didukung pendapatan
yang rendah pula kan berpengaruh pada keluarga dalam mengenal masalah DHF
dalam pengambilan keputusan, dankeluarga tidak mampu untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari dan kebutuhan gizi pada penderita DHF serta biaya
pengobatannya.k. Latar Belakang Budaya
1)
Kebiasaan fasilitas KesehatanKeluarga mempunyai kebiasaan jika ada anggota
keluarga yang sakit, sumber

pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat

merupakan tempat pertama yangdituju dalam rangka pengobatan. Contohnya


Puskesmas.
2)
Pengobatan
tradisional,

TradisionalKeluarga
misalnya

untuk

biasanya

mengurangi

hanya
demam,

memberikan
keluarga

pengobatn

menganjurkan

penderita untuk istirahat dan jikamasih demam hanya dibelikan obat di warung.l.
Aktivitas di waktu senggangKebiasaan aktivitas yang mempengaruhi penderita
DHF yaitu aktivitas yang banyak apalagi di tempat yang kotor. Penderita DHF
harus mengurangi aktivitas, istirahatdan harus bayak minum air putih secara
teratur.

2.
Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
a.
Tahap perkembangan keluarga saat iniAnggota keluarga yang tertua akan
berpengaruh pada keluarga, dalam pengambilan keputusan untuk mengatasi
masalah.
b.
Tahap

perkembangan

perkembangan

keluarga

keluarga
yang

yang

belum

belum

terpenuhi

terpenuhiDalam
misalnya

tahap

dalammasalah

kesehatan, keluarga belum bisa meningkatkan kesehatan anggotakeluarga.


c.
Riwayat keluarga intiJika dalam silsilah keluarga didapatkan anggota keluarga
ada yang menderitaDHF maka tidak dapat beresiko pada kerabat atau keturunan
berikutnya untuk
menderita DHF, sebab DHF merupakan penyakit infeksi yang disebabkan
olehvirus dengue.
3.
Data Lingkungan
a.
Karakteristik RumahKarakteristik luas tipe, jumlah ruangan, jumlah jendela,
pemanfaatanruangan, peletakan perabot, jarak sumber air dengan septic tank,
sumber air yangdigunakan, status kepemilikan dan denah rumah. Keadaan
rumah yang kecil,sempit, kotor, ventilasi yang kurang, perabotan rumah
berserakan, penataanruangan atau kamar yang banyak baju bergantungan. Hal
tersebut merupakanfactor predisposisi timbulnya penyakit DHF. Di samping itu,
tempat-tempat diluar rumah penderita DHF, misal : lingkungan dengan kondisi
atau keadaan kotor, pembuangan sampah terbuka, pembuangan air limbah tidak
lancar. (Nelson, 2001)
b.
Karakteristik tetangga dan komunitasKarakteristik fisik tetangga dan masyarakat
yang berpengaruh pada penyakit DHF, misal : sanitasi jalan terlihat kumuh,
rumah, pekerjaan, kelas sosialdan karakteristik sosial budaya masyarakat, serta
sulitnya masyarakatmenggunakan transportasi.
c.

Mobilitas geografis keluargaPenderita DHF biasanya sering bertempat tinggal di


daerah yang kumuh,kotor sehingga akan mempengaruhi pada penderita DHF.
d.
Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakatKeluarga menyadari
pentingnya intoleransi dengan masyarakat danmenggunakan fasilitas pelayanan
masyarakat misalnya pelayanan kesehatan.
e.
Sistem

pendukung

keluargaBiasanya

yang

membantu

keluarga

saat

membutuhkan bantuan adalahtetangga dekat atau sanak keluarga dan petugas


kesehatan dalam membantukesehatan keluarga.
4.
Struktur Keluarga
a.
Pola komunikasi keluargaKurang komunikasi diantara keluarga yang menderita
DHF akan mempengaruhi pengambilan keputusaN dalam memutuskan suatu
masalah.
b.
Struktur kekuatan keluargaDalam keluarga yang membuat keputusan dalam
menyelesaikan masalah biasanyadilakukan oleh kepala keluarga dengan cara
demokrasi. Jika kepala keluarga tidak
Keluarga mempunyai fungsi dalam memenuhi kebutuhan ekonominya dan
termasuk

pemanfaatan sumber yang ada di masyarakat dalam upaya

peningkatan statuskesehatan keluarga.


6.
Stress dan Koping Keluarga
a.
Stressor jangka pendek Apabila keluarga mempunyai masalah dalam kesehatan,
anggota keluarga adayang menderita DHF maka bagaimana cara keluarga
merawat anggota keluargayang menderita tersebut.
b.
Stressor jangka panjangKeluarga mampu bertindak tenang dan sabar dalam
perawatan DHF dan pengobatannya.
c.
Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/stressor Keluarga begitu peka
terhadap situasi yang terjadi dalam anggota keluarga,sehingga akan lebih cepat

dalam mengambil keputusan sehingga tidak berakibat buruk, misal akibat atau
komplikasi dari DHF
(Dengue Haemorragic Fever
).
d.
Strategi koping yang digunakanKeluarga yang menggunakan mekanisme koping
yang tidak adaptif terkait denganmasalah kesehatan yang muncul, misal tidak
segera

membawa

anggota

keluargayang

sakit

ke

pelayanan

kesehatan

cenderung akan mempengaruhi tingkatkesehatan keluarga.


7.
Keluhan utama
Penderita

mengeluh

badannya

panas

(peningkatan

suhu

tubuh)

sakit

kepala,lemah, nyeri ulu hati, mual dan nafsu makan menurun.


8.
Riwayat penyakit sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak dengan disertai menggigil dan
saatdemam kesadaran kompos mentis. Turunya panas terjadi antara hari ke-3
dan ke-7, dananak semakin lemah. Kadang-kadang disertai keluhan batuk pilek,
nyeri telan, mual,muntah, anoreksia, diare atau konstipasi, sakit kepala, nyeri
otot dan persendian, nyeriulu hati dan pergerakan bola mata terasa pegal, serta
adanya manifestasi perdarahan padakulit, gusi (grade III, IV), melena atau
hematemasis.
9.
Riwayat penyakit yang pernah diderita
Penyakit

apa

saja

yang

pernah

diderita.

Pada

DHF,

anak

biasanya

mengalamiserangan ulangan DHF dengan type virus yang lain.


10.
Riwayat imunisasi
Apabila

anak

mempunyai

kekebalan

yang

baik,

maka

kemumgkinan

akantimbulnya komplikasi dapat dihindarkan.


11.
Riwayat gizi
Status gizi anak yang menderita DHF dapat bervariasi. Semua anak dengan
statusgizi baik maupun buruk dapat berisiko, apabila ada factor predisposisinya.
Anak yangmenderita DHF sering mengalami keluhan mual, muntah,dan nafsu

akan menurun.Apabila kondisi ini berlanjut dan tidak disertai pemenuhan nutrisi
yang mencukupi, makaanak dapat mengalami penurunan berat badan sehingga
status gizinya menjadi kurang.
12.
Kondisi lingkungan
Sering terjadi pada daerah yang padat penduduknya dan lingkumgan yang
kurang bersih (seperti yang mengenang dan gantungan baju yang di kamar).
13.
Pola kebiasaan
a)
Nutrisi dan metabolism Nutrisi dan metabolisme: frekuensi, jenis, pantangan,
nafsu makan berkurang, dannafsu makan menurun.
b)
Eliminasi

BABEliminasi

BAB:

kadang-kadang

anak

mengalami

diare

atau

konstipasi. SementaraDHF grade III-IV bisa terjadi melena.


c)
Eliminasi BAK Eliminasi BAK: perlu dikaji apakah sering kencing, sedikit atau
banyak, sakitatau tidak. Pada DHF grade IV sering terjadi hematuria.
d)
Tidur dan istirahatTidur dan istirahat: anak sering mengalami kurang tidur karena
mengalami sakitatau nyeri otot dan persendian sehingga kualitas dan kuantitas
tidur maupunistirahatnya kurang.
e)
KebersihanKebersihan: upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan
lingkungancenderung kurang terutama untuk membersihkan tempat sarang
nyamuk aedesaegypti. Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta
upaya untuk menjaga kesehatan.
14.
Pemeriksaan fisik
Meliputi inspeksi, auskultasi, palpasi, perkusi dari ujung rambut sampai
ujungkaki. Berdasarkan tingkatan grade DHF, keadaan fisik anak adalah :
a)
Kesadaran : Apatis
b)
Vital sign : TD : 110/70 mmHg

c)
Kepala : Bentuk mesochepal
d)
Mata : simetris, konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik, mata anemis
e)
Telinga : simetris, bersih tidak ada serumen, tidak ada gangguan pendengaran
f)
Hidung : ada perdarahan hidung / epsitaksis
g)
Mulut : mukosa mulut kering, bibir kering, dehidrasi, ada perdarahan pada
ronggamulut, terjadi perdarahan gusi.
h)
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, kekakuan leher tidak ada,
nyeritelan
i)
DadaInspeksi : simetris, ada penggunaan otot bantu pernafasanAuskultasi : tidak
ada bunyi tambahanPerkusi : Sonor Palpasi : taktil fremitus normal
j)
AbdomenInspeksi

bentuk

cembung,

pembesaran

hati

(hepatomegali)Auskultasi : bising usus 8x/menitPerkusi : tympaniPalpasi : turgor


kulit elastis, nyeri tekan bagian ata
k)
Ekstrimitas : sianosis, ptekie, echimosis, akral dingin, nyeri otot, sendi tulang
l)
Genetalia : bersih tidak ada kelainan di buktikan tidak terpasang kateter
15.
Sistem integument
Adanya peteki pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul keringat dingin
danlembab.Kuku sianosis atau tidak.
a)
Kepala dan leher Kepala terasa nyeri, muka tamp0ak kemerahan karena demam
(flusy), mataanemis, hidung kadang mengalami perdarahan (epistaksis) pada
grade II,III, IV.

Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi perdarahan gusi,
dannyeri telan. Sementara tenggorokan mengalami hyperemia pharing dan
terjadi perdarahan telingga (grade II, III, IV ).
b)
DadaBentuk simetris dan kadang-kadang sesak. Pada fhoto thorax terdapat
adanyacairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan, (efusi pleura), rales,
ronchi, yang biasanya terdapat pada grade III dan IV.
c)
AbdomenMengalami nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegali) dan asites.
Ekstremitas :akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi, serta tulang.
16.
Diagnosa Keperawatan Keluarga
1.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada An. L dikeluarga Tn.
Adengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat An. L yang mengalami DHF(
Dengue Haemorragic Fever
).
2.
Kurangnya

volume

cairan

denganketidakmampuan

tubuh

keluarga

pada

dalam

An.

mengenal

dikeluarga
masalah

An.

Tn.
L

yang

mengalami DHF(
Dengue Haemorragic Fever
).
3.
Kurangnya

pengetahuan

pada

An.

dikeluarga

Tn.

dengan

ketidakmampuankeluarga dalam mengenal masalah An. L yang mengalami DHF


(
Dengue Haemorragic Fever
).
17.
Fokus Intervensi
1.
Diagnosa Keperawatan 1
a)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan kebutuhan nutrisi dapat
terpenuhi.

b)
Rencana tindakan
1)
Pencegahan primer
Memberikan informasi tentang kebutuhan nutrisi.
Meyakinkan

diet

yang

dimakan

mengandung

tinggi

serat

untuk

mencegahkontipasi.
Mengkaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan.
Menurunkan

kebutuhan

metabolisme

untuk

mencegah

penurunan

kalori

dansimpanan energy dengan melakukan tirah baring atau pembatasan aktivitas


selamafase sakit.
Anjurkan pasien untuk meningkatkan masukan Fe, protein dan Vitamin C.
2)
Pencegahan sekunder
Anjurkan

untuk

sediakan

lingkunganmenyenangkan

makanan

karena

dalam

lingkungan

yang

ventilasi

yang

menyenangkan

baik,
akan

menurunkan stressdan lebih kondusif untuk makan.


Berikan kebersihan oral karena mulut yang bersih dapat meningkatkan
rasamakanan.
3)
Pencegahan tersier
Monitor mual dan muntah.
Monitor adanya penurunan BB.
Monitor interaksi anak atau orang tua selama makan.
-

Kolaborasi nutrisi perenteral total, terapi IV sesuai indikasi.


2.
Diagnosa Keperawatan II
a)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak adanya tanda-tanda
dehidrasi,membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan.
b)
Rencana tindakan
1)
Pencegahan primer
Pantau status hidrasi (kelembaban membran, nadi akurat).
Monitor masukan makanan/cairan.
2)
Pencegahan sekunder
Anjurkan banyak minum 1500-2000 ml/hari.
Batasi aktivitas yang menguras tenaga.
3)
Pencegahan tersier
Kolaborasi dokter juga pemberian cairan IV sesuai dengan suhu ruangan.
Memberikan deuritik sesuai intruksi.
3.
Diagnosa Keperawatan III
a)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan keluarga mengetahui sumbersumber informasi.
b)
Rencana tindakan
1)
Pencegahan primer
-

Menentukan tingkat pengetahuan keluarga sebelumnya.


Mempunyai perencanaan pada kondisi kegawatan.
Dorong untuk mengikuti informasi yang diberikan oleh tenaga kesehatan lain.
2)
Pencegahan sekunder
Diskusikan tentang proses penyakit (pengertian, tanda dan gejala, faktor
penyebabdan komplikasi.
Jelaskan

secara

rasional

tentang

pengelolaan

terapi

atau

yangdianjurkan.
Ajarkan tentang makanan yang boleh dan tidak boleh dimakan.
3)
Pencegahan tersier
Kaji ulang pengetahuan keluarga tentang proses penyakit.
Rujuk kepelayanan kesehatan bila kondisi pasien semakin memburuk.

perawatan

Anda mungkin juga menyukai