PROFESI KEGURUAN 1
1.2 Hakekat Profesi
1.2.1 Pengertian profesi
Secara estimologi, istilah profesi berasal dari bahasa Inggris yaitu
profession atau bahasa latin, profecus, yang artinya mengakui, adanya
pengakuan, menyatakan mampu, atau ahli dalam melakukan suatu
pekerjaan. Sedangkan secara terminologi, profesi berarti suatu pekerjaan
yang mempersyaratkan pendidikan tinggi bagi pelakunya yang ditekankan
pada pekerjaan mental; yaitu adanya persyaratan pengetahuan teoritis
sebagai instrumen untuk melakukan perbuatan praktis, bukan pekerjaan
manual (Danin, 2002). Jadi suatu profesi harus memiliki tiga pilar pokok,
yaitu pengetahuan, keahlian, dan persiapan akademik.
Profesi Keguruan, Kata Profesi dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia diartikan sebagai bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan
keahlian (ketrampilan, kejuruan, dsb) tertentu. Di dalam profesi dituntut
adanya keahlian dan etika khusus serta standar layanan. Pengertian ini
mengandung implikasi bahwa profesi hanya dapat dilakukan oleh orang-
orang secara khusus di persiapkan untuk itu. Dengan kata lain profesi
bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang karena tidak
memperoleh pekerjaan lain.
Profesi adalah suatu pekerjaan yang dalam melaksanakan tugasnya
memerlukan/menuntut keahlian (expertise), menggunakan teknik-teknik
ilmiah, serta dedikasi yang tinggi. Keahlian diperoleh dari lembaga
pendidikan yang khusus diperuntukkan untuk itu dengan kurikulum yang
dapat dipertanggungjawabkan.
Dengan demikian seorang profesional jelas harus memiliki profesi
tertentu yang diperoleh melalui sebuah proses pendidikan maupun
pelatihan yang khusus, dan disamping itu pula ada unsur semangat
pengabdian (panggilan profesi) didalam melaksanakan suatu kegiatan
kerja. Hal ini perlu ditekankan benar untuk mem bedakannya dengan kerja
biasa (occupation) yang semata bertujuan untuk mencari nafkah dan/ atau
kekayaan materiil-duniawi
PROFESI KEGURUAN 2
Dua pendekatan untuk mejelaskan pengertian profesi:
1. Pendekatan berdasarkan Definisi
Profesi merupakan kelompok lapangan kerja yang khusus
melaksanakan kegiatan yang memerlukan ketrampilan dan
keahlian tinggi guna memenuhi kebutuhan yang rumit dari
Manusia, di dalamnya pemakaian dengan cara yang benar akan
ketrampilan dan keahlian tinggi, hanya dapat dicapai dengan
dimilikinya penguasaan pengetahuan dengan ruang lingkup yang
luas, mencakup sifat manusia, kecenderungan sejarah dan
lingkungan hidupnya; serta adanya disiplin etika yang
dikembangkan dan diterapkan oleh kelompok anggota yang
menyandang profesi tersebut.
2. Pendekatan Berdasarkan Ciri
Definisi di atas secara tersirat mensyaratkan pengetahuan
formal menunjukkan adanya hubungan antara profesi dengan dunia
pendidikan tinggi. Lembaga pendidikan tinggi ini merupakan
lembaga yang mengembangkan dan meneruskan pengetahuan
profesional. Karena pandangan lain menganggap bahwa hingga
sekarang tidak ada definisi yang yang memuaskan tentang profesi
yang diperoleh dari buku maka digunakan pendekatan lain dengan
menggunakan ciri profesi.
Profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut
keahlian (expertise) dari para anggotanya (Djam Satori, 2003:1.2). Batasan
diatas mengandung arti bahwa jabatan atau pekerjaan yang disebut profesi
itu hanya dapat dilakukan oleh orang yang mempunyai keahlian. Pekerjaan
itu tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang, tetapi hanya dapat
dilakukan oleh orang yang dengan sengaja dipersiapkan untuk memangku
jabatan itu.
Pengertian PROFESI menurut para ahli:
a. Pengertian profesi menurut Osnstien dan Live 1984
Melayani masyarakat, merupakan karir yang dilakukan
sepanjang hayat. Melakukan bidang dan ilmu dan kerampilan
PROFESI KEGURUAN 3
tertentu. Memerlukan latihan khusus dalam jangka waktu yang
lama. Melakukan status social dan ekonomi yang tinggi.
b. Pengertian profesional menurut Sanusi et all (1991)
profesi adalah: Suatu jabatan yang memiliki fungsi dan
signifikan yang menentukan (erusial)
c. Menurut Ornstein dan Levine (1984)
profesi itu adalah jabatan yang sesuai dengan pengertian
profesi di bawah ini:
1. Melayani masyarakat merupakan karier yang akan
dilaksanakan sepanjang hayat.
2. Memerlukan bidang ilmu dan keterampilan tertentu diluar
jangkauan khalayak ramai.
3. Menggunakan hasil penelitin dan aplikasi dari teori ke
praktik.
4. Memerlukan pelatihan khusus dengan waktu yang panjang
5. Terkendali berdasarkan lisensi buku dan atau mempunyai
persyaratan yang masuk.
6. Otonomi dalam membuat keputusan tentang ruang lingkup
kerja tertentu
7. Menerima tanggung jawab terhadap keputusan yang
diambil dan unjuk kerja yang ditampilkan yang
gerhubungan denan layanan yang diberikan
8. Mempunyai komitmen terhadap jabatan dan klien
9. Menggunakan administrator untuk memudahkan
profesinya relatif bebas dari supervisi dalam jabatan
10. Mempunyai organisasi yang diatur oleh anggota profesi
sendiri
11. Mempunyai asosiasi profesi dan atau kelompok ‘elit’
untuk mengetahui dan mengakui keberhasilan anggotanya
12. Mempunyai kode etik untuk menjelaskan hal-hal yang
meragukan atau menyangsikan yang berhubungan dengan
layanan yang diberikan..
PROFESI KEGURUAN 4
13. Mempunyai kadar kepercayaan yang tinggi dari pablik dan
kpercayaan diri setiap anggotanya
14. Mempunyai status sosial dan ekonomi yang tinggi
Pengertian profesi menurut beberapa ahli diantaranya sebagai berikut
:
a. Secara leksikal, perkataan profaesi itu ternyata mengandung
berbagai makna dan pengertian. Pertama profesi itu
menunjukkan dan mengungkapkan suatu kepercayaan (to
profess means to trust), bahkan suatu keyakinan (to belief in)
atas suatu kebenaran (ajaran agama) atau kredibilitas seseorang
(Hornby,1962). Kedua, profesi itu dapat pula menunjukkan dan
mengungkapkan suatu pekerjaan atau urusan tertentu (a
particular business, Hornby, 1962).
b. Webster’s New World Dictionary menunjukkan bahwa profesi
merupakan suatu pekerjaan yang menuntut pendidikan tinggi
(kepada pengembannya) dalam liberal arts atau science, dan
biasanya meliputi pekerjaan mental dan bukan pekerjaan
manual, seperti mengajar , keinsinyuran, mengarang, dan
sebagainya; terutama kedokteran, hukum dan teknologi.
c. Good’s Dictionary of Education mengungkapkan bahwa profesi
merupakan suatu pekerjaan yang meminta persiapan specialisasi
yang relatif lama di perguruan tinggi (pada pengembannya)
dan diatur oleh suatu kode etika khusus.
d. Vollmer (1956) menjelaskan pendekatan kajian sosiologik,
mempersepsikan bahwa profesi itu sesungguhnya hanyalah
merupakan suatu jenis model atau tipe pekerjaan ideal saja,
karena dalam realitasnya bukanlah hal yang mudah untuk
mewujudkannya. Namun demikian, bukanlah merupakan hal
yang mustahil pula untuk mencapainya asalkan ada upaya yang
sungguh-sungguh kepada pencapaiannya. Proses usaha menuju
kearah terpenuhinya persyaratan suatu jenis model pekerjaan
ideal itulah yang dimaksudkan dengan profesionalisasi.
PROFESI KEGURUAN 5
Berdasarkan pernyataan Vollmer yang mengimplikasikan
bahwa pada dasarnya seluruh pekerjaan apapun memungkinkan
untuk berkembang menuju kepada suatu jenis model profesi
tertentu. Dengan mempergunakan perangkat persyaratannya
sebagai acuan, maka kita dapat menandai sejauh mana suatu
pekerjaan itu telah menunjukkan ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu
atau seseorang pengemban pekerjaan tersebut juga telah
memiliki dan menampilkan ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu pula
yang dapat dipertanggungjawabkan secara professional
(memadai persyaratan sebagai suatu profesi). Berdasarkan
indikator-indikator tersebut maka selanjutnya kita dapat
mempertimbangkan derajat profesionalitasnya (ukuran kadar
keprofesiannya). Jika konsepsi keprofesian itu telah menjadi
budaya, pandangan, paham, dan pedoman hidup seseorang atau
sekelompok orang utau masyarakan tertentu, maka hal itu dapat
mengandung makna telah tumbuh-kembang profesionalisme
dikalangan orang atau masyarakat yang bersangkutan. Suatu
profesi umumnya berkembang dari pekerjaan yang kemudian
berkembang makin matang.
PROFESI KEGURUAN 6
Penyandangan dan penampilan profesional ini telah mendapat
pengakuan baik formal maupun informal. Pengakuan formal
diberikan oleh badan atau lembaga yang mempunyai kewenangan
untuk itu, yaitu pemerintah atau organisasi profesi. Sedang
pengakuan secara informal diberikan oleh masyarakat dan para
pengguna jasa suatu profesi.
Sebagai contoh, misalnya sebutan “guru profesional” adalah
guru yang telah mendapat pengakuan secara formal sesuai ketentuan
berlaku, baik dalam kaitan dengan jabatannya maupun dengan latar
belakang pendidikan formalnya. Pengakuan ini dinyatakan dalam
bentuk Surat Keputusan, Ijazah, Akta, Sertifikat dan sebagainya.
Dengan demikian guru SD yang telah mamiliki Diploma 2 dapat
dikatakan “guru profesional” karena telah memiliki pengakuan
formal, dalam hal ini berupa “Diploma II” dan “Akta II”. Sebutan
“guru profesional” juga dapat mengacu kepada pengakuan terhadap
penampilan seseorang guru dalam unjuk kerjanya dalam
melaksanakan tugas-tugasnya sebagai guru.
2. Profesionalisme
Profesionalisme adalah sebutan yang mengacu pada sikap
mental dalam bentuk komitmen dari para anggota suatu profesi untuk
senantiasa mewujudkan dan meningkatkan kualitas profesionalnya.
Pada dasarnya profesionalisme itu merupakan motivasi intrinsik pada
diri guru sebagai pendorong untuk mengembangkan dirinya ke arah
perwujudan profesional. Guru yang memiliki profesionalisme yang
tinggi akan menampakkan ciri-ciri sebagai berikut :
Keinginan untuk selalu menampilkan perilaku yang
mendekati standar edial. Ia akan mengidentifikasi dirinya
kepada figur yang dipandang memiliki standar edial. Yang
dimaksud standar edial adalah suatu perangkat perilaku
yang dipandang paling sempurna dan dijadikan sebagai
rujukan.
PROFESI KEGURUAN 7
Meningkatkan dan memelihara citra profesi, Ia
berkeinginan untuk selalu meningkatkan dan memelihara
citra profesi melalui perwujudan perilaku profesional. Citra
profesi adalah suatu gambaran terhadap profesi guru
berdasarkan pemikiran terhadap kinerjanya. Perwujudannya
dilakukan melalui berbagai macam cara,misalnya
penampilan,cara bicara,sikap hidup sehari-hari dan
sebagainya.
Keinginan untuk senantiasa mengejar kesempatan
pengembangan profesional, Ia akan memanfaatkan berbagai
kesempatan untuk : Mengikuti berbagai kegiatan ilmiah,
seprti lokakarya, seminar, simposium dan
sebagainya, Mengikuti penataran atau pendidikan lanjutan,
Melakukan penelitian, membuat karya ilmiah dan
sebagainya.
Mengejar kualitas dan cita-cita profesi, Ia akan berusaha
untuk selalu mencapai kualitas dan cita-cita sesuai dengan
program yang telah ditetapkan. Ia akan selalu aktif agar
seluruh kegiatan dan perilakunya menghasilkan kualitas
yang edial.
Memiliki kebanggaan terhadap profesinya. Guru yang
memiliki profesionalisme tinggi akan merasa bangga
terhadap profesi yang dipegangnya. Ia menunjukkan rasa
percaya diri akan profesinya.
3. Profesionalitas
Profesionalitas adalah sebutan terhadap kualitas sikap para
anggota suatu profesi terhadap profesinya serta derajat
pengetahuan dan keahlian yang mereka miliki untuk dapat
melakukan tugas-tugasnya. Sebutan profesionalitas lebih
menggambarkan suatu “keadaan” derajad keprofesian seseorang
dilihat dari sikap, pengetahuan dan keahlian yang diperlukan untuk
melaksanakan tugasnya.
PROFESI KEGURUAN 8
4. Profesionalisasi
Profesionalisasi adalah suatu proses menuju kepada
perwujudan dan peningkatan profesi dalam mencapai suatu suatu
kriteria yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Dengan
profesionalisasi, para guru secara bertahap diharapkan akan
mencapai suatu derajad kriteria profesional sesuai dengan standar
yang telah ditetapkan. Pada dasarnya profesianalisasi merupakan
suatu proses pengembangan keprofesian yang sistematis dan
berkesinambungan melalui berbagai program pendidikan baik
pendidikan pra jabatan maupun pendidikan dalam jabatan .
Program ini dilakukan oleh pemerintah bersama-sama dengan
badan atau organisasi lain yang terkait. Beberapa program
profesionalisasi guru yang telah dan sedang berjalan antara lain
program pendidikan guru di LPTK untuk mendidik calon guru
yang profesional, program penyetaraan untuk membantu guru
mencapai derajat kualifikasi profesional sesuai dengan standar
yang berlaku, penataran dan pelatihan untuk meningkatkan
kualifikasi kemampuan guru.
PROFESI KEGURUAN 9
6. Ada sistem imbalan terhadap jasa layanannya yang adil dan baku.
7. Ada pengakuan dari masyarakat (profesional, penguasa dan anam)
terhadap pekerjaan itu sebagai suatu profesi.
Somesi dalam Djam an Satori (2003 : 1.6) mengemukakan ciri-
ciri profesi secara lebih rinci sebagai berikut :
1. Suatu jabatan yang mempunyai fungsi dan signifikansi sosial.
2. Jabatan yang menuntut ketrampilan / keahlian tertentu.
3. Ketrampilan / keahlian yang dituntut jaabatan itu didapat melalui
pemecahan dengan menggunakan teori dan metode ilmiah.
4. Jabatan itu bersandarkan pada batang tubuh disiplin ilmu yang
jelas,sistematis dan eksplisit,yang bukan sekedar pendapat khalayak
umum.
5. Jabatan itu memerlukan pendidikan perguruan tinggi dengan waktu
yang cukup lama.
6. Proses pendidikan untuk jabatan itu juga merupakan aplikasi dan
sosialisasi nilai-nilai profesional itu sendiri.
7. Dalam memberikan layanan pada masyarakat anggota profesi itu
berpegang teguh pada kode etik yang dikontrol oleh organisasi
profesi.
8. Tiap anggota profesi mempunyai kebebasan dalam memberikan
jadgment terhadap permasalahan profesi yang dihadapi.
9. Dalam prakteknya melayani masyarakat,anggota profesi otonom dan
bebas dari campur tangan orang luar.
10. Jabatan itu mempunyai prestise yang tinggi dalam masyarakat.
11. oleh karenanya memperoleh imbalan yang tinggi pula.
PROFESI KEGURUAN 10
2. Dimilikinya sekumpulan bidang ilmu yang menjadi landasan
sejumlah tehnik dan prosedur yang unik.
3. Diperlukannya persiapan yang sengaja dan sistematis sebelum orang
mampu melaksanakan suatu pekerjaan profesional.
4. Dimiklinya mekanisme untuk menjaring, sehingga hanya untuk
mereka yang dianggap kompeten yang diperbolehkan bekerja untuk
lapangan pekerjaan tertentu.
5. Dimilikimya organisasi profesional, yang disamping melindungi
kepentingan anggotanya dari saingan kelompok luar, juga berfungsi
untuk meningkatkan kualitas layanan kepada masyarakat, termasuk
tindak etis profesional pada anggotanya.
PROFESI KEGURUAN 11
5. Tabatan itu memerlukan pendidikan tinkat perguruan tinggi dengan
waktu yan cukup lama.
6. Proses pendidikan ukntuk jabata itu juga merupakan aplikasi dan
sosialisasi nilai-nilai profesiaonal itu sendiri.
7. Dalam memberikan layanan kepada masyarakat, anggota profesi itu
berpeang teguh pada kode etik yang dikontrol oleh organisasi
profesi.
8. Tiap anggota profesi mempunyai kebebasandalam memberikan
judgement terhadap permasalah profesi yang dihadapinya.
9. Dalam prakteknya melayani masyarakat, anggota profesia otonom
dan bebas dari campur tangan oran lain.
10. Jabatan ini mempunyai prestise yang tinggi dalam masyarakat, dan
oleh karenanya memperoleh mbalan yang tinggi pula.
PROFESI KEGURUAN 12
tidak dilatih atau dipersiapkan untuk itu. Suatu profesi umumnya
berkembang dari pekerjaan (vocational), yang kemudian berkembang
makin matang serta ditunjang oleh tiga hal: keahlian, komitmen, dan
keterampilan, yang membentuk sebuah segitiga sama sisi yang di
tengahnya terletak profesionalisme.
Senada dengan itu, secara implisit, dalam Undang-Undang Nomor
20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan, bahwa
guru adalah : tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan
melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran,
melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan
tinggi (pasal 39 ayat 1).
Menurut Dedi Supriadi (1999), profesi kependidikan dan/atau
keguruan dapat disebut sebagai profesi yang sedang tumbuh (emerging
profession) yang tingkat kematangannya belum sampai pada apa yang
telah dicapai oleh profesi-profesi tua (old profession) seperti: kedokteran,
hukum, notaris, farmakologi, dan arsitektur. Selama ini, di Indonesia,
seorang sarjana pendidikan atau sarjana lainnya yang bertugas di institusi
pendidikan dapat mengajar mata pelajaran apa saja, sesuai kebutuhan/
kekosongan/ kekurangan guru mata pelajaran di sekolah itu, cukup dengan
“surat tugas” dari kepala sekolah.
Pada dasarnya profesi guru adalah profesi yang sedang tumbuh.
Walaupun ada yang berpendapat bahwa guru adalah jabatan
semiprofesional, namun sebenarnya lebih dari itu. Hal ini dimungkinkan
karena jabatan guru hanya dapat diperoleh pada lembaga pendidikan yang
lulusannya menyiapkan tenaga guru, adanya organisasi profesi, kode etik
dan ada aturan tentang jabatan fungsional guru (SK Menpan No. 26/1989).
Usaha profesionalisasi merupakan hal yang tidak perlu ditawar-
tawar lagi karena uniknya profesi guru. Profesi guru harus memiliki
berbagai kompetensi seperti kompetensi profesional, personal dan sosial.
Jabatan guru dilatarbelakangi oleh adanya kebutuhan tenaga guru.
Kebutuhan ini meningkat dengan adanya lembaga pendidikan yang
PROFESI KEGURUAN 13
menghasilkan calon guru untuk menghasilkan guru yang profesional. Pada
masa sekarang ini LPTK menjadi satu-satunya lembaga yang
menghasilkan guru. Walaupun jabatan profesi guru belum dikatakan
penuh, namun kondisi ini semakin membaik dengan peningkatan
penghasilan guru, pengakuan profesi guru, organisasi profesi yang
semakin baik, dan lembaga pendidikan yang menghasilkan tenaga guru
sehingga ada sertifikasi guru melalui Akta Mengajar. Organisasi profesi
berfungsi untuk menyatukan gerak langkah anggota profesi dan untuk
meningkatkan profesionalitas para anggotanya. Setelah PGRI yang
menjadi satu-satunya organisasi profesi guru di Indonesia, kemudian
berkembang pula organisasi guru sejenis (MGMP).
PGRI telah merealisasikan pengertian profesi keguruan untuk
pendidikan di Indonesia sebagai berikut :
1. Profesi keguruan adalah suatu bidang pengabdian / dedikasi
kepada kepentingan anak didik dalam perkembangannya
menuju kesempurnaan manusiawi.
2. Para anggota profesi keguruan, terikat oleh pola sikap dan
perilaku guru yang di rumuskan dalam kode etik guru
Indonesia.
3. Para anggota profesi keguruan, dituntut untuk menyelesaikan
suatu proses pendidikan persiapan jabatan yang relatif
panjang.
4. Para anggota profesi keguruan terpanggil untuk senantiasa
menyegarkan serta menambah pengetahuan (dalam arti khusus
dan dalam arti kedalaman ilmu pengetahuan umum dan
pengetahuan khusus profesi keguruan).
5. Untuk dapat melaksanakan profesi keguruan dengan baik, para
anggota harus memiliki kecakapan / ketrampilan teknis yang
mampu menyentuh nilai – nilai kemanusiaan yang mendasar.
6. Para anggota profesi keguruan perlu memiliki sikap bahwa
jaminan tentang hak-hak profesional harus seimbang dan
merupakan imbalan dari profesi profesionalnya. Para anggota
PROFESI KEGURUAN 14
profesi keguruan sepantasnya berserikat secara profesional.
(Maman Achdiat)
PROFESI KEGURUAN 15
mustahil disuatu saat kelak, untuk menjadi guru SD dipersyaratkan
minimal berpendidikan formal S III.
Memperhatikan proses penyiapan jabatan guru seperti
diatas, maka jabatan guru jelas memenuhi ciri yang dimaksud.
Meskipun dalam kenyataan di masyarakat, ada guru yang
pendidikan keguruannya hanya beberapa bulan, bahkan ada guru
yang diangkat dengan latar belakang pendidikan formal non guru.
Kejadian kejadian itu hanyalah tindakan “tanggap darurat” semata,
tidal lebih dari itu.
d. Jabatan yang memerlukan latihan dalan jabatan yang
berkesinambungan.
Anda sekarang ini mengikuti program S I PGSD sistem
ODL (Open And Distance Learning ). Sebelumnya pendidikan
anda adalah D II PGSD dan sudah berkedudukan sebagai guru. Di
sekolah tentunya anda juga mengikuti kegiatan-kegiatan seperti
KKG,PKG, KKPS atau kegiatan ilmiah lainnya. Itu semua menjadi
bukti bahwa jabatan guru memenuhi ciri yang ke empat, yaitu
melakukan latihan dalam jabatan berkesinambungan.
e. Jabatan yang menjanjikan karir hidup dan keanggotaan yang
permanen.
Jabatan guru dikatakan memenuhi ciri itu jika guru dapat
hidup layak dari jabatannya itu, tanpa harus melakukan pekerjaan
lain guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Jabatan guru di
Indonesia sepertinya belum dapat memenuhi ciri ini, karena banyak
guru yang terpaksa kerja sampingan menjadi petani, peternak,
pedagang, sopir, tukang ojek dan sebagainya. Ada guru yang
berkehidupan dengan gali lubang tutup lubang, bahkan ada guru
yang saat gajian menerima O (nol) rupiah, karena gajinya sudah
habis dipotong oleh bank ini, bank itu, koperasi ini, koperasi itu.
Penghasilan guru yang rendah, diduga menjadi salah satu penyebab
mengapa LPTK mengalami kesulitan untuk mendapatkan bahan
baku ( calon mahasiswa ) yang berkualitan.
PROFESI KEGURUAN 16
f. Jabatan yang menentukan baku (standarnya ) sendiri.
Ciri ini belum dapat dipenuhi secara baik oleh jabatan
guru di Indonesia. Standar jabatan guru masih banyak ditentukan
oleh pemerintah, bukan oleh para anggota profesi sendiri..
Misalnya standar minimal pendidikan formal guru SD adalah
jenjang SI PGSD, datang dari pihak pemerintah.
g. Jabatan yang mementingkan layanan diatas keuntungan pribadi.
Jabatan guru sudah terkenal luas sebagai jabatan yang
anggotanya terdorong oleh keinginan untuk membantu orang lain
dan bukan disebabkan oleh keuntungan ekonomi semata. Banyak
guru yang memberikan les (pembelajaran di luar jadwal) tanpa
memungut biaya dari murid-muridnya. Ia sudah merasa puas dan
bangga dapat memberikan jasanya itu pada orang lain. Itulah
sebabnya dalam lagu Himne Guru ada syair yang berbunyi “
Pahlawan tanpa tanda jasa”. Seandainya setiap jasa guru itu
diwakili dengan sebuah tanda jasa akan penuh sesak tanda jasa.
Sekarang anda pikirkan apakah jabatan guru di Indonesia
memenuhi ciri yang ketujuh.
h. Jabatan yang mempunyai organisasi profesional yang kuat dan
terjalin erat.
Jabatan guru di Indonesia sudah memiliki wadah Yaitu PGRI
(Persatuan Guru Republik Indonesia). Setiap guru otomatis
menjadi anggotanya. Namun demikian organisasi profesi ini belum
dapat memberikan pelayanan yang baik kepada anggotanya,
sehingga ada guru yang merasa tidak mendapat manfaat dari
organisasi ini. Kinerja organisasi ini perlu dipertanyakan karena
banyak anggotanya yang melakukan penyimpangan (mal-praktek),
misalnya guru tanggal satu tidak diberikan sangsi yang tegas.
PROFESI KEGURUAN 17
bimbingan , administrasi, Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dan ekstra
kurikuler.
1. Layanan Pembelajaran.
Dari 5 layanan yang telah disebutkan diatas, layanan
pembelajaran yang paling dominan. Kegiatannya berupa
membelajarkan peserta didik agar peserta didik itu menguasai
sejumlah kompetensi yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Untuk
dapat memberikan layanan itu dengan baik, guru perlu menguasai
sejumlah kompetensi yang akan dibahas pada unit lain.
2. Layanan Bimbingan.
Di SMP dan SMTA layanan ini dilaksanakan oleh guru
khusus yang biasa disebut guru G.C, guru BK atau konselor. Untuk
SD layanan ini dipegang oleh guru kelas. Layanan ini berupa
bantuan kepada peserta didik yang mengalami kesulitan dalam
pembelajaran, kesulitan sosial, pribadi dll.
3. Layanan Administrasi
Di SD, layanan ini diberikan oleh kepala sekolah, guru
kelas/guru bidang studi dan petugas perpustakaan. Kepala sekolah
melayani penerimaan siswa baru,ketatalaksanaan, mutasi murid dan
sebagainya. Guru kelas melayani penyusunan program,pembuatan
daftar hadir, daftar nilai, pengisian buku raport dan lain-lain.
Petugas perpustakaan melayani peminjaman dan pengembalian
sumber-sumber belajar.
4. Layanan Kesehatan Sekolah.
Layanan ini meliputi pendidikan kesehatan, pelayanan
kesehatan dan pembinaan lingkungan sekolah.
Layanan Pendidikan Kesehatan.
Kegiatan layanan ini antara lain berupa : pembuatan
kliping, kesehatan dan lingkungan hidup, pembinaan wadah
warung sekolah, pramuka, palang merah remaja dan
PROFESI KEGURUAN 18
kegiatan-kegiatan lain seperti lomba sekolah kelas sehat,
lomba kesehatan siswa dll.
Layanan Kesehatan.
Kegiatannya antara lain berupa : senam kesegaran
jasmani, kontrol kesehatan secara rutin bagi siswa,
pengobatan ringan,P3K (Pertolongan Pertama Pada
Kecelakaan) dll.
Layanan Pembinaan Lingkungan Sehat.
Kegiatannya berupa : Pengembangan Ruang UKS ( Usaha
Kesehata Sekolah), pembinaan kantin sekolah, pengadaan air
bersih, penyediaan tempat pembuangan air, sanitasi, kamar
kecil dan WC, pagar sekolah dll.
Layanan Ekstra Kurikuler.
Bentuk layanan ini berupa kegiatan olah raga, kesenian,
pengembangan bakat dan minat. Semua layanan diatas
mengarah pada tercapainya perkembangan siswa yang
optimal, yaitu perkembangan yang sesuai dengan potensi
yang dimiliki peserta didik.
PROFESI KEGURUAN 19
yang cukup lama amat perlu untuk mendidik guru yang berwenang.
Konsep ini menjelaskan keharusan memenuhi kurikulum perguruan
tinggi, yang terdiri dari pendidikan umum, profesional dan khusus
sekurang-kurangnya empat tahun bagi guru pemula (S1 di Keguruan)
atau pendidikan persiapan profesional di LPTK paling kurang selama
setahun setelah mendapat gelar akademik S1 di perguruan tinggi non–
Keguruan. Namun, sampai sekarang di Indonesia ternyata masih
banyak guru yang lama pendidikan mereka sangat singkat, malahan
masih ada yang hanya seminggu, sehingga tentu saja kualitasnya
masih sangat jauh untuk dapat memenuhi persyaratan yang kita
harapkan.
PROFESI KEGURUAN 20
f. Jabatan yang menjanjikan karier hidup dan keanggotaan yang
permanen.
g. Jabatan yang memerlukan latihan dalam jabatan yang
berkesinambungan.
h. Jabatan yang mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin
erat.
Adapun syarat-syarat Profesi Keguruan adalah sebagai berikut;
Jabatan yang melibatkan kegiatan intelektual.
Jabatan yang menggeluti suatu batang tubuh ilmu yang khusus.
Jabatan yang memerlukan persiapan profesional yang lama
(dibandingkan dengan pekerjaan yang memerlukan latihan umum
belaka).
Jabatan yang memerlukan latihan dalam jabatan yang
berkesinambungan.
Jabatan yang menjanjikan karier hidup dan keanggotaan yang
permanen.
Jabatan yang menentukan baku (standarnya) sendiri.
Jabatan yang lebih mementingkan layanan di atas keuntungan pribadi.
Jabatan yang mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin
erat.
Kesadaran umum akan besarnya tanggung jawab seorang guru serta
berbagai pandangan masyarakat terhadap peranannya telah mendorong para
tokoh dan ahli pendidikan untuk merumuskan ruang lingkup tugas,
tanggung jawab dan kualifikasi yang seharusnya dipenuhi oleh guru,
sebagai pengajar guru mempunyai tugas menyelenggarakan proses belajar-
mengajar tugas yang mengisi porsi terbesar dari profesi keguruan ini pada
garis besarnya meliputi minimal empat pokok, yaitu :
1. menguasai bahan pengajaran
2. merencanakan program belajar-mengajar
3. melaksanakan, memimpin dan mengelola proses belajar-mengajar serta,
4. menilai dan mengevaluasi kegiatan belajar-mengajar
PROFESI KEGURUAN 21
Tabel: Perbandingan dua pandangan tentang syarat pekerjaan disebut
sebagai profesi
No. Sambas Suryadi (Westby Dedi Supriadi
Gybon, 1965)
1. Adanya pengakuan oleh Mempunyai fungsi dan signifikansi
masyarakat dan pemerintah sosial karena diperlukan oleh
masyarakat
2. Memerlukan bidang ilmu Menuntuk adanya keterampilan atau
pengetahuan sebagai keahlian
landasan teknik dan prosedur
kerja yang unik dan berbeda
dengan bidang pekerjaan
lain
3. Memerlukan persiapan yang Untuk memperoleh keterampilan
sengaja dan sistematis untuk dan keahlian tersebut didukung oleh
mengerjakan pekerjaan disiplin ilmu tertentu
tersebut
4. Memiliki mekanisme untuk Memiliki kode etik yang menjadi
melakukan seleksi secara pedoman bagi para anggotanya
efektif dan kompetitif. untuk melaksanakan tugas
profesionalnya.
5. Mempunyai organisasi Sebagai konsekuensi dari proses
profesi untuk melindungi layanan profesional yang diberikan
kepentingan anggotanya kepada masyarakat, mereka yang
bertugas dalam bidang pekerjaan
tersebut berhak memperoleh
imbalan finansial dengan sistem
penggajian yang memadai.
Sumber: Suparlan, Guru Sebagai Profesi, 2006: 70 – 71.
PROFESI KEGURUAN 22
Berdasarkan dua pandangan tersebut, dapat diambil beberapa kesimpulan,
yaitu :
Guru merupakan jenis pekerjaan yang memiliki fungsi dan signifikansi
dengan kebutuhan masyarakat. Dalam hal ini, bahkan masyarakat dan
pemerintah (presiden) telah memberikan pengakuan secara formal
bahwa bahwa guru sebagai profesi.
Guru memang harus memiliki kemampuan ilmu pengetahuan,
keterampilan, dan keahlian yang diperoleh melalui proses pendidikan
dan pelatihan dari institusi pendidikan yang telah terakreditasi. Oleh
karena itu, maka guru harus mempunyai kualifikasi akademis dan
kompetensi yang memadai.
Guru memiliki organisasi profesi dan kode etik profesi yang harus
dipedomani dalam pelaksanaan tugas-tugas profesionalnya.
Untuk mendukung kelancaran dan keberhasilan pelaksanaan tugasnya
dengan baik, maka guru atau pendidik berhak untuk memperoleh
kesejahteraan yang memadai
PROFESI KEGURUAN 23
Masalah guru senantiasa mendapat perhatian, baik oleh pemerintah
maupun oleh pada masyarakat ada umumnya dan oleh ahli pendidikan
khususnya. Pemerintah memandang bahwa guru merupakan media yang
sangat penting, artinya dalam kerangka pembinaan dan pengembangan
bangsa. oleh karena itu, dibutuhkan guru yang mempunyai karakteristi
yang professional, supaya nantinya tugas guru dapat tercapai secara
mamksimal sesuai dengan fungsi dan tujuan pendidikan.
Adapun karakteristik guru professional yang harus dimiliki oleh
setiap guru sedikitnya ada lima karakteristik dan kemampuan professional
guru yang harus dikembangkan, yaitu:
i. Menguasai kurikulum
j. Menguasai materi semua mata pelajaran
k. Terampil menggunakan multi metode pembelajaran
l. Memiliki komitmen yang tinggi terhadap tugasnya
m. Memiliki kedisiplinan dalam arti yang seluas-luasnya
Selain karakteristik di atas, terdapat beberapa karakteristik lain
yang juga harus dimiliki oleh setiap guru yang profesional antara lain yaitu
sebagai berikut:
a. Fisik
Sehat jasmani dan rohani
Tidak mempunyai cacat tubuh yang bisa menimbulkan ejekan
atau cemoohan atau rasa kasihan dari anak didik.
b. Mental atau keperibadian
Berkepribadian atau berjiwa pancasila.
Mampu menghayati GBHN.
Mencintai bangsa dan sesama manusia dan rasa kasih sayang
kepada anak didik.
Berbudi pekerti yang luhur.
Berjiwa kreatif, dapat memanfaatkan rasa pendidikan yang ada
secara maksimal.
Mampu menyuburkan sikap demokrasi dan penuh tanggung
rasa.
PROFESI KEGURUAN 24
Mampu mengembangkan kreativitas dan tanggung jawab yang
besar akan tugasnya.
Mampu mengembangkan kecerdasan yang tinggi.
Bersifat terbuka, peka, dan inovatif.
Menunjukkan rasa cinta kepada profesinya.
Ketaatannya akan disiplin.
Memiliki sense of humor
c. Keilmiahan atau pengetahuan
Memahami ilmu yang dapat melandasi pembentukan pribadi.
Memahami ilmu pendidikan dan keguruan dan mampu
menerapkannya dalam tugasnya sebagai pendidik.
Memahami, menguasai, serta mencintai ilmu pengetahuan yang
akan diajarkan.
Memiliki pengetahuan yang cukup tentang bidang-bidang yang
lain.
Senang membaca buku-buku ilmiah.
Mampu memecahkan persoalan secara sistematis, terutama
yang berhubungan dengan bidang studi.
Memahami prinsip-prinsip kegiatan belajar mengajar.
d. Keterampilan
Mampu berperan sebagai organisator proses belajar mengajar.
Mampu menyusun bahan belajar atas dasar pendekatan
struktural, interdisipliner, fungsional, behavior, dan teknologi.
Mampu menyusun garis besar program pengajaran ( GBPP ).
Mampu memecahkan dan melaksanakan teknik-teknik
mengajar yang baik dalam mencapai tujuan pendidikan.
Mampu merencanakan dan melaksanakan evaluasi pendidikan.
Memahami dan mampu melaksanakan kegiatan dan pendidikan
luar sekolah.
PROFESI KEGURUAN 25
1.5 Penilaian terhadap Profesi Guru
Kalau kita ikuti perkembangan Profesi Keguruan Indonesia, jelas
bahwa pada mulanya guru-guru Indonesia diangkat dari orang-orang yang
tidak berpendidikan khusus untuk memangku jabatan guru. Seiring
perjalanan waktu, guru-guru yang pada awalnya diangkat dari orang-orang
yang tidak dididik secara khusus menjadi guru, secara berangsur-angsur
dilengkapi dengan guru-guru yang lulus dari sekolah guru.
Pada mulanya guru diangkat dari orang-orang yang tidak memiliki
pendidikan khusus yang ditambah dengan orang-orang yang lulus dari
Sekolah Guru (Kweekschool) yang pertama kali didirikan di Solo tahun
1852, karena mendesaknya keperluan guru maka Pemerintah Hindia
Belanda mengangkat lima macam guru yaitu:
a. Guru lulusan sekolah guru yang dianggap sebagai guru yang
berwenang penuh.
b. Guru yang bukan sekolah guru, tetapi lulus ujian yang diadakan untuk
menjadi guru.
c. Guru bantu. Yakni yang lulus ujian guru bantu.
d. Guru yang dimagangkan kepada seorang guru senior, yang
merupakan calon guru.
e. Guru yang diangkat karena keadaan yang sangat mendesak yang
berasal dari warga yang perna mengecap pendidikan.
Dalam sejarah pendidikan guru Indonesia, guru pernah mempunyai
status yang sangat tinggi di masyarakat, mempunyai wibawah yang sangat
tinggi, dan dianggap sebagai orang yang serba tahu. Peranan guru saat itu tidak
hanya mendidik anak di depan kelas, mendidik masyarakat, tempat masyarakat
untuk bertanya, baik untuk memecahkan masalah pribadi maupun sosial.
Namun, wibawa guru mulai memudar sejalan dengan kamajuan zaman,
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan keperluan guru yang
meningkat tentang imbalan atau balas jasa.
Dalam era teknologi yang maju sekarang, guru bukan lagi satu-satunya
tempat bertanya bagi masyarakat. Pendidikan masyarakat mungkin lebih tinggi
dari guru dan kewibawaan guru berkurang antara lain karena status guru
PROFESI KEGURUAN 26
dianggap kalah gengsi dari jabatan lainnya yang mempunyai pendapatan yang
lebih baik.
Guru sangat mungkin dalam menjalankan profesinya bertentangan
dengan hati nuraninya, karena ia paham bagaimana harus menjalankan
profesinya namun karena tidak sesuai dengan kehendak pemberi petunjuk atau
komando maka cara-cara para guru tidak dapat diwujudkan dalam tindakan
nyata. Guru selalu diinterpensi. Tidak adanya kemandirian atau otonomi itulah
yang mematikan profesi guru dari sebagai pendidik menjadi pemberi instruksi
atau penatar. Bahkan sebagai penatarpun guru tidak memiliki otonomi sama
sekali. Selain itu, ruang gerak guru selalu dikontrol melalui keharusan
membuat satuan pelajaran (SP). Padahal, seorang guru yang telah memiliki
pengalaman mengajar di atas lima tahun sebetulnya telah menemukan pola
belajarnya sendiri. Dengan dituntutnya guru setiap kali mengajar membuat SP
maka waktu dan energi guru banyak terbuang. Waktu dan energi yang terbuang
ini dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan dirinya.
Selain faktor di atas faktor lain yang menyebabkan rendahnya
profesionalisme guru disebabkan oleh antara lain:
Masih banyak guru yang tidak menekuni profesinya secara utuh.
Hal ini disebabkan oleh banyak guru yang bekerja di luar jam
kerjanya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari sehingga
waktu untuk membaca dan menulis untuk meningkatkan diri
tidak ada;
Belum adanya standar profesional guru sebagaimana tuntutan di
negara-negara maju;
Kemungkinan disebabkan oleh adanya perguruan tinggi swasta
sebagai pencetak guru yang lulusannya asal jadi tanpa
mempehitungkan outputnya kelak di lapangan sehingga
menyebabkan banyak guru yang tidak patuh terhadap etika
profesi keguruan;
kurangnya motivasi guru dalam meningkatkan kualitas diri
karena guru tidak dituntut untuk meneliti sebagaimana yang
diberlakukan pada dosen di perguruan tinggi.
PROFESI KEGURUAN 27
Akadum (1999) juga mengemukakan bahwa ada lima penyebab
rendahnya profesionalisme guru:
Masih banyak guru yang tidak menekuni profesinya secara total,
Rentan dan rendahnya kepatuhan guru terhadap norma dan etika
profesi keguruan,
Pengakuan terhadap ilmu pendidikan dan keguruan masih
setengah hati dari pengambilan kebijakan dan pihak-pihak
terlibat. Hal ini terbukti dari masih belum mantapnya
kelembagaan pencetak tenaga keguruan dan kependidikan,
Masih belum smooth-nya perbedaan pendapat tentang proporsi
materi ajar yang diberikan kepada calon guru,
Masih belum berfungsi PGRI sebagai organisasi profesi yang
berupaya secara makssimal meningkatkan profesionalisme
anggotanya. Kecenderungan PGRI bersifat politis memang tidak
bisa disalahkan, terutama untuk menjadi pressure group agar
dapat meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Namun
demikian di masa mendatang PGRI sepantasnya mulai
mengupayakan profesionalisme para anggo-tanya. Dengan
melihat adanya faktor-fak tor yang menyebabkan rendahnya
profesionalisme guru, pemerintah berupaya untuk mencari
alternatif untuk meningkatkan profesi guru.
PROFESI KEGURUAN 28
laku guru warga PGRI dalam melaksanakan panggalilan
pengabdiannya bekerja sebagai guru (PGRI, 1973). Dari
pendapat ketua umum PGRI ini dapat ditarik kesimpulan
bahwa dalam kode etik guru indonesia terdapat dua unsur
pokok yakni:
Sebagai landasan moral
Sebagai pedona tingkah laku.
Dari uraian diatas terlihat bahwa kode atik profesi adalah
norma-norma yang harus diindahkan oleh onggota profesi didalam
melaksanakan tugas profesinya dan dalam hidupnya di masyarakat.
b. Tujuan Kode Etik
Menurut R. Hermawan S (1979) secara umum tujuan kode etik
adalah sebagai berikut:
Untuk menjunjung tinggi martabat profesi
Untuk menjaga dam memelihara kesejahteraan para
anggotanya
Untuk meningkatkan penabdian para anggota profesi
Untuk meningkatkan mutu profesi
Untuk meningkatkan mutu oranisasi profesi.
c. Penetapan Kode Etik
Kode etik hanya dapat ditetapkan oleh suatu organisasi
profesi yang berlaku dan memikat para anggotanya. Penetapan
kode etik lasim ditetapkan pada suatu kongres organisasi profesi.
Dengan demikian, penetapan kode etik tidak dapat dilakukan oleh
orang secara perorangan, melainkan harus dilakukan oleh orang-
orang yang diutus untuk dan atas nama anggota profesi daro
organisasi tersebut.
d. Sanksi Pelanggaran Kode Etik
Sering juga kita jumpai, bahwa ada kalanya negara
memcampuri urusan profesi, sehingga hal-hal yag semula hanya
merupaka kode etik dari suatu profesi tertentu dapat meningkat
menjuadi perturan hukum atau undang-undang. Apabila hanya
PROFESI KEGURUAN 29
demikian, maka aturan yang mulanya seagai sebagai landasan
moral dan pedoman tingkah laku meninkat menjadi aturan yang
memberikan sanksi-sanksi hukum yang sifatnya memaksa, baik
berupa sanksi perdata maupun sanksi pidana.
e. Kode Etik Guru Indonesia
Kode etik guru indonesi dapat dirumuskan sebaai himpunan
nilai-nilai dan norma-norma profesi guru yang tersusun dengan
baik dan sistematik dalam suatu sistem yang utuh dan bulat. Fungsi
kode guru indonesia adalah sebagai landasan moral dan pedoman
tingkah laku tiap guru warga PGRI dalam menunaikan tugasnya
mengabdi sebagai guru, baik di dalam maupun di luar sekolah serta
dalam kehidupan sehari-hari dimasyarakat. Dengan demikian kod
etik guru indonesia merupakan alat yang amat penting untuk
membentuk sikap profesional pada anggota profesi keguruan.
Jadi secara singkat kode etik guru di indonesiaadalah
sebagai berikut:
a. Guru berbakti membimbing anak didik seutuhnya untuk
membentuk Manusia Pembangaunan Pancasil
Guru menghormati hak individu dan kepribadian anak
didiknya masing-masing.
Guru berusaha mensukseskan pendidik yang serasi
jasmani rohani bagi ank didiknya.
Guru melatih dalam memecahkan masalah-masalah dan
membina daya kreasi anak didik agar kelk dapat
menunjang masyarakat yang sedang membangun.
Guru membantu sekolah di dalam usaha menanamkan
pengetahuan keterampilan kepada anak didik.
b. Guru memiliki kejujuran profeisonal. Sesuai dengan
kebutuhan anak didik masing – masing.
Guru menghargai dan memperhatikan perbedaan
dan kebutuhan anak didiknya masing-masing.
PROFESI KEGURUAN 30
Guru hendaknya luwes di dalam menerapkan
kurikulum sesuai dengan kebutuhan anak didik
masing-masing.
Guru memberi pelajaran di dalam dan di luar
sekolah berdasarkan kurikulum tanpa membedakan
jenis dan posisi orang tua muridnya.
c. Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah dan
memelihara hubungan dengan orang tua murid.
Guru menciptakan kehidupan sekolah sehingga
anak didik betah berada dan belajar di sekolah.
Guru menciptakan hubungan baik dengan orang
tua murid sehingga terjalin pertukaran informasi
timbal balik untuk kepentingan anak didik dan lain-
lain.
d. Guru mengadakan komunikasi terutama dalam memperoleh
informasi tentang anak didik, tetapi meng hindarkan diri
dari segala bentuk penyalah gunaan. Komunikasi guru dan
anak didik didalam dan diluar sekolah dilandasi dengan
kasih sayang.
PROFESI KEGURUAN 31
Kadang-kadang pengembangan profesi ini dikatakan juga sebagai
peningkatan profesi. Sehubungan dengan peningkatan profesi ini, guru
memang dituntut untuk selalu mengembangkan dirinya baik yang
mengenai materi pelajaran dari bidang studi yang menjadi wewenangnya
maupun keterampilan guru, Tanpa belajar lagi kemungkinan resiko yang
terjadi ialah tidak tepatnya materi pelajaran yang diajarkan dan metodologi
mengajar yang digunakan.
Bentuk-bentuk pengembangan profesi keguruan secara garis besar
sebagai berikut:
a. Pengembangan profesi secara individual:
Pengembangan melalui pelatihan yang diselenggarakan
oleh Departemen yang terkait.
Pengembangan profesi melalui belajar sendiri, dalam hal ini
para guru dapat memilih sendiri sumber-sumber yang
diperlukan dan sesuai bagi kepentingannya untuk dipelajari
sendiri.
Pengembangan profesi melalui media, berbagai media
dapat dimanfaatkan seperti media massa elektronik/cetak
dan online yang banyak memuat artikel-artikel pengetahuan
atau keterampilan yang penting untuk dipelajari.
b. Pengembangan profesi keguruan melalui organisasi profesi:
Yang dimaksud organisasi profesi adalah organisasi atau
perkumpulan yang memiliki ikatan-ikatan tertentu dari satu jenis
keahlian atau jabatan. Seperti para guru yang menyatukan diri pada
PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia), Untuk lokal bisa
disebut seperti PGSB (Persatuan Guru Swasta Balikpapan), MGHB
(Musyawarah Guru Honor dan Bantu), dan banyak lagi lainnya.
PROFESI KEGURUAN 32
lankah dan mengendalikan keseluruhan profesi, yakni organisasi
profesi. Bagi guru-guru kita, itu telah ada yakni Persatuan guru
Republik indonesia atau yang lebih dikenal denga PGRI yang
didirikan di Surakarta pada tanggal 25 November 1945.
b. Jenis-jenis organisasi keguruan
Disamping PGRI yang satu-satunya organisasi yang diakui
oleh pemerinta juga terdapat organisasi lain yang disebut
Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) yang didirikan atas
anjuran Departeman Pendidikan dan Kebudayaan. Sayangnya,
organisasi ini tidak ada kaitan yang formal dengan PGRI. Selain itu
ada juga organisasi profesional guru yang lain yaitu ikatan serjana
pendidikan indonesia (ISPI), yang sekarang suda mempunyai
nanyak devisi yaitu Ikatan Petugas Bimbingan Belajar (IPBI),
Himpunan Serjana Administrasi Pendidikan Indonesia (HSPBI),
dan lain-lain, hubungannya secara formal dengan PGRI juga belum
tampak secara nyata, sehingga belum didapatkan kerjasama yang
saling menunjang dalam meningkatkan mutu anggotanya.
Di indonesia dikenal beberapa organisasi keguruan di
antaranya:
1. Musyawarah Guru Mata Pelajaran(MGMP)
2. PGRI
3. Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI)
Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI)
c. Manfaat organisasi keguruan
Organisasi profesi keguruan ini bermanfaat untuk:
Tempat pertemuan antara guru yang mempunyai keahlian
sama untuk saling mengenal.
Tempat memecahkan berbagai masalah yang menyangkut
profesinya.
Tempat peningkatan mutu profesi masing-masing.
PROFESI KEGURUAN 33
1.9 Kesimpulan
Kesadaran umum akan besarnya tanggung jawab seorang
guru serta berbagai pandangan masyarakat terhadap peranannya
telah mendorong para tokoh dan ahli pendidikan untuk
merumuskan ruang lingkup tugas, tanggung jawab dan kualifikasi
yang seharusnya dipenuhi oleh guru, sebagai pengajar guru
mempunyai tugas menyelenggarakan proses belajar-mengajar tugas
yang mengisi porsi terbesar dari profesi keguruan ini pada garis
besarnya meliputi minimal empat pokok, yaitu :
1. menguasai bahan pengajaran
2. merencanakan program belajar-mengajar
3. melaksanakan, memimpin dan mengelola proses belajar
mengajar serta,
4. menilai dan mengevaluasi kegiatan belajar-mengajar
Jabatan guru merupakan jabatan Profesional, dan sebagai
jabatan profesional, pemegangnya harus memenuhi kualifikasi
tertentu. Kriteria jabatan profesional antara lain bahwa jabatan itu
melibatkan kegiatan intelektual, mempunyai batang tubuh ilmu
yang khusus, memerlukan persiapan lama untuk memangkunya,
memerlukan latihan dalam jabatan yang berkesinambungan,
merupakan karier hidup dan keanggotaan yang permanen,
menentukan baku perilakunya, mementingkan layanan, mempunyai
organisasi profesional, dan mempunyai kode etik yang di taati oleh
anggotanya.
Jabatan guru belum dapat memenuhi secara maksimal
persyaratan itu, namun perkembangannya di tanah air
menunjukkan arah untuk terpenuhinya persyaratan tersebut. Usaha
untuk ini sangat tergantung kepada niat, perilaku dan komitmen
dari guru sendiri dan organisasi yang berhubungan dengan itu,
selain juga, oleh kebijaksanaan pemerintah.
PROFESI KEGURUAN 34
BAB II
KOMPETENSI PROFESI KEGURUAN
PROFESI KEGURUAN 35
fungsi guru itu sendiri adalah membina dan mengembangkan kemampuan
peserta didik secara professional di dalam proses belajar mengajar.
Kompetensi professional yang merupakan kemampuan dasar guru
menurut Cooper (1984:15) terbagi dalam empat komponen, yakni:
Mempunyai pengetahuan tentang belajar dan tingkah laku manusia,
Mempunyai pengetahuan dan menguasai bidang study yang di
binanya,
Mempunyai sikap yang tepat tentang diri sendiri, sekolah, teman
sejawat dan bidang study yang di binanya,
Mempunyai keterampilan dalam teknik mengajar.
Kemampuan professional yang harus dimiliki guru dalam proses
belajar mengajar secara rinci dapat diuraikan dalam komponen-komponen
kompetensi professional
Peranan guru sangat menentukan dalam usaha peningkatan mutu
pendidikan formal. Untuk itu guru sebagai agen pembelajaran dituntut
untuk mampu menyelenggarakan proses pembelajaran dengan sebaik-
baiknya, dalam kerangka pembangunan pendidikan. Guru mempunyai
fungsi dan peran yang sangat strategis dalam pembangunan bidang
pendidikan, dan oleh karena itu perlu dikembangkan sebagai profesi yang
bermartabat.
Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal
4 menegaskan bahwa guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk
meningkatkan mutu pendidikan nasional. Untuk dapat melaksanakan
fungsinya dengan baik, guru wajib untuk memiliki syarat tertentu, salah
satu di antaranya adalah kompetensi.
Guru sebagai agen pembelajaran diharapkan memiliki 4 jenis kompetensi guru
yakni, kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi sosial, dan
kompetensi kepribadian
4 Kompetensi yang Wajib Dikuasai Guru
PROFESI KEGURUAN 36
I. Kompetensi Pedagogik
II. Kompetensi Profesional.
III. Kompetensi Sosial
IV. Kompetensi kepribadian
PROFESI KEGURUAN 37
berbagai potensi yang dimilikinya. Sub kompetensi dalam kompetensi
Pedagogik adalah :
a. Memahami peserta didik secara mendalam yang meliputi memahami
peserta didik dengan memamfaatkan prinsip-prinsip perkembangan
kognitif, prinsip-prinsip kepribadian, dan mengidentifikasi bekal ajar
awal peserta didik.
b. Merancang pembelajaran,teermasuk memahami landasan pendidikan
untuk kepentingan pembelajaran yang meliputi memahmi landasan
pendidikan, menerapkan teori belajar dan pembelajaran, menentukan
strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta didik,
kompetensi yang ingin dicapai, dan materi ajar, serta menyusun
rancangan pembelajaran berdasarkan strategi yang dipilih.
c. Melaksanakan pembelajaran yang meliputi menata latar ( setting)
pembelajaran dan melaksanakan pembelajaran yang kondusif.
d. Merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran yang meliputi
merancang dan melaksanakan evaluasi (assessment) proses dan hasil
belajar secara berkesinambungan denga berbagai
metode,menganalisis hasil evaluasi proses dan hasil belajar untuk
menentukan tingkat ketuntasan belajar (mastery level), dan
memamfaatkan hasil penilaian pembelajaran untuk perbaikan kualitas
program pembelajaran secara umum.
e. Mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai
potensinya meliputi memfasilitasi peserta didik untuk pengembangan
berbagai potensi akademik, dan memfasilitasipeserta didik untuk
mengembangkan berbagai potensi nonakademik.
PROFESI KEGURUAN 38
Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 045/4/2002
menyebutkan kompetensi sebagai seperangkat tindakan cerdas dan penuh
tanggungjawab dalam melaksanakan tugas-tugas sesuai dengan pekerjaan
tertentu.
Sedangkan profesional menunjuk pada dua hal, pertama orang yang
menyandang suatu profesi, kedua penampilan seseorang dalam melakukan
pekerjaan yang sesuai dengan profesinya. Jadi dari berbagai pengertian di
atas maka yang dimaksud dengan kompetensi profesional guru pendidikan
agama Islam ialah kemampuan dan kewenangan guru dalam menjalankan
profesi keguruannya, artinya guru yang piawai dalam melaksanakan
profesinya dapat disebut sebagai guru yang kompeten dan profesional.
Kompetensi profesional merupakan pekerjaan yang hanya dapat di
lakukan oleh seorang yang mempunyai kualifikasi akademik, kompetensi
dan sertifikat pendidik sesuai dengan persyaratan untuk setiap jenis dan
jenjang pendidikan tertentu
2. Komponen-Komponen Kompetensi Profesional Guru
Kompetensi profesional merupakan kemampuan dasar yang harus
dimiliki oleh guru. Ada beberapa pandangan ahli tentang kompetensi
profesional. Menurut Cooper ada 4 komponen kompetensi dasar yaitu:
a. Mempunyai pengetahuan tentang belajar dan tingkah laku manusia.
b. Mempunyai pengetahuan dan menguasai bidang studi yang dibinanya
c. Mempunyai sikap yang tepat tentang diri sendiri, sekolah, teman
sejawat dan bidang studi yang dibinanya
d. Mempunyai keterampilan dalam belajar
Sedangkan menurut (Johnshon, 1980) mencakup:
a. Penguasaan materi pelajaran yang terdiri atas penguasaan bahan yang
harus diajarkan dan konsep-konsep dasar keilmuan yang diajarkan dari
bahan yang diajarkan itu
b. Penguasaan dan penghayatan atas landasan dan wawasan kependidikan
dan keguruan
c. Penguasaan proses-proses kependidikan keguruan pembelajaran siswa
PROFESI KEGURUAN 39
Serta menurut depdikbud (1980), ada 10 kemampuan dasar guru, yaitu:
a. Penguasaan bahan pelajaran beserta konsep-konsep dasar
keilmuannya
b.Pengelolaan program belajar mengajar
c. Pengelolaan kelas
d.Penggunaan media dan sumber pembelajaran
e. Penguasaan landasan-landasan kependidikan
f. Pengelolaan interaksi belajar mengajar
g.Penilaian prestasi siswa
h.Pengenalan fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan
i. Pengenalan dan penyelenggaraan administrasi sekolah serta
j. Pemahaman prinsip-prinsip dan dan pemanfaatan hasil
penelitian pendidikan untuk kepentingan peningkatan mutu
pengajaran
PROFESI KEGURUAN 40
memahami prinsip-prinsip pengelolaan lembaga dan program
pendidikan di sekolah,
menguasai metode berfikir,
meningkatkan kemampuan dan menjalankan misi profesional,
terampil memberikan bantuan dan bimbingan kepada peserta didik,
memiliki wawasan tentang penelitian pendidikan,
mampu memahami karakteristik peserta didik,
mampu menyelenggarakan administrasi sekolah,
memiliki wawasan tentang inovasi pendidikan,
berani mengambil keputusan,
memahami kurikulum dan perkembangannya,
mampu bekerja berencana dan terprogram, dan
mampu menggunakan waktu secara tepat.
PROFESI KEGURUAN 41
2. Mengerti dan menerapkan teori belajar sesuai dengan tingkat
perkembangan perilaku peserta didik,
3. Mampu menangani mata pelajaran atau bidang studi yang
ditugaskan kepadanya,
4. Mengerti dan dapat menerapkan metode mengajar yang sesuai,
5. Mampu menggunakan berbagai alat pelajaran dan media serta
fasilitas belajar lain,
6. Mampu mengorganisasikan dan melaksanakan program
pengajaran,
7. Mampu melaksanakan evaluasi belajar dan
8. Mampu menumbuhkan motivasi peserta didik.
Johnson sebagaimana dikutip Anwar (2004:63) mengemukakan
kemampuan profesional mencakup:
1. Penguasaan pelajaran yang terkini atas penguasaan bahan yang
harus diajarkan, dan konsep-konsep dasar keilmuan bahan yang
diajarkan tersebut,
2. Penguasaan dan penghayatan atas landasan dan wawasan
kependidikan dan keguruan,
3. Penguasaan proses-proses kependidikan, keguruan dan
pembelajaran siswa.
Arikunto (1993:239) mengemukakan kompetensi profesional
mengharuskan guru memiliki pengetahuan yang luas dan dalam tentang
subject matter (bidang studi) yang akan diajarkan serta penguasaan
metodologi yaitu menguasai konsep teoretik, maupun memilih metode
yang tepat dan mampu menggunakannya dalam proses belajar mengajar.
Depdiknas (2004:9) mengemukakan kompetensi profesional meliputi:
a. Pengembangan profesi, pemahaman wawasan, dan penguasaan bahan
kajian akademik.Pengembangan profesi meliputi:
mengikuti informasi perkembangan iptek yang mendukung
profesi melalui berbagai kegiatan ilmiah,
Mengalihbahasakan buku pelajaran/karya ilmiah,
mengembangkan berbagai model pembelajaran,
PROFESI KEGURUAN 42
menulis makalah,
menulis/menyusun diktat pelajaran,
menulis buku pelajaran,
menulis modul,
menulis karya ilmiah,
melakukan penelitian ilmiah (action research),
menemukan teknologi tepat guna,
membuat alat peraga/media,
menciptakan karya seni,
mengikuti pelatihan terakreditasi,
mengikuti pendidikan kualifikasi,
mengikuti kegiatan pengembangan kurikulum.
b. Pemahaman wawasan meliputi:
memahami visi dan misi,
memahami hubungan pendidikan dengan pengajaran,
memahami konsep pendidikan dasar dan menengah,
memahami fungsi sekolah,
mengidentifikasi permasalahan umum pendidikan dalam hal
proses dan hasil belajar,
membangun sistem yang menunjukkan keterkaitan
pendidikan dan luar sekolah.
c. Penguasaan bahan kajian akademik meliputi :
memahami struktur pengetahuan,
menguasai substansi materi,
menguasai substansi kekuasaan sesuai dengan jenis pelayanan
yang dibutuhkan siswa.
Berdasarkan uraian di atas, kompetensi profesional guru tercermin
dari indikator :
(1) kemampuan penguasaan materi pelajaran,
(2) kemampuan penelitian dan penyusunan karya ilmiah,
(3) kemampuan pengembangan profesi, dan
(4) pemahaman terhadap wawasan dan landasan pendidikan
PROFESI KEGURUAN 43
Kompetensi ini dapat dilihat dari kemampuan guru dalam
mengikuti perkembangan ilmu terkini karena perkembangan ilmu selalu
dinamis. Kompetensi profesional yang harus terus dikembangkan guru
dengan belajar dan tindakan reflektif. Kompetensi profesional merupakan
kemampuan guru dalam menguasai materi pembelajaran secara luas dan
mendalam yang meliputi:
a. Konsep, struktur, metode keilmuan/teknologi/seni yang
menaungi/koheren dengan materi
b. ajar
c. Materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah
d. Hubungan konsep antar pelajaran terkait
e. Penerapan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari
f. Kompetensi secara profesional dalam konteks global dengan tetap
melestarikan nilai dan budaya nasional
Dalam Permendiknas no.16 tahun 2007 disebutkan standar
kompetensi profesional yang harus dimiliki oleh seorang guru. Standar
kompetensi profesional yang dimaksud adalah sebagai berikut.
PROFESI KEGURUAN 44
2. Standar kompetensi guru Mata Pelajaran di SD/MI, SMP/MTs,
SMA/MA, dan SMK/MAK
Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang
mendukung mata pelajaran yang diampu.
Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata
pelajaran yang diampu.
Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif.
Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan
melakukan tindakan reflektif.
Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
mengembangkan diri.
Menurut Cooper dalam Satori (2009) terdapat 4 komponen kompetensi
profesional guru, yaitu:
1. Memiiki pengetahuan tentang belajar dan tingkah laku manusia
2. Memiliki pengetahuan dan menguasai bidang studi yang diampu
3. Memiliki sifat yang tepat terhadap diri sendiri, sekolah, teman
sejawat, dan bidang studi yang diampu
4. Memiliki keterampilan menyampaikan materi ajar
Satori sendiri mengemukakan beberapa komponen kompetensi
profesioanal seperti berikut.
1. Penguasaan bahan mata pelajaran
Kompetensi pertama yang harus dimiliki seorang guru adalah
penguasaan bahan bidang studi. Penguasaan ini menjadi landasan pokok
untuk keterampilan mengajar. Yang dimaksud dengan kemampuan
menguasai bahan bidang studi menurut Wijaya (1982) adalah kemampuan
mengetahui, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, menyintesiskan
dan mengevaluasi sejumlah pengetahuan keahlian yang diajarkannya.
Ada dua hal dalam mengausai bahan bidang studi:
1. Menguasai bahan bidang studi dan kurikulum sekolah
Untuk menguasai bahan bidang studi dan kurikulum sekolah
dapat dilakukan dengan cara :
a. Mengakaji bahan kurikulum bidang studi
PROFESI KEGURUAN 45
b. Mengkaji isi buku-buku teks bidang studi yang bersangkutan
c. Melaksanakan kegiatan-kegiatan nyang disarankan dalam
kurikulum bidang studi yang bersangkutan
d. Menguasai bahan pendalaman/aplikasi bidang studi. Hal ini
dilakukan dengan cara :
Mempelajari ilmu yang relevan
Mempelajari aplikasi bidang ilmu ke dalam bidang ilmu
lain (untuk progam-progam studi tertentu)
Mempelajari cara menilai kurikulum bidang studi
Jadi dapa disimpulkan bahwa Penguasaan bahan mata pelajaran adalah
kemampuan mengetahui, memahami, mengaplikasikan, menganalisis,
menyintesiskan, dan mengevaluasi sejumlah pengetahuan keahlian yang
diajarkan. Ada dua hal berkaitan dengan penguasaan bahan mata pelajaran,
yaitu:
a. Menguasai bahan bidang studi dan kurikulum sekolah
b. Menguasai bahan pendalaman dan pengaplikasiannya.
2. Pengelolaan program belajar mengajar
Kemampuan mengelola progam belajar mengajar mencakup
kemampuan merumuskan tujuan instruksional, kemampuan mengenal dan
menggunakan metode mengajar, kemampuan memilih dan menyusun
prosedur instruksional yang tepat, kemampuan melaksanakan progam
belajar mengajar, kemampuan mengenal potensi (entry behavior) peserta
didik, serta kemampuan merencanakan dan melaksanakan pengajaran
remedial.
Secara rinci, menurut Sciever (1991): kemampuan mengelola
program belajar mengajar dapat di lakukan dengan cara berikut :
2. Merumuskan tujuan instruksional. Kemampuan ini di lakukan dengan
cara:
a. Mengkaji kurikulum bidang studi
b. Mempelajari ciri-ciri rumusan tujuan instruksional
c. Mempelajari tujuan instruksional bidang studi yang
bersangkutan
PROFESI KEGURUAN 46
d. Merumuskan tujuan instruksional bidang studi yang
bersangkutan
e. Mengenal dan dapat menggunakan metode mengajar.
Kemampuan ini dapat di lakukan dengan cara:
1. Mempelajari macam-macam metode mengajar.
2. Menggunakan macam-macam metode mengajars
f. Memilih dan menyusun prosedur instruksional yang tepat.
Kemampuan ini dapat dilakukan dengan cara :
1. Mempelajari kriteria pemilihan materi dan prosedur
mengajar
2. Menggunakan kriteria pemilihan materi dan prosedur
mengajar
3. Merencanakan program pelajaran
4. Menyusun satuan pelajaran
g. Melaksanakan program belajar mengajar. Kemampuan ini
dapat dilakukan dengan cara:
1. Mempelajari fungsi dan peran guru dalam proses
belajar mengajar
2. Menggunakan alat bantu belajar mengajar
3. Menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar
4. Memonitor proses belajar peserta didik
5. Menyesuaikan rencana program pengajaran dengan
situasi kelas
h. Mengenal kemampuan (entry behaviour) anak didik.
Kemempuan ini di lakukan dengan cara:
1. Mempelajari tingkst perkembangan dan faktor-faktor
yang mempengaruhi pencapaian prestasi belajar
2. Mempelajari prosedur dan teknik untuk
mengidentifikasikemampuan peserta didik
3. Menggunakan prosedur dan teknik untuk
mengidentifikasi kemampuan peserta didik
PROFESI KEGURUAN 47
i. Merencanakan dan melaksanakan pengajaran remedial.
Kemampuan ini dapat di lakukan dengan cara:
1. Mempelajari faktor-faktor kesulitan belajar
2. Mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik
3. Menyusun rencana pengajaran remedial
4. Melaksanakan pengajaran remedial
Jadi,Kemampuan ini meliputi kemampuan dalam merumuskan tujuan
instruksional, kemampuan mengenal, menguasai, dan menggunakan metode
mengajar, kemampuan memilih dan menyusun prosedur instruksional yang
tepat, kemampuan melaksanakan program belajar mengajar, kemampuan
mengenal potensi siswa, serta kemampuan merencanakan dan melaksanakan
pengajaran remedial.
3. Pengelola kelas
Pada bagian ini guru dituntut memiliki kemampuan dalam merancang,
menata dan mengatur sumber-sumber belajar agar tercipta suasana
pembelajaran yang efektif dan efisien.
Kemempuan ini menggambarkan keterampilan guru dalam merancang,
menata dan mengatur sumber-sumber belajar, agar tercapai suasana
pengajaran yang efektif, dan efisien.
Jenis kemampuan yang perlu dimiliki guru adalah:
1. Mengatur tata ruang kelas untuk pengajaran. Kemempuan ini dapat
dikuasai dengan cara berikut:
a. Mempelajari macam-macam pengaturan tempat duduk dan setting
ruangan kelas sesuai dengan tujuan-tujuan instruksinal yang hendak di
capai
b. Mempelajari kriteria penggunaan macam-macam pengaturan tempat
duduk dan setting ruangan
c. Menciptakan iklim belajar mengajar yang kondusif. Kemampuan ini
dapat dikuasai dengan cara berikut:
d. Mempelajari faktor-faktor yang mengganggu iklim belajar mengajar
yang kondusif
PROFESI KEGURUAN 48
e. Mempelajari strategi dan prosedur pengelolaan kelas yang bersifat
preventif
f. Menggunakan strategi dan prosedur pengelolaan kelas yang bersifat
preventif
g. Menggunakan ptosedur pengelolaan kelas yang bersifat kuratif
Kemampuan ini menggambarkan keterampilan guru dalam merancang,
menata dan mengatur sumber-sumber belajar, agar tercapai suasana
pengajaran yang efektif dan efisien. Jenis kemampuan yang harus dimiliki
guru adalah:
a. Mengatur tata ruang kelas untuk pengajaran
Kemampuan ini dapat dikuasai dengan cara:
Mempelajari macam-macam pengaturan tempat duduk dan setting
ruang kelas sesuai dengan tujuan-tujuan instruksional yang
hendak dicapai
Mempelajari criteria penggunaan macam-macam pengaturan
tempat duduk dan setting ruangan.
b. Menciptakan iklim belajar mengajar yang kondusif.
Kemampuan ini dapat dikuasai dengan cara berikut ini:
o Mempelajari factor-faktor yang mengganggu iklim belajar
mengajar yang kodusif
o Mempelajari strategi dan prosedur pengelolaan kelas yang bersifat
prefentif
o Menggunakan strategi dan prosedur pengelolaan kelas yang
bersifat prefentif
o Menggunakan prosedur pengelolaan kelas yang bersifat kuratif.
PROFESI KEGURUAN 49
Kemampuan ini pada dasarnya merupakan kemampuan menciptakan
kondisi belajar yang merangsang agar proses belajar mengajar dapat
berlangsung secara efektif dan efisien.
Ada lima jenis kemampuan memahami media dan sumber belajar, menurut
Cece Wijaya (1994) yaitu:
a. Mengenal, memilih dan menggunakan media. dengan cara:
o Mempelajari macam-macam media pendidikan
o Mempelajari criteria pemilihan criteria pendidikan
o Menggunakan media pendidikan
o Merawat alat-alat bantu belajar mengajar.
b. Membuat alat-alat bantu pelajaran sederhana.
Kemampuan ini dapat dikuasai dengan cara:
o Mengenali bahan-bahan yang tersedia di lingkungan sekolah untuk
membuat alat-alat bentu
o Mempelajari perkakas untuk membuat alat-alat bantu mengajar
o Menggunakan perkakas untuk membuat alat bantu mengajar.
c. Menggunakan dan mengelola laboratorium dalam rangka proses belajar
mengajar. Kemampuan ini dapat dikuasai dengan cara:
o Mempelajari cara-cara menggunakan laboratorium
o Mempelajari cara-cara dan aturan pengamanan kerja dilaboratorium
o Berlatih mengatur tata ruang laboratorium
o Mempelajari cara merawat dan menyimpan alat-alat.
d. Khusus untuk guru IPA, dapat mengembangkan laboratorium.
e. Menggunakan perpustakaan dalam proses belajar mengajar. Kegiatan
yang dapat dilakukan adalah:
o Mempelajari fungsi-fungsi perpustakaan dalam proses belajar
mengajar
o Mempelajari macam-macam sumber perpustakaan
o Menggunakan macam-macam sumber kepustakaan
o Mempelajari criteria pemilihan sumber kepustakaan
o Menilai sumber-sumber kepustakaan.
PROFESI KEGURUAN 50
5. Penguasaan landasan-landasan pendidikan
Kemampuan menguasai landasan-landasan kependidikan berkaitan dengan
kegiatan sebagai berikut:
a. Mempelajari konsep dan masalah pendidikan dan pengajaran dengan
sudut tinjauan sosiologis, filosofis, historis, dan psikologis
b. Mengenal fungsi sekolah sebagai lembaga social yang secara potensial
dapat memajukan masyarakat dalam arti luas serta pengaruh timbal
balik antar sekolah dan masyarakat
c. Mengenal karakteristik peserta didik baik secara fisik maupun
psikologis.
6. Mampu menilai prestasi belajar mengajar
Kemampuan ini adalah kemampuan dalam mengukur perubahan tingkah
laku siswa dan kemampuan mengukur kemahiran diri sendiri dalam
merencanakan dan melaksanakan pengajaran.
Kemampuan menilai prestasi belajar mengajar perlu dimiliki oleh guru.
qKemampuan yang dimaksud adalah ke-mampuan mengukur perubahan
tingkah laku peserta didik dan kemampuan mengukur kemahiran dirinya
dalam mengajar dan dalam membuat program.
Dalam setiap pekerjaan evaluasi ada tiga sasaran yang hendak dicapai,
yaitu:
a. Prestasi berupa pernyataan dalam bentuk angka dan nilai tingkah laku
b. Prestasi mengajar berupa pernyataan lingkugan yang mengamatinya
melalui penghargaan atas prestasi yang dicapainya
c. Keunggulan program yang dibuat guru, karena relavan dengan
kebutuhan peserta didik dan lingkungannya.
Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan guru dalam menilai prestasi
peserta didik untuk kepentingan pengajaran adalah sebagai berikut:
a. Mempelajari fungsi penilaian
b. Mempelajari bermacam-macam teknik dan prosedur penilaian
c. Menyusun teknik dan prosedur penilain
d. Mempelajari criteria pemilihan teknik dan prosedur penilaian
e. Menggunakan teknik dan prosedur pengajaran
PROFESI KEGURUAN 51
f. Mengolah dan menginterpretasi hasil penilaian
g. Menggunakan hasil-hasil penilaian untuk perbaikan proses belajar
mengajar
h. Menilai teknik dan prosedur penilaian
i. Menilai keefektifan program pengajaran.
PROFESI KEGURUAN 52
Ilmu pengetahuan dan teknologi terus berkembang untuk menyesuaikan
diri dengan perkembangan ilmu pengetehuan dan teknologi. Guru harus terus
menerus mengembangkan dirinya agar wawasannya menjadi luas sehingga
dapat mengikuti perubahan dan perkembangan profesinya yang didasari oleh
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut.
PROFESI KEGURUAN 53
Guru perlu mengikuti perkembangan yang terjadi dalam dunia pendidikan
dan pengajaran, terutama hal-hal yang menyangkut pelaksanaan tuga-tugas
pokoknya di sekolah. Setiap guru perlu memiliki kemampuan untuk
memahami hbasil-hasil penelitian itu dengan tepat sehingga mereka perlu
memiliki wawasan yang memadai tentang prinsip-prinsip dasar dan cara-cara
melaksanakan penelitian pendidikan.
Kegiatan yang dapat dilakukan oleh guru adalah sebagai berikut:
a. Mempelajari dasar-dasar penggunaan metode ilmiah dalam penelitain
pendidikan
b. Mempelajari teknik dan prosedur penelitian pendidikan terutama sebagai
konsumenhasil-hasil penelitian pendidikan
c. Menafsirkan hasil-hasil penelitian untuk perbaikan pengajaran
d. Mampu menyelenggarakan penelitian sederhana untuk keperluan
pengajaran.
PROFESI KEGURUAN 54
pengadministrasian sekolah, mengatasi kelangkaan sumber belajar,
membimbing siswa merawat sumber-sumber belajar lainnya.
Di samping kegiatan akademis, guru harus mampu menyelenggarakan
administrasi sekolah, menurut Ary Gunawan (1989) guru duharapkan :
a. Mengenal secara baik pengadministrasian kegiatan sekolah
b. Membantu dalam melaksanakan kegiatan administrasi sekolah
c. Mengatasi kelangkaan sumber belajar bagi dirinya dan bagi sekolah
d. Membimbing peserta didik merawat alat-alat pelajaran dan sumber
belajar secara tepat.
PROFESI KEGURUAN 55
16. Memahami kurikulum dan perkembangannya
Guru harus memahami konsep dasar dan langkah-langkah pokok dalam
pengembangan kurikulum.
Salah satu tugas guru adalah melaksanakan kurikulum dengan sebaik-
baiknya. Oleh karena itu, guru perlu memahami konsep-konsep dasar dan
langkah-langkah pokok dalam pengembangan kurikulum.
PROFESI KEGURUAN 56
2.3 Kompetensi Sosial
2.3.1 Pengertian Kompetensi Sosial
a. Menurut Adam (dalam Martani & Adiyanti, 1991) kompetensi sosial
mempunyai hubungan yang erat dengan penyesuaian sosial dan kualitas
interaksi antar pribadi. Membangun kompetensi sosial pada kelompok
bermain dapat dimulai dengan membangun interaksi di antara anak-anak,
interaksi yang dibangun dimulai dengan bermain hal-hal yang sederhana,
misalnya bermain peran, mentaati tata tertib dalam kelompoknya, sehingga
kompetensi sosialnya akan terbangun.
b. Kompetensi sosial merupakan salah satu jenis kompetensi yang harus dimiliki
oleh anak-anak dan pemilikan kompetensi ini merupakan suatu hal yang
penting. Menurut Leahly (1985) kompentensi merupakan suatu bentuk atau
dimensi evaluasi diri (self evaluation), dengan kompetensi yang dimilikinya.
c. Ross-Krasnor (Denham dkk, 2003) mendefinisikan kompetensi sosial sebagai
keefektifan dalam berinteraksi, hasil dari perilaku-perilaku teratur yang
memenuhi kebutuhan-kebutuhan pada masa perkembangan dalam jangka
pendek maupun dalam jangka panjang. Bagi anak pra sekolah, perilaku yang
menunjukkan kompetensi sosial berkisar pada tugas-tugas utama
perkembangan yaitu menjalin ikatan positif dan self regulations selama
berinteraksi dengan teman sebaya. Dalam pandangan teoritis kompetensi
sosial, terdapat dua fokus pengukuran yaitu pada diri atau orang lain, dalam
hal ini adalah mengukur kesuksesan anak dalam memenuhi tujuan pribadi
atau hubungan interpersonal anak.
d. Kompetensi sosial adalah kemampuan anak untuk mengajak maupun
merespon teman- temannya dengan perasaan positif, tertarik untuk berteman
dengan teman-temannya serta diperhatikan dengan baik oleh mereka, dapat
memimpin dan juga mengikuti, mempertahankan sikap memberi dan
menerima dalam berinteraksi dengan temannya (Vaughn dan Waters dalam
Sroufe dkk, 1996), dikarenakan anak-anak prasekolah lebih memilih teman
bermain yang berperilaku proporsional (Hart dkk. dalam Papalia dkk, 2002).
PROFESI KEGURUAN 57
e. Kompetensi sosial adalah karakter, sikap dan perilaku atau kemauan dan
kemampuan untuk membangun simpul-simpul kerja sama dengan orang lain
yang relative bersifat stabil ketika menghadapi permasalahan di tempat kerja
yang terbentuk malalui sinergi atau watak, konsep diri, motivasi internal serta
kapasitas pengetahuan sosial ( Spencer dan Spencer, 1993 : 39 ).
f. Norman D. Livergood “Social Intelligence : the human capacity to
understand whats happening in the world and respondingto that
understanding in a personally and socially effective manner”. Menurut Karl
Alberch (2006) terdapat lima dimensi kecerdasan sosial, yaitu
1. Situational Awareness. Kesadaran akan situasi yang dapat membuat
orang lain merasa senang dan nyaman.
2. Presence. Yaitu kehadiran yang dapat membuat orang lain merasa
senang dan nyaman.
3. Authenticity. Keorisinilan dalam bersikap, dapat menerima keadaan
sendiri dan mau menerima keadaan orang lain.
4. Clarity. Yaitu kejelasan dalam berkomunikasi dan memberikan
informasi kepada orang lain.
5. Emphaty. Yaitu dapat turut merasakan kondisi orang lain serta penuh
perhatian dalam berinteraksi dengan orang lain.
g. Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 pada
Pasal 4 ayat 1, menyatakan "pendidikan diselenggarakn secara demokratis
dan berkeadilan Berta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak
asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa".
Pernyataan -ini menunjukkan bahwa pendidikan diselenggarakan secara
demokratis dan berkeadilan, tidak dapat diurus dengan paradigma birokratik.
Karena jika paradigma birokratik yang dikedepankan, tentu ruang
kreatifitasdan invoasi dalam penyelenggaraan pendidikan khususnya pada
satuan pendidikan sesuai semangat UU SPN 2003 tersebut tidak akan
terpenuhi. Penyelenggaraan pendidikan secara demokratis khususnya dalam
memberi layanan belajar kepada peserta didik mengandung dimensi sosial,
oleh karena itu dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik mengedepankan
sentuhan sosial.Artinya kompetensi sosial terkait dengan kemampuan guru
PROFESI KEGURUAN 58
sebagai makhluk sosial dalam berinteraksi dengan orang lain. Sebagai
makhluk sosial guru berperilaku santun, mampu berkomunikasi dan
berinteraksi dengan lingkungan secara efektif dan menarik mempunyai rasa
empati terhadap orang lain. Kemampuan guru berkomunikasi dan
berinteraksi secara efektif dan menarik dengan peserta didik, sesama
pendidik dan tenaga kependidikan, orangtua dan wali peserta didik,
masyarakat sekitar sekolah dan sekitar di mana pendidik itu tinggal, dan
dengan pihak-pihak berkepentingan dengan sekolah.Kondisi objektif ini
menggambarkan bahwa kemampuan sosial guru tampak ketika bergaul dan
melakukan interaksi sebagai profesi maupun sebagai masyarakat, dan
kemampuan mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
h. Kompetensi sosial menurut Slamet PH (2006) terdiri dari:
1. memahami dan menghargai perbedaan (respek)serta memiliki
kemampuan mengelola konflik dan benturan;
2. melaksanakan kerjasama secara harmonis dengan kawan sejawat,
kepala sekolah dan wakil kepala sekolah dan pihak-pihak terkait
lainnya;
3. membangun kerja tim (teamwork) yang kompak, cerdas, dinamis,
dan lincah,
4. melaksanakan komunikasi (oral, tertulis, tergambar) secara efektif
dan menyenangkan dengan seluruh warga sekolah, orangtua peserta
didik, dengan kesadaran sepenuhnya bahwa masing-masing memiliki
pecan dan tanggungjawab terhadap kemajuan pembelajaran;
5. memiliki kemampuan memahami dan menginternalisasikan
perubahan lingkungan yang berpengaruh terhadap tugasnya;
6. memiliki kemampauan mendudukkan dirinya dalam sistem nilai
yang berlaku di masyarakatsekitarnya; dan
7. melaksanakan prinsip-prinsip tata kelola yang baik (misalnya:
partisipasi, tranparasi, akutabilitas, penegakan hokum, dan
profesionalisme).
Pada kompetensi sosial, masyarakat adalah menyangkut perangkat
perilaku yang merupakan dasar bagi pemahaman diri dengan bagian yang tidak
PROFESI KEGURUAN 59
terpisahkan dari lingkungan sosial serta tercapainya interaksi sosial secara objektif
dan efisien.Ini merupakan penghargaan guru di masyarakat, sehingga mereka
mendapatkan kepuasan diri dan menghasilkan kerja yang nyata dan efisien,
terutama dalam pendidikan nasional. Kompetensi sosial mencakup perangkat
perilaku yang menyangkut: Kemampuan interaktif yaitu kemampuan yang
menunjang efektivitas interaksi dengan orang lain seperti keterampilan ekspresi
diri, berbicara efektif, memahami pengaruh orang lain terhadap diri sendiri,
menafsirkan motif orang lain, mencapai rasa aman bersama orang lain:
Ketrampilan memecahkan masalah kehidupan seperti mengatur waktu, uang,
kehidupan berkeluarga, memahami nilai kehidupan dan sebagainya. Sedangkan
kompetensi spritual yaitu pemahaman, penghayatan dan pengamalan kaidah
agama dalam berbagai aspek kehidupan.Dengan demikian indikator kemampuan
sosial guru adalah mampu berkomunikasi dan bergaul dengan peserta didik,
sesama pendidik dan tenaga kependidikan, orangtua dan wali murid, masyarakat
dan lingkungan sekitar, dan mampu mengembangkan jaringan.
PROFESI KEGURUAN 60
1. Aspek normatif kependidikan, yaitu untuk menjadi guru yang baik tidak
cukup digantungkan kepada bakat, kecerdasan, dan kecakapan saja, tetapi
juga harus beritikad baik sehingga hal ini bertautan dengan norma yang
dijadikan landasan dalam melaksanakan tugasnya
2. Pertimbangan sebelum memilih jabatan guru
3. Mempunyai program yang menjurus untuk meningkatkan kemajuan
masyarakat dan kemajuan pendidikan.
Johnson sebagaimana dikutip Anwar mengemukakan kemampuan sosial
mencakup kemampuan untuk menyesuaikan diri kepada tuntutan kerja dan
lingkungan sekitar pada waktu membawakan tugasnya sebagai guru.
Arikunto mengemukakan kompetensi sosial mengharuskan guru memiliki
kemampuan komunikasi sosial baik dengan peserta didik, sesama guru, kepala
sekolah, pegawai tata usaha, bahkan dengan anggota masyarakat. Berdasarkan
uraian di atas, kompetensi sosial guru tercermin melalui indikator:
1. interaksi guru dengan siswa
2. interaksi guru dengan kepala sekolah
3. interaksi guru dengan rekan kerja
4. interaksi guru dengan orang tua siswa
5. interaksi guru dengan masyarakat.
Selain itu ada juga indikator yang diungkapkan oleh Irwan Nasution dan
Amiruddin Siahaan mengenai kompetensi sosial seorang guru, yaitu
1. Berkomunikasi lisan, tulisan, dan isyarat
2. Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara
fungsional
3. Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik,
tenaga kependidikan, pimpinan satuan pendidikan, orang tua/wali
peserta didik, bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar
dengan mengindahkan norma serta sisitem nilai yang berlaku
4. Menerapkan prinsip-prinsip persaudaraan sejati dan semangat
kebersamaan.
PROFESI KEGURUAN 61
2.3.3 Peran Sosial Guru Dalam Masyarakat
Keberadaan guru di tengah masyarakat bisa dijadikan teladan dan juga
rujukan maasyarakat sekitar. Disinilah nilai strategis seorang guru sebagai
penebar cahaya kebenaran dan keagungan nilai terpancar kuat. Hal ini
meniscayakan seorang guru untuk selalu On The Right Track (pada jalan yang
benar), tidak menyimpang dan tidak berbelok, sesuai dengan ajaran agama yang
suci, adat istiadat yang baik, dan aturan pemerintah.
Posisi strategis seorang guru tidak hanya bermakna pasif, justru harus
bermakna Aktif Progresif. Dalam arti, guru harus bergerak memberdayakan
masyarakat menuju kualitas hidup yang baik dan perfect di segala aspek
kehidupan, khususnya pengetahuan moralitas, sosial, budaya, dan ekonomi
kerakyatan. Karena itu gurur memiliki bebrapa peran penting di tengah
masyarakat, antara lain:
a. Pendidik
Pentingnya mendidik anak secara bertanggung jawab, wajibnya
bekerja yang halal, dijauhkan dari pekerjaan yang dilarang dan
menekankan hidup bersama yang harmonis, kolektif dan dinamis bersama
elemen masyarakat lain.
b. Penggerak potensi
Selain sebagai pendidik ia juga seoarang penggerak yang aktif
menggerakkan potensi besar ummat untuk kesejahteraan dan kemajauan.
Jangan sampai potensi besar alam, misalnya dimanfaatkan oleh pihak
industri untuk melakukan eksploitasi secara semena-mena sementara
rakyat sekitar tidak mendapatkan apa-apa. Hal ini banyak terjadi di banyak
tempat. Masyarakat akhirnya diam saja, karena takut terhadap berbagai
ancaman kalau berani mengusik kepentingan pihak industri yang di
backup penuh kalangan pemerintah dan pihak keamanan.
c. Pengatur irama
Disinilah peran seorang guru sebagai pengatur irama, harus jeli
membaca potensi seseorang menempatkannya pada posisi yang tepat, dan
mengatur irama permainan yang saling melengkapi, menyempurnakan,
PROFESI KEGURUAN 62
dan menutupi kelemahan masing-masing. Jadilah ia sebuah kekuatan
dahsyat yang akan membawa perubahan besar dalam kehidupan sosial.
d. Pengengah konflik
Peran guru sebagi pengah konflik yaitu mampu mencari solusi dari
permasalahan yang ada dengan kepala dingin, mengedepankan akal dan
hati dari pada nafsu amarah, mengutamakan pendekatan psikologi
persuasif daripada emosional oportunis sanagat dinantikan demi
tercapainya kerukunan warga.
e. Pemimpin kultural
Seorang guru lebih enjoy bersama rakyat yang bebas dari
kepentingan pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Kalau masyarakat
akhirnya mendesak untuk menduduki kepemimpinan formal, ia akan
berkonsultasi dengan banyak elemen masyarakat. Kalau ternyata lebih
bermanfat hanya menjadi pemimpin kultural, ia akan konsisten di jalur
kultural yang luas dan tidak terbatas. Namun jika bermanfaat di jalur dua-
duanya tanpa ada resistensi dan konflik, maka ia akan menempatinya,
demi kemaslahatan berasama.
Dalam penjelasan pasal 10 ayat (1) ditegaskan bahwa yang dimaksud
dengan kompetensi social adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan
berinteraksi secara efektif dan efesien dengan perserta didik, sesama guru, orang
tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar”.
Pentingnya kompetensi social bagi seorang guru menurut Raihani (2007)
karena :
guru dan semua anggota sekolah adalah manusia yang merupakan
makhluk social.
aktifitas pendidikan sekolah adalah sebuah kerja tim, bukan kerja
individual.
eksistensi di lingkungan masyarakatnya.
Seorang guru yang kompeten berarti ia mampu untuk melakukan
pekerjaan keguruaanya dengan baik. Sementara itu, kompetensi social guru
merupakan kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk
berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik,
PROFESI KEGURUAN 63
tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar
(Kunandar, 2007; Trianto & Tutik, 2007). Defenisi ini menegaskan beberapa hal
sebagai berikut:
a. seorang guru atau pendidik adalah seorang manusia social yang terikat
dengan norma dan kaidah yang berlaku pada masyarakat dimana dia
tinggal dan beraktifitas.
b. kompetensi social guru dilihat dari bagaimana komunikasi dan
interaksinya dengan berbagai segmen masyarakat baik disekolah
maupun di luar sekolah.
c. stakeholders yang terlibat interaksi demgam guru meliputi siswa dan
siswi, sesama guru, staf administrasi sekolah, orangtua siswa, dan
masyarakat luas.
Kunandar (2007: 76) juga mengungkapkan bahwa ciri-ciri guru yang
memiliki kompetensi social yaitu:
a. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik.
b. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama
pendidik dan tenaga kependidikan
c. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang
tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar
Menurut Trianto dan Tutik dalam tulisan Raihani (2007, pp.77-78),
indicator-indikator kompetensi social guru dalam interaksinya dengan berbagai
pihak seperti disebutkan diatas dapat dirinci sebagai berikut:
1. Berkomunikasi secara efektif dan empatik dengan peserta didik, orang tua
peserta didik , sesame pendidik, tenaga kependidikan, dan masyarakat
sekitar:
Memahami dan melaksanakan prinsip-prinsip komunikasi
efektif dan empatik;
Mengevaluasi proses dan hasil komunikasi efektif dan empatik;
Memperbaiki proses komunikasi efektif dan empatik.
2. Berkontribusi terhadap pengembangan pendidikan di sekolah dan
masyarakat:
PROFESI KEGURUAN 64
Merancang berbagai program pendidikan di sekolah dan
masyarakat sekitar;
Menyelenggarakan berbagai program pendidikan di sekolah
dan masyarakat sekitar;
3. Berkontribusi terhadap pengembangan pendidikan di tingkat local,
regional, nasional, dan global
Mengidentifikasi dan menganalisa masalah-masalah pendidikan pada
tataran local, regional, nasional, dan global;
Mengembangkan alternative pemecahan masalah-masalah
pendidikan tataran local, regional, nasional, dan global;
Mendesain program pendidikan pada tataran local, regional,
nasional, dan global
4. Memanfaatkan teknologi komunikasi dan informasi (ICT) untuk
berkomunukasi dan mengembangkan diri:
Memahami berbagai perangkat (ICT)
Mengoperasikan secara efektif berbagai peralatan ICT untuk
berkomunikasi
Memanfaatkan perangkat ICT untuk berkomunikasi dan
mengembangkan kemampuan professional sebagai guru
PROFESI KEGURUAN 65
2.4 Kompetensi Kepribadian Guru
1. Pengertian Kompetensi Kepribadian Guru
Kompetensi kepribadian merupakan salah satu jenis kompetensi yang
perlu dikuasai guru, selain 3 jenis kompetensi lainnya: sosial, pedagogik, dan
profesional. Dalam Penjelasan Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan disebutkan bahwa kompetensi kepribadian guru
yaitu kemampuan kepribadian yang:
a. mantap;
b. stabil;
c. dewasa;
d. arif dan bijaksana;
e. berwibawa;
f. berakhlak mulia;
g. menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat;
h. mengevaluasi kinerja sendiri; dan
i. mengembangkan diri secara berkelanjutan.
Sementara itu, Permendiknas No. 16 Tahun 2007 tentang Kualifikasi dan
Kompetensi Guru menjelaskan kompetensi kepribadian untuk guru kelas dan
guru mata pelajaran, pada semua jenjang pendidikan dasar dan menengah, sebagai
berikut:
1. Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan
nasional Indonesia, mencakup:
a. menghargai peserta didik tanpa membedakan keyakinan yang dianut,
suku, adat-istiadat, daerah asal, dan gender;
b. bersikap sesuai dengan norma agama yang dianut, hukum dan sosial
yang berlaku dalam masyarakat, dan kebudayaan nasional Indonesia
yang beragam.
2. Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan
teladan bagi peserta didik dan masyarakat, mencakup:
a. berperilaku jujur, tegas, dan manusiawi;
b. berperilaku yang mencerminkan ketakwaan dan akhlak mulia;
PROFESI KEGURUAN 66
c. berperilaku yang dapat diteladani oleh peserta didik dan anggota
masyarakat di sekitarnya.
3. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan
berwibawa, mencakup:
a. menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap dan stabil; dan
b. menampilkan diri sebagai pribadi yang dewasa, arif, dan berwibawa.
4. Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi
guru, dan rasa percaya diri, mencakup:
a. menunjukkan etos kerja dan tanggung jawab yang tinggi;
b. bangga menjadi guru dan percaya pada diri sendiri; dan
c. bekerja mandiri secara profesional.
5. Menjunjung tinggi kode etik profesi guru, mencakup:
a. memahami kode etik profesi guru;
b. menerapkan kode etik profesi guru; dan
c. berperilaku sesuai dengan kode etik guru.
Kompetensi kepribadian adalah kompetensi yang berkaitan dengan
perilaku pribadi guru itu sendiri yang kelak harus memiliki nilai-nilai luhur
sehingga terpancar dalam perilaku sehari-hari. Pemahaman terhadap kompetensi
kepribadian guru harus di maknai sebagai suatu wujud sosok manusia yang utuh.
Guru sebagai tenaga pendidik yang tugas utamanya mengajar, memiliki
karakteristik kepribadian yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan
pengembangan sumber daya manusia. Kepribadian yang mantap dari sosok
seorang guru akan memberikan teladan yang baik terhadap anak didik maupun
masyarakatnya, sehingga guru akan tampil sebagai sosok yang patut “digugu”
(ditaati nasehat/ucapan/perintahnya) dan “ditiru” (di contoh sikap dan
perilakunya). Kepribadian guru merupakan faktor terpenting bagi keberhasilan
belajar anak didik.
Surya (2003:138) menyebut kompetensi kepribadian ini sebagai
kompetensi personal, yaitu kemampuan pribadi seorang guru yang diperlukan
agar dapat menjadi guru yang baik. Kompetensi personal ini mencakup
kemampuan pribadi yang berkenaan dengan pemahaman diri, penerimaan diri,
pengarahan diri, dan perwujudan diri.
PROFESI KEGURUAN 67
Gumelar dan Dahyat (2002:127) merujuk pada pendapat Asian Institut for
Teacher Education, mengemukakan kompetensi pribadi meliputi :
1. pengetahuan tentang adat istiadat baik sosial maupun agama
2. pengetahuan tentang budaya dan tradisi
3. pengetahuan tentang inti demokrasi
4. pengetahuan tentang estetika
5. memiliki apresiasi dan kesadaran sosial
6. memiliki sikap yang benar terhadap pengetahuan dan pekerjaan
7. setia terhadap harkat dan martabat manusia
Johnson dikutip Anwar (2004:63) mengemukakan kemampuan personal guru,
mencakup :
1. penampilan sikap yang positif terhadap keseluruhan tugasnya sebagai
guru, dan terhadap keseluruhan situasi pendidikan beserta unsur-unsurnya
2. pemahaman, penghayatan dan penampilan nilai-nilai yang seyogyanya
dianut oleh seorang guru
3. kepribadian, nilai, sikap hidup ditampilkan dalam upaya untuk menjadikan
dirinya sebagai panutan dan teladan bagi para siswanya
Arikunto (1993:239) mengemukakan kompetensi personal mengharuskan
guru memiliki kepribadian yang mantap sehingga menjadi sumber inspirasi bagi
subyek didik, dan patut diteladani oleh siswa. Berdasarkan uraian di atas,
kompetensi kepribadian guru tercermin dari indikator sikap dan keteladanan.
2. Arti Penting Kompetensi Kepribadian Guru
Penguasaan kompetensi kepribadian guru memiliki arti penting, baik bagi
guru yang bersangkutan, sekolah dan terutama bagi siswa. Berikut ini disajikan
beberapa arti penting penguasaan kompetensi kepribadian guru:
a. Ungkapan klasik mengatakan bahwa “segala sesuatunya bergantung pada
pribadi masing-masing”. Dalam konteks tugas guru, kompetensi
pedagogik, profesional dan sosial yang dimiliki seorang guru pada
dasarnya akan bersumber dan bergantung pada pribadi guru itu sendiri.
Dalam melaksanakan proses pembelajaran dan berinteraksi dengan siswa
akan banyak ditentukan oleh karakteristik kepribadian guru yang
bersangkutan. Memiliki kepribadian yang sehat dan utuh, dengan
PROFESI KEGURUAN 68
kerakteristik sebagaimana diisyaratkan dalam rumusan kompetensi
kepribadian di atas dapat dipandang sebagai titik tolak bagi seseorang
untuk menjadi guru yang sukses.
b. Guru adalah pendidik profesional yang bertugas untuk mengembangkan
kepribadian siswa atau sekarang lebih dikenal dengan karakter siswa.
Penguasaan kompetensi kepribadian yang memadai dari seorang guru akan
sangat membantu upaya pengembangan karakter siswa. Dengan
menampilkan sebagai sosok yang bisa di-gugu (dipercaya) dan ditiru,
secara psikologis anak cenderung akan merasa yakin dengan apa yang
sedang dibelajarkan gurunya. Misalkan, ketika guru hendak
membelajarkan tentang kasih sayang kepada siswanya, tetapi di sisi lain
secara disadari atau biasanya tanpa disadari, gurunya sendiri malah
cenderung bersikap tidak senonoh, mudah marah dan sering bertindak
kasar, maka yang akan melekat pada siswanya bukanlah sikap kasih
sayang, melainkan sikap tidak senonoh itulah yang lebih berkesan dan
tertanam dalam sistem pikiran dan keyakinan siswanya.
c. Di masyarakat, kepribadian guru masih dianggap hal sensitif dibandingkan
dengan kompetensi pedagogik atau profesional. Apabila ada seorang guru
melakukan tindakan tercela, atau pelanggaran norma-norma yang berlaku
di masyarakat, pada umumnya masyarakat cenderung akan cepat mereaksi.
Hal ini tentu dapat berakibat terhadap merosotnya wibawa guru yang
bersangkutan dan kepercayaan masyarakat terhadap institusi sekolah,
tempat dia bekerja.
d. Bukti-bukti ilmiah menunjukkan bahwa kompetensi kepribadian guru
berpengaruh terhadap perkembangan belajar dan kepribadian siswa. Studi
kuantitatif yang dilakukan Pangky Irawan (2010) membuktikan bahwa
kompetensi kepribadian guru memiliki hubungan erat dan signifikan
dengan motivasi berprestasi siswa. Sementara studi kualitatif yang
dilakukan Sri Rahayu (2008) menunjukkan bahwa kompetensi kepribadian
guru memiliki kontribusi terhadap kondisi moral siswa. Hasil studi
lain membuktikan tampilan kepribadian guru akan lebih banyak
PROFESI KEGURUAN 69
mempengaruhi minat dan antusiasme anak dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran (Iis Holidah, 2010)
Dari uraian singkat di atas, tampak terang bahwa begitu pentingnya
penguasaan kompetensi kepribadian bagi seorang guru. Kendati demikian dalam
tataran realita upaya pengembangan profesi guru yang berkaitan dengan
penguatan kompetensi kepribadian tampaknya masih relatif terbatas dan
cenderung lebih mengedepankan pengembangan kompetensi pedagogik dan
akademik (profesional). Lihat saja, dalam berbagai pelatihan guru, materi yang
banyak dikupas cenderung lebih bersifat penguatan kompetensi pedagogik dan
akademik. Begitu juga, kebijakan pemerintah dalam Uji Kompetensi Guru dan
Penilaian Kinerja Guru yang lebih menekankan pada penguasaan kompetensi
pedagogik dan akademik.
Sedangkan untuk pengembangan dan penguatan kompetensi kepribadian
seolah-olah dikembalikan lagi kepada pribadi masing-masing dan menjadi urusan
pribadi masing-masing. Oleh karena itu, marilah kita sama-sama mengambil
tanggung jawab ini dengan berusaha belajar memperbaiki diri-pribadi kita untuk
senantiasa berusaha menguatkan kompetensi kepribadian kita. Meski dalam
berbagai teori kepribadian disebutkan bahwa kepribadian orang dewasa cenderung
bersifat permanen, tetapi saya ingin mengutip apa yang disampaikan oleh sahabat
saya DR. Uhar Suharsaputra, M.Pd. dalam bukunya “Menjadi Guru
Berkarakter”, disebutkan bahwa: “Jika yakin bisa berubah, maka berubahlah…
Jika Anda ingin menjadi guru yang baik dan lebih baik, katakanlah terus pada
diri sendiri bahwa saya adalah guru yang baik dan lebih baik, dan bayangkan
bahwa Anda adalah guru yang baik dan lebih baik dengan kepribadian yang baik
dan lebih baik.”
Berkenaan dengan upaya peningkatan kepribadian, Essential Life Skill
memberikan tips 10 cara untuk meningkatkan kepribadian, yang isinya dapat
disarikan sebagai berikut:
1. Jadilah pendengar yang baik, jadikan teman bicara Anda merasa penting
dan dihargai
2. Perbanyaklah membaca dan perluas interes Anda,
3. Jadilah ahli pembicara yang baik,
PROFESI KEGURUAN 70
4. Milikilah gagasan yang berbeda dan unik sehingga dapat memperluas
perspektif setiap orang tentang Anda,
5. Temui orang-orang baru, terutama yang berbeda dengan Anda, sehingga
wawasan Anda menjadi semakin luas,
6. Jadilah diri Anda sendiri, dengan menunjukkan keotentikan
dan keunikan yang Anda miliki,
7. Milikilah sikap dan pandangan positif,
8. Jadilah orang yang menyenangkan dan memiliki rasa humor,
9. Bersikap suportif kepada orang lain yang membutuhkan Anda, dan
10. Miliki integitas dan perlakukan setiap orang dengan penuh hormat.
3. Fungsi Kompetensi Kepribadian Guru
Guru harus menjadi contoh dan teladan, membangkitkan motif belajar siswa
serta mendorong/memberikan motivasi dari belakang. Dalam arti sebagai seorang
guru dituntut melalui sikap dan perbuatan menjadikan dirinya pola panutan dan
ikutan orang-orang yang di pimpinnya. Dalam hal ini siswa-siswa di sekolahnya,
juga sebagai seorang guru dituntut harus mampu membangkitkan semangat
berswakarsa dan berkreasi pada orang-orang yang dibimbingnya serta harus
mampu mendorong orang-orang yang di asuhnya agar berani berjalan di depan
dan sanggup bertanggung jawab.
Hakikat guru pendidik adalah bahwa ia digugu dan ditiru.
Berdasarkan uraian diatas, fungsi kompetensi kepribadian guru adalah
memberikan bimbingan dan suri teladan, secara bersama-sama mengembangkan
kreativitas dan membangkitkan motif belajar serta dorongan untuk maju kepada
anak didik.
4. Ruang Lingkup Kompetensi Kepribadian
Ruang lingkup kompetensi kepribadian guru tidak lepas dari falsafah hidup,
nilai-nilai yang berkembang di tempat seorang guru berada, tetapi ada beberapa
hal yang bersifat universal yang mesti dimiliki oleh guru dalam menjalankan
fungsinya sebagai makhluk individu (pribadi) yang menunjang terhadap
keberhasilan tugas pendidikan yang di embannya.
Untuk meningkatkan kompetensi, guru dituntut untuk menatap dirinya dan
memahami konsep dirinya. Seorang guru harus mampu berkaca pada dirinya
PROFESI KEGURUAN 71
sendiri, bila ia berkaca ia akan melihat bukan satu pribadi, tetapi ada tiga pribadi
yaitu:
1. Saya dengan konsep diri saya (self concept)
2. Saya dengan ide saya (self idea)
3. Saya dengan realita diri saya (self reality)
Ruang lingkup kompetensi kepribadian guru tidak lepas dari falsafah hidup,
nilai-nilai yang berkembang di tempat seorang guru berada, tetapi ada beberapa
hal yang bersifat universal yang mesti dimiliki oleh guru dalam menjalankan
fungsinya sebagai makhluk individu (pribadi) yang menunjang terhadap
keberhasilan tugas pendidikan yang di embannya.
Kemampuan pribadi menurut sanusi (1991) mencakup hal-hal sebagai berikut:
1. Penampilan sikap yang positif terhadap keseluruhan situasi pendidikan
beserta unsur-unsurnya.
2. Pemahaman, penghayatan dan penampilan nilai-nilai yang seyogianya
dianut oleh seorang guru.
3. Penampilan upaya untuk menjadikan dirinya sebagai panutan dan teladan
bagi siswanya.
Kompetensi kepribadian yang perlu dimiliki guru antara lain sebagai
berikut:
1. Guru sebagai manusia ciptaan Tuhan Yang Maha Esa berkewajiban untuk
meningkatkan iman dan ketaqwaannya kepada Tuhan, sejalan dengan
agama dan kepercayaan yang dianutnya. Contoh: seorang guru laki-laki
yang beragama Islam pada hari jumat melaksanakan ibadah sholat Jumat.
2. Guru memiliki kelebihan dibandingkan yang lain. Oleh karena itu perlu di
kembangkan rasa percaya pada diri sendiri dan tanggung jawab bahwa ia
memiliki potensi yang besar dalam bidang keguruan dan mampu untuk
menyelesaikan berbagai persoalan yang di hadapinya.
3. Guru senantiasa berhadapan dengan komunitas yang berbeda dan beragam
keunikan dari peserta didik dan masyarakatnya maka guru perlu untuk
mengembangkan sikap tenggang rasa dan toleransi dalam menyikapi
perbedaan yang ditemuinya dalam berinteraksi dengan peserta didik
maupun masyarakat.
PROFESI KEGURUAN 72
4. Guru diharapkan dapat menjadi fasilitator dalam menumbuh kembangkan
budaya berfikir kritis di masyarakat, saling menerima dalam perbedaan
pendapat dan menyepakatinya untuk mencapai tujuan bersama maka
dituntut seorang untuk bersikap demokratis dalam menyampaikan dan
menerima gagasan-gagasan mengenai permasalahan yang ada di
sekitarnya sehingga guru menjadi terbuka dan tidak menutup diri dari hal-
hal yang berada diluar dirinya.
5. Guru mampu mengembangkan dirinya sesuai dengan pembaharuan, baik
dalam bidang profesinya maupun dalamspesialisnya.
Berdasarkan Undang-undang Guru dan Dosen bagian penjelasan pasal 10
ayat (1) dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian adalah
kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta
menjadi teladan peserta didik”.
Kompetensi kepribadian adalah salah satu kemampuan yang sangat
dibutuhkan guru dalam melaksanakan tugas keguruannya. Seorang guru yang
memiliki kompetensi kepribadian meniscayakan dirinya memiliki kecendrungan
dan bakat untuk menjadi guru, sehingga ia pun akan selalu memiliki sikap
optimism dalam pekerjaanya sebagai guru, ia akan cepat dan tepat dalam
mengambil keputusan-keputusan keguruannya.
Kepribadian guru seperti yang digambarkan di atas dapat ditumbuh
kembangkan melalui beberapa tindakan seperti:
a. Membiasakan kesadaran berperilaku, sehingga apapun yang dilakukan bukan
tanpa alas an dan tanggung jawab pendidikan
b. Pembiasan dan pelatihan kepribadian secara terus menerus
c. Mencontoh perilaku orang-orang sukses dalam mendidik
d. Belajar dari sebuah kesalahan, dan lain sebagainya
Adapun indicator seorang guru yang memiliiki kompetensi kepribadiaan
antara lain adalah sebagai berikut:
a. Rendah Hati
b. Pemaaf
c. Disiplin
d. Adil
PROFESI KEGURUAN 73
e. Kreatif
f. Ikhlas
g. Jujur
h. Empati
i. Berani
j. Terbuka
k. Gigih
l. Pemurah
m. Supel
n. Sabar
o. Humoris
p. Penyayang
q. Apresiatif
r. Berwibawa
s. Santun
Sementara menurut Gimelar dan Dahsyat merujuk pada pendapat Asian
Institute for Teacher Eduation, mengemukakan kompetensi pribadi meliputi:
a. pengetahuan tentang adat istiadat baik social maupun agama,
b. pengetahuan tentang budaya dan tradisi,
c. pengetahuan tentang inti demokrasi,
d. pengetahuan tentang estetika,
e. memiliki apresiasi dan kesadaran social,
f. memiliki sikap yang benar terhadap pengetahuan dan pekerjaan,
g. setia terhadap harkat danm martabat manusia.
Kompetensi ini terkait dengan guru sebagai teladan, beberapa aspek
kompetensi ini misalnya:
a. Dewasa
b. Stabil
c. Arif dan bijaksana
d. Berwibawa
e. Mantap
f. Berakhlak mulia
PROFESI KEGURUAN 74
g. Menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat
h. Mengevaluasi kinerja sendiri
i. Mengembangkan diri secara berkelanjutan
PROFESI KEGURUAN 75
BAB III
PERAN GURU DALAM PEMBELAJARAN
PROFESI KEGURUAN 76
Pembelajaran adalah upaya pendidik untuk membantu agar siswa
melakukan kegiatan belajar. Dengan perkataan lain bahwa istilah pembelajaran
dapat diberi arti sebagai kegiatan sistematik dan sengaja dilakukan oleh pendidik
untuk membantu peserta didik agar tercapai tujuan pembelajaran. Kegiatan belajar
terjadi pada diri siswa sebagai akibat dari kegiatan membelajarkan. Setiap anak
telah dibekali berbagai potensi yang ada dalam dirinya, tugas pendidiklah
mengembangkan segala potensi yang dimiliki anak tersebut.
PROFESI KEGURUAN 77
c. Membantu mengembangkan aspek-aspek kepribadian siswa, seperti sikap,
nilai-nilai, dan penyesuaian diri
Demikianlah dalam proses belajar mengajar, guru tidak terbatas hanya
menyampaikan ilmu pengetahuan saja akan tetapi lebih dari itu, ia bertanggung
jawab akan keseluruhan perkembangan kepribadian murid. Ia harus mampu
menciptakan proses belajar yang sedemikian rupa, sehingga dapat merangsang
murid untuk belajar aktif dan dinamis dalam memenuhi kebutuhan dan mencapai
tujuan.
Mengingat peranannya yang begitu penting, maka guru dituntut untuk
memiliki pemahaman dan kemampuan secara komprehensif tentang
kompetensinya sebagai pendidik. Guru merupakan komponen paling menentukan
dalam sistem pendidikan secara keseluruhan, seperti yang di ungkapkan oleh
Brand dalam Educational Leadership menyatakan bahwa hampir semua usaha
reformasi pendidikan seperti pembaharuan kurikulum dan metode pembelajaran,
semua bergantung kepada guru. Tanpa penguasaan materi dan strategi
pembelajaran, serta tanpa dapat mendorong siswanya untuk belajar bersungguh-
sungguh, segala upaya peningkatan mutu pendidikan tidak akan mencapai hasil
yang maksimal.
Mengenai apa peranan guru itu ada beberapa pendapat para ahli yang
dijelaskan sebagai berikut :
a. Prey katz menggambarkan peranan guru sebagai komunikator, sahabat yang
dapat memberikan nasihata-nasihat, motivator sebagai pemberi inspirasi dan
dorongan, pembimbing dalam pengembangan sikap dan tingkah laku serta
nilai-nilai, orang yang menguasai bahan yang diajarkan.
b. Havighurts menjelaskan bahwa peranan guru di sekolah sebagai pegawai
(employe) dalam hubungan kedinasan, sebagai bawahan (subordinate)
terhadap atasannya, sebagai kolega dalam hubungannya dengan teman
sejawat, sebagai mediator dalam hubungannya dengan anak didik, sebagai
pengataur disiplin, evaluator dan pengganti orang tua.
c. James W. Brown, mengemukakan bahwa tugas dan peranan guru antara lain :
menguasai dan mengembangkan materi pelajaran , merencana dan
PROFESI KEGURUAN 78
mempersiapkan pelajaran sehari-hari, mengontrol dan mengevaluasi kegiatan
siswa.
d. Federasi dan Organisasi Profesional Guru Sedunia, mengungkapkan bahwa
peranan guru di sekolah, tidak hanya sebagai transmitter dari ide tetapi juga
berperan sebagai transformer dari nilai dan sikap.
PROFESI KEGURUAN 79
siswa. Biasanya apa yang dilakukan guru akan menjadi acuan bagi
siswa. Dengan demikian, berarti dalam konteks ini guru berperan
sebagai model dan teladan bagi setiap siswa.
2. Sebagai demonstrator guru harus dapat menunjukkan bagaimana
caranya agar setiap materi pelajaran bias lebih dipahami dan dihayati
oleh setiap siswa. Oleh karena itu, sebagai demonstrator erat kaitannya
dengan perencanaan strategi pembelajaran yang lebih efektir.
b. Guru sebagai pengelola kelas
Tujuan pengelolaan kelas adalah menyediakan dan menggunakan fasilitas
kelas untuk bermacam-macam kegiatan belajar dan mengajar agar mencapai
hasil belajar yang baik. Sebagai pengelola, guru berperan dalam menciptakan
iklim belajar yang memungkinkan siswa dapat belajar secara nyaman. Melalui
pengelolaan kelas yang baik guru dapat menjaga kelas agar tetap kondusif
untuk terjadinya proses belajar siswa.
c. Guru sebagai Fasilitator
Sebagai fasilitator, guru hendaknya memiliki pengetahuan dan
pemahaman yang cukup tentang media pendidikan, karena media pendidikan
merupakan alat komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses belajar
mengajar. Sebagai mediator, guru menjadi perantara hubungan antar manusia.
Dalam konteks kepentingan ini, guru harus terampil mempergunakan
pengetahuan tentang bagaimana orang berinteraksi dan berkomunikasi.
d. Guru sebagai Evaluator
Fungsi ini dimaksudkan agar guru mengetahui apakah tujuan yang telah
dirumuskan telah tercapai atau belum, dan apakah materi yang sudah diajarkan
sudah cukup tepat. Dengan melakukan penilaian guru akan dapat mengetahui
keberhasilan pencapaian tujuan, penguasaan siswa terhadap pelajaran serta
keefektifan metode mengajar. Dalam peran ini, guru menyimpulkan data atau
informasi tentang keberhasilan pembelajaran yang telah dilakukan.
PROFESI KEGURUAN 80
Terdapat dua fungsi dalam memerankan perannya sebagai evaluator, yaitu
:
1. Untuk menentukan keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan yang telah
ditentukan atau menentukan keberhasilan siswa dalam menyerap materi
kurikulum.
2. Untuk menentukan keberhasilan guru dalam melaksanakan seluruh
kegiatan yang telah dirancang dan diprogramkan.
e. Guru sebagai Motivator
Dalam proses pembelajaran. motivasi merupakan salah satu aspek dinamis
yang sangat penting. Sering terjadi siswa yang kurang berprestasi bukan
disebabkan kemampuannya yang kurang, tetapi dikarenakan tidak adanya
motivasi untuk belajar. Dengan demikian, siswa yang berprestasi rendah
belum tentu disebabkan oleh kemampuannya yang rendah pula, tetapi
mungkin disebabkan tidak ada dorongan motivasi dalam dirinya. Oleh sebab
itu, guru dituntut kreatif membangkitkan motivasi belajar siswa, karena pada
hakikatnya aktivitas belajar adalah aktivitas yang berhubungan dengan
keadaan mental seseorang. Dengan demikian apabila peserta didik belum siap
(secara mental) menerima pelajaran yang akan disampaikan, maka dapat
dipastikan bahwa pembelajaran yang dilaksanakan tersebut akan berjalan
dengan sia-sia dan tanpa makna.
Ada beberapa cara untuk memotivasi siswa dalam belajar, antara lain :
1. Memperjelas tujuan yang ingin dicapai;
2. Membangkitkan minat siswa;
3. Sesuaikan materi pelajaran dengan pengalaman dan kemampuan siswa;
4. Ciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar;
5. Berilah pujian yang wajar terhadap setiap keberhasilan siswa;
6. Ciptakan persaingan dan kerja sama.
f. guru adalah seorang pemimpin
Seorang guru juga adalah seorang pemimpin, dimana guru dituntut untuk
dapat mengarahkan dan memimpin siswanya kejalan yang benar, memberikan
tauladan, nasihat dan arahan-arahan sehingga siswanya tidak mengalami salah
jalan dan tujuan dalam kehidupannya.
PROFESI KEGURUAN 81
Guru sebagai pemimpin di kelasnya harus mampu menciptakan atmosfir
kelas yang ilmiah, agamis, dan menyenangkan. Hal ini sebagaimana dikatakan
Riawan Amin (2004) dalam bukunyab The Celestial Managemen, meskipun
dalam hal ini dimodifikasi oleh penulis sebagai berikut:
PROFESI KEGURUAN 82
panutan, motivator, dan membimbing sesuai dengan potensi yang
dimilikinya
Information Sharing,
yaitu guru sebagai pemimpin kelas harusmenguasai dan
berbagi informasi kpada peserta didik sehingga tercipta masyarakat
penguasa informasi.
Knowledge Sharing,
yaitu guru sebagai pemimpin kelas harus menguasai dan
berbagi ilmu pengetahuan kepada peserta didik, sehingga
menjadikan kelas yang masyarakat kelasnya memiliki sikap ingin
tauyang tinggi, selanjutnya menjadi masyarakat yang memiliki
kultur pencinta dan pencipta ilmu engetahuan,yaitu masyarakat
pecinta belajar.
Reward Sharing,
yaitu guru sebagai kelas yang berprestasi harus dapat
membangun masyarakat kelas yang mecintai prstasi. Oleh karena
itu, di dalam kelas harus dibangun kultur motif berprestasisecara
kompetitif dan sehat sehingga dapat melahirkan peserta didik
unggulan. Untuk itu, sepantasnya dalam masyrakat kelas yang
berprstasi perlu diibangi dengan perkembangan tradisi salaing
menghargai secara wajar antara peserta didik dan guru.
3. Guru dapat membangun kelas sebagai a place or warfare,
Yaitu menjadikan kelas bagai tempat untuk memajukan peerta
didik yang dikemas dalam kata MIKR.
Miltan,
yaitu guru sebagai pemimpin kelas harus menunjukan
sebagai militant sejati, dan harus menularkanya kepada peserta
didik sehingga dapat melahirkan lulusan unggulan yang mampu
besaing dan bersanding dalam kehidupannya.
Intelek,
yaitu guru sebagai pemimpin kelas harus
memilikikemampuan intelektual yang tinggi, dan dapat
PROFESI KEGURUAN 83
menularkanya kepada peserta didik melalui pemberdayaan akal
sehingga di dalam kelas tumbuh kembang kultur kebahagiaan
intelektual.
Kompetitif,
yaitu guru sebagai pemimpin kelas harus memiliki kinerja
unggul , sehingga peserta didik dapat menjai generasi yang mampu
bersaing dan bersanding di tengah lingkungannya.
Regeneratif,
yaitu guru sebagai pemimpin kelas harus mampu
mewariskan keunggulan kepada peserta didiknya sehingga mampu
untuk melakukan inovasi, baik secara discovery ( menemukan
sesuatu yang baru dalam lingkungannya,tetapi tidak baru di dalam
lingkungan yang lain tidak) maupun invention ( menemukan
sesuatu yang baru dan belum ditemuan di tempat manapun ).
Para pakar pendidikan di Barat telah melakukan penelitian tentang peran
guru yang harus dilakoni. Peran guru yang beragam telah diidentifikasi dan dikaji
oleh Pullias dan Young (1988), Manan (1990) serta Yelon dan Weinstein (1997).
Adapun peran-peran tersebut adalah sebagai berikut :
a. Guru Sebagai Pendidik
Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan dan
identifikasi bagi para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu,
guru harus memiliki standar kualitas tertentu, yang mencakup tanggung
jawab, wibawa, mandiri dan disiplin.
PROFESI KEGURUAN 84
seorang guru dalam pembelajaran, yaitu : Membuat ilustrasi,
Mendefinisikan, Menganalisis, Mensintesis, Bertanya, Merespon,
Mendengarkan, Menciptakan kepercayaan, Memberikan pandangan yang
bervariasi, Menyediakan media untuk mengkaji materi standar,
Menyesuaikan metode pembelajaran, Memberikan nada perasaan. Agar
pembelajaran memiliki kekuatan yang maksimal, guru-guru harus
senantiasa berusaha untuk mempertahankan dan meningkatkan semangat
yang telah dimilikinya ketika mempelajari materi standar.
PROFESI KEGURUAN 85
dalam berbagai keterampilan yang dikembangkan sesuai dengan materi
standar.
PROFESI KEGURUAN 86
lingkungannya yang menganggap atau mengakuinya sebagai guru. Ada
beberapa hal yang harus diperhatikan oleh guru : Sikap dasar, Bicara dan
gaya bicara, Kebiasaan bekerja, Sikap melalui pengalaman dan kesalahan,
Pakaian, Hubungan kemanusiaan, Proses berfikir, Perilaku neurotis,
Selera, Keputusan, Kesehatan, Gaya hidup secara umum perilaku guru
sangat mempengaruhi peserta didik, tetapi peserta didik harus berani
mengembangkan gaya hidup pribadinya sendiri. Guru yang baik adalah
yang menyadari kesenjangan antara apa yang diinginkan dengan apa yang
ada pada dirinya, kemudian menyadari kesalahan ketika memang bersalah.
Kesalahan harus diikuti dengan sikap merasa dan berusaha untuk tidak
mengulanginya.
PROFESI KEGURUAN 87
kekurangannya guru berusaha mencari apa yang belum diketahui untuk
meningkatkan kemampuannya dalam melaksanakan tugas. Sebagai orang
yang telah mengenal metodologi tentunya ia tahu pula apa yang harus
dikerjakan, yakni penelitian.
PROFESI KEGURUAN 88
kegiatan tersebut tidak dikerjakan dengan baik, maka bisa mengurangi
atau merusak keefektifan guru pada semua peranannya.
PROFESI KEGURUAN 89
merencanakan kembali pekerjaannya sehingga dapat dikontrol. Sebagai
aktor, guru berangkat dengan jiwa pengabdian dan inspirasi yang dalam
yang akan mengarahkan kegiatannya. Tahun demi tahun sang actor
berusaha mengurangi respon bosan dan berusaha meningkatkan minat para
pendengar.
PROFESI KEGURUAN 90
terdahulu adalah kurikulum. Guru juga harus mempunyai sikap positif
terhadap apa yang akan diawetkan.
PROFESI KEGURUAN 91
keterampilan/proses kerja, penguasaan penyesuaian interaksional, dan kepribadian
(rochman N.,2003).
Salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru adalah
performance (kinerja), yaitu “seperangkat perilaku kerja nyata ditunjukkan oleh
seseorang pada waktu melakasanakan tugas profesional/keahliannya ”.
Sementara kinerja (Performance) guru dapat diartikan sebagai
“Seperangkat prilaku guru yang terkait dengan gaya mengajar, kemampuan
berinteraksi dengan siswa, dan karakteristik pribadinya yang ditampilkan pada
waktu melaksanakan tugas profesionalnya sebagai pendidik
(pembimbing,pengajar,dan/atau pelatih)”.
Untuk mengetahuai apakah seorang guru telah melakukan kinerja
profesionalnya pada waktu mengajar dan bagaimana mutu kinerjanya tersebut,
maka guru perlu memiliki kemampuan untuk mengevaluasinya. Cara yang dapat
ditempuh untuk melakukan evaluasi tersebut diantaranya dengan menggunakan
skala penilaian diri (self evaluation), kuesioner yang memuat skala penilaian oleh
para siswa sebagai umpan balik (feedback) terhadap kompetensi kinerja tersebut,
dan skala penilaian oleh teman sejawa (peer evaluation).
Kinerja guru dalam melayani peserta didik dapat tergambarkan dalam
rumusan SERVICER, yaitu kepanjangan dari:
a. Smile and Simpathy
Guru dalam menjalankan tugasnya secara sadar harus
mempresentasikan wajah dngan penu snyuman sebagai wujud simpati dan
sambutan hangat (wellcome) terhadap peserta didik sehingga siswa lebih
merasa betah untuk melakukan proses pembelajaran. Pembelajaran harus
menjadi inspiratif dan pewujud kebahagiaan intelektual (intelektual
Happiness), kehagiaan emosional (emotional Happiness), kebahgiaan
spiritual (spiritual happiness), dan kebahagiaan dalam merekayasa
ancaman menjadi peluang (adversity happiness).
b. Emphaty and Enthusiasm
Guru dalam menjalankan tugasnya harus memiliki ribadi
merasakan dan melayani apa yang dirasakan dan dibutuhkan oleh peserta
didik dalam proses pembelajaran, serta dalam hidupnya dengan penuh
PROFESI KEGURUAN 92
antusias berusaha sekuat tenaga untuk meralisasikan potensi yang dimiliki
peserta didik dengan seoptimal mungkin.
c. Respect and Recovery
Guru dalam menjalankan tugasnya harus menaruh hormat dengan
menghargai terhadap peserta didik dengan setulus hati sehingga menjadi
kesan yang mendalam dan sekaligus merupakan daya pikat (magnetic
force) di hati peserta didik. Peserta didik dengan perlakuan oleh guru
manusiawi, guru harus menjadi obat yang mujarab bagi pemulihan
(recovery) peserta didik untuk kembali belajar dengan penuh gairah dan
kesungguhan
d. Vision and Victory
Guru dalam menjalankan tugasnya harus menunjukan komitmen
terdap masa depan siswa yang lebih baik (visioner) dan memberikan
keuntungan (victory) atau nilai tambah bagi kehidupannya secara unggul
komperatifdan kompetitif.
e. Iniatiatif, Inperesive, dan Inovatif
Guru dalam menjalankan tugasnya harus dapat membangun
prakarsa (inisiative) dengan penuh kesan positif (impressive) di hati para
peserta didik sehingga peserta didik merasa betah dan bebas untuk
melahirkan berbagai gagasan yang cemerlamg sebagai wujud adanya
adanya dorongan untuk melakukan inovasi secara berkelanjutan dalam
proses pembelajaran.
f. Care and Cooperative
Guru dalam menjalankan tugasnya harus dapat mengayomi sebagai
wujud kepedulian kepada peserta didik, yang dilakukan secara kooperatif
dengan sesame guru, kepalasekolah, peserta didik, atau dengan stake
holder lainnya, serta berupaya membangun perilaku peserta didik sesuai
dengan standar nrma yang berlaku dalam lingkungannya serta mampu
hidup berselancar dalam kesemerawutan (surfing on chaos) atau lebih jauh
mampu menyelam dalam kesemerawutan ( diving on chaos).
g. Emprowing and Enjoying
PROFESI KEGURUAN 93
Guru dalam menjalankan tugasnya harus mampu memberdayakan
(empowering) potensi peserta didik sesuai dengan kecerdasannya, bakat
dan minatnya sehingga para peserta didik merasa senang (enjoying)
denganpenuh kesadaran, komitmen, dan rasa tanggung jawab melaksankan
proses pembelajaran secara aktif, kreatif, evektif, inovatif, dan
menyenangkan. Proses belajar dengan rasa senang dapat menjadi solusi
dalam mengoptimalkan prestasi belajar siswa, dan dapat menghindari
terjadinya prestasi belajar siswa di bawah kemampuannya (under
achiever).
h. Result Oriented
Guru dalam menjalankan tugasnya harus ditunjukan kepada
pencapaian tujuan pembelajaran , baik yang tertuang dalam kompetensi
dasar, standar kompetensi, indicator belajar, Kriteria Kelulusan Minimal
(KKM), maupun dalam Standar Kompetensi Lulusan (SKL).
PROFESI KEGURUAN 94
Menurut Donald medley gaya mengajar guru ini merujuk kepada
kemampuan guru untuk menciptakan iklim kelas (classroom climate).
Sementara ahli lain menggambarkan gaya mengajar itu sebagai:
aspek ekspresif mengajar, yang menyangkut karakteristik hubungan
emosional antara guru, siswa, seperti hangat atau dingin;
aspek instrumental mengajar, yang menyangkut bagaimana guru
memberikan tugas-tugas, mengelola belajar, dan merancang aturan-
aturan kelas (Ornstein, 1990).
Lippitt dan White mengklasifikasikan gaya mengajar itu ke dalam tiga
kategori (study klasik), yaitu:
o autotitarium: guru mengarahkan keseluruhan kegiatan program
pembelajaran;
o demokrasi: guru mendorong dan melibatkan siswa untuk
berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran dan bertukar
pemikiran dalam proses pengambilan keputusan; dan
o laisses faire: guru tidak menetapkan tujuan, dan tidak memberikan
arahan atau aturan bagi tingkah laku kelompok atau individu siswa.
Hasil penelitian Lippit dan White dengan menggunakan tiga kategori
tersebut menunjukkkan bahwa:
a. para siswa yang diajar dengan gaya mengajar autoritarian kurang
memiliki kemampuan berinisiatif untuk melakukan suatu
kegiatan, menjadi tergantung kepada guru, bersifat agresif , dan
suka menentang terhadap pimpinan;
b. para siswa yang diajar dengan cara mengajar demokrasi memiliki
sikap bersahabat, mau bekerja sama dalam kelompok, dan dapat
mengrjakan tugas-tugas akademik tepat waktu; dan
c. para siswa yang diajar dengan gaya laissez-faire mengalami
kebingungan dan tidak produktif.
Louis Rubin (Ornstein, 1990) mendeskripsikan gaya mengajar ke dalam
enam aspek, yaitu sebagai berikut:
a. Explanatory, guru menjelaskan materi pelajaran dan aspek-aspek
lain yang terkait dengan pelajaran.
PROFESI KEGURUAN 95
b. Inspiratory, guru menstimulasi (memotivasi) siswa, dan
menampilkan keterlibatan emosional dalam mengajar.
Perkembangan teknologi mengubah peran guru dari pengajar yang
bertugas menyampaikan materi pembelajaran menjadi fasilitator yang bertugas
memberikan kemudahan belajar. Hal itu dimungkinkan karena perkembangan
teknologi menimbulkan banyak buku dengan harga relatif murah dan peserta
didik dapat belajar melalui internet tanpa batasan waktu dan ruang, belajar
melalui televisi, radio dan surat kabar yang setiap saat hadir di hadapan kita,
berikut disampaikan beberapa cara mengajar,antara lain:
PROFESI KEGURUAN 96
e. Guru berperan sebagai fasilator dalam proses pembelajaran peserta
didik.
III. Gaya Mengajar Personalisasi
a. Prosos pembelajaran dilakukan berdasarkan atas minat ,
pengalaman dan pola perkembangan mental peserta didik.
b. Pembelajaran berpusat pada pesrta didik (student centre)mengingat
peserta didik dipandang sebagai pribadi yang memiliki untuk
dikembangkan dan memiliki potensi untuk menyesuaikan diri denga
lingkungannya.
c. Guru berperan sebagai fasilitator dalam pelaksanaan pembelajaran,
peserta didik, mengingat guru sebagai pribadi professional yang
mengausai keahlian dalam psikologi dan metodologi.
IV. Gaya Mengajar Interaksional
a. Guru dan peserta didik sebagai mitra pelaksanaan pembelajaran,
dimana keduanya sama- sam dominan.
b. Guru dan peserta didik berusaha memodifikasi materi pembelajaran
dalam ragka mencari bentuk baru secara radikal, sebagi wujud adanya
proses transformasi.
c. Guru menciptakan iklim saling kebergantungan dalam proses
pembelajaran sehingga dapat memfasilitasi terjadinya dialog interaktif
antara peserta didik dalam upaya menciptakan gagasan- gagasan baru
yang penuh arti bagi kehidupan.
d. Materi pembelajaran lebih difokuskan pada masala- masalah
yangberhubungan dengan aspek cultural kontemporer sebagai wujud
adanya proses inovasi.
PROFESI KEGURUAN 97
Menjelaskan sikap, masalah, dan kepercayaan
Mencari kesulitan – kesulitan belajar agar siswa dapat
memecahkannya sendiri
Mebuat bahan- bahan kurikulum
Mengevaluasi hasil belajr, mencatatnya, dan melaporkannya
Memperkaya kegiatan belajar
Mengelola kelas
Mempartsifikasikan kegiatan sekolah
Mempartsifasikan diri di dalam kehidupan professional
PROFESI KEGURUAN 98
2. Komunikasi Non Verbal
Menurut Miles Patterson, komunikasi atau perilaku nonverbal di
dalam kelas terkait dengan lima fungsi guru yaitu;
providing information, atau mengelaborasi pernyataan verbal
regulating interactions, seperti menuunjuk seseorang
expressing intimacy or liking, seperti member senyuman atau
menepuk bahu siswa
exercising social control, memperkuat aturan kelas dengan
mendekati atau mengambil jarak
facilitating goals, menampilkan suatu ketrampilan yang
memerlukan aktivitas motorik atau gesture
Galloway mengemukakan bahwa komunikasi nonverbal guru
dipandang sebagai perilaku yang mendorong atau membatasi siswa.
Ekspresi muka, gesture, dan gerakan badab guru memberikan penaruh
kepada partisipasi dan penampilan siswa di kelas.
3. Karakteristik Pribadi
Ryans mengklasifikasikan karakteristik guru ke dalam 4 klster dimensi
guru yaitu :
Kreatif : guru yang kreatif bersifat imajinatif , senang
bereksperimen dan orisinal; sedangkan yang tidak kreatif
bersifat rutin, bersifat eksak dan berhati-hati;
Dinamis : guru yang dinamis bersifat energetic dan extrovert,
sedangkan yang tidak dinamis bersifat pasif, menghindar dan
menyerah;
Teroganisasi : guru bersifat sadar akan tujuan, pandai mencari
pemecahan masalah; sedangkan yang tidak terorganisasi bersifat
kurang sadar akan tujuan, tidak memiliki kemampuan
mengontrol ;
Kehangatan : guru yang memiliki kehangatan bersifat pandai
bergaul, ramah, sabar sedangkan yang dingin bersifat tidak
bersahabat, sikap bermusuhan dan tidak sabar.
PROFESI KEGURUAN 99
3.5 Keterampilan Dasar Mengajar bagi Guru
Keterampilan mengajar bagi guru diperlukan agar guru dapat
melaksanakan perannya dalam pengelolaan proses pembelajaran, sehingga
pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan efesien. Disamping itu,
keterampilan dasar merupakan syarat mutlak agar guru bias
mengimplementasikan berbagai strategi pembelajaran yang akan dibahas pada
bab-bab selanjutnya.
Ada beberapa keterampilan dasar yang harus dimiliki seorang guru, antara
lain:
a. Keterampilan membuka pelajaran,
yaitu kegiatan yang dilakukan guru untuk menciptakan suasana
siap mental dan menimbulkan perhatian siswa agar terpusat pada hal-
hal yang akan dipelajari
b. Keterampilan menjelaskan,
yaitu guru menyajikan informasi lisan yang diorganisasikan secara
sistematis dengan tujuan. Dalam mempunyai keterampilan penjelasan
guru dapat dengan mudah membimbing siswa untuk memahami suatu
konsep, teori, pertanyaan-pertanyaan, dll.
c. Keterampilan bertanya,
ketarampilan ini juga tidak kalah penting dengan keterampilan
yang lainnya. Mengapa demikian, sebab melalui keterampilan ini guru
dapat menciptakan suasana pembelajaran lebih bermakna. Dapat anda
rasakan, pembelajaran akan menjadi sangat membosankan manakala
selama berjam-jam guru hanya menjelaskan materi pelajaran tanpa
diselingi dengan pertanyaan, baik hanya sekedar pertanyaan
pancingan, atau pertanyaan untuk mengajak siswa berpikir.
d. Keterampilan memberikan Penguatan (reinforcement),
adalah segala bentuk respons, apakah bersifat verbal ataupun non
verbal, yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru
terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan memberikan informasi
atau umpan balik (feed back) bagi si penerima atas perbuatannya
i. Berikan Masukan
Berikan masukan para siswa dalam mengerjakan tugas mereka.
Gunakan kata-kata yang positif dalam memberikan komentar. Para siswa
akan lebih termotivasi terhadap kata-kata positif dibanding ungkapan
negatife. Komentar positif akan membangun kepercayaan diri. Ciptakan
situasi dimana Anda percaya bahwa seorang siswa bisa maju dan sukses di
masa datang.
3.7 Kesimpulan
Proses pembelajaran ataupun kegiatan belajar-mengajar tidak bisa lepas dari
keberadaan guru. Tanpa adanya guru pembelajaran akan sulit dilakukan, apalagi
dalam rangka pelaksanaan pendidikan formal, guru menjadi pihak yang sangat
vital. Guru memiliki peran yang paling atif dalam pelaksanaan pendidikan demi
mencapai tujuan pendidikan yang hendak dicapai. Guru melaksanakan pendidikan
melalui kegiatan pembelajaran dengan mengajar peserta didik atau siswa.
Siswa juga akan kesulitan dalam belajar ataupun menerima materi tanpa
keberadaan guru, hanya mengandalkan sumber belajar dan media pembelajaran
saja akan sulit dalam penguasaan materi tanpa bimbingan guru. Guru juga
memiliki banyak kewajiban dalam pembelajaran dari mulai merencanakan
pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran, hingga melakukan evaluasi
pembelajaran yang telah dilakukan.
Pembelajaran adalah upaya pendidik untuk membantu agar siswa
melakukan kegiatan belajar. Dengan perkataan lain bahwa istilah pembelajaran
dapat diberi arti sebagai kegiatan sistematik dan sengaja dilakukan oleh pendidik
untuk membantu peserta didik agar tercapai tujuan pembelajaran. Kegiatan belajar
terjadi pada diri siswa sebagai akibat dari kegiatan membelajarkan. Setiap anak
telah dibekali berbagai potensi yang ada dalam dirinya, tugas pendidiklah
mengembangkan segala potensi yang dimiliki anak tersebut.
1. Bersikap Peduli
Sikap peduli mengandung arti memberi perhatian penuh kepada
peserta didik sebagai pribadi dan memahami apa yang terjadi pada
dirinya. Sikap seperti ini memungkinkan seorang guru mampu
menyentuh dunia kehidupan individual peserta didik dan
terbentuknya suatu relasi yang bersifat membantu (helping
relationship).
2. Bersikap Konsisten
Sikap konsisen ialah bagaimana membantu peserta didik untuk
merasakan konskuensi tindakannya, dan bukan karena persamaan
perlakuan yang diberikan oleh guru. Prinsip konsistesi ini
mengandung implikasi bahwa peristiwa-peristiwa di dalam kelas
c. Bimbingan Sosial
Bimbingan sosial diarahkan kepada upaya membantu peserta didik
mengembangkan keterampilan sosial atau keterampilan berinteraksi di dalam
kelompok. Keterampilan sosial adalah kecakapan berinteraksi dengan orang
lain, dan cara-cara yang digunakan dalam berinteraksi tersebut sesuai dengan
aturan dan tujuan dalam konteks kehidupan tertentu. Dalam kehidupan peserta
didik (anak sekolah) kecakapan tersebut adalah kecakapan interaksi dengan
kelompok teman sebaya atau orang dewasa.
Proses belajar dan pembelajaran akan menjadi wahana bagi perkembangan
sosial peserta didik. Hal ini berarti bahwa bimbingan sosial dapat berlangsung
di dalam dan secara terpadu dengan proses belajar dan pembelajaran. Ditinjau
dari sudut pandanga bimbingan, proses belajar dan pembelajaran merupakan
wahana begi pengembangan keterampilan sosial, kesadaran saling bergantung,
dan kemampuan menerima serta mengikuti aturan kelompok.
d. Bimbingan Karier
Bimbingan karier disekolah diarahkan untuk menimbuhkan
kesadaran dan dan pemahaman peserta didik akan ragam kegiatan dan
pekerjaan di dunia sekitarnya, pengembangan sikap positif terhadap semua
jenis pekerjaan, pengembangan sikap positif terhadap orang lain, dan
pengembangan kebiasaan hidup yang positif. Bimbingan karier di sekolah
terkait erat dengan upaya membantu peserta didik untuk memahami apa yang
disukai dan apa yang tidak disukai, kecakapan diri, disiplin, dan mengontrol
kegiatan sendiri. Layanan bimbingan karier juga amat erat kaitannya dengan
layanan bimbingan lainnya karena kecakapan-kecakapan yang dikembangkan
dalam bimbingan belajar, bimbingan pribadi, maupun maupun bimbingan
sosial akan mendukung perkembangan karier peserta didik.
Bailey dan Nihlen dalam Satori (2007) menyarankan pengembangan
kesadaran karier di sekolah, khususnya di sekolah lanjutan hendaknya
dikembangkan secara terpadu dan mencakup hal-hal sebagai berikut:
a. Informasi yang difokuskan kepada tanggung jawab dan struktur
pekerjaan
b. Penyediaan waktu dan kesempatan bagi peserta didik untuk berbagi
pengetahuan tentang dunia kerja dan pengalaman yang diperolehnya
dari orang-orang sekitar tentang berbagai pekerjaan.
c. Penyediaan kesempatan bagi peserta didik untuk berinteraksi dengan
orang-orang yang bekerja di sekitarnya. Interaksi ini akan
menjembatani peserta didik dengan dunia kerja.
d. Penyediaan kesempatan bagi peserta didik untuk mengetahui
bagaimana orang merasakan pekerjaan atau profesi yang dipilihnya.
e. Penyediaan kesempatan bagi peserta didik untuk mengenali peran
faktor jenis kelamin (jender) dalam pekerjaan.
I. Identifikasi kasus
Identifikasi kasus merupakan langkah awal untuk menemukan
peserta didik yang diduga memerlukan layanan bimbingan dan konseling.
Robinson (Abin Syamsuddin Makmun, 2003) memberikan beberapa
pendekatan yang dapat dilakukan untuk mendeteksi peserta didik yang
diduga mebutuhkan layanan bimbingan dan konseling, yakni :
1. Call them approach;
melakukan wawancara dengan memanggil semua peserta didik
secara bergiliran sehingga dengan cara ini akan dapat ditemukan
peserta didik yang benar-benar membutuhkan layanan konseling.
2. Maintain good relationship;
menciptakan hubungan yang baik, penuh keakraban sehingga tidak
terjadi jurang pemisah antara guru pembimbing dengan peserta didik.
Hal ini dapat dilaksanakan melalui berbagai cara yang tidak hanya
terbatas pada hubungan kegiatan belajar mengajar saja, misalnya
melalui kegiatan ekstra kurikuler, rekreasi dan situasi-situasi informal
lainnya.
3. Developing a desire for counseling;
menciptakan suasana yang menimbulkan ke arah penyadaran
peserta didik akan masalah yang dihadapinya. Misalnya dengan cara
III. Diagnosis
Diagnosis merupakan upaya untuk menemukan faktor-faktor
penyebab atau yang melatarbelakangi timbulnya masalah peserta didik.
Dalam konteks Proses Belajar Mengajar faktor-faktor penyebab kegagalan
belajar peserta didik, bisa dilihat dari segi input, proses, ataupun out put
belajarnya
W.H. Burton membagi ke dalam dua faktor yang mungkin dapat
menimbulkan kesulitan atau kegagalan belajar peserta didik, yaitu :
a. faktor internal;
faktor yang besumber dari dalam diri peserta didik itu
sendiri, seperti : kondisi jasmani dan kesehatan, kecerdasan, bakat,
kepribadian, emosi, sikap serta kondisi-kondisi psikis lainnya;
b. faktor eksternal,
seperti : lingkungan rumah, lingkungan sekolah termasuk
didalamnya faktor guru dan lingkungan sosial dan sejenisnya.
IV. Prognosis
Langkah ini dilakukan untuk memperkirakan apakah masalah yang
dialami peserta didik masih mungkin untuk diatasi serta menentukan
berbagai alternatif pemecahannya, Hal ini dilakukan dengan cara
mengintegrasikan dan menginterpretasikan hasil-hasil langkah kedua dan
ketiga. Proses mengambil keputusan pada tahap ini seyogyanya terlebih
dahulu dilaksanakan konferensi kasus, dengan melibatkan pihak-pihak
yang terkait dengan masalah yang dihadapi siswa untuk diminta bekerja
sama guna membantu menangani kasus – kasus yang dihadapi.
a. Treatment
2. Kegiatan Pengayaan
Kigiatan pengayaan merupakan suatu bentuk layanan
bimbingan yang diberikan kepada seorang atau beberapa orang
siswa yang sangat cepat dalam belajar dengan memberikan tugas-
tugas tambahan untuk menambah atau memperluas pengetahuan
dan keterampilan yang telah dimilikinya dari proses belajar dan
pembelajaran sebelumnya. Kegiatan pengayaan ini dapat menjadi
motivasi bagi siswa yang bersangkutan untuk lebih bersemangat
dan lebih giat belajar dalam rangka mewujudkan dirinya secara
lebih baik sesuai dengan kemampuan dan potensi yang dimilikinya
karena merasa diperhatikan dan dihargai atas keberhasilan dan
kemampuannya dalam belajar. Selain itu, kegiatan pengayaan
dapat mencegah timbulnya dampak negatif dari para siswa yang
memiliki kecepatan tinggi dalam belajar seperti patah semangat,
salah tingkah, atau menjadi siswa pengganggu yang disebabkan
oleh terhambatnya saluran untuk mengembangkan potensi dan
kemampuan yang jika dibiarkan, hal ini dapat menurunkan prestasi
belajar mereka.
4.10. Kesimpulan
Peranan guru dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling dapat di bedakan
menjadi dua, yaitu :
5.4 Efektifitas & Efisiensi Pembelajaran (Metode yang Efektif & Efisien)
Beberapa poin emas tips lainnya dalam belajar ang efektif dan efisien:
1. Hari Pertama
Hari pertama sekolah, ulang kembali pelajaran yang didapat. Baca
secara singkat pelajaran yang akan diajarkan esok hari buat kerangkanya
saja. Begitu pelajaran itu diterangkan esoknya, Anda sudah punya
Intinya.. usaha, kerja keras mutlak diperlukan. Ingat! no have free luch!
Semuanya butuh kedisiplinan dan tekad yang kuat untuk moved on, menjadi lebih
baik. Serta yang paling utama diantara terutama yaitu BERDOA hanya kepada-
Nya semua keputusan, Ia yang Maha Menetukan, maka selalu berdoa dengan
khusyuk, agar dimudahkan jalan.
Tips bagi yang mau ujian, jangan takut atau cemas. Kesempatan akan
selalu ada jika Anda pandai mengambilnya, belajar dari sekarang sebelum
terlambat. Karena sesuatu yang terlambat sebenarnya sesuatu yang tidak pernah
dimulai. Jadi mulai dari sekarang, belajar yang baik, efektif, dan efisien.
“Jika Anda pasang niat sungguh-sungguh, berusaha keras, dan berdoa khusyuk,
maka impian Anda akan menjadi kenyataan.”
b. Prinsip-prinsip Pembelajaran
1. Perhatian dan motivasi
Perhatian dalam pembelajaran mempunyai peranan yang sangat
penting. Kenyataan menunjukkan bahwa tanpa perhatian tidak
mungkin terjadi pembelajaran baik dari pihak guru sebagai pengajar
maupun dari pihak peserta didik yang belajar. Perhatian peserta didik
akan timbul apabila bahan pelajaran yang dihadapinya sesuai dengan
kebutuhannya, apabila bahan pelajaran itu sebagai sesuatu yang
dibutuhkan tentu perhatian untuk mempelajarinya semakin kuat.
Secara psikologis, apabila sudah berkonsentrasi (memusatkan
perhatian) pada sesuatu maka segala stimulus yang lainnya tidak
diperlukan. Akibat dari keadaan ini kegiatan yang dilakukan tentu akan
sangat cermat dan berjalan baik. Bahkan akan lebih mudah masuk ke
dalam ingatan, tanggapan yang terang, kokoh dan lebih mudah untuk
diproduksikan.
Motivasi juga mempunyai peran penting dalam kegiatan
pembelajaran. Seseorang akan berhasil dalam belajar kalau keinginan
untuk belajar itu timbul dari dirinya. Motivasi dalam hal ini meliputi
dua hal:
a) mengetahui apa yang akan dipelajari,
b) memahami mengapa hal tersebut patut dipelajari.
Kedua hal ini sebagai unsur motivasi yang menjadi dasar permulaan
yang baik untuk belajar. Sebab tanpa kedua unsur tersebut kegiatan
pembelajaran sulit untuk berhasil.
Seseorang yang mempunyai motivasi yang cukup besar sudah
dapat berbuat tanpa motivasi dari luar dirinya. Itulah yang disebut
6. Tantangan
Kuantzu dalam Azhar Arsyad mengatakan”if you give a man
fish, he will have a single meal. If you teach him how to fish he will eat
all his life”. Pernyataan Kuantzu ini senada dengan prinsip
pembelajaran yang berupa tantangan, karena peserta didik tidak merasa
tertantang bila hanya sekedar disuapi sehingga dirinya tinggal menelan
apa yang diberikan oleh guru. Sebab, tanpa tantangan peserta didik
merasa masa bodoh dan kurang kreatif sehingga tidak berkesan materi
yang diterimanya.
Agar pada diri peserta didik timbul motiv yang kuat untuk
mengatasi hambatan dengan baik, maka materi pembelajaran juga
harus menantang sehingga peserta didik bergairah untuk mengatasinya.
Hal ini sejalan dengan prinsip pembelajaran dengan salah satu
prinsip konsep contextual teaching and learning yaitu inkuiri. Di mana
dijelaskan bahwa inkuiri merupakan proses pembelajaran yang
berdasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir
secara sistematis. Jadi, peserta didik akan bersungguh-sungguh dalam
menemukan masalahnya terlebih dahulu kemudian menemukan sendiri
jalan keluarganya.
5.6 Kesimpulan
Kata prinsip berasal dari bahasa Latin yang berarti “asas (kebenaran yang
menjadi pokok dasar berpikir, bertindak, dan sebagainya) dasar”.[11]Prinsip
merupakan sebuah kebenaran atau kepercayaan yang diterima sebagai dasar
dalam berfikir atau bertindak. Jadi prinsip dapat diartikan sebagai sesuatu yang
menjadi dasar pokok berpikir, berpijak atau bertindak.