Anda di halaman 1dari 202

BAB I

HAKIKAT PROFESI KEGURUAN

1.1 Latar Belakang


Alam sejarah perkembangan profesi dikenal tiga jenis profesi yaitu
profesi dalam bidang teoogi, hukum dan kedokteran. Dalam hubungan ini
ahli teologi sebagai ulama mempunyai tanggung jawab yang sungguh-
sungguh terhadap para pengikutnya untuk membawa mereka kearah jalan
yang benar menurut ajran agama, seorang ahli hukum berkewajiban untuk
membela kliennya dalam bidang hukum manakala yang bersangkutan
tersangkut perkara pengadilan, dan seorang dokter berkewajiban untuk
membela kepentingan pasiennya agar lekas sembuh.
Profesionalisme dalam kehidupan masyarakat timbul bersama
dengan perkembangan masyarakat yang makin lama makin komplek, yang
dalam hal mengambil keputusan dalam suatu bidang kehidupan tidak lagi
mudah, tetapi harus tepat. Pengambilan keputusan yang tepat memerlukan
informasi yang lengkap dan kemampuan yang memadai agar masyarakat
terlindung dari penyalahgunaan pengambilan keputusan yang sembrono
oleh seorang yang bukan ahlinya. Itulah sebabnya dalam masyarakat
modern bidang profesi tidak lagi terbatas kepada 3 jenis profesi tersebut
diatas, tetapi hampir meliputi segala bidang pengabdian, termasuk
didalamnya bidang keguruan.
Kini profesi keguruan mendapat perhatian yang serius dari
pemerintah. Undang-Undang No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
diundangkan. Berdasrkan undang-undang tersebut, ditempuh serangkaian
langkah untuk meningkatkan derajat keprofesionalan guru. Apa
sebenarnya profesi keguruan itu ?

PROFESI KEGURUAN 1
1.2 Hakekat Profesi
1.2.1 Pengertian profesi
Secara estimologi, istilah profesi berasal dari bahasa Inggris yaitu
profession atau bahasa latin, profecus, yang artinya mengakui, adanya
pengakuan, menyatakan mampu, atau ahli dalam melakukan suatu
pekerjaan. Sedangkan secara terminologi, profesi berarti suatu pekerjaan
yang mempersyaratkan pendidikan tinggi bagi pelakunya yang ditekankan
pada pekerjaan mental; yaitu adanya persyaratan pengetahuan teoritis
sebagai instrumen untuk melakukan perbuatan praktis, bukan pekerjaan
manual (Danin, 2002). Jadi suatu profesi harus memiliki tiga pilar pokok,
yaitu pengetahuan, keahlian, dan persiapan akademik.
Profesi Keguruan, Kata Profesi dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia diartikan sebagai bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan
keahlian (ketrampilan, kejuruan, dsb) tertentu. Di dalam profesi dituntut
adanya keahlian dan etika khusus serta standar layanan. Pengertian ini
mengandung implikasi bahwa profesi hanya dapat dilakukan oleh orang-
orang secara khusus di persiapkan untuk itu. Dengan kata lain profesi
bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang karena tidak
memperoleh pekerjaan lain.
Profesi adalah suatu pekerjaan yang dalam melaksanakan tugasnya
memerlukan/menuntut keahlian (expertise), menggunakan teknik-teknik
ilmiah, serta dedikasi yang tinggi. Keahlian diperoleh dari lembaga
pendidikan yang khusus diperuntukkan untuk itu dengan kurikulum yang
dapat dipertanggungjawabkan.
Dengan demikian seorang profesional jelas harus memiliki profesi
tertentu yang diperoleh melalui sebuah proses pendidikan maupun
pelatihan yang khusus, dan disamping itu pula ada unsur semangat
pengabdian (panggilan profesi) didalam melaksanakan suatu kegiatan
kerja. Hal ini perlu ditekankan benar untuk mem bedakannya dengan kerja
biasa (occupation) yang semata bertujuan untuk mencari nafkah dan/ atau
kekayaan materiil-duniawi

PROFESI KEGURUAN 2
Dua pendekatan untuk mejelaskan pengertian profesi:
1. Pendekatan berdasarkan Definisi
Profesi merupakan kelompok lapangan kerja yang khusus
melaksanakan kegiatan yang memerlukan ketrampilan dan
keahlian tinggi guna memenuhi kebutuhan yang rumit dari
Manusia, di dalamnya pemakaian dengan cara yang benar akan
ketrampilan dan keahlian tinggi, hanya dapat dicapai dengan
dimilikinya penguasaan pengetahuan dengan ruang lingkup yang
luas, mencakup sifat manusia, kecenderungan sejarah dan
lingkungan hidupnya; serta adanya disiplin etika yang
dikembangkan dan diterapkan oleh kelompok anggota yang
menyandang profesi tersebut.
2. Pendekatan Berdasarkan Ciri
Definisi di atas secara tersirat mensyaratkan pengetahuan
formal menunjukkan adanya hubungan antara profesi dengan dunia
pendidikan tinggi. Lembaga pendidikan tinggi ini merupakan
lembaga yang mengembangkan dan meneruskan pengetahuan
profesional. Karena pandangan lain menganggap bahwa hingga
sekarang tidak ada definisi yang yang memuaskan tentang profesi
yang diperoleh dari buku maka digunakan pendekatan lain dengan
menggunakan ciri profesi.
Profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut
keahlian (expertise) dari para anggotanya (Djam Satori, 2003:1.2). Batasan
diatas mengandung arti bahwa jabatan atau pekerjaan yang disebut profesi
itu hanya dapat dilakukan oleh orang yang mempunyai keahlian. Pekerjaan
itu tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang, tetapi hanya dapat
dilakukan oleh orang yang dengan sengaja dipersiapkan untuk memangku
jabatan itu.
Pengertian PROFESI menurut para ahli:
a. Pengertian profesi menurut Osnstien dan Live 1984
Melayani masyarakat, merupakan karir yang dilakukan
sepanjang hayat. Melakukan bidang dan ilmu dan kerampilan

PROFESI KEGURUAN 3
tertentu. Memerlukan latihan khusus dalam jangka waktu yang
lama. Melakukan status social dan ekonomi yang tinggi.
b. Pengertian profesional menurut Sanusi et all (1991)
profesi adalah: Suatu jabatan yang memiliki fungsi dan
signifikan yang menentukan (erusial)
c. Menurut Ornstein dan Levine (1984)
profesi itu adalah jabatan yang sesuai dengan pengertian
profesi di bawah ini:
1. Melayani masyarakat merupakan karier yang akan
dilaksanakan sepanjang hayat.
2. Memerlukan bidang ilmu dan keterampilan tertentu diluar
jangkauan khalayak ramai.
3. Menggunakan hasil penelitin dan aplikasi dari teori ke
praktik.
4. Memerlukan pelatihan khusus dengan waktu yang panjang
5. Terkendali berdasarkan lisensi buku dan atau mempunyai
persyaratan yang masuk.
6. Otonomi dalam membuat keputusan tentang ruang lingkup
kerja tertentu
7. Menerima tanggung jawab terhadap keputusan yang
diambil dan unjuk kerja yang ditampilkan yang
gerhubungan denan layanan yang diberikan
8. Mempunyai komitmen terhadap jabatan dan klien
9. Menggunakan administrator untuk memudahkan
profesinya relatif bebas dari supervisi dalam jabatan
10. Mempunyai organisasi yang diatur oleh anggota profesi
sendiri
11. Mempunyai asosiasi profesi dan atau kelompok ‘elit’
untuk mengetahui dan mengakui keberhasilan anggotanya
12. Mempunyai kode etik untuk menjelaskan hal-hal yang
meragukan atau menyangsikan yang berhubungan dengan
layanan yang diberikan..

PROFESI KEGURUAN 4
13. Mempunyai kadar kepercayaan yang tinggi dari pablik dan
kpercayaan diri setiap anggotanya
14. Mempunyai status sosial dan ekonomi yang tinggi
Pengertian profesi menurut beberapa ahli diantaranya sebagai berikut
:
a. Secara leksikal, perkataan profaesi itu ternyata mengandung
berbagai makna dan pengertian. Pertama profesi itu
menunjukkan dan mengungkapkan suatu kepercayaan (to
profess means to trust), bahkan suatu keyakinan (to belief in)
atas suatu kebenaran (ajaran agama) atau kredibilitas seseorang
(Hornby,1962). Kedua, profesi itu dapat pula menunjukkan dan
mengungkapkan suatu pekerjaan atau urusan tertentu (a
particular business, Hornby, 1962).
b. Webster’s New World Dictionary menunjukkan bahwa profesi
merupakan suatu pekerjaan yang menuntut pendidikan tinggi
(kepada pengembannya) dalam liberal arts atau science, dan
biasanya meliputi pekerjaan mental dan bukan pekerjaan
manual, seperti mengajar , keinsinyuran, mengarang, dan
sebagainya; terutama kedokteran, hukum dan teknologi.
c. Good’s Dictionary of Education mengungkapkan bahwa profesi
merupakan suatu pekerjaan yang meminta persiapan specialisasi
yang relatif lama di perguruan tinggi (pada pengembannya)
dan diatur oleh suatu kode etika khusus.
d. Vollmer (1956) menjelaskan pendekatan kajian sosiologik,
mempersepsikan bahwa profesi itu sesungguhnya hanyalah
merupakan suatu jenis model atau tipe pekerjaan ideal saja,
karena dalam realitasnya bukanlah hal yang mudah untuk
mewujudkannya. Namun demikian, bukanlah merupakan hal
yang mustahil pula untuk mencapainya asalkan ada upaya yang
sungguh-sungguh kepada pencapaiannya. Proses usaha menuju
kearah terpenuhinya persyaratan suatu jenis model pekerjaan
ideal itulah yang dimaksudkan dengan profesionalisasi.

PROFESI KEGURUAN 5
Berdasarkan pernyataan Vollmer yang mengimplikasikan
bahwa pada dasarnya seluruh pekerjaan apapun memungkinkan
untuk berkembang menuju kepada suatu jenis model profesi
tertentu. Dengan mempergunakan perangkat persyaratannya
sebagai acuan, maka kita dapat menandai sejauh mana suatu
pekerjaan itu telah menunjukkan ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu
atau seseorang pengemban pekerjaan tersebut juga telah
memiliki dan menampilkan ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu pula
yang dapat dipertanggungjawabkan secara professional
(memadai persyaratan sebagai suatu profesi). Berdasarkan
indikator-indikator tersebut maka selanjutnya kita dapat
mempertimbangkan derajat profesionalitasnya (ukuran kadar
keprofesiannya). Jika konsepsi keprofesian itu telah menjadi
budaya, pandangan, paham, dan pedoman hidup seseorang atau
sekelompok orang utau masyarakan tertentu, maka hal itu dapat
mengandung makna telah tumbuh-kembang profesionalisme
dikalangan orang atau masyarakat yang bersangkutan. Suatu
profesi umumnya berkembang dari pekerjaan yang kemudian
berkembang makin matang.

1.2.2 Istilah profesi (Profesional, Profesionalisme, Profesionalitas,


Profesionalisasi)
Bersumber dari istilah profesi muncul istilah-istilah lain seperti
profesional,profesionalisme, profesionalitas dan profesionalisasi. Dalam
buku Kapita Selekta Kependidikan SD, Surya dkk,2000:4.5 – 4.9
memberikan penjelasan mengenai istilah-istilah tersebut diatas sebagai
berikut.
1. Profesional
Istilah Profesional mempunyai dua makna. Pertama
mengacu kepada sebutan tentang orang yang menyandang suatu
profesi. Kedua mengacu kepada sebutan tentang penampilan
seseorang dalam mewujudkan unjuk kerja sesuai dengan profesinya.

PROFESI KEGURUAN 6
Penyandangan dan penampilan profesional ini telah mendapat
pengakuan baik formal maupun informal. Pengakuan formal
diberikan oleh badan atau lembaga yang mempunyai kewenangan
untuk itu, yaitu pemerintah atau organisasi profesi. Sedang
pengakuan secara informal diberikan oleh masyarakat dan para
pengguna jasa suatu profesi.
Sebagai contoh, misalnya sebutan “guru profesional” adalah
guru yang telah mendapat pengakuan secara formal sesuai ketentuan
berlaku, baik dalam kaitan dengan jabatannya maupun dengan latar
belakang pendidikan formalnya. Pengakuan ini dinyatakan dalam
bentuk Surat Keputusan, Ijazah, Akta, Sertifikat dan sebagainya.
Dengan demikian guru SD yang telah mamiliki Diploma 2 dapat
dikatakan “guru profesional” karena telah memiliki pengakuan
formal, dalam hal ini berupa “Diploma II” dan “Akta II”. Sebutan
“guru profesional” juga dapat mengacu kepada pengakuan terhadap
penampilan seseorang guru dalam unjuk kerjanya dalam
melaksanakan tugas-tugasnya sebagai guru.
2. Profesionalisme
Profesionalisme adalah sebutan yang mengacu pada sikap
mental dalam bentuk komitmen dari para anggota suatu profesi untuk
senantiasa mewujudkan dan meningkatkan kualitas profesionalnya.
Pada dasarnya profesionalisme itu merupakan motivasi intrinsik pada
diri guru sebagai pendorong untuk mengembangkan dirinya ke arah
perwujudan profesional. Guru yang memiliki profesionalisme yang
tinggi akan menampakkan ciri-ciri sebagai berikut :
 Keinginan untuk selalu menampilkan perilaku yang
mendekati standar edial. Ia akan mengidentifikasi dirinya
kepada figur yang dipandang memiliki standar edial. Yang
dimaksud standar edial adalah suatu perangkat perilaku
yang dipandang paling sempurna dan dijadikan sebagai
rujukan.

PROFESI KEGURUAN 7
 Meningkatkan dan memelihara citra profesi, Ia
berkeinginan untuk selalu meningkatkan dan memelihara
citra profesi melalui perwujudan perilaku profesional. Citra
profesi adalah suatu gambaran terhadap profesi guru
berdasarkan pemikiran terhadap kinerjanya. Perwujudannya
dilakukan melalui berbagai macam cara,misalnya
penampilan,cara bicara,sikap hidup sehari-hari dan
sebagainya.
 Keinginan untuk senantiasa mengejar kesempatan
pengembangan profesional, Ia akan memanfaatkan berbagai
kesempatan untuk : Mengikuti berbagai kegiatan ilmiah,
seprti lokakarya, seminar, simposium dan
sebagainya, Mengikuti penataran atau pendidikan lanjutan,
Melakukan penelitian, membuat karya ilmiah dan
sebagainya.
 Mengejar kualitas dan cita-cita profesi, Ia akan berusaha
untuk selalu mencapai kualitas dan cita-cita sesuai dengan
program yang telah ditetapkan. Ia akan selalu aktif agar
seluruh kegiatan dan perilakunya menghasilkan kualitas
yang edial.
 Memiliki kebanggaan terhadap profesinya. Guru yang
memiliki profesionalisme tinggi akan merasa bangga
terhadap profesi yang dipegangnya. Ia menunjukkan rasa
percaya diri akan profesinya.
3. Profesionalitas
Profesionalitas adalah sebutan terhadap kualitas sikap para
anggota suatu profesi terhadap profesinya serta derajat
pengetahuan dan keahlian yang mereka miliki untuk dapat
melakukan tugas-tugasnya. Sebutan profesionalitas lebih
menggambarkan suatu “keadaan” derajad keprofesian seseorang
dilihat dari sikap, pengetahuan dan keahlian yang diperlukan untuk
melaksanakan tugasnya.

PROFESI KEGURUAN 8
4. Profesionalisasi
Profesionalisasi adalah suatu proses menuju kepada
perwujudan dan peningkatan profesi dalam mencapai suatu suatu
kriteria yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Dengan
profesionalisasi, para guru secara bertahap diharapkan akan
mencapai suatu derajad kriteria profesional sesuai dengan standar
yang telah ditetapkan. Pada dasarnya profesianalisasi merupakan
suatu proses pengembangan keprofesian yang sistematis dan
berkesinambungan melalui berbagai program pendidikan baik
pendidikan pra jabatan maupun pendidikan dalam jabatan .
Program ini dilakukan oleh pemerintah bersama-sama dengan
badan atau organisasi lain yang terkait. Beberapa program
profesionalisasi guru yang telah dan sedang berjalan antara lain
program pendidikan guru di LPTK untuk mendidik calon guru
yang profesional, program penyetaraan untuk membantu guru
mencapai derajat kualifikasi profesional sesuai dengan standar
yang berlaku, penataran dan pelatihan untuk meningkatkan
kualifikasi kemampuan guru.

1.2.3 Ciri-ciri profesi


Menurut Rachman Nata Widjaya dalam Djam dan Sutori
(2003:1.4) Pekerjaan yang disebut profesi memiliki ciri-ciri sbb:
1. Ada standar untuk kerja yang baku dan jelas.
2. Ada lembaga pendidikan khusus yang menghasilkan pel;akunya
dengan
3. program dan jenjang pendidikan yang baku serta bertanggung jawab
tentang pengembangan ilmu pengetahuan yang melandasi profesi itu.
4. Ada organisasi profesi yang mewadahi para pelakunya untuk
mempertahankan dan memperjuangkan eksistensi dan
kesejahteraannya.
5. Ada etika dan kode etik yang mengatur perilaku etik para pelakunya
dalam memperlakukan kliennya.

PROFESI KEGURUAN 9
6. Ada sistem imbalan terhadap jasa layanannya yang adil dan baku.
7. Ada pengakuan dari masyarakat (profesional, penguasa dan anam)
terhadap pekerjaan itu sebagai suatu profesi.
Somesi dalam Djam an Satori (2003 : 1.6) mengemukakan ciri-
ciri profesi secara lebih rinci sebagai berikut :
1. Suatu jabatan yang mempunyai fungsi dan signifikansi sosial.
2. Jabatan yang menuntut ketrampilan / keahlian tertentu.
3. Ketrampilan / keahlian yang dituntut jaabatan itu didapat melalui
pemecahan dengan menggunakan teori dan metode ilmiah.
4. Jabatan itu bersandarkan pada batang tubuh disiplin ilmu yang
jelas,sistematis dan eksplisit,yang bukan sekedar pendapat khalayak
umum.
5. Jabatan itu memerlukan pendidikan perguruan tinggi dengan waktu
yang cukup lama.
6. Proses pendidikan untuk jabatan itu juga merupakan aplikasi dan
sosialisasi nilai-nilai profesional itu sendiri.
7. Dalam memberikan layanan pada masyarakat anggota profesi itu
berpegang teguh pada kode etik yang dikontrol oleh organisasi
profesi.
8. Tiap anggota profesi mempunyai kebebasan dalam memberikan
jadgment terhadap permasalahan profesi yang dihadapi.
9. Dalam prakteknya melayani masyarakat,anggota profesi otonom dan
bebas dari campur tangan orang luar.
10. Jabatan itu mempunyai prestise yang tinggi dalam masyarakat.
11. oleh karenanya memperoleh imbalan yang tinggi pula.

Ciri-ciri profesi menurut D.Westby Gibson dalam Djam an Satori


dkk (2003;1.7) :
1. Pengakuan oleh masyarakat terhadap layanan tertentu yang hanya
dapat dilakukan oleh kelompok pekerja yang dikategorikan sebagai
suatu profesi.

PROFESI KEGURUAN 10
2. Dimilikinya sekumpulan bidang ilmu yang menjadi landasan
sejumlah tehnik dan prosedur yang unik.
3. Diperlukannya persiapan yang sengaja dan sistematis sebelum orang
mampu melaksanakan suatu pekerjaan profesional.
4. Dimiklinya mekanisme untuk menjaring, sehingga hanya untuk
mereka yang dianggap kompeten yang diperbolehkan bekerja untuk
lapangan pekerjaan tertentu.
5. Dimilikimya organisasi profesional, yang disamping melindungi
kepentingan anggotanya dari saingan kelompok luar, juga berfungsi
untuk meningkatkan kualitas layanan kepada masyarakat, termasuk
tindak etis profesional pada anggotanya.

Sutan Zanti Arbi dan Syahmiar Syahrun(1991/1992:133)juga


mengemukakan beberapa ciri pokok jabatan profesional sebagai berikut :
1. Pekerjaan itu dipersiapkan melalui proses pendidikan dan latihan
secara formal.
2. Pekerjaan itu mendapat pengakuan dari masyarakat.
3. Adanya pengawasan dari suatu organisasi profesi seperti IDI<
PGRI< dan PERSAHI.
4. Mempunyai kode etik sebagai landasan dalam melaksanakan tugas
dan tanggung jawab proses tersebut.

Sanusi et al. (1991), mengutarakan ciri-ciri utama suatu profesi itu


sebagai berikut:
1. Suatu jabatan yang memiliki fungsi dan signifikansi sosial yang
menentukan (crusial)
2. Jabatan yang menuntut keterampilan/keahlian tertentu
3. Keterampilan/keahlian yang dituntut jabatan itu didapat melalui
pemecahan masalah dengan menggunakan teori dan metode ilmiah
4. Jabatan itu berdasarkan pada batang tubuh disiplin ilmu yang jelas,
sistematik, eksplisit, yang bukan hanya sekedar pendapat khalayak
umum.

PROFESI KEGURUAN 11
5. Tabatan itu memerlukan pendidikan tinkat perguruan tinggi dengan
waktu yan cukup lama.
6. Proses pendidikan ukntuk jabata itu juga merupakan aplikasi dan
sosialisasi nilai-nilai profesiaonal itu sendiri.
7. Dalam memberikan layanan kepada masyarakat, anggota profesi itu
berpeang teguh pada kode etik yang dikontrol oleh organisasi
profesi.
8. Tiap anggota profesi mempunyai kebebasandalam memberikan
judgement terhadap permasalah profesi yang dihadapinya.
9. Dalam prakteknya melayani masyarakat, anggota profesia otonom
dan bebas dari campur tangan oran lain.
10. Jabatan ini mempunyai prestise yang tinggi dalam masyarakat, dan
oleh karenanya memperoleh mbalan yang tinggi pula.

1.2.4 Syarat-syarat Profesi


Berdasarkan pengertian dan cirri-ciri profesi yang telah disebutkan
di atas, maka dapat ditarik beberapa hal yang menjadi syarat-syarat Profesi
seperti;
a. Standar unjuk kerja.
b. Lembaga pendidikan khusus untuk menghasilkan pelaku profesi
tersebut dengan standar kualitas.
c. Akademik yang bertanggung jawab.
d. Organisasi profesi.
e. Etika dan kode etik profesi.
f. Sistem imbalan.
g. Pengakuan masyarakat.

1.3 Hakekat Profesi Keguruan


1.3.1 Pengertian profesi keguruan
Guru adalah sebuah profesi, sebagaimana profesi lainnya merujuk
pada pekerjaan atau jabatan yang menuntut keahlian, tanggung jawab, dan
kesetiaan. Suatu profesi tidak bisa di lakukan oleh sembarang orang yang

PROFESI KEGURUAN 12
tidak dilatih atau dipersiapkan untuk itu. Suatu profesi umumnya
berkembang dari pekerjaan (vocational), yang kemudian berkembang
makin matang serta ditunjang oleh tiga hal: keahlian, komitmen, dan
keterampilan, yang membentuk sebuah segitiga sama sisi yang di
tengahnya terletak profesionalisme.
Senada dengan itu, secara implisit, dalam Undang-Undang Nomor
20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan, bahwa
guru adalah : tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan
melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran,
melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan
tinggi (pasal 39 ayat 1).
Menurut Dedi Supriadi (1999), profesi kependidikan dan/atau
keguruan dapat disebut sebagai profesi yang sedang tumbuh (emerging
profession) yang tingkat kematangannya belum sampai pada apa yang
telah dicapai oleh profesi-profesi tua (old profession) seperti: kedokteran,
hukum, notaris, farmakologi, dan arsitektur. Selama ini, di Indonesia,
seorang sarjana pendidikan atau sarjana lainnya yang bertugas di institusi
pendidikan dapat mengajar mata pelajaran apa saja, sesuai kebutuhan/
kekosongan/ kekurangan guru mata pelajaran di sekolah itu, cukup dengan
“surat tugas” dari kepala sekolah.
Pada dasarnya profesi guru adalah profesi yang sedang tumbuh.
Walaupun ada yang berpendapat bahwa guru adalah jabatan
semiprofesional, namun sebenarnya lebih dari itu. Hal ini dimungkinkan
karena jabatan guru hanya dapat diperoleh pada lembaga pendidikan yang
lulusannya menyiapkan tenaga guru, adanya organisasi profesi, kode etik
dan ada aturan tentang jabatan fungsional guru (SK Menpan No. 26/1989).
Usaha profesionalisasi merupakan hal yang tidak perlu ditawar-
tawar lagi karena uniknya profesi guru. Profesi guru harus memiliki
berbagai kompetensi seperti kompetensi profesional, personal dan sosial.
Jabatan guru dilatarbelakangi oleh adanya kebutuhan tenaga guru.
Kebutuhan ini meningkat dengan adanya lembaga pendidikan yang

PROFESI KEGURUAN 13
menghasilkan calon guru untuk menghasilkan guru yang profesional. Pada
masa sekarang ini LPTK menjadi satu-satunya lembaga yang
menghasilkan guru. Walaupun jabatan profesi guru belum dikatakan
penuh, namun kondisi ini semakin membaik dengan peningkatan
penghasilan guru, pengakuan profesi guru, organisasi profesi yang
semakin baik, dan lembaga pendidikan yang menghasilkan tenaga guru
sehingga ada sertifikasi guru melalui Akta Mengajar. Organisasi profesi
berfungsi untuk menyatukan gerak langkah anggota profesi dan untuk
meningkatkan profesionalitas para anggotanya. Setelah PGRI yang
menjadi satu-satunya organisasi profesi guru di Indonesia, kemudian
berkembang pula organisasi guru sejenis (MGMP).
PGRI telah merealisasikan pengertian profesi keguruan untuk
pendidikan di Indonesia sebagai berikut :
1. Profesi keguruan adalah suatu bidang pengabdian / dedikasi
kepada kepentingan anak didik dalam perkembangannya
menuju kesempurnaan manusiawi.
2. Para anggota profesi keguruan, terikat oleh pola sikap dan
perilaku guru yang di rumuskan dalam kode etik guru
Indonesia.
3. Para anggota profesi keguruan, dituntut untuk menyelesaikan
suatu proses pendidikan persiapan jabatan yang relatif
panjang.
4. Para anggota profesi keguruan terpanggil untuk senantiasa
menyegarkan serta menambah pengetahuan (dalam arti khusus
dan dalam arti kedalaman ilmu pengetahuan umum dan
pengetahuan khusus profesi keguruan).
5. Untuk dapat melaksanakan profesi keguruan dengan baik, para
anggota harus memiliki kecakapan / ketrampilan teknis yang
mampu menyentuh nilai – nilai kemanusiaan yang mendasar.
6. Para anggota profesi keguruan perlu memiliki sikap bahwa
jaminan tentang hak-hak profesional harus seimbang dan
merupakan imbalan dari profesi profesionalnya. Para anggota

PROFESI KEGURUAN 14
profesi keguruan sepantasnya berserikat secara profesional.
(Maman Achdiat)

1.3.2 Jabatan profesi keguruan


a. Jabatan yang melibatkan kegiatan intelektual.
Bahwa jabatan guru melibatkan kegiatan intelektual, tidak
perlu diragukan lagi. Silahkan anda mengamati hasil-hasil
pembelajaran. Anak yang baru masuk SD, belum bisa baca tulis,
belum dapat hitung menghitung dan sebagainya. Setelah diproses
melalui pembelajaran, anak tersebut menjadi terampil baca tulis,
terampil hitung menghitung. Perubahan dari tidak bisa membaca
menjadi terampil membaca, dari tidak dapat hitung menghitung
menjadi terampil hitung menghitung, melibatkan kegiatan
intelektual. Bahkan dapat dikatakan bahwa kegiatan pembelajaran
itu didominasi oleh kegiatan intelektual.
b. Jabatan yang menggeluti batang tubuh ilmu yang khusus.
Kita mengenal guru TK, guru SD, guru SLB A, guru SLB B
dan sebagainya. Guru-guru itu dalam pendidikannya menggeluti
ilmu-ilmu khusus. Guru SLB A misalnya, menggeluti bidang
khusus ketunanetraan. Guru SLB B menggeluti bidang khusus
ketunarunguan dan kebisuan dan sebagainya. Kenyataan tersebut
merupakan bukti bahwa jabatan guru memiliki ilmu-ilmu khusus.
c. Jabatan yang memerlukan persiapan latihan yang lama
Jabatan profesional yang bersifat profesional penuh seperti
profesi dokter memerlukan prosese pendidikan dan pelatihan yang
lama. Makin tinggi tuntutan pendidikan yang harus dipenuhi,
makin tinggi derajat keprofesionalan yang dimiliki. Bagaimana
dengan jabatan guru ? Jabatan guru adalah jabatan yang sedang dan
terus berkembang. Dulu untuk menjadi guru SD dipersyaratkan
minimal berijazah SPG/SGO, kemudian berkembang menjadi D II
PGSD dan sekarang minimal berijazah SI PGSD. Tidaklah

PROFESI KEGURUAN 15
mustahil disuatu saat kelak, untuk menjadi guru SD dipersyaratkan
minimal berpendidikan formal S III.
Memperhatikan proses penyiapan jabatan guru seperti
diatas, maka jabatan guru jelas memenuhi ciri yang dimaksud.
Meskipun dalam kenyataan di masyarakat, ada guru yang
pendidikan keguruannya hanya beberapa bulan, bahkan ada guru
yang diangkat dengan latar belakang pendidikan formal non guru.
Kejadian kejadian itu hanyalah tindakan “tanggap darurat” semata,
tidal lebih dari itu.
d. Jabatan yang memerlukan latihan dalan jabatan yang
berkesinambungan.
Anda sekarang ini mengikuti program S I PGSD sistem
ODL (Open And Distance Learning ). Sebelumnya pendidikan
anda adalah D II PGSD dan sudah berkedudukan sebagai guru. Di
sekolah tentunya anda juga mengikuti kegiatan-kegiatan seperti
KKG,PKG, KKPS atau kegiatan ilmiah lainnya. Itu semua menjadi
bukti bahwa jabatan guru memenuhi ciri yang ke empat, yaitu
melakukan latihan dalam jabatan berkesinambungan.
e. Jabatan yang menjanjikan karir hidup dan keanggotaan yang
permanen.
Jabatan guru dikatakan memenuhi ciri itu jika guru dapat
hidup layak dari jabatannya itu, tanpa harus melakukan pekerjaan
lain guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Jabatan guru di
Indonesia sepertinya belum dapat memenuhi ciri ini, karena banyak
guru yang terpaksa kerja sampingan menjadi petani, peternak,
pedagang, sopir, tukang ojek dan sebagainya. Ada guru yang
berkehidupan dengan gali lubang tutup lubang, bahkan ada guru
yang saat gajian menerima O (nol) rupiah, karena gajinya sudah
habis dipotong oleh bank ini, bank itu, koperasi ini, koperasi itu.
Penghasilan guru yang rendah, diduga menjadi salah satu penyebab
mengapa LPTK mengalami kesulitan untuk mendapatkan bahan
baku ( calon mahasiswa ) yang berkualitan.

PROFESI KEGURUAN 16
f. Jabatan yang menentukan baku (standarnya ) sendiri.
Ciri ini belum dapat dipenuhi secara baik oleh jabatan
guru di Indonesia. Standar jabatan guru masih banyak ditentukan
oleh pemerintah, bukan oleh para anggota profesi sendiri..
Misalnya standar minimal pendidikan formal guru SD adalah
jenjang SI PGSD, datang dari pihak pemerintah.
g. Jabatan yang mementingkan layanan diatas keuntungan pribadi.
Jabatan guru sudah terkenal luas sebagai jabatan yang
anggotanya terdorong oleh keinginan untuk membantu orang lain
dan bukan disebabkan oleh keuntungan ekonomi semata. Banyak
guru yang memberikan les (pembelajaran di luar jadwal) tanpa
memungut biaya dari murid-muridnya. Ia sudah merasa puas dan
bangga dapat memberikan jasanya itu pada orang lain. Itulah
sebabnya dalam lagu Himne Guru ada syair yang berbunyi “
Pahlawan tanpa tanda jasa”. Seandainya setiap jasa guru itu
diwakili dengan sebuah tanda jasa akan penuh sesak tanda jasa.
Sekarang anda pikirkan apakah jabatan guru di Indonesia
memenuhi ciri yang ketujuh.
h. Jabatan yang mempunyai organisasi profesional yang kuat dan
terjalin erat.
Jabatan guru di Indonesia sudah memiliki wadah Yaitu PGRI
(Persatuan Guru Republik Indonesia). Setiap guru otomatis
menjadi anggotanya. Namun demikian organisasi profesi ini belum
dapat memberikan pelayanan yang baik kepada anggotanya,
sehingga ada guru yang merasa tidak mendapat manfaat dari
organisasi ini. Kinerja organisasi ini perlu dipertanyakan karena
banyak anggotanya yang melakukan penyimpangan (mal-praktek),
misalnya guru tanggal satu tidak diberikan sangsi yang tegas.

1.3.3 Layanan profesi keguruan


Jabatan guru bergerak dibidang layanan kepada masyarakat
melalui kegiatan pendidikan. Layanan itu meliputi layanan pembelajaran,

PROFESI KEGURUAN 17
bimbingan , administrasi, Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dan ekstra
kurikuler.
1. Layanan Pembelajaran.
Dari 5 layanan yang telah disebutkan diatas, layanan
pembelajaran yang paling dominan. Kegiatannya berupa
membelajarkan peserta didik agar peserta didik itu menguasai
sejumlah kompetensi yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Untuk
dapat memberikan layanan itu dengan baik, guru perlu menguasai
sejumlah kompetensi yang akan dibahas pada unit lain.

2. Layanan Bimbingan.
Di SMP dan SMTA layanan ini dilaksanakan oleh guru
khusus yang biasa disebut guru G.C, guru BK atau konselor. Untuk
SD layanan ini dipegang oleh guru kelas. Layanan ini berupa
bantuan kepada peserta didik yang mengalami kesulitan dalam
pembelajaran, kesulitan sosial, pribadi dll.
3. Layanan Administrasi
Di SD, layanan ini diberikan oleh kepala sekolah, guru
kelas/guru bidang studi dan petugas perpustakaan. Kepala sekolah
melayani penerimaan siswa baru,ketatalaksanaan, mutasi murid dan
sebagainya. Guru kelas melayani penyusunan program,pembuatan
daftar hadir, daftar nilai, pengisian buku raport dan lain-lain.
Petugas perpustakaan melayani peminjaman dan pengembalian
sumber-sumber belajar.
4. Layanan Kesehatan Sekolah.
Layanan ini meliputi pendidikan kesehatan, pelayanan
kesehatan dan pembinaan lingkungan sekolah.
 Layanan Pendidikan Kesehatan.
Kegiatan layanan ini antara lain berupa : pembuatan
kliping, kesehatan dan lingkungan hidup, pembinaan wadah
warung sekolah, pramuka, palang merah remaja dan

PROFESI KEGURUAN 18
kegiatan-kegiatan lain seperti lomba sekolah kelas sehat,
lomba kesehatan siswa dll.
 Layanan Kesehatan.
Kegiatannya antara lain berupa : senam kesegaran
jasmani, kontrol kesehatan secara rutin bagi siswa,
pengobatan ringan,P3K (Pertolongan Pertama Pada
Kecelakaan) dll.
 Layanan Pembinaan Lingkungan Sehat.
Kegiatannya berupa : Pengembangan Ruang UKS ( Usaha
Kesehata Sekolah), pembinaan kantin sekolah, pengadaan air
bersih, penyediaan tempat pembuangan air, sanitasi, kamar
kecil dan WC, pagar sekolah dll.
 Layanan Ekstra Kurikuler.
Bentuk layanan ini berupa kegiatan olah raga, kesenian,
pengembangan bakat dan minat. Semua layanan diatas
mengarah pada tercapainya perkembangan siswa yang
optimal, yaitu perkembangan yang sesuai dengan potensi
yang dimiliki peserta didik.

1.3.4 Syarat-syarat profesi keguruan


Guru Indonesia menyadari bahwa pendidikan adalah bidang
pengabdian terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Bangsa dan Negara serta
kemanusiaan pada umumnya. Guru Indonesia yang berjiwa pancasila dan
setia pada Undang-Undang Dasar 1945, turut bertanggung jawab atas
terwujudnya cita-cita Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.
Mengingat tugas dan tanggung jawab guru yang begitu kompleksnya,
maka profesi guru memerlukan persyaratan khusus yaitu:
a. Jabatan yang memerlukan persiapan profesional yang lama
(dibandingkan dengan pekerjaan yang memerlukan latihan umum
belaka)
Anggota kelompok guru dan yang berwenang di departemen
pendidikan dan kebudayaan berpendapat bahwa persiapan profesional

PROFESI KEGURUAN 19
yang cukup lama amat perlu untuk mendidik guru yang berwenang.
Konsep ini menjelaskan keharusan memenuhi kurikulum perguruan
tinggi, yang terdiri dari pendidikan umum, profesional dan khusus
sekurang-kurangnya empat tahun bagi guru pemula (S1 di Keguruan)
atau pendidikan persiapan profesional di LPTK paling kurang selama
setahun setelah mendapat gelar akademik S1 di perguruan tinggi non–
Keguruan. Namun, sampai sekarang di Indonesia ternyata masih
banyak guru yang lama pendidikan mereka sangat singkat, malahan
masih ada yang hanya seminggu, sehingga tentu saja kualitasnya
masih sangat jauh untuk dapat memenuhi persyaratan yang kita
harapkan.

b. Jabatan yang mementingkan layanan di atas keuntungan pribadi


Jabatan mengajar adalah jabatan yang mempunyai nilai sosial
yang tinggi, tidak perlu diragukan lagi. Guru yang baik akan sangat
berperan dalam mempengaruhi kehidupan yang lebih baik dari warga
negara masa depan. Jabatan guru telah terkenal secara universal
sebagai suatu jabatan yang anggotanya termotivasi oleh keinginan
untuk membantu orang lain, bukan disebabkan oleh keuntungan
ekonomi atau keuangan. Kebanyakan guru memilih jabatan ini
berdasarkan apa yang dianggap baik oleh mereka yakni mendapatkan
kepuasan rohaniah ketimbang kepuasan ekonomi atau lahiriah.
Namun, ini tidak berarti bahwa guru harus dibayar lebih rendah tetapi
juga jangan mengharapkan akan cepat kaya bila memilih jabatan
guru.
c. Jabatan yang Melibatkan Kegiatan Intelektual
Mengajar melibatkan upaya-upaya yang sifatnya sangat didominasi
kegiatan intelektual. Lebih lanjut dapat diamati, bahwa kegiatan
persiapan dari semua kegiatan profesional lainnya. Oleh sebab itu,
mengajar seringkali disebut sebagai ibu dari segala profesi
d. Jabatan yang menentukan baku (standarnya) sendiri.
e. Jabatan yang menggeluti suatu batang tubuh ilmu yang khusus.

PROFESI KEGURUAN 20
f. Jabatan yang menjanjikan karier hidup dan keanggotaan yang
permanen.
g. Jabatan yang memerlukan latihan dalam jabatan yang
berkesinambungan.
h. Jabatan yang mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin
erat.
Adapun syarat-syarat Profesi Keguruan adalah sebagai berikut;
 Jabatan yang melibatkan kegiatan intelektual.
 Jabatan yang menggeluti suatu batang tubuh ilmu yang khusus.
 Jabatan yang memerlukan persiapan profesional yang lama
(dibandingkan dengan pekerjaan yang memerlukan latihan umum
belaka).
 Jabatan yang memerlukan latihan dalam jabatan yang
berkesinambungan.
 Jabatan yang menjanjikan karier hidup dan keanggotaan yang
permanen.
 Jabatan yang menentukan baku (standarnya) sendiri.
 Jabatan yang lebih mementingkan layanan di atas keuntungan pribadi.
 Jabatan yang mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin
erat.
Kesadaran umum akan besarnya tanggung jawab seorang guru serta
berbagai pandangan masyarakat terhadap peranannya telah mendorong para
tokoh dan ahli pendidikan untuk merumuskan ruang lingkup tugas,
tanggung jawab dan kualifikasi yang seharusnya dipenuhi oleh guru,
sebagai pengajar guru mempunyai tugas menyelenggarakan proses belajar-
mengajar tugas yang mengisi porsi terbesar dari profesi keguruan ini pada
garis besarnya meliputi minimal empat pokok, yaitu :
1. menguasai bahan pengajaran
2. merencanakan program belajar-mengajar
3. melaksanakan, memimpin dan mengelola proses belajar-mengajar serta,
4. menilai dan mengevaluasi kegiatan belajar-mengajar

PROFESI KEGURUAN 21
Tabel: Perbandingan dua pandangan tentang syarat pekerjaan disebut
sebagai profesi
No. Sambas Suryadi (Westby Dedi Supriadi
Gybon, 1965)
1. Adanya pengakuan oleh Mempunyai fungsi dan signifikansi
masyarakat dan pemerintah sosial karena diperlukan oleh
masyarakat
2. Memerlukan bidang ilmu Menuntuk adanya keterampilan atau
pengetahuan sebagai keahlian
landasan teknik dan prosedur
kerja yang unik dan berbeda
dengan bidang pekerjaan
lain
3. Memerlukan persiapan yang Untuk memperoleh keterampilan
sengaja dan sistematis untuk dan keahlian tersebut didukung oleh
mengerjakan pekerjaan disiplin ilmu tertentu
tersebut
4. Memiliki mekanisme untuk Memiliki kode etik yang menjadi
melakukan seleksi secara pedoman bagi para anggotanya
efektif dan kompetitif. untuk melaksanakan tugas
profesionalnya.
5. Mempunyai organisasi Sebagai konsekuensi dari proses
profesi untuk melindungi layanan profesional yang diberikan
kepentingan anggotanya kepada masyarakat, mereka yang
bertugas dalam bidang pekerjaan
tersebut berhak memperoleh
imbalan finansial dengan sistem
penggajian yang memadai.
Sumber: Suparlan, Guru Sebagai Profesi, 2006: 70 – 71.

PROFESI KEGURUAN 22
Berdasarkan dua pandangan tersebut, dapat diambil beberapa kesimpulan,
yaitu :
 Guru merupakan jenis pekerjaan yang memiliki fungsi dan signifikansi
dengan kebutuhan masyarakat. Dalam hal ini, bahkan masyarakat dan
pemerintah (presiden) telah memberikan pengakuan secara formal
bahwa bahwa guru sebagai profesi.
 Guru memang harus memiliki kemampuan ilmu pengetahuan,
keterampilan, dan keahlian yang diperoleh melalui proses pendidikan
dan pelatihan dari institusi pendidikan yang telah terakreditasi. Oleh
karena itu, maka guru harus mempunyai kualifikasi akademis dan
kompetensi yang memadai.
 Guru memiliki organisasi profesi dan kode etik profesi yang harus
dipedomani dalam pelaksanaan tugas-tugas profesionalnya.
 Untuk mendukung kelancaran dan keberhasilan pelaksanaan tugasnya
dengan baik, maka guru atau pendidik berhak untuk memperoleh
kesejahteraan yang memadai

1.4 Karakteristik Guru yang Profesional


Jabatan guru merupakan jabatan Profesional, dan sebagai jabatan
profesional, pemegangnya harus memenuhi kualifikasi tertentu. Kriteria
jabatan profesional antara lain bahwa jabatan itu melibatkan kegiatan
intelektual, mempunyai batang tubuh ilmu yang khusus, memerlukan
persiapan lama untuk memangkunya, memerlukan latihan dalam jabatan
yang berkesinambungan, merupakan karier hidup dan keanggotaan yang
permanen, menentukan baku perilakunya, mementingkan layanan,
mempunyai organisasi profesional, dan mempunyai kode etik yang di
taati oleh anggotanya.
Jabatan guru belum dapat memenuhi secara maksimal persyaratan
itu, namun perkembangannya di tanah air menunjukkan arah untuk
terpenuhinya persyaratan tersebut. Usaha untuk ini sangat tergantung
kepada niat, perilaku dan komitmen dari guru sendiri dan organisasi yang
berhubungan dengan itu, selain juga, oleh kebijaksanaan pemerintah.

PROFESI KEGURUAN 23
Masalah guru senantiasa mendapat perhatian, baik oleh pemerintah
maupun oleh pada masyarakat ada umumnya dan oleh ahli pendidikan
khususnya. Pemerintah memandang bahwa guru merupakan media yang
sangat penting, artinya dalam kerangka pembinaan dan pengembangan
bangsa. oleh karena itu, dibutuhkan guru yang mempunyai karakteristi
yang professional, supaya nantinya tugas guru dapat tercapai secara
mamksimal sesuai dengan fungsi dan tujuan pendidikan.
Adapun karakteristik guru professional yang harus dimiliki oleh
setiap guru sedikitnya ada lima karakteristik dan kemampuan professional
guru yang harus dikembangkan, yaitu:
i. Menguasai kurikulum
j. Menguasai materi semua mata pelajaran
k. Terampil menggunakan multi metode pembelajaran
l. Memiliki komitmen yang tinggi terhadap tugasnya
m. Memiliki kedisiplinan dalam arti yang seluas-luasnya
Selain karakteristik di atas, terdapat beberapa karakteristik lain
yang juga harus dimiliki oleh setiap guru yang profesional antara lain yaitu
sebagai berikut:
a. Fisik
 Sehat jasmani dan rohani
 Tidak mempunyai cacat tubuh yang bisa menimbulkan ejekan
atau cemoohan atau rasa kasihan dari anak didik.
b. Mental atau keperibadian
 Berkepribadian atau berjiwa pancasila.
 Mampu menghayati GBHN.
 Mencintai bangsa dan sesama manusia dan rasa kasih sayang
kepada anak didik.
 Berbudi pekerti yang luhur.
 Berjiwa kreatif, dapat memanfaatkan rasa pendidikan yang ada
secara maksimal.
 Mampu menyuburkan sikap demokrasi dan penuh tanggung
rasa.

PROFESI KEGURUAN 24
 Mampu mengembangkan kreativitas dan tanggung jawab yang
besar akan tugasnya.
 Mampu mengembangkan kecerdasan yang tinggi.
 Bersifat terbuka, peka, dan inovatif.
 Menunjukkan rasa cinta kepada profesinya.
 Ketaatannya akan disiplin.
 Memiliki sense of humor
c. Keilmiahan atau pengetahuan
 Memahami ilmu yang dapat melandasi pembentukan pribadi.
 Memahami ilmu pendidikan dan keguruan dan mampu
menerapkannya dalam tugasnya sebagai pendidik.
 Memahami, menguasai, serta mencintai ilmu pengetahuan yang
akan diajarkan.
 Memiliki pengetahuan yang cukup tentang bidang-bidang yang
lain.
 Senang membaca buku-buku ilmiah.
 Mampu memecahkan persoalan secara sistematis, terutama
yang berhubungan dengan bidang studi.
 Memahami prinsip-prinsip kegiatan belajar mengajar.
d. Keterampilan
 Mampu berperan sebagai organisator proses belajar mengajar.
 Mampu menyusun bahan belajar atas dasar pendekatan
struktural, interdisipliner, fungsional, behavior, dan teknologi.
 Mampu menyusun garis besar program pengajaran ( GBPP ).
 Mampu memecahkan dan melaksanakan teknik-teknik
mengajar yang baik dalam mencapai tujuan pendidikan.
 Mampu merencanakan dan melaksanakan evaluasi pendidikan.
 Memahami dan mampu melaksanakan kegiatan dan pendidikan
luar sekolah.

PROFESI KEGURUAN 25
1.5 Penilaian terhadap Profesi Guru
Kalau kita ikuti perkembangan Profesi Keguruan Indonesia, jelas
bahwa pada mulanya guru-guru Indonesia diangkat dari orang-orang yang
tidak berpendidikan khusus untuk memangku jabatan guru. Seiring
perjalanan waktu, guru-guru yang pada awalnya diangkat dari orang-orang
yang tidak dididik secara khusus menjadi guru, secara berangsur-angsur
dilengkapi dengan guru-guru yang lulus dari sekolah guru.
Pada mulanya guru diangkat dari orang-orang yang tidak memiliki
pendidikan khusus yang ditambah dengan orang-orang yang lulus dari
Sekolah Guru (Kweekschool) yang pertama kali didirikan di Solo tahun
1852, karena mendesaknya keperluan guru maka Pemerintah Hindia
Belanda mengangkat lima macam guru yaitu:
a. Guru lulusan sekolah guru yang dianggap sebagai guru yang
berwenang penuh.
b. Guru yang bukan sekolah guru, tetapi lulus ujian yang diadakan untuk
menjadi guru.
c. Guru bantu. Yakni yang lulus ujian guru bantu.
d. Guru yang dimagangkan kepada seorang guru senior, yang
merupakan calon guru.
e. Guru yang diangkat karena keadaan yang sangat mendesak yang
berasal dari warga yang perna mengecap pendidikan.
Dalam sejarah pendidikan guru Indonesia, guru pernah mempunyai
status yang sangat tinggi di masyarakat, mempunyai wibawah yang sangat
tinggi, dan dianggap sebagai orang yang serba tahu. Peranan guru saat itu tidak
hanya mendidik anak di depan kelas, mendidik masyarakat, tempat masyarakat
untuk bertanya, baik untuk memecahkan masalah pribadi maupun sosial.
Namun, wibawa guru mulai memudar sejalan dengan kamajuan zaman,
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan keperluan guru yang
meningkat tentang imbalan atau balas jasa.
Dalam era teknologi yang maju sekarang, guru bukan lagi satu-satunya
tempat bertanya bagi masyarakat. Pendidikan masyarakat mungkin lebih tinggi
dari guru dan kewibawaan guru berkurang antara lain karena status guru

PROFESI KEGURUAN 26
dianggap kalah gengsi dari jabatan lainnya yang mempunyai pendapatan yang
lebih baik.
Guru sangat mungkin dalam menjalankan profesinya bertentangan
dengan hati nuraninya, karena ia paham bagaimana harus menjalankan
profesinya namun karena tidak sesuai dengan kehendak pemberi petunjuk atau
komando maka cara-cara para guru tidak dapat diwujudkan dalam tindakan
nyata. Guru selalu diinterpensi. Tidak adanya kemandirian atau otonomi itulah
yang mematikan profesi guru dari sebagai pendidik menjadi pemberi instruksi
atau penatar. Bahkan sebagai penatarpun guru tidak memiliki otonomi sama
sekali. Selain itu, ruang gerak guru selalu dikontrol melalui keharusan
membuat satuan pelajaran (SP). Padahal, seorang guru yang telah memiliki
pengalaman mengajar di atas lima tahun sebetulnya telah menemukan pola
belajarnya sendiri. Dengan dituntutnya guru setiap kali mengajar membuat SP
maka waktu dan energi guru banyak terbuang. Waktu dan energi yang terbuang
ini dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan dirinya.
Selain faktor di atas faktor lain yang menyebabkan rendahnya
profesionalisme guru disebabkan oleh antara lain:
 Masih banyak guru yang tidak menekuni profesinya secara utuh.
Hal ini disebabkan oleh banyak guru yang bekerja di luar jam
kerjanya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari sehingga
waktu untuk membaca dan menulis untuk meningkatkan diri
tidak ada;
 Belum adanya standar profesional guru sebagaimana tuntutan di
negara-negara maju;
 Kemungkinan disebabkan oleh adanya perguruan tinggi swasta
sebagai pencetak guru yang lulusannya asal jadi tanpa
mempehitungkan outputnya kelak di lapangan sehingga
menyebabkan banyak guru yang tidak patuh terhadap etika
profesi keguruan;
 kurangnya motivasi guru dalam meningkatkan kualitas diri
karena guru tidak dituntut untuk meneliti sebagaimana yang
diberlakukan pada dosen di perguruan tinggi.

PROFESI KEGURUAN 27
Akadum (1999) juga mengemukakan bahwa ada lima penyebab
rendahnya profesionalisme guru:
 Masih banyak guru yang tidak menekuni profesinya secara total,
 Rentan dan rendahnya kepatuhan guru terhadap norma dan etika
profesi keguruan,
 Pengakuan terhadap ilmu pendidikan dan keguruan masih
setengah hati dari pengambilan kebijakan dan pihak-pihak
terlibat. Hal ini terbukti dari masih belum mantapnya
kelembagaan pencetak tenaga keguruan dan kependidikan,
 Masih belum smooth-nya perbedaan pendapat tentang proporsi
materi ajar yang diberikan kepada calon guru,
 Masih belum berfungsi PGRI sebagai organisasi profesi yang
berupaya secara makssimal meningkatkan profesionalisme
anggotanya. Kecenderungan PGRI bersifat politis memang tidak
bisa disalahkan, terutama untuk menjadi pressure group agar
dapat meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Namun
demikian di masa mendatang PGRI sepantasnya mulai
mengupayakan profesionalisme para anggo-tanya. Dengan
melihat adanya faktor-fak tor yang menyebabkan rendahnya
profesionalisme guru, pemerintah berupaya untuk mencari
alternatif untuk meningkatkan profesi guru.

1.6 Kode Etik Profesi Guru


a. Pengertian Kode Etik
 Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang
pokok-pokok kepegawaian, pasal 28 Undang-Undang ini
dengan jelas menyatakan bahwa “ Pegawai Negeri Sipil
mempunyai kode etik sebagai pedoman sikap, tingkah laku
dan perbuatan didalam dan diluar kedinasan.”
 Dalam pidato pembukaan Kongres PGRI XIII,Basumi
sebagai ketua umum PGRI menyatakan bahwa kode atik guru
indonesia merupakan landasan moral dan pedoman tingkah

PROFESI KEGURUAN 28
laku guru warga PGRI dalam melaksanakan panggalilan
pengabdiannya bekerja sebagai guru (PGRI, 1973). Dari
pendapat ketua umum PGRI ini dapat ditarik kesimpulan
bahwa dalam kode etik guru indonesia terdapat dua unsur
pokok yakni:
 Sebagai landasan moral
 Sebagai pedona tingkah laku.
Dari uraian diatas terlihat bahwa kode atik profesi adalah
norma-norma yang harus diindahkan oleh onggota profesi didalam
melaksanakan tugas profesinya dan dalam hidupnya di masyarakat.
b. Tujuan Kode Etik
Menurut R. Hermawan S (1979) secara umum tujuan kode etik
adalah sebagai berikut:
 Untuk menjunjung tinggi martabat profesi
 Untuk menjaga dam memelihara kesejahteraan para
anggotanya
 Untuk meningkatkan penabdian para anggota profesi
 Untuk meningkatkan mutu profesi
 Untuk meningkatkan mutu oranisasi profesi.
c. Penetapan Kode Etik
Kode etik hanya dapat ditetapkan oleh suatu organisasi
profesi yang berlaku dan memikat para anggotanya. Penetapan
kode etik lasim ditetapkan pada suatu kongres organisasi profesi.
Dengan demikian, penetapan kode etik tidak dapat dilakukan oleh
orang secara perorangan, melainkan harus dilakukan oleh orang-
orang yang diutus untuk dan atas nama anggota profesi daro
organisasi tersebut.
d. Sanksi Pelanggaran Kode Etik
Sering juga kita jumpai, bahwa ada kalanya negara
memcampuri urusan profesi, sehingga hal-hal yag semula hanya
merupaka kode etik dari suatu profesi tertentu dapat meningkat
menjuadi perturan hukum atau undang-undang. Apabila hanya

PROFESI KEGURUAN 29
demikian, maka aturan yang mulanya seagai sebagai landasan
moral dan pedoman tingkah laku meninkat menjadi aturan yang
memberikan sanksi-sanksi hukum yang sifatnya memaksa, baik
berupa sanksi perdata maupun sanksi pidana.
e. Kode Etik Guru Indonesia
Kode etik guru indonesi dapat dirumuskan sebaai himpunan
nilai-nilai dan norma-norma profesi guru yang tersusun dengan
baik dan sistematik dalam suatu sistem yang utuh dan bulat. Fungsi
kode guru indonesia adalah sebagai landasan moral dan pedoman
tingkah laku tiap guru warga PGRI dalam menunaikan tugasnya
mengabdi sebagai guru, baik di dalam maupun di luar sekolah serta
dalam kehidupan sehari-hari dimasyarakat. Dengan demikian kod
etik guru indonesia merupakan alat yang amat penting untuk
membentuk sikap profesional pada anggota profesi keguruan.
Jadi secara singkat kode etik guru di indonesiaadalah
sebagai berikut:
a. Guru berbakti membimbing anak didik seutuhnya untuk
membentuk Manusia Pembangaunan Pancasil
 Guru menghormati hak individu dan kepribadian anak
didiknya masing-masing.
 Guru berusaha mensukseskan pendidik yang serasi
jasmani rohani bagi ank didiknya.
 Guru melatih dalam memecahkan masalah-masalah dan
membina daya kreasi anak didik agar kelk dapat
menunjang masyarakat yang sedang membangun.
 Guru membantu sekolah di dalam usaha menanamkan
pengetahuan keterampilan kepada anak didik.
b. Guru memiliki kejujuran profeisonal. Sesuai dengan
kebutuhan anak didik masing – masing.
 Guru menghargai dan memperhatikan perbedaan
dan kebutuhan anak didiknya masing-masing.

PROFESI KEGURUAN 30
 Guru hendaknya luwes di dalam menerapkan
kurikulum sesuai dengan kebutuhan anak didik
masing-masing.
 Guru memberi pelajaran di dalam dan di luar
sekolah berdasarkan kurikulum tanpa membedakan
jenis dan posisi orang tua muridnya.
c. Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah dan
memelihara hubungan dengan orang tua murid.
 Guru menciptakan kehidupan sekolah sehingga
anak didik betah berada dan belajar di sekolah.
 Guru menciptakan hubungan baik dengan orang
tua murid sehingga terjalin pertukaran informasi
timbal balik untuk kepentingan anak didik dan lain-
lain.
d. Guru mengadakan komunikasi terutama dalam memperoleh
informasi tentang anak didik, tetapi meng hindarkan diri
dari segala bentuk penyalah gunaan. Komunikasi guru dan
anak didik didalam dan diluar sekolah dilandasi dengan
kasih sayang.

1.7 Perkembangan profesi keguruan di Indonesia


Kita semua memaklumi perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi di dunia ini begitu cepatnya sehingga kalau kita berhenti belajar
yang terjadi adalah bahwa kita menjadi orang ketinggalan jaman, Untuk
itu diperlukan pengembangan profesi guru.
Pengembangan profesi guru dengan kata kunci adalah belajar.
Yang dimaksud belajar disini ialah usaha untuk memperoleh pengetahuan
atau kecakapan baru dengan berusaha sendiri. Usaha-usaha melalui
keaktifan sendiri untuk meningkatkan pengetahuan dan kecakapan
sehingga akan berguna dalam menjalankan kewajiban sebagai guru, itulah
yang dimaksud sebagai pengembangan profesi guru.

PROFESI KEGURUAN 31
Kadang-kadang pengembangan profesi ini dikatakan juga sebagai
peningkatan profesi. Sehubungan dengan peningkatan profesi ini, guru
memang dituntut untuk selalu mengembangkan dirinya baik yang
mengenai materi pelajaran dari bidang studi yang menjadi wewenangnya
maupun keterampilan guru, Tanpa belajar lagi kemungkinan resiko yang
terjadi ialah tidak tepatnya materi pelajaran yang diajarkan dan metodologi
mengajar yang digunakan.
Bentuk-bentuk pengembangan profesi keguruan secara garis besar
sebagai berikut:
a. Pengembangan profesi secara individual:
 Pengembangan melalui pelatihan yang diselenggarakan
oleh Departemen yang terkait.
 Pengembangan profesi melalui belajar sendiri, dalam hal ini
para guru dapat memilih sendiri sumber-sumber yang
diperlukan dan sesuai bagi kepentingannya untuk dipelajari
sendiri.
 Pengembangan profesi melalui media, berbagai media
dapat dimanfaatkan seperti media massa elektronik/cetak
dan online yang banyak memuat artikel-artikel pengetahuan
atau keterampilan yang penting untuk dipelajari.
b. Pengembangan profesi keguruan melalui organisasi profesi:
Yang dimaksud organisasi profesi adalah organisasi atau
perkumpulan yang memiliki ikatan-ikatan tertentu dari satu jenis
keahlian atau jabatan. Seperti para guru yang menyatukan diri pada
PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia), Untuk lokal bisa
disebut seperti PGSB (Persatuan Guru Swasta Balikpapan), MGHB
(Musyawarah Guru Honor dan Bantu), dan banyak lagi lainnya.

1.8 Organisasi Profesi Keguruan


a. Fungsi organisasi profesional keguruan
Seperti yang tekah disebutkan dalam salah satu kriteria
jabatan profesi harus mempunyai wadah untuk menyatukan gerak

PROFESI KEGURUAN 32
lankah dan mengendalikan keseluruhan profesi, yakni organisasi
profesi. Bagi guru-guru kita, itu telah ada yakni Persatuan guru
Republik indonesia atau yang lebih dikenal denga PGRI yang
didirikan di Surakarta pada tanggal 25 November 1945.
b. Jenis-jenis organisasi keguruan
Disamping PGRI yang satu-satunya organisasi yang diakui
oleh pemerinta juga terdapat organisasi lain yang disebut
Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) yang didirikan atas
anjuran Departeman Pendidikan dan Kebudayaan. Sayangnya,
organisasi ini tidak ada kaitan yang formal dengan PGRI. Selain itu
ada juga organisasi profesional guru yang lain yaitu ikatan serjana
pendidikan indonesia (ISPI), yang sekarang suda mempunyai
nanyak devisi yaitu Ikatan Petugas Bimbingan Belajar (IPBI),
Himpunan Serjana Administrasi Pendidikan Indonesia (HSPBI),
dan lain-lain, hubungannya secara formal dengan PGRI juga belum
tampak secara nyata, sehingga belum didapatkan kerjasama yang
saling menunjang dalam meningkatkan mutu anggotanya.
Di indonesia dikenal beberapa organisasi keguruan di
antaranya:
1. Musyawarah Guru Mata Pelajaran(MGMP)
2. PGRI
3. Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI)
Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI)
c. Manfaat organisasi keguruan
Organisasi profesi keguruan ini bermanfaat untuk:
 Tempat pertemuan antara guru yang mempunyai keahlian
sama untuk saling mengenal.
 Tempat memecahkan berbagai masalah yang menyangkut
profesinya.
 Tempat peningkatan mutu profesi masing-masing.

PROFESI KEGURUAN 33
1.9 Kesimpulan
Kesadaran umum akan besarnya tanggung jawab seorang
guru serta berbagai pandangan masyarakat terhadap peranannya
telah mendorong para tokoh dan ahli pendidikan untuk
merumuskan ruang lingkup tugas, tanggung jawab dan kualifikasi
yang seharusnya dipenuhi oleh guru, sebagai pengajar guru
mempunyai tugas menyelenggarakan proses belajar-mengajar tugas
yang mengisi porsi terbesar dari profesi keguruan ini pada garis
besarnya meliputi minimal empat pokok, yaitu :
1. menguasai bahan pengajaran
2. merencanakan program belajar-mengajar
3. melaksanakan, memimpin dan mengelola proses belajar
mengajar serta,
4. menilai dan mengevaluasi kegiatan belajar-mengajar
Jabatan guru merupakan jabatan Profesional, dan sebagai
jabatan profesional, pemegangnya harus memenuhi kualifikasi
tertentu. Kriteria jabatan profesional antara lain bahwa jabatan itu
melibatkan kegiatan intelektual, mempunyai batang tubuh ilmu
yang khusus, memerlukan persiapan lama untuk memangkunya,
memerlukan latihan dalam jabatan yang berkesinambungan,
merupakan karier hidup dan keanggotaan yang permanen,
menentukan baku perilakunya, mementingkan layanan, mempunyai
organisasi profesional, dan mempunyai kode etik yang di taati oleh
anggotanya.
Jabatan guru belum dapat memenuhi secara maksimal
persyaratan itu, namun perkembangannya di tanah air
menunjukkan arah untuk terpenuhinya persyaratan tersebut. Usaha
untuk ini sangat tergantung kepada niat, perilaku dan komitmen
dari guru sendiri dan organisasi yang berhubungan dengan itu,
selain juga, oleh kebijaksanaan pemerintah.

PROFESI KEGURUAN 34
BAB II
KOMPETENSI PROFESI KEGURUAN

Guru merupakan faktor yang sangat dominan dan penting dalam


pendidikan formal pada umumnya karena bagi peserta didik guru sering
dijadikan tokoh teladan, bahkan menjadi tokoh identifikasi diri. Oleh
karena itu, guru seyogyianya memiliki perilaku yang kompetensi yang
memadai untuk mengembangkan peserta didik secara utuh. Untuk
melaksanakan tugasnya secara baik sesuai dengan profesi yang
dimilikinya, guru perlu menguasai berbagai hal terutama kompetensi
kepribadian, sosial, dan professional.
Kompetensi berasal dari bahasa Inggris competency yang berarti
kecakapan, kemampuan dan wewenang. Seseorang dinyatakan kompeten
di bidang tertentu jika menguasai kecakapan bekerja pada satu bidang
tertentu. Menurut Nana Syaodih (1997) kompetensi adalah performan
yang mengarah kepada pencapaian tujuan secara tuntas menuju kondisi
yang diinginkan.
Kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial merupakan
kecakapan yang harus dimiliki oleh seorang guru dalam menjalankan
profesinya di masyarakat baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota
masyarakat, kompetensi professional menyiratkan adanya suatu keharusan
memiliki kompetensi agar profesi itu berfungsi dengan sebaik-baiknya.
Dengan demikian guru dituntut untuk memahami lebih jauh mengenai
kompetensi profesional di bidang pendidikan.
Kompetensi guru harus mempunyai karakteristik tertentu.
Lardirabal (1977: 6-7) mengungkapkan bahwa kompetensi keguruan
meliputi kompetensi kepribadian, sosial, dan professional. Guru dalam
proses belajar mengajar harus memiliki kompetensi tersendiri guna
mencapai harapan yang dicita-citakan dalam melaksanakan pendidikan
pada umumnya dan proses belajar mengajar pada khususnya. Untuk
memiliki kompetensi tersebut guru perlu membina diri secara baik karena

PROFESI KEGURUAN 35
fungsi guru itu sendiri adalah membina dan mengembangkan kemampuan
peserta didik secara professional di dalam proses belajar mengajar.
Kompetensi professional yang merupakan kemampuan dasar guru
menurut Cooper (1984:15) terbagi dalam empat komponen, yakni:
 Mempunyai pengetahuan tentang belajar dan tingkah laku manusia,
 Mempunyai pengetahuan dan menguasai bidang study yang di
binanya,
 Mempunyai sikap yang tepat tentang diri sendiri, sekolah, teman
sejawat dan bidang study yang di binanya,
 Mempunyai keterampilan dalam teknik mengajar.
Kemampuan professional yang harus dimiliki guru dalam proses
belajar mengajar secara rinci dapat diuraikan dalam komponen-komponen
kompetensi professional
Peranan guru sangat menentukan dalam usaha peningkatan mutu
pendidikan formal. Untuk itu guru sebagai agen pembelajaran dituntut
untuk mampu menyelenggarakan proses pembelajaran dengan sebaik-
baiknya, dalam kerangka pembangunan pendidikan. Guru mempunyai
fungsi dan peran yang sangat strategis dalam pembangunan bidang
pendidikan, dan oleh karena itu perlu dikembangkan sebagai profesi yang
bermartabat.
Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal
4 menegaskan bahwa guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk
meningkatkan mutu pendidikan nasional. Untuk dapat melaksanakan
fungsinya dengan baik, guru wajib untuk memiliki syarat tertentu, salah
satu di antaranya adalah kompetensi.
Guru sebagai agen pembelajaran diharapkan memiliki 4 jenis kompetensi guru
yakni, kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi sosial, dan
kompetensi kepribadian
4 Kompetensi yang Wajib Dikuasai Guru

PROFESI KEGURUAN 36
I. Kompetensi Pedagogik
II. Kompetensi Profesional.
III. Kompetensi Sosial
IV. Kompetensi kepribadian

Untuk menciptakan peserta didik yang berkualitas, guru harus menguasai 4


kompetensi. Keempat kompetensi yang harus dikuasai guru untuk meningkatkan
kualitasnya tersebut adalah kompetensi pedagogik, profesional, sosial, dan
kepribadian. Guru harus sungguh-sungguh dan baik dalam menguasai 4
kompetensi tersebut agar tujuan pendidikan bisa tercapai.

2.1 Kompetensi Pedagogik


Kompetensi pedagogik pada dasarnya adalah kemampuan guru dalam
mengelola pembelajaran peserta didik. Kompetensi yang merupakan kompetensi
khas, yang membedakan guru dengan profesi lainnya ini terdiri dari 7 aspek
kemampuan, yaitu:
a. Mengenal karakteristik anak didik
b. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran
c. Mampu mengembangan kurikulum
d. Kegiatan pembelajaran yang mendidik
e. Memahami dan mengembangkan potensi peserta didik
f. Komunikasi dengan peserta didik
g. Penilaian dan evaluasi pembelajaran
Kompetensi Pedagogik adalah kemampuan pemahaman terhadap
peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil
belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan

PROFESI KEGURUAN 37
berbagai potensi yang dimilikinya. Sub kompetensi dalam kompetensi
Pedagogik adalah :
a. Memahami peserta didik secara mendalam yang meliputi memahami
peserta didik dengan memamfaatkan prinsip-prinsip perkembangan
kognitif, prinsip-prinsip kepribadian, dan mengidentifikasi bekal ajar
awal peserta didik.
b. Merancang pembelajaran,teermasuk memahami landasan pendidikan
untuk kepentingan pembelajaran yang meliputi memahmi landasan
pendidikan, menerapkan teori belajar dan pembelajaran, menentukan
strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta didik,
kompetensi yang ingin dicapai, dan materi ajar, serta menyusun
rancangan pembelajaran berdasarkan strategi yang dipilih.
c. Melaksanakan pembelajaran yang meliputi menata latar ( setting)
pembelajaran dan melaksanakan pembelajaran yang kondusif.
d. Merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran yang meliputi
merancang dan melaksanakan evaluasi (assessment) proses dan hasil
belajar secara berkesinambungan denga berbagai
metode,menganalisis hasil evaluasi proses dan hasil belajar untuk
menentukan tingkat ketuntasan belajar (mastery level), dan
memamfaatkan hasil penilaian pembelajaran untuk perbaikan kualitas
program pembelajaran secara umum.
e. Mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai
potensinya meliputi memfasilitasi peserta didik untuk pengembangan
berbagai potensi akademik, dan memfasilitasipeserta didik untuk
mengembangkan berbagai potensi nonakademik.

2.2 Kompetensi Profesional.


1. Pengertian Kompetensi Profesional Guru
Kompetensi profesional berasal dari dua kata yaitu kompetensi dan
profesional. Pengertian dasar kompetensi (competency) adalah kemampuan
atau kecakapan.Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kompetensi berarti
kewenangan/kekuasaan untuk menentukan (memutuskan sesuatu).

PROFESI KEGURUAN 38
Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 045/4/2002
menyebutkan kompetensi sebagai seperangkat tindakan cerdas dan penuh
tanggungjawab dalam melaksanakan tugas-tugas sesuai dengan pekerjaan
tertentu.
Sedangkan profesional menunjuk pada dua hal, pertama orang yang
menyandang suatu profesi, kedua penampilan seseorang dalam melakukan
pekerjaan yang sesuai dengan profesinya. Jadi dari berbagai pengertian di
atas maka yang dimaksud dengan kompetensi profesional guru pendidikan
agama Islam ialah kemampuan dan kewenangan guru dalam menjalankan
profesi keguruannya, artinya guru yang piawai dalam melaksanakan
profesinya dapat disebut sebagai guru yang kompeten dan profesional.
Kompetensi profesional merupakan pekerjaan yang hanya dapat di
lakukan oleh seorang yang mempunyai kualifikasi akademik, kompetensi
dan sertifikat pendidik sesuai dengan persyaratan untuk setiap jenis dan
jenjang pendidikan tertentu
2. Komponen-Komponen Kompetensi Profesional Guru
Kompetensi profesional merupakan kemampuan dasar yang harus
dimiliki oleh guru. Ada beberapa pandangan ahli tentang kompetensi
profesional. Menurut Cooper ada 4 komponen kompetensi dasar yaitu:
a. Mempunyai pengetahuan tentang belajar dan tingkah laku manusia.
b. Mempunyai pengetahuan dan menguasai bidang studi yang dibinanya
c. Mempunyai sikap yang tepat tentang diri sendiri, sekolah, teman
sejawat dan bidang studi yang dibinanya
d. Mempunyai keterampilan dalam belajar
Sedangkan menurut (Johnshon, 1980) mencakup:
a. Penguasaan materi pelajaran yang terdiri atas penguasaan bahan yang
harus diajarkan dan konsep-konsep dasar keilmuan yang diajarkan dari
bahan yang diajarkan itu
b. Penguasaan dan penghayatan atas landasan dan wawasan kependidikan
dan keguruan
c. Penguasaan proses-proses kependidikan keguruan pembelajaran siswa

PROFESI KEGURUAN 39
Serta menurut depdikbud (1980), ada 10 kemampuan dasar guru, yaitu:
a. Penguasaan bahan pelajaran beserta konsep-konsep dasar
keilmuannya
b.Pengelolaan program belajar mengajar
c. Pengelolaan kelas
d.Penggunaan media dan sumber pembelajaran
e. Penguasaan landasan-landasan kependidikan
f. Pengelolaan interaksi belajar mengajar
g.Penilaian prestasi siswa
h.Pengenalan fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan
i. Pengenalan dan penyelenggaraan administrasi sekolah serta
j. Pemahaman prinsip-prinsip dan dan pemanfaatan hasil
penelitian pendidikan untuk kepentingan peningkatan mutu
pengajaran

Guru dan dosen adalah pejabat profesinal, sebab mereka diberi


tunjangan profesional. Guru sebagai pendidik profesional mempunyai citra
yang baik di masyarakat apabila dapat menunjukkan kkepada masyarakat
bahwa ia layak menjadi panutan atau teladan masyarakat sekelilingnya.
Kompetensi profesional merupakan salah satu dari kompetensi
yang harus dimiliki oleh guru profesional. Kompetensi profesional adalah
kemampuan dan kewenangan guru dalam menjalankan profesi
keguruannya, artinya guru yang piawai dalam melaksanakan profesinya
dapat disebut sebagai guru yang kompeten dan profesional.
Komponen kompetensi professional seorang guru terdiri dari 18
poin yaitu:
 penguasaan bahan bidang studi,
 pengelolaan program belajar mengajar,
 pengelola kelas,
 pengelolaan dan penggunaan media serta sumber belajar,
 penguasaan landasan-landasan kependidikan,
 mampu menilai prestasi belajar mengajar,

PROFESI KEGURUAN 40
 memahami prinsip-prinsip pengelolaan lembaga dan program
pendidikan di sekolah,
 menguasai metode berfikir,
 meningkatkan kemampuan dan menjalankan misi profesional,
 terampil memberikan bantuan dan bimbingan kepada peserta didik,
 memiliki wawasan tentang penelitian pendidikan,
 mampu memahami karakteristik peserta didik,
 mampu menyelenggarakan administrasi sekolah,
 memiliki wawasan tentang inovasi pendidikan,
 berani mengambil keputusan,
 memahami kurikulum dan perkembangannya,
 mampu bekerja berencana dan terprogram, dan
 mampu menggunakan waktu secara tepat.

Kompetensi profesional sangat dianjurkan untuk dipelajari


sebagaimana terdapat dalam al-Quran surah al-Isra’ ayat 36 dan telah
diamanahkan dalam UUGD.
Menurut Undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen, kompetensi profesional adalah “kemampuan penguasaan materi
pelajaran secara luas dan mendalam”. Surya (2003:138) mengemukakan
kompetensi profesional adalah berbagai kemampuan yang diperlukan agar
dapat mewujudkan dirinya sebagai guru profesional. Kompetensi
profesional meliputi kepakaran atau keahlian dalam bidangnya yaitu
penguasaan bahan yang harus diajarkannya beserta metodenya, rasa
tanggung jawab akan tugasnya dan rasa kebersamaan dengan sejawat guru
lainnya.
Gumelar dan Dahyat (2002:127) merujuk pada pendapat Asian
Institut for Teacher Education, mengemukakan kompetensi profesional
guru mencakup kemampuan dalam hal:
1. Mengerti dan dapat menerapkan landasan pendidikan baik
filosofis, psikologis, dan sebagainya,

PROFESI KEGURUAN 41
2. Mengerti dan menerapkan teori belajar sesuai dengan tingkat
perkembangan perilaku peserta didik,
3. Mampu menangani mata pelajaran atau bidang studi yang
ditugaskan kepadanya,
4. Mengerti dan dapat menerapkan metode mengajar yang sesuai,
5. Mampu menggunakan berbagai alat pelajaran dan media serta
fasilitas belajar lain,
6. Mampu mengorganisasikan dan melaksanakan program
pengajaran,
7. Mampu melaksanakan evaluasi belajar dan
8. Mampu menumbuhkan motivasi peserta didik.
Johnson sebagaimana dikutip Anwar (2004:63) mengemukakan
kemampuan profesional mencakup:
1. Penguasaan pelajaran yang terkini atas penguasaan bahan yang
harus diajarkan, dan konsep-konsep dasar keilmuan bahan yang
diajarkan tersebut,
2. Penguasaan dan penghayatan atas landasan dan wawasan
kependidikan dan keguruan,
3. Penguasaan proses-proses kependidikan, keguruan dan
pembelajaran siswa.
Arikunto (1993:239) mengemukakan kompetensi profesional
mengharuskan guru memiliki pengetahuan yang luas dan dalam tentang
subject matter (bidang studi) yang akan diajarkan serta penguasaan
metodologi yaitu menguasai konsep teoretik, maupun memilih metode
yang tepat dan mampu menggunakannya dalam proses belajar mengajar.
Depdiknas (2004:9) mengemukakan kompetensi profesional meliputi:
a. Pengembangan profesi, pemahaman wawasan, dan penguasaan bahan
kajian akademik.Pengembangan profesi meliputi:
 mengikuti informasi perkembangan iptek yang mendukung
profesi melalui berbagai kegiatan ilmiah,
 Mengalihbahasakan buku pelajaran/karya ilmiah,
 mengembangkan berbagai model pembelajaran,

PROFESI KEGURUAN 42
 menulis makalah,
 menulis/menyusun diktat pelajaran,
 menulis buku pelajaran,
 menulis modul,
 menulis karya ilmiah,
 melakukan penelitian ilmiah (action research),
 menemukan teknologi tepat guna,
 membuat alat peraga/media,
 menciptakan karya seni,
 mengikuti pelatihan terakreditasi,
 mengikuti pendidikan kualifikasi,
 mengikuti kegiatan pengembangan kurikulum.
b. Pemahaman wawasan meliputi:
 memahami visi dan misi,
 memahami hubungan pendidikan dengan pengajaran,
 memahami konsep pendidikan dasar dan menengah,
 memahami fungsi sekolah,
 mengidentifikasi permasalahan umum pendidikan dalam hal
proses dan hasil belajar,
 membangun sistem yang menunjukkan keterkaitan
pendidikan dan luar sekolah.
c. Penguasaan bahan kajian akademik meliputi :
 memahami struktur pengetahuan,
 menguasai substansi materi,
 menguasai substansi kekuasaan sesuai dengan jenis pelayanan
yang dibutuhkan siswa.
Berdasarkan uraian di atas, kompetensi profesional guru tercermin
dari indikator :
(1) kemampuan penguasaan materi pelajaran,
(2) kemampuan penelitian dan penyusunan karya ilmiah,
(3) kemampuan pengembangan profesi, dan
(4) pemahaman terhadap wawasan dan landasan pendidikan

PROFESI KEGURUAN 43
Kompetensi ini dapat dilihat dari kemampuan guru dalam
mengikuti perkembangan ilmu terkini karena perkembangan ilmu selalu
dinamis. Kompetensi profesional yang harus terus dikembangkan guru
dengan belajar dan tindakan reflektif. Kompetensi profesional merupakan
kemampuan guru dalam menguasai materi pembelajaran secara luas dan
mendalam yang meliputi:
a. Konsep, struktur, metode keilmuan/teknologi/seni yang
menaungi/koheren dengan materi
b. ajar
c. Materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah
d. Hubungan konsep antar pelajaran terkait
e. Penerapan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari
f. Kompetensi secara profesional dalam konteks global dengan tetap
melestarikan nilai dan budaya nasional
Dalam Permendiknas no.16 tahun 2007 disebutkan standar
kompetensi profesional yang harus dimiliki oleh seorang guru. Standar
kompetensi profesional yang dimaksud adalah sebagai berikut.

1. Standar kompetensi profesional guru PAUD/TK/SD/MI


 Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang
mendukung mata pelajaran yang diampu.
 Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata
pelajaran/bidang pengembangan yang diampu.
 Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif.
 Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan
melakukan tindakan reflektif.
 Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
berkomunikasi dan mengembangkan diri.

PROFESI KEGURUAN 44
2. Standar kompetensi guru Mata Pelajaran di SD/MI, SMP/MTs,
SMA/MA, dan SMK/MAK
 Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang
mendukung mata pelajaran yang diampu.
 Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata
pelajaran yang diampu.
 Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif.
 Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan
melakukan tindakan reflektif.
 Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
mengembangkan diri.
Menurut Cooper dalam Satori (2009) terdapat 4 komponen kompetensi
profesional guru, yaitu:
1. Memiiki pengetahuan tentang belajar dan tingkah laku manusia
2. Memiliki pengetahuan dan menguasai bidang studi yang diampu
3. Memiliki sifat yang tepat terhadap diri sendiri, sekolah, teman
sejawat, dan bidang studi yang diampu
4. Memiliki keterampilan menyampaikan materi ajar
Satori sendiri mengemukakan beberapa komponen kompetensi
profesioanal seperti berikut.
1. Penguasaan bahan mata pelajaran
Kompetensi pertama yang harus dimiliki seorang guru adalah
penguasaan bahan bidang studi. Penguasaan ini menjadi landasan pokok
untuk keterampilan mengajar. Yang dimaksud dengan kemampuan
menguasai bahan bidang studi menurut Wijaya (1982) adalah kemampuan
mengetahui, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, menyintesiskan
dan mengevaluasi sejumlah pengetahuan keahlian yang diajarkannya.
Ada dua hal dalam mengausai bahan bidang studi:
1. Menguasai bahan bidang studi dan kurikulum sekolah
Untuk menguasai bahan bidang studi dan kurikulum sekolah
dapat dilakukan dengan cara :
a. Mengakaji bahan kurikulum bidang studi

PROFESI KEGURUAN 45
b. Mengkaji isi buku-buku teks bidang studi yang bersangkutan
c. Melaksanakan kegiatan-kegiatan nyang disarankan dalam
kurikulum bidang studi yang bersangkutan
d. Menguasai bahan pendalaman/aplikasi bidang studi. Hal ini
dilakukan dengan cara :
 Mempelajari ilmu yang relevan
 Mempelajari aplikasi bidang ilmu ke dalam bidang ilmu
lain (untuk progam-progam studi tertentu)
 Mempelajari cara menilai kurikulum bidang studi
Jadi dapa disimpulkan bahwa Penguasaan bahan mata pelajaran adalah
kemampuan mengetahui, memahami, mengaplikasikan, menganalisis,
menyintesiskan, dan mengevaluasi sejumlah pengetahuan keahlian yang
diajarkan. Ada dua hal berkaitan dengan penguasaan bahan mata pelajaran,
yaitu:
a. Menguasai bahan bidang studi dan kurikulum sekolah
b. Menguasai bahan pendalaman dan pengaplikasiannya.
2. Pengelolaan program belajar mengajar
Kemampuan mengelola progam belajar mengajar mencakup
kemampuan merumuskan tujuan instruksional, kemampuan mengenal dan
menggunakan metode mengajar, kemampuan memilih dan menyusun
prosedur instruksional yang tepat, kemampuan melaksanakan progam
belajar mengajar, kemampuan mengenal potensi (entry behavior) peserta
didik, serta kemampuan merencanakan dan melaksanakan pengajaran
remedial.
Secara rinci, menurut Sciever (1991): kemampuan mengelola
program belajar mengajar dapat di lakukan dengan cara berikut :
2. Merumuskan tujuan instruksional. Kemampuan ini di lakukan dengan
cara:
a. Mengkaji kurikulum bidang studi
b. Mempelajari ciri-ciri rumusan tujuan instruksional
c. Mempelajari tujuan instruksional bidang studi yang
bersangkutan

PROFESI KEGURUAN 46
d. Merumuskan tujuan instruksional bidang studi yang
bersangkutan
e. Mengenal dan dapat menggunakan metode mengajar.
Kemampuan ini dapat di lakukan dengan cara:
1. Mempelajari macam-macam metode mengajar.
2. Menggunakan macam-macam metode mengajars
f. Memilih dan menyusun prosedur instruksional yang tepat.
Kemampuan ini dapat dilakukan dengan cara :
1. Mempelajari kriteria pemilihan materi dan prosedur
mengajar
2. Menggunakan kriteria pemilihan materi dan prosedur
mengajar
3. Merencanakan program pelajaran
4. Menyusun satuan pelajaran
g. Melaksanakan program belajar mengajar. Kemampuan ini
dapat dilakukan dengan cara:
1. Mempelajari fungsi dan peran guru dalam proses
belajar mengajar
2. Menggunakan alat bantu belajar mengajar
3. Menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar
4. Memonitor proses belajar peserta didik
5. Menyesuaikan rencana program pengajaran dengan
situasi kelas
h. Mengenal kemampuan (entry behaviour) anak didik.
Kemempuan ini di lakukan dengan cara:
1. Mempelajari tingkst perkembangan dan faktor-faktor
yang mempengaruhi pencapaian prestasi belajar
2. Mempelajari prosedur dan teknik untuk
mengidentifikasikemampuan peserta didik
3. Menggunakan prosedur dan teknik untuk
mengidentifikasi kemampuan peserta didik

PROFESI KEGURUAN 47
i. Merencanakan dan melaksanakan pengajaran remedial.
Kemampuan ini dapat di lakukan dengan cara:
1. Mempelajari faktor-faktor kesulitan belajar
2. Mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik
3. Menyusun rencana pengajaran remedial
4. Melaksanakan pengajaran remedial
Jadi,Kemampuan ini meliputi kemampuan dalam merumuskan tujuan
instruksional, kemampuan mengenal, menguasai, dan menggunakan metode
mengajar, kemampuan memilih dan menyusun prosedur instruksional yang
tepat, kemampuan melaksanakan program belajar mengajar, kemampuan
mengenal potensi siswa, serta kemampuan merencanakan dan melaksanakan
pengajaran remedial.

3. Pengelola kelas
Pada bagian ini guru dituntut memiliki kemampuan dalam merancang,
menata dan mengatur sumber-sumber belajar agar tercipta suasana
pembelajaran yang efektif dan efisien.
Kemempuan ini menggambarkan keterampilan guru dalam merancang,
menata dan mengatur sumber-sumber belajar, agar tercapai suasana
pengajaran yang efektif, dan efisien.
Jenis kemampuan yang perlu dimiliki guru adalah:
1. Mengatur tata ruang kelas untuk pengajaran. Kemempuan ini dapat
dikuasai dengan cara berikut:
a. Mempelajari macam-macam pengaturan tempat duduk dan setting
ruangan kelas sesuai dengan tujuan-tujuan instruksinal yang hendak di
capai
b. Mempelajari kriteria penggunaan macam-macam pengaturan tempat
duduk dan setting ruangan
c. Menciptakan iklim belajar mengajar yang kondusif. Kemampuan ini
dapat dikuasai dengan cara berikut:
d. Mempelajari faktor-faktor yang mengganggu iklim belajar mengajar
yang kondusif

PROFESI KEGURUAN 48
e. Mempelajari strategi dan prosedur pengelolaan kelas yang bersifat
preventif
f. Menggunakan strategi dan prosedur pengelolaan kelas yang bersifat
preventif
g. Menggunakan ptosedur pengelolaan kelas yang bersifat kuratif
Kemampuan ini menggambarkan keterampilan guru dalam merancang,
menata dan mengatur sumber-sumber belajar, agar tercapai suasana
pengajaran yang efektif dan efisien. Jenis kemampuan yang harus dimiliki
guru adalah:
a. Mengatur tata ruang kelas untuk pengajaran
Kemampuan ini dapat dikuasai dengan cara:
 Mempelajari macam-macam pengaturan tempat duduk dan setting
ruang kelas sesuai dengan tujuan-tujuan instruksional yang
hendak dicapai
 Mempelajari criteria penggunaan macam-macam pengaturan
tempat duduk dan setting ruangan.
b. Menciptakan iklim belajar mengajar yang kondusif.
Kemampuan ini dapat dikuasai dengan cara berikut ini:
o Mempelajari factor-faktor yang mengganggu iklim belajar
mengajar yang kodusif
o Mempelajari strategi dan prosedur pengelolaan kelas yang bersifat
prefentif
o Menggunakan strategi dan prosedur pengelolaan kelas yang
bersifat prefentif
o Menggunakan prosedur pengelolaan kelas yang bersifat kuratif.

4. Pengelolaan dan penggunaan media serta sumber belajar


Kemampuan pengelolaan dan penggunaan media serta sumber belajar
pada dasarnya merupakan kemampuan menciptakan suasana belajar kondusif
yang dapat merangsang belajar siswa sehingga menjadi efektif dan efisien.

PROFESI KEGURUAN 49
Kemampuan ini pada dasarnya merupakan kemampuan menciptakan
kondisi belajar yang merangsang agar proses belajar mengajar dapat
berlangsung secara efektif dan efisien.
Ada lima jenis kemampuan memahami media dan sumber belajar, menurut
Cece Wijaya (1994) yaitu:
a. Mengenal, memilih dan menggunakan media. dengan cara:
o Mempelajari macam-macam media pendidikan
o Mempelajari criteria pemilihan criteria pendidikan
o Menggunakan media pendidikan
o Merawat alat-alat bantu belajar mengajar.
b. Membuat alat-alat bantu pelajaran sederhana.
Kemampuan ini dapat dikuasai dengan cara:
o Mengenali bahan-bahan yang tersedia di lingkungan sekolah untuk
membuat alat-alat bentu
o Mempelajari perkakas untuk membuat alat-alat bantu mengajar
o Menggunakan perkakas untuk membuat alat bantu mengajar.
c. Menggunakan dan mengelola laboratorium dalam rangka proses belajar
mengajar. Kemampuan ini dapat dikuasai dengan cara:
o Mempelajari cara-cara menggunakan laboratorium
o Mempelajari cara-cara dan aturan pengamanan kerja dilaboratorium
o Berlatih mengatur tata ruang laboratorium
o Mempelajari cara merawat dan menyimpan alat-alat.
d. Khusus untuk guru IPA, dapat mengembangkan laboratorium.
e. Menggunakan perpustakaan dalam proses belajar mengajar. Kegiatan
yang dapat dilakukan adalah:
o Mempelajari fungsi-fungsi perpustakaan dalam proses belajar
mengajar
o Mempelajari macam-macam sumber perpustakaan
o Menggunakan macam-macam sumber kepustakaan
o Mempelajari criteria pemilihan sumber kepustakaan
o Menilai sumber-sumber kepustakaan.

PROFESI KEGURUAN 50
5. Penguasaan landasan-landasan pendidikan
Kemampuan menguasai landasan-landasan kependidikan berkaitan dengan
kegiatan sebagai berikut:
a. Mempelajari konsep dan masalah pendidikan dan pengajaran dengan
sudut tinjauan sosiologis, filosofis, historis, dan psikologis
b. Mengenal fungsi sekolah sebagai lembaga social yang secara potensial
dapat memajukan masyarakat dalam arti luas serta pengaruh timbal
balik antar sekolah dan masyarakat
c. Mengenal karakteristik peserta didik baik secara fisik maupun
psikologis.
6. Mampu menilai prestasi belajar mengajar
Kemampuan ini adalah kemampuan dalam mengukur perubahan tingkah
laku siswa dan kemampuan mengukur kemahiran diri sendiri dalam
merencanakan dan melaksanakan pengajaran.
Kemampuan menilai prestasi belajar mengajar perlu dimiliki oleh guru.
qKemampuan yang dimaksud adalah ke-mampuan mengukur perubahan
tingkah laku peserta didik dan kemampuan mengukur kemahiran dirinya
dalam mengajar dan dalam membuat program.
Dalam setiap pekerjaan evaluasi ada tiga sasaran yang hendak dicapai,
yaitu:
a. Prestasi berupa pernyataan dalam bentuk angka dan nilai tingkah laku
b. Prestasi mengajar berupa pernyataan lingkugan yang mengamatinya
melalui penghargaan atas prestasi yang dicapainya
c. Keunggulan program yang dibuat guru, karena relavan dengan
kebutuhan peserta didik dan lingkungannya.
Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan guru dalam menilai prestasi
peserta didik untuk kepentingan pengajaran adalah sebagai berikut:
a. Mempelajari fungsi penilaian
b. Mempelajari bermacam-macam teknik dan prosedur penilaian
c. Menyusun teknik dan prosedur penilain
d. Mempelajari criteria pemilihan teknik dan prosedur penilaian
e. Menggunakan teknik dan prosedur pengajaran

PROFESI KEGURUAN 51
f. Mengolah dan menginterpretasi hasil penilaian
g. Menggunakan hasil-hasil penilaian untuk perbaikan proses belajar
mengajar
h. Menilai teknik dan prosedur penilaian
i. Menilai keefektifan program pengajaran.

7. Memahami prinsip-prinsip pengelolaan lembaga dan program


pendidikan di sekolah
Di sini guru dituntut keterlibatannya dalam membantu kepala sekolah
dalam berbagai kegiatan pendidikan di sekolah, memahami dasar
berorganisasi, bimbingan penyuluhan, program ko dan ektrakurikuler,
perpustakaan sekolah dan hal-hal terkait lainnya.
Jadi,disamping melaksanakan proses belajar mengajar, menurut Nawawi
(1989), diharapkan guru membantu kepala sekolah dalam menghadapi
berbagai kegiatan pendidikan lainnya yang digariskan dalam kurikulum, guru
perlu memahami pula prinsip-prinsip dasar tntang organisasi dan pengelolaan
sekolah, bim bingan dan penyuluhan termasuk bimbingan karier, program
kurikuler dan ekstrakurikulern, perpustakaan sekolah serta hal-hal yang
terkait.

8. Menguasai metode berpikir


Menguasai metode berpikir maksudnya berpikir dengan pendekatan
berpikir keilmuan (berpikir ilmiah).
Metode dan pendekatan setiap bidang studi berbeda-beda. Menurut
Reynold (1990) metode dan pendekatan berfikir keilmuan bermuara pada titik
tumpu yang sama. Oleh karena itu, untuk dapat menguasai metode dan
pendekatan bidang-bidang studi, guru harus menguasai metode berfikir ilmiah
secara umum.

9. Meningkatkan kemampuan dan menjalankan misi profesional


Guru harus mengembangkan potensi dirinya secara berkesinambungan
agar wawasannya menjadi luas dan tidak ketinggalan iptek.

PROFESI KEGURUAN 52
Ilmu pengetahuan dan teknologi terus berkembang untuk menyesuaikan
diri dengan perkembangan ilmu pengetehuan dan teknologi. Guru harus terus
menerus mengembangkan dirinya agar wawasannya menjadi luas sehingga
dapat mengikuti perubahan dan perkembangan profesinya yang didasari oleh
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut.

10. Terampil memberikan bantuan dan bimbingan kepada siswa


Untuk ini guru perlu memahami berbagai teknik bimbingan belajar dan
dapat memilihnya dengan tepat dalam rangka membantu siswa.
Bantuan dan bimbingan kepada peserta didik sangat diperlukan agar
peserta didik dapat mengembangkan kemampuannya melalui proses belajar
mengajar di kelas. Untuk itu, guru perlu memahami berbagai teknik
bimbingan belajar dan dapat memilihnya dengan tepat untuk membanru para
peserta didik.
Ada dua hal yang perlu dimiliki dalam memberikan bantuan dan
bimbingan kepada peserta didik, yaitu:
a. Mengenal fungsi dan program layanan dan penyuluhan di sekolah,
yang dapat dilakukan dengan cara:
o Mempelajari fungsi bimbingan dan penyuluhan disekolah
o Mempelajari program layanan bimbingan di sekolah
o Mengkaji persamaan dan perbedaan fungsi, kewenangan, serta
tanggung jawab antarguru dan pembimbing di sekolah.
b. Menyelenggarakan program layanan bimbingan di sekolah, hal ini
dilakukan dengan cara:
o Mengidentifikasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi murid di
sekolah
o Menyelenggarakan program layanan bimbingan di sekolah,
terutama bimbingan belajar.

11. Memiliki wawasan tentang penelitian pendidikan


Guru sangat perlu mengikuti perkembangan yang terjadi dalam dunia
pendidikan terutama yang berkaitan dengan tugas-tugas pokoknya di sekolah.

PROFESI KEGURUAN 53
Guru perlu mengikuti perkembangan yang terjadi dalam dunia pendidikan
dan pengajaran, terutama hal-hal yang menyangkut pelaksanaan tuga-tugas
pokoknya di sekolah. Setiap guru perlu memiliki kemampuan untuk
memahami hbasil-hasil penelitian itu dengan tepat sehingga mereka perlu
memiliki wawasan yang memadai tentang prinsip-prinsip dasar dan cara-cara
melaksanakan penelitian pendidikan.
Kegiatan yang dapat dilakukan oleh guru adalah sebagai berikut:
a. Mempelajari dasar-dasar penggunaan metode ilmiah dalam penelitain
pendidikan
b. Mempelajari teknik dan prosedur penelitian pendidikan terutama sebagai
konsumenhasil-hasil penelitian pendidikan
c. Menafsirkan hasil-hasil penelitian untuk perbaikan pengajaran
d. Mampu menyelenggarakan penelitian sederhana untuk keperluan
pengajaran.

12. Mampu memahami karakteristik peserta didik


Pemahaman yang dimaksud meliputi pemahaman tentang kepribadian
siswa, perbedaan individual, kebutuhan, motivasi dan kesehatan mental, tugas
perkembangan, dan fase perkembangan.
Guru dituntut memiliki pemahaman yang lebih mendalam tentang cirri-ciri
dan perkembangan peserta didik, lalu menyesuaikanbahan yang akan
diajarkan sesuai dengan karakteristik peserta didik. Menurut Rochman
Natawijaya (1989: 7), pemahaman yang dimaksud mencakup pemahaman
tentang kepribadian murid serta factor-faktor yang mempengaruhi
perkembangannya, perbadaan individual di kalangan peserta didik, kebutuhan,
motivasi dan kesehatan mental peserta didik, tugas-tugas perkembangan yang
perlu pada tingkat-tingkat usia tertentu, serta fase-fase perkembangan yang
dialami mereka.

13. Mampu menyelenggarakan administrasi sekolah


Kemampuan ini meliputi kemampuan mengenal dan melaksanakan

PROFESI KEGURUAN 54
pengadministrasian sekolah, mengatasi kelangkaan sumber belajar,
membimbing siswa merawat sumber-sumber belajar lainnya.
Di samping kegiatan akademis, guru harus mampu menyelenggarakan
administrasi sekolah, menurut Ary Gunawan (1989) guru duharapkan :
a. Mengenal secara baik pengadministrasian kegiatan sekolah
b. Membantu dalam melaksanakan kegiatan administrasi sekolah
c. Mengatasi kelangkaan sumber belajar bagi dirinya dan bagi sekolah
d. Membimbing peserta didik merawat alat-alat pelajaran dan sumber
belajar secara tepat.

14. Memiliki wawasan tentang inovasi pendidikan


`Guru harus mampu berperan sebagai inovator atau agen perubahan
dengan menguasai wawasan yang cukup tentang berbagai inovasi dan
teknologi pendidikan yang berkembang.
Seorang guru diharapkan berperan sebagai innovator atau agen perubahan
maka guru perlu memiliki wawasan yang memadai mengenai berbagai inovasi
dan teknologi pendidikan yang pernah dan mungkindikembangkan pada
jenjang pendidikan, M.C. Ryan (1990). Wawasan ini perlu dimiliki oleh setiap
guru agar dalam melaksanakan tugasnya mereka tidak cenderung bertindak
secara rutin, tetapi selalu memikirkan cara-cara baru yang mungkin dapat
diterapkan di sekolah, yang sekaligus dapat meningkatkan kegairahan kerja
mereka.

15. Berani mengambil keputusan


Kemampuan mengambil keputusan pendidikan bertujuan agar guru tidak
terombang-ambing dalam ketidakpastian.
Guru harus memiliki kemampuan mengambil keputusan pendidikan agar
dia tidak terombang-ambing dalam ke-tidakpastian. Semua tindakannya akan
memberikan dampak tersendiri bagi peserta didik sehingga apabila guru tidak
berani mengambil tindakan kependidikan, siswa akan menjadi korban
kebimbangan.

PROFESI KEGURUAN 55
16. Memahami kurikulum dan perkembangannya
Guru harus memahami konsep dasar dan langkah-langkah pokok dalam
pengembangan kurikulum.
Salah satu tugas guru adalah melaksanakan kurikulum dengan sebaik-
baiknya. Oleh karena itu, guru perlu memahami konsep-konsep dasar dan
langkah-langkah pokok dalam pengembangan kurikulum.

17. Mampu bekerja berencana dan terprogram


Guru dituntut agar bisa bekerja secara teratur dan berurutan dengan
kreatifitas yang tinggi.
Guru dituntut untuk dapat bekerja teratur, tahap demi tahap, tanpa
menghilangkan kreativitasnya. Rencana dan program tersebut akan menjadi
program kerja guru sehingga tahap pencapaian pendidikan dapat dinilai dan
dijadikan umpan balik bagi kelanjutan peningkatan tahap pendidikan.
Keteraturan dan keterlibatan kerja ini pun akan memberikan warna dalam
proses pendidikan atau proses belajar mengajar. Dengan urutan yang jelas,
guru diharapkan dapat disiplin dalam bertindak, berpakaian dan berkarya.

18. Mampu menggunakan waktu secara tepat


Selain tepat waktu masuk dan keluar kelas, guru juga harus bisa membuat
program kegiatan dengan durasi dan frekwensi yang tepat.
Makna tepat waktu di sini bukan sekedar masuk dan keluar kelas tepat
pada waktunya, melainkan juga guru harus pandai membuat program kegiatan
dengan durasi dan frekuensi yang tepat sehingga tidak membosankan.
Karakteristik ini juga hanya dapat dipakai melalui praktik pembinaan yang
cukup banyak dan pengetahuan yang baik
Semua komponen di atas dapat dikelompokkan menjadi:
1. Pengetahuan tentang belajar dan tingkah laku manusia
2. Pengetahuan dan menguasai mata pelajaran yang diampu
3. Sikap tepat tentang diri, sekolah, teman sejawat, dan mata pelajaran yang
diampu
4. Keterampilan dalam teknik mengajar

PROFESI KEGURUAN 56
2.3 Kompetensi Sosial
2.3.1 Pengertian Kompetensi Sosial
a. Menurut Adam (dalam Martani & Adiyanti, 1991) kompetensi sosial
mempunyai hubungan yang erat dengan penyesuaian sosial dan kualitas
interaksi antar pribadi. Membangun kompetensi sosial pada kelompok
bermain dapat dimulai dengan membangun interaksi di antara anak-anak,
interaksi yang dibangun dimulai dengan bermain hal-hal yang sederhana,
misalnya bermain peran, mentaati tata tertib dalam kelompoknya, sehingga
kompetensi sosialnya akan terbangun.
b. Kompetensi sosial merupakan salah satu jenis kompetensi yang harus dimiliki
oleh anak-anak dan pemilikan kompetensi ini merupakan suatu hal yang
penting. Menurut Leahly (1985) kompentensi merupakan suatu bentuk atau
dimensi evaluasi diri (self evaluation), dengan kompetensi yang dimilikinya.
c. Ross-Krasnor (Denham dkk, 2003) mendefinisikan kompetensi sosial sebagai
keefektifan dalam berinteraksi, hasil dari perilaku-perilaku teratur yang
memenuhi kebutuhan-kebutuhan pada masa perkembangan dalam jangka
pendek maupun dalam jangka panjang. Bagi anak pra sekolah, perilaku yang
menunjukkan kompetensi sosial berkisar pada tugas-tugas utama
perkembangan yaitu menjalin ikatan positif dan self regulations selama
berinteraksi dengan teman sebaya. Dalam pandangan teoritis kompetensi
sosial, terdapat dua fokus pengukuran yaitu pada diri atau orang lain, dalam
hal ini adalah mengukur kesuksesan anak dalam memenuhi tujuan pribadi
atau hubungan interpersonal anak.
d. Kompetensi sosial adalah kemampuan anak untuk mengajak maupun
merespon teman- temannya dengan perasaan positif, tertarik untuk berteman
dengan teman-temannya serta diperhatikan dengan baik oleh mereka, dapat
memimpin dan juga mengikuti, mempertahankan sikap memberi dan
menerima dalam berinteraksi dengan temannya (Vaughn dan Waters dalam
Sroufe dkk, 1996), dikarenakan anak-anak prasekolah lebih memilih teman
bermain yang berperilaku proporsional (Hart dkk. dalam Papalia dkk, 2002).

PROFESI KEGURUAN 57
e. Kompetensi sosial adalah karakter, sikap dan perilaku atau kemauan dan
kemampuan untuk membangun simpul-simpul kerja sama dengan orang lain
yang relative bersifat stabil ketika menghadapi permasalahan di tempat kerja
yang terbentuk malalui sinergi atau watak, konsep diri, motivasi internal serta
kapasitas pengetahuan sosial ( Spencer dan Spencer, 1993 : 39 ).
f. Norman D. Livergood “Social Intelligence : the human capacity to
understand whats happening in the world and respondingto that
understanding in a personally and socially effective manner”. Menurut Karl
Alberch (2006) terdapat lima dimensi kecerdasan sosial, yaitu
1. Situational Awareness. Kesadaran akan situasi yang dapat membuat
orang lain merasa senang dan nyaman.
2. Presence. Yaitu kehadiran yang dapat membuat orang lain merasa
senang dan nyaman.
3. Authenticity. Keorisinilan dalam bersikap, dapat menerima keadaan
sendiri dan mau menerima keadaan orang lain.
4. Clarity. Yaitu kejelasan dalam berkomunikasi dan memberikan
informasi kepada orang lain.
5. Emphaty. Yaitu dapat turut merasakan kondisi orang lain serta penuh
perhatian dalam berinteraksi dengan orang lain.
g. Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 pada
Pasal 4 ayat 1, menyatakan "pendidikan diselenggarakn secara demokratis
dan berkeadilan Berta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak
asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa".
Pernyataan -ini menunjukkan bahwa pendidikan diselenggarakan secara
demokratis dan berkeadilan, tidak dapat diurus dengan paradigma birokratik.
Karena jika paradigma birokratik yang dikedepankan, tentu ruang
kreatifitasdan invoasi dalam penyelenggaraan pendidikan khususnya pada
satuan pendidikan sesuai semangat UU SPN 2003 tersebut tidak akan
terpenuhi. Penyelenggaraan pendidikan secara demokratis khususnya dalam
memberi layanan belajar kepada peserta didik mengandung dimensi sosial,
oleh karena itu dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik mengedepankan
sentuhan sosial.Artinya kompetensi sosial terkait dengan kemampuan guru

PROFESI KEGURUAN 58
sebagai makhluk sosial dalam berinteraksi dengan orang lain. Sebagai
makhluk sosial guru berperilaku santun, mampu berkomunikasi dan
berinteraksi dengan lingkungan secara efektif dan menarik mempunyai rasa
empati terhadap orang lain. Kemampuan guru berkomunikasi dan
berinteraksi secara efektif dan menarik dengan peserta didik, sesama
pendidik dan tenaga kependidikan, orangtua dan wali peserta didik,
masyarakat sekitar sekolah dan sekitar di mana pendidik itu tinggal, dan
dengan pihak-pihak berkepentingan dengan sekolah.Kondisi objektif ini
menggambarkan bahwa kemampuan sosial guru tampak ketika bergaul dan
melakukan interaksi sebagai profesi maupun sebagai masyarakat, dan
kemampuan mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
h. Kompetensi sosial menurut Slamet PH (2006) terdiri dari:
1. memahami dan menghargai perbedaan (respek)serta memiliki
kemampuan mengelola konflik dan benturan;
2. melaksanakan kerjasama secara harmonis dengan kawan sejawat,
kepala sekolah dan wakil kepala sekolah dan pihak-pihak terkait
lainnya;
3. membangun kerja tim (teamwork) yang kompak, cerdas, dinamis,
dan lincah,
4. melaksanakan komunikasi (oral, tertulis, tergambar) secara efektif
dan menyenangkan dengan seluruh warga sekolah, orangtua peserta
didik, dengan kesadaran sepenuhnya bahwa masing-masing memiliki
pecan dan tanggungjawab terhadap kemajuan pembelajaran;
5. memiliki kemampuan memahami dan menginternalisasikan
perubahan lingkungan yang berpengaruh terhadap tugasnya;
6. memiliki kemampauan mendudukkan dirinya dalam sistem nilai
yang berlaku di masyarakatsekitarnya; dan
7. melaksanakan prinsip-prinsip tata kelola yang baik (misalnya:
partisipasi, tranparasi, akutabilitas, penegakan hokum, dan
profesionalisme).
Pada kompetensi sosial, masyarakat adalah menyangkut perangkat
perilaku yang merupakan dasar bagi pemahaman diri dengan bagian yang tidak

PROFESI KEGURUAN 59
terpisahkan dari lingkungan sosial serta tercapainya interaksi sosial secara objektif
dan efisien.Ini merupakan penghargaan guru di masyarakat, sehingga mereka
mendapatkan kepuasan diri dan menghasilkan kerja yang nyata dan efisien,
terutama dalam pendidikan nasional. Kompetensi sosial mencakup perangkat
perilaku yang menyangkut: Kemampuan interaktif yaitu kemampuan yang
menunjang efektivitas interaksi dengan orang lain seperti keterampilan ekspresi
diri, berbicara efektif, memahami pengaruh orang lain terhadap diri sendiri,
menafsirkan motif orang lain, mencapai rasa aman bersama orang lain:
Ketrampilan memecahkan masalah kehidupan seperti mengatur waktu, uang,
kehidupan berkeluarga, memahami nilai kehidupan dan sebagainya. Sedangkan
kompetensi spritual yaitu pemahaman, penghayatan dan pengamalan kaidah
agama dalam berbagai aspek kehidupan.Dengan demikian indikator kemampuan
sosial guru adalah mampu berkomunikasi dan bergaul dengan peserta didik,
sesama pendidik dan tenaga kependidikan, orangtua dan wali murid, masyarakat
dan lingkungan sekitar, dan mampu mengembangkan jaringan.

2.3.2 Indikator Kompetensi Sosial Guru


Guru yang efektif adalah guru yang mampu membawa siswanya dengan
berhasil mencapai tujuan pengajaran. Mengajar di depan kelas merupakan
perwujudan interaksi dalam proses komunikasi. Menurut Undang-undang Guru
dan Dosen kompetensi sosial adalah “kemampuan guru untuk berkomunikasi dan
berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru,
orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar”.
Surya mengemukakan kompetensi sosial adalah kemampuan yang
diperlukan oleh seseorang agar berhasil dalam berhubungan dengan orang lain .
Dalam kompetensi sosial ini termasuk keterampilan dalam interaksi sosial dan
melaksanakan tanggung jawab sosial. Asian Institut for Teacher Education,
menjelaskan kompetensi sosial guru adalah salah satu daya atau kemampuan guru
untuk mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang baik serta
kemampuan untuk mendidik, membimbing masyarakat dalam menghadapi
kehidupan di masa yang akan datang. Untuk dapat melaksanakan peran sosial
kemasyarakatan, guru harus memiliki kompetensi :

PROFESI KEGURUAN 60
1. Aspek normatif kependidikan, yaitu untuk menjadi guru yang baik tidak
cukup digantungkan kepada bakat, kecerdasan, dan kecakapan saja, tetapi
juga harus beritikad baik sehingga hal ini bertautan dengan norma yang
dijadikan landasan dalam melaksanakan tugasnya
2. Pertimbangan sebelum memilih jabatan guru
3. Mempunyai program yang menjurus untuk meningkatkan kemajuan
masyarakat dan kemajuan pendidikan.
Johnson sebagaimana dikutip Anwar mengemukakan kemampuan sosial
mencakup kemampuan untuk menyesuaikan diri kepada tuntutan kerja dan
lingkungan sekitar pada waktu membawakan tugasnya sebagai guru.
Arikunto mengemukakan kompetensi sosial mengharuskan guru memiliki
kemampuan komunikasi sosial baik dengan peserta didik, sesama guru, kepala
sekolah, pegawai tata usaha, bahkan dengan anggota masyarakat. Berdasarkan
uraian di atas, kompetensi sosial guru tercermin melalui indikator:
1. interaksi guru dengan siswa
2. interaksi guru dengan kepala sekolah
3. interaksi guru dengan rekan kerja
4. interaksi guru dengan orang tua siswa
5. interaksi guru dengan masyarakat.
Selain itu ada juga indikator yang diungkapkan oleh Irwan Nasution dan
Amiruddin Siahaan mengenai kompetensi sosial seorang guru, yaitu
1. Berkomunikasi lisan, tulisan, dan isyarat
2. Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara
fungsional
3. Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik,
tenaga kependidikan, pimpinan satuan pendidikan, orang tua/wali
peserta didik, bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar
dengan mengindahkan norma serta sisitem nilai yang berlaku
4. Menerapkan prinsip-prinsip persaudaraan sejati dan semangat
kebersamaan.

PROFESI KEGURUAN 61
2.3.3 Peran Sosial Guru Dalam Masyarakat
Keberadaan guru di tengah masyarakat bisa dijadikan teladan dan juga
rujukan maasyarakat sekitar. Disinilah nilai strategis seorang guru sebagai
penebar cahaya kebenaran dan keagungan nilai terpancar kuat. Hal ini
meniscayakan seorang guru untuk selalu On The Right Track (pada jalan yang
benar), tidak menyimpang dan tidak berbelok, sesuai dengan ajaran agama yang
suci, adat istiadat yang baik, dan aturan pemerintah.
Posisi strategis seorang guru tidak hanya bermakna pasif, justru harus
bermakna Aktif Progresif. Dalam arti, guru harus bergerak memberdayakan
masyarakat menuju kualitas hidup yang baik dan perfect di segala aspek
kehidupan, khususnya pengetahuan moralitas, sosial, budaya, dan ekonomi
kerakyatan. Karena itu gurur memiliki bebrapa peran penting di tengah
masyarakat, antara lain:
a. Pendidik
Pentingnya mendidik anak secara bertanggung jawab, wajibnya
bekerja yang halal, dijauhkan dari pekerjaan yang dilarang dan
menekankan hidup bersama yang harmonis, kolektif dan dinamis bersama
elemen masyarakat lain.
b. Penggerak potensi
Selain sebagai pendidik ia juga seoarang penggerak yang aktif
menggerakkan potensi besar ummat untuk kesejahteraan dan kemajauan.
Jangan sampai potensi besar alam, misalnya dimanfaatkan oleh pihak
industri untuk melakukan eksploitasi secara semena-mena sementara
rakyat sekitar tidak mendapatkan apa-apa. Hal ini banyak terjadi di banyak
tempat. Masyarakat akhirnya diam saja, karena takut terhadap berbagai
ancaman kalau berani mengusik kepentingan pihak industri yang di
backup penuh kalangan pemerintah dan pihak keamanan.
c. Pengatur irama
Disinilah peran seorang guru sebagai pengatur irama, harus jeli
membaca potensi seseorang menempatkannya pada posisi yang tepat, dan
mengatur irama permainan yang saling melengkapi, menyempurnakan,

PROFESI KEGURUAN 62
dan menutupi kelemahan masing-masing. Jadilah ia sebuah kekuatan
dahsyat yang akan membawa perubahan besar dalam kehidupan sosial.
d. Pengengah konflik
Peran guru sebagi pengah konflik yaitu mampu mencari solusi dari
permasalahan yang ada dengan kepala dingin, mengedepankan akal dan
hati dari pada nafsu amarah, mengutamakan pendekatan psikologi
persuasif daripada emosional oportunis sanagat dinantikan demi
tercapainya kerukunan warga.
e. Pemimpin kultural
Seorang guru lebih enjoy bersama rakyat yang bebas dari
kepentingan pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Kalau masyarakat
akhirnya mendesak untuk menduduki kepemimpinan formal, ia akan
berkonsultasi dengan banyak elemen masyarakat. Kalau ternyata lebih
bermanfat hanya menjadi pemimpin kultural, ia akan konsisten di jalur
kultural yang luas dan tidak terbatas. Namun jika bermanfaat di jalur dua-
duanya tanpa ada resistensi dan konflik, maka ia akan menempatinya,
demi kemaslahatan berasama.
Dalam penjelasan pasal 10 ayat (1) ditegaskan bahwa yang dimaksud
dengan kompetensi social adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan
berinteraksi secara efektif dan efesien dengan perserta didik, sesama guru, orang
tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar”.
Pentingnya kompetensi social bagi seorang guru menurut Raihani (2007)
karena :
 guru dan semua anggota sekolah adalah manusia yang merupakan
makhluk social.
 aktifitas pendidikan sekolah adalah sebuah kerja tim, bukan kerja
individual.
 eksistensi di lingkungan masyarakatnya.
Seorang guru yang kompeten berarti ia mampu untuk melakukan
pekerjaan keguruaanya dengan baik. Sementara itu, kompetensi social guru
merupakan kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk
berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik,

PROFESI KEGURUAN 63
tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar
(Kunandar, 2007; Trianto & Tutik, 2007). Defenisi ini menegaskan beberapa hal
sebagai berikut:
a. seorang guru atau pendidik adalah seorang manusia social yang terikat
dengan norma dan kaidah yang berlaku pada masyarakat dimana dia
tinggal dan beraktifitas.
b. kompetensi social guru dilihat dari bagaimana komunikasi dan
interaksinya dengan berbagai segmen masyarakat baik disekolah
maupun di luar sekolah.
c. stakeholders yang terlibat interaksi demgam guru meliputi siswa dan
siswi, sesama guru, staf administrasi sekolah, orangtua siswa, dan
masyarakat luas.
Kunandar (2007: 76) juga mengungkapkan bahwa ciri-ciri guru yang
memiliki kompetensi social yaitu:
a. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik.
b. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama
pendidik dan tenaga kependidikan
c. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang
tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar
Menurut Trianto dan Tutik dalam tulisan Raihani (2007, pp.77-78),
indicator-indikator kompetensi social guru dalam interaksinya dengan berbagai
pihak seperti disebutkan diatas dapat dirinci sebagai berikut:
1. Berkomunikasi secara efektif dan empatik dengan peserta didik, orang tua
peserta didik , sesame pendidik, tenaga kependidikan, dan masyarakat
sekitar:
 Memahami dan melaksanakan prinsip-prinsip komunikasi
efektif dan empatik;
 Mengevaluasi proses dan hasil komunikasi efektif dan empatik;
 Memperbaiki proses komunikasi efektif dan empatik.
2. Berkontribusi terhadap pengembangan pendidikan di sekolah dan
masyarakat:

PROFESI KEGURUAN 64
 Merancang berbagai program pendidikan di sekolah dan
masyarakat sekitar;
 Menyelenggarakan berbagai program pendidikan di sekolah
dan masyarakat sekitar;
3. Berkontribusi terhadap pengembangan pendidikan di tingkat local,
regional, nasional, dan global
 Mengidentifikasi dan menganalisa masalah-masalah pendidikan pada
tataran local, regional, nasional, dan global;
 Mengembangkan alternative pemecahan masalah-masalah
pendidikan tataran local, regional, nasional, dan global;
 Mendesain program pendidikan pada tataran local, regional,
nasional, dan global
4. Memanfaatkan teknologi komunikasi dan informasi (ICT) untuk
berkomunukasi dan mengembangkan diri:
 Memahami berbagai perangkat (ICT)
 Mengoperasikan secara efektif berbagai peralatan ICT untuk
berkomunikasi
 Memanfaatkan perangkat ICT untuk berkomunikasi dan
mengembangkan kemampuan professional sebagai guru

Kompetensi sosial bisa dilihat apakah seorang guru bisa bermasyarakat


dan bekerja sama dengan peserta didik serta guru-guru lainnya. Kompetensi sosial
yang harus dikuasai guru meliputi:
a. Berkomunikasi lisan dan tulisan
b. Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional
c. Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua/wali peserta didik
d. Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar
e. Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan
nasional Indonesia
f. Menunjukkan pribadi yang dewasa dan teladan
g. Etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru

PROFESI KEGURUAN 65
2.4 Kompetensi Kepribadian Guru
1. Pengertian Kompetensi Kepribadian Guru
Kompetensi kepribadian merupakan salah satu jenis kompetensi yang
perlu dikuasai guru, selain 3 jenis kompetensi lainnya: sosial, pedagogik, dan
profesional. Dalam Penjelasan Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan disebutkan bahwa kompetensi kepribadian guru
yaitu kemampuan kepribadian yang:
a. mantap;
b. stabil;
c. dewasa;
d. arif dan bijaksana;
e. berwibawa;
f. berakhlak mulia;
g. menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat;
h. mengevaluasi kinerja sendiri; dan
i. mengembangkan diri secara berkelanjutan.
Sementara itu, Permendiknas No. 16 Tahun 2007 tentang Kualifikasi dan
Kompetensi Guru menjelaskan kompetensi kepribadian untuk guru kelas dan
guru mata pelajaran, pada semua jenjang pendidikan dasar dan menengah, sebagai
berikut:
1. Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan
nasional Indonesia, mencakup:
a. menghargai peserta didik tanpa membedakan keyakinan yang dianut,
suku, adat-istiadat, daerah asal, dan gender;
b. bersikap sesuai dengan norma agama yang dianut, hukum dan sosial
yang berlaku dalam masyarakat, dan kebudayaan nasional Indonesia
yang beragam.
2. Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan
teladan bagi peserta didik dan masyarakat, mencakup:
a. berperilaku jujur, tegas, dan manusiawi;
b. berperilaku yang mencerminkan ketakwaan dan akhlak mulia;

PROFESI KEGURUAN 66
c. berperilaku yang dapat diteladani oleh peserta didik dan anggota
masyarakat di sekitarnya.
3. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan
berwibawa, mencakup:
a. menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap dan stabil; dan
b. menampilkan diri sebagai pribadi yang dewasa, arif, dan berwibawa.
4. Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi
guru, dan rasa percaya diri, mencakup:
a. menunjukkan etos kerja dan tanggung jawab yang tinggi;
b. bangga menjadi guru dan percaya pada diri sendiri; dan
c. bekerja mandiri secara profesional.
5. Menjunjung tinggi kode etik profesi guru, mencakup:
a. memahami kode etik profesi guru;
b. menerapkan kode etik profesi guru; dan
c. berperilaku sesuai dengan kode etik guru.
Kompetensi kepribadian adalah kompetensi yang berkaitan dengan
perilaku pribadi guru itu sendiri yang kelak harus memiliki nilai-nilai luhur
sehingga terpancar dalam perilaku sehari-hari. Pemahaman terhadap kompetensi
kepribadian guru harus di maknai sebagai suatu wujud sosok manusia yang utuh.
Guru sebagai tenaga pendidik yang tugas utamanya mengajar, memiliki
karakteristik kepribadian yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan
pengembangan sumber daya manusia. Kepribadian yang mantap dari sosok
seorang guru akan memberikan teladan yang baik terhadap anak didik maupun
masyarakatnya, sehingga guru akan tampil sebagai sosok yang patut “digugu”
(ditaati nasehat/ucapan/perintahnya) dan “ditiru” (di contoh sikap dan
perilakunya). Kepribadian guru merupakan faktor terpenting bagi keberhasilan
belajar anak didik.
Surya (2003:138) menyebut kompetensi kepribadian ini sebagai
kompetensi personal, yaitu kemampuan pribadi seorang guru yang diperlukan
agar dapat menjadi guru yang baik. Kompetensi personal ini mencakup
kemampuan pribadi yang berkenaan dengan pemahaman diri, penerimaan diri,
pengarahan diri, dan perwujudan diri.

PROFESI KEGURUAN 67
Gumelar dan Dahyat (2002:127) merujuk pada pendapat Asian Institut for
Teacher Education, mengemukakan kompetensi pribadi meliputi :
1. pengetahuan tentang adat istiadat baik sosial maupun agama
2. pengetahuan tentang budaya dan tradisi
3. pengetahuan tentang inti demokrasi
4. pengetahuan tentang estetika
5. memiliki apresiasi dan kesadaran sosial
6. memiliki sikap yang benar terhadap pengetahuan dan pekerjaan
7. setia terhadap harkat dan martabat manusia
Johnson dikutip Anwar (2004:63) mengemukakan kemampuan personal guru,
mencakup :
1. penampilan sikap yang positif terhadap keseluruhan tugasnya sebagai
guru, dan terhadap keseluruhan situasi pendidikan beserta unsur-unsurnya
2. pemahaman, penghayatan dan penampilan nilai-nilai yang seyogyanya
dianut oleh seorang guru
3. kepribadian, nilai, sikap hidup ditampilkan dalam upaya untuk menjadikan
dirinya sebagai panutan dan teladan bagi para siswanya
Arikunto (1993:239) mengemukakan kompetensi personal mengharuskan
guru memiliki kepribadian yang mantap sehingga menjadi sumber inspirasi bagi
subyek didik, dan patut diteladani oleh siswa. Berdasarkan uraian di atas,
kompetensi kepribadian guru tercermin dari indikator sikap dan keteladanan.
2. Arti Penting Kompetensi Kepribadian Guru
Penguasaan kompetensi kepribadian guru memiliki arti penting, baik bagi
guru yang bersangkutan, sekolah dan terutama bagi siswa. Berikut ini disajikan
beberapa arti penting penguasaan kompetensi kepribadian guru:
a. Ungkapan klasik mengatakan bahwa “segala sesuatunya bergantung pada
pribadi masing-masing”. Dalam konteks tugas guru, kompetensi
pedagogik, profesional dan sosial yang dimiliki seorang guru pada
dasarnya akan bersumber dan bergantung pada pribadi guru itu sendiri.
Dalam melaksanakan proses pembelajaran dan berinteraksi dengan siswa
akan banyak ditentukan oleh karakteristik kepribadian guru yang
bersangkutan. Memiliki kepribadian yang sehat dan utuh, dengan

PROFESI KEGURUAN 68
kerakteristik sebagaimana diisyaratkan dalam rumusan kompetensi
kepribadian di atas dapat dipandang sebagai titik tolak bagi seseorang
untuk menjadi guru yang sukses.
b. Guru adalah pendidik profesional yang bertugas untuk mengembangkan
kepribadian siswa atau sekarang lebih dikenal dengan karakter siswa.
Penguasaan kompetensi kepribadian yang memadai dari seorang guru akan
sangat membantu upaya pengembangan karakter siswa. Dengan
menampilkan sebagai sosok yang bisa di-gugu (dipercaya) dan ditiru,
secara psikologis anak cenderung akan merasa yakin dengan apa yang
sedang dibelajarkan gurunya. Misalkan, ketika guru hendak
membelajarkan tentang kasih sayang kepada siswanya, tetapi di sisi lain
secara disadari atau biasanya tanpa disadari, gurunya sendiri malah
cenderung bersikap tidak senonoh, mudah marah dan sering bertindak
kasar, maka yang akan melekat pada siswanya bukanlah sikap kasih
sayang, melainkan sikap tidak senonoh itulah yang lebih berkesan dan
tertanam dalam sistem pikiran dan keyakinan siswanya.
c. Di masyarakat, kepribadian guru masih dianggap hal sensitif dibandingkan
dengan kompetensi pedagogik atau profesional. Apabila ada seorang guru
melakukan tindakan tercela, atau pelanggaran norma-norma yang berlaku
di masyarakat, pada umumnya masyarakat cenderung akan cepat mereaksi.
Hal ini tentu dapat berakibat terhadap merosotnya wibawa guru yang
bersangkutan dan kepercayaan masyarakat terhadap institusi sekolah,
tempat dia bekerja.
d. Bukti-bukti ilmiah menunjukkan bahwa kompetensi kepribadian guru
berpengaruh terhadap perkembangan belajar dan kepribadian siswa. Studi
kuantitatif yang dilakukan Pangky Irawan (2010) membuktikan bahwa
kompetensi kepribadian guru memiliki hubungan erat dan signifikan
dengan motivasi berprestasi siswa. Sementara studi kualitatif yang
dilakukan Sri Rahayu (2008) menunjukkan bahwa kompetensi kepribadian
guru memiliki kontribusi terhadap kondisi moral siswa. Hasil studi
lain membuktikan tampilan kepribadian guru akan lebih banyak

PROFESI KEGURUAN 69
mempengaruhi minat dan antusiasme anak dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran (Iis Holidah, 2010)
Dari uraian singkat di atas, tampak terang bahwa begitu pentingnya
penguasaan kompetensi kepribadian bagi seorang guru. Kendati demikian dalam
tataran realita upaya pengembangan profesi guru yang berkaitan dengan
penguatan kompetensi kepribadian tampaknya masih relatif terbatas dan
cenderung lebih mengedepankan pengembangan kompetensi pedagogik dan
akademik (profesional). Lihat saja, dalam berbagai pelatihan guru, materi yang
banyak dikupas cenderung lebih bersifat penguatan kompetensi pedagogik dan
akademik. Begitu juga, kebijakan pemerintah dalam Uji Kompetensi Guru dan
Penilaian Kinerja Guru yang lebih menekankan pada penguasaan kompetensi
pedagogik dan akademik.
Sedangkan untuk pengembangan dan penguatan kompetensi kepribadian
seolah-olah dikembalikan lagi kepada pribadi masing-masing dan menjadi urusan
pribadi masing-masing. Oleh karena itu, marilah kita sama-sama mengambil
tanggung jawab ini dengan berusaha belajar memperbaiki diri-pribadi kita untuk
senantiasa berusaha menguatkan kompetensi kepribadian kita. Meski dalam
berbagai teori kepribadian disebutkan bahwa kepribadian orang dewasa cenderung
bersifat permanen, tetapi saya ingin mengutip apa yang disampaikan oleh sahabat
saya DR. Uhar Suharsaputra, M.Pd. dalam bukunya “Menjadi Guru
Berkarakter”, disebutkan bahwa: “Jika yakin bisa berubah, maka berubahlah…
Jika Anda ingin menjadi guru yang baik dan lebih baik, katakanlah terus pada
diri sendiri bahwa saya adalah guru yang baik dan lebih baik, dan bayangkan
bahwa Anda adalah guru yang baik dan lebih baik dengan kepribadian yang baik
dan lebih baik.”
Berkenaan dengan upaya peningkatan kepribadian, Essential Life Skill
memberikan tips 10 cara untuk meningkatkan kepribadian, yang isinya dapat
disarikan sebagai berikut:
1. Jadilah pendengar yang baik, jadikan teman bicara Anda merasa penting
dan dihargai
2. Perbanyaklah membaca dan perluas interes Anda,
3. Jadilah ahli pembicara yang baik,

PROFESI KEGURUAN 70
4. Milikilah gagasan yang berbeda dan unik sehingga dapat memperluas
perspektif setiap orang tentang Anda,
5. Temui orang-orang baru, terutama yang berbeda dengan Anda, sehingga
wawasan Anda menjadi semakin luas,
6. Jadilah diri Anda sendiri, dengan menunjukkan keotentikan
dan keunikan yang Anda miliki,
7. Milikilah sikap dan pandangan positif,
8. Jadilah orang yang menyenangkan dan memiliki rasa humor,
9. Bersikap suportif kepada orang lain yang membutuhkan Anda, dan
10. Miliki integitas dan perlakukan setiap orang dengan penuh hormat.
3. Fungsi Kompetensi Kepribadian Guru
Guru harus menjadi contoh dan teladan, membangkitkan motif belajar siswa
serta mendorong/memberikan motivasi dari belakang. Dalam arti sebagai seorang
guru dituntut melalui sikap dan perbuatan menjadikan dirinya pola panutan dan
ikutan orang-orang yang di pimpinnya. Dalam hal ini siswa-siswa di sekolahnya,
juga sebagai seorang guru dituntut harus mampu membangkitkan semangat
berswakarsa dan berkreasi pada orang-orang yang dibimbingnya serta harus
mampu mendorong orang-orang yang di asuhnya agar berani berjalan di depan
dan sanggup bertanggung jawab.
Hakikat guru pendidik adalah bahwa ia digugu dan ditiru.
Berdasarkan uraian diatas, fungsi kompetensi kepribadian guru adalah
memberikan bimbingan dan suri teladan, secara bersama-sama mengembangkan
kreativitas dan membangkitkan motif belajar serta dorongan untuk maju kepada
anak didik.
4. Ruang Lingkup Kompetensi Kepribadian
Ruang lingkup kompetensi kepribadian guru tidak lepas dari falsafah hidup,
nilai-nilai yang berkembang di tempat seorang guru berada, tetapi ada beberapa
hal yang bersifat universal yang mesti dimiliki oleh guru dalam menjalankan
fungsinya sebagai makhluk individu (pribadi) yang menunjang terhadap
keberhasilan tugas pendidikan yang di embannya.
Untuk meningkatkan kompetensi, guru dituntut untuk menatap dirinya dan
memahami konsep dirinya. Seorang guru harus mampu berkaca pada dirinya

PROFESI KEGURUAN 71
sendiri, bila ia berkaca ia akan melihat bukan satu pribadi, tetapi ada tiga pribadi
yaitu:
1. Saya dengan konsep diri saya (self concept)
2. Saya dengan ide saya (self idea)
3. Saya dengan realita diri saya (self reality)
Ruang lingkup kompetensi kepribadian guru tidak lepas dari falsafah hidup,
nilai-nilai yang berkembang di tempat seorang guru berada, tetapi ada beberapa
hal yang bersifat universal yang mesti dimiliki oleh guru dalam menjalankan
fungsinya sebagai makhluk individu (pribadi) yang menunjang terhadap
keberhasilan tugas pendidikan yang di embannya.
Kemampuan pribadi menurut sanusi (1991) mencakup hal-hal sebagai berikut:
1. Penampilan sikap yang positif terhadap keseluruhan situasi pendidikan
beserta unsur-unsurnya.
2. Pemahaman, penghayatan dan penampilan nilai-nilai yang seyogianya
dianut oleh seorang guru.
3. Penampilan upaya untuk menjadikan dirinya sebagai panutan dan teladan
bagi siswanya.
Kompetensi kepribadian yang perlu dimiliki guru antara lain sebagai
berikut:
1. Guru sebagai manusia ciptaan Tuhan Yang Maha Esa berkewajiban untuk
meningkatkan iman dan ketaqwaannya kepada Tuhan, sejalan dengan
agama dan kepercayaan yang dianutnya. Contoh: seorang guru laki-laki
yang beragama Islam pada hari jumat melaksanakan ibadah sholat Jumat.
2. Guru memiliki kelebihan dibandingkan yang lain. Oleh karena itu perlu di
kembangkan rasa percaya pada diri sendiri dan tanggung jawab bahwa ia
memiliki potensi yang besar dalam bidang keguruan dan mampu untuk
menyelesaikan berbagai persoalan yang di hadapinya.
3. Guru senantiasa berhadapan dengan komunitas yang berbeda dan beragam
keunikan dari peserta didik dan masyarakatnya maka guru perlu untuk
mengembangkan sikap tenggang rasa dan toleransi dalam menyikapi
perbedaan yang ditemuinya dalam berinteraksi dengan peserta didik
maupun masyarakat.

PROFESI KEGURUAN 72
4. Guru diharapkan dapat menjadi fasilitator dalam menumbuh kembangkan
budaya berfikir kritis di masyarakat, saling menerima dalam perbedaan
pendapat dan menyepakatinya untuk mencapai tujuan bersama maka
dituntut seorang untuk bersikap demokratis dalam menyampaikan dan
menerima gagasan-gagasan mengenai permasalahan yang ada di
sekitarnya sehingga guru menjadi terbuka dan tidak menutup diri dari hal-
hal yang berada diluar dirinya.
5. Guru mampu mengembangkan dirinya sesuai dengan pembaharuan, baik
dalam bidang profesinya maupun dalamspesialisnya.
Berdasarkan Undang-undang Guru dan Dosen bagian penjelasan pasal 10
ayat (1) dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian adalah
kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta
menjadi teladan peserta didik”.
Kompetensi kepribadian adalah salah satu kemampuan yang sangat
dibutuhkan guru dalam melaksanakan tugas keguruannya. Seorang guru yang
memiliki kompetensi kepribadian meniscayakan dirinya memiliki kecendrungan
dan bakat untuk menjadi guru, sehingga ia pun akan selalu memiliki sikap
optimism dalam pekerjaanya sebagai guru, ia akan cepat dan tepat dalam
mengambil keputusan-keputusan keguruannya.
Kepribadian guru seperti yang digambarkan di atas dapat ditumbuh
kembangkan melalui beberapa tindakan seperti:
a. Membiasakan kesadaran berperilaku, sehingga apapun yang dilakukan bukan
tanpa alas an dan tanggung jawab pendidikan
b. Pembiasan dan pelatihan kepribadian secara terus menerus
c. Mencontoh perilaku orang-orang sukses dalam mendidik
d. Belajar dari sebuah kesalahan, dan lain sebagainya
Adapun indicator seorang guru yang memiliiki kompetensi kepribadiaan
antara lain adalah sebagai berikut:
a. Rendah Hati
b. Pemaaf
c. Disiplin
d. Adil

PROFESI KEGURUAN 73
e. Kreatif
f. Ikhlas
g. Jujur
h. Empati
i. Berani
j. Terbuka
k. Gigih
l. Pemurah
m. Supel
n. Sabar
o. Humoris
p. Penyayang
q. Apresiatif
r. Berwibawa
s. Santun
Sementara menurut Gimelar dan Dahsyat merujuk pada pendapat Asian
Institute for Teacher Eduation, mengemukakan kompetensi pribadi meliputi:
a. pengetahuan tentang adat istiadat baik social maupun agama,
b. pengetahuan tentang budaya dan tradisi,
c. pengetahuan tentang inti demokrasi,
d. pengetahuan tentang estetika,
e. memiliki apresiasi dan kesadaran social,
f. memiliki sikap yang benar terhadap pengetahuan dan pekerjaan,
g. setia terhadap harkat danm martabat manusia.
Kompetensi ini terkait dengan guru sebagai teladan, beberapa aspek
kompetensi ini misalnya:
a. Dewasa
b. Stabil
c. Arif dan bijaksana
d. Berwibawa
e. Mantap
f. Berakhlak mulia

PROFESI KEGURUAN 74
g. Menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat
h. Mengevaluasi kinerja sendiri
i. Mengembangkan diri secara berkelanjutan

Keempat kriteria tersebut biasanya didapat dan dikembangkan ketika menjadi


calon guru dengan menempuh pendidikan di perguruan tinggi khususnya jurusan
kependidikan. Perlu adanya kesadaran dan keseriusan dari guru untuk
mengembangkan dan meningkatkan kompetensinya. Karena kian hari tantangan
dan perubahan zaman membuat proses pendidikan juga harus berubah.

PROFESI KEGURUAN 75
BAB III
PERAN GURU DALAM PEMBELAJARAN

3.1 latar belakang


Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Ini
dibuktikan antara lain dengan data UNESCO (2000) tentang peringkat Indeks
Pengembangan Manusia (Human Development Index), yaitu komposisi dari
peringkat pencapaian pendidikan, kesehatan, dan penghasilan per-kepala yang
menunjukkan bahwa indeks pengembangan manusia Indonesia makin menurun.
Di antara 174 negara di dunia, Indonesia menempati urutan ke-102 (1996), ke-99
(1997), ke-105 (1998) dan ke-109 (1999).
Menurut survei Political and Economic Risk Consultant (PERC), kualitas
pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia. Posisi
Indonesia berada di bawah Vietnam. Data yang dilaporkan The World Economic
Forum Swedia (2000), Indonesia memiliki daya saing yang rendah, yaitu hanya
menduduki urutan ke-37 dari 57 negara yang disurvei di dunia. Dan masih
menurut survei dari lembaga yang sama, Indonesia hanya berpredikat sebagai
follower bukan sebagai pemimpin teknologi dari 53 negara di dunia. Kualitas
pendidikan Indonesia yang rendah itu juga ditunjukkan data Balitbang (2003)
bahwa dari 146.052 SD di Indonesia ternyata hanya delapan sekolah saja yang
mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Primary Years Program (PYP).
Dari 20.918 SMP di Indonesia ternyata juga hanya delapan sekolah yang
mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Middle Years Program (MYP)
dan dari 8.036 SMA ternyata hanya tujuh sekolah saja yang mendapat pengakuan
dunia dalam kategori The Diploma Program (DP).
Penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia tentu tidak lepas dari
peran dan kinerja seorang guru sebagai pengembang segala potensi yang ada pada
anak, disebabkan pendidik (guru) adalah seorang yang langsung bersinggungan
dengan peserta didik. Pada dasarnya keberhasilan pelaksanaan pendidikan lebih
banyak disebabkan faktor guru.

PROFESI KEGURUAN 76
Pembelajaran adalah upaya pendidik untuk membantu agar siswa
melakukan kegiatan belajar. Dengan perkataan lain bahwa istilah pembelajaran
dapat diberi arti sebagai kegiatan sistematik dan sengaja dilakukan oleh pendidik
untuk membantu peserta didik agar tercapai tujuan pembelajaran. Kegiatan belajar
terjadi pada diri siswa sebagai akibat dari kegiatan membelajarkan. Setiap anak
telah dibekali berbagai potensi yang ada dalam dirinya, tugas pendidiklah
mengembangkan segala potensi yang dimiliki anak tersebut.

3.2 Peranan Guru


Guru sebagai pelaku utama dalam penerapan program pendidikan di
sekolah memiliki peran yang sangat penting dalam mencapai tujuan pendidikan
yang diharapkan.] Dalam proses belajar mengajar, guru mempunyai tugas untuk
mendorong, membimbing, dan memberi fasilitas belajar bagi murid-murid untuk
mencapai tujuan. Guru mempunyai tanggung jawab untuk melihat segala sesuatu
yang terjadi dalam kelas untuk membantu proses perkembangan anak. Pendidik
adalah orang yang mengajar dan membantu siswa dalam memecahkan masalah
pendidikannya. Sedangkan menurut kajian Islam, menurut Imam al-Ghazali
guru/pendidik adalah orang yang berusaha membimbing, meningkatkan,
menyempurnakan, segala potensi yang ada pada peserta didik. Serta
membersihkan hati peserta didik agar bisa dekat dan berhubungan dengan Allah
SWT
Pendidik/guru di indonesia sendiri lebih dikenal dengan istilah pengajar,
adalah tenaga kependidian yang berpartisipasi dalam menyelenggarakan
pendidikan dengan tugas khusus sebagi profesi pendidik. pendidik adalah orang-
orang yang dalam melaksanakan tugasnya akan berhadapan dan Perinteraksi
langsung dengan para peserta didiknya dalam suatu proses yang sistematis,
terencana, dan bertujuan.
Menurut Drs. H. Abu Ahmadi dan Drs. Widodo Supriyono, peran guru
dalam proses belajar berpust pada :
a. Mendidik anak dengan memberikan pengarahan dan motivasi untuk mencapai
tujuan, baik tujuan jangka pendek maupun tujuan jangka panjang;
b. Memberi fasilitas, media, pengalaman belajar yang memadai;

PROFESI KEGURUAN 77
c. Membantu mengembangkan aspek-aspek kepribadian siswa, seperti sikap,
nilai-nilai, dan penyesuaian diri
Demikianlah dalam proses belajar mengajar, guru tidak terbatas hanya
menyampaikan ilmu pengetahuan saja akan tetapi lebih dari itu, ia bertanggung
jawab akan keseluruhan perkembangan kepribadian murid. Ia harus mampu
menciptakan proses belajar yang sedemikian rupa, sehingga dapat merangsang
murid untuk belajar aktif dan dinamis dalam memenuhi kebutuhan dan mencapai
tujuan.
Mengingat peranannya yang begitu penting, maka guru dituntut untuk
memiliki pemahaman dan kemampuan secara komprehensif tentang
kompetensinya sebagai pendidik. Guru merupakan komponen paling menentukan
dalam sistem pendidikan secara keseluruhan, seperti yang di ungkapkan oleh
Brand dalam Educational Leadership menyatakan bahwa hampir semua usaha
reformasi pendidikan seperti pembaharuan kurikulum dan metode pembelajaran,
semua bergantung kepada guru. Tanpa penguasaan materi dan strategi
pembelajaran, serta tanpa dapat mendorong siswanya untuk belajar bersungguh-
sungguh, segala upaya peningkatan mutu pendidikan tidak akan mencapai hasil
yang maksimal.
Mengenai apa peranan guru itu ada beberapa pendapat para ahli yang
dijelaskan sebagai berikut :
a. Prey katz menggambarkan peranan guru sebagai komunikator, sahabat yang
dapat memberikan nasihata-nasihat, motivator sebagai pemberi inspirasi dan
dorongan, pembimbing dalam pengembangan sikap dan tingkah laku serta
nilai-nilai, orang yang menguasai bahan yang diajarkan.
b. Havighurts menjelaskan bahwa peranan guru di sekolah sebagai pegawai
(employe) dalam hubungan kedinasan, sebagai bawahan (subordinate)
terhadap atasannya, sebagai kolega dalam hubungannya dengan teman
sejawat, sebagai mediator dalam hubungannya dengan anak didik, sebagai
pengataur disiplin, evaluator dan pengganti orang tua.
c. James W. Brown, mengemukakan bahwa tugas dan peranan guru antara lain :
menguasai dan mengembangkan materi pelajaran , merencana dan

PROFESI KEGURUAN 78
mempersiapkan pelajaran sehari-hari, mengontrol dan mengevaluasi kegiatan
siswa.
d. Federasi dan Organisasi Profesional Guru Sedunia, mengungkapkan bahwa
peranan guru di sekolah, tidak hanya sebagai transmitter dari ide tetapi juga
berperan sebagai transformer dari nilai dan sikap.

3.3 Peran Guru dalam Proses Pembelajaran


Peran utama seorang guru adalah menyampaikan ilmu pengetahuan
sebagai warisan kebudayaan masa lalu yang dianggap berguna sehingga harus
dilestarikan. Guru mempunyai peran yang sangat penting dalam proses
pembelajaran, bagaimana pun hebatnya teknologi, peran guru akan tetap
diperlukan. Teknologi yang konon bisa memudahkan manusia mencari,
mendapatkan informasi, dan pengetahuan, tidak mungkin dapat mengganti peran
seorang guru. Ada beberapa peran guru dalam proses pembelajaran, antara lain :
a. Guru sebagai Demonstrator
Dengan peranannya sebagai demonstrator atau pengajar, guru
hendaknya senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan
diajarkannya serta senantiasa mengembangkan dan meningkatkan
kemampuannya. Dengan terus belajar, diharapkan akan tercipta siswa
yang unggul.
Menurut The Liang Gie, yang dikutip oleh Sunardi Nur dan Sri
Wahyuningsih “ karakteristik siswa yang unggul ada tiga, yaitu
a. gairah belajar yang mantap,
b. semangat maju yang menyala dalam menuntut ilmu dan
c. kerajinan mengusahakan studi sepanjang waktu”.
Menurut Wina Sanjaya, yang dimaksud dengan peran guru sebagai
demonstrator adalah peran untuk mempertunjukkan kepada siswa segala
sesuatu yang dapat membuat siswa lebih mengerti dan memahami setiap
pesan yang disampaikan.
Ada dua konteks guru sebagai demonstrator, yaitu :
1. Sebagai demonstrator guru harus menunjukkan sikap-sikap terpuji.
Dalam setiap kehidupan, guru merupakan sosok yang ideal bagi setiap

PROFESI KEGURUAN 79
siswa. Biasanya apa yang dilakukan guru akan menjadi acuan bagi
siswa. Dengan demikian, berarti dalam konteks ini guru berperan
sebagai model dan teladan bagi setiap siswa.
2. Sebagai demonstrator guru harus dapat menunjukkan bagaimana
caranya agar setiap materi pelajaran bias lebih dipahami dan dihayati
oleh setiap siswa. Oleh karena itu, sebagai demonstrator erat kaitannya
dengan perencanaan strategi pembelajaran yang lebih efektir.
b. Guru sebagai pengelola kelas
Tujuan pengelolaan kelas adalah menyediakan dan menggunakan fasilitas
kelas untuk bermacam-macam kegiatan belajar dan mengajar agar mencapai
hasil belajar yang baik. Sebagai pengelola, guru berperan dalam menciptakan
iklim belajar yang memungkinkan siswa dapat belajar secara nyaman. Melalui
pengelolaan kelas yang baik guru dapat menjaga kelas agar tetap kondusif
untuk terjadinya proses belajar siswa.
c. Guru sebagai Fasilitator
Sebagai fasilitator, guru hendaknya memiliki pengetahuan dan
pemahaman yang cukup tentang media pendidikan, karena media pendidikan
merupakan alat komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses belajar
mengajar. Sebagai mediator, guru menjadi perantara hubungan antar manusia.
Dalam konteks kepentingan ini, guru harus terampil mempergunakan
pengetahuan tentang bagaimana orang berinteraksi dan berkomunikasi.
d. Guru sebagai Evaluator
Fungsi ini dimaksudkan agar guru mengetahui apakah tujuan yang telah
dirumuskan telah tercapai atau belum, dan apakah materi yang sudah diajarkan
sudah cukup tepat. Dengan melakukan penilaian guru akan dapat mengetahui
keberhasilan pencapaian tujuan, penguasaan siswa terhadap pelajaran serta
keefektifan metode mengajar. Dalam peran ini, guru menyimpulkan data atau
informasi tentang keberhasilan pembelajaran yang telah dilakukan.

PROFESI KEGURUAN 80
Terdapat dua fungsi dalam memerankan perannya sebagai evaluator, yaitu
:
1. Untuk menentukan keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan yang telah
ditentukan atau menentukan keberhasilan siswa dalam menyerap materi
kurikulum.
2. Untuk menentukan keberhasilan guru dalam melaksanakan seluruh
kegiatan yang telah dirancang dan diprogramkan.
e. Guru sebagai Motivator
Dalam proses pembelajaran. motivasi merupakan salah satu aspek dinamis
yang sangat penting. Sering terjadi siswa yang kurang berprestasi bukan
disebabkan kemampuannya yang kurang, tetapi dikarenakan tidak adanya
motivasi untuk belajar. Dengan demikian, siswa yang berprestasi rendah
belum tentu disebabkan oleh kemampuannya yang rendah pula, tetapi
mungkin disebabkan tidak ada dorongan motivasi dalam dirinya. Oleh sebab
itu, guru dituntut kreatif membangkitkan motivasi belajar siswa, karena pada
hakikatnya aktivitas belajar adalah aktivitas yang berhubungan dengan
keadaan mental seseorang. Dengan demikian apabila peserta didik belum siap
(secara mental) menerima pelajaran yang akan disampaikan, maka dapat
dipastikan bahwa pembelajaran yang dilaksanakan tersebut akan berjalan
dengan sia-sia dan tanpa makna.
Ada beberapa cara untuk memotivasi siswa dalam belajar, antara lain :
1. Memperjelas tujuan yang ingin dicapai;
2. Membangkitkan minat siswa;
3. Sesuaikan materi pelajaran dengan pengalaman dan kemampuan siswa;
4. Ciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar;
5. Berilah pujian yang wajar terhadap setiap keberhasilan siswa;
6. Ciptakan persaingan dan kerja sama.
f. guru adalah seorang pemimpin
Seorang guru juga adalah seorang pemimpin, dimana guru dituntut untuk
dapat mengarahkan dan memimpin siswanya kejalan yang benar, memberikan
tauladan, nasihat dan arahan-arahan sehingga siswanya tidak mengalami salah
jalan dan tujuan dalam kehidupannya.

PROFESI KEGURUAN 81
Guru sebagai pemimpin di kelasnya harus mampu menciptakan atmosfir
kelas yang ilmiah, agamis, dan menyenangkan. Hal ini sebagaimana dikatakan
Riawan Amin (2004) dalam bukunyab The Celestial Managemen, meskipun
dalam hal ini dimodifikasi oleh penulis sebagai berikut:

1. Guru harus membangun kelas sebagai a place of worship,


yaitu kelas sebagai tmpat untuk membangun ibadah, yang dikemas
dalam kata ZIKR.
 Zero Base,
yaitu guru sebagai pemimpin kelas harus memiliki hati
yang berih, jernih, dan apa adanya, serta menularkanya kpada
peserta didik.
 Iman,
yaitu guru sebagai pemimpin kelas harus memiliki keyknan
yang menyatu dengan Tuhan.
 Konstinten,
yaitu guru sebagai pemimpin kelas harus memiliki
kepribadian tang tetap dan tegasm sehingga dapat menularkanya
kepada peserta didik.
 Rusult Oriented,
yaitu guru sebagai pemimpin kelas harus memiliki
komitmen terhadap barbagai kegiatan yang berorientasi pada
sasaran pembelajaran dan menularkan kepada eserta didik agar
menjadi insane insane yang berwawasan masadepan.
2. Guru harus membangun kelas sebagai a place of wealth,
yaitu tempat untuk membangun kesejahteraan lahir dan batin
sehingga kelas menjadi tempat untuk berbagi dan menyejukan hati secara
inovatif. Kegiatan ini dikemas dalamkata PIKR.
 Power Sharing,
yaitu guru sebagai pemimpin kelas harus berbagi peran
dengan peserta didik, guru harus menempatkan diri sebagai

PROFESI KEGURUAN 82
panutan, motivator, dan membimbing sesuai dengan potensi yang
dimilikinya
 Information Sharing,
yaitu guru sebagai pemimpin kelas harusmenguasai dan
berbagi informasi kpada peserta didik sehingga tercipta masyarakat
penguasa informasi.
 Knowledge Sharing,
yaitu guru sebagai pemimpin kelas harus menguasai dan
berbagi ilmu pengetahuan kepada peserta didik, sehingga
menjadikan kelas yang masyarakat kelasnya memiliki sikap ingin
tauyang tinggi, selanjutnya menjadi masyarakat yang memiliki
kultur pencinta dan pencipta ilmu engetahuan,yaitu masyarakat
pecinta belajar.
 Reward Sharing,
yaitu guru sebagai kelas yang berprestasi harus dapat
membangun masyarakat kelas yang mecintai prstasi. Oleh karena
itu, di dalam kelas harus dibangun kultur motif berprestasisecara
kompetitif dan sehat sehingga dapat melahirkan peserta didik
unggulan. Untuk itu, sepantasnya dalam masyrakat kelas yang
berprstasi perlu diibangi dengan perkembangan tradisi salaing
menghargai secara wajar antara peserta didik dan guru.
3. Guru dapat membangun kelas sebagai a place or warfare,
Yaitu menjadikan kelas bagai tempat untuk memajukan peerta
didik yang dikemas dalam kata MIKR.
 Miltan,
yaitu guru sebagai pemimpin kelas harus menunjukan
sebagai militant sejati, dan harus menularkanya kepada peserta
didik sehingga dapat melahirkan lulusan unggulan yang mampu
besaing dan bersanding dalam kehidupannya.
 Intelek,
yaitu guru sebagai pemimpin kelas harus
memilikikemampuan intelektual yang tinggi, dan dapat

PROFESI KEGURUAN 83
menularkanya kepada peserta didik melalui pemberdayaan akal
sehingga di dalam kelas tumbuh kembang kultur kebahagiaan
intelektual.
 Kompetitif,
yaitu guru sebagai pemimpin kelas harus memiliki kinerja
unggul , sehingga peserta didik dapat menjai generasi yang mampu
bersaing dan bersanding di tengah lingkungannya.
 Regeneratif,
yaitu guru sebagai pemimpin kelas harus mampu
mewariskan keunggulan kepada peserta didiknya sehingga mampu
untuk melakukan inovasi, baik secara discovery ( menemukan
sesuatu yang baru dalam lingkungannya,tetapi tidak baru di dalam
lingkungan yang lain tidak) maupun invention ( menemukan
sesuatu yang baru dan belum ditemuan di tempat manapun ).
Para pakar pendidikan di Barat telah melakukan penelitian tentang peran
guru yang harus dilakoni. Peran guru yang beragam telah diidentifikasi dan dikaji
oleh Pullias dan Young (1988), Manan (1990) serta Yelon dan Weinstein (1997).
Adapun peran-peran tersebut adalah sebagai berikut :
a. Guru Sebagai Pendidik
Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan dan
identifikasi bagi para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu,
guru harus memiliki standar kualitas tertentu, yang mencakup tanggung
jawab, wibawa, mandiri dan disiplin.

b. Guru Sebagai Pengajar


Kegiatan belajar peserta didik dipengaruhi oleh berbagai factor,
seperti motivasi, kematangan, hubungan peserta didik dengan guru,
kemampuan verbal, tingkat kebebasan, rasa aman dan keterampilan guru
dalam berkomunikasi. Jika factor-faktor di atas dipenuhi, maka melalui
pembelajaran peserta didik dapat belajar dengan baik. Guru harus berusaha
membuat sesuatu menjadi jelas bagi peserta didik dan terampil dalam
memecahkan masalah. Ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh

PROFESI KEGURUAN 84
seorang guru dalam pembelajaran, yaitu : Membuat ilustrasi,
Mendefinisikan, Menganalisis, Mensintesis, Bertanya, Merespon,
Mendengarkan, Menciptakan kepercayaan, Memberikan pandangan yang
bervariasi, Menyediakan media untuk mengkaji materi standar,
Menyesuaikan metode pembelajaran, Memberikan nada perasaan. Agar
pembelajaran memiliki kekuatan yang maksimal, guru-guru harus
senantiasa berusaha untuk mempertahankan dan meningkatkan semangat
yang telah dimilikinya ketika mempelajari materi standar.

c. Guru Sebagai Pembimbing


Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan, yang
berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya bertanggungjawab atas
kelancaran perjalanan itu. Dalam hal ini, istilah perjalanan tida k hanya
menyangkut fisik tetapi juga perjalanan mental, emosional, kreatifitas,
moral dan spiritual yang lebih dalam dan kompleks.
Sebagai pembimbing perjalanan, guru memerlukan kompetensi
yang tinggi untuk melaksanakan empat hal berikut :
 guru harus merencanakan tujuan dan mengidentifikasi kompetensi
yang hendak dicapai.
 guru harus melihat keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran,
dan yang paling penting bahwa peserta didik melaksanakan
kegiatan belajar itu tidak hanya secara jasmaniah, tetapi mereka
harus terlibat secara psikologis.
 guru harus memaknai kegiatan belajar.
 guru harus melaksanakan penilaian.
d. Guru Sebagai Pelatih
Proses pendidikan dan pembelajaran memerlukan latihan
keterampilan, baik intelektual maupun motorik, sehingga menuntut guru
untuk bertindak sebagai pelatih. Hal ini lebih ditekankan lagi dalam
kurikulum 2004 yang berbasis kompetensi, karena tanpa latihan tidak akan
mampu menunjukkan penguasaan kompetensi dasar dan tidak akan mahir

PROFESI KEGURUAN 85
dalam berbagai keterampilan yang dikembangkan sesuai dengan materi
standar.

e. Guru Sebagai Penasehat


Guru adalah seorang penasehat bagi peserta didik juga bagi orang
tua, meskipun mereka tidak memiliki latihan khusus sebagai penasehat dan
dalam beberapa hal tidak dapat berharap untuk menasehati orang. Peserta
didik senantiasa berhadapan dengan kebutuhan untuk membuat keputusan
dan dalam prosesnya akan lari kepada gurunya. Agar guru dapat
menyadari perannya sebagai orang kepercayaan dan penasihat secara lebih
mendalam, ia harus memahami psikologi kepribadian dan ilmu kesehatan
mental.

f. Guru Sebagai Pembaharu (Inovator)


Guru menerjemahkan pengalaman yang telah lalu ke dalam
kehidupan yang bermakna bagi peserta didik. Dalam hal ini, terdapat
jurang yang dalam dan luas antara generasi yang satu dengan yang lain,
demikian halnya pengalaman orang tua memiliki arti lebih banyak
daripada nenek kita. Seorang peserta didik yang belajar sekarang, secara
psikologis berada jauh dari pengalaman manusia yang harus dipahami,
dicerna dan diwujudkan dalam pendidikan. Tugas guru adalah
menerjemahkan kebijakan dan pengalaman yang berharga ini kedalam
istilah atau bahasa moderen yang akan diterima oleh peserta didik. Sebagai
jembatan antara generasi tua dan genearasi muda, yang juga penerjemah
pengalaman, guru harus menjadi pribadi yang terdidik.

g. Guru Sebagai Model dan Teladan


Guru merupakan model atau teladan bagi para peserta didik dan
semua orang yang menganggap dia sebagai guru. Terdapat kecenderungan
yang besar untuk menganggap bahwa peran ini tidak mudah untuk
ditentang, apalagi ditolak. Sebagai teladan, tentu saja pribadi dan apa yang
dilakukan guru akan mendapat sorotan peserta didik serta orang di sekitar

PROFESI KEGURUAN 86
lingkungannya yang menganggap atau mengakuinya sebagai guru. Ada
beberapa hal yang harus diperhatikan oleh guru : Sikap dasar, Bicara dan
gaya bicara, Kebiasaan bekerja, Sikap melalui pengalaman dan kesalahan,
Pakaian, Hubungan kemanusiaan, Proses berfikir, Perilaku neurotis,
Selera, Keputusan, Kesehatan, Gaya hidup secara umum perilaku guru
sangat mempengaruhi peserta didik, tetapi peserta didik harus berani
mengembangkan gaya hidup pribadinya sendiri. Guru yang baik adalah
yang menyadari kesenjangan antara apa yang diinginkan dengan apa yang
ada pada dirinya, kemudian menyadari kesalahan ketika memang bersalah.
Kesalahan harus diikuti dengan sikap merasa dan berusaha untuk tidak
mengulanginya.

h. Guru Sebagai Pribadi


Guru harus memiliki kepribadian yang mencerminkan seorang
pendidik. Ungkapan yang sering dikemukakan adalah bahwa “guru bisa
digugu dan ditiru”. Digugu maksudnya bahwa pesan-pesan yang
disampaikan guru bisa dipercaya untuk dilaksanakan dan pola hidupnya
bisa ditiru atau diteladani. Jika ada nilai yang bertentangan dengan nilai
yang dianutnya, maka dengan cara yang tepat disikapi sehingga tidak
terjadi benturan nilai antara guru dan masyarakat yang berakibat
terganggunya proses pendidikan bagi peserta didik. Guru perlu juga
memiliki kemampuan untuk berbaur dengan masyarakat melalui
kemampuannya, antara lain melalui kegiatan olah raga, keagamaan dan
kepemudaan. Keluwesan bergaul harus dimiliki, sebab kalau tidak
pergaulannya akan menjadi kaku dan berakibat yang bersangkutan kurang
bisa diterima oleh masyarakat.

i. Guru Sebagai Peneliti


Pembelajaran merupakan seni, yang dalam pelaksanaannya
memerlukan penyesuaian-penyesuaian dengan kondisi lingkungan. Untuk
itu diperlukan berbagai penelitian, yang didalamnya melibatkan guru. Oleh
karena itu guru adalah seorang pencari atau peneliti. Menyadari akan

PROFESI KEGURUAN 87
kekurangannya guru berusaha mencari apa yang belum diketahui untuk
meningkatkan kemampuannya dalam melaksanakan tugas. Sebagai orang
yang telah mengenal metodologi tentunya ia tahu pula apa yang harus
dikerjakan, yakni penelitian.

j. Guru Sebagai Pendorong Kreatifitas


Kreativitas merupakan hal yang sangat penting dalam
pembelajaran dan guru dituntut untuk mendemonstrasikan dan
menunjukkan proses kreatifitas tersebut. Kreatifitas merupakan sesuatu
yang bersifat universal dan merupakan cirri aspek dunia kehidupan di
sekitar kita. Kreativitas ditandai oleh adanya kegiatan menciptakan sesuatu
yang sebelumnya tidak ada dan tidak dilakukan oleh seseorang atau
adanya kecenderungan untuk menciptakan sesuatu. Akibat dari fungsi ini,
guru senantiasa berusaha untuk menemukan cara yang lebih baik dalam
melayani peserta didik, sehingga peserta didik akan menilaianya bahwa ia
memang kreatif dan tidak melakukan sesuatu secara rutin saja. Kreativitas
menunjukkan bahwa apa yang akan dikerjakan oleh guru sekarang lebih
baik dari yang telah dikerjakan sebelumnya.

k. Guru Sebagai Pembangkit Pandangan


Dunia ini panggung sandiwara, yang penuh dengan berbagai kisah
dan peristiwa, mulai dari kisah nyata sampai yang direkayasa. Dalam hal
ini, guru dituntut untuk memberikan dan memelihara pandangan tentang
keagungan kepada pesarta didiknya. Mengembangkan fungsi ini guru
harus terampil dalam berkomunikasi dengan peserta didik di segala umur,
sehingga setiap langkah dari proses pendidikan yang dikelolanya
dilaksanakan untuk menunjang fungsi ini.

l. Guru Sebagai Pekerja Rutin


Guru bekerja dengan keterampilan dan kebiasaan tertentu, serta
kegiatan rutin yang amat diperlukan dan seringkali memberatkan. Jika

PROFESI KEGURUAN 88
kegiatan tersebut tidak dikerjakan dengan baik, maka bisa mengurangi
atau merusak keefektifan guru pada semua peranannya.

m. Guru Sebagai Pemindah Kemah


Hidup ini selalu berubah dan guru adalah seorang pemindah
kemah, yang suka memindah-mindahkan dan membantu peserta didik
dalam meninggalkan hal lama menuju sesuatu yang baru yang bisa mereka
alami. Guru berusaha keras untuk mengetahui masalah peserta didik,
kepercayaan dan kebiasaan yang menghalangi kemajuan serta membantu
menjauhi dan meninggalkannya untuk mendapatkan cara-cara baru yang
lebih sesuai. Guru harus memahami hal yang bermanfaat dan tidak
bermanfaat bagi peserta didiknya.

n. Guru Sebagai Pembawa Cerita


Sudah menjadi sifat manusia untuk mengenal diri dan menanyakan
keberadaannya serta bagaimana berhubungan dengan keberadaannya itu.
Tidak mungkin bagi manusia hanya muncul dalam lingkungannya dan
berhubungan dengan lingkungan, tanpa mengetahui asal usulnya. Semua
itu diperoleh melalui cerita. Guru tidak takut menjadi alat untuk
menyampaikan cerita-cerita tentang kehidupan, karena ia tahu sepenuhnya
bahwa cerita itu sangat bermanfaat bagi manusia. Cerita adalah cermin
yang bagus dan merupakan tongkat pengukur. Dengan cerita manusia bisa
mengamati bagaimana memecahkan masalah yang sama dengan yang
dihadapinya, menemukan gagasan dan kehidupan yang nampak diperlukan
oleh manusia lain, yang bisa disesuaikan dengan kehidupan mereka. Guru
berusaha mencari cerita untuk membangkitkan gagasan kehidupan di masa
mendatang.

o. Guru Sebagai Aktor


Sebagai seorang aktor, guru melakukan penelitian tidak terbatas
pada materi yang harus ditransferkan, melainkan juga tentang kepribadian
manusia sehingga mampu memahami respon-respon pendengarnya, dan

PROFESI KEGURUAN 89
merencanakan kembali pekerjaannya sehingga dapat dikontrol. Sebagai
aktor, guru berangkat dengan jiwa pengabdian dan inspirasi yang dalam
yang akan mengarahkan kegiatannya. Tahun demi tahun sang actor
berusaha mengurangi respon bosan dan berusaha meningkatkan minat para
pendengar.

p. Guru Sebagai Emansipator


Dengan kecerdikannya, guru mampu memahami potensi peserta
didik, menghormati setiap insane dan menyadari bahwa kebanyakan insan
merupakan “budak” stagnasi kebudayaan. Guru mengetahui bahwa
pengalaman, pengakuan dan dorongan seringkali membebaskan peserta
didik dari “self image” yang tidak menyenangkan, kebodohan dan dari
perasaan tertolak dan rendah diri. Guru telah melaksanakan peran sebagai
emansipator ketika peserta didik yang dicampakkan secara moril dan
mengalami berbagai kesulitan dibangkitkan kembali menjadi pribadi yang
percaya diri.

q. Guru Sebagai Evaluator


Evaluasi atau penilaian merupakan aspek pembelajaran yang paling
kompleks, karena melibatkan banyak latar belakang dan hubungan, serta
variable lain yang mempunyai arti apabila berhubungan dengan konteks
yang hampir tidak mungkin dapat dipisahkan dengan setiap segi penilaian.
Teknik apapun yang dipilih, dalam penilaian harus dilakukan dengan
prosedur yang jelas, yang meliputi tiga tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan
dan tindak lanjut. Penilaian harus adil dan objektif.

r. Guru Sebagai Pengawet


Salah satu tugas guru adalah mewariskan kebudayaan dari generasi
ke generasi berikutnya, karena hasil karya manusia terdahulu masih
banyak yang bermakna bagi kehidupan manusia sekarang maupun di masa
depan. Sarana pengawet terhadap apa yang telah dicapai manusia

PROFESI KEGURUAN 90
terdahulu adalah kurikulum. Guru juga harus mempunyai sikap positif
terhadap apa yang akan diawetkan.

s. Guru Sebagai Kulminator


Guru adalah orang yang mengarahkan proses belajar secara
bertahap dari awal hingga akhir (kulminasi). Dengan rancangannya peserta
didik akan melewati tahap kulminasi, suatu tahap yang memungkinkan
setiap peserta didik bisa mengetahui kemajuan belajarnya. Di sini peran
kulminator terpadu dengan peran sebagai evaluator. Guru sejatinya adalah
seorang pribadi yang harus serba bisa dan serba tahu. Serta mampu
mentransferkan kebisaan dan pengetahuan pada muridnya dengan cara
yang sesuai dengan perkembangan dan potensi anak didik.
Begitu banyak peran yang harus diemban oleh seorang guru. Peran yang
begitu berat dipikul di pundak guru hendaknya tidak menjadikan calon guru
mundur dari tugas mulia tersebut. Peran-peran tersebut harus menjadi tantangan
dan motivasi bagi calon guru. Dia harus menyadari bahwa di masyarakat harus
ada yang menjalani peran guru. Bila tidak, maka suatu masyarakat tidak akan
terbangun dengan utuh. Penuh ketimpangan dan akhirnya masyarakat tersebut
bergerak menuju kehancuran.

3.4 Komponen Kinerja Profesional Guru


Kinerja profesi guru Guru sebagai pelaku utama dalam implementasi atau
penerapan program pendidikan di sekolah memiliki peranan yang sangat strategis
dalam mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan. Dalam hal ini, guru
dipandang sebagai faktor determinan terhadap pencapaian mutu prestasi belajar
siswa.
Mengingat perannya yang begitu penting, maka guru dituntut untuk
memiliki pemahaman dan kemampuan secara komprehensif tentang
kompetensinya sebagai pendidik.
Kompetensi pendidik (guru) itu meliputi : kinerja (performance), penguasaan
landasan profesional/akademik, penguasaan materi akademik, penguasaan

PROFESI KEGURUAN 91
keterampilan/proses kerja, penguasaan penyesuaian interaksional, dan kepribadian
(rochman N.,2003).
Salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru adalah
performance (kinerja), yaitu “seperangkat perilaku kerja nyata ditunjukkan oleh
seseorang pada waktu melakasanakan tugas profesional/keahliannya ”.
Sementara kinerja (Performance) guru dapat diartikan sebagai
“Seperangkat prilaku guru yang terkait dengan gaya mengajar, kemampuan
berinteraksi dengan siswa, dan karakteristik pribadinya yang ditampilkan pada
waktu melaksanakan tugas profesionalnya sebagai pendidik
(pembimbing,pengajar,dan/atau pelatih)”.
Untuk mengetahuai apakah seorang guru telah melakukan kinerja
profesionalnya pada waktu mengajar dan bagaimana mutu kinerjanya tersebut,
maka guru perlu memiliki kemampuan untuk mengevaluasinya. Cara yang dapat
ditempuh untuk melakukan evaluasi tersebut diantaranya dengan menggunakan
skala penilaian diri (self evaluation), kuesioner yang memuat skala penilaian oleh
para siswa sebagai umpan balik (feedback) terhadap kompetensi kinerja tersebut,
dan skala penilaian oleh teman sejawa (peer evaluation).
Kinerja guru dalam melayani peserta didik dapat tergambarkan dalam
rumusan SERVICER, yaitu kepanjangan dari:
a. Smile and Simpathy
Guru dalam menjalankan tugasnya secara sadar harus
mempresentasikan wajah dngan penu snyuman sebagai wujud simpati dan
sambutan hangat (wellcome) terhadap peserta didik sehingga siswa lebih
merasa betah untuk melakukan proses pembelajaran. Pembelajaran harus
menjadi inspiratif dan pewujud kebahagiaan intelektual (intelektual
Happiness), kehagiaan emosional (emotional Happiness), kebahgiaan
spiritual (spiritual happiness), dan kebahagiaan dalam merekayasa
ancaman menjadi peluang (adversity happiness).
b. Emphaty and Enthusiasm
Guru dalam menjalankan tugasnya harus memiliki ribadi
merasakan dan melayani apa yang dirasakan dan dibutuhkan oleh peserta
didik dalam proses pembelajaran, serta dalam hidupnya dengan penuh

PROFESI KEGURUAN 92
antusias berusaha sekuat tenaga untuk meralisasikan potensi yang dimiliki
peserta didik dengan seoptimal mungkin.
c. Respect and Recovery
Guru dalam menjalankan tugasnya harus menaruh hormat dengan
menghargai terhadap peserta didik dengan setulus hati sehingga menjadi
kesan yang mendalam dan sekaligus merupakan daya pikat (magnetic
force) di hati peserta didik. Peserta didik dengan perlakuan oleh guru
manusiawi, guru harus menjadi obat yang mujarab bagi pemulihan
(recovery) peserta didik untuk kembali belajar dengan penuh gairah dan
kesungguhan
d. Vision and Victory
Guru dalam menjalankan tugasnya harus menunjukan komitmen
terdap masa depan siswa yang lebih baik (visioner) dan memberikan
keuntungan (victory) atau nilai tambah bagi kehidupannya secara unggul
komperatifdan kompetitif.
e. Iniatiatif, Inperesive, dan Inovatif
Guru dalam menjalankan tugasnya harus dapat membangun
prakarsa (inisiative) dengan penuh kesan positif (impressive) di hati para
peserta didik sehingga peserta didik merasa betah dan bebas untuk
melahirkan berbagai gagasan yang cemerlamg sebagai wujud adanya
adanya dorongan untuk melakukan inovasi secara berkelanjutan dalam
proses pembelajaran.
f. Care and Cooperative
Guru dalam menjalankan tugasnya harus dapat mengayomi sebagai
wujud kepedulian kepada peserta didik, yang dilakukan secara kooperatif
dengan sesame guru, kepalasekolah, peserta didik, atau dengan stake
holder lainnya, serta berupaya membangun perilaku peserta didik sesuai
dengan standar nrma yang berlaku dalam lingkungannya serta mampu
hidup berselancar dalam kesemerawutan (surfing on chaos) atau lebih jauh
mampu menyelam dalam kesemerawutan ( diving on chaos).
g. Emprowing and Enjoying

PROFESI KEGURUAN 93
Guru dalam menjalankan tugasnya harus mampu memberdayakan
(empowering) potensi peserta didik sesuai dengan kecerdasannya, bakat
dan minatnya sehingga para peserta didik merasa senang (enjoying)
denganpenuh kesadaran, komitmen, dan rasa tanggung jawab melaksankan
proses pembelajaran secara aktif, kreatif, evektif, inovatif, dan
menyenangkan. Proses belajar dengan rasa senang dapat menjadi solusi
dalam mengoptimalkan prestasi belajar siswa, dan dapat menghindari
terjadinya prestasi belajar siswa di bawah kemampuannya (under
achiever).
h. Result Oriented
Guru dalam menjalankan tugasnya harus ditunjukan kepada
pencapaian tujuan pembelajaran , baik yang tertuang dalam kompetensi
dasar, standar kompetensi, indicator belajar, Kriteria Kelulusan Minimal
(KKM), maupun dalam Standar Kompetensi Lulusan (SKL).

Keterampilan dasar mengajar bagi guru diperlukan agar guru dapat


melaksanakan perannya dalam pengelolaan proses pembelajaran, sehingga
pembelajaran berjalan efektif dan efesien. Ada beberapa keterampilan yang harus
dimiliki seorang guru dalam pembelajaran, ntara lain :
a. Gaya Mengajar
Gaya mengajar guru merujuk kepada kemampuan guru dalam
menciptakan iklim kelas. Lippitt dan White mengklasifikasikan gaya
mengajar itu kedalam tiga kategori, yaitu :
1. Autoritarian, yaitu guru mengarahkan seluruh kegiatan program
pembelajaran;
2. Demokrasi, yaitu guru mendorong atau melibatkan siswa untuk
berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran dan bertukar pikiran
dalam proses pengambilan keputusan;
3. Laissez-faire, yaitu guru guru tidak menetapkan tujuan, dan tidak
memberikan arahan atau aturan.

PROFESI KEGURUAN 94
Menurut Donald medley gaya mengajar guru ini merujuk kepada
kemampuan guru untuk menciptakan iklim kelas (classroom climate).
Sementara ahli lain menggambarkan gaya mengajar itu sebagai:
 aspek ekspresif mengajar, yang menyangkut karakteristik hubungan
emosional antara guru, siswa, seperti hangat atau dingin;
 aspek instrumental mengajar, yang menyangkut bagaimana guru
memberikan tugas-tugas, mengelola belajar, dan merancang aturan-
aturan kelas (Ornstein, 1990).
Lippitt dan White mengklasifikasikan gaya mengajar itu ke dalam tiga
kategori (study klasik), yaitu:
o autotitarium: guru mengarahkan keseluruhan kegiatan program
pembelajaran;
o demokrasi: guru mendorong dan melibatkan siswa untuk
berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran dan bertukar
pemikiran dalam proses pengambilan keputusan; dan
o laisses faire: guru tidak menetapkan tujuan, dan tidak memberikan
arahan atau aturan bagi tingkah laku kelompok atau individu siswa.
Hasil penelitian Lippit dan White dengan menggunakan tiga kategori
tersebut menunjukkkan bahwa:
a. para siswa yang diajar dengan gaya mengajar autoritarian kurang
memiliki kemampuan berinisiatif untuk melakukan suatu
kegiatan, menjadi tergantung kepada guru, bersifat agresif , dan
suka menentang terhadap pimpinan;
b. para siswa yang diajar dengan cara mengajar demokrasi memiliki
sikap bersahabat, mau bekerja sama dalam kelompok, dan dapat
mengrjakan tugas-tugas akademik tepat waktu; dan
c. para siswa yang diajar dengan gaya laissez-faire mengalami
kebingungan dan tidak produktif.
Louis Rubin (Ornstein, 1990) mendeskripsikan gaya mengajar ke dalam
enam aspek, yaitu sebagai berikut:
a. Explanatory, guru menjelaskan materi pelajaran dan aspek-aspek
lain yang terkait dengan pelajaran.

PROFESI KEGURUAN 95
b. Inspiratory, guru menstimulasi (memotivasi) siswa, dan
menampilkan keterlibatan emosional dalam mengajar.
Perkembangan teknologi mengubah peran guru dari pengajar yang
bertugas menyampaikan materi pembelajaran menjadi fasilitator yang bertugas
memberikan kemudahan belajar. Hal itu dimungkinkan karena perkembangan
teknologi menimbulkan banyak buku dengan harga relatif murah dan peserta
didik dapat belajar melalui internet tanpa batasan waktu dan ruang, belajar
melalui televisi, radio dan surat kabar yang setiap saat hadir di hadapan kita,
berikut disampaikan beberapa cara mengajar,antara lain:

I. Gaya Mengajar Klasik


a. Proses mengajar merupakan pemelihara dan penyampakan nilai-
nilai lama yang baik dari generasi masa lampau ke generasi
berikutnya, sebagai ujud adanya konservasi
b. Materi mengajar terdiri atas sejumlah informasi yang paling actual
dan dipilh dari bunia yang paling diketahui peserta didik.
c. Proses menyampaikan materi pelajaran tidak didasarkan atas minat
anak, melainkan pada urutan tertentu.
d. Peran guru sangat dominan dalam menyampaikan baha pelajaran
dan peserta didik menerimanya.
e. Guru harus ekspert dalam ata pelajaran yang dipegangnya.
f. Proses pengajaran pasif, sebab peserta didik mrupakan subjek yang
diberi pelajaran
II. Gaya mengajar Teknologis
a. Materi pembelajaran disesuikan dengan perkembangan peserta
didik.
b. Materi pembelajaran berhubungan dengan pembentukan kompetensi
vokasional perserta didik.
c. Penggunaan multimedia merupakan adpek penting dalam proses
pembelajaran peserta didik.
d. Materimpembelajaran merupakan aspek yang paling berarti bagi
kehidupan peserta didik.

PROFESI KEGURUAN 96
e. Guru berperan sebagai fasilator dalam proses pembelajaran peserta
didik.
III. Gaya Mengajar Personalisasi
a. Prosos pembelajaran dilakukan berdasarkan atas minat ,
pengalaman dan pola perkembangan mental peserta didik.
b. Pembelajaran berpusat pada pesrta didik (student centre)mengingat
peserta didik dipandang sebagai pribadi yang memiliki untuk
dikembangkan dan memiliki potensi untuk menyesuaikan diri denga
lingkungannya.
c. Guru berperan sebagai fasilitator dalam pelaksanaan pembelajaran,
peserta didik, mengingat guru sebagai pribadi professional yang
mengausai keahlian dalam psikologi dan metodologi.
IV. Gaya Mengajar Interaksional
a. Guru dan peserta didik sebagai mitra pelaksanaan pembelajaran,
dimana keduanya sama- sam dominan.
b. Guru dan peserta didik berusaha memodifikasi materi pembelajaran
dalam ragka mencari bentuk baru secara radikal, sebagi wujud adanya
proses transformasi.
c. Guru menciptakan iklim saling kebergantungan dalam proses
pembelajaran sehingga dapat memfasilitasi terjadinya dialog interaktif
antara peserta didik dalam upaya menciptakan gagasan- gagasan baru
yang penuh arti bagi kehidupan.
d. Materi pembelajaran lebih difokuskan pada masala- masalah
yangberhubungan dengan aspek cultural kontemporer sebagai wujud
adanya proses inovasi.

Wijaya dan Djadjuri (1984:3), manyatakan, fungsi mengajar di antaranya:


 Menerangkan dan memberikan informasi
 Mendorong inisiatif, mengarahkan pelajaran, dan
mengadministrasikannya
 Menciptakan kelompo- kelompok belajar
 Menciptakan suasana belajar yagb aman

PROFESI KEGURUAN 97
 Menjelaskan sikap, masalah, dan kepercayaan
 Mencari kesulitan – kesulitan belajar agar siswa dapat
memecahkannya sendiri
 Mebuat bahan- bahan kurikulum
 Mengevaluasi hasil belajr, mencatatnya, dan melaporkannya
 Memperkaya kegiatan belajar
 Mengelola kelas
 Mempartsifikasikan kegiatan sekolah
 Mempartsifasikan diri di dalam kehidupan professional

b. Kemampuan berintraksi dengan siswa


Kemampuan guru berinteraksi dengan siswa dimanifestasikan melalui :
1. Komunikasi Verbal
Dalam study klasik, interaksi antara guru, antara guru dan siswa
dianalasis melalui perilaku bahasa ( linguistic behavior ) guru dan siswa
di dalam kelas. Kegiatan di dalam kelas pada umumnya didominasi oleh
interaksi ( verbal ) antara guru dan siswa. Atentang komunikasrno
Bellack , dalam penelitiannya tentang komunikasi dalam mengajar di
kelas, mengklasifikasikan perilaku verbal ( verbal behaviors ) dasar,
yang dinamai juga dengan “moves” ke dalam empat jenis, yaitu sebagai
berikut :
 Structuring moves yang terkait dengan interaksi permulaan antara
guru dan siswa, seperti mengenalkan tentang topic dari materi
pelajaran yang akan dibahas atau didiskusikan;
 Soliciting moves yang dirancang untuk merangsang respons
verbal atau fisik. Seperti guru mengajukan pertanyaan tentang
suatu topic tertentu dalam rangka mendorong siswa untuk
meresponnya;
 Responding moves yang terjadi setelah soliciting moves
 Reacting moves yang berfungsi untuk
memodifikasi, mengklasifikasi atau menilai ketiga “ moves “
atau tingkah laku di atas.

PROFESI KEGURUAN 98
2. Komunikasi Non Verbal
Menurut Miles Patterson, komunikasi atau perilaku nonverbal di
dalam kelas terkait dengan lima fungsi guru yaitu;
 providing information, atau mengelaborasi pernyataan verbal
 regulating interactions, seperti menuunjuk seseorang
 expressing intimacy or liking, seperti member senyuman atau
menepuk bahu siswa
 exercising social control, memperkuat aturan kelas dengan
mendekati atau mengambil jarak
 facilitating goals, menampilkan suatu ketrampilan yang
memerlukan aktivitas motorik atau gesture
Galloway mengemukakan bahwa komunikasi nonverbal guru
dipandang sebagai perilaku yang mendorong atau membatasi siswa.
Ekspresi muka, gesture, dan gerakan badab guru memberikan penaruh
kepada partisipasi dan penampilan siswa di kelas.

3. Karakteristik Pribadi
Ryans mengklasifikasikan karakteristik guru ke dalam 4 klster dimensi
guru yaitu :
 Kreatif : guru yang kreatif bersifat imajinatif , senang
bereksperimen dan orisinal; sedangkan yang tidak kreatif
bersifat rutin, bersifat eksak dan berhati-hati;
 Dinamis : guru yang dinamis bersifat energetic dan extrovert,
sedangkan yang tidak dinamis bersifat pasif, menghindar dan
menyerah;
 Teroganisasi : guru bersifat sadar akan tujuan, pandai mencari
pemecahan masalah; sedangkan yang tidak terorganisasi bersifat
kurang sadar akan tujuan, tidak memiliki kemampuan
mengontrol ;
 Kehangatan : guru yang memiliki kehangatan bersifat pandai
bergaul, ramah, sabar sedangkan yang dingin bersifat tidak
bersahabat, sikap bermusuhan dan tidak sabar.

PROFESI KEGURUAN 99
3.5 Keterampilan Dasar Mengajar bagi Guru
Keterampilan mengajar bagi guru diperlukan agar guru dapat
melaksanakan perannya dalam pengelolaan proses pembelajaran, sehingga
pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan efesien. Disamping itu,
keterampilan dasar merupakan syarat mutlak agar guru bias
mengimplementasikan berbagai strategi pembelajaran yang akan dibahas pada
bab-bab selanjutnya.
Ada beberapa keterampilan dasar yang harus dimiliki seorang guru, antara
lain:
a. Keterampilan membuka pelajaran,
yaitu kegiatan yang dilakukan guru untuk menciptakan suasana
siap mental dan menimbulkan perhatian siswa agar terpusat pada hal-
hal yang akan dipelajari
b. Keterampilan menjelaskan,
yaitu guru menyajikan informasi lisan yang diorganisasikan secara
sistematis dengan tujuan. Dalam mempunyai keterampilan penjelasan
guru dapat dengan mudah membimbing siswa untuk memahami suatu
konsep, teori, pertanyaan-pertanyaan, dll.
c. Keterampilan bertanya,
ketarampilan ini juga tidak kalah penting dengan keterampilan
yang lainnya. Mengapa demikian, sebab melalui keterampilan ini guru
dapat menciptakan suasana pembelajaran lebih bermakna. Dapat anda
rasakan, pembelajaran akan menjadi sangat membosankan manakala
selama berjam-jam guru hanya menjelaskan materi pelajaran tanpa
diselingi dengan pertanyaan, baik hanya sekedar pertanyaan
pancingan, atau pertanyaan untuk mengajak siswa berpikir.
d. Keterampilan memberikan Penguatan (reinforcement),
adalah segala bentuk respons, apakah bersifat verbal ataupun non
verbal, yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru
terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan memberikan informasi
atau umpan balik (feed back) bagi si penerima atas perbuatannya

PROFESI KEGURUAN 100


sebagai suatu dorongan atau koreksi. Penguatan juga merupakan
respon terhadap suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan
kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut.
e. Keterampilan menutup pelajaran,
yaitu kegiatan yang dilakukan guru untuk mengakhiri kegiatan
pelajaran. Usaha menutup pelajaran dimaksudkan untuk memberikan
gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari, mengetahui
tingkat keberhasilan guru dalam proses pembelajaran.

3.6 Cara memotivasikan belajar siswa


Semua guru sudah mengetahui pentingnya motivasi belajar bagi siswa.
Motivasi yang kuat untuk belajar akan mendorong siswa untuk mau dan berusaha
belajar dengan sungguh-sungguh.
Hal ini masuk akal dan cukup beralasan. Ada tujuan dan keinginan (motif)
yang hendak dicapai oleh siswa melalui kegiatan belajar yang dilakukannya. Oleh
sebab itu, kegiatan pembelajaran yang dijalankan tidak hanya memenuhi
kepentingan guru. Yang diutamakan adalah pemenuhan keinginan dan kebutuhan
siswa dalam belajar.
Untuk hal ini perlu dilakukan analisa dan pengkajian terhadap keinginan
dan kebutuhan siswa. Tujuannya adalah supaya kegiatan memotivasi siswa dalam
pembelajaran tidak sia-sia.
Memotivasi siswa akan efektif jika dilakukan setelah melakukan
pengkajian dan analisa terhadap keinginan dan kebutuhan siswa pada umumnya.
Ada 3 keinginan dan kebutuhan siswa yang perlu dikaji dan dianalisa sebelum
menjalankan setiap pembelajaran:
1. Ingin memperoleh nilai bagus
Semua siswa pasti ingin meraih nilai yang bagus dalam belajar.
Nilai bagus mendatangkan kepuasan dan kebanggaan tersendiri bagi siswa.
Akan tetapi tidak semua siswa yang berusaha untuk mewujudkan
keinginannya.

PROFESI KEGURUAN 101


2. Ingin mengetahui banyak tentang sesuatu
Siswa ingin mengetahui banyak hal tentang sesuatu yang terdapat
dalam materi pelajaran. Akan tetapi tidak semua materi pelajaran yang
menimbulkan keinginan mereka untuk mengetahuinya lebih dalam.
3. Ingin mengalami pengalaman belajar menyenangkan
Semua siswa menginginkan mengalami proses belajar yang
mengasyikkan. Suasana belajar yang dinamis dan menggembirakan.
Materi pelajaran rumit akan menjadi sederhana dan dapat dipahami
walaupun secara berangsur-angsur.

Berdasarkan analisa keinginan dan kebutuhan siswa teresebut disusun


strategi dan langkah penting untuk memotivasi siswa dalam pembelajaran. Berikut
adalah cara dan langkah yang perlu dilakukan:
a. Gunakan metode dan kegiatan yang beragam
Melakukan hal yang sama secara terus menerus bisa menimbulkan
kebosanan dan menurunkan semangat belajar. Siswa yang bosan
cenderung akan mengganggu proses belajar. Variasi akan membuat siswa
tetap konsentrasi dan termotivasi. Sesekali mencoba sesuatu yang berbeda
dengan menggunakan metode belajar yang bervariasi di dalam kelas.
Cobalah untuk membuat pembagian peran, debat, transfer pengetahuan
secara singkat, diskusi, simulasi, studi kasus, presentasi dengan audio-
visual dan kerja kelompok kecil

b. Jadikan siswa peserta aktif


Pada usia muda sebaiknya diisi dengan melakukan kegiatan,
berkreasi, menulis, berpetualang, mendesain, menciptakan sesuatu dan
menyelesaikan suatu masalah. Jangan jadikan siswa peserta pasif di kelas
karena dapat menurunkan minat dan mengurangi rasa keingintahuannya.
Gunakanlah metode belajar yang aktif dengan memberikan siswa tugas
berupa simulasi penyelesaian suatu masalah untuk menumbuhkan motivasi
dalam belajar. Jangan berikan jawaban apabila tugas tersebut dirasa
sanggup dilakukan oleh siswa

PROFESI KEGURUAN 102


c. Buatlah tugas yang menantang namun realistis dan sesuai
Buatlah proses belajar yang cocok dengan siswa dan sesuai minat
mereka sehingga menarik karena mereka dapat melihat tujuan dari belajar.
Buatlah tugas yang menantang namun realistis. Realistis dalam pengertian
bahwa standar tugas cukup berbobot untuk memotivasi siswa dalam
menyelesaikan tugas sebaik mungkin, namun tidak terlalu sulit agar jangan
banyak siswa yang gagal dan berakibat turunnya semangat untuk belajar.

d. Ciptakan suasana kelas yang kondusif


Kelas yang aman, tidak mendikte dan cenderung mendukung siswa
untuk berusaha dan belajar sesuai minatnya akan menumbuhkan motivasi
untuk belajar. Apabila siswa belajar di suatu kelas yang menghargai dan
menghormati mereka dan tidak hanya memandang kemampuan akademis
mereka maka mereka cenderung terdorong untuk terus mengikuti proses
belajar.

e. Berikan tugas secara proporsional


Jangan hanya berorientasi pada nilai dan coba penekanan pada
penguasaan materi. Segala tugas di kelas dan pekerjaan rumah tidak selalu
bisa disetarakan dengan nilai. Hal tersebut dapat menurunkan semangat
siswa yang kurang mampu memenuhi standar dan berakibat siswa yang
bersangkutan merasa dirinya gagal. Gunakan mekanisme nilai sepelunya,
dan cobalah untuk memberikan komentar atas hasil kerja siswa mulai dari
kelebihan mereka dan kekurangan mereka serta apa yang bisa mereka
tingkatkan. Berikan komentar Anda secara jelas. Berkan kesempatan bagi
siswa untuk memperbaiki tugas mereka apabila mereka merasa belum
cukup. Jangan mengandalkan nilai untuk merombak sesuatu yang tidak
sesuai dengan Anda.

PROFESI KEGURUAN 103


f. Libatkan diri Anda untuk membantu siswa mencapai hasil
Arahkan siswa untuk meningkatkan kemampuan dalam proses
belajar mengajar, jangan hanya terpaku pada hasil ujian atau tugas.
Bantulah siswa dalam mencapai tujuan pribadinya dan terus pantau
perkembangan mereka.

g. Berikan petunjuk pada para siswa agar sukses dalam belajar


Jangan biarkan siswa berjuang sendiri dalam belajar. Sampaikan
pada mereka apa yang perlu dilakukan. Buatlah mereka yakin bahwa
mereka bisa sukses dan bagaimana cara mencapainya.

h. Hindari kompetisi antarpribadi


Kompetisi bisa menimbulkan kekhawatiran, yang bisa berdampak
buruk bagi proses belajar dan sebagian siswa akan cenderung bertindak
curang. Kurangi peluang dan kecendrungan untuk membanding-bandingan
antara siswa satu dengan yang lain dan membuat perpecahan diantara para
siswa. Ciptakanlah metode mengajar dimana para siswa bisa saling bekerja
sama.

i. Berikan Masukan
Berikan masukan para siswa dalam mengerjakan tugas mereka.
Gunakan kata-kata yang positif dalam memberikan komentar. Para siswa
akan lebih termotivasi terhadap kata-kata positif dibanding ungkapan
negatife. Komentar positif akan membangun kepercayaan diri. Ciptakan
situasi dimana Anda percaya bahwa seorang siswa bisa maju dan sukses di
masa datang.

j. Hargai kesuksesan dan keteladanan


Hindari komentar negatif terhadap kelakuan buruk dan performa
rendah yang ditunjukan siswa Anda, akan lebih baik bila Anda
memberikan apresiasi bagi siswayang menunjukan kelakuan dan kinerja
yang baik. Ungkapan positif dan dorongan sukses bagi siswa Anda

PROFESI KEGURUAN 104


merupakan penggerak yang sangat berpengaruh dan memberikan aspirasi
bagi siswa yang lain untuk berprestasi.

k. Antusias dalam mengajar


Antusiasme seorang guru dalam mengajar merupakan faktor yang
penting untuk menumbuhkan motivasi dalam diri siswa. Bila Anda terlihat
bosan dan kurang antusias maka para siswa akan menunjukkan hal serupa.
Upayakan untuk selalu tampil baik, percaya diri dan antusias di depan
kelas.

l. Tentukan standar yang tinggi (namun realisitis) bagi seluruh siswa


Standar yang diharapkan oleh para guru terhadap siswanya
memiliki dampak yang signifikan terhadap performa dan kepercayaan diri
mereka. Bila Anda mengharapkan seluruh siswa untuk termotivasi, giat
belajar dan memiliki minat yang tinggi, mereka cenderung akan bertindak
mengikuti kehendak Anda. Anda harus yakin bahwa Anda mampu
memberikan motivasi tinggi pada siswa. Pada awal tahun ajaran baru Anda
harus menggunakan kesempatan agar seluruh siswa memiliki motivasi
yang tinggi.

m. Pemberian penghargaan untuk memotivasi


Pemberian penghargaan seperti nilai, hadiah dsb, mungkin efektif
bagi sebagian siswa (biasanya bagi anak kecil) namun metode ini harus
digunakan secara hati-hati karena berpotensi menciptakan kompetisi.
Namun demikian, penggunaan metode ini dapat melahirkan motivasi
internal.

n. Ciptakan aktifitas yang melibatkan seluruh siswa dalam kelas


Buatlah aktifitas yang melibatkan siswa dengan kawan-kawan
mereka dalam satu kelas. Hal ini akan membagi pengetahuan, gagasan dan
penyelesaian tugas-tugas individu siswa dengan seluruh siswa di kelas
tersebut.

PROFESI KEGURUAN 105


o. Hindari penggunaan ancaman
Jangan mengancam siswa Anda dengan kekerasan, hukuman
ataupun nilai rendah. Bagi sebagian siswa ancaman untuk memberi nilai
rendah mungkin efektif, namun hal tersebut bisa memicu mereka
mengambil jalan pintas (mencontek).

p. Hindarilah komentar buruk


Gunakanlah komentar yang positif dan perilaku yang baik. Banyak
siswa yang percaya diri akan performa dan kemampuan mereka. Jangan
membuat pernyataan yang negatif kepada para siswa di kelas Anda
berkaitan dengan prilaku dan kemampuan mereka. Anda harus selektif
dalam menggunakan kata-kata dan berbicara dalam kelas. Apabila tidak
hati-hati, kepercayaan diri siswa Anda akan mudah jatuh.

q. Kenali minat siswa-siswa Anda


Para siswa mungkin berada dalam satu kelas, namun mereka
memiliki kepribadian yang berbeda-beda. Pahamilah siswa Anda,
bagaimana tanggapan mereka terhadap materi dan apa minat,cita-cita,
harapan dan kekhawatiran mereka. Pergunakanlah berbagai contoh dalam
pembelajaran Anda yang ada kaitannya dengan minat mereka untuk
membuat mereka tetap termotivasi dalam belajar.

r. Peduli dengan siswa-siswa Anda


Para siswa akan menunjukkan minat dan motivasi pada para guru
yang memiliki perhatian. Perlihatkan bahwa Anda memandang para siswa
sebagai layaknya manusia normal dan perhatikan bahwa mereka
mendapatkan proses pembelajaran dan bukan hanya sekedar nilai karena
hal tersebut tercermin pada kemampuan Anda sebagai seorang guru.
Cobalah membangun hubungan yang positif dengan para siswa dan coba
kenali mereka sebagaimana Anda memperkrnalkan diri Anda pada

PROFESI KEGURUAN 106


mereka. Sebagai contoh, ceritakanlah kisah anda ketika anda masih
menjadi siswa.

3.7 Kesimpulan
Proses pembelajaran ataupun kegiatan belajar-mengajar tidak bisa lepas dari
keberadaan guru. Tanpa adanya guru pembelajaran akan sulit dilakukan, apalagi
dalam rangka pelaksanaan pendidikan formal, guru menjadi pihak yang sangat
vital. Guru memiliki peran yang paling atif dalam pelaksanaan pendidikan demi
mencapai tujuan pendidikan yang hendak dicapai. Guru melaksanakan pendidikan
melalui kegiatan pembelajaran dengan mengajar peserta didik atau siswa.

Siswa juga akan kesulitan dalam belajar ataupun menerima materi tanpa
keberadaan guru, hanya mengandalkan sumber belajar dan media pembelajaran
saja akan sulit dalam penguasaan materi tanpa bimbingan guru. Guru juga
memiliki banyak kewajiban dalam pembelajaran dari mulai merencanakan
pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran, hingga melakukan evaluasi
pembelajaran yang telah dilakukan.
Pembelajaran adalah upaya pendidik untuk membantu agar siswa
melakukan kegiatan belajar. Dengan perkataan lain bahwa istilah pembelajaran
dapat diberi arti sebagai kegiatan sistematik dan sengaja dilakukan oleh pendidik
untuk membantu peserta didik agar tercapai tujuan pembelajaran. Kegiatan belajar
terjadi pada diri siswa sebagai akibat dari kegiatan membelajarkan. Setiap anak
telah dibekali berbagai potensi yang ada dalam dirinya, tugas pendidiklah
mengembangkan segala potensi yang dimiliki anak tersebut.

PROFESI KEGURUAN 107


Jadi secara umum, pembahasan dan uraian diatas dapat di tarik beberapa
kesimpulan, sebagai berikut:
a. Peranan guru akan senantiasa menggambarkan pola tingkah laku
yang diharapkan dalam berbagai interaksinya, baik dengan siswa
(yang terutama), sesama guru, maupun mengajar, dapat dipandang
sebagai sentral bagi peranannya. Sebab baik disadari atau tidak
bahwa sebagian dari waktu dan perhatian guru banyak dicurahkan
untuk menggarap proses belajar mengajar dan berinteraksi dengan
siswanya.
b. Peran guru dalam proses pembelajaran adalah
1. guru sebagai pendidik,
2. guru sebagai pengajar dan fasilitator,
3. guru sebagai pembimbing,
4. guru sebagai pengarah,
5. guru sebagai pelatih,
6. guru sebagai penilai,
7. guru sebagai pemimpin,
8. guru sebagai didaktikus,
9. guru sebagai rekan seprofesi,
10. guru sebagai inisiator,
11. guru sebagai transmitter,
12. guru sebagai mediator,
13. guru sebagai evaluator.
c. Kinerja guru bisa menjadi optimal apabila mencerminkan rumusan
SERVICER yakni
1. emphaty and enthusiasm,
2. respect and recovery,
3. vision and victory,
4. iniatiatif, inperesive, dan inovatif,
5. care and cooperative,
6. emprowing and enjoying,
7. result oriented.

PROFESI KEGURUAN 108


BAB IV
PERAN GURU DALAM BIMBINGAN KONSELING

4.1. Latar Belakang


Dalam proses pendidikan, semua stakeholder yang terkait dengan proses
tersebut mempunyai peran dan tanggungjawab sesuai dengan apa yang
dibutuhkan. Masing-masing peran tersebut harus berjalan secara sinergis
saling melengkapi sehingga membentuk sustu sistem yang harmonis. Dari
peran-peran yang ada, peran guru bimbingan dan konseling sangat diperlukan
sehingga kegiatan belajar dapat berlangsung dengan baik sesuai dengan apa
yang diharapkan. Bimbingan dan konseling merupakan pelayanan dari, untuk,
dan oleh manusia memiliki pengertian yang khas. Dengan bimbingan dan
konseling tersebut, siswa akan melakukan aktifitas belajar sesuai dengan apa
yang telah ditentukan, atau telah diatur dalam suatu aturan (norma).
Sebagaimana dikemukakan oleh Moeliono (1993: 208) bahwa disiplin adalah
ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan tata tertib, aturan, atau norma.
Upaya peningkatan pendidikan berkaitan dengan upaya peningkatan
kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia merupakan
faktor penting dalam menunjang keberhasilan pembangunan yang dilakukan
oleh suatu bangsa. Tidak sedikit pakar dari berbagai cabang ilmu pengetahuan
di dunia ini mempunyai pendapat demikian. Frederick Harbison (1961 dalam
Todaro, 1999 : 455) yang menyatakan bahwa: “Sumber daya manusia
merupakan modal dasar dari kekayaan suatu bangsa. Modal fisik dan sumber
daya alam hanyalah faktor produksi yang pada dasarnya bersifat pasif.
Manusia yang merupakan agen-agen aktif akan mengumpulkan modal,
mengeksploitasikan sumber daya alam, membangun berbagai macam
organisasi sosial, ekonomi dan politik, serta melaksanakan pembangunan
nasional. Dengan demikian jika suatu negara tidak segera mengembangkan
keahlian dan pengetahuan rakyatnya, maka Negara tersebut tidak akan dapat
mengembangkan apa pun.”

PROFESI KEGURUAN 109


Pendapat di atas dapat dilihat kebenarannya dari kondisi penanganan
pendidikan di berbagai Negara dengan kondisi kemajuan kehidupan sosial
ekonominya. Negara yang terkenal melimpah dengan kekayaan sumber daya
alam tetapi kurang memperhatikan pengembangan sumber daya manusia
melalui sistem pendidikan yang dapat mendorong peningkatan kualitas
sumber daya manusia akan kalah tingkat kemakmurannya jika dibandingkan
dengan Negara yang kurang beruntung dalam hal kekayaan sumber daya alam
tetapi berhasil mengembangkan sistem pendidikan yang dapat berperan untuk
mendorong peningkatan kualitas sumber daya alam.
Berdasarkan undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun
2003 pasal 3 dinyatakan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Mahaesa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab.
Sejalan dengan tujuan pendidikan nasional maka dirumuskan tujuan
pendidikan dasar yakni memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk
mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga
negara dan anggota umat manusia serta mempersiapkan siswa untuk
mengikuti pendidikan menengah (pasal 3 PP nomor 28 tahun 1990 tentang
Pendidikan Dasar). Pendidikan merupakan salah satu pilar utama dalam
rangka pembangunan suatu bangsa. Pendidikan merupakan sebuah modal
dasar bagaimana bangsa bisa tumbuh dan berkembang dalam menghadapi
berbagai macam perkembangan dunia dan perkembangan masa yang semakin
menantang. Dalam pendidikan terkandung berbagai macam aspek, salah satu
diantaranya adalah proses belajar mengajar yang menjadi ujung tombak
dimana para peserta didik yakni generasi muda bangsa mendapatkan sebuah
ilmu dan berbagai pemahaman tentang berbagai macam pengetahuan.
Proses pembelajaran atau belajar mengajar ini mencakup beberapa aspek
atau unsur utama, yakni guru dan murid (peserta didik). Guru atau pengajar

PROFESI KEGURUAN 110


merupakan individu-individu yang memiliki tugas dan peranan penting dalam
memberikan dan mentransfer pengetahuan kepada para peserta
didiknya,sedangkan murid atau peserta didik adalah individu-individu yang
berusaha mempelajari segenap pengetahuan yang diajarkan,diberikan dan
dijelaskan oleh para pengajar. Dengan kata lain, guru adalah seorang yang
bertugas menyampaikan materi pelajaran sedangkan murid adalah individu
yang berhak mendapatkan materi pelajaran dengan berbagai macam
penjelasannya.
Pada perkembangannya, tugas seorang guru kini semakin terlihat semakin
kompleks. Guru yang hanya bisa menyampaikan materi pelajaran kepada
murid-murinya hanya akan menjadi seorang guru yang terlalu kaku terhadap
murid-muridnya, apalagi jika ditambah dengan tanpa adanya bimbingan
terhadap murid-muridnya yang akan membuat hubungan guru-murid semakin
kaku.Ini terasa cukup untuk menggambarkan, bahwa tugas guru bukanlah
hanya untuk menyampaikan segudang materi dengan teori-teori konsep yang
begitu rumit,tetapi seorang guru juga memiliki tugas dan tanggung jawab
untuk memberikan bimbingan serta konseling kepada para peserta didiknya
untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapi oleh para murid sehingga
pembelajaran yang diberikan tidak hanya terpancang pada materi pelajaran
yang diberikan tetapi kini ditambah dengan bimbingan yang akan semakin
membantu siswa dalam mengatasi persoalan baik dalam masalah
pembelajaran materi maupun di luar pembelajaran sekolah.
Bimbingan merupakan bantuan kepada individu dalam menghadapi
persoalan-persoalan yang dapat timbul dalam hidupnya. Bantuan semacam itu
sangat tepat jika diberikan di sekolah, supaya setiap siswa lebih berkembang
ke arah yang semaksimal mungkin. Dengan demikian bimbingan menjadi
bidang layanan khusus dalam keseluruhan kegiatan pendidikan sekolah yang
ditangani oleh tenaga-tenaga ahli dalam bidang tersebut.
Lebih lanjut Priyanto mengemukakan bahwa permasalahan yang dialami oleh
para siswa di sekolah sering kali tidak dapat dihindari meski dengan
pengajaran yang baik sekalipun. Hal tersebut juga disebabkan oleh karena
sumber-sumber permasalahan siswa banyak yang disebabkan oleh hal-hal di

PROFESI KEGURUAN 111


luar sekolah. Dalam hal ini permasalahan siswa tidak boleh dibiarkan begitu
saja, termasuk perilaku siswa yang tidak dapat mengatur waktu untuk
melakukan aktifitas belajar sesuai apa yang dibutuhkan, diatur, atau
diharapkan. Apabila para siswa tersebut belajar sesuai dengan kehendak
sendiri dalam arti tanpa aturan yang jelas, maka upaya belajar siswa tersebut
tidak dapat berjalan dengan efektif. Apalagi tantangan kehidupan sosial
dewasa ini semakin kompleks, termasuk tantangan dalam mengalokasikan
waktu. Dalam hal ini jika pengaturan waktu berdasarkan kesadaran sendiri
maupun arahan pihak lain tidak dilakukan dengan disiplin maka semuanya
akan menjadi kacau. Demikian pula dengan kedisiplinan siswa dalam
melakukan aktifitas belajar dipadukan aktifitas lain dalam kehidupan sehari-
hari. Disinilah perlakuan guru bimbingan dan konseling diperlukan untuk
mendampingi mereka.
Melihat begitu kompleksnya tugas seorang guru serta begitu pentingnya
bimbingan dan konseling bagi siswa-siswi di sekolah, maka saya bermaksud
untuk memaparkan sebuah makalah yang akan membahas dan mengupas lebih
jauh tentang peranan guru dalam rangka pelaksanaan bimbingan dan konseling
di sekolah.

4.2. Konsep Dan Pengertian Bimbingan Konseling


Kehadiran guru bimbingan dan konseling (guru BK) di Indonesia masih
relatif baru. Pada awal 1970-an, profesi ini baru diperkenalkan di negeri ini.
Di negeri Paman Sam tempat dilahirkannya profesi ini; guru BK dikenal
dengan istilah scholl counselor (konselor sekolah). Di Indonesia, pada
awalnya dikenal dengan sebutan guru BP (bimbingan penyuluhan). Karena
dalam konteks tugas istilah “konseling” lebih sesuai daripada “penyuluhan”,
pada tahap selanjutnya sebutan guru BP berubah menjadi guru BK (bimbingan
konseling).
Pada beberapa daerah ada pula guru BP yang disebut dengan istilah guru
pembimbing. Akhir-akhir ini, penggunaan sebutan “konselor” lebih
dianjurkan.

PROFESI KEGURUAN 112


Dalam UU Nomor 20 tahun 2003 Pasal 1 Ayat (6) disebut istilah “konselor”
untuk profesi pendidik ini. Lebih lanjut dalam buku Rambu-Rambu
Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal
yang dikeluarkan Dirjen PMPTK Depdiknas tahun 2007, dijelaskan
pendidikan minimal konselor adalah sarjana (S1) program studi bimbingan
dan konseling. Diharapkan setelah lulus pendidikan akademik dan
memperoleh gelar sarjana pendidikan (S.Pd) jurusan bimbingan dan
konseling, lulusan dapat melanjutkan pendidikan profesi konselor (PPK).
Dasar pemikiran penyelenggaraan bimbingan dan konseling di
Sekolah/Madrasah, bukan semata-mata terletak pada ada atau tidak adanya
landasan hukum (perundang-undangan) atau ketentuan dari atas, namun yang
lebih penting adalah menyangkut upaya memfasilitasi peserta didik yang
selanjutnya disebut konseli, agar mampu mengembangkan potensi dirinya atau
mencapai tugas-tugas perkembangannya (menyangkut aspek fisik, emosi,
intelektual, sosial, dan moral-spiritual).
Konseli sebagai seorang individu yang sedang berada dalam proses
berkembang atau menjadi (on becoming), yaitu berkembang ke arah
kematangan atau kemandirian. Untuk mencapai kematangan tersebut, konseli
memerlukan bimbingan karena mereka masih kurang memiliki pemahaman
atau wawasan tentang dirinya dan lingkungannya, juga pengalaman dalam
menentukan arah kehidupannya. Disamping itu terdapat suatu keniscayaan
bahwa proses perkembangan konseli tidak selalu berlangsung secara mulus,
atau bebas dari masalah. Dengan kata lain, proses perkembangan itu tidak
selalu berjalan dalam alur linier, lurus, atau searah dengan potensi, harapan
dan nilai-nilai yang dianut.
Perkembangan konseli tidak lepas dari pengaruh lingkungan, baik fisik,
psikis maupun sosial. Sifat yang melekat pada lingkungan adalah perubahan.
Perubahan yang terjadi dalam lingkungan dapat mempengaruhi gaya hidup
(life style) warga masyarakat.
Apabila perubahan yang terjadi itu sulit diprediksi, atau di luar jangkauan
kemampuan, maka akan melahirkan kesenjangan perkembangan perilaku
konseli, seperti terjadinya stagnasi (kemandegan) perkembangan, masalah-

PROFESI KEGURUAN 113


masalah pribadi atau penyimpangan perilaku. Perubahan lingkungan yang
diduga mempengaruhi gaya hidup, dan kesenjangan perkembangan tersebut,
di antaranya: pertumbuhan jumlah penduduk yang cepat, pertumbuhan kota-
kota, kesenjangan tingkat sosial ekonomi masyarakat, revolusi teknologi
informasi, pergeseran fungsi atau struktur keluarga, dan perubahan struktur
masyarakat dari agraris ke industri.
Iklim lingkungan kehidupan yang kurang sehat, seperti : maraknya
tayangan pornografi di televisi dan VCD; penyalahgunaan alat kontrasepsi,
minuman keras, dan obat-obat terlarang/narkoba yang tak terkontrol; ketidak
harmonisan dalam kehidupan keluarga; dan dekadensi moral orang dewasa
sangat mempengaruhi pola perilaku atau gaya hidup konseli (terutama pada
usia remaja) yang cenderung menyimpang dari kaidah-kaidah moral (akhlak
yang mulia), seperti: pelanggaran tata tertib Sekolah/Madrasah, tawuran,
meminum minuman keras, menjadi pecandu Narkoba atau NAPZA
(Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya, seperti: ganja, narkotika,
ectasy, putau, dan sabu- sabu), kriminalitas, dan pergaulan bebas (free sex).
Penampilan perilaku remaja seperti di atas sangat tidak diharapkan, karena
tidak sesuai dengan sosok pribadi manusia Indonesia yang dicita-citakan,
seperti tercantum dalam tujuan pendidikan nasional (UU No. 20 Tahun 2003),
yaitu: (1) beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, (2)
berakhlak mulia, (3) memiliki pengetahuan dan keterampilan, (4) memiliki
kesehatan jasmani dan rohani, (5) memiliki kepribadian yang mantap dan
mandiri, serta (6) memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan
kebangsaan. Tujuan tersebut mempunyai implikasi imperatif (yang
mengharuskan) bagi semua tingkat satuan pendidikan untuk senantiasa
memantapkan proses pendidikannya secara bermutu ke arah pencapaian tujuan
pendidikan tersebut.
Bimbingan merupakan terjemahan dari guidance yang didalamnya
terkandung beberapa makna. Sertzer & Stone (1966) menemukakan bahwa
guidance berasal kata guide yang mempunyai arti to direct, pilot, manager, or
steer (menunjukkan, menentukan, mengatur, atau mengemudikan). Sedangkan
menurut W.S. Winkel (1981) mengemukakan bahwa guidance mempunyai

PROFESI KEGURUAN 114


hubungan dengan guiding: “ showing a way” (menunjukkan jalan), leading
(memimpin), conducting (menuntun), giving instructions (memberikan
petunjuk), regulating (mengatur), governing (mengarahkan) dan giving advice
(memberikan nasehat).
Untuk memahami lebih jauh tentang pengertian bimbingan, di bawah ini
dikemukakan pendapat dari beberapa ahli :
a. Miller (I. Djumhur dan Moh. Surya, 1975)
mengartikan bimbingan sebagai proses bantuan terhadap
individu untuk mencapai pemahaman diri yang dibutuhkan untuk
melakukan penyesuaian diri secara maksimum di sekolah, keluarga
dan masyarakat.
b. Peters dan Shertzer (Sofyan S. Willis, 2004)
mendefiniskan bimbingan sebagai : the process of helping the
individual to understand himself and his world so that he can utilize his
potentialities.
c. United States Office of Education (Arifin, 2003)
memberikan rumusan bimbingan sebagai kegiatan yang
terorganisir untuk memberikan bantuan secara sistematis kepada
peserta didik dalam membuat penyesuaian diri terhadap berbagai
bentuk problema yang dihadapinya, misalnya problema
kependidikan, jabatan, kesehatan, sosial dan pribadi. Dalam
pelaksanaannya, bimbingan harus mengarahkan kegiatannya agar
peserta didik mengetahui tentang diri pribadinya sebagai individu
maupun sebagai anggota masyarakat.
d. Jones et.al. (Sofyan S. Willis, 2004)
mengemukakan : “guidance is the help given by one person to
another in making choice and adjusment and in solving problem.
e. Djumhur dan Moh. Surya, (1975)
berpendapat bahwa bimbingan adalah suatu proses pemberian
bantuan yang terus menerus dan sistematis kepada individu dalam
memecahkan masalah yang dihadapinya, agar tercapai:
 kemampuan untuk dapat memahami dirinya (self understanding),

PROFESI KEGURUAN 115


 kemampuan untuk menerima dirinya (self acceptance),
 kemampuan untuk mengarahkan dirinya (self direction)
 dan kemampuan untuk merealisasikan dirinya (self realization)
sesuai dengan potensi atau kemampuannya dalam mencapai penyesuaian
diri dengan lingkungan, baik keluarga, sekolah dan masyarakat.
f. Dalam Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1990 tentang Pendidikan
Menengah
Dikemukakan bahwa “Bimbingan merupakan bantuan yang
diberikan kepada peserta didik dalam rangka menemukan pribadi,
mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan”.
g. Prayitno, dkk. (2003)
mengemukakan bahwa bimbingan dan konseling adalah pelayanan
bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok
agar mandiri dan berkembang secara optimal, dalam bimbingan pribadi,
bimbingan sosial, bimbingan belajar, dan bimbingan karier, melalui
berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung, berdasarkan norma-norma
yang berlaku.
h. M. Surya (1988:12)
berpendapat bahwa bimbingan adalah suatu proses pemberian atau
layanan bantuan yang terus menerus dan sistematis dari pembimbing
kepada yang dibimbing agar tercapai perkembangan yang optimal dan
penyesuaian diri dengan lingkungan.
i. (Oemar Hamalik, 2000:193).
Bimbingan ialah penolong individu agar dapat mengenal dirinya
dan supaya individu itu dapat mengenal serta dapat memecahkan masalah-
masalah yang dihadapi di dalam kehidupannya
j. (Tim Pengembangan MKDK IKIP Semarang, 1990:11).
Bimbingan adalah suatu proses yang terus-menerus untuk
membantu perkembangan individu dalam rangka mengembangkan
kemampuannya secara maksimal untuk memperoleh manfaat yang
sebesar-besarnya, baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat

PROFESI KEGURUAN 116


Dari beberapa pendapat di atas, tampaknya para ahli masih
beragam dalam memberikan pengertian bimbingan, kendati demikian kita
dapat melihat adanya benang merah, bahwa : Bimbingan pada hakekatnya
merupakan upaya untuk memberikan bantuan kepada individu atau peserta
didik. Bantuan dimaksud adalah bantuan yang bersifat psikologis.
Tercapainya penyesuaian diri, perkembangan optimal dan kemandirian
merupakan tujuan yang ingin dicapai dari bimbingan.
Bimbingan konseling adalah salah satu komponen yang penting
dalam proses pendidikan sebagai suatu sistem. Hal ini sesuai dengan apa
yang dikemukakan oleh Tim Pengembangan MKDK IKIP Semarang
bahwa proses pendidikan adalah proses interaksi antara masukan alat dan
masukan mentah. Masukan mentah adalah peserta didik, sedangkankan
masukan alat adalah tujuan pendidikan, kerangka, tujuan dan materi
kurikulum, fasilitas dan media pendidikan, system administrasi dan
supervisi pendidikan, sistem penyampaian, tenaga pengajar, sistem
evaluasi serta bimbingan konseling (Tim Pengembangan MKDK IKIP
Semarang, 1990:58).
Selain itu, dapat ditarik sebuah inti sari bahwa bimbingan dalam
penelitian ini merupakan suatu bentuk bantuan yang diberikan kepada
individu agar dapat mengembangkan kemampuannya seoptimal mungkin,
dan membantu siswa agar memahami dirinya (self understanding),
menerima dirinya (self acceptance), mengarahkan dirinya (self direction),
dan merealisasikan dirinya (self realization).
Konseling adalah proses pemberian yang dilakukan melalui
wawancara konseling oleh seorang ahli kepada individu yang sedang
mengalami suatu masalah yang bermuara pada teratasinya masalah yang
dihadapi oleh klien (Prayitno, 1997:106).
Konseling merupakan upaya bantuan yang diberikan kepada
seseorang supaya dia memperoleh konsep diri dan kepercayaan pada diri
sendiri, untuk dimanfaatkan olehnya dan memperbaiki tingkah lakunya
pada masa yang akan datang (Mungin Eddy Wibowo, 1986:39).

PROFESI KEGURUAN 117


Dari pengertin tersebut, dapat penulis sampaikan ciri-ciri pokok
konseling, yaitu:
a. Adanya bantuan dari seorang ahli,
b. Proses pemberian bantuan dilakukan dengan wawancara konseling,
c. Bantuan diberikan kepada individu yang mengalami masalah agar
memperoleh konsep diri dan kepercayaan diri dalam mengatasi
masalah guna memperbaiki tingkah lakunya di masa yang akan
datang.
Dalam konteks pemberian layanan bimbingan konseling, Prayitno
(1997:35-36) mengatakan bahwa pemberian layanan bimbingan konseling
meliputi layanan orientasi, informasi, penempatan dan penyaluran,
pembelajaran, konseling perorangan, bimbingan kelompok, dan konseling
kelompok.
Dalam Pedoman Kurikulum Berbasis Kompetensi bidang
Bimbingan Konseling tersirat bahwa suatu sistem layanan bimbingan dan
konseling berbasis kompetensi tidak mungkin akan tercipta dan tercapai
dengan baik apabila tidak memiliki sistem pengelolaan yang bermutu.
Artinya, hal itu perlu dilakukan secara jelas, sistematis, dan terarah. Untuk
itu diperlukan guru pembimbing yang profesional dalam mengelola
kegiatan Bimbingan Konseling berbasis kompetensi di sekolah dasar.

4.3. Peranan Guru Dalam Bimbingan Konseling


Peran guru dalam bimbingan konseling, meliputi :
a. Peran guru kelas/mata pelajaran
Di sekolah, tugas dan tanggung jawab utama guru adalah
melaksanakan kegiatan pembelajaran siswa. Kendati demikian, bukan
berarti dia sama sekali lepas dengan kegiatan pelayanan bimbingan dan
konseling. Peran dan konstribusi guru mata pelajaran tetap sangat
diharapkan guna kepentingan efektivitas dan efisien pelayanan Bimbingan
dan Konseling di sekolah. Bahkan dalam batas-batas tertentu guru pun
dapat bertindak sebagai konselor bagi siswanya. Wina Senjaya (2006)
menyebutkan salah satu peran yang dijalankan oleh guru yaitu sebagai

PROFESI KEGURUAN 118


pembimbing dan untuk menjadi pembimbing baik guru harus memiliki
pemahaman tentang anak yang sedang dibimbingnya. Sementara itu,
berkenaan peran guru mata pelajaran dalam bimbingan dan konseling,
Sofyan S. Willis (2005) mengemukakan bahwa guru-guru mata pelajaran
dalam melakukan pendekatan kepada siswa harus manusiawi-religius,
bersahabat, ramah, mendorong, konkret, jujur dan asli, memahami dan
menghargai tanpa syarat.
Prayitno (2003) memerinci peran, tugas dan tanggung jawab guru-
guru mata pelajaran dalam bimbingan dan konseling adalah :
1. Membantu memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling
kepada siswa
2. Membantu guru pembimbing/konselor mengidentifikasi siswa-siswa
yang memerlukan layanan bimbingan dan konseling, serta
pengumpulan data tentang siswa-siswa tersebut.
3. Mengalih tangankan siswa yang memerlukan pelayanan bimbingan
dan konseling kepada guru pembimbing/konselor
4. Menerima siswa alih tangan dari guru pembimbing/konselor, yaitu
siswa yang menuntut guru pembimbing/konselor memerlukan
pelayanan pengajar /latihan khusus (seperti pengajaran/ latihan
perbaikan, program pengayaan).
5. Membantu mengembangkan suasana kelas, hubungan guru-siswa dan
hubungan siswa-siswa yang menunjang pelaksanaan pelayanan
pembimbingan dan konseling.
6. Memberikan kesempatan dan kemudahan kepada siswa yang
memerlukan layanan/kegiatan bimbingan dan konseling untuk
mengikuti /menjalani layanan/kegiatan yang dimaksudkan itu.
7. Berpartisipasi dalam kegiatan khusus penanganan masalah siswa,
seperti konferensi kasus.
8. Membantu pengumpulan informasi yang diperlukan dalam rangka
penilaian pelayanan bimbingan dan konseling serta upaya tindak
lanjutnya.

PROFESI KEGURUAN 119


Implementasi kegiatan BK dalam pelaksanaan Kurikulum Berbasis
Kompetensi sangat menentukan keberhasilan proses belajar-mengajar. Oleh
karena itu peranan guru kelas dalam pelaksanaan kegiatan BK sangat penting
dalam rangka mengefektifkan pencapaian tujuan pembelajaran yang
dirumuskan.
Sardiman (2001:142) menyatakan bahwa ada sembilan peran guru
dalam kegiatan BK, yaitu:
1. Informator,
guru diharapkan sebagai pelaksana cara mengajar informatif,
laboratorium, studi lapangan, dan sumber informasi kegiatan akademik
maupun umum.
2. Organisator,
guru sebagai pengelola kegiatan akademik, silabus, jadwal
pelajaran dan lain-lain.
3. Motivator,
guru harus mampu merangsang dan memberikan dorongan serta
reinforcement untuk mendinamisasikan potensi siswa, menumbuhkan
swadaya (aktivitas) dan daya cipta (kreativitas) sehingga akan terjadi
dinamika di dalam proses belajar-mengajar.
4. Director,
guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar
siswa sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.
5. Inisiator,
guru sebagai pencetus ide dalam proses belajar-mengajar.
6. Transmitter,
guru bertindak selaku penyebar kebijaksanaan dalam pendidikan
dan pengetahuan.
7. Fasilitator,
guru akan memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses
belajar-mengajar.
8. Mediator,
guru sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa.

PROFESI KEGURUAN 120


9. Evaluator,
guru mempunyai otoritas untuk menilai prestasi anak didik dalam
bidang akademik maupun tingkah laku sosialnya, sehingga dapat
menentukan bagaimana anak didiknya berhasil atau tidak.

Sedangkan dalam pengertian pendidikan yang terbatas, Abin Syamsuddin


dengan mengutip pemikiran Gage dan Berliner, mengemukakan peran guru
dalam proses pembelajaran peserta didik, yang mencakup :
1. Guru sebagai perencana (planner) yang harus mempersiapkan apa yang
akan dilakukan di dalam proses belajar mengajar (pre-teaching problems).;
2. Guru sebagai pelaksana (organizer), yang harus dapat menciptakan situasi,
memimpin, merangsang, menggerakkan, dan mengarahkan kegiatan
belajar mengajar sesuai dengan rencana, di mana ia bertindak sebagai
orang sumber (resource person), konsultan kepemimpinan yang bijaksana
dalam arti demokratik & humanistik (manusiawi) selama proses
berlangsung (during teaching problems).
3. Guru sebagai penilai (evaluator) yang harus mengumpulkan, menganalisa,
menafsirkan dan akhirnya harus memberikan pertimbangan (judgement),
atas tingkat keberhasilan proses pembelajaran, berdasarkan kriteria yang
ditetapkan, baik mengenai aspek keefektifan prosesnya maupun kualifikasi
produknya.

Selanjutnya, dalam konteks proses belajar mengajar di Indonesia, Abin


Syamsuddin menambahkan satu peran lagi yaitu sebagai pembimbing (teacher
counsel), di mana guru dituntut untuk mampu mengidentifikasi peserta didik
yang diduga mengalami kesulitan dalam belajar, melakukan diagnosa,
prognosa, dan kalau masih dalam batas kewenangannya, harus membantu
pemecahannya (remedial teaching).
Di lain pihak, Moh. Surya (1997) mengemukakan tentang peranan guru di
sekolah, keluarga dan masyarakat. Di sekolah, guru berperan sebagai
perancang pembelajaran, pengelola pembelajaran, penilai hasil pembelajaran
peserta didik, pengarah pembelajaran dan pembimbing peserta didik.

PROFESI KEGURUAN 121


Sedangkan dalam keluarga, guru berperan sebagai pendidik dalam keluarga
(family educator). Sementara itu di masyarakat, guru berperan sebagai
pembina masyarakat (social developer), penemu masyarakat (social inovator),
dan agen masyarakat (social agent).
Lebih jauh, dikemukakan pula tentang peranan guru yang berhubungan
dengan aktivitas pengajaran dan administrasi pendidikan, diri pribadi (self
oriented), dan dari sudut pandang psikologis.
Dalam hubungannya dengan aktivitas pembelajaran dan administrasi
pendidikan, guru berperan sebagai :
1. Pengambil inisiatif, pengarah, dan penilai pendidikan;
2. Wakil masyarakat di sekolah, artinya guru berperan sebagai pembawa
suara dan kepentingan masyarakat dalam pendidikan;
3. Seorang pakar dalam bidangnya, yaitu menguasai bahan yang harus
diajarkannya;
4. Penegak disiplin, yaitu guru harus menjaga agar para peserta didik
melaksanakan disiplin;
5. Pelaksana administrasi pendidikan, yaitu guru bertanggung jawab agar
pendidikan dapat berlangsung dengan baik;
6. Pemimpin generasi muda, artinya guru bertanggung jawab untuk
mengarahkan perkembangan peserta didik sebagai generasi muda yang
akan menjadi pewaris masa depan; dan
7. Penterjemah kepada masyarakat, yaitu guru berperan untuk
menyampaikan berbagai kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
kepada masyarakat.

Di pandang dari segi diri-pribadinya (self oriented), seorang guru berperan


sebagai :
1. Pekerja sosial (social worker), yaitu seorang yang harus memberikan
pelayanan kepada masyarakat;
2. Pelajar dan ilmuwan, yaitu seorang yang harus senantiasa belajar secara
terus menerus untuk mengembangkan penguasaan keilmuannya;

PROFESI KEGURUAN 122


3. Orang tua, artinya guru adalah wakil orang tua peserta didik bagi setiap
peserta didik di sekolah;
4. model keteladanan, artinya guru adalah model perilaku yang harus
dicontoh oleh mpara peserta didik; dan
5. Pemberi keselamatan bagi setiap peserta didik. Peserta didik diharapkan
akan merasa aman berada dalam didikan gurunya.

Dari sudut pandang secara psikologis, guru berperan sebagai :


1. Pakar psikologi pendidikan, artinya guru merupakan seorang yang
memahami psikologi pendidikan dan mampu mengamalkannya dalam
melaksanakan tugasnya sebagai pendidik;
2. seniman dalam hubungan antar manusia (artist in human relations),
artinya guru adalah orang yang memiliki kemampuan menciptakan
suasana hubungan antar manusia, khususnya dengan para peserta didik
sehingga dapat mencapai tujuan pendidikan;
3. Pembentuk kelompok (group builder), yaitu mampu mambentuk
menciptakan kelompok dan aktivitasnya sebagai cara untuk mencapai
tujuan pendidikan;
4. Catalyc agent atau inovator, yaitu guru merupakan orang yang yang
mampu menciptakan suatu pembaharuan bagi membuat suatu hal yang
baik; dan
5. Petugas kesehatan mental (mental hygiene worker), artinya guru
bertanggung jawab bagi terciptanya kesehatan mental para peserta didik.

Sementara itu, Doyle sebagaimana dikutip oleh Sudarwan Danim (2002)


mengemukan dua peran utama guru dalam pembelajaran yaitu menciptakan
keteraturan (establishing order) dan memfasilitasi proses belajar (facilitating
learning). Yang dimaksud keteraturan di sini mencakup hal-hal yang terkait
langsung atau tidak langsung dengan proses pembelajaran, seperti : tata letak
tempat duduk, disiplin peserta didik di kelas, interaksi peserta didik dengan
sesamanya, interaksi peserta didik dengan guru, jam masuk dan keluar untuk
setiap sesi mata pelajaran, pengelolaan sumber belajar, pengelolaan bahan

PROFESI KEGURUAN 123


belajar, prosedur dan sistem yang mendukung proses pembelajaran,
lingkungan belajar, dan lain-lain.
Sejalan dengan tantangan kehidupan global, peran dan tanggung jawab
guru pada masa mendatang akan semakin kompleks, sehingga menuntut guru
untuk senantiasa melakukan berbagai peningkatan dan penyesuaian
kemampuan profesionalnya. Guru harus lebih dinamis dan kreatif dalam
mengembangkan proses pembelajaran peserta didik. Guru di masa mendatang
tidak lagi menjadi satu-satunya orang yang paling well informed terhadap
berbagai informasi dan pengetahuan yang sedang tumbuh, berkembang,
berinteraksi dengan manusia di jagat raya ini. Di masa depan, guru bukan
satu-satunya orang yang lebih pandai di tengah-tengah peserta didiknya.
Jika guru tidak memahami mekanisme dan pola penyebaran informasi
yang demikian cepat, ia akan terpuruk secara profesional. Kalau hal ini terjadi,
ia akan kehilangan kepercayaan baik dari peserta didik, orang tua maupun
masyarakat. Untuk menghadapi tantangan profesionalitas tersebut, guru perlu
berfikir secara antisipatif dan proaktif. Artinya, guru harus melakukan
pembaruan ilmu dan pengetahuan yang dimilikinya secara terus menerus.
Disamping itu, guru masa depan harus paham penelitian guna mendukung
terhadap efektivitas pengajaran yang dilaksanakannya, sehingga dengan
dukungan hasil penelitiaan guru tidak terjebak pada praktek pengajaran yang
menurut asumsi mereka sudah efektif, namum kenyataannya justru mematikan
kreativitas para peserta didiknya. Begitu juga, dengan dukungan hasil
penelitian yang mutakhir memungkinkan guru untuk melakukan pengajaran
yang bervariasi dari tahun ke tahun, disesuaikan dengan konteks
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sedang berlangsung.

b. Peran Wali Kelas


Sebagai pengelola kelas tertentu dalam pelayanan bimbingan dan
konseling, Wali Kelas berperan :
1. Membantu guru pembimbing/konselor melaksanakan tugas-tugasnya,
khususnya di kelas yang menjadi tanggung jawabnya.

PROFESI KEGURUAN 124


2. Membantu Guru Mata Pelajaran melaksanakan peranannya dalam
pelayanan bimbingan dan konseling, khususnya di kelas yang menjadi
tanggung jawabnya.
3. Membantu memberikan kesempatan dan kemudahan bagi siswa,
khususnya dikelas yang menjadi tanggung jawabnya, untuk
mengikuti/menjalani layanan dan/atau kegiatan bimbingan dan konseling;
4. Berpartisipasi aktif dalam kegiatan khusus bimbingan dan konseling,
seperti konferensi kasus; dan
5. Mengalihtangankan siswa yang memerlukan layanan bimbingan dan
konseling kepada guru pembimbing/konselor.
6. Kerjasama guru dan konselor dalam layanan bimbingan konseling.

c. Peran guru pembimbing/konselor


Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yang harus dimili oleh seorang
guru penyuluh / konselor.
1. Kwalifikasi Dan Pendidikan Guru Penyuluh
Untuk menghadapi kebutuhan dewasa ini seorang guru penyuluh
sekurang-kurangnya harus seorang sarjana muda. Ia harus memiliki
kwalifikasi yang memungkinkannya untuk dapat melaksanakan tugas
penyuluhan dengan berhasil baik. Diantarannya : kecakapan scholastic,
minat terhadap pekerjaannya, dan berkepribadian yang baik.
2. Kewajiban Dan Tanggungjawab Guru Penyuluh
Pada umumnya guru penyuluh bertanggungjawab dalam melaksanakan
Bimbingan Pendidikan ( Educational Guidance ), dan Bimbingan dalam
masalah-masalah pribadi ( Personal Guidance ). Iapun harus
menetapkan kasus-kasus yang perlu mendapatkan perhatiannya dengan
segera dengan jalan meneliti catatan-catatan sekolah, mengadakan
pertemuan-pertemuan dengan anggota-anggota staff sekolah lainya,
melaksanakan observasi yang dilakukannya sendiri dan menggunakan
teknik sosiometrik.

PROFESI KEGURUAN 125


4.4. Bimbingan Dan Konseling Dalam Proses Belajar Dan Pembelajaran
Bimbingan dan konseling merupakan salah satu unsur terpadu dalam
keseluruhan program pendididikan di lingkungan sekolah. Dengan demikian
bimbingan dan konseling itu merupakan salah satu tugas yang sebaiknya
dilakukan oleh setiap pendidik (guru) yang bertugas di sekolah. Walaupun
demikian, di antara para guru banyak yang tidak menyadari bahwa bimbingan dan
konseling bagian dari tugasnya sebagai pendidik.
Pada dasarnya peran kepembibingan guru dalam proses belajar dan
pembelajaran merupakan salah satu kompetensi yang terpadu dalam keseluruhan
kompetensi pribadinya. Pribadi guru dalam hal ini mencakup pandangan
hidupnya, filsafat hidupnya, kekuatan pribadinya, pandangannya tetang
pembelajaran, termasuk pandangan dan keperduliannya tentang masalah
bimbingan.
Bimbingan dan konseling merupakan kompetensi penyesuaian
interaksioanal yang harus dimiliki guru untuk menyesuaikan diri dengan
karakterisrik siswa dalam proses belajar dan pembelajaran. Perilaku dan perlakuan
guru terhadap siswa merupakan salah satu unsur penting yang mempengaruhi
keberhasilan proses belajar dan pembelajaran dan oleh karena itu guru harus dapat
menerapkan fungsi bimbingan di dalamnya.
Peran kepembibingan guru dalam proses belajar dan pembelajaran
menurut Satori dkk (2007) dapat diaplikasikan pada layanan bimbingan di sekolah
yang dapat digolongkan menjadi empat macam, yaitu: bimbingan belajar,
bimbingan pribadi, bimbingan sosial, dan bimbingan karier. Secara ringkas,
pembahasan mengenai layanan bimbingan dimaksud dikemukakan dalam uraian
berikut ini.
a. Bimbingan Belajar
Bimbingan belajar diarahkan kepada upaya membantu peserta didik dalam
mempelajari konsep dan keterampilan yang terkait dengan program kurikuler
sekolah. Bimbingan belajar di sekolah akan terpadu dengan proses belajar

PROFESI KEGURUAN 126


dan pembelajaran yang berorientasi kepada perkembangan peserta didik.
Dalam proses bimbingan belajar, diharapkan guru dapat memberikan layanan
kepada peserta didik, baik secara individual maupu secara klasikal.
b. Bimbingan Pribadi
Bimbingan pribadi lebih terfokus pada upaya membantu peserta didik
untuk mengembangkan aspek-aspek kepribadian yang menyangkut
pemahaman diri dan lingkungan, kemampuan memecahkan masalah, konsep
diri, kehidupan emosi, dan identitas diri. Layanan bimbingan pribadi sangat
erat kaitannya dengan membantu peserta didik menguasai tugas-tugas
perkembangan sesuai dengan tahapan-tahapannya.
Seperti halnya bimbingan belajar, layanan bimbingan pribadi inipun akan
banyak terwujud dalam bentuk penciptaan iklim lingkungan pembelajaran
dan kehidupan sekolah. Ditinjau dari sudut pandang bimbingan, proses
belajar dan pembelajaran di sekolah merupakan wahana untuk
mengembangkan aspek-aspek kepribadian sebagaimana tersebut di atas.
Bertolak dari ekologi perkembangan manusia dalam bimbingan, peran
guru dalam membantu perkembangan pribadi peserta didik dapt dijelaskan
sebagai berikut ini.

1. Bersikap Peduli
Sikap peduli mengandung arti memberi perhatian penuh kepada
peserta didik sebagai pribadi dan memahami apa yang terjadi pada
dirinya. Sikap seperti ini memungkinkan seorang guru mampu
menyentuh dunia kehidupan individual peserta didik dan
terbentuknya suatu relasi yang bersifat membantu (helping
relationship).
2. Bersikap Konsisten
Sikap konsisen ialah bagaimana membantu peserta didik untuk
merasakan konskuensi tindakannya, dan bukan karena persamaan
perlakuan yang diberikan oleh guru. Prinsip konsistesi ini
mengandung implikasi bahwa peristiwa-peristiwa di dalam kelas

PROFESI KEGURUAN 127


harus memungkinkan peserta didik memahami posisi, peran
dirinya, dan mengembangkan kemampuan untuk mengendalikan
perilakunya.
3. Mengembangkan Lingkungan yang Stabil
Guru harus berupaya mengembangkan struktur program
dan tatanan yang dapat menumbuhkan perasaan peserta didik
bahwa dirinya hidup dalam dunia yang memiliki ketraturan,
stabilitas, dan tujuan. Lingkungan semacam ini akan membantu
perkembangan diri peserta didik, sedang lingkungan yang tidak
menentu, penuh stres, dan kecemasan akan menumbuhkan frustrasi
dan perilaku salah sesuai.
4. Bersikap Permisif
Sikap permisif adalah memberikan keleluasaan dan
menumbuhkan keberanian peserta didik untuk menyatakan diri dan
menguji kemampuannya, serta bersikap toleran terhadap kekeliruan
dan keragaman perilaku peserta didik.

c. Bimbingan Sosial
Bimbingan sosial diarahkan kepada upaya membantu peserta didik
mengembangkan keterampilan sosial atau keterampilan berinteraksi di dalam
kelompok. Keterampilan sosial adalah kecakapan berinteraksi dengan orang
lain, dan cara-cara yang digunakan dalam berinteraksi tersebut sesuai dengan
aturan dan tujuan dalam konteks kehidupan tertentu. Dalam kehidupan peserta
didik (anak sekolah) kecakapan tersebut adalah kecakapan interaksi dengan
kelompok teman sebaya atau orang dewasa.
Proses belajar dan pembelajaran akan menjadi wahana bagi perkembangan
sosial peserta didik. Hal ini berarti bahwa bimbingan sosial dapat berlangsung
di dalam dan secara terpadu dengan proses belajar dan pembelajaran. Ditinjau
dari sudut pandanga bimbingan, proses belajar dan pembelajaran merupakan
wahana begi pengembangan keterampilan sosial, kesadaran saling bergantung,
dan kemampuan menerima serta mengikuti aturan kelompok.

PROFESI KEGURUAN 128


Peran penting yang perlu dimainkan guru dalam kaitannya dengan layanan
bimbingan sosial ialah mengembangkan atmosfir kelas yang kondusif.
Atmosfir kelas yang kondusif bagi perkembangan sosial ialah yang dapat
menumbuhkan:
1. Rasa turut memiliki kelompok, ditandai dengan identifikasi diri,
loyalitas, dan berorientasi pada pemenuhan kewajiban kelompok.
2. Partisipasi kelompok, ditandai dengan kerjasama, bersikap membantu,
dan mengikuti aturan main.
3. Penerimaan terhadap keragaman individual dan kelompok, serta
menghargai kelebihan orang lain.
Atmosfir kelas yang kondusif dapat ditumbuhkan melalui
pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran
yang bergantung kepada kelompok kerja kecil yang mengkombinasikan:
1.Tujuan kelompok atau dukungan tim
2.Tanggung jawab individual
3.Kesamaan kesempatan untuk sukses
Pembelajaran kooperatif akan menimbulkan terjadinya dukungan
tim berupa bantuan teman sebaya di dalam mempelajari tugas-tugas
akademik. Bantuan teman sebaya akan melintasi hal-hal akademis dan
akan menumbuhkan ikatan sosial di dalam kelompok. Sebagai contoh,
seorang peserta didik yang pandai akan terdorong untuk membantu peserta
didik yang kurang pandai di dalam kelompoknya untuk menyelesaikan
tugas kelompok secara brsama-sama.
Sementara itu, tanggung jawab individual tetap akan tumbuh
karena setiap peserta didik dituntut untuk mempelajari dan menguasai
tugas-tugas pembelajaran secara sungguh-sungguh. Dalam pembelajaran
kooperatif ini guru harus meyakinkan pesrta didik bahwa hasil kerjanya
adalah hasil kerja kelompok. Oleh sebab itu setiap peserta didik harus
ambil bagian dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok. Tingkat
tanggung jawab individual tetap akan diukur melalui asesment tingkat
penguasaan bahan ajar.

PROFESI KEGURUAN 129


Kesempatan untuk sukses akan diperoleh setiap peserta didik
dalam upaya memberikan kontribusi kepada prestasi kelompok. Upaya
semua peserta didik akan dihargai sesuai dengan tingkat prestasi yang
dicapainya dan penilaian diberikan atas dasar upaya yang dilakukan.

d. Bimbingan Karier
Bimbingan karier disekolah diarahkan untuk menimbuhkan
kesadaran dan dan pemahaman peserta didik akan ragam kegiatan dan
pekerjaan di dunia sekitarnya, pengembangan sikap positif terhadap semua
jenis pekerjaan, pengembangan sikap positif terhadap orang lain, dan
pengembangan kebiasaan hidup yang positif. Bimbingan karier di sekolah
terkait erat dengan upaya membantu peserta didik untuk memahami apa yang
disukai dan apa yang tidak disukai, kecakapan diri, disiplin, dan mengontrol
kegiatan sendiri. Layanan bimbingan karier juga amat erat kaitannya dengan
layanan bimbingan lainnya karena kecakapan-kecakapan yang dikembangkan
dalam bimbingan belajar, bimbingan pribadi, maupun maupun bimbingan
sosial akan mendukung perkembangan karier peserta didik.
Bailey dan Nihlen dalam Satori (2007) menyarankan pengembangan
kesadaran karier di sekolah, khususnya di sekolah lanjutan hendaknya
dikembangkan secara terpadu dan mencakup hal-hal sebagai berikut:
a. Informasi yang difokuskan kepada tanggung jawab dan struktur
pekerjaan
b. Penyediaan waktu dan kesempatan bagi peserta didik untuk berbagi
pengetahuan tentang dunia kerja dan pengalaman yang diperolehnya
dari orang-orang sekitar tentang berbagai pekerjaan.
c. Penyediaan kesempatan bagi peserta didik untuk berinteraksi dengan
orang-orang yang bekerja di sekitarnya. Interaksi ini akan
menjembatani peserta didik dengan dunia kerja.
d. Penyediaan kesempatan bagi peserta didik untuk mengetahui
bagaimana orang merasakan pekerjaan atau profesi yang dipilihnya.
e. Penyediaan kesempatan bagi peserta didik untuk mengenali peran
faktor jenis kelamin (jender) dalam pekerjaan.

PROFESI KEGURUAN 130


Surya dan Natawidjaja (1986) mengemukakan beberapa hal yang
harus diperhatikan guru dalam proses belajar-mengajar sesuai dengan
fungsinya sebagai guru dan pembimbing, yaitu:
a. Perlakuan terhadap peserta didik didasarkan atas keyakinan bahwa
sebagai individu peserta memiliki potensi untuk berkembang dan maju
serta mampu mengarahkan dirinya sendiri untuk mandiri.
b. Sikap yang positif dan wajar terhadap peserta didik.
c. Perlakuan terhadap peserta didik secara hangat, ramah, rendah hati,
menyenangkan.
d. Pemahaman peserta didik secara empatik.
e. Penghargaan terhadap martabat peserta didik secara individu.
f. Penampilan diri secara asli (genuine) tidak berpura-pura, di depan
peserta didik.
g. Kekonkretan dalam menyatakan diri.
h. Penerimaan peserta didik secara apa adanya.
i. Perlakuan terhadap peserta didik secara permisiv.
j. Kepekaan terhadap perasaan yang dinyatakan oleh peserta didik dan
membantu peserta didik untuk menyadari perasaannya itu
k. Kesadaran bahwa tujuan mengajar bukan terbatas pada penguasaan
peserta didik terhadap materi pembelajaran saja, melainkan juga
menyangkut pengembangan peserta didik untuk menjadi individu yang
lebih dewasa.
l. Penyesuaian diri terhadap keadaan yang khusus.
Ahmadi dan Uhbiyanti (1991) mengemukakan peran guru sebagai
pembimbing dalam melaksanakan proses belajar-mengajar, sebagai
berikut:
a. Menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan setiap peserta didik
merasa aman, dan berkeyakinan bahwa kecakapan dan prestasi yang
dicapainya mendapat penghargaan dan perhatian. Suasana yang
demikian dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik, dan dapat
menumbuhkan rasa percaya dirinya.

PROFESI KEGURUAN 131


b. Mengusahakan agar peserta didik dapat memahami diri, kecakapan-
kecakapan, sikap, minat, dan pembawaanya.
c. Mengembangkan sikap-sikap dasar bagi tingkah laku sosial yang baik.
Tingkah laku peserta ddik yang tidak matang dalam perkembangan
sosialnya dapat merugikan dirinya sendiri maupun teman-temannya.
d. Menyediakan kondisi dan kesempatan bagi setiap peserta didik untuk
memperoleh hasil yang lebih baik. Guru dapat memberikan fasilitas
waktu, alat atau tempat bagi peserta didik untuk mengembangkan
kemampuannya.
e. Membantu memilih jabatan yang cocok, sesuai dengan bakat,
kemampuan, dan minatnya. Berhubung guru relatif lama bergaul
dengan peserta didik, maka kesempatan tersebut dapat
dimanfaatkannya untuk memahami potensi peserta didik. Guru dapat
menunjukkan arah minat yang cocok dengan bakat dan
kemampuannya. Melalui penyajian materi pelajaran, usaha bimbingan
tersebut dapat dilaksanakan.

4.5. Tujuan Bimbingan Konseling


Tujuan pelayanan bimbingan ialah agar konseli dapat:
a. merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir serta
kehidupan-nya di masa yang akan datang;
b. mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya
seoptimal mungkin;
c. menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan
masyarakat serta lingkungan kerjanya;
d. mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi,
penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat, maupun
lingkungan kerja.
Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, mereka harus mendapatkan kesempatan
untuk:
a. mengenal dan memahami potensi, kekuatan, dan tugas-tugas perkem-
bangannya,

PROFESI KEGURUAN 132


b. mengenal dan memahami potensi atau peluang yang ada di
lingkungannya,
c. mengenal dan menentukan tujuan dan rencana hidupnya serta rencana
pencapaian tujuan tersebut,
d. memahami dan mengatasi kesulitan-kesulitan sendiri
e. menggunakan kemampuannya untuk kepentingan dirinya, kepentingan
lembaga tempat bekerja dan masyarakat,
f. menyesuaikan diri dengan keadaan dan tuntutan dari lingkungannya;
dan
g. mengembangkan segala potensi dan kekuatan yang dimilikinya secara
optimal.
Secara khusus bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu konseli agar
dapat mencapai tugas-tugas perkembangannya yang meliputi aspek pribadi-sosial,
belajar (akademik), dan karir.
a. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek pribadi-sosial
konseli adalah:
 Memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai
keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, baik dalam
kehidupan pribadi, kelu=arga, pergaulan dengan teman sebaya,
Sekolah/Madrasah, tempat kerja, maupun masyarakat pada umumnya.
 Memiliki sikap toleransi terhadap umat beragama lain, dengan saling
menghormati dan memelihara hak dan kewajibannya masing-masing.
 Memiliki pemahaman tentang irama kehidupan yang bersifat fluktuatif
antara yang menyenangkan (anugrah) dan yang tidak menyenangkan
(musibah), sertadan mampu meresponnya secara positif sesuai dengan
ajaran agama yang dianut.
 Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara objektif dan
konstruktif, baik yang terkait dengan keunggulan maupun kelemahan;
baik fisik maupun psikis.
 Memiliki sikap positif atau respek terhadap diri sendiri dan orang lain.
 Memiliki kemampuan untuk melakukan pilihan secara sehat

PROFESI KEGURUAN 133


 Bersikap respek terhadap orang lain, menghormati atau menghargai
orang lain, tidak melecehkan martabat atau harga dirinya. Memiliki
rasa tanggung jawab, yang diwujudkan dalam bentuk komitmen
terhadap tugas atau kewajibannya.
 Memiliki kemampuan berinteraksi sosial (human relationship), yang
diwujudkan dalam bentuk hubungan persahabatan, persaudaraan, atau
silaturahim dengan sesama manusia.
 Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan konflik (masalah) baik
bersifat internal (dalam diri sendiri) maupun dengan orang lain.
 Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan secara efektif.
b. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek akademik
(belajar) adalah :
 Memiliki kesadaran tentang potensi diri dalam aspek belajar, dan
memahami berbagai hambatan yang mungkin muncul dalam proses
belajar yang dialaminya.
 Memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang positif, seperti kebiasaan
membaca buku, disiplin dalam belajar, mempunyai perhatian terhadap
semua pelajaran, dan aktif mengikuti semua kegiatan belajar yang
diprogramkan.
 Memiliki motif yang tinggi untuk belajar sepanjang hayat.
 Memiliki keterampilan atau teknik belajar yang efektif, seperti
keterampilan membaca buku, mengggunakan kamus, mencatat
pelajaran, dan mempersiapkan diri menghadapi ujian.
 Memiliki keterampilan untuk menetapkan tujuan dan perencanaan
pendidikan, seperti membuat jadwal belajar, mengerjakan tugas-tugas,
memantapkan diri dalam memperdalam pelajaran tertentu, dan
berusaha memperoleh informasi tentang berbagai hal dalam rangka
mengembangkan wawasan yang lebih luas.
 Memiliki kesiapan mental dan kemampuan untuk menghadapi ujian.
c. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek karir adalah :
 Memiliki pemahaman diri (kemampuan, minat dan kepribadian) yang
terkait dengan pekerjaan.

PROFESI KEGURUAN 134


 Memiliki pengetahuan mengenai dunia kerja dan informasi karir yang
menunjang kematangan kompetensi karir.
 Memiliki sikap positif terhadap dunia kerja. Dalam arti mau bekerja
dalam bidang pekerjaan apapun, tanpa merasa rendah diri, asal
bermakna bagi dirinya, dan sesuai dengan norma agama.
 Memahami relevansi kompetensi belajar (kemampuan menguasai
pelajaran) dengan persyaratan keahlian atau keterampilan bidang
pekerjaan yang menjadi cita-cita karirnya masa depan.
 Memiliki kemampuan untuk membentuk identitas karir, dengan cara
mengenali ciri-ciri pekerjaan, kemampuan (persyaratan) yang dituntut,
lingkungan sosiopsikologis pekerjaan, prospek kerja, dan
kesejahteraan kerja.
 Memiliki kemampuan merencanakan masa depan, yaitu merancang
kehidupan secara rasional untuk memperoleh peran-peran yang sesuai
dengan minat, kemampuan, dan kondisi kehidupan sosial ekonomi.
 Dapat membentuk pola-pola karir, yaitu kecenderungan arah karir.
Apabila seorang konseli bercita-cita menjadi seorang guru, maka dia
senantiasa harus mengarahkan dirinya kepada kegiatan-kegiatan yang
relevan dengan karir keguruan tersebut.
 Mengenal keterampilan, kemampuan dan minat. Keberhasilan atau
kenyamanan dalam suatu karir amat dipengaruhi oleh kemampuan dan
minat yang dimiliki.

5.6. Jenis Layanan Bimbingan Konseling


Dalam rangka pencapaian tujuan Bimbingan dan Konseling di sekolah,
terdapat beberapa jenis layanan yang diberikan kepada siswa, diantaranya:
a. Layanan Orientasi;
Layanan yang memungkinan peserta didik memahami lingkungan
baru, terutama lingkungan sekolah dan obyek-obyek yang dipelajari,
untuk mempermudah dan memperlancar berperannya peserta didik d
i lingkungan yang baru itu, sekurang-kurangnya diberikan dua kali dalam
satu tahun yaitu pada setiap awal semester.

PROFESI KEGURUAN 135


Tujuan layanan orientasi adalah agar peserta didik dapat beradaptasi
dan menyesuaikan diri dengan lingkungan baru secara tepat dan memadai,
yang berfungsi untuk pencegahan dan pemahaman.
b. Layanan Informasi;
layanan yang memungkinan peserta didik menerima dan memahami
berbagai informasi (seperti : informasi belajar, pergaulan, karier, pendidikan
lanjutan).
Tujuan layanan informasi adalah membantu peserta didik agar dapat
mengambil keputusan secara tepat tentang sesuatu, dalam bidang pribadi,
sosial, belajar maupun karier berdasarkan informasi yang diperolehnya yang
memadai.
c. Layanan informasi pun berfungsi untuk pencegahan dan pemahaman.
d. Layanan Konten;
layanan yang memungkinan peserta didik mengembangkan sikap dan
kebiasaan belajar yang baik dalam penguasaan kompetensi yang cocok dengan
kecepatan dan kemampuan dirinya serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan
belajar lainnya, dengan tujuan agar peserta didik dapat mengembangkan sikap
dan kebiasaan belajar yang baik.
e. Layanan pembelajaran berfungsi untuk pengembangan.
f. Layanan Penempatan dan Penyaluran;
layanan yang memungkinan peserta didik memperoleh penempatan dan
penyaluran di dalam kelas, kelompok belajar, jurusan/program studi, program
latihan, magang, kegiatan ko/ekstra kurikuler, dengan tujuan agar peserta
didik dapat mengembangkan segenap bakat, minat dan segenap potensi
lainnya.
g. Layanan Penempatan dan Penyaluran berfungsi untuk pengembangan.
h. Layanan Konseling Perorangan; layanan yang memungkinan peserta didik
mendapatkan layanan langsung tatap muka (secara perorangan) untuk
mengentaskan permasalahan yang dihadapinya dan perkembangan dirinya.
Tujuan layanan konseling perorangan adalah agar peserta didik dapat
mengentaskan masalah yang dihadapinya.
Layanan Konseling Perorangan berfungsi untuk pengentasan dan advokasi.

PROFESI KEGURUAN 136


i. Layanan Bimbingan Kelompok;
layanan yang memungkinan sejumlah peserta didik secara
bersama-sama melalui dinamika kelompok memperoleh bahan dan
membahas pokok bahasan (topik) tertentu untuk menunjang pemahaman
dan pengembangan kemampuan sosial, serta untuk pengambilan keputusan
atau tindakan tertentu melalui dinamika kelompok, dengan tujuan agar
peserta didik dapat memperoleh bahan dan membahas pokok bahasan
(topik) tertentu untuk menunjang pemahaman dan pengembangan
kemampuan sosial, serta untukpengambilan keputusan atau tindakan
tertentu melalui dinamika kelompok.
j. Layanan Bimbingan Kelompok berfungsi untuk pemahaman dan
Pengembangan
Layanan Konseling Kelompok; layanan yang memungkinan
peserta didik (masing-masing anggota kelompok) memperoleh kesempatan
untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan pribadi melalui
dinamika kelompok, dengan tujuan agar peserta didik dapat memperoleh
kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan pribadi
melalui dinamika kelompok.
k. Layanan Konseling Kelompok berfungsi untuk pengentasan dan advokasi.
 Konsultasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik dan atau pihak
lain dalam memperoleh wawasan, pemahaman, dan cara-cara yang
perlu dilaksanakan dalam menangani kondisi dan atau masalah peserta
didik.
 Mediasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik menyelesaikan
permasalahan dan memperbaiki hubungan antarmereka.

Untuk menunjang kelancaran pemberian layanan-layanan seperti yang telah


dikemukakan di atas, perlu dilaksanakan berbagai kegiatan pendukung,
mencakup:
1. Aplikasi Instrumentasi Data;
merupakan kegiatan untuk mengumpulkan data dan keterangan
tentang peserta didik, tentang lingkungan peserta didik dan lingkungan

PROFESI KEGURUAN 137


lainnya, yang dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai instrumen,
baik tes maupun non tes, dengan tujuan untuk memahami peserta didik
dengan segala karakteristiknya dan memahami karakteristik lingkungan.
2. Himpunan Data;
merupakan kegiatan untuk menghimpun seluruh data dan
keterangan yang relevan dengan keperluan pengembangan peserta didik.
Himpunan data diselenggarakan secara berkelanjutan, sistematik,
komprehensif, terpadu dan sifatnya tertutup.
3. Konferensi Kasus;
merupakan kegiatan untuk membahas permasalahan peserta didik
dalam suatu pertemuan yang dihadiri oleh pihak-pihak yang dapat
memberikan keterangan, kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya
permasalahan klien. Pertemuan konferensi kasus bersifat terbatas dan
tertutup. Tujuan konferensi kasus adalah untuk memperoleh keterangan
dan membangun komitmen dari pihak yang terkait dan memiliki pengaruh
kuat terhadap klien dalam rangka pengentasan permasalahan klien.
4. Kunjungan Rumah;
merupakan kegiatan untuk memperoleh data,keterangan,
kemudahan, dan komitmen bagi terentaskannya permasalahan peserta
didik melalui kunjungan rumah klien. Kerja sama dengan orang tua sangat
diperlukan, dengan tujuan untuk memperoleh keterangan dan membangun
komitmen dari pihak orang tua/keluarga untuk mengentaskan
permasalahan klien.
5. Alih Tangan Kasus;
merupakan kegiatan untuk untuk memperoleh penanganan yang
lebih tepat dan tuntas atas permasalahan yang dialami klien dengan
memindahkan penanganan kasus ke pihak lain yang lebih kompeten,
seperti kepada guru mata pelajaran atau konselor, dokter serta ahli lainnya,
dengan tujuan agar peserta didik dapat memperoleh penanganan yang
lebih tepat dan tuntas atas permasalahan yang dihadapinya melalui pihak
yang lebih kompeten.

PROFESI KEGURUAN 138


5.7. Prosedur Umum Layanan Bimbingan Konseling
Sebagai sebuah layanan profesional, layanan bimbingan dan konseling
tidak dapat dilakukan secara sembarangan, namun harus dilakukan secara tertib
berdasarkan prosedur tertentu, yang secara umum terdiri dari enam tahapan
sebagai, yaitu:
a. Identifikasi kasus;
b. Identifikasi masalah;
c. Diagnosis;
d. Prognosis;
e. Treatment;
f. Evaluasi dan Tindak Lanjut.

I. Identifikasi kasus
Identifikasi kasus merupakan langkah awal untuk menemukan
peserta didik yang diduga memerlukan layanan bimbingan dan konseling.
Robinson (Abin Syamsuddin Makmun, 2003) memberikan beberapa
pendekatan yang dapat dilakukan untuk mendeteksi peserta didik yang
diduga mebutuhkan layanan bimbingan dan konseling, yakni :
1. Call them approach;
melakukan wawancara dengan memanggil semua peserta didik
secara bergiliran sehingga dengan cara ini akan dapat ditemukan
peserta didik yang benar-benar membutuhkan layanan konseling.
2. Maintain good relationship;
menciptakan hubungan yang baik, penuh keakraban sehingga tidak
terjadi jurang pemisah antara guru pembimbing dengan peserta didik.
Hal ini dapat dilaksanakan melalui berbagai cara yang tidak hanya
terbatas pada hubungan kegiatan belajar mengajar saja, misalnya
melalui kegiatan ekstra kurikuler, rekreasi dan situasi-situasi informal
lainnya.
3. Developing a desire for counseling;
menciptakan suasana yang menimbulkan ke arah penyadaran
peserta didik akan masalah yang dihadapinya. Misalnya dengan cara

PROFESI KEGURUAN 139


mendiskusikan dengan peserta didik yang bersangkutan tentang hasil
dari suatu tes, seperti tes inteligensi, tes bakat, dan hasil pengukuran
lainnya untuk dianalisis bersama serta diupayakan berbagai tindak
lanjutnya.
4. Melakukan analisis terhadap hasil belajar peserta didik,
Dengan cara ini bisa diketahui tingkat dan jenis kesulitan atau
kegagalan belajar yang dihadapi peserta didik.
5. Melakukan analisis sosiometris,
Dengan cara ini dapat ditemukan peserta didik yang diduga
mengalami kesulitan penyesuaian sosial.

II. Identifikasi Masalah


Langkah ini merupakan upaya untuk memahami jenis, karakteristik
kesulitan atau masalah yang dihadapi peserta didik. Dalam konteks Proses
Belajar Mengajar, permasalahan peserta didik dapat berkenaan dengan
aspek :
a. substansial – material;
b. struktural – fungsional;
c. behavioral; dan atau
d. personality.

Untuk mengidentifikasi kasus dan masalah peserta didik, Prayitno


dkk. telah mengembangkan suatu instrumen untuk melacak masalah
peserta didik, dengan apa yang disebut Alat Ungkap Masalah (AUM).
Instrumen ini sangat membantu untuk menemukan kasus dan mendeteksi
lokasi kesulitan yang dihadapi peserta didik, seputar aspek :
a. jasmani dan kesehatan;
b. diri pribadi;
c. hubungan sosial;
d. ekonomi dan keuangan;
e. karier dan pekerjaan;
f. pendidikan dan pelajaran;

PROFESI KEGURUAN 140


g. agama, nilai dan moral;
h. hubungan muda-mudi;
i. keadaan dan hubungan keluarga; dan
j. waktu senggang.

III. Diagnosis
Diagnosis merupakan upaya untuk menemukan faktor-faktor
penyebab atau yang melatarbelakangi timbulnya masalah peserta didik.
Dalam konteks Proses Belajar Mengajar faktor-faktor penyebab kegagalan
belajar peserta didik, bisa dilihat dari segi input, proses, ataupun out put
belajarnya
W.H. Burton membagi ke dalam dua faktor yang mungkin dapat
menimbulkan kesulitan atau kegagalan belajar peserta didik, yaitu :
a. faktor internal;
faktor yang besumber dari dalam diri peserta didik itu
sendiri, seperti : kondisi jasmani dan kesehatan, kecerdasan, bakat,
kepribadian, emosi, sikap serta kondisi-kondisi psikis lainnya;
b. faktor eksternal,
seperti : lingkungan rumah, lingkungan sekolah termasuk
didalamnya faktor guru dan lingkungan sosial dan sejenisnya.

IV. Prognosis
Langkah ini dilakukan untuk memperkirakan apakah masalah yang
dialami peserta didik masih mungkin untuk diatasi serta menentukan
berbagai alternatif pemecahannya, Hal ini dilakukan dengan cara
mengintegrasikan dan menginterpretasikan hasil-hasil langkah kedua dan
ketiga. Proses mengambil keputusan pada tahap ini seyogyanya terlebih
dahulu dilaksanakan konferensi kasus, dengan melibatkan pihak-pihak
yang terkait dengan masalah yang dihadapi siswa untuk diminta bekerja
sama guna membantu menangani kasus – kasus yang dihadapi.
a. Treatment

PROFESI KEGURUAN 141


Langkah ini merupakan upaya untuk melaksanakan
perbaikan atau penyembuhan atas masalah yang dihadapi klien,
berdasarkan pada keputusan yang diambil dalam langkah
prognosis. Jika jenis dan sifat serta sumber permasalahannya masih
berkaitan dengan sistem pembelajaran dan masih masih berada
dalam kesanggupan dan kemampuan guru pembimbing atau
konselor, maka pemberian bantuan bimbingan dapat dilakukan
oleh guru atau guru pembimbing itu sendiri (intervensi langsung),
melalui berbagai pendekatan layanan yang tersedia, baik yang
bersifat direktif, non direktif maupun eklektik yang
mengkombinasikan kedua pendekatan tersebut.
Namun, jika permasalahannya menyangkut aspek-aspek
kepribadian yang lebih mendalam dan lebih luas maka selayaknya
tugas guru atau guru pembimbing/ konselor sebatas hanya
membuat rekomendasi kepada ahli yang lebih kompeten (referal
atau alih tangan kasus).
b. Evaluasi dan Follow Up
Cara manapun yang ditempuh, evaluasi atas usaha
pemecahan masalah seyogyanya tetap dilakukan untuk melihat
seberapa pengaruh tindakan bantuan (treatment) yang telah
diberikan terhadap pemecahan masalah yang dihadapi peserta
didik.
Berkenaan dengan evaluasi bimbingan dan konseling,
Depdiknas (2003) telah memberikan kriteria-kriteria keberhasilan
layanan bimbingan dan konseling yaitu:
1. Berkembangnya pemahaman baru yang diperoleh peserta didik
berkaitan dengan masalah yang dibahas;
2. Perasaan positif sebagai dampak dari proses dan materi yang
dibawakan melalui layanan, dan
3. Rencana kegiatan yang akan dilaksanakan oleh peserta didik
sesudah pelaksanaan layanan dalam rangka mewujudkan upaya
lebih lanjut pengentasan masalah yang dialaminya.

PROFESI KEGURUAN 142


Sementara itu, Robinson dalam Abin Syamsuddin Makmun
(2004) mengemukakan beberapa kriteria dari keberhasilan dan
efektivitas layanan yang telah diberikan, yang terbagi ke dalam
kriteria yaitu kriteria keberhasilan yang tampak segera dan kriteria
jangka panjang.
Kriteria keberhasilan tampak segera, diantaranya apabila:
1. Peserta didik (klien) telah menyadari (to be aware of) atas
adanya masalah yang dihadapi.
2. Peserta didik (klien) telah memahami (self insight)
permasalahan yang dihadapi.
3. Peserta didik (klien) telah mulai menunjukkan kesediaan untuk
menerima kenyataan diri dan masalahnya secara obyektif (self
acceptance).
4. Peserta didik (klien) telah menurun ketegangan emosinya
(emotion stress release).
5. Peserta didik (klien) telah menurun penentangan terhadap
lingkungannya
6. Peserta didik (klien) telah melai menunjukkan sikap
keterbukaannya serta mau memahami dan menerima kenyataan
lingkungannya secara obyektif.
7. Peserta didik (klien) mulai menunjukkan kemampuannya
dalam mempertimbangkan, mengadakan pilihan dan
mengambil keputusan secara sehat dan rasional.
8. Peserta didik (klien) telah menunjukkan kemampuan
melakukan usaha – usaha perbaikan dan penyesuaian diri
terhadap lingkungannya, sesuai dengan dasar pertimbangan dan
keputusan yang telah diambilnya.
Sedangkan kriteria keberhasilan jangka panjang,
diantaranya apabila:
1. Peserta didik (klien) telah menunjukkan kepuasan dan
kebahagiaan dalam kehidupannya yang dihasilkan oleh
tindakan dan usaha-usahanya.

PROFESI KEGURUAN 143


2. Peserta didik (klien) telah mampu menghindari secara preventif
kemungkinan-kemungkinan faktor yang dapat membawanya ke
dalam kesulitan.
3. Peserta didik (klien) telah menunjukkan sifat-sifat yang kreatif
dan konstruktif, produktif, dan kontributif secara akomodatif
sehingga ia diterima dan mampu menjadi anggota kelompok
yang efektif.

5.8. Penanganan Siswa Bermasalah Di Sekolah


Di sekolah sangat mungkin ditemukan siswa yang yang bermasalah,
dengan menunjukkan berbagai gejala penyimpangan perilaku. yang merentang
dari kategori ringan sampai dengan berat. Upaya untuk menangani siswa yang
bermasalah, khususnya yang terkait dengan pelanggaran disiplin sekolah dapat
dilakukan melalui dua pendekatan yaitu:
a. pendekatan disiplin dan
b. pendekatan bimbingan dan konseling.
Penanganan siswa bernasalah melalui pendekatan disiplin merujuk pada
aturan dan ketentuan (tata tertib) yang berlaku di sekolah beserta sanksinya.
Sebagai salah satu komponen organisasi sekolah, aturan (tata tertib) siswa beserta
sanksinya memang perlu ditegakkan untuk mencegah sekaligus mengatasi
terjadinya berbagai penyimpangan perilaku siswa. Kendati demikian, harus
diingat sekolah bukan “lembaga hukum” yang harus mengobral sanksi kepada
siswa yang mengalami gangguan penyimpangan perilaku. Sebagai lembaga
pendidikan, justru kepentingan utamanya adalah bagaimana berusaha
menyembuhkan segala penyimpangan perilaku yang terjadi pada para siswanya.
Oleh karena itu, disinilah pendekatan yang kedua perlu digunakan yaitu
pendekatan melalui Bimbingan dan Konseling. Berbeda dengan pendekatan
disiplin yang memungkinkan pemberian sanksi untuk menghasilkan efek jera,
penanganan siswa bermasalah melalui Bimbingan dan Konseling justru lebih
mengutamakan pada upaya penyembuhan dengan menggunakan berbagai layanan
dan teknik yang ada. Penanganan siswa bermasalah melalui Bimbingan dan
Konseling sama sekali tidak menggunakan bentuk sanksi apa pun, tetapi lebih

PROFESI KEGURUAN 144


mengandalkan pada terjadinya kualitas hubungan interpersonal yang saling
percaya di antara konselor dan siswa yang bermasalah, sehingga setahap demi
setahap siswa tersebut dapat memahami dan menerima diri dan lingkungannya,
serta dapat mengarahkan diri guna tercapainya penyesuaian diri yang lebih baik.
Sebagai ilustrasi, misalkan di suatu sekolah ditemukan kasus seorang siswi
yang hamil akibat pergaulan bebas, sementara tata tertib sekolah secara tegas
menyatakan untuk kasus demikian, siswa yang bersangkutan harus dikeluarkan.
Jika hanya mengandalkan pendekatan disiplin, mungkin tindakan yang akan
diambil sekolah adalah berusaha memanggil orang tua/wali siswa yang
bersangkutan dan ujung-ujungnya siswa dinyatakan dikembalikan kepada orang
tua (istilah lain dari dikeluarkan). Jika tanpa intervensi Bimbingan dan Konseling,
maka sangat mungkin siswa yang bersangkutan akan meninggalkan sekolah
dengan dihinggapi masalah-masalah baru yang justru dapat semakin memperparah
keadaan. Tetapi dengan intervensi Bimbingan dan Konseling di dalamnya,
diharapkan siswa yang bersangkutan bisa tumbuh perasaan dan pemikiran positif
atas masalah yang menimpa dirinya, misalnya secara sadar menerima resiko yang
terjadi, keinginan untuk tidak berusaha menggugurkan kandungan yang dapat
membahayakan dirinya maupun janin yang dikandungnya, keinginan untuk
melanjutkan sekolah, serta hal-hal positif lainnya, meski ujung-ujungnya siswa
yang bersangkutan tetap harus dikeluarkan dari sekolah.
Perlu digarisbawahi, dalam hal ini bukan berarti Guru BK/Konselor yang
harus mendorong atau bahkan memaksa siswa untuk keluar dari sekolahnya.
Persoalan mengeluarkan siswa merupakan wewenang kepala sekolah, dan tugas
Guru BK/Konselor hanyalah membantu siswa agar dapat memperoleh
kebahagiaan dalam hidupnya.Lebih jauh, meski saat ini paradigma pelayanan
Bimbingan dan Konseling lebih mengedepankan pelayanan yang bersifat
pencegahan dan pengembangan, pelayanan Bimbingan dan Konseling terhadap
siswa bermasalah tetap masih menjadi perhatian. Dalam hal ini, perlu diingat
bahwa tidak semua masalah siswa harus ditangani oleh guru BK (konselor).
Dalam hal ini, Sofyan S. Willis (2004) mengemukakan tingkatan masalah berserta
mekanisme dan petugas yang menanganinya, sebagaimana dalam penjelasan
berikiut :

PROFESI KEGURUAN 145


1. Masalah (kasus) ringan,
seperti: membolos, malas, kesulitan belajar pada bidang tertentu,
berkelahi dengan teman sekolah, bertengkar, minum minuman keras tahap
awal, berpacaran, mencuri kelas ringan. Kasus ringan dibimbing oleh wali
kelas dan guru dengan berkonsultasi kepada kepala sekolah (konselor/guru
pembimbing) dan mengadakan kunjungan rumah.
2. Masalah (kasus) sedang,
seperti: gangguan emosional, berpacaran, dengan perbuatan
menyimpang, berkelahi antar sekolah, kesulitan belajar, karena gangguan
di keluarga, minum minuman keras tahap pertengahan, mencuri kelas
sedang, melakukan gangguan sosial dan asusila. Kasus sedang dibimbing
oleh guru BK (konselor), dengan berkonsultasi dengan kepala sekolah,
ahli/profesional, polisi, guru dan sebagainya. Dapat pula mengadakan
konferensi kasus.
3. Masalah (kasus) berat,
seperti: gangguan emosional berat, kecanduan alkohol dan
narkotika, pelaku kriminalitas, siswa hamil, percobaan bunuh diri,
perkelahian dengan senjata tajam atau senjata api. Kasus berat dilakukan
referal (alihtangan kasus) kepada ahli psikologi dan psikiater, dokter,
polisi, ahli hukum yang sebelumnya terlebih dahulu dilakukan kegiatan
konferensi kasus.

Dengan melihat penjelasan di atas, tampak jelas bahwa penanganan siswa


bermasalah melalui pendekatan Bimbingan dan Konseling tidak semata-mata
menjadi tanggung jawab guru BK/konselor di sekolah tetapi dapat melibatkan
pula berbagai pihak lain untuk bersama-sama membantu siswa agar
memperoleh penyesuaian diri dan perkembangan pribadi secara optimal.

5.9. Teknik Membantu Siswa Bermasalah


Satori dkk. (2007) menyatakan bahwa upaya membantu peserta didik
untuk mengatasi perilaku bermasalah menghendaki keterampilan khusus bagi
guru. Bagi guru yang berperan sebagai wali kelas sekaligus sebagai guru

PROFESI KEGURUAN 146


pembimbing, penanganan dan pencegahan perilaku bermasalah dapat ditempuh
dengan mengembangkan kondisi pembelajaran yang dapat memperbaiki
kesehatan mental peserta didik.
Kepembibingan guru dalam proses belajar dan pembelajaran dapat
diwujudkan dengan upaya mengembangkan dan memelihara lingkungan belajar
yang sehat. Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan guru untuk memperoleh
lingkungan belajar yang sehat, antara lain :
1. Memanfaat proses belajar dan pembelajaran di kelas sebagai wahana
untuk bimbingan kelompok.
Dalam hal ini guru dapat bekerja sama dengan konselor sekolah
(guru BP) jika di sekolah telah ada konselor.
2. Memanfaatkan pendekatan pendekatan kelompok dalam melakukan
bimbingan.
Dalam mewujudkan fungsi bimbingan dalam proses belajar dan
pembelajaran, guru dapat menggunakan metode yang bervariasi yang
memungkinkan peserta didik mengembangkan keterampilan kehidupan
kelompok. Metode yang dimaksudkan seperti sosiometri, diskusi, dan
bermain peran.
3. Mengadakan konferensi kasus dengan melibatkan para guru dan atau
orang tua siswa.
Konferensi kasus ini dimaksudkan untuk emnemukan alternatif
bagi pemecahan kasus.
4. Menjadikan segi kesehatan mental sebagai salah satu segi evaluasi.
Evaluasi di sekolah seyogianya tidak hanya menekankan kepada
segi hasil belajar, tetapi juga memperhatikan perkembangan kepribadian
peserta didik, walaupun hasil evaluasi kepribadian itu tidak dijadikan
faktor penentu keberhasilan peserta didik.
5. Memasukkan aspek-aspek
hubungan insaniyah ke dalam kurikulum sebagai bagian terpadu
dari mater belajar dan pembelajaran yang harus disajikan.
6. Menaruhnkepedulian khusus terhadap faktor-faktor psikologis yang perlu
dipertimbangkan dalam mengembangkan strategi pembelajaran.

PROFESI KEGURUAN 147


Secara lebih khusus upaya memberi bantuan bagi siswa yang mengalami
masalah belajar dapat dilakukan dengan cara-cara berikut ini.
1. Pembelajaran Perbaikan (Remedial Teaching)
Pembelajaran perbaikan merupakan suatu bentuk khusus
pembelajaran yang bermaksud menyembuhkan, membetulkan, atau
membuat menjadi baik. Pembelajaran perbaikan dapat diberikan
kepada seorang atau sekelompok orang siswa yang menghadapi
maslah belajar dengan maksud untuk memperbaiki kesalahan
dalam proses dan hasil belajar mereka.

2. Kegiatan Pengayaan
Kigiatan pengayaan merupakan suatu bentuk layanan
bimbingan yang diberikan kepada seorang atau beberapa orang
siswa yang sangat cepat dalam belajar dengan memberikan tugas-
tugas tambahan untuk menambah atau memperluas pengetahuan
dan keterampilan yang telah dimilikinya dari proses belajar dan
pembelajaran sebelumnya. Kegiatan pengayaan ini dapat menjadi
motivasi bagi siswa yang bersangkutan untuk lebih bersemangat
dan lebih giat belajar dalam rangka mewujudkan dirinya secara
lebih baik sesuai dengan kemampuan dan potensi yang dimilikinya
karena merasa diperhatikan dan dihargai atas keberhasilan dan
kemampuannya dalam belajar. Selain itu, kegiatan pengayaan
dapat mencegah timbulnya dampak negatif dari para siswa yang
memiliki kecepatan tinggi dalam belajar seperti patah semangat,
salah tingkah, atau menjadi siswa pengganggu yang disebabkan
oleh terhambatnya saluran untuk mengembangkan potensi dan
kemampuan yang jika dibiarkan, hal ini dapat menurunkan prestasi
belajar mereka.

PROFESI KEGURUAN 148


3. Peningkatan Motivasi Belajar
Membantu meningkatkan motivasi belajar siswa dapat
dilakukan melalui prosedur sebagai berikut:
a. Memperjelas tujuan pembelajaran, sehingga siswa akan
terdorong untuk lebih giat belajar karena mengetahui
tujuan-tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.
b. Menyesuaikan proses belajar dan pembelajaran dengan
bakat, minat, dan kemampuan siswa.
c. Menciptakan suasana belajar dan pembelajaran aktif,
inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAIKEM).
d. Memberikan hadiah (reward) dan hukuman (punisment)
yang bersifat membimbing dan menimbulkan efek
peningkatan bilamana diperlukan.
e. Menciptakan suasana hubungan yang harmonis, hangat,
dan dinamis antara guru dengan siswa dan antara siswa
dengan siswa.
f. Menghindari timbulnya suasana yang tidak kondusif
seperti, menakutkan, mengecewakan, membingungkan,
dan menjengkelkan.
g. Meningkatkan kwalitas maupun kwantitas sumber dan
peralatan belajar dan pembelajaran.

4. Peningkatan Keterampilan Belajar


Prosedur yang dapat ditempuh antara lain:
a. Membuat catatan pada saat berlangsungnya proses
belajar dan pembelajaran
b. Membuat ringkasan bahan pembelajaran yang dibaca
c. Mengerjakan latihan soal-soal

5. Pengembangan Sikap dan Kebiasaan Belajar Efektif


Anggapan yang menyatakan bahwa modal utama untuk
sukses dalam belajar adalah tingkat intelegensi yang tinggi dan

PROFESI KEGURUAN 149


didukung biaya yang memadai tidak seluruhnya benar. Dalam hal
ini, sikap dan kebiasaan belajar efektif justru menempati posisi
yang sangat penting untuk meraih sukses dalam belajar. Setiap
siswa sebenarnya dapat mengembangkan kebiasaan belajar yang
efektif baik di sekolah maupun di rumah. Berikut ini akan di
gambarkan tentang cara-cara membiasakan belajar efektif, baik di
rumah maupun di sekolah.

a. Mengembangkan Kebiasaan Belajar Efektif di Rumah


Mengembangkan kebiasaan belajar yang efektif di
rumah, antara lain dapat ditempuh sebagai berikut :
 Membiasakan belajar sesuai dengan jadwal pembagian
waktu sehari-hari yang telah dibuat di rumah,
maksudnya waktu untuk belajar harus digunakan untuk
belajar.
 Membiasakan mengulang semua materi yang telah
diterima dalam proses belajar dan pembelajaran di
sekolah, termasuk menyelesaikan tugas dan
mengerjakan pekerjaan rumah (PR).
 Tingkatkan ketelitian dan keseriusan dalam menekuni
bahan pembelajaran sampai benar-benar menguasainya.
 Mintalah bantuan anggota keluarga, teman atau pihak-
pihak yang diperkirakan mampu uantuk membantu.
 Mengatur ruang belajar sedemikian rupa agar
membangkitkan semangat belajar, seperti menata buku
secara rapi dan tersusun dalam rak buku, kalau mungkin
buatlah perpustakaan kecil di tempat belajar agar mudah
menemukan buku yang dibutuhkan untuk
referensi/kepustakaan.
 Melengkapi sumber-sumber belajar (buku-buku) dan
peralatan belajar secara memadai, tetapi bukan berarti
harus memaksakan diri membeli semua buku yang

PROFESI KEGURUAN 150


dianjurkan sekolah jika belum tersedia dananya. Untuk
mengatasi masalah ini antara lain dapat dilakukan
dengan meminjam buku-buku di perpustakaan.
 Membiasakan diri gemar membaca terutama membaca
buku-buku yang dapat menunjang perluasan
pengetahuan. Buku-buku hiburan seperti surat kabar,
majalah, dan buku ilmu pengetahuan lainnya boleh pula
dibaca untuk menambah.
 Menyiapkan dan membereskan buku-buku dan alat-alat
yang diperlukan untuk mengikuti proses belajar dan
pembelajaran esok hari sebelum tidur.
 Memanfaatkan sedikit waktu untuk membaca buku-
buku yang ada kaitannya dengan pembelajaran yang
akan diikuti di sekolah pada waktu pagi sebelum
berangkat sekolah (jika ada waktu).
 Menjaga kesehatan jasmani maupun ruhani, misalnya
dengan olah raga, ahatcukup istiristirahat, makar teratur,
tidur yang cukup dan lain sebagainya sehingga tidak
akan mengganggu kelancaran belajar baik di sekolah
maupun di rumah.

b. Mengembangkan Kebiasaan Belajar Efektif di Sekolah


Mengembangkan kebiasaan belajar yang efektif di
sekolah antara lain dapat ditempuh dengan cara :
 Membiasakan diri datang ke sekolah tepat pada waktunya
agar tidak ketinggalan belajar di kelas.
 Membiasakan diri mempersiapkan buku-buku dan alat-alat
tulis secara lengkap dalam mengikuti proses belajar dan
pembelajaran di kelas.
 Membiasakan diri memusatkan perhatian dan menekuni
setiap materi dalam proses belajar dan pembelajaran di

PROFESI KEGURUAN 151


kelas, serta mencatat hal-hal penting dalam buku catatan
agar tidak mudah terlupakan.
 Membiasakan diri untuk berani bertanya jika ada hal-hal
yang kurang jelas, kerang dimengerti, dan kurang dipahami.
 Membiasakan diri mengerjakan tugas atau soal-soal dan
jangan sekali-kali menyepelekan tugas atau menunda-nunda
pekerjaan.
 Membiasakan diri menggunakan waktu luang untuk
membaca buku pelajaran.
 Menghindari sikap malas dan melalaikan tugas.
 Merenungkan dan mengapresiasikan materi pembelajaran
yang telah diterima maupun yang telah dibaca dalam
praktik kehidupan sehari-hari.

c. Bantuan guru dan orang tua siswa


Guru dan orang tua dapat membantu siswa untuk
menumbuhkan kebiasaan belajar efektif. Untuk kepentingan
itu, hendaknya siswa dibantu dalam hal-hal sebagai berikut:
 Menemukan motif-motif yang tepat dalam belajar
 Memelihara kondisi kesehatan
 Mengatur waktu belajar, baik di rumah maupun si
sekolah
 Memilih tempat belajar yang baik
 Belajar dengan menggunakan sumber belajar yang baik
 Membaca secara baik dan sesuai dengan kebutuhan
 Tidak segan bertanya untuk sesuatu yang tidak
diketahui atau tidak dipahami.

4.10. Kesimpulan
Peranan guru dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling dapat di bedakan
menjadi dua, yaitu :

PROFESI KEGURUAN 152


1. Tugas Guru dalam Layanan Bimbingan di Kelas
Di sekolah, tugas dan tanggung jawab utama guru adalah
melaksanakan kegiatan pembelajaran siswa. Dengan demikian, bukan berarti
dia sama sekali lepas dengan kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling.
Peran dan konstribusi guru mata pelajaran tetap sangat diharapkan guna
kepentingan efektivitas dan efisien pelayanan Bimbingan dan Konseling di
sekolah. Bahkan dalam batas-batas tertentu guru pun dapat bertindak sebagai
konselor bagi siswanya. Wina Senjaya (2006) menyebutkan salah satu peran
yang dijalankan oleh guru yaitu sebagai pembimbing dan untuk menjadi
pembimbing baik guru harus memiliki pemahaman tentang anak yang sedang
dibimbingnya. Sementara itu, berkenaan peran guru mata pelajaran dalam
bimbingan dan konseling, Sofyan S. Willis (2005) mengemukakan bahwa
guru-guru mata pelajaran dalam melakukan pendekatan kepada siswa harus
manusiawi dan religius, bersahabat, ramah, mendorong, konkret, jujur dan
asli, memahami dan menghargai tanpa syarat.
Kejelasan gambaran tugas dapat memotivasi guru untuk berperan
secara aktif dalam kegiatan bimbingan dan mereka merasa ikut bertanggung
jawab atas terlaksananya kegiatan itu. Perilaku guru dapat mempengaruhi
keberhasilan belajar, misalnya guru yang bersifat otoriter akan menimbulkan
suasana tegang, hubungan guru siswa menjadi kaku, keterbukaan siswa untuk
mengemukakan kesulitan-kesulitan sehubungan dengan pelajaran itu menjadi
terbatas.
Oleh karena itu, guru harus dapat menerapkan fungsi bimbingan
dalam kegiatan belejar-mengajar. Beberapa hal yang perlu diperhatikan guru
dalam proses belajar-mengajar sesuai dengan fungsinya sebagai guru dan
pembimbing, yaitu:
a. Mengarahkan siswa agar lebih mandiri
b. Sikap yang positif dan wajar terhadap siswa.
c. Perlakuan terhadap siswa secara hangat, ramah, rendah hati,
menyenangkan.
d. Pemahaman siswa secara empatik.
e. Penghargaan terhadap martabat siswa sebagai individu.

PROFESI KEGURUAN 153


f. Penampilan diri secara asli (genuine) tidak pura-pura, di depan
siswa.
g. Kekonkretan dalam menyatakan diri.
h. Penerimaan siswa secara apa adanya.
i. Perlakuan terhadap siswa secara permissive.
j. Kepekaan terhadap perasaan yang dinyatakan oleh siswa dan
membantu siswa untuk menyadari perasaannya itu.
k. Pengembangan terhadap siswa menjadi individu yang lebih
dewasa.
Abu ahmadi (1977) mengemukakan peran guru sebagai pembimbing
dalam melaksanakan proses belajar-mengajar, sebagai berikut :
a. Menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan setiap siswa
merasa aman, dan berkeyakinan bahwa kecakapan dan prestasi
yang dicapainya mendapat penghargaan dan perhatian. Suasana
yang demikian dapat meningktakan motivasi belajar siswa, dan
dapat menimbulkan rasa percaya diri siswa.
b. Mengusahakan agar siswa-siswa dapat memahami dirinya,
kecakapan-kecakapan, sikap, minat, dan pembawaannya.
c. Mengembangkan sikap-sikap dasar bagi tingkah laku sosial yang
baik. Tingkah laku siswa yang tidak matang dalam perkembanagn
sosialnya ini dapat merugikan dirinya sendiri maupun teman-
temannya.
d. Menyediakan kondisi dan kesempatan bagi setiap siswa untuk
memperoleh hasil yang lebih baik. Guru dapat memberikan
fasilitas waktu, alat atau tempat bagi para siswa untuk
mengembangkan kemampuannya.
e. Membantu memilih jabatan yang cocok, sesuai dengan bakat,
kemampuan, dan minatnya. Berhubung guru relatif lama dengan
para siswanya, maka kesempatan tersebut dapat dimanfaatkannya
untuk memahami potensi siswa. Guru dapat menunjukkan arah
minat yang cocok dengan bakat dan kemampuannya. Melalui

PROFESI KEGURUAN 154


penyajian materi pelajaran, usahakan bimbingan tersebut dapat
dilaksanakan.
2. Tugas Guru dalam Operasional Bimbingan di luar Kelas
Prayitno (2003) memerinci peran, tugas dan tanggung jawab guru-
guru mata pelajaran dalam bimbingan dan konseling adalah :
a. Membantu memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling
kepada siswa
b. Membantu guru pembimbing/konselor mengidentifikasi siswa-siswa
yang memerlukan layanan bimbingan dan konseling, serta
pengumpulan data tentang siswa-siswa tersebut.
c. Mengalih tangankan siswa yang memerlukan pelayanan bimbingan
dan konseling kepada guru pembimbing/konselor
d. Menerima siswa alih tangan dari guru pembimbing/konselor, yaitu
siswa yang menuntut guru pembimbing/konselor memerlukan
pelayanan pengajar /latihan khusus (seperti pengajaran/ latihan
perbaikan, program pengayaan).
e. Membantu mengembangkan suasana kelas, hubungan guru-siswa dan
hubungan siswa-siswa yang menunjang pelaksanaan pelayanan
pembimbingan dan konseling.
f. Memberikan kesempatan dan kemudahan kepada siswa yang
memerlukan layanan/kegiatan bimbingan dan konseling untuk
mengikuti /menjalani layanan/kegiatan yang dimaksudkan itu.
g. Berpartisipasi dalam kegiatan khusus penanganan masalah siswa,
seperti konferensi kasus.
h. Membantu pengumpulan informasi yang diperlukan dalam rangka
penilaian pelayanan bimbingan dan konseling serta upaya tindak
lanjutnya.
3. Kerja Sama Guru Dengan Konselor Dalam Layanan Bimbingan
Dapat dikatakan bimbingan di sekolah akan lebih efektif bila guru dapat
bekerja sama dengan konselor sekolah dalam proses pembelajaran. Namun
konselor mempunyai keterbatasan dalam hal yang berkaitan dengan Kurangnya
waktu untuk bertatap muka dengan siswa, hal ini karena tenaga konselor masih

PROFESI KEGURUAN 155


sangat terbatas, sehingga pelayanan siswa dalam jumlah yang cukup banyak tidak
bisa dilakukan secara intensif, sehingga tidak mungkin dapat memberikan semua
bentuk layanan seperti memberikan pengajaran perbaikan untuk bidang studi
tertentu, dan sebagainya.
Di samping itu Guru juga mempunyai keterbatasan – keterbatasan dalam
memberi bimbingan terhadap murid, diantaraya :
a. Guru tidak mungkin lagi menangani masalah-masalah siswa yang bermacam-
macam, karena guru tidak terlatih untuk melaksanakan semua tugas itu.
b. Guru sendiri sudah berat tugas mengajarnya, sehingga tidak mungkin lagi
ditambah tugas yang lebih banyak untuk memecahkan berbagai macam
masalah siswa.
c. Sejalan dengan tantangan kehidupan global, peran dan tanggung jawab guru
pada masa mendatang akan semakin kompleks, sehingga menuntut guru untuk
senantiasa melakukan berbagai peningkatan dan penyesuaian kemampuan
profesionalnya. Guru harus lebih dinamis dan kreatif dalam mengembangkan
proses pembelajaran peserta didik. Guru di masa mendatang tidak lagi menjadi
satu-satunya orang yang paling well informed terhadap berbagai informasi dan
pengetahuan yang sedang tumbuh, berkembang, berinteraksi dengan manusia
di jagat raya ini. Di masa depan, guru bukan satu-satunya orang yang lebih
pandai di tengah-tengah peserta didiknya.
d. Jika guru tidak memahami mekanisme dan pola penyebaran informasi yang
demikian cepat, ia akan terpuruk secara profesional. Kalau hal ini terjadi, ia
akan kehilangan kepercayaan baik dari peserta didik, orang tua maupun
masyarakat. Untuk menghadapi tantangan profesionalitas tersebut, guru perlu
berfikir secara antisipatif dan proaktif. Artinya, guru harus melakukan
pembaruan ilmu dan pengetahuan yang dimilikinya secara terus menerus.
Disamping itu, guru masa depan harus paham penelitian guna mendukung
terhadap efektivitas pengajaran yang dilaksanakannya, sehingga dengan
dukungan hasil penelitiaan guru tidak terjebak pada praktek pengajaran yang
menurut asumsi mereka sudah efektif, namum kenyataannya justru mematikan
kreativitas para peserta didiknya. Begitu juga, dengan dukungan hasil
penelitian yang mutakhir memungkinkan guru untuk melakukan pengajaran

PROFESI KEGURUAN 156


yang bervariasi dari tahun ke tahun, disesuaikan dengan konteks
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sedang berlangsung.
Guru mempunyai peran yang sentral dalam kegiatan Bimbingan dan
konseling yaitu :
a. Menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan setiap siswa
merasa aman, dan berkeyakinan bahwa kecakapan dan prestasi yang
dicapainya mendapat penghargaan dan perhatian.
b. Mengusahakan agar siswa-siswa dapat memahami dirinya,
kecakapan-kecakapan, sikap, minat, dan pembawaannya.
c. Mengembangkan sikap-sikap dasar bagi tingkah laku social yang
baik.
d. Menyediakan kondisi dan kesempatan bagi setiap siswa untuk
memperoleh hasil yang lebih baik.
e. Membantu memilih jabatan yang cocok, sesuai dengan bakat,
kemampuan dan minatnya.

PROFESI KEGURUAN 157


BAB V
PRINSIP, MODEL DAN SRAEGI DALAM PEMBELAJARAN

5.1 Latar belakang


Pembelajaran adalah suatu aktivitas atau suatu proses mebgajar dan
belajar. Aktivitas ini merupakan proses komunikasi dua arah, antara pihak
guru dan peserta didik. Undang undang no 20 tahun 2003 tentang system
pendidikan nasional menyatakan: “Pembelajaran adalah proses interaksi
peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar”.
Memperhatikan makna pembelajaran tersebut dapatlah dipahami
bahwa pembelajaran adalam membelajarkan peserta didik dengan
menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar yang merupakan penentu
utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran dapat disebut berhasil bila dapat
mengubah peserta didik dalam arti luas serta dapat menumbuhkembangkan
kesadaran peserta didik untuk belajar sehingga pengalaman yang diperoleh
peserta didik selama ia terlibat dalam proses pembelajaran itu dapat dirasakan
manfaatnya secara langsung. Hal itu dapat dicapai manakala kesiapan guru
untuk dapat mengerti, memahami, dan menghayati berbagai hal yang
berhubungan dengan proses pembelajaran, termasuk di dalamnya prinsip-
prinsip pembelajaran.
Pada bab ini akan membahas tentang prinsip-prinsip pembelajaran
yang sangat diperlukan oleh para guru dan peserta didk dalam rangka
kelangsungan pembelajaran yang efektif dan efesien.

5,2 Model Dan Strategi Pembelajaran


Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki
kemiripan makna, sehingga sering kali orang merasa bingung untuk
membedakannya. Istilah-istilah tersebut adalah:
a. pendekatan pembelajaran,
b. strategi pembelajaran,

PROFESI KEGURUAN 158


c. metode pembelajaran;
d. teknik pembelajaran;
e. taktik pembelajaran; dan
f. model pembelajaran.

Berikut ini akan dipaparkan istilah-istilah tersebut, dengan harapan


dapat memberikan kejelasaan tentang penggunaan istilah tersebut.
a. Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut
pandang kita terhadap proses pembelajaran. Roy Killen (1998)
mencatat ada dua pendekatan dalam pembelajaran, yaitu pendekatan
yang berpusat pada guru (teacher-centred approaches) dan pendekatan
yang berpusat pada siswa (student-centred approaches). Pendekatan
yang berpusat pada guru menurunkan strategi pembelajaran lang-
sung (direct instruction), pembelajaran deduktif atau pembelajaran
ekspositori. Sedangkan, pendekatan pembelajaran yang berpusat pada
siswa menurunkan strategi pembelajaran discovery dan inkuiri serta
strategi pembelajaran induktif.
b. Strategi Pembelajaran
Di bawah ini akan diuraikan beberapa definisi tentang strategi
pembelajaran.
 Kemp (1995) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah
suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan
peserta didik agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara
efektif dan efisien.
 Kozma (dalam Sanjaya 2007) secara umum menjelaskan bahwa
strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap kegiatan
yang dipilih, yaitu yang dapat memberikan fasilitas atau bantuan
kepada peserta didik menuju tercapainya tujuan pembelajaran
tertentu.
 Gerlach dan Ely menjelaskan bahwa strategi pembelajaran
merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan materi

PROFESI KEGURUAN 159


pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu.
Selanjutnya dijabarkan oleh mereka bahwa strategi
pembelajaran dimaksud meliputi; sifat, lingkup, dan urutan
kegiatan pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman
belajar kepada peserta didik.
 Dick dan Carey (1990 dalam Sanjaya, 2007) menjelaskan bahwa
strategi pembelajaran terdiri atas seluruh komponen materi
pembelajaran dan prosedur atau tahapan kegiatan belajar
yang/atau digunakan oleh guru dalam rangka membantu peserta
didik mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Menurut mereka
strategi pembelajaran bukan hanya terbatas pada prosedur atau
tahapan kegiatan belajar saja, melainkan termasuk juga
pengaturan materi atau paket program pembelajaran yang akan
disampaikan kepada peserta didik.
 Cropper di dalam Wiryawan dan Noorhadi (1998) mengatakan
bahwa strategi pembelajaran merupakan pemilihan atas berbagai
jenis latihan tertentu yang sesuai dengan tujuan pembelajaran
yang ingin dicapai. la menegaskan bahwa setiap tingkah laku
yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik dalam kegiatan
belajarnya harus dapat dipraktikkan.
Ada dua hal yang patut dicermati dari pengertian-pengertian di atas.
1. strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian
kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan
berbagai sumber daya/kekuatan dalam pembelajaran.
2. strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya, arah
dari semua keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian
tujuan.
c. Metode Pembelajaran
Menurut Fathurrahman Pupuh (2007) metode diartikan sebagai
suatu cara atau prosedur yang dipakai untuk mencapai tujuan tertentu.
Dalam kaitannya dengan pembelajaran, metode didefinisikan sebagai
cara-cara menyajikan bahan pelajara pada peserta didik untuk

PROFESI KEGURUAN 160


tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Dengan demikian, salah satu
keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang guru dalam
pembelajaran adalah keterampilan memilih motode.
Pemilihan metode terkait langsung dengan usaha-usaha guru
dalam menampilkan pengajaran yang sesuai dengan situasi dan
kondisi sehingga pencapaian tujuan pengajaran diperoleh secara
optimal. Oleh karena itu, salah satu hal yang sangat mendasar untuk
dipahami guru adalah bagaimana memahami kedudukan metode
sebagai salah satu komponen bagi keberhasilan kegiatan belajar-
mengajar sama pentingnya dengan komponen-komponen lain dalam
keseluruhan komponen pendidikan.
d. Teknik Pembelajaran
Teknik adalah cara yang dilakukan orang dalam rangka
mengimplementasikan suatu metode, yaitu cara yang harus dilakukan
agar metode yang dilakukan berjalan efektif dan efisien.
e. Taktik Pembelajaran
Taktik adalah gaya seseorang dalam melaksanakan suatu
teknik atau metode tertentu. Dengan demikian, taktik sifatnya lebih
individual.
f. Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola
yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran
di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan
perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku,
film, komputer, kurikulum, dan lain-lain (Joyce, 1992 ).
Soekamto, dkk (dalam Nurulwati, 2000) mengemukakan
maksud dari model pembelajaran adalah: “Kerangka konseptual yang
melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan
berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan
para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.”

PROFESI KEGURUAN 161


Model pembelajaran mempunvai empat ciri khusus yang
membedakan dengan strategi, metode atau prosedur. Ciri-ciri tersebut
ialah:
1. rasional teoritik logis yang disusun oleh para pencipta atau
pengembangnya;
2. landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana peserta didik
belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai);
3. tingkah laku pembelajaran yang diperlukan agar model tersebut
dapat dilaksanakan dengan berhasil; dan lingkungan belajar yang
diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai (Kardi dan
Nur, 2000 )

5.3 Komponen Pembelajaran


Pembelajaran merupakan suatu sistem instruksional yang mengacu
pada seperangkat komponen yang saling bergantung satu sama lain untuk
mencapai tujuan. Komponen strategi pembelajaran tersebut adalah:
a. Guru
Guru adalah pelaku pembelajaran, sehingga dalam hal ini
guru merupakan faktor yang terpenting. Di tangan gurulah
sebenarnya letak keberhasilan pembelajaran. Komponen guru tidak
dapat dimanipulasi atau direkayasa oleh komponen lain, dan
sebaliknya guru mampu memanipulasi atau merekayasa komponen
lain menjadi bervariasi. Sedangkan komponen lain tidak dapat
mengubah guru menjadi bervariasi. Tujuan rekayasa pembelajaran
oleh guru adalah membentuk lingkungan peserta didik supaya
sesuai dengan lingkungan yang diharapkan dari proses belajar
peserta didik, yang pada akhirnya peserta didik memperoleh suatu
hasil belajar sesuai dengan yang diharapkan. Untuk itu, dalam
merekayasa pembelajaran, guru harus berdasarkan kurikulum yang
berlaku.

PROFESI KEGURUAN 162


b. Peserta didik
Peserta didik merupakan komponen yang melakukan
kegiatan belajar untuk mengembangkan potensi kemampuan
menjadi nyata untuk mencapai tujuan belajar. Komponen peserta
ini dapat dimodifikasi oleh guru.
c. Tujuan
Tujuan merupakan dasar yang dijadikan landasan untuk
menentukan strategi, materi, media dan evaluasi pembelajaran.
Untuk itu, dalam strategi pembelajaran, penentuan tujuan
merupakan komponen yang pertama kali harus dipilih oleh seorang
guru, karena tujuan pembelajran merupakan target yang ingin
dicapai dalam kegiatan pembelajaran
d. Bahan Pelajaran
Bahan pelajaran merupakan medium untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang berupa materi yang tersusun secara sistematis
dan dinamis sesuai dengan arah tujuan dan perkembangan
kemajuan ilmu pengetahuan dan tuntutan masyarakat. Menurut
Suharsimi (1990) bahan ajar merupakan komponen inti yang
terdapat dalam kegiatan pembelajaran.
e. Kegiatan pembelajaran
Agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara optimal,
maka dalam menentukan strategi pembelajaran perlu dirumuskan
komponen kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan standar
proses pembelajaran.
f. Metode
Metode adalah satu cara yang dipergunakan untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Penentuan
metode yang akan digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran
akan sangat menentukan berhasil atau tidaknya pembelajaran yang
berlangsung.

PROFESI KEGURUAN 163


g. Alat
Alat yang dipergunakan dalam pembelajran merupakan
segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai
tujuan pembelajaran. Dalam proses pembelajaran alat memiliki
fungsi sebagai pelengkap untuk mencapai tujuan. Alat dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu alat verbal dan alat bantu nonverbal.
Alat verbal dapat berupa suruhan, perintah, larangan dan lain-lain,
sedangkan yang nonverbal dapat berupa globe, peta, papan
tulis slide dan lain-lain.
h. Sumber Pembelajaran
Sumber pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat
dipergunakan sebagai tempat atau rujukan di mana bahan
pembelajaran bisa diperoleh. Sehingga sumber belajar dapat
berasal dari masyarakat, lingkungan, dan kebudayaannya,
misalnya, manusia, buku, media masa, lingkungan, museum, dan
lain-lain.
i. Evaluasi
Komponen evaluasi merupakan komponen yang berfungsi
untuk mengetahui apakah tujuan yang telah ditetapkan telah
tercapai atau belum, juga bisa berfungsi sebagai sebagai umpan
balik untuk perbaikan strategi yang telah ditetapkan. Kedua fungsi
evaluasi tersebut merupakan evaluasi sebagai fungsi sumatif dan
formatif.
j. Situasi atau Lingkungan
Lingkungan sangat mempengaruhi guru dalam menentukan
strategi pembelajaran. Lingkungan yang dimaksud adalah situasi
dan keadaan fisik (misalnya iklim, madrasah, letak madrasah, dan
lain sebagainya), dan hubungan antar insani, misalnya dengan
teman, dan peserta didik dengan orang lain. Contoh keadaan ini
misalnya menurut isi materinya seharusnya pembelajaran
menggunakan media masyarakat untuk pembelajaran, karena

PROFESI KEGURUAN 164


kondisi masyarakat sedang rawan, maka diubah dengan
menggunakan metode lain, misalnya membuat kliping.

5.4 Efektifitas & Efisiensi Pembelajaran (Metode yang Efektif & Efisien)

Ilmu pengetahuan dan Teknologi melaju dengan cepat. Dunia


informasi dan ketatnya persaingan memaksa kita berdiri kokoh menyusul
perubahan zaman yang dinamis. Dunia pendidikan diciptakan untuk
menjawab segala tantangan. Oleh karena itu, para pendidik diharapkan
mampu menelurkan generasi penerus yang berkualitas dan pada akhirnya
mampu menghasilkan produk yang bermanfaat bagi masyarakat dan
negara.
Kerasnya tuntunan bagi pada pendidik dan dinamisnya perubahan
zaman, membawa kita untuk mencari metode dan model pembelajaran
seperti apa sesuai sehingga pembelajaran itu efektif dan efisien.Perbedaan
gaya belajar pada peserta didik harus disadari sebagai upaya peningkatan
mutu pembelajaran yang efektif dan efisien.
Hadirnya manajemen kelas berbasis teknologi adalah sebagai usaha
pencapaian pembelajaran yang efektif dan efisien.
a. Pembelajaran Yang Efektif dan Efisien
Pembelajaran pada hakekatnya adalah suatu proses
interaksi antara anak dengan anak, anak dengan sumber belajar dan

PROFESI KEGURUAN 165


anak dengan pendidik.
Proses pembelajaran yang efektif dan efisien tersevut melalui
pembelajaran yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Berpusat pada peserta didik
2. Interaksi edukatif antara guru dengan peserta didik
3. Suasana yang demokratis, menyenangkan dan kreatif
4. Penggunaan variasi metode mengajar
5. Profesionalisme guru yang tinggi
6. Bahan yang sesuai dan bermanfaat
7. Lingkungan yang kondusif
8. Sarana belajar yang menunjang
Efektivitas sebenarnya ditentukan dengan menetapkan
sampai sejauh mana Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)
mewujudkan tujuan yang harus dicapai sedangkan efisiensi diukur
berdasarkan jumlah komponen yang digunakan untuk mewujudkan
hasil yang ingin dicapai.
Efisiensi adalah sebuah konsep yang mencerminkan
perbandingan terbaik antara usaha dengan hasilnya (Gie : 1985).
Efesiensi ada dua macam yakni Efisiensi usaha belajar yang dilihat
dari prestasi belajar yang dii inginkan dapat dicapai dengan usaha
yang minimal, sedangkan efisiensi hasil belajar dilihar apabila
dengan usaha belajar yang tinggi.
Proses belajar yang dipercepat merupakan proses belajar yang
efisien. (Thomas L. Madden M.A 2002 : 3).
Pada dasarnya pembelajaran yang efektif dan efisiensi tidak
mungkin lepas dari kemampuan dan keterampilan seorang guru
(pendidik) bagaimana dia dapat mengimplementasikan ilmunya
dalam proses interaksi edukatif. Kemantapan penggunaan metode
mengajar, pengelolaan kelas dan memenej kelas, pengoptimlan
situasi dan kondisi berlangsungnya proses belajar mengajar hingga
penggunaan media belajar.

PROFESI KEGURUAN 166


Dari hasil uraian diatas, pembelajaran yang efektif dan
efisien adalah pembelajaran yang memungkinkan peserta didik
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan secara
maksimal dengan penggunaan komponen pembelajaran yang
minimal. Komponen dalam hal ini adalah waktu, tenaga, dan
biaya.
b. Metode Pembelajaran Yang Efektif dan Efisien
Metode pengajaran menurut Nursid Sumaatmadja (1984 :
95) adalah:
“Suatu cara yang didalam fungsinya merupakan suatu alat untuk
mencapai tujuan”. Ada dua bentuk metode interaksi edukatif yaitu
metodi didalam kelas dan luas kelas. Mengingat yang dihadapi
adalah murid sekolah dasar maka dua jenis metode interaksi
edukatif ini dirasa perlu dikuasai, lebih itu, guru harus mampu
mengembangkannya sehingga pembelajaran yang efektif dan
efisien tercapai.
Perlu diingat, metode yang efektif dan efisien itu metode
yang sesuai dengan bahan ajar, karakter peserta didik, tujuan
belajar agar tepat sasaran . sebenarnya bukan hanya metode saja
yang perlu diperhatikan tapi keberhasilan proses pembelajaran juga
ditentukan oleh teknik dan sumber belajar yang akan digunakan.
Faktor penunjang pembelajaran yang efektif dan efesien
pasti dapat diciptakan kondisi-kondisi yang menyenangkan bagi
perkembangan kreativitas peserta didik.
Donald J. Treffinger (1980) mengemukakan sejumlah pengalaman
belajar yang dapat dikembangkan oleh guru yaitu :
1. Menciptakan tugas yang dikehendaki perserta didik
sehingga mereka terlibat dengan antusiasme yang tinggi .
2. Pembelajaran dilandasi oleh currosity (rasa ingin tahu)
siswa.

PROFESI KEGURUAN 167


3. Pembelajaran hendaknya memungkinkan peserta didik
mengembangkan kepekaan terhadap masalah dan
tantangan.
4. Pembelajaran hendaknya mengkondisikan peserta didik
untuk mempertimbangkan ide yang berbeda dan alternatif
pemecahan masalahnya.
5. Evaluasi hendaknya mempertimbangkan karakteristik anak,
potensi anak, kondisi anak, pokok bahasan, dan lingkungan
anak didik.
6. Pembelajaran mengacu kepada pengalaman belajar
sehingga peserta didik diberi kebebasan untuk
bereksperimen dan mengeksplorasi pengetahuan.
Peserta didik perlu dihadapkan pada persoalan riil dalam
kehidupan sehari-hari. Pengalaman belajar harus mengantarkan
pesera didik untuk memecahkan masalah dan mengidentifikasikan
tantangan-tantangan baru.
Pada dasarnya faktor menunjang pembelajaran yang efektif dan
efisien terletak pada pendidik, peserta didik dan sumber belajar.
Pengajar sebagai fasilitator, pembimbing, dan sebagai manajer
kelas dan perserta didik sebagai objek dan subjeknya dimana
ketiganya saling berpengaruh satu sama lain dimana proses
pembelajaran akan bermakna bila sumber belajarnya tepat dan
sesuai.
c. Alternatif Model Pembelajaran
Pada rentangan usia dini seluruh aspek perkembangan
kecerdasar seperti IQ, EQ, dan SQ tumbuh dan berkembangan
sangat luar biasa. Tingkat perkembangan ini masih melihat segala
sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik) serta mampu memahami
hubungan antara konsep secara sederhana.
Sesuai dengan tahap perkembangan anak yang melihat
segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik) pembelajaran

PROFESI KEGURUAN 168


tematik akan mengembangkan anak untuk berfikir holistik dan
memberikan kemudahan bagi peserta didik.
Menurut Piaget (1950) setiap anak memiliki struktur
kongitif yang disebut schemata sebagai hasil pemahaman terhadap
objek ada dilingkungannya, pemahaman berlangsung melalui
proses asimilasi dan akomodasikan untuk menafsirkan objek.
Kedua proses tersebut berlangsung terus menerus dan membuat
pengetahuan lama dan pengetahuan baru menjadi seimbang.
Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang
menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran
sehingga dapat memberikan pengalaman terhadap siswa,
memberikan pengalaman langsung. Pemisahan pelajaran tidak
bergitu jelas sehingga terfokus pada pembehasan tema dalam
pembelajaran, menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran,
sifatnya yang fleksibel, hasil pembelajaran disesuaikan dengan
minat dan kebutuhan siswa, menggunakan prinsip dasar belajar
yang menyenangkan.
Jenis pembelajaran terpadu ada 3 model yaitu :
1. Conected Model (keterhubungan) model ini memadukan
materi-materi yang saling berhubungan dalam satu mata
pelajaran tertentu (inter-mata pelajaran) dengan satu tema
yang ditentukan.
2. Webbed Model (jaringan laba-laba) midel ini memadukan
materi-materi yang saling terkait dengan tema yang telah
ditentukan dan memungkinkan mengambil materi dari mata
pelajaran lain (antara mata pelajaran)
3. Integrated Model (Keterpaduan) Model ini mengaharuskan
pendidik untuk menentukan materi-materinya terlebih
dahulu dari tiap materi antara mata pelajaran sampai
menemukan central cord yaitu materi yang saling tumpang
tindih yang kemudian dijadikan tema pembelajaran.

PROFESI KEGURUAN 169


d. Gaya Belajar Anak Didik
Salah satu cara untuk mulai membuka potensi luar biasa
adalah dengan memahami gaya belajar. (Thomas L. Mondden ,
M.A. : 2002).
Setiap orang punya gaya belajar yang alami dan nyaman. Ketika
dipaksa untuk belajar dengan cara lain, akan timbul rasa frustasi
atau timbul tindakan menyalahkan diri sendiri karena gaya atau
cara belajar yang tidak sesuai.
Gaya belajar anak terdiri atas cara-cara anak memasukan
informasi atau data, ini meliputi:
1. Area dilihat dari perbedaan dominan kerja pada belahan
otak yaitu otak kiri yaitu otak yang logis, berurutan dan
analitik sedangkan otak kanan adalah otak yang
menggunakan gambar, ritme dan emosi untuk menyerap
informasi.
2. Area Preferensi Sensori informasi dimulai dari indra anak,
yaitu ketika informasi baru didapat dari melihat, mendengar
m menyentuh, mengecap, atau mencium.
Ada anak yang menggunkan keterampilan audio untuk
memproses informasi yang didengar. Ada juga anak yang lebih
menggunakan keterampilan visual untuk memperoleh informasi
dalam bentuk tulisan. Satu lagi keterampilan yang digunakan anak
ketika menyerap informasi yaitu keterampilan fisik atau kinestetis
dimana anak laebih sering mengalami sebuah pengalaman belajar
melalui peran peragaan atau mengentuh peralatan.
Rangsangan apapun yang mempengaruhi kelima indra akan
mempercepat pembelajaran menyerapkan informasi.
Komunikasi antara guru dan orang tua sangan berperan dalam
keberhasilan yang dicapai anak. Diharapkan seriap sekolah
memiliki buku penghubung sebagai alat komunikasi guru dengan
orang tua perserta didik.

PROFESI KEGURUAN 170


Gaya belajar visual membutuhkan alat peraga, mereka bisa
menggunakan teknik menghapal dengan menggunakan skema. Jadi
bentuk skema.
Gaya belajar bagi anak yang dominan audiotori adalah merekam
pembicaraan
e. Manajemen Kelas Berbasis Teknologi
Manajemen Kelas Berbasis Teknologi (MKBT) adalah
pengelola proses belajar mengajar dikelas secara efektif dan
efesien dengan memanfaatkan teknologi komputerisasi. Disini guru
berperan mempersiapkan, menata komponen fisi kelas, juga
kesiapan siswa untuk menerima pelajaran melalui teknologi
komponen.
Pembelajaran tidak hanya terpakau pada kegiatan berbicara
dan transfer pengetahuan saja, tetapi guru juga bertinda sebagai
coaching (pelatih) dari pada hanya sekedar telling (pembicara) dan
spending (penyalur) ilmu pengetahuan.
Pemamfaatan teknologi informasi merupakan basis dalam
mengembangkan pembelajaran di dalam kelas. Berdasarkan hasil
penelitian , dapat dilihat bahwa teknologi memberikan dan
menuntun hal-hal berikut :
1. Menurut guru melakukan pekerjaan dan alat yang lebih
rumit
2. Guru sebagai pelatih
3. Menyediakan kesempatan guru untuk memperlajari isi
pembelajaran dengan metode yang tepat berdasarkan
kurikulum
4. Motivasi (dorongan) siswa untuk bekerja keras dan berhati-
hati dalam belajar
5. Membangun budaya nilai dan mutu kekerjaan dalam
sekolah secara signifikan.

PROFESI KEGURUAN 171


Hal yang harus diperhatikan pada saat menggunakan media
teknologi adalah sebagai berikut :
1. Perlukan teknologi harus tepat sesuai kebutuhan pembelajar
2. Kesiapan guru dalam memahami dan mengoprasikan
teknologi teknologi yang dimanfaatkan
3. Memperhatikan unsur keselamatan dan kenyamanan serta
keindahan harus tetap terjaga.
Guru yang inovatif sangat dibutuhkan dalam memanfaatkan
teknologi sebagai alat bantu dalam pembelajaran yang
dilakukannya, dimulai dari kegiatan merencanakan (planning).
Melaksanakan pembelajaran hingga penilaian hasil belajar dengan
kreatifitas guru maka kegiatan pembelajaran bisa lebih efektif dan
efisien yakni lebih cepat, lebih berhasil dan lebih bermanfaat bagi
murid

g. Cara Belajar Yang Baik Dan Benar


Untuk menuju sukses di masa depan, para pelajar berlomba-lomba
belajar untuk mendapatkan nilai yang baik di sekolah. Sesuai dengan
pepatah “Belajar Merupakan Kunci Keberhasilan”. Belajar adalah
memahami, merasakan, mengetahui, mencari, menjelaskan, sehingga
dengan belajar orang akan mengetahui segala yang belum diketahui.
Belajar pada umumnya dilakukan pada saat jam pelajaran sekolah.
Namun, untuk mendapatkan cara belajar yang efektif, belajar
dibutuhkan waktu yang banyak. Tidak di jam sekolah saja, belajar
wajib dilakukan saat dirumah. Belajar yang sukses tergantung dengan
cara belajar masing-masing orang, setiap orang memiliki cara belajar
yang berbeda. Namun, sebagian orang memiliki cara kerja otak yang
sama, sehingga cara belajarnyapun sama. Berikut beberapa tips cara
belajar yang baik.
Berikut adalah pemaparan seputar tentang tips atau cara belajar
yang baik dan efektif :

PROFESI KEGURUAN 172


1. Mulailah dengan berdoa
Selalu dan selalu. Mungkin ini hal yang paling sering
dilupakan oleh sebagian besar para pelajar. Padahal segala sesuatu
yang akan kita lakukan harus kita awali dan kita akhiri dengan
berdoa. Dengan berdoa, kita akan berserah diri kepada Tuhan dan
Beliau akan membantu kita supaya hasil belajar kita
menjadi maksimal.
2. Pilih tempat belajar Anda
Tempat belajar juga sangat mempengaruhi konsentrasi
belajar Anda. Pilihlah tempat yang nyaman tetapi tidak membuat
Anda mengantuk dan tidak membuat Anda merasa boring atau
bosan. Seperti di teras rumah atau di lantai. Jika Anda mudah
terganggu oleh suara dari luar, cobalah untuk belajar di tempat
yang sunyi tetapi tidak membuat Anda merasa kesepian.
3. Musik
Jika perlu, hidupkan juga lagu-lagu klasik atau lembut
tetapi tidak membuat Anda bad mood. Juga jangan juga
mendengarkan musik rock karena itu akan mengganggu otak Anda
sehingga belajar menjadi tidak maksimal.
4. Latihan soal
Belajar
dengan membaca
materinya terlebih
dahulu, latihan
soal, kemudian
evaluasi dengan
melihat
pembahasan di
setiap soalnya adalah cara belajar yang terbaik. Untuk itu, sangat
diperlukan untuk membeli buku-buku dengan materi pelajaran dan
soal-soal yang berkualitas. Materi pelajaran yang berkualitas itu
adalah materi yang ringkas, mudah dipahami, dan mengandung

PROFESI KEGURUAN 173


konsep yang tersirat. Sedangkan soal-soal yang berkualitas adalah
soal yang berbobot, sesuai dengan materi pelajaran, dan
mengandung pembahasan tentang cara menjawab soal tersebut jika
Anda tidak memahami cara menjawab soal tersebut. Tentu saja
sesuaikan juga dengan uang yang Anda miliki.
5. Belajar kelompok
Belajar bersama teman-teman memang sangat mengasyikan
dan seru. Namun, sebaiknya anggota kelompok belajar Anda
maksimal 5 orang saja karena
jika terlalu banyak, maka
akan mengganggu proses
belajar Anda. Usahakan juga
supaya ada satu dari anggota
kelompok belajar Anda yang
pintar atau memahami
sebuah materi pelajaran yang akan dipelajari. Kelebihan dari
belajar kelompok adalah bisa sharing secara langsung dengan
teman-teman tentang hal yang belum dipahami. kekurangan belajar
kelompok adalah konsentrasi belajar kita bisa saja terganggu jika
teman Anda mengajak Anda mengobrol.
6. Pembimbing
Pembimbing bisa saja diperlukan untuk menemani Anda
belajar. Anda bisa bertanya-tanya kepadanya. Pembimbing itu
tidak selalu guru atau orangtua. Teman pun bisa Anda jadikan
pembimbing. Tapi yang pasti teman Anda yaa harus pintar supaya
bisa ditanya-tanya. Gunakan pembimbing Anda secara maksimal.
Tanyakan segala hal yang belum Anda pahami berkaitan tentang
materi pelajaran yang Anda pelajari.
7. Belajar dari internet
Internet memang memberikan wahana belajar yang sangat
luas dan biasanya gratis. Gunakan juga internet sebagai sarana
bantu untuk belajar dan bertanya kepada orang-orang di dunia

PROFESI KEGURUAN 174


maya. HdSBlog dalam Materi Pelajaran memberikan beragam
materi pelajaran yang lengkap dan mudah dipahami.
8. Refreshing
Tidak ada manusia yang bisa belajar terus-menerus. Hasil
penelitian menunjukan bahwa manusia hanya bisa konsentrasi
terhadap satu hal selama 15 menit saja. Jadi, manusia hanya bisa
belajar satu mata pelajaran selama 15 menit saja dan setelah itu
konsentrasinya akan buyar. Maka dari itu, setiap 15 menit belajar
dianjurkan untuk beristirahat selama 5 menit atau ganti dengan
mata pelajaran lain. Setelah selesai belajar, hibur diri Anda dengan
membeli makanan favorit atau jalan-jalan ke taman supaya Anda
tidak stress.
9. Selalu tutup dengan doa
Sama seperti saat memulai belajar, mengakhiri belajar juga
harus diakhiri dengan doa. Anda berdoa kepada Tuhan agar apa
yang Anda pelajari telah Anda pahami dengan maksimal dan
memberi manfaat ke depannya.
10. Yakin
Kunci kesuksesan berawal dari
keyakinan. Yakinlah bahwa
Anda bisa memahami materi
pelajaran tersebut.
Keyakinan membuat Anda
tidak ragu saat menjawab
soal ulangan atau ujian
nasional.

Beberapa poin emas tips lainnya dalam belajar ang efektif dan efisien:

1. Hari Pertama
Hari pertama sekolah, ulang kembali pelajaran yang didapat. Baca
secara singkat pelajaran yang akan diajarkan esok hari buat kerangkanya
saja. Begitu pelajaran itu diterangkan esoknya, Anda sudah punya

PROFESI KEGURUAN 175


gambaran. Dan sepulang sekolah Anda tinggal mengulang untuk bikin
kesimpulan atau ringkasannya saja.
2. Konsentrasi
Usahakan untuk konsentrasi penuh saat guru mengajar di dalam
kelas. dengan konsentrasi pelajara yang di ajarkan guru akan mudah
masuk ke otak Anda dan akan mudah cepat memahami.
3. Menulis Kembali
Mengetik atau menulis kembali pelajaran yang telah diajarkan juga
akan membantu, karena sama saja dengan membaca.
4. Membaca Ulang
Setelah membaca ulang pelajaran, cobalah buat kesimpulan dengan
kalimat Anda sendiri. Ini akan membantu agar materi tersebut membekas
tajam dalam memori Anda.
5. Mempraktekkan / Mengajari teman
Mengulang pelajaran tidak harus membaca atau menulis ulang
pelajaran tapi bisa juga dengan mengajari teman tentang materi yang baru
saja diulang.
Nah, jangan ragu atau pelit untuk berbagi ilmu dengan teman, ingat
ilmu itu semakin dibagi akan semakin bertambah.
menurut penelitian, Anda akan mengingat 5% dari yang Anda
dengar, 10% dari yang Anda baca, 20% dari yang Anda dengar-baca, 30%
dari yang diperagakan, 50% dari diskusi kelompok, 75% dari yang Anda
latihan / praktek, 90% dari yang Anda ajarkan. Jadi mari berlomba-lomba
duluan belajar, sehingga bisa mengajari teman.
6. Persiapkan Waktu Belajar
Persiapkan waktu belajar jauh-jauh hari sebelum ulang datang,
hindari belajar mendadak sebelum ulangan karena itu kurang efektif.
Usahakan agar waktu belajar saat persiapan mau ulangan tidak terlalu
mepet.

PROFESI KEGURUAN 176


7. Buat Ringkasan atau Kesimpulan
Jangan lupa untuk selalu buat ringkasan atau kesimpulan pada
setiap pelajaran, kalau perlu pakai tabel atau gambar ilustrasi supaya
mudah diingat.
8. Waktu Belajar di Siang Hari
Siang hari adalah waktu yang tepat untuk belajar. Jika pada pagi
hari Anda konsentrasi untuk belajar di sekolah. Maka pergunakanlah
waktu sepulang sekolah untuk megulang kembali pelajaran karena pelajar
saat di di ajarkan di sekolah masih menempel di otak. Dan pada malam
harinya gunakan untuk aktifitas belajar yang agak ringan, atau
mengerjakan PR (pekerjaan rumah). Yang terpenting, hindari begadang,
karena dampaknya kurang baik bagi kesehatan.
9. Menjaga Stamina
Badan yang capek akan tidak baik bagi otak Anda. Selain itu
konsentrasi juga sulit tercapai. Sebaiknya libur dulu dari acara yang akan
menguras stamina Anda sehari menjelang ujian.
10. Rileks Saat Belajar dengan di Temani Musik
Usahakan saat belajar untuk serileks mungkin, kalau bisa sambil
ditemani musik. Musik-musik yang paling akrab dengan Anda (sering
Anda dengar). Musik akan membuat fikiran Anda menjadi lebih santai dan
Fresh. Tapi jangan memutar musik keras-keras, karena akan membuat
konsentrasi Anda buyar, dan satu lagi yang harus Anda ingat, Anda tidak
boleh fokus pada musik saja, tapi musik hanya untuk menemani Anda agar
lebih santai dan tenang. Atau jika Anda tipe orang yang susah konsentrasi
jika tidak di tempat sepi sebaiknya belajar tanpa ditemani musik.
11. Waktu yang Baik Untuk Menghapal
Jika Anda ingin menghapal, misalnya UUD atau semacamnya,
sebaiknya dilakukan menjelang tidur. Karena disaat tersebut Anda akan
lebih mudah ingat akan sesuatu yang Anda pelajari saat bangun pagi
harinya. Usahakan tidur dalam kondisi REM (dengan pencahayaan
sedikit), sehingga otak Anda juga ikut istirahat.

PROFESI KEGURUAN 177


12. Belajar Kelompok
Bosan belajar sendirian? Coba saja belajar secara kelompok bareng
sama teman. Dengan belajar kelompok kegiatan belajar akan menjadi
sangat menyenangkan karena ada temannya. Belajar secara kelompok
sebaiknya mengajak teman yang pandai dan rajin belajar agar bisa
termotivasi dan ketularan pintar.
13. Selalu Disiplin Dan Tekun Dalam Belajar
Yang penting di sini adalah kualitas belajarnya. Walaupun hanya
1-2 jam sehari tapi kalau di lakukan setiap hari pasti akan lebih baik dari
pada belajar dalam waktu yang sangat lama pada waktu tertentu saja.
Misalnya hanya belajar kalau ada ulangan atau ujian saja.
14. Mind Mapping
Nah, ini metode terbaru. Terbukti ampuh! Menurut penelitian,
mind mapping menyesuaikan dengan jalan pikiran otak Anda yang
menyebar, dan garis-garis hubung menunjukkan syaraf-syaraf otak untuk
meneruskan informasi ke bagian memori jangka pendek. Jika dirasa perlu
otak akan melanjutkan ke jangka panjang. Bahkan jika di ulang-ulang dan
sering dilihat-lihat hasil mind mappingnya. Otak bagian alam bawah sadar
akan aktif, dan saat Anda membutuhkan informasi tersebut, dengan mudah
bisa Anda sampaikan (tulis jawaban saat ujian)

Intinya.. usaha, kerja keras mutlak diperlukan. Ingat! no have free luch!
Semuanya butuh kedisiplinan dan tekad yang kuat untuk moved on, menjadi lebih
baik. Serta yang paling utama diantara terutama yaitu BERDOA hanya kepada-
Nya semua keputusan, Ia yang Maha Menetukan, maka selalu berdoa dengan
khusyuk, agar dimudahkan jalan.
Tips bagi yang mau ujian, jangan takut atau cemas. Kesempatan akan
selalu ada jika Anda pandai mengambilnya, belajar dari sekarang sebelum
terlambat. Karena sesuatu yang terlambat sebenarnya sesuatu yang tidak pernah
dimulai. Jadi mulai dari sekarang, belajar yang baik, efektif, dan efisien.
“Jika Anda pasang niat sungguh-sungguh, berusaha keras, dan berdoa khusyuk,
maka impian Anda akan menjadi kenyataan.”

PROFESI KEGURUAN 178


Belajar merupakan hal yang wajib dilakukan oleh para pelajar dan
mahasiswa. Belajar pada umumnya dilakukan di sekolah ketika jam
pelajaran berlangsung dibimbing oleh Bapak atau Ibu Guru. Belajar yang
baik juga dilakukan di rumah baik dengan maupun tanpa pr / pekerjaan
rumah. Belajar yang dilakukan secara terburu-buru akibat dikejar-kejar
waktu memiliki dampak yang tidakbaik.
Berikut ini adalah tips dan triks yang dapat menjadi masukan
berharga dalam mempersiapkan diri dalam menghadapi ulangan atau
ujian:
1. Belajar Kelompok
Belajar kelompok dapat menjadi kegiatan belajar menjadi
lebih menyenangkan karena ditemani oleh teman dan berada di
rumah sendiri sehingga dapat lebih santai. Namun sebaiknya tetap
didampingi oleh orang dewasa seperti kakak, paman, bibi atau
orang tua agar belajar tidak berubah menjadi bermain. Belajar
kelompok ada baiknya mengajak teman yang pandai dan rajin
belajar agar yang tidak pandai jadi ketularan pintar.
Dalam belajar kelompok kegiatannya adalah membahas
pelajaran yang belum dipahami oleh semua atau sebagian
kelompok belajar baik yang sudah dijelaskan guru maupun belum
dijelaskan guru.
2. Rajin Membuat Catatan Intisari Pelajaran
Bagian-bagian penting dari pelajaran sebaiknya dibuat
catatan di kertas atau buku kecil yang dapat dibawa kemana-mana
sehingga dapat dibaca di mana pun kita berada. Namun catatan
tersebut jangan dijadikan media mencontek karena dapat
merugikan kita sendiri.
3. Membuat Perencanaan Yang Baik
Untuk mencapai suatu tujuan biasanya diiringi oleh rencana
yang baik. Oleh karena itu ada baiknya kita membuat rencana
belajar dan rencana pencapaian nilai untuk mengetahui apakah
kegiatan belajar yang kita lakukan telah maksimal atau perlu

PROFESI KEGURUAN 179


ditingkatkan. Sesuaikan target pencapaian dengan kemampuan
yang kita miliki. Jangan menargetkan yang yang nomor satu jika
saat ini kita masih di luar 10 besar di kelas. Buat rencana belajar
yang diprioritaskan pada mata pelajaran yang lemah. Buatlah
jadwal belajar yang baik.
4. Disiplin Dalam Belajar
Apabila kita telah membuat jadwal belajar maka harus
dijalankan dengan baik. Contohnya seperti belajar tepat waktu dan
serius tidak sambil main-main dengan konsentrasi penuh. Jika
waktu makan, mandi, ibadah, dan sebagainya telah tiba maka
jangan ditunda-tunda lagi. Lanjutkan belajar setelah melakukan
kegiatan tersebut jika waktu belajar belum usai. Bermain dengan
teman atau game dapat merusak konsentrasi belajar. Sebaiknya
kegiatan bermain juga dijadwalkan dengan waktu yang cukup
panjang namun tidak melelahkan jika dilakukan sebelum waktu
belajar. Jika bermain video game sebaiknya pilih game yang
mendidik dan tidak menimbulkan rasa penasaran yang tinggi
ataupun rasa kekesalan yang tinggi jika kalah.
5. Menjadi Aktif Bertanya dan Ditanya
Jika ada hal yang belum jelas, maka tanyakan kepada guru,
teman atau orang tua. Jika kita bertanya biasanya kita akan ingat
jawabannya. Jika bertanya, bertanyalah secukupnya dan jangan
bersifat menguji orang yang kita tanya. Tawarkanlah pada teman
untuk bertanya kepada kita hal-hal yang belum dia pahami.
Semakin banyak ditanya maka kita dapat semakin ingat dengan
jawaban dan apabila kita juga tidak tahu jawaban yang benar, maka
kita dapat membahasnya bersama-sama dengan teman. Selain itu
6. Belajar Dengan Serius dan Tekun
Ketika belajar di kelas dengarkan dan catat apa yang guru
jelaskan. Catat yang penting karena bisa saja hal tersebut tidak ada
di buku dan nanti akan keluar saat ulangan atau ujian. Ketika
waktu luang baca kembali catatan yang telah dibuat tadi dan

PROFESI KEGURUAN 180


hapalkan sambil dimengerti. Jika kita sudah merasa mantap dengan
suatu pelajaran maka ujilah diri sendiri dengan soal-soal. Setelah
soal dikerjakan periksa jawaban dengan kunci jawaban. Pelajari
kembali soal-soal yang salah dijawab.
7. Hindari Belajar Berlebihan
Jika waktu ujian atau ulangan sudah dekat biasanya kita
akan panik jika belum siap. Jalan pintas yang sering dilakukan oleh
pelajar yang belum siap adalah dengan belajar hingga larut malam /
begadang atau membuat contekan. Sebaiknya ketika akan ujian
tetap tidur tepat waktu karena jika bergadang semalaman akan
membawa dampak yang buruk bagi kesehatan, terutama bagi anak-
anak.
8. Jujur Dalam Mengerjakan Ulangan Dan Ujian
Hindari mencontek ketika sedang mengerjakan soal
ulangan atau ujian. Mencontek dapat membuat sifat kita curang
dan pembohong. Kebohongan bagaimanapun juga tidak dapat
ditutup-tutupi terus-menerus dan cenderung untuk melakukan
kebohongan selanjutnya untuk menutupi kebohongan selanjutnya.
Anggaplah dengan nyontek pasti akan ketahuan guru dan memiliki
masa depan sebagai penjahat apabila kita melakukan kecurangan

5.5 Prinsip-Prinsip Pembelajaran


a. Pengertian Prinsip Pembelajaran
Kata prinsip berasal dari bahasa Latin yang berarti “asas
(kebenaran yang menjadi pokok dasar berpikir, bertindak, dan
sebagainya) dasar”. Prinsip merupakan sebuah kebenaran atau
kepercayaan yang diterima sebagai dasar dalam berfikir atau bertindak.
Jadi prinsip dapat diartikan sebagai sesuatu yang menjadi dasar pokok
berpikir, berpijak atau bertindak.
Kata pembelajaran adalah suatu aktivitas atau proses mengajar dan
belajar. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar
yang dilakukan oleh pihak guru dan belajar dilakukan oleh peserta didik.

PROFESI KEGURUAN 181


Jadi prinsip-prinsip pembelajaran adalah landasan berpikir,
landasan berpijak dengan harapan tujuan pembelajaran tercapai dan
tumbuhnya proses pembelajaran yang dinamis dan terarah.

b. Prinsip-prinsip Pembelajaran
1. Perhatian dan motivasi
Perhatian dalam pembelajaran mempunyai peranan yang sangat
penting. Kenyataan menunjukkan bahwa tanpa perhatian tidak
mungkin terjadi pembelajaran baik dari pihak guru sebagai pengajar
maupun dari pihak peserta didik yang belajar. Perhatian peserta didik
akan timbul apabila bahan pelajaran yang dihadapinya sesuai dengan
kebutuhannya, apabila bahan pelajaran itu sebagai sesuatu yang
dibutuhkan tentu perhatian untuk mempelajarinya semakin kuat.
Secara psikologis, apabila sudah berkonsentrasi (memusatkan
perhatian) pada sesuatu maka segala stimulus yang lainnya tidak
diperlukan. Akibat dari keadaan ini kegiatan yang dilakukan tentu akan
sangat cermat dan berjalan baik. Bahkan akan lebih mudah masuk ke
dalam ingatan, tanggapan yang terang, kokoh dan lebih mudah untuk
diproduksikan.
Motivasi juga mempunyai peran penting dalam kegiatan
pembelajaran. Seseorang akan berhasil dalam belajar kalau keinginan
untuk belajar itu timbul dari dirinya. Motivasi dalam hal ini meliputi
dua hal:
a) mengetahui apa yang akan dipelajari,
b) memahami mengapa hal tersebut patut dipelajari.
Kedua hal ini sebagai unsur motivasi yang menjadi dasar permulaan
yang baik untuk belajar. Sebab tanpa kedua unsur tersebut kegiatan
pembelajaran sulit untuk berhasil.
Seseorang yang mempunyai motivasi yang cukup besar sudah
dapat berbuat tanpa motivasi dari luar dirinya. Itulah yang disebut

PROFESI KEGURUAN 182


motivasi intrinsic, atau tenaga pendorong yang sesuai dengan
perbuatan yang dilakukan. Sebaliknya, bila motivasi intrinsiknya kecil,
maka dia perlu motivasi dari luar yang disebut ekstrinsik, atau tenaga
pendorong yang ada di luar. Motivasi ekstrinsik ini berasal dari guru,
orang tua, teman, buku-buku dan sebagainya. Kedua motivasi ini
dibutuhkan untuk keberhasilan proses pembelajaran, namun yang
memegang peranan penting adalah peserta didik itu sendiri yang dapat
memotivasi dirinya yang didukung oleh kepawaian seorang guru
dalam merancang pembelajaran yang dapat merangsang minat
sehingga motivasi peserta didik dapat dibangkitkan.
Motivasi dapat merupakan tujuan dan alat pembelajaran.
Sebagai tujuan, motivasi merupakan salah satu tujuan dalam mengajar,
sebagai alat, motivasi merupakan salah satu faktor seperti halnya
intelegensia dan hasil belajar sebelumnya yang dapat menentukan
keberhasilan belajar peserta didik dari segi kognitif, afektif dan
psikomotor. Motivasi adalah unsur utama dalam pembelajaran dan
pembelajaran tidak dapat berlangsung tanpa adanya perhatian anak,
apabila anak memperhatikannya secara spontan tanpa memerlukan
usaha (perhatian tidak sekehendak, perhatian tidak disengaja). Bila
terjadi perhatianspontan yang bukan disebabkan usaha dari guru yang
membuat pelajaran begitu menarik, maka perhatian ini tidak
memerlukan motovasi, walaupun dikatakan bahwa motivasi dan
perhatian harus sejalan. Berbeda halnya kalau perhatian yang
disengaja atau sekehendak, hal ini diperlukan motivasi.
2. Keaktifan
Mengajar adalah proses membimbing pengalaman belajar.
Pengalaman tersebut diperoleh apabila peserta didik mempunyai
keaktifan untuk bereaksi terhadap lingkungannya. Apabila seorang
anak ingin memecahkan suatu persoalan dia harus dapat berpikir
sistematis atau menurut langkah-langkah tertentu, termasuk dia
menginginkan suatu keterampilan tentunya harus pula dapat
menggerakan otot-ototnya untuk mencapainya.

PROFESI KEGURUAN 183


Termasuk dalam pembelajaran, peserta didik harus selalu aktif.
Mulai dari kegiatan fisik yang mudah diamati sampai pada kegiatan
psikis yang susah diamati. Dengan demikian belajar yang berhasil
harus melalui banyak aktifitas baik fisik maupun psikis. Bukan hanya
sekedar menghafal sejumlah rumus-rumus atau informasi taetapi
belajar harus berbuat, seperti membaca, mendengar, menulis, berlatih
keterampilan-keterampilan, dan sebagainya.
Prinsip aktifitas di atas menurut pandangan psikologis bahwa
segala pengetahuan harus diperoleh melalui pengamatan dan
pengalaman sendiri. Jiwa memiliki energy sendiri dan dapat menjadi
aktif karena didorong oleh kebutuhan-kebutuhan. Sadi, dalam
pembelajaran yang mengolah dan merencana adalah peserta didik
dengan kemauan, kemampuan, bakat dan latar belakang masing-
masing, guru hanya merangsang keaktifan peserta didik dengan
menyajikan bahan pelajaran.
3. Keterlibatan langsung
Prinsip keterlibatan langsung merupakan hal yang penting
dalam pembelajaran. Pembelajaran sebagai aktifitas mengajar dan
belajar, maka guru harus terlibat langsung begitu juga peserta didik.
Prinsip keterlibatan langsung ini mencakup keterlibatan langsung
secara fisik maupun non fisik. Prinsip ini diarahkan agar peserta didik
merasa dirinya penting dan berharga dalam kelas sehingga dia bisa
menikmati jalannya pembelajaran.
Edge Dale dalam Dimyati mengatakan bahwa: “belajar yang
baik adalah belajar melalui pengalaman langsung”. Pembelajaran
dengan pengalaman ini bukan sekedar duduk dalam kelas ketika guru
sedang menjalankan pelajaran, tetapi bagaimana peserta didik terlibat
langsung dalam proses pembelajaran tersebut. Kegiatan pembelajaran
yang ditetapkan guru berarti pengalaman belajar bagi peserta didik.
4. Pengulangan
Prinsip pembelajaran yang menekankan pentingnya
pengulangan yang barangkali paling tua seperti yang dikemukakan

PROFESI KEGURUAN 184


oleh teori psikologi daya. Menurut teori ini bahwa belajar adalah
melihat daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri dari daya
mengamat, menangkap, mengingat, menghayal, merasakan, berpikir
dan sebagainya. Daya-daya tersebut akan berkembang.
Teori lain yang menekankan prinsip pengulangan adalah teori
koneksionisme. Tokohnya yang terkenal adalah Thorndike dengan
teorinya yang terkenal pula yaitu “law of exercise” bahwa belajar ialah
pembentukan hubungan antara stimulus dan respon, dan pengulangan
terhadap pengalaman-pengalaman itu memperbesar timbulnya respon
benar. Selanjutnya teori dari phychology conditioning responssebagai
perkembangan lebih lanjut dari teori konseksionisme yang dimotori
oleh Pavlov yang mengemukakan bahwa perilaku individu dapat
dikondisikan dan belajar merupakan upaya untuk mengkondisikan
suatu perilaku atau respons terhadap sesuatu. Begitu pula mengajar
membentuk kebiasaan, mengulang-ulang sesuatu perbuatan sehingga
menjadi suatu kebiasaan dan pembiasaan yang sesungguhnya, tetapi
dapat juga oleh stimulus penyerta.
Ketiga teori di atas menekankan pentingnya prinsip
pengulangan dalam pembelajaran walaupun dengan tujuan yang
berbeda. Teori yang pertama menekankan pengulangan untuk melatih
daya-daya jiwa, sedangkan teori yang kedua dan ketiga menekankan
pengulangan untuk membentuk respons yang benar dan membentuk
kebiasaan.
Meskipun ketiga teori ini tidak dapat dipakai untuk
menerangkan semua bentuk belajar, tetapi masih dapat digunakan
karena pengulangan masih relevan sebagai dasar pembelajaran. Sebab,
dalam pembelajaran masih sangat dibutuhkan pengulangan-
pengulangan atau latihan-latihan. Hubungan stimulus dan respons akan
bertambah erat kalau sering dipakai dan akan berkurang bahkan hilang
sama sekali jika jarang atau tidak pernah digunakan. Oleh karena itu,
perlu banyak latuhan, pengulangan, dan pembiasaan.

PROFESI KEGURUAN 185


5. Proses individual
Proses pembelajaran yang berlangsung di sekolah-sekolah pada
saat ini masih cenderung berlangsung secara klasikal yang artinya
seorang guru menghadapi 30-40 orang peserta didik dalam satu kelas.
Guru masih juga menggunakan metode yang sama kepada seluruh
peserta didik dalam kelas itu. Bahkan mereka memperlakukan peserta
didik secara merata tanpa memperhatikan latar belakang social budaya,
kemampuan, atau segala perbedaan individual peserta didik. Padahal
setiap peserta didik memiliki ciri-ciri dan pembawaan yang berbeda.
Ada peserta didik yang memiliki bentuk badan tinggi kurus, gemuk
pendek, ada yang cekatan, lincah, periang, ada pula yang lamban,
pemurung, mudah tersinggung dan beberapa sifat-sifat individual yang
berbeda.
Untuk dapat memberikan bantuan agar peserta didik dapat
mengikuti pembelajaran yang disajikan oleh guru, maka guru harus
benar-benar dapat memahami ciri-ciri para peserta didik tersebut.
Begitu pula guru harus mampu mengatur kegiatan pembelajaran, mulai
dari perencanaan, proses pelaksanaan sampai pada tahap terakhir yaitu
penilaian atau evaluasi, sehingga peserta didik secara total dapat
mengikuti proses pembelajaran dengan baik tanpa perbedaan yang
berarti walaupun dari latar belakang dan kemampuan yang berbeda-
beda.
S. Nasution dalam Ahmad Rohani menyarankan empat cara
untuk menyesuaikan pelajaran dengan kesanggupan individual:
a. Pengajaran individual,
peserta didik menerima tugas yang diselesaikan menurut
kecepatan masing-masing
b. Tugas tambahan,
peserta didik yang pandai mendapat tugas tambahan, di luar
tugas umum bagi seluruh kelas sehingga hubungan kelas
selalu terpelihara.
c. Pengajaran proyek,

PROFESI KEGURUAN 186


peserta didik mengerjakan sesuatu yang sesuai dengan minat
serta kesanggupannya.

d. Pengelompokan menurut kesanggupan,


kelas dibagi dalam beberapa kelompok yang terdiri atas
peserta didik yang mempunyai kesanggupan yang sama.
Perbedaan individual harus menjadi perhatian bagi para
guru dalam mempersiapkan pembelajaran dalam kelasnya. Karena
perbedaan individual merupakan suatu prinsip dalam pembelajaran
yang tidak boleh dikesampingkan demi keberhasilan dalam proses
pembelajaran.

6. Tantangan
Kuantzu dalam Azhar Arsyad mengatakan”if you give a man
fish, he will have a single meal. If you teach him how to fish he will eat
all his life”. Pernyataan Kuantzu ini senada dengan prinsip
pembelajaran yang berupa tantangan, karena peserta didik tidak merasa
tertantang bila hanya sekedar disuapi sehingga dirinya tinggal menelan
apa yang diberikan oleh guru. Sebab, tanpa tantangan peserta didik
merasa masa bodoh dan kurang kreatif sehingga tidak berkesan materi
yang diterimanya.
Agar pada diri peserta didik timbul motiv yang kuat untuk
mengatasi hambatan dengan baik, maka materi pembelajaran juga
harus menantang sehingga peserta didik bergairah untuk mengatasinya.
Hal ini sejalan dengan prinsip pembelajaran dengan salah satu
prinsip konsep contextual teaching and learning yaitu inkuiri. Di mana
dijelaskan bahwa inkuiri merupakan proses pembelajaran yang
berdasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir
secara sistematis. Jadi, peserta didik akan bersungguh-sungguh dalam
menemukan masalahnya terlebih dahulu kemudian menemukan sendiri
jalan keluarganya.

PROFESI KEGURUAN 187


7. Balikan dan penguatan
Prinsip pembelajaran yang berkaitan dengan balikan dan
penguatan, ditekankan oleh teori operant conditioning, yaitu law of
effect. Bahwa peserta didi akan belajar bersemangat apabila
mengaetahui dan mendapatkan hasil yang baik. Hasil yang baik
merupakan balikan yang menyenangkan dan berpengaruh baik bagi
hasil usaha belajar selanjutnya. Namun dorongan belajar tidak saja
oleh penguatan yang menyenangkan atau penguatan positif, penguatan
negatif pun dapat berpengaruh pada hasil belajar selanjutnya.
Apabila peserta didik memperoleh nilai yang baik dalam
ulangan tentu dia akan belajar bersungguh-sungguh untuk memperoleh
nilai yang lebih baik untuk selanjutnya. Karena nilai yang baik itu
merupakan penguatan yang positif sebaliknya, bila peserta didik
memperoleh nilai yang kurang baik tentu dia merasa takut tidak naik
kelas, dia terdorong pula untuk lebih giat. Inilah yang disebut
penguatan negatif yang berarti bahwa peserta didik mencoba
menghindar dari peristiwa yang tidak menyenangkan.
Format sajian berupa Tanya jawab, eksperimen, diskusi,
metode penemuan sebagainya merupakan cara pembelajaran yang
memungkinkan terjadinya balikan dan penguatan. Balikan yang
diperoleh peserta didik setelah belajar dengan menggunakan metode-
metode akan menarik yang membuat peserta didik terdorong untuk
belajar lebih bersemangat.

b. Prinsip Pembelajaran Kompetensi


Mengajar atau membelajarkan siswa bukan pekerjaan sampingan
tetapi membutuhkan keahlian, kesungguhan, pengetahuan, keterampilan
dan seni. Membelajar siswa bersifat unik sebab siswa itu individu manusia
yang memiliki karakteristik yang kompleks. Setiap siswa memiliki potensi
dan kecakapan berpikir dan keterampilan yang berbeda, semua itu
membentuk kepribadian yang kahs dan unik, berbeda antara yang satu

PROFESI KEGURUAN 188


dengan lainnya. Seorang guru dihadapkan kepada situasi keragaman
karakteristik siswa. Secara psikologis tidak ada individu yang sama, yang
ada adalah aneka ragam individu. Oleh karena itu, mengajar merupakan
ilmu dan seni sebab ilmu mengajar saja itu, tidak cukup diperlukan juga
seni mengajar. Seni mengajar merupakan kreativitas guru menemukan
pendekatan atau model mengajar yang memungkinkan setiap siswa
mengembangkan potensi, kecakapam dan karakteristiknya secara optimal.
Prinsip pembelajaran merupakan hal-hal yang mendasari dan
menjadi sebab-sebab terjadinya belajar. Dengan perkataan lain apabila
suatu prinsip tidak nampak dalam kegiatan pembelajaran, maka proses
belajar itu tidak akan terjadi secara efektif dan berhasil sesuai dengan
harapan. Efektivitas belajar berkaitan dengan suasa belajar yang
menyenangkan seperti ciptakan kondisi terbaik untuk belajar, bentuk
presentasi yang melibatkan seluruh indra, berfikir kreatif dan kritis untuk
membantu proses internalisasi dan beri rangsangan dalam mengakses
materi pelajaran (gordon and vos, 2000).
Ada beberapa prisnsip penting dalam pembelajaran kompetensi,
antara lain:
1. Proses pembelajaran kompetensi membentuk kreasi lingkungan yang
dapat membentuk atau mengubah struktur kognitif siswa.
Tujuan pengaturan lingkungan dimaksudkan untuk menyediakan
pengalaman belajar yang memberi latihan-latihan penggunaan fakta-
fakta. . Struktur kognitif akan tumbuh dan berkembang manakala siswa
memilki pengalaman belajar. Oleh karena itu dalam pembelajaran
kompetensi menuntut aktivitas siswa secara penu untuk mencari dan
menemukan sendiri.
2. Berhubungan dengan tipe-tipe pengetahuan yang harus dipelajar, ada
tipe pengetahuan fisis, sosial dan logika (Bruce weil, 1980).
Pengetahuan fisis adalah pengetahuan akan sifat-sifat fisis dari
suatu objek atau kejadian seperti bentuk, besar, kecil, serta begaimana
objek itu berinteraksi satu dengan yang lainnya. Pengetahuan fisis
diperoleh melalui pengalaman indera secara langsung. Misalkan anak

PROFESI KEGURUAN 189


memegang logam yang bersifat keras dan memegang kain sutra yang
bersifat halus. Pengetahuan sosial berhubungan dengan perilaku
individu dalam mempengaruhi interaksi sosial, contohnya pengetahuan
tentang aturan, hukum, moral, nilai, bahasa dan lain sebagainya .
3. Pembelajaran dalam konteks kompetensi harus melibatkan peran
lingkungan sosial.
Anak akan lebih baik mempelajari pengetahuan logika dan sosial
dari temannya sendiri. Melalui pergaulan dan hubungan sosial anak
akan belajar lebih baik dibandingkan dengan belajar yang menjauhkan
dari hubungan sosial. Oleh karena itu, melalui hubungan sosial itulah
anak berinteraksi dan berkomunikasi, berbagi pengalaman
memungkinkan mereka terus berkembang secara wajar.
4. Pembelajaran melalui KBK diarahkan agar siswa mampu mengatasi
setiap tantangan
dan rintangan dalam kehidupan yang cepat berubah, melalui sejumlah
kompetensi akademik, kompetensi okupasional, kompetensi kultural,
dan kompetensi temporal. Itu sebabnya makna pembelajaran
KBK bukan hanya mendorong anak agar mampu menguasai sejumlah
materi pelajaran, akan tetapi bagaimana agar anak itu memiliki
sejumlah kompetensi untuk mampu menghadapi rintangan yang
muncul sesuai dengan perubahan pola kehidupan masyarakat (Sanjaya,
2005).
5. Memperhatikan Pengetahuan Awal Siswa
Karena sifat matematika yang merupakan suatu struktur yang
terorgani-sasikan dengan baik, maka pengetahuan prasyarat siswa
merupakan hal penting yang harus diperhatikan dalam proses
pembelajaran matematika. Pendekatan spiral yang dikembangkan
dalam pengajaran matematika, merupakan langkah tepat untuk
memberi kesempatan kepada anak mengembangkan pengetahuannya
secara bertahap baik horizontal maupun vertikal. Dengan
memperhatikan pengetahuan awal siswa, guru diharapkan mampu
menyusun strategi pembelajaran lebih tepat yang meliputi penyiapan

PROFESI KEGURUAN 190


bahan ajar, penyusunan langkah-langkah pembelajaran, serta
penyiapan alat evaluasi yang sesuai.

6. Mengembangkan Kemampuan Komunikasi Siswa


Salah satu syarat untuk berkembangnya kemampuan interaksi
antara satu individu dengan individu lainnya adalah berkembangnya
kemampuan komunikasi. Beberapa hal yang bisa dilakukan untuk
mengembangkan kemampuan tersebut antara lain adalah memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menjelaskan dan berargumentasi
secara lisan atau tertulis, mengajukan atau menjawab pertanyaan, dan
berdiskusi baik dalam kelompok kecil maupun kelas.
7. Mengembangkan Kemampuan Metakognisi Siswa
Metakognisi adalah suatu istilah yang berkaitan dengan apa
yang diketahui seseorang tentang individu yang belajar dan bagaimana
dia mengontrol serta menyesuaikan prilakunya. Selain itu, metakognisi
juga merupakan bentuk kemampuan untuk melihat pada diri sendiri
sehingga apa yang dia lakukan dapat terkontrol secara optimal. Dengan
kemampuan seperti ini maka siswa dimungkinkan mengembangkan
kemampuannya secara optimal dalam belajar matematika, karena
dalam setiap langkah yang dia kerjakan senantiasa muncul pertanyaan
seperti:
"Apa yang saya kerjakan?"
"Mengapa saya mengerjakan ini?"
"Hal apa yang bisa membantu saya menyelesaikan masalah
ini?”
8. Mengembangkan Lingkungan Belajar yang Sesuai
Lingkungan belajar hendaknya diciptakan sesuai dengan kebutuhan
siswa dalam belajar. Terciptanya lingkungan belajar yang baik dapat
membantu siswa dalam mencapai perkembangan potensialnya seperti
yang dikemukakan oleh Vygotsky.

PROFESI KEGURUAN 191


Adapun beberapa prinsip pembelajaran yang dikembangkan dalam
mengembangkan Kurikulum Berbasis Kompetensi dalam rangka
menunjangn hasil belajar yang efektif dan efesien, menurut Puskur
(Balibang Depdiknas, 2002) rambu-rambunya sebagai berikut.

a. Kesempatan untuk belajar,


kegiatan pembelajaran perlu menjamin pengalaman siswa untuk
secara langsung mengamati dan mengalami proses, produk,
keterampilan dan nilai yang diharapkan.
b. Pengetahuan awal siswa,
kegiatan pembelajaran perlu mengaitkan pengalaman belajar yang
dikaitkan dengan pengetahuan awal siswa serta disesuaikan dengan
keterampilan dan nilai yang dimiliki siswa sambil memperluas
dan menunjukkan keterbukaan cara pandang dan cara tindak
sehari-hari.
c. Refleksi,
kegiatan mengajar perlu menyediakan pengalaman belajar yang
bermakna yang mampu mendorong tindakan dsn
renungan (refleksi) pada setiap siswa.
d. Memotivasi,
kegiatan pembelajaran harus mampu menyediakan pengalaman
belajar yang memberi motivasi dan kejelasan tujuan.
e. Keragaman individu,
kegiatan pembelajaran perlu menyediakan pengalaman
pembelajaran yang mampu membedakan kemampuan individu
yang satu dengan yang lain sehingga variasi metode
mengajar mutlak diperlukan.

Kemandirian dan kerjasama, kegiatan pembelajaran perlu


menyediakan pengalaman belajar yang mendorong siswa untuk belajar
mandiri maupun melakukan kerjasama.
1. Suasana yang mendukung,

PROFESI KEGURUAN 192


sekolah dan kelas perlu diatur lebih aman dan lebih kondusif untuk
menciptakan situasi agar siswa belajar secara efektif.

2. Belajar untuk kebersamaan,


kegiatan pembelajaran menyediakan pengalaman belajar yang
mendorong siswa untuk memiliki simpati, empati, dan roleransi bagi
orang lain.
3. Siswa sebagai pembangun gagasan,
kegiatan pembelajaran menyediakan pengalaman belajar yang
mengakomodasikan pandangan bahwa pembangunan gagasan adalah
siswa, sedangkan guru hanya sebagai menyediakan kondisi supaya
peristiwa belajar tetap berlangsung.
4. Rasa ingin tahu, kreativitas dan ketuhanan,
kegiatan pembelajaran menyediakan pengalaman belajar yang
menumpuk rasa ingin tahu, mendorong kreativitas, dan selalu
mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa.
5. Menyenagkan,
kegiatan pembelajaran perlu menyediakan pengalaman belajar yang
menyenangkan siswa, seperti pembelajaran kuantum.
6. Interaksi dan komunikasi,
kegiatan pembelajaran perlu menyediakan pengalaman belajar yang
meyakinkan siswa terlibat secara aktif baik mental, fisik maupun
sosial.
7. Belajar cara belajar,
kegaiatan pembelajaran kompetensi memerlukan pengalaman belajar
yang memuat keterampilan belajar, sehingga siswa menjadi terampil
belajar bagaimana cara belajar.

Pembelajaran kompetensi dapat terlaksana secara optimal, dalam


arti mencapai sasaran kompetensi standar dalam implementasi dan

PROFESI KEGURUAN 193


pengembangan jika memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran
kompetensi menurut Sukmadinata (2004) harus memperhatikan beberapa
prinsip sebagai berikut:
a. Agar setiap siswa dapat menguasai kompetensi standar
perlu disediakan waktu yang cukup dengan program
pembelajaran yang berkualitas.
b. Setiap siswa memiliki kemampuan untuk
menguasai kompetensi yang dituntut, tanpa memperhatikan
latar belakang pengalaman pendidikan dan
pengalaman mereka. Dengan penyelenggaraan program
pembelajaran yang baik dan waktu yang cukup maka setiap
siswa dapat mencapai hasil yang ditargetkan.
c. Perbedaan individual dalam penguasaan kompetensi
diantara siswa, bukan saja disebabkan karena faktor-faktor
diri siswa tetapi karena ada kelemahan dalam lingkungan
pembelajaran.
d. setiap siswa mendapatkan peluang yang sama untuk
memiliki kemampuan yang diharapakan, asal disesuaikan
dengan kecepatan belajar masing-masing. Setiap siswa
dapat menguasai kompetensi yang diharapkan asalkan
rancangan dan pelaksanaan program pembelajaran sedekat
mungkin diarahkan pada pencapai sasaran pembelajaran.
e. Apa yang paling berharga dalam pembelajaran adalah
berharga dalam belajar. Pembelajaran dirancang dan
dilaksanakan agar para siswa terjadi belajar secara optimal.
Jika ada siswa yang gagal dalam belajar disebabkan
kesalahan rencana dan pelaksana pendidikan, perlu dicari
penyebab dan terus disempurnakan.

h. Prinsip Pembelajaran Berdasarkan Teori Vygotsky


Selain beberapa prinsip di atas, berdasarkan teori Vygotsky,
diperoleh tiga hal utama yang berkaitan dengan pembelajaran yakni:

PROFESI KEGURUAN 194


a. pembelajaran efektif mengarah pada perkembangan,
b. pembelajaran efektif akan berhasil dikembangkan
melalui setting pemecahan masalah, dan
c. pembelajaran efektif berfokus pada upaya membantu
siswa untuk mencapai potential development mereka.
Untuk mencapai pembelajaran efektif tersebut maka beberapa
saran berikut nampaknya penting untuk diperhatikan:
a. tingkatkan sensitivitas bahwa siswa terlibat secara aktif
dalam setting belajar yang dikembangkan,
b. ciptakan problem solving interaktif yang mengarah pada
proses belajar,
c. sajikan soal-soal yang bersifat menantang,
d. gunakan on-going assessment untuk memonitor
pembelajaran,
e. ciptakan kesempatan bagi siswa untuk menampilkan
kemampuan berfikir tingkat tingginya,
f. beri dorongan serta kesempatan pada siswa untuk
menampilkan berbagai solusi serta strategi berbeda pada
penyelesaian suatu masalah,
g. tingkatkan komunikasi, yakni dengan mendorong siswa untuk
memberikan penjelasan serta jastifikasi pemikiran mereka,
h. gunakan berbagai variasi strategi mengajar dan belajar, dan
i. upayakan untuk menelusuri hal-hal yang belum diketahui
siswa sehingga guru mampu membantu proses peningkatan
potensial mereka.

5.6 Kesimpulan
Kata prinsip berasal dari bahasa Latin yang berarti “asas (kebenaran yang
menjadi pokok dasar berpikir, bertindak, dan sebagainya) dasar”.[11]Prinsip
merupakan sebuah kebenaran atau kepercayaan yang diterima sebagai dasar
dalam berfikir atau bertindak. Jadi prinsip dapat diartikan sebagai sesuatu yang
menjadi dasar pokok berpikir, berpijak atau bertindak.

PROFESI KEGURUAN 195


Proses belajar mengajar memang merupakan bagian terpenting dalam
mengimplementasikan kurikulum, termasuk memahami prinsip-prinsip
pembelajaran itu sendiri. Adapun untuk bisa mengetahui efektivitas dan juga
efisiensi suatu pembelajaran bisa kita lihat melalui kegiatan pembelajaran ini.
Oleh karena itu, dalam melakukan pembelajaran sudah sepatutnya seorang
pengejar mengetahui bagaimana cara untuk membuat kegiatan belajar bisa
berjalan dengan baik serta bisa mencapai tujuan sesuai dengan yang diinginkan.
Memang, prinsip-prinsip pembelajaran adalah bagian terpenting yang
wajib diketahui para pengajar sehingga mereka bisa memahami lebih dalam
prinsip tersebut dan seorang pengajar bisa membuat acuan yang tepat dalam
pembelajarannya. Dengan begitu pembelajaran yang dilakukan akan jauh lebih
efektif serta bisa mencapai target tujuan. Untuk mengetahui lebih jelas
mengenai apa saja prinsip-prinsip pembelajaran tersebut, sebaiknya simak
ulasan berikut :
1. Prinsip motivasi dan perhatian
Dalam sebuah proses pembelajaran, di sini perhatian sangatlah
berperan penting sebagai awalan dalam memicu kegiatan belajar.
Sementara motivasi memiliki keterkaitan dengan minat siswa, sehingga
mereka yang mempunyai minat tinggi terhadap mata pelajaran tertentu
juga bisa menimbulkan motivasi yang lebih tinggi lagi dalam
belajar.
2. Prinsip keaktifan
Pada hakikatnya belajar itu merupakan proses aktif yang mana
seseorang melakukan kegiatan untuk mengubah perilaku dan pemikiran
menjadi lebih baik.
3. Prinsip berpengalaman atau keterlibatan secara langsung
Jadi prinsip ini erat kaitannya dengan prinsip aktivitas di mana
masing-masing individu haruslah terlibat langsung untuk merasakan atau
mengalaminya. Adapun sebenarnya di setiap kegiatan pembelajaran itu
haruslah melibatkan diri kita secara langsung.
4. Prinsip pengulangan
prinsip pengulangan di sini memang sangatlah penting yang mana

PROFESI KEGURUAN 196


teori yang bisa kita jadikan petunjuk dapat kita cermati dari dalil yang di
kemukakan Edward L Thorndike mengenai law of learning.
5. Prinsip tantangan
Penerapan bahan belajar yang kita kemas dengan lebih menantang
seperti halnya mengandung permasalahan yang harus dipecahkan, maka
para siswa pun juga akan tertantang untuk terus mempelajarinya.
6. Prinsip penguat dan balikan
Kita tahu bahwa seorang siswa akan lebih semangat jika mereka
mengetahui serta mendapatkan nilai yang baik. Terlebih lagi jika hasil
yang didapat sangat memuaskan sehingga itu bisa menjadi titik balik yang
akan sangat berpengaruh untuk kelanjutannya.
7. Prinsip perbedaan individual
Proses belajar masing-masing individu memang tidaklah sama baik
secara fisik maupun psikis. Untuk itulah di dalam proses pembelajaran
mengandung penerapan bahwa masing-masing siswa haruslah dibantu agar
lebih memahami kelemahan serta kekuatan yang ada pada dirinya dan
kemudian bisa mendapatkan perlakuan yang sesuai dengan kemampuan
dan kebutuhan masing-masing.

Jadi itulah beberapa prinsip-prinsip pembelajaran yang patut anda ketahui,


sehingga kita juga bisa lebih memahami arti dari proses pembelajaran itu
sendiri.
Agar pembelajaran menjadi efektif Guru perlu memahami prinsip-
prinsip umum dan prinsip-prinsip khusus dalam penggunaan strategi
pembelajaran yaitu sebagai berikut:

PRINSIP UMUM PRINSIP KHUSUS

 Berorientasi pada  Interaktif. Prinsip interaktif


Tujuan. Segala aktivitas mengandung makna bahwa
guru dan peserta didik, mengajar bukan hanya sekadar
mestinya diupayakan menyampaikan pengetahuan dari

PROFESI KEGURUAN 197


untuk mencapai tujuan guru ke peserta didik; tetapi
yang telah ditentukan. mengajar dianggap sebagai proses
Keberhasilan suatu strategi mengatur lingkungan yang dapat
pembelajaran dapat merangsang peserta didik untuk
ditentukan dari belajar. Melalui proses interaksi,
keberhasilan peserta didik memungkinkan kemampuan
mencapai tujuan peserta didik akan berkembang,
pembelajaran. baik mental maupun
 Aktivitas. Belajar intelektualnya.
bukanlah menghafal  Inspiratif. Proses pembelajaran
sejumlah fakta atau adalah proses yang inspiratif, yang
informasi. Belajar adalah memungkinkan peserta didik untuk
berbuat, memperoleh mencoba dan melakukan sesuatu.
pengalaman tertentu sesuai Oleh karena itu, guru mesti
dengan tujuan yang membuka berbagai kemungkinan
diharapkan. yang dapat dikerjakan peserta
 Individualitas. Mengajar didik. Biarkan peserta didik
adalah usaha berbuat dan berpikir sesuai dengan
mengembangkan setiap inspirasinya sendiri, sebab
individu peserta didik. pengetahuan pada dasarnya bersifat
Walaupun kita mengajar subjektif yang bisa dimaknai oleh
pada sekelompok peserta setiap peserta didik.
didik, namun pada  Menyenangkan. Proses
hakikatnya yang ingin kita pembelajaran adalah proses yang
capai adalah perubahan dapat mengembangkan seluruh
perilaku setiap peserta potensi peserta didik. Seluruh
didik. potensi itu hanya mungkin dapat
 Integritas. Mengajar harus berkembang manakala mereka
dipandang sebagai usaha terbebas dari rasa takut dan mene-
mengembangkan seluruh gangkan. Oleh karena itu, perlu
pribadi peserta didik. diupayakan agar proses

PROFESI KEGURUAN 198


Mengajar bukan hanya pembelajaran merupakan proses
mengembangkan yang menyenangkan (joyfull
kemampuan kognitif saja, learning
tetapi juga meliputi aspek  Menantang. Proses pembelajaran
afektif, dan psikomotorik adalah proses yang menantang
secara terintegrasi.. peserta didik untuk
mengembangkan kemampuan
berpikir, yakni merangsang kerja
otak secara maksimal. Kemampuan
tersebut dapat ditumbuhkan dengan
cara mengembangkan rasa ingin
tahu peserta didik melalui kegiatan
mencoba-coba, berpikir secara
intuitif atau bereksplorasi. Apa pun
yang diberikan dan dilakukan guru
harus dapat merangsang peserta
didik untuk berpikir (learning how
to learn) dan melakukan (learning
how to do).
 Motivasi. Motivasi adalah aspek
yang sangat penting untuk
membelajarkan peserta didik.
Tanpa adanya motivasi, tidak
mungkin mereka memiliki
kemauan untuk belajar. Oleh
karena itu, membangkitkan
motivasi merupakan salah satu
peran dan tugas guru dalam setiap
proses pembelajaran. Motivasi
dapat diartikan sebagai dorongan
yang memungkinkan peserta didik

PROFESI KEGURUAN 199


untuk bertindak atau melakukan
sesuatu. Dorongan itu hanya
mungkin muncul dalam diri peserta
didik manakala mereka merasa
membutuhkan (need).

PROFESI KEGURUAN 200


DAFTAR PUSTAKA

Hamzah B, Uno, Profesi Kependidikan, Jakarta, Bumi Aksara, 2011.


Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, Rineka Cipta, Jakarta, 1999.
Asrorun Ni’am Sholeh. 2006. Membangun Profesionalitas Guru. Jakarta: Elsas.
Syamsu Yusuf & Nani Sugandhi, Perkembangan Peserta Didik, Jakarta :
Rajawali Press, cet -3, 2012.
Abu Ahmadi & Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, Jakarta : Rineka Cipta,
1991’
Wahyuddin Nur nasution, Teori Belajar dan Pembelajaran, Medan : Perdana
Publishing, 2011.
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, Jakarta : Kencana, cet-8, 2011.
Prayitno, dkk. 2004. Pedoman Khusus Bimbingan dan Konseling, Jakarta:
Depdiknas.
Sardiman, 2001, Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar, Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Satori, Djam’an, dkk, 2007, Profesi Keguruan, Jakarta: Universitas Terbuka.
Senjaya, Wina., 2006. Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Surya, M. dan Rochman Natawidjaja, 1986, Pengantar Bimbingan dan
Penyuluhan, Jakarta: Universitas Terbuka.

PROFESI KEGURUAN 201


PROFESI KEGURUAN 202

Anda mungkin juga menyukai