Anda di halaman 1dari 13

Fakultas Psikologi Diserahkan Kepada:

Universitas Kristen Maranatha Drs. R. Sanusi Soesanto, M.Psi., Psikolog


Bandung Ka Yan M.Psi., Psikolog

METODIK TES
TUGAS PERTEMUAN 1

Disusun oleh:
Huttal Kurnia 1930017
Kezia Angelina 1930043
Ridho Muhammad 1930055
Febriani Betharia 1930085
Yehezkiel F 1930101
Romauli Patricia 1930112

Kelompok 3
Kelas C

Diserahkan pada tanggal:


3 Maret 2021
1. Menurut Urbina, Tes psikologi (psychological test) adalah prosedur yang
sistematis untuk memperoleh sampel perilaku (berkaitan dengan fungsi
kognisi maupun afeksi) dan kemudian dilakukan skoring dan interpretasi
berdasarkan standar tertentu. (Kezia Angelina - 1930043 dan Yehezkiel F. -
1930101)
a. Tes Psikologi merupakan prosedur sistematis, dicirikan dengan perencanaan,
keseragaman, dan ketelitian karena sebuah tes psikologi harus terbukti
objektif dan adil untuk digunakan.
b. Tes Psikologi merupakan sampel dari perilaku, merepresentasikan jangkauan
yang lebih luas karena merupakan sebagian kecil dari keseluruhan yang jauh
lebih besar. Saat pengambilan sampel perilaku waktu yang tersedia terbatas
sehingga dinilai lebih efisien.
c. Sampel perilaku berkaitan dengan kognitif, afektif, dan fungsi interpersonal.
Sampel dipilih untuk mengetahui makna empirik atau praktikal psikologis.
Tes tidak seperti permainan mental tetapi menggunakan sebuah alat.
d. Hasil tes di evaluasi dan diberi skor. Pengukuran dan kategorisasi
diaplikasikan ke hasil tes berdasarkan aturan yang sudah ditetapkan
sebelumnya sehingga hasil tes jelas pemaknaannya dan tidak perlu
dipertanyakan.
e. Dibutuhkannya standar dalam mengevaluasi hasil tes berdasarkan data yang
empiris. Harus memiliki cara untuk menerapkan tolak ukur atau kriteria
terhadap hasil tes karena standar yang digunakan untuk mengevaluasi hasil tes
mengarahkan peneliti terhadap hasil tes yang valid.

2. Jelaskan 5 aspek yang membedakan Psychological Testing dan


Psychological Assessment, di tabel 1-1 buku “Psychological Testing and
Assessment” (Ridho Muhammad F. - 1930055)

1
a. Objective
- Psychological Testing:
Pada umumnya, untuk memperoleh beberapa alat ukur, objektivitas
testing psychological bersifat numerik, dimana testing psychological
berkaitan dengan kemampuan atau atribut psikologis pengukuran.
- Psychological Assessment:
Pada umumnya, objective dalam psychological assessment berguna
untuk menjawab pertanyaan rujukan, memecahkan masalah, atau untuk
mengambil keputusan melalui penggunaan alat evaluasi.
b. Process
- Psychological Testing:
Dalam testing, proses dapat bersifat individu atau kelompok. Setelah
melakukan administrasi ujian, penguji biasanya akan memberitahukan
"jumlah jawaban yang benar atau jumlah jenis respons tertentu…
dengan sedikit perhatian terhadap bagaimana atau mekanisme konten
tersebut dilakukan” (Maloney & Ward, 1976, hlm. 39).
- Psychological Assessment:
Sedangkan pada assessment, seringkali proses bersifat individual. Pada
umumnya, assessment lebih berfokus pada bagaimana proses individu
daripada hanya berfokus terhadap hasil dari proses yang dilakukan
seorang individu.
c. Role of Evaluator
- Psychological Testing:
Dalam testing, tester bukanlah memiliki peran utama terhadap proses.
Karena secara praktis, seorang tester dapat diganti dengan tester lainnya
tanpa mempengaruhi evaluasi.
- Psychological Assessment:
Sedangkan pada assessment, assessor memiliki peran utama dalam

2
proses pemilihan tes dan/atau alat evaluasi lainnya seperti menarik
kesimpulan dari keseluruhan evaluasi.
d. Skill of Evaluator
- Psychological Testing:
Pada testing umumnya membutuhkan keterampilan seperti teknisi dalam
hal administrasi dan penilaian tes serta dalam menafsirkan hasil tes.
- Psychological Assessment:
Pada assessment, keterampilan yang dibutuhkan biasanya memerlukan
pemilihan alat evaluasi, keterampilan dalam evaluasi, dan organisasi
yang bijaksana serta integrasi data.
e. Outcome
- Psychological Testing:
Pada umumnya, outcome yang dihasilkan testing dalam bentuk skor tes
atau serangkaian skor tes.
- Psychological Assessment:
Sedangkan pada assessment memerlukan pendekatan pemecahan
masalah yang logis sehingga dapat menghasilkan banyak sumber data
yang dirancang untuk menjelaskan pertanyaan rujukan.

3. Jelaskan lima jenis manfaat penggunaan tes Psikologi.


a. Classification (Romauli Patricia - 1930112)
Mencakup berbagai prosedur yang memiliki tujuan yang sama:
menugaskan seseorang ke satu kategori daripada yang lain. Klasifikasi dapat
memiliki efek penting seperti menentukan apakah seseorang dipekerjakan
untuk pekerjaan tertentu.
i. Placement
Placement adalah memilah orang kedalam program yang berbeda
sesuai dengan kebutuhan dan keterampilan mereka. Contohnya, suatu
universitas mengadakan ujian penempatan matematika untuk

3
menentukan apakah siswa mendaftar di kursus kalkulus, aljabar, atau
remedial.
ii. Screening (Yehezkiel F. - 1930101)
Screening mengacu pada tes atau prosedur cepat dan sederhana untuk
mengidentifikasi orang yang mungkin memiliki karakteristik atau
kebutuhan khusus. Psikometri mengakui bahwa tes skrining akan
menghasilkan banyak kesalahan klasifikasi. Penguji disarankan untuk
melakukan pengujian lanjutan dengan instrumen tambahan sebelum
membuat keputusan penting berdasarkan tes skrining. Misalnya, Untuk
mengidentifikasi anak-anak dengan bakat luar biasa dalam pemikiran
spasial, seorang psikolog dapat melakukan tes kertas dan pensil selama
10 menit untuk setiap anak dalam sistem sekolah. Siswa yang
mendapat nilai di 10 persen teratas mungkin kemudian dipilih untuk
pengujian yang lebih komprehensif.
iii. Certification and Selection (Yehezkiel F. - 1930101)
Certification and Selection memiliki kualitas lulus / gagal.
Jika seorang individu Lulus ujian sertifikasi memberikan hak
istimewa. Sertifikasi biasanya menyiratkan bahwa seseorang memiliki
setidaknya kemahiran minimum dalam beberapa disiplin ilmu atau
aktivitas. Contohnya termasuk hak untuk mempraktikkan psikologi
atau mengendarai mobil. Seleksi serupa dengan sertifikasi karena
memberikan hak istimewa. Contohnya kesempatan untuk masuk
universitas atau mendapatkan pekerjaan.

b. Diagnosis and Treatment Planning (Kezia Angelina - 1930043)


Diagnosis terdiri dari dua tugas yang saling terkait: menentukan sifat
dan sumber perilaku abnormal seseorang, dan mengklasifikasikan pola
perilaku dalam sistem diagnostik yang diterima. Diagnosis biasanya
merupakan pendahulu untuk perbaikan atau pengobatan tekanan pribadi atau

4
kinerja yang terganggu. Tes psikologis seringkali memainkan peran penting
dalam diagnosis dan perencanaan perawatan. Diagnosis harus lebih dari
sekedar klasifikasi karena setelah penyampain informasi, diberitahu pilihan
terbaik untuk remediasi / pengobatan.

c. Self-Knowledge (Febriani Betharia - 1930085)


Di dalam tes psikologis dapat memberikan self-knowledge atau
pengetahuan diri yang kuat. Misalnya di dalam beberapa kasus, feedback yang
diterima seseorang dari tes psikologis dapat mengubah jalur karier atau jalan
hidupnya. Tapi tetap saja, tidak semua tes pengujian psikologis memberikan
self-knowledge, mungkin saja klien sudah tahu hal apa yang diungkapkan dari
tes. Misalnya, seorang arsitek yang tidak heran mendengar hasil tesnya dia
memiliki keterampilan penalaran spasial yang baik atau seorang siswa dengan
kemampuan membaca yang kurang tidak terkejut menerima hasil diagnosis
“learning disability”.

d. Program Evaluation (Romauli Patricia - 1930112)


Tes psikologi juga berguna untuk evaluasi program, khususnya mengevaluasi
sistematis program pendidikan dan sosial. Evaluasi program pendidikan
membahas prestasi tes. Evaluasi program sosial dirancang untuk memberikan
layanan yang meningkatkan kondisi sosial dan kehidupan masyarakat.
Misalnya, Project Head Start adalah program yang didanai pemerintah federal
yang mendukung proyek pengajaran pra-sekolah nasional untuk anak-anak
kurang mampu (McKey dan lain-lain, 1985).

e. Research (Ridho Muhammad F. - 1930055)


Selain membantu penguji untuk membuat keputusan yang tepat mengenai
program tes psikologi yang ingin diujikan, Tes psikologi juga bermanfaat
secara teori dan terapannya dalam behavioral research. Misalnya, saat

5
melakukan pengetesan dalam applied research, seorang neuropsikolog akan
mempertimbangkan beberapa hal yang dihadapinya untuk menyelidiki
hipotesis bahwa tingkat kepemimpinan yang rendah menyebabkan defisit
perilaku pada anak-anak. Salah satu cara yang tepat untuk mengeksplor
hipotesis tersebut adalah dengan melakukan pengetesan terhadap anak yang
normal dengan anak yang memiliki tingkat kepemimpinan yang rendah
melalui serangkaian tes psikologi.

4. Jelaskan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil tes. (Huttal Kurnia


Haposan Gultom - 1930017)

Tes psikologi yang dilakukan oleh seorang peneliti dapat dikatakan adalah
sebuah proses dinamis yang memiliki banyak kemungkinan untuk dipengaruhi oleh
banyak faktor. Dalam hal ini meskipun peneliti sudah berusaha untuk dapat
memastikan hasil tes yang dilakukannya dapat mencerminkan nilai dari variabel yang
dilihat dalam penelitiannya, akan ada kemungkinan faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi tes tersebut. Ada beberapa faktor yang kemungkinan dapat
mempengaruhi, antara lain Cara administrasi, karakteristik penguji tes, konteks
pengujian, motivasi dan pengalaman peserta tes, kondisi dari peserta tes, dan metode
penelitian dari peneliti. Dari keenam faktor yang memungkinkan untuk memberikan
pengaruh tersebut tercerminkan dari contoh berikut dimana penguji terburu-buru atau
tidak kompeten dalam melakukan pengujian tes. Hasil tes yang tidak valid bukan
hanya dipengaruhi oleh ketidak tepatan administrasi, penguji yang tidak ramah, atau
mungkin kondisi ruangan ketika pengujian namun ternyata motivasi akan
berpengaruh sangat besar dalam hasil tes yang dilakukan.
Untuk dapat memperoleh hasil interpretasi tes yang baik maka peneliti perlu
untuk memastikan ketika pengujian berlangsung segala sesuatunya sudah sesuai
standar atau benar, hal ini dapat dilakukan dengan mengikuti panduan manual yang
diberikan oleh penerbit saat kita menggunakan tes yang sudah dibuat oleh peneliti

6
lain. Prosedur penelitian yang tidak sesuai dengan standar sangat memungkinkan
akan mengubah arti dari hasil tes yang kita lakukan sehingga membuat penelitian kita
tidak valid dan tidak dapat diterima/bermanfaat bagi orang lain. Prosedur standar
menjadi bagian yang penting dalam penelitian sehingga terdaftar sebagai kriteria
penting untuk pengujian yang valid dalam standar untuk tes pendidikan dan
Psikologis (1999). Meskipun prosedur pengujian standar adalah hal yang penting, ada
contoh di mana fleksibilitas dalam prosedur diperlukan. Seperti yang disarankan
dalam Standar APA, penyimpangan tersebut harus masuk akal dan disengaja.
Kebutuhan untuk menyesuaikan prosedur standar untuk pengujian dapat kita lihat
contohnya saat memeriksa penyandang disabilitas tertentu. Sebuah subjek dengan
gangguan bicara mungkin diizinkan untuk menuliskan jawaban atas pertanyaan yang
disajikan secara lisan atau untuk menggunakan gerakan dan pantomim sebagai
tanggapan terhadap beberapa item. Misalnya, pertanyaan tes mungkin menanyakan,
"Apa bentuknya bola? " Pertanyaan itu dirancang untuk diteliti pengetahuan subjek
tentang bentuk umum, bukan untuk memeriksa apakah peserta ujian dapat
mengucapkan secara lisan "bulat." Respon tertulis bulat dan respon isyarat (gerakan
melingkar jari telunjuk) sama-sama benar juga.

5. Psikodiagnostik dapat diberikan pada berbagai setting pekerjaan. Misalnya


setting klinis, setting Pendidikan dan sebagainya. Jelaskan dan berikan
contoh.

Educational Settings, di dalam setting pendidikan tidak akan asing


lagi penggunaan banyak jenis tes yang dilakukan. Sebagaimana diamanatkan
oleh undang-undang, saat pertama kali memasuki bangku pendidikan sekolah
melakukan tes awal untuk membantu mengidentifikasi apa anak tersebut
memiliki kebutuhan khusus atau tidak. Selain tes untuk kemampuan sekolah
tersebut, masih ada banyak tes yang diberikan sekolah misalnya tes prestasi
yang mengevaluasi pencapaian atau tingkat pembelajaran yang dilakukan.

7
Diantara beberapa tes prestasi yang dapat di siswa pakai di sekolah biasanya
dibuat oleh guru. Tes prestasi lainnya dibuat untuk penggunaan yang lebih
luas oleh pendidik yang bekerja dengan profesional pengukuran.

Diagnosis didefinisikan sebagai deskripsi atau kesimpulan yang


dicapai berdasarkan bukti dan pendapat, biasanya kesimpulan dicapai melalui
proses membedakan sesuatu sifat dan pendapat. Demikian pula, istilah uji
diagnostik mengacu pada alat penilaian yang digunakan untuk membantu
mempersempit dan mengidentifikasi area defisit yang akan ditargetkan untuk
intervensi. Dalam pengaturan pendidikan, tes diagnostik membaca,
matematika, dan mata pelajaran akademis lainnya dapat diberikan untuk
menilai kebutuhan intervensi pendidikan serta untuk menetapkan atau
mengesampingkan kelayakan untuk program pendidikan khusus.

Clinical settings tests, ada banyak alat tes yang digunakan dalam
pengaturan klinis seperti di rumah sakit umum, swasta, militer, klinik rawat
inap dan jalan, ruang konsultasi praktek swasta, sekolah, dan institusi lain.
Alat-alat tes yang digunakan untuk membantu menyaring atau mendiagnosis
masalah perilaku. Jenis situasi apa yang mungkin mendorong penggunaan
alat-alat tersebut? Ini contoh kecilnya.

● Seorang klien psikoterapi swasta yang menginginkan sebuah evaluasi


untuk melihat apa hasil penilaian tersebut dapat memberikan petunjuk
tentang ketidaksesuaiannya.
● Seorang psikolog sekolah secara klinis mengevaluasi seorang anak
yang mengalami kesulitan belajar untuk menentukan faktor-faktor apa
yang membuat hal tersebut terjadi demikian.
● Seorang peneliti psikoterapi menggunakan prosedur penilaian untuk
menentukan apakah metode psikoterapi tertentu efektif dalam
menangani masalah tertentu.

8
● Psikolog yang ditunjuk pengadilan diminta untuk memberikan
pendapat tentang kemampuan terdakwa untuk diadili.

Tes yang digunakan dalam clinical settings dapat berupa tes


kecerdasan, tes kepribadian, tes neuropsikologis, atau instrumen khusus
lainnya bergantung pada area masalah yang muncul atau dicurigai. Ciri khas
dari pengujian dalam clinical setting adalah bahwa teknik pengujian atau
pengukuran digunakan hanya dengan satu orang pada satu waktu. Pengujian
kelompok digunakan terutama untuk skrining — yaitu, mengidentifikasi
individu-individu yang memerlukan evaluasi diagnostik lebih lanjut.

Counseling settings, penilaian dalam konteks konseling dapat terjadi


di lingkungan yang beragam seperti sekolah, penjara, dan lembaga pemerintah
atau swasta. Terlepas dari alat ukur yang digunakan, tujuan akhir counseling
settings yaitu peningkatan penilai dalam hal penyesuaian, produktivitas, atau
beberapa variabel terkait. Hal-hal yang diukur yang diberikan konselor pada
klien misalnya ukuran keterampilan sosial dan akademik serta ukuran
kepribadian, minat, sikap, dan nilai. Pada setting ini sering memberikan
sebuah pertanyaan yang harus dijawab dari “Bagaimana agar anak ini bisa
lebih fokus untuk mengerjakan tugasnya,” hingga “untuk klien A, apa karier
yang akan lebih cocok untuknya?” dan bahkan “aktivitas seperti apa yang
sangat direkomendasikan untuk dilakukan pada saat masa pensiun?”.
(Febriani Betharia - 1930085).

(Romauli Patricia - 1930112)


Geriatric Settings, penggunaan asesmen pada pasien lanjut usia.
Biasanya ditangani pada usia 65 tahun ke atas. Di mana pun individu yang
lebih tua tinggal, mereka mungkin pada suatu saat memerlukan penilaian
psikologis untuk mengevaluasi fungsi kognitif, psikologis, adaptif, atau

9
lainnya. Masalah dalam banyak penilaian tersebut adalah sejauh mana
asesmen menikmati quality of life sebaik mungkin.

Contohnya, secara umum, dari perspektif klinis, penilaian older adults


lebih cenderung mencakup screening untuk penurunan kognitif dan dementia
daripada penilaian younger adults (Gallo & Bogner, 2006; Gallo & Wittink,
2006). Dementia adalah hilangnya fungsi kognitif (yang dapat memengaruhi
memori, pemikiran, penalaran, kecepatan psikomotorik, perhatian, dan
kemampuan terkait, serta kepribadian) yang terjadi sebagai akibat dari
kerusakan atau hilangnya sel-sel otak.

Business and military settings, Dalam bisnis, seperti dalam militer,


berbagai alat penilaian digunakan terutama dalam pengambilan keputusan
tentang karier personel. Berbagai tes prestasi, bakat, minat, motivasi, dan
lainnya dapat digunakan dalam keputusan untuk mempekerjakan serta dalam
keputusan terkait tentang promosi, mutasi, kepuasan kerja, dan kelayakan
untuk pelatihan lebih lanjut. Penerapan lain dari tes psikologi melibatkan
rekayasa dan desain produk dan lingkungan. Psikolog teknik menggunakan
berbagai tes yang ada dan dirancang khusus dalam penelitian yang dirancang
untuk membantu orang di rumah, di tempat kerja, dan di militer.

Governmental and organizational credentialing, Salah satu dari


banyak aplikasi pengukuran adalah dalam perizinan pemerintah, sertifikasi,
atau kredensial umum profesional. Anggota dari beberapa profesi telah
membentuk organisasi dengan persyaratan keanggotaan yang melampaui
perizinan atau sertifikasi.

Contohnya, dokter mengikuti pelatihan khusus lebih lanjut dan


pemeriksaan khusus untuk mendapatkan distinction menjadi "board certified"
di bidang kedokteran tertentu. Psikolog yang berspesialisasi dalam bidang

10
tertentu dapat dievaluasi untuk mendapatkan ijazah dari American Board of
Professional Psychology (ABPP) untuk mengakui keunggulan dalam praktik
psikologi. American Board of Assessment Psychology (ABAP), memberikan
ijazahnya berdasarkan ujian untuk menguji pengguna, pengembang tes, dan
orang lain yang telah membedakan diri mereka di bidang pengujian dan
penilaian.

Academic research settings, melakukan penelitian apa pun biasanya


memerlukan beberapa jenis pengukuran, dan setiap akademisi yang berharap
untuk menerbitkan penelitian idealnya harus memiliki pengetahuan yang baik
tentang prinsip-prinsip pengukuran dan alat penilaian. Dalam menemukan
fakta dari penelitian, para peneliti memiliki pertanyaan, dan alat tes serta
metodologi tertentu digunakan untuk menemukan jawaban dari pertanyaan.

Contohnya, Thrash et al. (2010) bertanya-tanya tentang peran inspirasi


dalam proses menulis. Herbranson dan Schroeder (2010) mengajukan
pertanyaan “Apakah merpati lebih pintar dari ahli matematika?” Penggilingan
dkk. (2010) menanyakan apakah tingkat hipnotis seseorang memprediksi
respons terhadap sugesti hipnosis yang mengurangi rasa sakit. Angie et al..
(2011) mengeksplorasi apakah potensi kekerasan suatu kelompok ideologis
dapat dinilai dengan mempelajari situs web kelompok tersebut.

11
DAFTAR PUSTAKA
Anastasi, A. & Urbina. (2014). Essential of Psychological Testing. 2th Edition.
Macmilllan Publishing Co.

Cohen, R. J., Swerdlik, M.E. (2018). Psychological Testing and Assessment: An


Introduction to Test And Measurement 9th Edition. NewYork: McGraw-Hill.

Gregory, R J. (2013). Tes Psikologi: Sejarah, Prinsip dan Aplikasi. Jakarta: Erlangga.

12

Anda mungkin juga menyukai