Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KONSEP PROFESI KEGURUAN

Makalah ini diajukan sebagai Tugas Mata Kuliah


Profesi Keguruan

Oleh:
Novi Sabriana
NIRM. 1209.20.08920

Dosen Pengampu:
Seri Yanti Siagian, S.Pd.I., M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AULIAURRASYIDIN
TEMBILAHAN
2023M/1444H
DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. i


BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG ........................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH ....................................................................................1
C. TUJUAN MASALAH ........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 2
A. PENGERTIAN PROFESI KEGURUAN ......................................................................2
B. SYARAT-SYARAT PRFESI KEGURUAN ...................................................................3
C. SEJARAH PERKEMBANGAN PROFESI KEGURUAN ................................................8
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 12
A. KESIMPULAN.................................................................................................12
B. KRITIK DAN SARAN .....................................................................................12
DAFTAR PUSTKA ............................................................................................. 13

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Profesi menunjukkan suatu pekerjaan oleh pelaku agar dasar suatu janji
publik dan sumpah bahwa mereka akan menjalankan tugas sebagaimana mestinya.
Seseorang dikatakan profesional jika orang tersebut dapat mengerjakan suatu
pekerjaan dengan baik dan dapat memuaskan orang lain, melakukan sesuatu
sebagai pekerjaan pokok bukan sekedar mengisi waktu luang dan pekerjaan
tersebut menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian,
kemahiran dan kecakapan.

Salah satu contoh pendidik adalah guru. Seorang dikatakan sebagai guru
karena ia berada di muka kelas dan berhubungan langsung dengan peserta didik
dalam melaksanakan proses kegiatan pembelajaran. Seorang guru harus memiliki
profesionalisme (merupakan sikap dari seorang professional).

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis akan merumuskan permasalahan
yang akan dibahas yakni:
1. Apa pengertian profesi?
2. Apa syarat-syarat profesi keguruan ?
3. Bagaimana sejarah perkembangan profesi keguruan ?

C. TUJUAN MASALAH
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah agar para pengajar lebih
mengetahui, memahami, dan dapat mengimplementasikan ilmu yang telah
dipelajari terkusus mengenai konsep profesi keguruan yang dilihat dari berbagai
sisinya hal ini guna untuk tercapai tujuan pembelajaran yang di inginkan.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PROFESI KEGURUAN

Kebanyakan kita mengatakan bahwa mengajar adalah suatu profesi. Apakah


yang dimaksud dengan profesi? Ornstein dan Levine (1984) dalam Soetjipto (2009)
menyatakan bahwa profesi itu adalah jabatan yang sesuai dengan pengertian profesi
yaitu melayani masyarakat, merupakan karir yang akan dilaksanakan sepanjang
hayat atau tidak berganti-ganti pekerjaan.

Menurut Musriadi untuk membedakan profesi guru dengan profesi yang


lainnya, terlebih dahulu harus tahu apa itu profesi dan apa itu guru. profesi berasal
dari bahasa latin “professio” yang mempunyai dua pengertian yaitu janji/ikrar dan
pekerjaan. Sedangkan guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Untuk membedakan profesi guru dan
profesi lainnya cukup sulit misalnnya polisi, tentara, perawat, atau pramugari
mungkin bisa cepat dikenali seragamnya.

Sehubung dengan kata “profesi” ada beberapa istilah yang berkaitan dengan
itu. Profesionalisme mengacu kepada komitmen para anggota suatu profesi untuk
meningkatkan kemampuan profesionalnya dan terus menerus mengembangkan
strategi-strategi yang digunakannya dalam melakukan pekerjaan yang sesuai
dengan profesinya. Profesionalitas mengacu kepada sikap apra anggota profesi
terhadap profesinya serta derajat pengetahuan dan keahlian yang mereka miliki
dalam rangka melakukan pekerjaannya.

Setelah kita bahas profesionalisasi secara panjang lebar, mungkin dalam hati
anda timbul pertanyaan, untuk apa dibicarakan profesionalisasi dalam dunia
pendididkan? Kalau dipahami secara baik, kriteria jabatan profesional yang telah
dibicarakan di atas, maka jelaslah bahwa jabatan profesional sangat memperhatikan
layanan ini secara optimal, serta menjaga agar masyarakat jangan sampai dirugikan

2
3

oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab, tuntutan jabatan profesional harus
sangat tinggi. Profesi kependidikan, khususnya profesi keguruan, tugas utamanya
adalah melayani masyarakat dalam dunia pendidikan.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan
berdasarkan bisang keahlian yang khusus dan kemampuan yang mempunyai tugas
utama dalam melayani masyarakat.

B. SYARAT-SYARAT PRFESI KEGURUAN

Dari penjelasan dia atas dikemukakan bahwa guru dianggap sebagai suatu
profesi bilamana ia memiliki pernyataan dasar, keterampilan teknik serta didukung
oleh sikap kepribadian yang mantap. Menurut Satori (2005), guru yang prfesional
harus memiliki kompetensi berikut ini.

1. Kompetensi prfesional, artinya ia memiliki pengetahuan yang luas serta


dalam dari subjek matter (bidang studi) yang akan diajarkan serta penguasaan
metodologis dalam arti memiliki pengetahuan konsep teoritik, mampu
memilih metode yang tepat serta mampu menggunakan berbagai metode
dalam proses belajar mengajar. Guru pun harus memiliki pengetahuan luas
tentang landasan kependidikan dan pemahaman terhadap subjek didik
(murid).
2. Kompetensi personal, artinya memiliki sikap kepribadiaan yang mantap
sehingga mampu menjadi suber identifikasi bagi subjek. Dengan kata lain,
guru harus memiliki kepribadian yang patut diteladani, sehingga mampu
melaksanakan kepemimpinan yang dikemukakan oleh Ki Hadjar Dewantara,
yaitu tut wuri handayani, ind madya magun karsodan ing ngarso sung tulodo.
3. Kompetensi sosial, artinya ia menunjukkan kemampuan berkomunikasi
social, baik dengan murid-muridnya maupun dengan sesama teman guru
dengan kepala seklah bhakan dengan masyarkat luas.
4. Kemamapuan untuk memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya yang
berarti mengutamakan nilai kemanusian daripada nilai material. Apabila
seorang guru telah memiliki kompetensi tersebut di atas, maka guru tersebut
4

telah memiliki hak professional karena ia telah dengan nyata memenuhi


syarat-syarat berikut ini:
a. Mendapat pengakuan dan perlakuan hukum terhadap batas wewenang
keguruan yang menjadi tanggung jawabnya.
b. Memiliki kebebasan untuk mengambil langkah-langkah interaksi
edukatif dalam batas tanggung jawabnya dan ikut serta dalam proses
pengembangan pendidikan setempat.
c. Menikmati kepemimpinan teknis dan dukungan pengelolaan yang
efektif dan efesian dalam rangka menjalakan tugas sehari-hari.
d. Menerima perlindungan dan penghargaan yang wajar terhadap usaha-
usaha dan prestasi yang inovatif dalam bidang pengabdiaannya.
e. Menghayati kebebasan mengembangkan kompetensi profesionalnya
secara individual maupun secara institusional.

Khusus untuk jabatan guru, sebenarnya juga sudah ada yang mencoba
menyusun kriterianya. Misalnya National Education Association (NEA)
menyarankan kriteria berikut:

1. Jabatan yang Melibatkan Kegiatan Intelektual


Jelas sekali bahwa jabatan guru memenuhi kriteria ini, karena mengajar
melibatkan upaya-upaya yang sifatnya sangat didominasi kegiatan
intelektual. lebih lanjut dapat diamati bahwa kegiatan-kegiatan yang
dilakukan anggota profesi ini adalah dasar bagi persiapan dari semua kegiatan
professional lainnya. Oleh sebab itu mengajar seringkali disebut sebagai ibu
dari segala profesi.

2. Jabatan yang Menggeluti batang tubuh Ilmu yang Khusus


Semua jabatan yang mempunyai monopoli pengetahuan yang
memisahkan anggota mereka dari orang awam, dan memungkinkan mereka
megadakan pengawasan tentang jabatannya. anggota-anggota suatu profesi
menguasai bidang ilmu yang membangun keahlian mereka dan melindungi
masyarakat dari penyalahgunaan, amatiran yang tidak terdidik, dan kelompok
5

tertentu yang ingin mencari keuntungan (misalnya orang-orang yang tidak


bertaanggung jawab yang membuka praktek dokter).

Untuk melangkah kepada jabatan professional, guru harus mempunyai


pengaruh yang cukup besar dalam membuat keputusan tentang jabatannya
sendiri. Organisasi guru harus mempunyai kekusaan dan kepemimpinan yang
potensial untuk bekerja sama dan bukan didikte dengan kelompok yang
berkepntingan, misalnya oleh lembaga pendidikan guru atau kantor wilayah
pendidikan dan kebudayaan beserta jajarannya.

3. Jabatan yang Memerlukan Persiapan Latihan yang Lama


Penyelesaian pendidikan melalui kurikulum merupakan aturan
universitas/institute atau melalui pengalaman praktik dan pemagangan atau
campuran pemagangan dan kuliah. Pendidikan melalui perguruan tinggi
disediakan untuk jabatan professional, sedangkan pendidikan melalui
pengalaman praktik dana pemagangan atau campuran pemagangan dan
kuliah diperuntukkaan bagi jabatan yang non professional.

Anggota kelompok guru dan yang berwenang di departemen


pendidikan dan kebudayaan berpendapat bahwa persiapan professional yang
cukup lama amat perlu untuk mendidik guru yang berwenang. Konsep ini
menjelaskan keharusan memiliki kurikulum perguuran tinggi, yang terdiri
dari pendidikan umum, professional dan khusus, sekurang-kurangnya empat
tahun lagi guru pemula (S1 di LPTK), atau pendidikan persiapan professional
di LPTK paling kurang selama setahun setelah mendapat gelar akademik S1
di perguruan tinggi non-LPTK. Namun, sampai sekarang di Indonesia,
ternyata masih banyak guru yang lama pendidikan mereka sangat singkat,
malahan masih ada yang hanya seminggu, sehingga tentu saja kualitasnya
masih sangat jauh untuk dapat memenuhi persyaratan yang kita harapkan.
6

4. Jabatan yang Memerlukan Latihan dalam Jabatan yang Sinambung


Jabatan guru cenderung menunjukkan bukti yang kuat sebgaai jabaan
prfesional, sebab hampir setiap tahun guru melakukan berbagai latihan
prfesional, baik yang mendapatkan penghargaan kredit maupun tanpa kredit.
Malahn pada saat sekarang bermacam-macam pendidikan professional
tambahan diikuti guru-guru dalam menyetrakan dirinya dengan kualifikasi
yang telah ditetapkan. (Ingat penyetaraan D-II untuk guru-guru SD dan
penyetaraan D-III untuk guru-guru SLTP, baik melalui tatap muka di LPTK
tertentu maupun lewat pendidikan jarak jauh yang dikoordinasikan
Universitas Terbuka).

5. Jabatan yang Menjanjikan Karier Hidup dan Keanggotaan yang Permanen


Di luar negeri barangkali syarat jabatan guru sebgai karier permanen
merupakan titik yang palng lemah dalam menuntut bahwa mengajar adalah
jabatan professional. Banyak guru baru yang hanyabertahan selama satu atau
dua tahun saja pada profesi mengajar, setelah itu mereka pindah kerja ke
bidang lain, yang lebih banyak menjanjikan bayaran yang lebih tinggi.
Untunglah di Indonesia kelihatannya tidak begitu banyak guru yang pindah
ke bidang lain, yang lebih banyak menjanjikan bayaran yang lebih tinggi.
Untunglah di Indonesia kelihatannya tidak begitu banyak guru yang pindah
ke bidang lain, walaupun buka berarti pula bahwa jabatan guru di Indonesia
mempunyai pendapatan yang tinggi. Alasannya mungkin karena lapangan
kerja dan sistem pindah jabatan yang agak sulit.

6. Jabatan yang Menentukan Bakunya Sendiri


Karena jabatan guru menyangkt hajat orang banyak, maka baku untuk
jabatan guru ini sering tidak diciptakan oleh anggota profesi sendiri, terutama
di Negara kita. Baku jabatan guru masih sangat banyak diatur oleh pihak
pemerintah atau pihak lain yang menggunakan tenaga guru tersebut seperti
yayasan pendidikan swasta. Sementara kebanyakan jabatan mempunyai
patokan dan persyaratan yang seragam untuk meyakinkan kemampuan
minimum yang diharuskan, dengan demikian halnya dengan jabatan guru.
7

Dari pengalaman bebrapa tahun terakhir penerimaan caln mahasiswa LPTK


didapat kesan yang sangat kuat bahwa skor nilai calon mahasiswa yang
masuk ke lembaga pendidikan guru jauh lebih rendah dibandingkan dengan
skor caln yang masuk ke bidang lainnya. Permasalahan ini mempunyai akibat
juga dalam hasil pendidikan guru nantinya, karena bagaimanapun juga mutu
lulusan akan sangat dipengaruhi oleh mutu masukan atau bahan bakunya,
dalam hal ini mutu calon mahasiswa lembaga pendidikan guru.

7. Jabatan yang Mementingkan layanan di Atas keuntungan Pribadi


Jabatan mengajar adalah jabatan yang mempunyai nilai social yang
tinggi, tidak perlu diragukan lagi. Guru yang baik akan sangat berperan dalam
mempengaruhi yang lebih baik bagi warga Negara masa depan. Jabatan guru
telah terkenal secara universal sebagai suatu jabatan yang anggotanya
termtivasi oleh keinginan utnuk membantu orang lain, bukan disebabkan leh
keuntungan ekonomi atau keuangan. Kebanyakan guru memilih jabatan ini
berdasarkan apa yang dianggap baik oleh mereka yakni mendapatkan
kepuasan rohaniah ketimbang kepuasan ekonomi atau lahiriah. Namun, ini
tidak berarti bahwa guru harus dibayar lebih rendah tetapi juga jangan
mengharapkan akan cepat kaya bila memilih jabatan guru. Oleh sebab itu,
tidak perlu diragukan lagi bahwa persyaratan ketujuh ini dapat dipenuhi
dengan baik.

8. Jabatan yang mempunyai Organisasi professional yang Kuat dan Terjalin


Rapat
Semua profesi yang dikenal mempunyai organisasi profesioanl yang
kuat untuk mewadahi tujuan bersama dan melindungi anggotanya. Dalam
beberapa hal, jabatan guru telah memenuhi kriteria ini dan dalam hal lain
belum dapat dicapai. Di Indonesia telah ada Persatuan Guru Indonesia (PGRI)
yang merupakan wadah seluruh guru mulai dari guru taman kanak-kanak
sampai guru sekolah lanjutan atas dan adapula Ikatan Sarjana Pendidikan
Indonesia (ISPI) yang mewadahi seluruh sarjana pendidikan.
8

C. SEJARAH PERKEMBANGAN PROFESI KEGURUAN

1. Sejarah Profesi Kependidikan


Perkembangan Profesi Keguruan kita ikuti perkembangan profesi
keguruan Indonesia, jelas bahwa pada mulanya guru-guru Indonesia diangkat
dan orang-orang yang tidak berpendidikan khusus untuk memangku jabatan
guru. Nasution (1987) mengekukakan perkembangan guru diIndonesia pada
mulanya guru diangkat dari orang-orang yang tidak memiliki pendidikan khusus
yang ditambah dengan orang-orang yang lulus dan sekolah guru (kweekschool)
yang pertama kali didirikan di Solo tahun 1852. Karena mendesaknya keperluan
guru maka Pemerintah Hindia Belanda mengangkat lima guru yaitu:

a. Guru lulusan sekolah guru yang dianggap sebagai guru yang berwenang
penuh.
b. Guru yang bukan sekolah guru, tetapi lulus ujian yang diadakan untuk
menjadi guru.
c. Guru bantu yakni yang lulus ujian guru bantu.
d. Guru yang dimagangkan kepada seorang guru senior yang merupakan
calon guru.
e. Guru yang diangkat karena keadaan yang sangat mendesak yang berasal
dan warga yang pernah mengecap pendidikan.

Walaupun jabatan guru tidak harus disebut sebagai jabatan professional


penuh, status mulai membaik. Di Indonesia telah ada Persatuan Guru Republik
Indonesia(PGRI) yang mewadahi persatuan guru dan juga mempunyai
perwakilan di DPR/MPR. Dalam sejarah pendidikan guru Indonesia, guru
pernah mempunyai status yang sangat tinggi di masyarakat, mempunyai
wibawah yang sangat tinggi dan dianggap sebagai orang yang serbatahu.
Peranan guru saat itu tidak hanya mendidik anak di depan kelas, mendidik
masyarakat, tempat masyarakat untuk bertanya, baik untuk memecahkan
masalah pribadi maupun sosial.
9

Namun, wibawa guru mulai memudar sejalan dengan kemajuan zaman,


perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan keperluan guru yang
meningkat tentang imbalan atau balas jasa. Keadaan demikian berlanjut sampai
zaman pendudukan Jepang dan awal perang kemerdekaan. Secara perlahan
namun pasti, pendidikan guru meningkatkan jenjang kualifikasi dan mutunya
saat ini lembaga tunggal untuk pendidikan guru, yakni Lembaga Pendidikan
Tenaga Kependidikan (LPTK). Pada penghujung tahun 2005, pemerintah telah
mengundangkan profesi guru dan dosen yang merupakan suatu pengakuan
yuridis formal bahwa profesi guru dan dosen adalah suatu jabatan profesi, yang
selama ini hanya disandang oleh Dokter, Insinyur dan sejenisnya. Undang-
undang sistem pendidikan Nasional yang telah diundangkan belum begitu kuat
untuk memberikan pengakuan jabatan guru dan Dosen sebagai suatu profesi.
Sehingga banyak orang memandang jabatan guru dan Dosen sama sebagai
pekerjaan kasar sebagaimana yang dilakukan oleh buruh.

Kelemahan jabatan guru dan Dosen selama ini adalah karena pekerjaan ini
tidak dapat memberikan jaminan hukum, jaminan sosial, dan jaminan hidup.
Jaminan hukum artinya guru dan Dosen dapat diperlakukan oleh semenamena
oleh siswa, orang tua siswa, dan masyarakat, seperti mengancam, memukul, dan
sejenisnya. Sementara jaminan social dalam kehidupan sehari-hari guru masih
dianggap sebagai masyarakat kelas bawah dan segi jaminan hidup, jabatan guru
dan dosen tidak dapat memberikan pendapatan dan penghasilan yang layak,
karena itu mereka harus melakukan kegiatan yang lain untuk menambah
penghasilan dan jaminan masa depan.

2. Sejarah Lembaga Kependidikan


a. Masa Belanda
Pada awalnya organisasi perjuangan guru-guru pribumi pada zaman
Belanda berdiri pada tahun 1912 dengan nama Persatuan Guru Hindia
Belanda (PG1-IB). Organisasi ini bersifa tunitaristik yang anggotanya
terdiri dari para Guru Bantu, Guru Desa, Kepala Sekolah, dan Penilik
Sekolah. Dengan latar pendidikan yang berbeda-beda mereka umumnya
10

bertugas di Sekolah Desa dan Sekolah Rakyat Angka Dua. Tidak mudah
bagi PGHB memperjuangkan nasib para anggotanya yang memiliki
pangkat, status social dan latarbelakang pendidikan yang berbeda. Sejalan
dengan keadaan itu maka di samping PGHB berkembang pula organisasi
guru baru antara lain Persatuan Guru Bantu (PGB), Perserikatan Guru Desa
(PGD), Persatuan Guru Ambachts school (PGAS), Perserikatan Normal
school (PNS), Hagere Kweek school Bond (HKSB), disamping organisasi
guru yang bercorak keagamaan, kebangsaan atau lainnya seperti Christeljke
Onderwijs Vereneging (COV) Katolieke Oriderwijs bond(KOB),
Vereneging Van Muloleerkrachten (WM), dan Nederlandsbidische
Onderwijs Genootschap (NIOG) yang beranggotakan semua guru tanpa
membedakan golongan agama.

b. Masa Kemerdekaan
Kesadaran kebangaan dan semangat perjuangan yang sejak lama
tumbuh, mendorong para guru pribumi memperjuangkan persamaan hak
dan posisi dengan pihak Belanda. Hasilnya antara lain adalah Kepala HIS
yang dulu selalu dijabat oleh orang Belanda, satu per satu pindah ketangan
orang Indonesia. Semangat perjuangan ini makin berkobar dan memuncak
pada kesadaran dan cita-cita kemerdekaan. Perjuangan guru tidak lagi
perjuangan perbaikan nasib, tidak lagi perjuangan kesamaan hak dan posisi
dengan Belanda, tetapi telah memuncak menjadi perjuangan nasional
dengan teriak merdeka. Pada tahun 1932 nama Persatuan Guru Hindia
Belanda (PGHB) diubah menjadi Persatuan Guru Indonesia (PGI).
Perubahan nama ini mengejutkan pemerintah Belanda, karena kata
Indonesia yang mencerminkan semangat kebangsaan sangat tidak disenangi
oleh Belanda. Sebaliknya kata Indonesia ini sangat didambakan oleh guru
dan bangsa Indonesia.

Pada zaman pendudukan Jepang segala organisasi dilarang, sekolah


ditutup, Persatuan Guru Indonesia (PGI) tidak dapat lagi melakukan
aktivitas. Semangat proklamasi 17 Agustus 1945 menjiwai penyelenggaraan
11

Kongres Guru Indonesia pada tanggal 24-25 November 1945 di Surakarta.


Melalui kongres ini segala organisasi dan kelompok guru yang didasarkan
atas perbedaan tamatan, lingkungan pekerjaan, lingkungan daerah, politik,
agama dan suku sepakat dihapuskan. Mereka adalah guru-guru yang aktif
mengajar, pensiunan guru yang aktif berjuang, dan pegawai pendidikan
Republik Indonesia yang baru dibentuk. Mereka bersatu untuk Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Didalam kongres inilah, pada tanggal 25
November 1945 - seratus hari setelah proklamasi kemerdekaan Republik
Indonesia - Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) didirikan.

Dengan semangat pekik merdeka yang bertalu-talu di tengah bau


mesiu pemboman oleh tentara Inggris atas studio RRI Surakarta, mereka
serentak bersatu untuk mengisi kemerdekaan dengan tiga tujuan:

1) Mempertahankan dan menyempurnakan Republik Indonesia.


2) Mempertìnggi tingkat pendidikan dan pengajaran sesuai dengan
dasar-dasar kerakyatan.
3) Membela hak dan nasib buruh umumnya, guru pada khususnya. Sejak
Kongres Guru Indonesia itu, semua guru Indonesia menyatakan
dirinya bersatu di dalam wadah Persatuan Guru Republik Indonesia
(PGRI).
12

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan rumusan masalah di atas kami menarik sebuah kesimpulan dari


pembahasan ini adalah sebagai berikut:

1. Profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan berdasarkan bisang keahlian


yang khusus dan kemampuan yang mempunyai tugas utama dalam melayani
masyarakat.
2. Syarat-syarat dari profesi keguruan yaitu sebagai berikut ini:
a. Jabatan yang melibatkan kegiatan intelektual.
b. Jabatan yang menggeluti suatu batang tubuh ilmu yang khusus.
c. Jabatan yang memerlukan persiapan profesional yang lama.
d. Jabatan yang menjanjikan karier hidup dan keanggotaan yang
permanent.
e. Jabatan yang menentukan baku (standarnya) sendiri.
f. Jabatan yang lebih mementingkan layanan d iatas keuntungan pribadi.
g. Jabatan yang mempunyai organisasi professional yang kuat dan terjalin
erat.
3. Perkembangan Profesi Keguruan kita ikuti perkembangan profesi keguruan
Indonesia, jelas bahwa pada mulanya guru-guru Indonesia diangkat dan
orang-orang yang tidak berpendidikan khusus untuk memangku jabatan
guru. Nasution (1987) mengekukakan perkembangan guru diIndonesia pada
mulanya guru diangkat dari orang-orang yang tidak memiliki pendidikan
khusus yang ditambah dengan orang-orang yang lulus dan sekolah guru
(kweekschool) yang pertama kali didirikan di Solo tahun 1852.

B. KRITIK DAN SARAN

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Maka penulis
sangat mengharapkan kritikan yang dapat mendukung untuk lebih baiknya di masa
yang akan datang.
DAFTAR PUSTKA

Danumiharja, Mintarsih. 2014. Profesi Tenaga Kependidikan. Yogyakarta: CV


Budi Utama.
Musriadi,2016. Profesi Kependidikan Secara Teoritis dan Aplikatif. Yogyakarta:
CV Budi Utama.
Ramayulis, 2013. Profesi dan Etika Keguruan. Jakarta: Kalam Mulia
Satori, Djam’an, dkk. 2005. Profesi Keguruan: Universitas Terbuka
Setjipto, Raflis Kosasi. 2009. Profesi Keguruan. Jakarta: Rineka Cipta.
Tim Pengembangan Ilmu Pendidikan UPI. 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan.
Yogyakarta: PT. Imperial Bhakti Utama.

13

Anda mungkin juga menyukai