Anda di halaman 1dari 5

Analisis film

FILSAFAT PENDIDIKAN

NURHAYATUN NUPUS

4193311025

PENDIDIKAN MATEMATIKA E 19

JURUSAN MATEMATIKA
PROGRAM STUDY PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2019
Film : Hickhi

Rilis                  : 23 Februari 2018

Negara              : India

Bahasa              : Hindi

Sutradara          : Sidharth P Mlahotra

Produser           : Aditya Chopra, Sidharth P Malhotra

Sinematografi  : Avinash Arun

Distributor        : Yash Raj Films

Pemeran

 Rani Mukerji sebagai Ms. Naina Mathur


 Naisha Khanna sebagai Naina Mathur Muda
 Shiv Kumar Subramaniam sebagai Kepala Sekolah
 Neeraj Kabi sebagai Tuan Wadia
 Supriya Pilgaonkar sebagai Sudha Mathur, Ibu Naina
 Sachin Pilgaonkar sebagai Prabhakar Mathur, Ayah Naina
 Hussain Dalal sebagai Vinay Mathur, Saudara Laki-Laki Naina
 Harsh Mayar sebagai Aatish
 Sparsh Khanchandani sebagai Oru
 Ivan Sylvester Rodrigues sebagai Kepala Sekolah
 Benjamin Yangal sebagai Ashwin
 Kalaivanan Kannan sebagai Raghu
 Swaraj Kumar sebagai Killam
 Rohit Suresh Saraf sebagai Akshay
 Vikram Gokhale sebagai Tuan Khan
 Asif Basra sebagai Shyamlal
 Riddhi Arora sebagai Sunidhi
 Suprio Bose sebagai Tuan Pereira
 Jannat Zubair Rahmani sebagai Natasha
 Kkunal Shinde sebagai Senior Pankaj
 Aman Gandotra, penampilan cameo.

Soundtrack

Musik dari film Hichki dikomposikan oleh Jasleen Royal dan skor latar belakang dikomposikan
oleh Hitesh Sonik. Liriknya ditulis oleh Raj Shekhar, Jaideep Sahni, Neeraj Rajawat, Aditya
Sharma, dan David Klyton. Album musik film ini memiliki 7 lagu dan dirilis oleh Yash Raj
Music pada 20 Februari 2018.Seluruh musik diciptakan oleh Jasleen Royal.

 Cerita sangat menginspiratif, dengan alur guru tentu ini sebagai rujukan bagi semua guru.
 Seorang guru biasa hanya mengajarimu. Seorang guru yang baik akan membuatmu
mengerti. Tapi guru yang hebat adalah dia akan menunjukkan cara menerapkan ilmu yang
dipelajarinya.” (Naina Mathur)
 “Kisah hidup kalian yang penuh rasa takut akan terperangkap di kertas ini [disobek dan
dijadikan pesawat kertas]. Itu pun jika kalian menerima kenyataan ini. Hari ini, mereka akan
terbang bersama angin dan sayap-sayapnya. Mulai hari ini, rasa takut ini adalah kekuatan kalian,
bukan kelemahan! Lepaskan kertas itu [pesawat kertas], dan kalian akan terbang bersamanya.”
(Naina Mathur)
 Menampilkan sisi kekurangan manusia dengan kelebihan yang dimiliki.
 Sebagai potret pendidikan agar tidak ada suatu perbedaan
 Naina Mathur sebagai sosok kemutlakan sebagai guru, dimana harus benar-benar
membuktikan kemampuan serta kerja keras demi murid-muridnya.
 Film edukasi, sebab film tersebut menampilkan suatu kerja keras siswa demi
menunjukkan eksistensi serta penyetaraan status dari perbandingan kelas favorit dan non favorit.
 Pesan sosial lainnya adalah, seperti kata Naina, "tak ada murid yang buruk, yang ada
hanya guru yang kurang baik..". Untuk membuktikan ini barangkali kita harus menjadi tenaga
didik terlebih dahulu.
 Dalam film ini sangat banyak pesan moral yang bisa diambil. Beberapa diantaranya
adalah, bahwa, tak ada satu penyakit atau kekurangan pun yang bisa menghentikan mimpi dan
cita-cita seseorang, selama orang tersebut benar-benar gigih mewujudkannya.

 Selain itu, kritik ini juga digambarkan pada bagaimana Pak Wadya, salah seorang rekan
guru Naina, yang mengecap murid kelas 9F sebagai murid yang tidak pantas berada di sekolah
itu.
 Sebagai seorang guru sangat penting untuk mampu menjadi contoh bagi murid yang ia
ajar. Sayangnya, dalam beberapa kasus, guru sering kali menjadi salah satu tokoh yang ikut
menyebabkan seorang murid dikucilkan. Entah karena ia murid yang tidak mencolok, tidak
berprestasi, atau bahkan dianggap nakal dan bodoh.
 Kelas 9F ibarat kelas IPS yang sering kali dicap negatif oleh siswa dan guru-guru
lainnya. 9F diisi oleh anak-anak yang berasal dari kelas ekonomi bawah dan terkenal sebagai
pengacau di sekolah.
 Di akhir film, Pak Wadya menyadari kesalahannya sebagai seorang guru yang telah
mencap kelas 9F sebagai murid-murid tak berguna yang tidak pantas berada di sekolah itu. Ia
menyadari pandangannya tersebut telah mempengaruhi murid lainnya sehingga mereka berusaha
menggagalkan kelas 9F saat ujian dengan memberikan bocoran soal palsu. Hal ini juga agar
kelas 9F bisa dikeluarkan dari sekolah tersebut. “Bukan karena mereka (9F) orang gagal, tapi
karena aku ingin mereka gagal,” ujar Pak Wadya yang sadar akan kesalahannya.

Di film ini terdapat adanya disikriminasi status sosial dan ekonomi dalam pendidikan.
Apakah pendidikan kita sudah membebaskan? Atau justru sebaliknya? Apakah pendidikan kita
sudah adil dalam memperlakukan peserta didik? Apakah proses belajar di sekolah
menyenangkan? Atau cuma kompetisi berebut nilai?

Kenapa masih ada dikotomi sekolah “favorit” dan sekolah “tidak favorit”? Sekolah negeri
dengan swasta? Bukankah kita sepakat di manapun kita bersekolah, yang menentukan
kesuksesan seseorang adalah usahanya?

Persaan yang muncul saat menonton film ini

 Sedih

Menceritakan tentang Naina yang diperankan oleh Rani Mukerji, seorang guru yang mengidap
Tourette Syndrome yaitu penyakit neuropsikiatrik yang membuat seseorang mengeluarkan
ucapan dan gerakan yang spontan tanpa bisa mereka kontrol.

Setelah sebelumnya di tolak oleh 18 sekolah, akhirnya ia di terima mengajar di sekolah St.
Notkers. Kelas yang Naina ajar pun hanya berisi 14 murid yang tidak mampu, sekolah menerima
mereka sebagai murid untuk memenuhi syarat kapasitas semata.

Karena penyakitnya, Naina di ejek dan tidak di anggap serius oleh para murid tapi perjuangan
Naina mengubah kekurangannya menjadi kelebihan akhirnya terbayar ketika kelas yang
diajarnya berhasil memenangkan lomba sains, air mata pun banjir ketika Naina memutuskan
untuk berhenti menjadi guru dan meninggalkan anak didiknya.

Film ini memberikan pelajaran kehidupan dan pendidikan sekolah. Cerita yang sangat
menginspiratif, dengan alur guru tentu ini sebagai rujukan bagi semua guru. Menampilkan sisi
kekurangan manusia dengan kelebihan yang dimiliki. Di film ini sebagai potret pendidikan agar
tidak ada suatu perbedaan. Dan sebagai Film edukasi, sebab film tersebut menampilkan suatu
kerja keras siswa demi menunjukkan eksistensi serta penyetaraan status dari perbandingan kelas
favorit dan non favorit.

Anda mungkin juga menyukai