Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

MENGENAI PROFESIONALISME GURU

OLEH
KELOMPOK 1
KELAS F:
1. Mirayati (2022A1H245)
2. Hapsa (2022A1H210)
3. Jaelani (2022A1H225)
4. Yudha pandawa (2022A1H240)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM
2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji bagi Allah Swt, rasa syukur kami panjatkan kehadirat-Nya,
karena atas karunia dan izin-Nya semata akhirnya kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah Bahasa Indonesia dengan tema “Bahasa Indonesia dalam Tulisan Akademik”.

Perkenankan kami menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-
tingginya kepada semua pihak, yang turut memberikan sumbang saran baik secara moril maupun
materiil dan penunjuk serta pembimbing pada kami dalam pembuatan makalah ini.

Akhirnya semoga amal baik semuanya memperoleh imbalan yang sepadan dari Allah Swt
yang maha pengasih lagi maha penyayang.

Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi
mahasiswa Universitas Trunojoyo Madura dan kepada para pembaca umumnya.

Mataram, 7 Maret 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................

DAFTAR ISI.........................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................

1.1 Latar Belakang......................................................................................................

1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................

1.3 Tujuan Penulisan...................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................

2.1 Profesionalisme Guru..............................................................................................

2.2 Kompetensi Seorang Guru......................................................................................

2.3 Indikasi-Indikasi Seorang Guru..............................................................................

BAB II PENUTUP...............................................................................................................

3.1 Kesimpulan.............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada dasarnya pendidikan adalah kunci dari keberhasilan dari sebuah Negara, Negara
akan maju dan berhasil jika ditunjang dengan pendidikan yang bermutu akan tetapi begitu
juga sebaliknya jika pendidikanya saja tidak bermutu maka sudah barang tentu Negara
tersebut tidaklah dikatakan sebagai Negara maju, dengan pendidikan maka akan terlahir
pemimpin yang berkarakter.
Pendidikan erta kaitanya dengan keberadaan guru didalamnya. Seorang guru dituntut
keprofesioanalanya agar dapat mengahsilkan peserta didik yang bermutu.
Guru yang profesioanal tidak hanya mengajar akan tetapi juga membimbing,
mengarahkan, menata dan mengelola kelas agar peserta didik dapat belajar dan pada
akhirnya dapat mencapai tingkat kedewasaan sebagai tujuan akhir dari proses pendidikan.
Seorang guru harus memiliki kompetensi dalam mengajar agar tujuan yang diharapkan
dapat tercapai secara maksimal.
Oleh karenanya, pemenuhan persyaratan kualifikasi akademik minimal S1/D4 dibuktikan
dengan ijazah dan persyaratan relevansi mengacu pada jenjang pendidikan yang dimiliki dan
mata pelajaran yang dibina. Misalnya, guru SD dipersyaratkan lulusan S1/D4
Jurusan/Prodram PGSD/Psikologi/Pendidikan dan lainnya, sedangkan guru Matematika
SMP, MTs, SMA, dan SMK dipersyaratkan lulusan S1/D4 jurusan /program studi
Matematika atau Pendidikan Matematika. Pemenuhan persyaratan penguasaan kompetensi
kepribadian, kompetensi pedagogis, kompetensi profesional dan ompetensi sosial dibuktikan
dengan sertifikasi pendidik.

1
1.2 Rumusan masalah
Dengan adanya latar belakang dan rumusan masalah tersebut, maka penulis menemukan
tujuan dari tulisan ini, yaitu:
1. Apakah pengertian dari profesionalisme guru ?
2. Apakah pengertian dari kompetensi guru ?
3. Indikasi yang seperti apakah seorang guru bisa dikatakan sebagai guru profesioanal
dan mempunyai kompetensi dibidangnya ?

1.3 Tujuan
Dari pembahasan materi ini diharapkan pada akhirnya :
1. Memahami pengertian dari profesionalisme guru
2. Memahami pengertian dari kompetensi guru
3. Mengetahui indikasi-indikasi seorang guru bisa dikatakan sebagai guru profesioanal
dan mempunyai kompetensi dibidangnya.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Profesionalisme Guru


2.1.1 Pengertian Profesionalisme
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, profesionalisme mempunyai makna; mutu,
kualitas, dan tindak tanduk yang merupakan ciri suatu profesi atau yang profesional.
Profesionalisme merupakan sikap dari seorang profesional. Artinya sebuah term yang
menjelaskan bahwa setiap pekerjaan hendaklah dikerjakan oleh seseorang yang
mempunyai keahlian dalam bidangnya atau profesinya. Konsep profesionalisme, seperti
yang dikembangkan oleh Hall, kata tersebut banyak digunakan peneliti untuk melihat
bagaimana para profesional memandang profesinya, yang tercermin dari sikap dan
perilaku mereka.
Konsep profesionalisme seperti yang dijelaskan Sumardi, bahwa ia memiliki lima
prinsip atau muatan pokok, yaitu:
pertama, afiliasi komunitas (community affilition) yaitu menggunakan ikatan
profesi sebagai acuan, termasuk di dalamnya organisasi formal atau kelompok-kelompok
kolega informal sumber ide pertama pekerjaan. Melalui ikatan profesi ini para profesional
membangun kesadaran profesi.
Kedua, kebutuhan untuk mandiri (autonomy demand) merupakan suatu
pandangan bahwa seseorang yang profesional harus mampu membuat keputusan sendiri
tanpa tekanan dari pihak lain (pemerintah, klien, mereka yang bukan anggota
profesi).setiap adanya campur tangan (intervensi) yang datang dari luar, dianggap sebagai
hambatan terhadap kemandirian secara profesional. Banyak yang menginginkan
pekerjaan yang memberikan hak-hak istimewa untuk membuat keputusan dan bekerja
tanpa diawasi secara ketat. Rasa kemandirian dapat berasal dari kebebasan melakukan
apa yang terbaik menurut yang bersangkutan dalam situasi khusus.
Ketiga, keyakinan terhadap peraturan sendiri/profesi (belief self regulation)
dimaksud bahwa yang paling berwenang dalam menilai pekerjaan profesional adalah
rekan sesama profesi, bukan “orang luar” yang tidak mempunyai kompetensi dalam
bidang ilmu dan pekerjaan mereka.

3
Keempat, dedikasi pada profesi (dedication) dicerminkan dari dedikasi
profesional dengan menggunakan pengetahuan dan kecakapan yang dimiliki. Keteguhan
tetap untuk melaksanakan pekerjaan meskipun imbalan ekstrinsik dipandang berkurang.
Sikap ini merupakan eskpresi dari pencurahan diri yang total terhadap pekerjaan.
Pekerjaan didefinisikan sebagai tujuan. Totalitas ini sudah menjadi komitmen pribadi ,
sehingga kompensasi utama yang diharapkan dari pekerjaan adalah kepuasan ruhani dan
setelah itu baru materi.
Kelima, kewajiban sosial (social obligation) merupakan pandangan tentang
pentingnya profesi serta manfaat yang diperoleh baik oleh masyarakat maupun
profesional karena adanya pekerjaan tersebut. Kelima pengertian di atas merupakan
kreteria yang digunakan untuk mengukur derajat sikap profesional seseorang.
Berdasarkan defenisi tersebut maka profesionalisme adalah konsepsi yang mengacu pada
sikap seseorang atau bahkan bisa kelompok, yang berhasil memenuhi unsurunsur tersebut
secara sempurna.
2.1.2 Pengertian Guru
Dalam Kamus Besar Indonesia, definisi guru adalah “orang yang pekerjaan, mata
pencarian atau profesinya mengajar.” Guru merupakan sosok yang mengemban tugas
mengajar, mendidik dan membimbing. Jika ketiga sifat tersebut tidak melekat pada
seorang guru, maka ia tidak dapat dipandang sebagai guru. Menurut Henry Adam, seperti
yang dikutip A. Malik Fadjar, “guru itu berdampak abadi, ia tidak pernah tahu, dimana
pengaruhnya itu berhenti”.
Menurut Moh. Uzer Usman guru adalah jabatan atau profesi yang memerlukan
keahlian khusus sebagai guru. Untuk menjadi guru diperlukan syarat-syarat tertentu,
apalagi sebagai guru yang profesional yang harus menguasai betul seluk-beluk
pendidikan dan pengajaran dengan berbagai ilmu pengetahuan ilmu lainnya yang perlu
dibina dan dikembangkan melalui masa pendidikan tertentu atau pendidikan prajabatan.
Guru sebagai salah satu komponen di sekolah menempati profesi yang memainkan
peranan penting dalam proses belajar mengajar. Kunci keberhasilan sekolah dalam
mencapai tujuan pendidikan di sekolah ada di tangan guru. Ia mempunyai peranan dalam
proses pertumbuhan dan perkembangan siswanya, pengetahuan, keterampilan,
kecerdasan, dan sikap serta pandangan hidup siswa. Oleh karenanya, masalah sosok guru

4
yang dibutuhkan adalah guru dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan siswa
sesuai dengan tujuan-tujuan pendidikan yang diharapkan pada setiap jenjang sekolah.
Keberadaan guru sebagai salah satu komponen dalam sistem pendidikan sangat
mempengaruhi hasil proses belajar mengajar di sekolah. Keberadaannya memiliki relasi
yang sangat dekat dengan peserta didiknya. Relasi antara gru dan peserta didik, adalah
relasi kewibawaan. Relasi kewibawaan bukan menimbulkan rasa takut pada peserta
didik, akan tetapi relasi yang membutuhkan kesadaran pribadi untuk belajar.
Kewibawaan tumbuh karena kemampuan guru menampakkan kebulatan pribadinya,
sikap yang mantap karena kemampuan profesionalnya yang dimilikinya, sehingga relasi
kewibawaan itu menjadi katalisator peserta didik mencapai kepribadiannya sebagai
manusia secara utuh atau bulat.
Guru adalah bagian dari masyaraka yang mempunyai tugas besar. Masyarakat itu
berkembang, berubah mengalami kemajuan dan pembaharuan. Masyarakat dinamis
menghendaki perubahan dan pembaharuan untuk mencapai taraf hidup yang lebih baik,
untuk mencapai harkat kemanusiaan yang lebih tinggi dari keadaan dan statusnya
sekarang. Status yang demikian itu, telah dibuktikan oleh sejarah, hanya dapat dicapai
melalui pendidikan. Dalam pendidikan peran guru tidak dapat dilepaskan, karena guru
berperan sebagai agen pembaharuan, mengarahkan peserta didik dan juga masyarakat itu
sendiri. Untuk mencapai pembaharuan yang diinginkan itu mustahil dilakukan tanpa
perubahan. Untuk melakukan perubahan perlu ada pendidikan, dan proses pendidikan
tidak berjalan dengan sendirinya akan tetapi perlu diarahkan. Di sinilah peranan dan
fungsi guru sebagai sebagai agen pembaharuan.

2.1.3 Pengertian Profesionalisme Guru


Berdasarkan masing-masing pengertian di atas, maka dapat ditarik pengertian
bahwa profesionalisme guru adalah suatu pekerjaan yang di dalamnya terdapat tugas-
tugas dan syarat-syarat yang harus dijalankan oleh seorang guru dengan penuh
dedikatif, sesuai dengan bidang keahliannya dan selalu melakukan improvisasi diri.
Profesionalisme guru dapat dilihat juga dari kesesuaian atau relevansi keluaran
pendidikan dengan profesi yang disandangnya. Dalam bahasa yang lain dapat
dikatakan bahwa,

5
profesionalisme guru sama halnya dengan “skilled performer” (pelaku yang
terampil), seorang guru profesional dapat tampil dengan penuh perkasa, inovatif,
original, dan invensif. Menurut Stevenlor dan Stigler, sebagaimana yang dikutip Dedi
Supriadi, bahwa guru adalah seorang yang senantiasa mencintai profesinya, dan
pengembangan profesionalnya sebagai guru adalah melalui interaksi dengan sesama
guru.
Profesionalisme guru bisa ditilik dari sejauh mana ia menguasai prinsip-prinsip
pedagogis secara umum maupun didaktik-metodik secara khusus yang berlaku setiap
pelajaran. Serta segi lain yang perlu dicatat adalah sikap profesionalisme guru
merupakan wujud dari pengabdian, dan menjunjung tinggi kode etik profesi
kependidikan/keguruan.
Di antara faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya profesionalisme guru antara
lain: 1) Masih banyak guru yang tidak menekuni profesinya secara utuh, hal ini
disebabkan oleh banyak guru yang bekerja di luar jam kerjanya untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari sehingga waktu untuk membaca dan menulis untuk
meningkatkan diri tidak ada; 2) Kemungkinan disebabkan oleh adanya perguruan
tinggi swasta sebagai pencetak guru yang lulusannya asal jadi tanpa mempehitungkan
outputnya kelak di lapangan sehingga menyebabkan banyak guru yang tidak patuh
terhadap etika profesi keguruan; 3) Kurangnya motivasi guru dalam meningkatkan
kualitas diri karena guru tidak dituntut untuk meneliti sebagaimana yang diberlakukan
pada dosen di perguruan tinggi.

2.2 Kompetensi Seorang Guru


Kompetensi secara umum berarti kewenangan untuk menentukan dan memutuskan
sesuatu.3 Dalam Pasal 1 ayat 10 UU No 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, 20
disebutkan bahwa kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku
yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai guru atau dosen dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan.4 Pelaksanaan kurikulum didasarkan pada potensi, per- kembangan dan
kondisi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang berguna bagi dirinya.
Kompetensi adalah suatu hal yang menggambarkan kualifikasi atau kemampuan
seseorang baik yang kualitatif maupun kuantitatif. Dari pengertian ini terdapat dua makna.

6
Pertama sebagai indicator kemampuan yang menunjukkan kepada perbuatan yang
diamati,kedua sebagai konsep yang mencakup aspek-aspek kognitif, afektif, dan perbuatan-
perbuatan serta tahaptahap pelaksanaanya secara utuh.
Menurut Rustiyah kompetensi adalah suatu tugas memadai atau pemilikan pengetahuan,
ketrampilan dan kemampuan yang dituntu oleh jabatan tertentu.Sedangkan menurut Ida dan
Piet Sahertian kompetensi adalah kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui
pendidikan dan pelatihan yang bersifat kognitif, afektif, dan performens.
Jadi kompetensi guru adalah seperangkat penguasaan kemampuan yang harus ada dalam
diri guru agar dapat mewujudkan kinerjanya secara tepat dan efektif. Kompetensi tersebut
meliputi :
1. Kompetensi kepribadian Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang
mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, dan berwibawa6 , menjadi
teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Secara perinci supkompetensi tersebut
dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Supkompetensi kepribadian yang mantap dan stabil memiliki indikator esensial:
bertindak sesuai dengan norma hukum, bertindak sesuai dengan norma sosial, bangga
sebagai guru, dan memiliki konsistensi dalam bertindaksesuai dengan norma.
b. Subkompetensi kepribadian yang dewasa memiliki indikator esensial: menampilkan
kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik dan memili etos kerja sebagai guru.
c. Subkompetensi kepribadian yang arif memiliki indikator esensial: menampilkan
tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan peserta didik, sekolah, dan masyarakat
sertamenunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak.
d. Subkompetensi kepribadian yang berwibawa memiliki indikator esensial: memiliki
prilaku yang berpengaruh positif terhadap peserta didik dan memiliki perilaku yang
disegani.
e. Subkompetensi kepribadian yang akhlak mulia dan dapat menjadi teladan memiliki
indikator esensial: bertindak sesuai norma religius (iman dan takwa, jujur, ikhlas,
suka menolong), dan memiiki perilaku yang diteladani.

7
2. Kompetensi pedagogis
Kompetensi pedagogis adalah kompetensi atau kemampuan guru dalam
pengelolaan pembelajaran peserta didik,8 kompetensi pedagogis meliputi pemahaman
terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi belajar, dan
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.9
Kompetensi tersebut diantaranya:
a. Memahami landasan pendidikan
b. Mampu merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi proses pembelajaran
c. Memahami, meengembangkan potensi peserta didik
d. Kemampuan dalam melaksanakan unsur-unsur penunjang misalnya paham akan
administrasi sekolah, bimbingan, dan konseling
e. Kemampuan dalam melaksanakan penelitian dan berpikir ilmiah untuk
meningkatkan kinerja sebagai pendidik
3. Kompetensi profesional
Kompetensi profesional merupakan peguasaan materi pembelajaran secara luas dan
mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajarandi sekolah dan
subtansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan terhadap struktur dan
metodelogi keilmuannya. Setiap subkompetensi tersebut memiliki indikator esensial
sebagai berikut:
a. Subkompetensi menguasai keilmuan yang terkait dengan bidang studi memiliki
indikator esensial: memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah;
memahami struktur, konsep dan metode keilmuan yang menaungi atau koheren
dengan materi ajat; memahami hubungan konsep antar mata pelajaran terkait; dan
menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari.
b. Subkompetensi menguasai struktur dan metode keilmuan memiliki indikator
esensial: memliki langkah-langkah penelitian dan kajian kritis untuk memperdalam
pengetahuan/materi bidang studi.

8
4. Kompetensi sosial
Kompetensi sosialmerupakan kemampuan seorang guru untuk berkomunikasi
secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali
peserta didik, dan masyarakat sekitar. Kompetensi ini memiliki subkompetensi dengan
indikator esensialsebagai berikut:
a. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik,
subkompetensi ini memiliki indikator esensial:berkomunikasi secara efektif
dengan peserta didik.
b. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama pendidik dan
tenaga kependidikan.
c. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang tua/wali peserta
didik dan masyarakat sekitar. Perlu dijelaskan bahwa sebenarnya keempat
kompetensi (kepribadian, pedagogis, profesional, dan sosial) tersebut dalam
praktiknya merupakan satu kesatuan yang utuh. Pemilahan tersebut semata-mata
untuk kemudahan memahaminya. Hal ini mengacu pada pandangan yang
menyebutkan bahwa sebagai guru yang berkompeten memiliki (a) pemahaman
terhadap karakteristik peserta didik, (b) penguasaan bidang studi, baik dari sisi
keilmuan maupun kependiidkan, (c) kemampuan penyelenggaraan pembelajaran
yang mendidik, dan (d) kemauan dan kemampuan mengembangkan profesionalitas
dan kepribadian secara berkelanjutan.

2.3 Indikasi-Indikasi Seorang Guru


Indikasi merupakan tanda-tanda kemampuan yang dimiliki seseorang, indikasi seorang
guru dikatakan profesional dan memiliki kompetensi antara lain:
1. Mampu menjabarkan berbagai bentuk pembelajaran ke dalam berbagai bentuk
cara penyampaian
2. Mampu merumuskan tujuan pembelajaran kognitif tingkat tinggi, seperti analisis,
sintesis, dan evaluasi. Melalui tujuan tersebut maka kegiatan belajar peserta didik
akan lebih aktif dan komprehensif.
3. Menguasai berbagai cara belajar yang efektif sesuai dengan tipe dan gaya belajar
yang dimiliki oleh peserta didik secara individual.

9
4. Memiliki sifat positif terhadap tugas profesinya, mata pelajaran yang dibinanya
sehingga selalu berupaya untuk meningkatkan kemampuan dan melaksanakn
tugasnya sebagai guru.
5. Terampil dalam membuat alat peraga pembelajaransederhana sesuai dengan
kebutuhan dan tuntutan mata pelajaran yang dibinanya serta penggunaannya
dalam proses pembelajaran.
6. Terampil dalam menggunakan berbagai model dan metode pembelajaran yang
dapat menumbuhkan minat sehingga diperoleh hasil belajar yang optimal.
7. Terampil dalam melakukan interaksi dengan peserta didik, dengan
mempertimbangkan tujuan dan materi pelajaran, kondisi pesertadidik, suasana
belajar, jumlah peserta didik, waktu yang tersedia, dan faktor yang berkenaan
dengan diri guru itu sendiri.
8. Memahami sifat dan karateristik peserta didik, terutama kemampuan belajarnya,
cara dan kebiasaan belajar, motivasi untuk belajar, dan hasil belajar yang telah
dicapai.
9. Terampil dalam menggunakan sumber-sumber belajar yang ada sebagai bahan
ataupun media belajar bagi peserta didik dalam proses pembelajaran.
10. Terampil dalam mengelola kelas atau memimpin peserta didik dalam belajar
sehingga suasana belajar menjadi menarik dan menyenangkan.

10
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Dari apa yang telah kami tulis di atas, dapat disimpulkan bahwa profesionalisme
guru adalah suatu pekerjaan yang di dalamnya terdapat tugastugas dan syarat-syarat
yang harus dijalankan oleh seorang guru dengan penuh dedikatif, sesuai dengan
bidang keahliannya dan selalu melakukan improvisasi diri. Dan seorang guru tidak
dapat dikatakan sebagai guru yang profesional jika tidak memenuhi empat kopetensi
berikut juga indikasi-indikasinya yang telah kami cantumkan di atas. Adapun ke
empat kompetensi tersenut adalah:
1. Kompetensi kepribadian
2. Kompetensi pedagogis
3. Kompetensi profesional
4. Kompetensi sosial

3.2. Saran Dan Kritik

11
DAFTAR PUSTAKA

Baharun, Hasan, Pengembangan Kurikulum: TEORI DAN PRAKTIK, 2017

Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Sistem Kepemimpinan Kepala Madrasah’, At-Tajdid:


Jurnal Ilmu Tarbiyah, 6 (2017), 1–25

Total Moral Quality: A New Approach for Character Education in Pesantren’, Ulumuna, 21
(2017), 57–80 Baharun, Hasan, and Robiatul Awwaliyah, ‘Pendidikan Multikultural
Dalam Menanggulangi Narasi Islamisme Di Indonesia’, Jurnal Pendidikan Agama Islam
(Journal of Islamic Education Studies), 5 (2017), 224–43

Thalib, Syamsul Bahri. 2013. Psikologi Pendidikan Berbasis Analisis Empiris Aplikatif. Jakarta,
Kencana. Ramayulis. 2002. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.

12

Anda mungkin juga menyukai