Anda di halaman 1dari 6

A.

Pengertian Child Abuse (Perlakuan Salah Pada Anak)


1. Fenomena Child Abuse (Perlakuan Salah pada Anak)
Menurut Komisi Nasional untuk Mencegah Penganiayaan Anak Amerika
Serikat, terdapat lebih dari tiga juta kasus anak yang mengalami “penanganan
sosial” pada tahun 1995. Pada tahun yang sama, setidaknya 1.215 anak meninggal
karena child abuse dan neglect. Ada buku sebanyak 20% anak mengalami sexual
abuse dalam berbagai cara sebelum mereka mencapai dewasa (American Medical
Association, 1999).1 Dimana kondisi Indonesia tampaknya jauh lebih
memprihatinkan. Banyak rakyat yang hidup di bawah garis kemiskinan, sehingga
tanpa disadari sering melakukan tindakan abuse terhadap anak-anak nya sendiri.
Anak-anak dipaksa untuk bekerja , mengemis atau menjadi anak jalanan, menjadi
pelacur dan kegiatan yang membahayakan lainnya.
Puncak dari gunung es child abuse di Indonesia adalah kekerasan yang
dialami oleh anak jalanan, meskipun sebenarnya ada juga kasus-kasus child abuse
oleh keluarga-keluarga yang berpendidikan baik dan secara sosial ekonomi
mencukupi. Salah satu sebab utamanya adalah karena dari segi budaya, sebagian
besar orang Indonesia percaya bahwa mereka dibenarkan untuk melakukan abuse
terhadap anak dan mengabaikan hak-hak anak. Sebab lainnya adalah karena
masalah sosial ekonomi, yang menyebabkan urusan perut menjadi yang utama,
sedangkan masalah lainnya termasuk child abuse, tidak mendapatkan prioritas.
Namun yang lebih buruk adalah tidak ada tempat bagi anak-anak mendapatkan
perlindungan dari orang tua, saudara, dan guru-guu mereka yang sering kali justru
menjadi orang yang melakukan abuse terhadap mereka. Polisi juga biasanya
kurang memberikan perhatian yang serius terhadap anak yang melaporkan kasus
kekerasan bila tanpa orang dewasa. Tetapi ada beberapa kemajuan dalam dunia
kepolisian, seperti menangani kasus-kasus kekerasan terhadap perempuan dan
anak-anak.
2. Istilah-istilah yang Umum Dipakai
Istilah child abuse agak sulit dicari padanannya dalam bahasa Indonesia.
Namun dalam bahasa Indonesia, mungkin istilah ini bisa diterjemahkan sebagai
“perlakuan yang salah atau kejam terhadap anak” yang sering dilakukan oleh
orang lain dan umumnya dilakukan oleh orang dewasa. Kata abuse sendiri

1
Siswanto, Kesehatan Mental, (Yogyakarta, C.V ANDI OFFSET: 2007) hal. 120
sebenarnya memiliki banyak arti. Yang pada intinya abuse yaitu meliputi
penyalahgunaan, salah pakai, perlakuan kejam, siksaan, makian,
menyalahgunakan, memperlakukan dengan kejam atau kasar atau keji dan
memaki-maki atau mencaci maki.
Sedangkan kata child paling mudah diartikan sebagai “anak”. Selain itu,
pemahaman mengenai apa itu anak, setidaknya sudah relatif seragam. Karena
seseorang yang termasuk dikategorikan sebagai anak-anak adalah seseorang yang
usia nya masih berada dibawah 17 tahun. Pemahaman mengenai anak ini adalah
sangatlah perlu. Karena selain child abuse ada adult abuse (orang dewasa) dan
elder abuse (orang tua) yang memiliki fenomena relatif berbeda di antara
ketiganya.2
3. Kategori Child Abuse
Kebanyakan orang berfikir bahwa child abuse hanya meliputi physical dan sexual
abuse. Padahal ada beberapa macam abuse yang lain, yaitu emotional abuse dan
neglect. Pengertian dari berbagai abuse tersebeut adalah sebagai berikut:
a. Phyisical abuse (perlakuan salah secara fisik), adalah ketika anak mengalami
pukulan, tamparan, gigitan, pembakaran, atau kekerasan fisik lainnya.
b. Sexual abuse (perlakuan salah secara seksual), adalah ketika anak
diikutsertakan dalam situasi seksual dengan orang dewasa atau anak yang
lebih tua. Kadang ini berarti adanya kontak seksual secara langsung seperti
persetubuhan, atau sentuhan atau kontak genital lainnya.
c. Neglect (diabaikan/dilalaikan), adalah ketika kebutuhan-kebutuhan dasar anak
tidak dipenuhi.
d. Emotional abuse (perlakuan salah secara emosi),adalah ketika anak secara
teratur diancam, diteriaki, dipermalukan, diabaikan, disalahkan atau salah
penanganan secara emosional lainnya, seperti membuat anak menjadi lucu,
memanggil namanya dan selalu dicari-cari kesalahannya adalah bentuk dari
emosional abuse.
B. Assessment Terhadap Child Abuse
Assessment terhadap child abuse idealnya dilakukan secara muluti-disiplin,
karena gejala dan akibatnya biasanya mengenai keseluruhan anak, baik fisik, psikis,
maupun sosialnya. Jadi assessment yang baik perlu melibatkan beberapa profesional

2
Ibid., hal. 122-123
dari disiplin ilmu psikologis, kedokteran, hukum, pekerja sosial, dan lain-lain
dibidang terkait. Namun sebelum membicarakan assessment alangkah baiknya jika
kita memahami arti dari assessment terlebih dahulu, yaitu sebagai berikut:
Assessment (Verhulst dan Koot, 1992) merupakan proses dalam melakukan
diagnosis yang hakekatnya adalah melakukan identifikasi terhadap gambaran-
gambaran yang berbeda dari setiap kasus individual, seperti misalnya fungsi tingkah
laku dan emosional anak-anak yang tampak dan fungsi kognitif dan perseptual motor
mereka. Assessment juga meliputi pengukuran-pengukuran fisik seperti aktivitas
elektris otak (misalnya).3
Diagnosis sendiri mendiri dipahami sebagai mengklasifikasikan seseorang
berdasarkan suatu penyakit yang dideritanya atas suatu abnormalitas yang diidapnya.
Diagnosis dapat didefiniskan sebagai istilah medis untuk klasifikasi.
Lindsay dan Powell (1989) menyebutkan tiga kegunaan utama Assessment,
yaitu;
1. Diagnosis, menentukan natur masalah anak.
2. Desain, memperoleh informasi yang relevan untuk treatmen.
3. Evaluasi, memperoleh informasi untuk mengevaluasikan efektivitas
treatmen yang diberikan.

Assassment terhadap anak-anak korban abuse berbeda dengan orang dewasa


karena kondisinya sebagai anak. Perbedaan tersebut meliputi;

1. Harus di-asess dalam perspektif perkembangan.


2. Anak jarang mencari bantuan untuk diri mereka sendiri, problem diketahui
oleh orang tua, guru atau orang sekitarnya. Oleh karena itu:
 Assessor harus pandai-pandai mendapatkan kepercayaan dari anak.
 Orang dewasa perlu dilibatkan dalam implementasi program terapi.
3. Keterbatasan bahasa-pentingnya sejarah keluhan dari orang yang
mengenal anak tersebut dan observasi langsung.
4. Assessor anak harus tahu banyak tentang berbagai masalah dan memiliki
pengetahuan tentang masalah yang diungkapkan.

Ada berbagai macam pendekatan dalam melakukan assessment, yaitu sebagai


berikut;

3
Ibid., hal. 127
1. Pendekatan psikodinamik, assessment yang menggunakan pendekatan ini
biasanya tidak terstandar, prosedurnya kurang memiliki definisi yang
operasional, dan makna simbolnya tinggi.
2. Pendekatan behavioral, didasarkan pada observasi langsung pada tingkah
laku. Kelemahan pendekatan ini adalah banyak masalah-masalah penting
yang tidak dapat diobservasi secara langsung. Misalnya; mencuri,
keinginan bunuh diri dan lainnnya.
3. Pendekatan tradisi medis, dicirikan dengan menggunakan teknik
wawancara klinis yang didasarkan pada pengalaman dari keahlian klinikus
dalam menjalankan suatu diagnosis yaang akurat.
4. Pendekatan psikometrik, pendekatan yang berasal dari usaha-usaha dalam
psikologi untuk mengukur sifat-sifat psikologis (seperti inteligensi,
kemampuan akademik dan lain-lain) dengan menggunakan tes-tes yang
terstandar dan analisis statistik.

Berdasarkan keempat pendekatan diatas, dikenal empat metode untuk


mengumpulkan data anak untuk assessment. Keempat metode tersebut adalah sebagai
berikut;

1. Metode Observasi
Observasi adalah pengamatan yang sistematis dan bertujuan. Jadi
observasi bukan sembarang mengamati tetapi memiliki cara dan tujuan
tertentu.
Hal-hal penting yang perlu diperhatikan ketika observasi, yaitu:
a. Tingkah laku yang ditampakan.
b. Latar belakang atau seting tingah laku.
c. Sekuen tingkah laku.
2. Metode Wawancara
Wawancara atau interview bukanlah hanya dimaknai sebagai bertanya
saja, tapi dalam wawancara, si pewawancara memberikan pertanyaan-
pertanyaan yang bertujuan untuk mendapatkan data yang diinginkan.
Ada beberapa tahap dalam melakukan wawancara, yaitu;
a. Tahap awal, bertujuan untuk membangun rapport (membina hubungan
yang baik dan benar)
b. Tahap menanyakan mengenai abuse yang dialami.
c. Tahap akhir, pewawancara perlu mengomentari kerjasama yang telah
diberikan sambil tetap mendorong anak untuk bersikap kooperatif pada
pertemuan selanjutnya.

Berdasarkan penjelaan diatas, pewawancara yang baik memiliki syarat-


syarat berikut;

a. Memahami tahap-tahap perkembangan emosi, kognitif, dan bahasa


anak.
b. Memahami informasi mengenai dinamika child abuse dan akibatnya
terhadap anak.
c. Terlatih menggunakan teknik-teknik assessing menggunakan
pertanyaan-pertanyaan yang tidak menggiring dan alat-alat wawancara.

Selain itu lingkungan wawancara harus dibuat sedemikian rupa sehingga


klien atau anak merasa nyaman dan aman selama proses wawancara
berlangsung. Untuk itu ada beberapa syarat yang harus dipenuhi supaya
wawancara dapat berjalan dengan optimal, yaitu;

a. Ruangan didesain seperti ruang tamu atau ruang bermain bagi klien
anak dengan hiasan-hiasan anak dan peralatan yang sesuai.
b. Cahaya, suhu, dan bau yang tidak mengganggu dan menyenangkan.
c. Tidak adan konteks-konteks abuse dan orang dewasa yang mungkin
memengaruhi anak.
3. Metode Angket
Metode angket dan metode wawancara sebenarnya memiliki
persamaan yaitu keduanya mendasarkan diri pada data yang berwujud
laporan dari klien yang diselidiki. Bedanya, wawancara mendapatkan data
dalam bentuk lisan, sedangkan pada angket data didapatkan dalam bentuk
tulisan.
4. Metode Tes
Tes adalah tugas atau serangkaian tugas yang berbentuk petanyaan dan
perintah yang diberikan kepada klien dan kemudian tingkah laku klien
dalam menjalankan tes itu dibandingkan dengan sesuatu seperti standar
atau tingkah laku peserta tes lain.4
Tes dapat dikelompokkan menjadi bermacam-macam sesuai dengan
tujuan pengelompokan. Salah satu pengelompokan adalah berdasarkan
materi tes yang berhubungan dengan latar belakang teorinya. Tes
dibedakan menjadi tes proyektif dan tes nonproyektif. Tes proyektif adalah
tes yang disusun berdasarkan penggunaan mekanisme proyeksi. Materi tes
terdiri atas objek yang belum atau kurang jelas strukturnya. Sementara tes
nonproyektif sama sekali tidak mempertimbangkan adanya mekanisme
proyeksi tersebut.

4
Ibid., hal. 129-133

Anda mungkin juga menyukai