Anda di halaman 1dari 9

STUDI KASUS TENTANG SISWI YANG MEMILIKI KONSEP DIRI NEGATIF

PADA KELAS X SMA MUJAHIDIN PONTIANAK


TAHUN 2017

Dwi Purwanti Ningsih


Program Studi Pendidikan Bimbingan dan Konseling FKIP Untan Pontianak
Email : dwipurwantin@gmail.com

Abstract
This research entitled case study about student who have negative self concept in class X SMA
Mujahidin Pontianak. Common problem in this research is how effort to help student having
negatif self concept in class X SMA Mujahidin Pontianak? As for the sub-problems: 1) How
are the characteristics of student who have negative self concept?, 2) What psychological
factors that cause student to have negative self concept?, 3) What physiological factors that
cause student to have a negative self concept?, 4) What are the sociological factors that cause
student to have a negative self concept?, 5) What are the efforts of help done to overcome the
student who has negative self concept? The approach used in this reaserch is qualitative by
using descriptive method. The research form is a case study. Data collection techniques used
are direct observation, interviews and home visits. Based on observations and interviews with
case subjects concluded that the identification of student problems are as follows: 1)
psychological factors; a) thoughts, b) feelings, and c) emotions. 2) physiological factors; case
subject have a lack of vision in reading writing. 3) sociological factors; case subject are
children who are not very active in social relationships with school friends, tend to be quiet in
communicating.

Keywords: Student who have negative self concept

Pada usia remaja di sekolah sebagai kehidupan manusia. Symonds (dalam


seorang siswi yang sedang berkembang Agustiani, 2006:143) menyatakan bahwa
berusaha untuk mencapai taraf persepsi tentang diri tidak langsung muncul
perkembangan pribadi dalam berbagai aspek pada saat individu dilahirkan, melainkan
kehidupan. Menurut Rumini dan Sundari berkembang secara bertahap seiring dengan
(2004:53) masa remaja adalah peralihan dari munculnya kemampuan perseptif.
masa anak dengan masa dewasa yang Konsep diri penting artinya karena siswi
mengalami perkembangan semua aspek atau dapat memandang diri dan dunianya, tidak
fungsi untuk memasuki dewasa. hanya mempengaruhi perilaku siswi, tetapi
Pada akhir masa remaja, seorang siswi juga tingkat kepuasan yang diperoleh dalam
jiwanya sudah tidak mudah terpengaruh serta hidupnya. Sejalan dengan pendapat yang
sudah mampu untuk memilih dan dikemukakan oleh Mulyana (2000:7) bahwa
menyeleksi. Siswi juga mulai belajar konsep diri itu penting adanya agar individu
bertanggung jawab pada dirinya, keluarga, dapat mengenal siapa dirinya yang
dan lingkungan, mulai sadar akan dirinya sebenarnya, dan informasi tersebut diperoleh
sendiri dan tidak mau diperlakukan seperti lewat informasi yang diberikan orang lain
anak-anak lagi. Proses perkembangan dapat kepada dirinya.
membantu terbentuknya konsep diri pada Setiap siswi pasti memiliki konsep diri,
siswi yang bersangkutan. Hal ini karena baik positif atau negatif. Siswi yang memiliki
perkembangan konsep diri merupakan suatu konsep diri positif ia akan memiliki dorongan
proses yang terus berlanjut di sepanjang mandiri lebih baik, dapat mengenal serta

1
memahami dirinya sendiri sehingga dapat pada hubungan sosial. Hal ini dapat dilihat
berperilaku efektif dalam berbagai situasi. pada siswi di SMA Mujahidin Pontianak
Sependapat dengan apa yang dikemukakan kelas X yang berjumlah satu orang yang
menurut Rakhmat (2007:104) menyatakan memiliki permasalahan konsep diri negatif
bahwa individu yang memiliki konsep diri tersebut. Kekurangan fisik menjadi salah satu
positif ia akan mampu bertindak berdasarkan faktor penyebab siswi di sekolah tersebut
penilaian yang baik, memiliki keyakinan memiliki konsep diri yang negatif. Selain itu
pada kemampuannya mengatasi persoalan, perilaku seperti tidak percaya diri, cenderung
merasa sama dengan orang lain, serta menyalahkan takdir Tuhan, dan faktor
sanggup menerima dirinya sendiri. intelektual yang kurang memahami pelajaran
Sedangkan siswi yang memiliki konsep diri juga menjadi faktor pemicu timbulnya
negatif ia akan memandang dan meyakini konsep diri negatif siswi tersebut. Jika tidak
bahwa dirinya lemah, tidak berdaya, tidak segera ditangani kasus tersebut secara cepat
dapat berbuat apa-apa, tidak kompeten, dan efektif, maka akan berdampak lebih
gagal, malang, tidak menarik, tidak disukai buruk bagi psikologis siswi. Jika masalah
dan kehilangan daya tarik terhadap hidupnya tersebut bertambah parah, kemungkinan siswi
sendiri. Calhoun dan Acocella, 1990 (dalam untuk membolos atau bahkan berhenti dari
Saifullah, 2016:206) menyatakan bahwa ada dunia pendidikan bisa saja terjadi. Hal ini
dua tipe individu yang memiliki konsep diri akan mengakibatkan suramnya masa depan
negatif, yaitu: 1) Pandangan individu tentang siswi karena harus putus sekolah.
dirinya sendiri benar-benar tidak teratur, Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk
tidak memiliki perasaan kestabilan dan mengadakan penelitian terhadap kasus siswi
keutuhan diri. Individu tersebut benar-benar yang mengalami kesulitan tentang
tidak tahu siapa dirinya, kekuatan dan memahami konsep dirinya sendiri pada siswi
kelemahannya atau yang dihargai dalam kelas X SMA Mujahidin Pontianak guna
kehidupannya. 2) Pandangan tentang dirinya untuk mengetahui faktor apa saja yang
sendiri terlalu stabil dan teratur. Ini bisa menjadi penyebab siswi memiliki konsep diri
terjadi karena individu dididik dengan cara negatif.
yang sangat keras sehingga menciptakan
perilaku yang kurang baik. Untuk mengatasi METODE PENELITIAN
masalah siswi ini maka Guru Bimbingan dan Pendekatan yang digunakan dalam
Konseling merupakan salah satu pendidik di penelitian ini adalah kualitatif dengan
sekolah yang harus berperan aktif dalam menggunakan metode deskriptif. Bentuk
mengembangkan konsep diri positif siswi, penelitian adalah studi kasus. Menurut Bimo
serta mengubah konsep diri negatif tersebut Walgito (2010:92) dalam pendapatnya
menjadi konsep diri yang positif demi mengenai studi kasus ialah studi kasus
perkembangan diri siswi yang lebih baik. merupakan suatu metode untuk
Berdasarkan pra-survei yang dilakukan menyelidiki atau mempelajari suatu
di SMA Mujahidin Pontianak, peneliti kejadian mengenai perseorangan (riwayat
melihat masih terdapat siswi yang memiliki hidup). Pada metode ini diperlukan
konsep diri negatif yang menjadi penghambat banyak informasi guna mendapatkan
siswi tersebut tidak bergairah untuk belajar di bahan-bahan yang agak luas. Teknik
sekolah apalagi untuk berinteraksi sosial pengumpulan data yang digunakan adalah
dengan teman sebayanya. Hal tersebut observasi langsung, komunikasi langsung dan
dikarenakan terdapat siswi yang memiliki kunjungan rumah (home visit). Alat
kelemahan terhadap cara ia memandang pengumpul data yang sesuai untuk
dirinya sendiri, di mana siswi tersebut selalu menunjang teknik-teknik tersebut di
merasa pesimis pada kekurangan yang antaranya yaitu panduan wawancara,
mereka miliki, takut gagal terhadap panduan observasi, dan dokumentasi.
kompetisi, serta kurang adanya sikap terbuka Panduan wawancara yaitu alat yang

2
digunakan peneliti dalam menunjang teknik Treatment
wawancara. Sedangkan panduan observasi Langkah yang dilakukan dengan
yaitu alat yang digunakan untuk menunjang merealisasikan alternatif bantuan berdasarkan
teknik observasi. Panduan wawancara untuk masalah dan latar belakang yang menjadi
orang tua dalam penelitian ini akan penyebab. Pada langkah ini dilaksanakanlah
digunakan untuk menunjang teknik teknik menyerang rasa malu pada subyek
kunjungan rumah (home visit). Dan teknik kasus.
dokumentasi merupakan suatu sarana
pembantu peneliti dalam mengumpulkan data Evaluasi
atau informasi yang lebih lengkap mengenai Langkah evaluasi dilakukan untuk
siswi yang memiliki konsep diri negatif melihat sejauh mana keberhasilan bantuan
tersebut Adapun alternatif bantuan yang yang diberikan terhadap subyek kasus, maka
diberikan yaitu dengan menggunakan peneliti melakukan evaluasi terhadap
pendekatan konseling REBT dengan teknik perilaku subyek kasus yaitu dengan
menyerang rasa malu, di mana latihan ini wawancara pada guru mata pelajaran, wali
subyek kasus melakukan konfrontasi/ kelas, teman subyek kasus, serta kepada
penyerangan terhadap ketakutan untuk malu subyek kasus itu sendiri.
pada rasa malu yang ada dalam diri subyek
kasus itu sendiri. Prosedur dalam penelitian Tindak Lanjut
ini terdiri dari 6 tahap, yaitu: 1) Identifikasi Setelah diperoleh hasil dari tahap
masalah, 2) Diagnosis, 3) Prognosis, 4) evaluasi yang didapat, maka dilakukan
Treatment, 5) Evaluasi, dan 6) Tindak lanjut. langkah tindak lanjut untuk melihat
perkembangan selanjutnya dari diri siswi
Identifikasi Masalah tersebut dalam jangka waktu yang lebih jauh
Langkah-langkah yang dilakukan pada agar subyek kasus dapat mengalami
tahap identifikasi masalah yaitu peneliti perubahan diri dan karakternya secara
mengenal kasus atau masalah serta gejala- optimal dengan bekerjasama dengan masing-
gejala yang nampak pada siswi yang masing pihak yang terkait dengan subyek
memiliki konsep diri negatif dengan kasus seperti wali kelas, guru mata pelajaran,
mengamati karakteristik siswi menggunakan dan orangtua subyek kasus.
teknik observasi dengan alat pengumpul
datanya panduan observasi. HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Diagnosis
Langkah diagnosis dilakukan dengan Hasil Penelitian
menetapkan masalah siswi yang memiliki Pada bab ini akan dijelaskan hasil
konsep diri negatif berdasarkan temuan penelitian subyek kasus yang mengkaji
analisis dari identifikasi yang menjadi tentang pengumpul data, diagnosis,
penyebab timbulnya masalah. prognosis, treatment, evaluasi, dan tindak
lanjut. Adapun pihak-pihak yang dijadikan
Prognosis sebagai sumber data yang dapat memberikan
Setelah menetapkan masalah siswi yang sumber informasi tentang masalah yang
memiliki konsep diri negatif tersebut, maka diteliti adalah sebagai berikut: 1) Siswi kelas
direncakanlah alternatif bantuan yang tepat X SMA Mujahidin Pontianak yang berinisial
untuk diberikan kepada subyek kasus sesuai SDL dengan jenis kelamin perempuan. 2)
dengan permasalahan yang dialami. Wali kelas subyek kasus. 3) Guru mata
Alternatif bantuan yang direncanakan dan pelajaran subyek kasus. 4) Teman satu kelas
ditetapkan kepada subyek kasus yaitu dengan subyek kasus dan 5) Orang tua subyek kasus.
menggunakan pendekatan konseling REBT Adapun data yang terkumpul merupakan
dengan teknik menyerang rasa malu. data deskriptif maka dalam analisis tidak
memerlukan perhitungan statistik, melainkan

3
data dianalisis berdasarkan kerangka kasus membaca tulisan. Baik tulisan jarak
penulisan studi kasus dengan menggunakan jauh maupun dekat. Hal tersebut ia alami
teknik non-tes berupa panduan observasi dan karena SDL mengaku memiliki masalah pada
wawancara. penglihatannya sejak dari SDL masih SD.
Sebelum kegiatan penelitian dilakukan, Beliau juga mengaku bahwa SDL sebenarnya
peneliti telah mengadakan pra penelitian termasuk anak yang memiliki sikap terbuka
untuk mendapatkan masalah dan menemukan dalam menceritakan permasalahannya,
subyek kasus yang ada pada SMA Mujahidin namun SDL hanya memilih orang saja yang
Pontianak. Setelah menemukan masalah dan ia anggap tepat untuk dia berbagi cerita.
subyek kasusnya maka peneliti menyusun Wawancara dengan guru mata pelajaran
rencana penelitian agar data yang diperoleh Berdasarkan hasil wawancara dengan
dapat dipertanggungjawabkan. Mengingat guru mata pelajaran matematika, SDL
masalah penelitian yang masih dianggap tabu termasuk siswi yang ramah, sopan, dan
oleh masyarakat, maka dalam penulisan cukup hormat dengan guru-guru. Beliau
laporan penelitian, nama dan alamat sekolah mengaku bahwa dengannya SDL sangat
serta subyek kasus menggunakan inisial dekat. Kadang SDL juga cukup sering
tetapi ditulis secara jujur, apa adanya tanpa bergurau dengan beliau saat beliau masuk
mengurangi keaslian penelitian. kelas, maupun saat beliau menegurnya.
Setelah selesai mengurus surat izin Beliau juga mengaku bahwa dalam bidang
penelitian dan menyusun instrumen yang belajar SDL sering terlambat mengerjakan
diperlukan, maka dilakukan penelitian dan mengumpulkan tugas. Pernah beliau
langsung pada satu siswi kelas X di SMA menegur SDL karena terlambat
Mujahidin Pontianak dengan inisial SDL. mengumpulkan tugas rumah matematika,
Adapun langkah-langkah yang dilakukan namun sikap SDL justru agak santai dan
sebagai berikut: 1) Mendatangi ruang BK di kadang si SDL ini malah mengguraukan
SMA Mujahidin Pontianak untuk bertemu beliau. Walaupun kadang beberapa kali
dengan guru BK di sekolah tersebut terkait terlambat mengumpulkan tugas, beliau tidak
mengenai permasalahan subyek kasus di pernah marah ataupun memberikan sanksi
sekolah. 2) Berkonsultasi dengan wali kelas tegas kepada SDL.
mengenai masalah subyek kasus. 3) Wawancara dengan teman subyek kasus
Melakukan observasi terhadap subyek kasus. Berdasarkan hasil wawancara dengan
4) Menetapkan subyek kasus sebagai fokus salah satu teman subyek kasus, ia
penelitian. mengungkapkan keterangannya bahwa SDL
ini menurut pandangannya merupakan anak
Pembahasan Penelitian yang baik dan cukup periang jika sudah kenal
Identifikasi Masalah dan dekat dengan orang lain. SDL juga tidak
Wawancara dengan wali kelas pernah terlibat perselisihan seperti bertengkar
Berdasarkan keterangan dari wali kelas, dengan teman-temannya. Ia juga mengaku
subyek kasus merupakan siswi yang bahwa SDL sangat menyukai hobinya
cenderung menyendiri juga termasuk anak menyanyi. Jika ada lomba menyanyi, SDL
yang biasa saja dan tidak pernah membuat ingin sekali dapat mengikuti kompetisi
masalah di kelas maupun di sekolah. Dalam tersebut.
bidang belajar juga SDL termasuk anak yang Wawancara dengan orang tua subyek kasus
pasif dan tidak pernah memberikan pendapat Berdasarkan keterangan dari sang ibu,
baik saat dalam belajar kelompok maupun SDL anak yang sangat dekat dengan dirinya.
saat guru sedang memberikan pertanyaan. Beliau mengungkapkan bahwa jika terdapat
Dengan wali kelasnya, beliau mengaku masalah SDL biasanya tidak sungkan untuk
bahwa SDL cukup dekat dengan dirinya menceritakan permasalahannya, namun
dalam menceritakan permasalahan yang SDL kadang SDL juga tertutup. Sang ibu juga
alami. Masalah yang pernah SDL ceritakan mengaku bahwa ia pernah terlibat
kepada beliau yaitu tentang sulitnya subyek

4
perselisihan dengan subyek kasus karena latihan menyerang rasa malu terhadap subyek
SDL pernah sempat menyatakan ingin kasus. Teknik latihan menyerang rasa malu
berhenti masuk sekolah, namun beliau adalah latihan yang dilakukan oleh subyek
melarangnya dengan menjelaskan kepada kasus dengan melakukan konfrontasi/
SDL dengan ucapan yang baik dan penyerangan terhadap ketakutan untuk malu
memotivasi. Menurut sang ibu, pada rasa malu yang ada dalam diri subyek
bagaimanapun sekolah tetap nomor satu kasus itu sendiri.
untuk masa depan anaknya nanti.
Treatment
Diagnosis Setelah peneliti merencanakan bentuk
Faktor psikologis alternatif bantuan yang akan diberikan oleh
Faktor psikologis adalah keadaan subyek kasus, maka dilaksanakanlah
psikologis subyek kasus yang mempengaruhi alternatif bantuan tersebut dengan tindakan
konsep dirinya. Fikar Evhy (2014), sebagai berikut:
menyatakan bahwa faktor psikologis yang Langkah yang harus disiapkan oleh subyek
mempengaruhi konsep diri negatif siswi kasus hanyalah menyiapkan diri dan
diantaranya pikiran, perasaan, dan emosi. mentalnya sesiapkan mungkin. Sebelum
Faktor psikologis yang mempengaruhi teknik dilaksanakan, peneliti bertanya
konsep diri negatif SDL diantaranya pikiran, terlebih dulu kepada subyek kasus tentang
perasaan, dan emosi. hal apakah yang membuatnya merasa minder
Faktor fisiologis jika berada di lingkungan sekolah atau di
Faktor fisiologis adalah faktor yang dalam kelasnya. Subyek kasus memberikan
berhubungan dengan kondisi fisik subyek jawaban bahwa yang membuatnya selalu
kasus. Peranan penampilan fisik sangat merasa minder dan tidak nyaman apabila
mempengaruhi konsep dirinya. Yang terlihat berada di sekolah yaitu ia sangat malu ketika
dengan jelas yaitu pada kekurangan berusaha untuk berkomunikasi dengan
penglihatan SDL dalam membaca tulisan. teman-temannya. Setiap subyek kasus akan
Faktor sosiologis berbicara dengan teman-temannya, subyek
Faktor sosiologis adalah faktor yang kasus merasa bahwa teman-temannya
berhubungan dengan hubungan subyek kasus tersebut seperti mengacuhkan dirinya.
terhadap lingkungan interaksi sosialnya. Dari Hal tersebutlah yang membuat subyek kasus
hasil pengamatan observasi dan wawancara, menjadi anak yang lebih menyukai
subyek kasus merupakan anak yang tidak kesendirian dan menjadi anak yang
terlalu aktif dalam hubungan sosial dengan cenderung pendiam. Ia berpikir bahwa
teman sekolahnya. Di dalam kelas saja teman-temannya seolah tidak menginginkan
subyek kasus duduk di bangku sendirian, ia kehadiran dirinya dan membuat subyek kasus
juga termasuk anak yang cenderung pendiam merasa takut untuk mencoba berkomunikasi
dalam berkomunikasi. Meskipun kurang aktif kembali dengan teman sekolahnya.
dalam bidang sosial namun ia memiliki Dari pernyataan yang dijelaskan oleh
beberapa teman yang ia kenal baik. subyek kasus, peneliti kemudian
mengarahkan subyek kasus untuk berusaha
Prognosis kembali melawan ketakutannya
Setelah mengetahui faktor-faktor berkomunikasi dengan teman sebayanya itu.
penyebabnya maka direncanakanlah alternatif Dengan membuat subyek kasus
bantuan yang akan diberikan kepada subyek memperkenalkan dirinya kepada teman-
kasus secara bertahap dan berlanjut untuk temannya baik di dalam kelas maupun di luar
mengatasi masalah konsep diri negatif. Untuk kelas, kemudian mengatakan bahwa siapa
mengatasi masalah subyek kasus, peneliti dirinya, menceritakan hobi yang subyek
menggunakan pendekatan model konseling kasus senangi kepada mereka, dan
Rational Emotive Behavior Therapy. Pada memberitahu mengenai kelebihan dan
model konseling REBT digunakan teknik kekurangan dirinya tersebut. Peneliti juga

5
memberikan bayangan jika apabila subyek perubahan yang ia sendiri rasakan pada
kasus tidak dapat melawan rasa malunya dirinya. Subyek kasus merasa kini menjadi
sendiri dan terus menolak, maka sepanjang pribadi yang bahagia dan senantiasa
hidupnya ia akan menjadi individu yang bersyukur dengan apa yang dia miliki. Alasan
selalu dibully oleh teman-temannya. subyek kasus menjadi bahagia karena bisa
berkomunikasi dengan baik tanpa harus lagi
Evaluasi merasa malu dengan teman-temannya.
Wawancara dengan guru mata pelajaran Kemudian bersyukur karena dibalik
Berdasarkan hasil evaluasi dengan guru kekurangannya, SDL sadar bahwa ternyata
mata pelajaran, ternyata subyek kasus sudah dia punya kelebihan yang belum tentu orang
terlihat beberapa perubahan yang semakin lain juga memiliki kelebihan seperti dirinya.
meningkat ke arah positif. Perubahan yang
dimaksud yaitu subyek kasus sudah menjadi Tindak lanjut
pribadi yang tidak malu lagi untuk menyapa Dari hasil evaluasi untuk diperoleh hasil
apabila berpapasan dengan guru-guru, baik yang optimal, maka dilakukan tindakan yaitu
pada waktu sholat ashar di masjid sekalipun. bekerjasama dengan masing-masing pihak
Juga hubungan komunikasi subyek kasus yang terkait dengan individu, untuk tetap
bersama teman-teman sekolahnya sudah mempertahankan perubahan yang sudah
terlihat percaya diri dalam berinteraksi baik subyek kasus dapatkan yaitu:
dengan teman perempuan maupun laki-laki. Subyek kasus akan tetap mempertahankan
Saat dalam proses belajar di kelas juga perubahan yang sudah ada, dan kedepannya
subyek kasus pelan-pelan mulai terlihat subyek kasus akan terus bersikap untuk lebih
sudah nampak keaktifannya dalam bertanya aktif di dalam kelas baik itu saat sedang
pada mata pelajaran matematika apabila SDL menerima pelajaran kelompok ataupun
benar-benar tidak paham dengan materi yang individu, ataupun saat sedang berkomunikasi
disampaikan. Namun diakui oleh guru mata dengan teman-teman. Dan yang terpenting
pelajaran tersebut bahwa jika subyek kasus bagi subyek kasus sendiri akan selalu tetap
masih belum terlihat aktif untuk memberikan bersyukur untuk menerima kekurangan diri
jawaban apabila bapak guru tersebut apa adanya.
mengajukan pertanyaan kepada SDL. Kalau Berkerjasama dengan wali kelas guna
pun menjawab kadang masih disuruh dan untuk memonitor perkembangan dan
masih suka salah dalam memberikan perubahan-perubahan pada diri subyek kasus
jawaban. agar tetap bertahan. Serta memberikan
Wawancara dengan wali kelas kesempatan kepada subyek kasus untuk
Berdasarkan hasil evaluasi dengan wali mengeksplorasi kemampuan minat dan bakat
kelas, subyek kasus juga terlihat perubahan yang ia miliki.
yang semakin menujukkan perubahan yang Berkerjasama dengan guru mata
positif. Yaitu subyek kasus semakin terbuka pelajaran untuk melihat perkembangan dan
dan tidak malu lagi untuk menceritakan perubahan-perubahan yang ada pada diri
berbagai hal-hal yang SDL alami. subyek kasus agar tetap terpelihara ke
Wawancara dengan teman subyek kasus kondisi yang positif. Selain itu melibatkan
Berdasarkan hasil evaluasi dengan subyek kasus dalam diskusi kelompok yang
teman subyek kasus, subyek kasus kini lebih terlaksana dengan sering agar subyek
menjadi anak yang tidak malu lagi untuk kasus bisa dapat lebih aktif dalam
ngumpul/ ikutan nimbrung apabila melihat mengemukakan pendapat yang ada
teman-temannya sedang berkumpul dengan dipikirannya supaya subyek kasus bisa lebih
yang lain. aktif lagi di kelas.
Wawancara dengan subyek kasus Bekerjasama dengan orang tua, agar
Berdasarkan hasil evaluasi dengan orang tua tetap memantau perubahan dan
subyek kasus, ternyata subyek kasus perkembangan anaknya. Dengan memberikan
sekarang merasa sudah mengalami beberapa pujian dan hadiah pada diri anak supaya

6
perubahannya tetap bertahan dan selalu antara guru bimbingan konseling di sekolah,
senantiasa memberikan dukungan dalam wali kelas, guru mata pelajaran, dan orang
berbagai hal kepadanya agar tetap semangat. tua subyek kasus.
1. Subyek kasus disarankan untuk selalu
KESIMPULAN DAN SARAN terbuka dalam menceritakan berbagai hal
Kesimpulan permasalahan yang ia alami, selain itu
Berdasarkan analisis data, maka dapat disarakan juga untuk tetap
disimpulkan bahwa kasus siswi yang mempertahankan keaktifannya saat di
memiliki konsep diri negatif ditemukan pada dalam kelas baik saat sedang
subyek kasus yang merupakan siswi kelas X berkomunikasi dengan guru maupun
SMA Mujahidin Pontianak. Pengentasan teman sekelas. Juga jangan mudah
masalah siswi yang memiliki konsep diri pesimis atau mudah menyerah sebelum
negatif di kelas X SMA Mujahidin Pontianak memulai terhadap kompetisi yang
dilakukan dengan menggunakan pendekatan diminati.
kualitatif dengan metode deskriptif dalam 2. Subyek kasus disarankan untuk berusaha
bentuk penelitian studi kasus. Bentuk menghilangkan pikiran negatif mengenai
karakteristik, faktor-faktor penyebab serta dirinya, menerima lingkungan teman-
alternatif bantuan yang diberikan kepada temannya dengan tidak menghindari
subyek kasus dapat disimpulkan sebagai hubungan interaksi sosial. Agar
berikut: (1) Karakteristik siswi yang memiliki kehidupan serta perasaan hatinya
konsep diri negatif; cenderung pendiam saat senantiasa dalam kebahagiaan.
di dalam kelas, peka pada kritikan orang lain, 3. Subyek kasus disarankan untuk selalu
pribadi yang mudah pesimis dalam mengikuti menerima diri apa adanya dengan
suatu kompetisi. (2) Faktor psikologis yaitu: bersyukur melihat bentuk kekurangan
(a) pikiran negatif mengenai diri, (b) yang dimiliki sebagai suatu kelebihan dari
perasaan subyek kasus yang selalu merasa karunia Tuhan yang berarti.
tidak enak, (c) emosi, jika subyek kasus 4. Subyek kasus disarankan untuk terus
dicela oleh teman-temannya. (3) Faktor berusaha menyerang rasa malu dan
fisiologis penyebab paling dominan yaitu ketakutannya untuk berhubungan dengan
pada kekurangan penglihatan subyek kasus lingkungan sosialnya. Mencoba untuk
dalam membaca tulisan. (4) Faktor sosiologis membina hubungan baik terlebih dulu
yaitu subyek kasus merupakan anak yang dengan teman-teman meskipun respon
tidak terlalu aktif dalam hubungan sosial yang didapatkan nanti diterima atau tidak.
dengan teman sekolahnya, cenderung 5. Subyek kasus disarankan untuk tetap
pendiam dalam berkomunikasi. (5) Bantuan menjalankan alternatif bantuan yang
yang diberikan kepada subyek kasus yaitu sudah diberikan. Serta tetap berusaha
dengan dianalisis menggunakan enam untuk memelihara perubahan positifnya
langkah; identifikasi kasus, diagnosis, dengan baik, jangan pernah dengarkan
prognosis, treatment, evaluasi dan tindak hinaan dari lingkungan sosial, bersyukur,
lanjut, serta dengan penggunaan model menerima diri, jangan pernah malu untuk
konseling REBT dengan teknik menyerang menjadi diri sendiri dan terus tingkatkan
rasa malu. hubungan pergaulan dan komunikasi yang
baik dengan lingkungan sosial, baik saat
Saran di dalam kelas maupun saat sedang
Berdasarkan kesimpulan diatas bahwa berinteraksi di luar kelas.
upaya pengentasan siswi yang memiliki
konsep diri negatif disarankan untuk DAFTAR RUJUKAN
memberikan pengertian dan perhatian yang Agustiani, Hendriati. (2006). Psikologi
intensif dalam membimbing dan Perkembangan. Bandung: PT. Refika
memperhatikan perkembangan diri subyek Aditama.
kasus. Oleh sebab itu, maka perlu kerjasama

7
Evhy, Fikar. (2014). Psikologi Komunikasi. Rakhmat, Jalaluddin. (2007). Psikologi
(online). Tersedia: http://psikologi- Komunikasi. Bandung: PT. Remaja
komunikasi.blogspot.com/2014/05/kon Rosdakarya.
sep-diri.html. Diakses: 7 Februari Rumini, Sri dan Sundari. (2004).
2017. Perkembangan Anak dan Remaja.
Mulyana, Deddy. (2000). Ilmu Komunikasi Jakarta: Rineka Cipta.
Suatu Pengantar. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Saifullah, Fitrian. (2016). Hubungan Antara
Konsep Diri Dengan Bullying Pada
Siswa-Siswi SMP Negeri 16
Samarinda. (online). Vol 4. No (2).
hal. 200-214. Tersedia:
http://ejournal.psikologi.fisip-
unmul.ac.id. Diakses: 24 Desember
2016.

8
9

Anda mungkin juga menyukai