PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini ada kegandrungan dalam masyarakat untuk menuntut
profesionalisme dalam bekerja. Walaupun istilah ini sering digunakan serampangan
tanpa jelas konsepnya, namun hal tersebut menunjukkan refleksi dari adanya tuntutan
yang makin besar dalam masyarakat akan proses dan hasil kerja yang bermutu, penuh
tanggung jawab, bukan hanya sekedar asal dilaksanakan.
Dikalangan profesi-profesi yang ada, terdapat kesepakatan tentang pengertian
profesi, yaitu profesi menunjuk pada suatu pekerjaan atau jabatan yang menuntut
keahlian, tanggung jawab, dan kesetiaan terhadap profesi. Namun, ketika dilacak
secara mendalam apa dibalik batasan itu, banyak perbedaan ditemukan. Seluk beluk
profesi tidaklah sederhana, bahkan mulai konsep dasar tentang profesi terdapat
perbedaan mendasar. Misalnya profesi tetentu mensyaratkan anggotanya layak
disebut profesional manakala pendidikannya sarjana keatas, dalam profesi lain hal ini
tidak penting.
Suatu profesi dimungkinkan karena ada kejelasan mengenai profesi itu: apa
bidang garapannya, siapa yang boleh mengerjakan profesi itu dan dengan kualifikasi
pendidikan/latihan bagaimana? Jadi, ada uraian yang jelas mengenai keahlian
(expertise), ada tujuan yang dirumuskan secara jelas, dan ada kualifikasi minimal
untuk disebut profesional. Semuanya jenis profesi yang ada dalam masyarakat, ada
yang sudah memenuhi kriteria.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang diamksud dengan profesi?
2. Apa saja syarat-syarat profesi?
3. Istilah apa yang berkenaan dengan profesi?
4. Apa saja tingkatan profesi?
5. Apa saja jenis-jenis profesi?
6. Apa urgensi profesional?
C. Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana konsep dasar profesi.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Profesi
Dalam kehidupan sehari-hari sering kali kita dengar kata profesi. Secara etimologi,
profesi berasal dari bahasa inggris profession atau bahasa latin profecus yang berarti
mengakui, pengakuan, menyatakan mampu atau ahli dalam melaksanakan pekerjaan
tertentu. Secara terminologi, profesi dapat diartikan suatu pekerjaan yang
mempersyaratkan pendidikan tinggi bagi pelakunya pada pekerjaan mental bukan
pekerjaan manual.1
1
Sudarwan Danim, Pengembangan Profesi Guru, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011),
Hlm: 101-102
2
Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, (Bandung: ALFABETA, 2013), Hlm: 195-
196
2
f. Otonomi dalam membuat keputusan tentang ruang lingkup kerja tertentu
(tidak diatur oleh orang luar).
g. Menerima tanggung jawab terhadap keputusan yang diambil dan unjuk kerja
yang ditampilkan yang berhubungan dengan layanan yang diberikan (langsung
bertanggung jawab terhadap apa yang diputuskannya, tidak dipindahkan ke
atasan atau instansi yang lebih tinggi). Mempunyai sekumpulan unjuk kerja
yang baku.
h. Mempunyai komitmen terhadap jabatan dan klien; dengan penekanan terhadap
layanan yang akan diberikan.
i. Menggunakan administrator untuk memudahkan profesinya; relatif bebas dari
supervisi dalam jabatan (misalnya dokter memakai tenaga administrasi untuk
mendata klien, sementara tidak ada supervisi dari luar terhadap pekerjaan
dokter sendiri).
j. Mempunyai organisasi yang diatur oleh anggota profesi sendiri.
k. Mempunyai asosiasi profesi dan atau kelompok ‘elit’ untuk mengetahui dan
mengakui keberhasilan anggotanya (keberhasilan tugas dokter dievaluasi dan
dihargai oleh organisasi Ikatan Dokter Indonesia (IDI), bukan oleh
Departemen Kesehatan).
l. Mempunyai kode etik untuk menjelaskan hal-hal yang meragukan atau
menyangsikan yang berhubungan dengan layanan yang diberikan.
m. Mempunyai kadar kepercayaan yang tinggi dari publik dan kepercayaan diri
setiap anggotanya (anggota masyarakat selalu meyakini dokter lebih tahu
tentang penyakit pasien yang dilayaninya).
n. Mempunyai status sosial dan ekonomi yang tinggi (bila dibanding dengan
jabatan lainnya).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan
berdasarkan bisang keahlian yang khusus dan kemampuan yang mempunyai tugas
utama dalam melayani masyarakat.
3
B. Syarat-syarat Profesi
Agar suatu pekerjaan dapat menjadi profesi diperlukan syarat-syaratkan
tertentu. Menurut Wirawan (dalam Departemen Agama,2001:12) menyebutkan suatu
jabatan dikatakan profesi apabila memenuhi persyaratan pokok suatu profesi, yaitu :
1. Pekerjaaan dilakukan secara penuh(komperehensif).
2. Memiliki dasar sains yang jelas
3. Aplikasi dari sains yang dimiliki.
4. Berasal dari lembaga pendidikan profesi.
5. Berprilaku profesional.
6. Berorientasi pada standar keprofesian.
7. Memiliki kode etik profesi3
Menurut Syafrudin Nurdin ada delapan kriteria yang harus dipenuhi oleh
suatu pekerjaan agar dapat disebut sebagai profesi, yaitu :
3
Trianto, Pengantar Penelitian Pendidikan bagi Pengembangan Profesi Pendidikan dan Tenaga
Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), Hlm: 13
4
Konsep Dasar Profesi, http://digilib.uinsby.ac.id/6465/2/Bab%201.pdf, 26 Maret 2019 pukul : 18.27
WIB
4
C. Istilah yang berkenaan dengan profesi
Diskusi tentang profesi melibatkan beberapa istilah yang berkaitan, yaitu profesi,
profesional, profesionalisme, profesionalisasi, dan profesionalitas. Sanusi et.al (dalam
Udin Syaefudin Saud 2013:6) menjelaskan kelima konsep tersebut sebagai berikut:
Profesi menunjuk pada suatu pekerjaan atau jabatan yang menuntut keahlian,
tanggung jawab, dan kesetiaan terhadap profesi. Suatu profesi secara teori tidak bisa
dilakukan oleh sembarang orang yang tidak dilatih dan disiapkan untuk itu.
5
sikap dan komitmen anggota profesi untuk bekerja berdasarkan standar yang tinggi
dan kode etik profesinya.5
D. Tingkatan Profesi
Tingkat profesi seseorang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan formal yang telah
dicapai (kualifikasi akademik). Berdasarkan jenjang kualifikasi akademik tingkat profesi
dibedakan menjadi beberapa kelompok:
1. Pra Profesional
Orang yang tugasnya membantu profesional. Pendidikan pra profesional lebih
rendah dari seorang profesional. Pendidikan pra profesional hanya sampai
program diploma I-III. Contoh, paramedis (perawat) yang tugasnya membantu
tenaga medis (dokter).
2. Profesional
Yaitu orang yang melaksanakan profesi yang berpendidikan minimal sarjana
dan mengikuti pendidikan profesi atau lulus ujian profesi. Disamping lulus
pendidikan sarjana dalam bidangnya juga harus mengikuti pendidikan profesi
(diklat khusus profesi). Misalnya diklat calon hakim dan pengawas. Dengan
cara demikian profesional dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Selain
diklat yang bersifat khusus, sebagai profesi biasanya juga mengikuti
pendidikan dan latihan yang berkaitan dan menunjang tugas keprofesian.
Pendidikan dan pelatihan dimaksud berupa pengalaman dalam mengikuti
kegiatan pendidikan dan pelatihan dalam rangka pengembangan atau
peningkatan kopetensi dalam melaksanakan tugas sebagai profesi, baik pada
tingkat kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, nasional maupun internasional.
3. Profesional spesialis
Yaitu tingkat tertinggi dalam dunia profesional. Profesional spesialis adalah
mereka yang pendidikannya minimal pascasarjana (Master, S2) atau graduate
study. Selain jenjang strata 2, dewasa ini beberapa profesi tertentu semisal
profesi dosen, mensyaratkan kualifikasi akademik minimal doctor (S3),
Khususnya diperuntukkan bagi para dosen yang akan mengampu jenjang
pendidikan bagi program magister dan program doktor sendiri. Hal yang sama
untuk profesi dokter dewasa ini juga dituntut untuk memiliki kualifikasi
akademik spesialis yaitu suatu jenjang yang setingkat dengan doktor (S-3).
E. Jenis-jenis Profesi
Jenis profesi dalam bidang pendidikan dibagi menjadi dua yaitu tenaga
pendidik dan tenaga kependidikan. Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan
5
Saud Syaefudin Saud, Pengembangan Profesi Guru, (Bandung: Alfabetam 2013), Hlm: 90
6
Nasional Nomor 20 Tahun 2003 khususnya Bab I Pasal 1 ayat (5) menyebutkan
bahwa tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan
diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan.
Selanjutnya pada ayat (6) dijelaskan pendidik adalah tenaga kependidikan
yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara,
tutor, instruktor, fasilitator dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta
berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.
1. Tenaga Kependidikan
Orang yang berpartisipasi dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan
pendidikan, walaupun secara tidak langsung terlibat dalam proses pendidikan,
diantaranya:
a. Kepala Satuan Pendidikan, yaitu orang yang diberi wewenang dan
tanggung jawab untuk memimpin satuan pendidikan tersebut. Kepala
Satuan Pendidikan harus mampu melaksanakan peran dan tugasnya
sebagai edukator, manajer, administrator, supervisor, leader, inovator,
motivator, figur dan mediator (Emaslim-FM) Istilah lain untuk Kepala
Satuan Pendidikan adalah:
i. Kepala Sekolah
Kepala Sekolah adalah seorang pemimpin pada sebuah sekolah
dan merupakan manajer tingkat atas pada sebuah organisasi
pendidikan (khususnya SD, SMP, SMA atau SMK). Kepala
sekolah mempunyai dua peran utama, pertama sebagai
pemimpin institusi bagi para guru, dan kedua memberikan
pimpinan dalam manajemen
Rektor
Rektor dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai pimpinan
lembaga perguruan tinggi. Di dalam Undang-Undang Sistim
Pendidikan Nasional 2009 (UU SISDIKNAS), Rektor adalah
pimpinan tertinggi perguruan tinggi yang berkewajiban
memajukan ilmu pengetahuan di masing-masing institusi
melalui pendidikan dan penelitian, serta memberikan kontribusi
maksimal kepada hal layak luas.
b. Wakil/Kepala Urusan, umumnya pendidik yang mempunyai tugas
tambahan dalam bidang yang khusus, untuk membantu Kepala Satuan
Pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan pada institusi tersebut.
Contoh: Kepala Urusan Kurikulum.
c. Tata Usaha, adalah Tenaga Kependidikan yang bertugas dalam bidang
administrasi instansi tersebut. Bidang administrasi yang dikelola
diantaranya :
i. Administrasi surat menyurat dan pengarsipan,
ii. Administrasi Kepegawaian,
iii. Administrasi Peserta Didik,
iv. Administrasi Keuangan,
v. Administrasi Inventaris dan lain-lain.
7
d. Laboran, adalah petugas khusus yang bertanggung jawab terhadap alat
dan bahan di Laboratorium.
e. Pustakawan ialah seseorang yang bekerja di perpustakaan dan
membantu orang menemukan buku, majalah, dan informasi lain.
f. Pelatih ekstrakurikuler.
g. Petugas keamanan (penjaga sekolah), Petugas kebersihan, dan lainya.
2. Tenaga Pendidik
Pendidik atau di Indonesia lebih dikenal dengan pengajar, adalah
tenaga kependidikan yang berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan
dengan tugas khusus sebagai profesi pendidik. Pendidik mempunyai sebutan
lain sesuai kekhususannya yaitu:
a. Guru
Menurut UU No. 14/2005, tentang Guru dan Dosen. Pada Bab I Pasal
1, Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama pendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
b. Dosen
Menurut UU No. 14/2005, tentang Guru dan Dosen. Pada Bab I Pasal
1, Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama
mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan
pengabdian kepada masyarakat.
c. Konselor
Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 menyatakan Konselor
adalah pendidik dan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 22 Tahun 2005 mengemukakan Konselor adalah pelaksana
pelayanan konseling di sekolah.
Konselor adalah seorang yang mempunyai keahlian dalam melakukan
konseling. Berlatar belakang pendidikan minimal sarjana strata 1 (S1)
dari jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan (PPB), Bimbingan
Konseling (BK), atau Bimbingan Penyuluhan (BP). Mempunyai
organisasi profesi bernama Asosiasi Bimbingan Konseling Indonesia
(ABKIN).
d. Pamong Belajar
Menurut Permenpan dan RB (Peraturan Menteri Pendayagunaan dan
Reformasi Birokrasi) No. 15 Tahun 2012, Pamong Belajar adalah
pendidik dengan tugas utama melakukan kegiatan belajar mengajar,
pengkajian program, dan pengembangan model pendidikan nonformal
dan informal (PNFI) pada unit pelaksana teknis (UPT) atau unit
pelaksana teknis daerah (UPTD) dan satuan PNFI. Pamong belajar
merupakan jabatan karier yang hanya dapat diduduki oleh seseorang
yang telah berstatus sebagai pegawai negeri sipil. PNFI sekarang
8
berganti nama menjadi PAUDNI (Pendidikan Anak Usia Dini
Nonformal dan Informal).
e. Widyaiswara
Widyaiswara adalah pegawai negeri sipil (PNS) yang diangkat sebagai
pejabat fungsional oleh pejabat yang berwenang dengan tugas,
tanggung jawab, wewenang untuk mendidik, mengajar, dan/atau
melatih pegawai negeri sipil (PNS) pada lembaga pendidikan dan
pelatihan (diklat) pemerintah.
f. Tutor
Tutor adalah orang yang membelajarkan atau orang yang memfasilitasi
proses pembelajaran di kelompok belajar (Chairudin Samosir,
2006:15). Tutor merupakan pembimbing dan pemotivasi peserta didik
untuk mempelajari sendiri materi ajar yang tersaji dalam modul
pembelajarannya.
Tutor dapat berasal dari guru atau pengajar, pelatih, pejabat struktural,
atau bahkan siswa yang dipilih dan ditugaskan guru untuk membantu
teman-temannya dalam belajar di kelas. (Hamalik dalam Abi Masiku,
2013).
g. Instruktor
Instruktor adalah orang yang bertugas mengajarkan sesuatu dan
sekaligus memberikan latihan dan bimbingannya; pengajar; pelatih;
dan pengasuh (sumber : KBBI online).
h. Fasilitator
Fasilitator adalah seseorang yang membantu sekelompok orang
memahami tujuan bersama mereka dan membantu mereka membuat
rencana guna mencapai tujuan. Tugas fasilitator dalam sebuah proses
pembelajaran pada hakikatnya mengantarkan peserta didik untuk
menemukan sendiri isi atau materi pelajaran yang ditawarkan atau
yang disediakan melalui atau oleh penemuannya sendiri.6
F. Urgensi Profesionalisme
Beberapa argumentasi yang memandang bahwa pendidikan harus dikelola
secara profesionalm jika mengutip pendapat dari sanusi dalam sulaiman samad
menjelaskan diantaranya :
1. Pendidikan dilakukan secara internasional, maksudnya dilakukan dengan sadar
dan memiliki tujuan tang jelas.
2. Substansi pendidikan adalah proses didalamnya berupa proses terjadinya
dialog antara peserta didik dengan pendidik.
3. Subjek pendidikan yaitu pada dasarnya manusia dengan memiliki kemauan,
pengetahuanm emosim perasaan, dan potensi yang dapat dikembangkan.
4. Berbagai teori dalam pendidikan merupakan jawaban kerangka hipotesis untuk
menjawab segala persoalan pendidikan.
6
Muhammad Hanafi, Tingkat dan Jenis Profesi, http://galerimakalah31.blogspot.com/2016/11/tingkat-
dan-jenis-profesi.html, diakses pada 25 maret 2019, pukul : 19.00 WIB.
9
5. Manusia mempunyai potensi yang baik untuk berkembang, maka perlu
dilakukan suatu proses pendidikan terhadapnya.7
7
Sulaiman Samad. Dkk, Profesi Keguruan, (Makasar: Badan Unismuh Makasar, 2004), hlm. 12
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dapat kita simpulkan bahwa profesi itu pada hakikatnya merupakan suatu
pekerjaan tertentu yang menuntut persyaratan khusus dan istimewa sehingga
meyakinkan dan memperoleh kepercayaan pihak yang memerlukannya.
Kehadiran suatu profesi itu pada dasarnya merupakan suatu fenomena sosial
atau kemasyarakatan. Hal itu berarti bahwa keberadaan suatu profesi dimasyarakat
bukan diakui dan diyakini oleh para pengemban profesinya itu semata, justru diakui
dan dirasakan manfaat dan kepentingannya oleh masyarakat yang bersangkutan.
Pengakuan (recognition) terhadap suatu profesi itu pada dasarnya secara
implisit mengimplikasikan adanya penghargaan, meskipun tidak selalu berarti
financial (uang) melainkan dapat juga bahkan terutama mengandung makna status
social. Tidak mengherankan karenanya, banyak dari warga masyarakat, terutama
golongan menengah, yang memandang bahwa menjadi seorang profesional itu
merupakan dambaan yang menjanjikan.
B. Saran
Makalah ini disusun berdasarkan referensi yang ada dan tentunya banyak terdapat
kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, penulis mohon kepada pembaca untuk
memberi kritik dan saran yang membangun guna perbaikan penyusunan makalah
yang lebih baik lagi.
11
Daftar Pustaka
Danim. Sudarwan. 2011. Pengembangan Profesi Guru. Jakarta : Kencana Prenada Media
Group. Sagala. Syaiful. 2013. Administrasi Pendidikan Kontemporer. Bandung :
ALFABETA.
Samad. Sulaiman Dkk. 2004. Profesi Keguruan. Makasar: Badan Unismuh Makasar.
12