METODIK TES
TUGAS PERTEMUAN 1
Disusun oleh:
Huttal Kurnia 1930017
Kezia Angelina 1930043
Ridho Muhammad 1930055
Febriani Betharia 1930085
Yehezkiel F 1930101
Romauli Patricia 1930112
Kelompok 3
Kelas C
1
a. Objective
- Psychological Testing:
Pada umumnya, untuk memperoleh beberapa alat ukur, objektivitas
testing psychological bersifat numerik, dimana testing psychological
berkaitan dengan kemampuan atau atribut psikologis pengukuran.
- Psychological Assessment:
Pada umumnya, objective dalam psychological assessment berguna
untuk menjawab pertanyaan rujukan, memecahkan masalah, atau untuk
mengambil keputusan melalui penggunaan alat evaluasi.
b. Process
- Psychological Testing:
Dalam testing, proses dapat bersifat individu atau kelompok. Setelah
melakukan administrasi ujian, penguji biasanya akan memberitahukan
"jumlah jawaban yang benar atau jumlah jenis respons tertentu…
dengan sedikit perhatian terhadap bagaimana atau mekanisme konten
tersebut dilakukan” (Maloney & Ward, 1976, hlm. 39).
- Psychological Assessment:
Sedangkan pada assessment, seringkali proses bersifat individual. Pada
umumnya, assessment lebih berfokus pada bagaimana proses individu
daripada hanya berfokus terhadap hasil dari proses yang dilakukan
seorang individu.
c. Role of Evaluator
- Psychological Testing:
Dalam testing, tester bukanlah memiliki peran utama terhadap proses.
Karena secara praktis, seorang tester dapat diganti dengan tester lainnya
tanpa mempengaruhi evaluasi.
- Psychological Assessment:
Sedangkan pada assessment, assessor memiliki peran utama dalam
2
proses pemilihan tes dan/atau alat evaluasi lainnya seperti menarik
kesimpulan dari keseluruhan evaluasi.
d. Skill of Evaluator
- Psychological Testing:
Pada testing umumnya membutuhkan keterampilan seperti teknisi dalam
hal administrasi dan penilaian tes serta dalam menafsirkan hasil tes.
- Psychological Assessment:
Pada assessment, keterampilan yang dibutuhkan biasanya memerlukan
pemilihan alat evaluasi, keterampilan dalam evaluasi, dan organisasi
yang bijaksana serta integrasi data.
e. Outcome
- Psychological Testing:
Pada umumnya, outcome yang dihasilkan testing dalam bentuk skor tes
atau serangkaian skor tes.
- Psychological Assessment:
Sedangkan pada assessment memerlukan pendekatan pemecahan
masalah yang logis sehingga dapat menghasilkan banyak sumber data
yang dirancang untuk menjelaskan pertanyaan rujukan.
3
menentukan apakah siswa mendaftar di kursus kalkulus, aljabar, atau
remedial.
ii. Screening (Yehezkiel F. - 1930101)
Screening mengacu pada tes atau prosedur cepat dan sederhana untuk
mengidentifikasi orang yang mungkin memiliki karakteristik atau
kebutuhan khusus. Psikometri mengakui bahwa tes skrining akan
menghasilkan banyak kesalahan klasifikasi. Penguji disarankan untuk
melakukan pengujian lanjutan dengan instrumen tambahan sebelum
membuat keputusan penting berdasarkan tes skrining. Misalnya, Untuk
mengidentifikasi anak-anak dengan bakat luar biasa dalam pemikiran
spasial, seorang psikolog dapat melakukan tes kertas dan pensil selama
10 menit untuk setiap anak dalam sistem sekolah. Siswa yang
mendapat nilai di 10 persen teratas mungkin kemudian dipilih untuk
pengujian yang lebih komprehensif.
iii. Certification and Selection (Yehezkiel F. - 1930101)
Certification and Selection memiliki kualitas lulus / gagal.
Jika seorang individu Lulus ujian sertifikasi memberikan hak
istimewa. Sertifikasi biasanya menyiratkan bahwa seseorang memiliki
setidaknya kemahiran minimum dalam beberapa disiplin ilmu atau
aktivitas. Contohnya termasuk hak untuk mempraktikkan psikologi
atau mengendarai mobil. Seleksi serupa dengan sertifikasi karena
memberikan hak istimewa. Contohnya kesempatan untuk masuk
universitas atau mendapatkan pekerjaan.
4
kinerja yang terganggu. Tes psikologis seringkali memainkan peran penting
dalam diagnosis dan perencanaan perawatan. Diagnosis harus lebih dari
sekedar klasifikasi karena setelah penyampain informasi, diberitahu pilihan
terbaik untuk remediasi / pengobatan.
5
melakukan pengetesan dalam applied research, seorang neuropsikolog akan
mempertimbangkan beberapa hal yang dihadapinya untuk menyelidiki
hipotesis bahwa tingkat kepemimpinan yang rendah menyebabkan defisit
perilaku pada anak-anak. Salah satu cara yang tepat untuk mengeksplor
hipotesis tersebut adalah dengan melakukan pengetesan terhadap anak yang
normal dengan anak yang memiliki tingkat kepemimpinan yang rendah
melalui serangkaian tes psikologi.
Tes psikologi yang dilakukan oleh seorang peneliti dapat dikatakan adalah
sebuah proses dinamis yang memiliki banyak kemungkinan untuk dipengaruhi oleh
banyak faktor. Dalam hal ini meskipun peneliti sudah berusaha untuk dapat
memastikan hasil tes yang dilakukannya dapat mencerminkan nilai dari variabel yang
dilihat dalam penelitiannya, akan ada kemungkinan faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi tes tersebut. Ada beberapa faktor yang kemungkinan dapat
mempengaruhi, antara lain Cara administrasi, karakteristik penguji tes, konteks
pengujian, motivasi dan pengalaman peserta tes, kondisi dari peserta tes, dan metode
penelitian dari peneliti. Dari keenam faktor yang memungkinkan untuk memberikan
pengaruh tersebut tercerminkan dari contoh berikut dimana penguji terburu-buru atau
tidak kompeten dalam melakukan pengujian tes. Hasil tes yang tidak valid bukan
hanya dipengaruhi oleh ketidak tepatan administrasi, penguji yang tidak ramah, atau
mungkin kondisi ruangan ketika pengujian namun ternyata motivasi akan
berpengaruh sangat besar dalam hasil tes yang dilakukan.
Untuk dapat memperoleh hasil interpretasi tes yang baik maka peneliti perlu
untuk memastikan ketika pengujian berlangsung segala sesuatunya sudah sesuai
standar atau benar, hal ini dapat dilakukan dengan mengikuti panduan manual yang
diberikan oleh penerbit saat kita menggunakan tes yang sudah dibuat oleh peneliti
6
lain. Prosedur penelitian yang tidak sesuai dengan standar sangat memungkinkan
akan mengubah arti dari hasil tes yang kita lakukan sehingga membuat penelitian kita
tidak valid dan tidak dapat diterima/bermanfaat bagi orang lain. Prosedur standar
menjadi bagian yang penting dalam penelitian sehingga terdaftar sebagai kriteria
penting untuk pengujian yang valid dalam standar untuk tes pendidikan dan
Psikologis (1999). Meskipun prosedur pengujian standar adalah hal yang penting, ada
contoh di mana fleksibilitas dalam prosedur diperlukan. Seperti yang disarankan
dalam Standar APA, penyimpangan tersebut harus masuk akal dan disengaja.
Kebutuhan untuk menyesuaikan prosedur standar untuk pengujian dapat kita lihat
contohnya saat memeriksa penyandang disabilitas tertentu. Sebuah subjek dengan
gangguan bicara mungkin diizinkan untuk menuliskan jawaban atas pertanyaan yang
disajikan secara lisan atau untuk menggunakan gerakan dan pantomim sebagai
tanggapan terhadap beberapa item. Misalnya, pertanyaan tes mungkin menanyakan,
"Apa bentuknya bola? " Pertanyaan itu dirancang untuk diteliti pengetahuan subjek
tentang bentuk umum, bukan untuk memeriksa apakah peserta ujian dapat
mengucapkan secara lisan "bulat." Respon tertulis bulat dan respon isyarat (gerakan
melingkar jari telunjuk) sama-sama benar juga.
7
Diantara beberapa tes prestasi yang dapat di siswa pakai di sekolah biasanya
dibuat oleh guru. Tes prestasi lainnya dibuat untuk penggunaan yang lebih
luas oleh pendidik yang bekerja dengan profesional pengukuran.
Clinical settings tests, ada banyak alat tes yang digunakan dalam
pengaturan klinis seperti di rumah sakit umum, swasta, militer, klinik rawat
inap dan jalan, ruang konsultasi praktek swasta, sekolah, dan institusi lain.
Alat-alat tes yang digunakan untuk membantu menyaring atau mendiagnosis
masalah perilaku. Jenis situasi apa yang mungkin mendorong penggunaan
alat-alat tersebut? Ini contoh kecilnya.
8
● Psikolog yang ditunjuk pengadilan diminta untuk memberikan
pendapat tentang kemampuan terdakwa untuk diadili.
9
lainnya. Masalah dalam banyak penilaian tersebut adalah sejauh mana
asesmen menikmati quality of life sebaik mungkin.
10
tertentu dapat dievaluasi untuk mendapatkan ijazah dari American Board of
Professional Psychology (ABPP) untuk mengakui keunggulan dalam praktik
psikologi. American Board of Assessment Psychology (ABAP), memberikan
ijazahnya berdasarkan ujian untuk menguji pengguna, pengembang tes, dan
orang lain yang telah membedakan diri mereka di bidang pengujian dan
penilaian.
11
DAFTAR PUSTAKA
Anastasi, A. & Urbina. (2014). Essential of Psychological Testing. 2th Edition.
Macmilllan Publishing Co.
Gregory, R J. (2013). Tes Psikologi: Sejarah, Prinsip dan Aplikasi. Jakarta: Erlangga.
12