Oleh:
Novi Sabriana
NIRM. 1209.20.08920
Dosen Pengampu:
Seri Yanti Siagian, S.Pd.I., M.Pd.
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Profesi menunjukkan suatu pekerjaan oleh pelaku agar dasar suatu janji
publik dan sumpah bahwa mereka akan menjalankan tugas sebagaimana mestinya.
Seseorang dikatakan profesional jika orang tersebut dapat mengerjakan suatu
pekerjaan dengan baik dan dapat memuaskan orang lain, melakukan sesuatu
sebagai pekerjaan pokok bukan sekedar mengisi waktu luang dan pekerjaan
tersebut menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian,
kemahiran dan kecakapan.
Salah satu contoh pendidik adalah guru. Seorang dikatakan sebagai guru
karena ia berada di muka kelas dan berhubungan langsung dengan peserta didik
dalam melaksanakan proses kegiatan pembelajaran. Seorang guru harus memiliki
profesionalisme (merupakan sikap dari seorang professional).
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis akan merumuskan permasalahan
yang akan dibahas yakni:
1. Apa pengertian profesi?
2. Apa syarat-syarat profesi keguruan ?
3. Bagaimana sejarah perkembangan profesi keguruan ?
C. TUJUAN MASALAH
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah agar para pengajar lebih
mengetahui, memahami, dan dapat mengimplementasikan ilmu yang telah
dipelajari terkusus mengenai konsep profesi keguruan yang dilihat dari berbagai
sisinya hal ini guna untuk tercapai tujuan pembelajaran yang di inginkan.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Sehubung dengan kata “profesi” ada beberapa istilah yang berkaitan dengan
itu. Profesionalisme mengacu kepada komitmen para anggota suatu profesi untuk
meningkatkan kemampuan profesionalnya dan terus menerus mengembangkan
strategi-strategi yang digunakannya dalam melakukan pekerjaan yang sesuai
dengan profesinya. Profesionalitas mengacu kepada sikap apra anggota profesi
terhadap profesinya serta derajat pengetahuan dan keahlian yang mereka miliki
dalam rangka melakukan pekerjaannya.
Setelah kita bahas profesionalisasi secara panjang lebar, mungkin dalam hati
anda timbul pertanyaan, untuk apa dibicarakan profesionalisasi dalam dunia
pendididkan? Kalau dipahami secara baik, kriteria jabatan profesional yang telah
dibicarakan di atas, maka jelaslah bahwa jabatan profesional sangat memperhatikan
layanan ini secara optimal, serta menjaga agar masyarakat jangan sampai dirugikan
2
3
oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab, tuntutan jabatan profesional harus
sangat tinggi. Profesi kependidikan, khususnya profesi keguruan, tugas utamanya
adalah melayani masyarakat dalam dunia pendidikan.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan
berdasarkan bisang keahlian yang khusus dan kemampuan yang mempunyai tugas
utama dalam melayani masyarakat.
Dari penjelasan dia atas dikemukakan bahwa guru dianggap sebagai suatu
profesi bilamana ia memiliki pernyataan dasar, keterampilan teknik serta didukung
oleh sikap kepribadian yang mantap. Menurut Satori (2005), guru yang prfesional
harus memiliki kompetensi berikut ini.
Khusus untuk jabatan guru, sebenarnya juga sudah ada yang mencoba
menyusun kriterianya. Misalnya National Education Association (NEA)
menyarankan kriteria berikut:
a. Guru lulusan sekolah guru yang dianggap sebagai guru yang berwenang
penuh.
b. Guru yang bukan sekolah guru, tetapi lulus ujian yang diadakan untuk
menjadi guru.
c. Guru bantu yakni yang lulus ujian guru bantu.
d. Guru yang dimagangkan kepada seorang guru senior yang merupakan
calon guru.
e. Guru yang diangkat karena keadaan yang sangat mendesak yang berasal
dan warga yang pernah mengecap pendidikan.
Kelemahan jabatan guru dan Dosen selama ini adalah karena pekerjaan ini
tidak dapat memberikan jaminan hukum, jaminan sosial, dan jaminan hidup.
Jaminan hukum artinya guru dan Dosen dapat diperlakukan oleh semenamena
oleh siswa, orang tua siswa, dan masyarakat, seperti mengancam, memukul, dan
sejenisnya. Sementara jaminan social dalam kehidupan sehari-hari guru masih
dianggap sebagai masyarakat kelas bawah dan segi jaminan hidup, jabatan guru
dan dosen tidak dapat memberikan pendapatan dan penghasilan yang layak,
karena itu mereka harus melakukan kegiatan yang lain untuk menambah
penghasilan dan jaminan masa depan.
bertugas di Sekolah Desa dan Sekolah Rakyat Angka Dua. Tidak mudah
bagi PGHB memperjuangkan nasib para anggotanya yang memiliki
pangkat, status social dan latarbelakang pendidikan yang berbeda. Sejalan
dengan keadaan itu maka di samping PGHB berkembang pula organisasi
guru baru antara lain Persatuan Guru Bantu (PGB), Perserikatan Guru Desa
(PGD), Persatuan Guru Ambachts school (PGAS), Perserikatan Normal
school (PNS), Hagere Kweek school Bond (HKSB), disamping organisasi
guru yang bercorak keagamaan, kebangsaan atau lainnya seperti Christeljke
Onderwijs Vereneging (COV) Katolieke Oriderwijs bond(KOB),
Vereneging Van Muloleerkrachten (WM), dan Nederlandsbidische
Onderwijs Genootschap (NIOG) yang beranggotakan semua guru tanpa
membedakan golongan agama.
b. Masa Kemerdekaan
Kesadaran kebangaan dan semangat perjuangan yang sejak lama
tumbuh, mendorong para guru pribumi memperjuangkan persamaan hak
dan posisi dengan pihak Belanda. Hasilnya antara lain adalah Kepala HIS
yang dulu selalu dijabat oleh orang Belanda, satu per satu pindah ketangan
orang Indonesia. Semangat perjuangan ini makin berkobar dan memuncak
pada kesadaran dan cita-cita kemerdekaan. Perjuangan guru tidak lagi
perjuangan perbaikan nasib, tidak lagi perjuangan kesamaan hak dan posisi
dengan Belanda, tetapi telah memuncak menjadi perjuangan nasional
dengan teriak merdeka. Pada tahun 1932 nama Persatuan Guru Hindia
Belanda (PGHB) diubah menjadi Persatuan Guru Indonesia (PGI).
Perubahan nama ini mengejutkan pemerintah Belanda, karena kata
Indonesia yang mencerminkan semangat kebangsaan sangat tidak disenangi
oleh Belanda. Sebaliknya kata Indonesia ini sangat didambakan oleh guru
dan bangsa Indonesia.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Maka penulis
sangat mengharapkan kritikan yang dapat mendukung untuk lebih baiknya di masa
yang akan datang.
DAFTAR PUSTKA
13