Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

TAFSIR TARBAWI

KOMPETENSI PENDIDIK

Desen Pengampu : Hamdi Pranata M.Ud

DISUSUN OLEH

Kelompok 6

Fitri Novita Sari : 01316.111.17.2020

M. Agus Salim : 01321.111.17.2020

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM TUANKU

TAMBUSAI PASIR PENGARAIAN

KABUPATEN ROKAN HULU

TA 2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Kompentensi Pendidik” ini tepat
pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
dosen pada Mata Kuliah Tafsir Tarbawi. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang Hadits Shahih Dalam Ajaran Islam bagi para pembaca dan juga
bagi penulis. Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Hamdi Pranata, M.Ud selaku
dosen mata kuliah Tafsir Tarbawi yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Saya menyadari bahwa
dalam makalah ini masih terdapat kekurangan. Untuk itu, saya mengharapkan kritik dan saran
yang sifatnya membangun demi penyempurnaan makalah ini. Akhir kata saya berharap
semoga makalah ini bermanfaat bagi yang membacanya.

Pasir Pengaraian 02, Juli, 2022

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ...................................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................................................. 2

C. Tujuan Penulis ....................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................ 3

A. Hakikat Kompentensi Pendidik ........................................................................................... 3

B. Pengertian Kompentensi ....................................................................................................... 4

C. Pengertian Standar Kompentensi ........................................................................................ 4

D. Tujuan Standar Kompetensi Guru ...................................................................................... 5

E. Dimensi-dimensi Kompetensi Guru ..................................................................................... 5

F. No.Kompetensi Inti Guru,Kompentensi Guru Kelas ......................................................... 13

BAB III PENUTUP .................................................................................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Profesi adalah suatu pekerjaan yang dalam melaksanakan tugasnya


memerlukan/menuntut keahlian, menggunakan teknik-teknik ilmiah, serta dedikasi yang
tinggi. Keahlian diperoleh dari lembaga pendidikan yang khusus diperuntukkan untuk itu
dengan kurikulum yang dapat dipertanggungjawabkan.

Pada dasarnya profesi guru adalah profesi yang sedang tumbuh. Walaupun ada yang
berpendapat bahwa guru adalah jabatan semi profesional, namun sebenarnya lebih dari itu.
Hal ini dimungkinkan karena jabatan guru hanya dapat diperoleh pada lembaga pendidikan
yang lulusannya menyiapkan tenaga guru, adanya organisasi profesi, kode etik dan ada aturan
tentang jabatan fungsional guru (SK Menpan No. 26/1989).

Semakin dituntutnya profesionalitas seorang guru, maka guru sebagai tenaga pengajar
dan pemberi informasi kepada siswanya tentu harus mengetahui bagaimana seorang guru
yang professional itu. Secara umum, sikap profesional seorang guru dilihat dari faktor luar.
Akan tetapi, hal tersebut belum mencerminkan seberapa baik potensi yang dimiliki guru
sebagai seorang tenaga pendidik. Menurut PP No. 74 Tahun 2008 pasal 1.1 Tentang Guru dan
UU. No. 14 Tahun 2005 pasal 1.1 Tentang Guru dan Dosen, guru adalah pendidik profesional
dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalar pendidikan formal,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan
menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, dan
kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan
profesi (UU. No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen pasal 1.4). Guru sebagai pendidik
professional dituntut untuk selalu menjadi teladan bagi masyarakat di sekelilingnya.
Masyarakat akan melihat bagaimana sikap dan perbuatan guru sehari-hari, apakah memang
ada yang patut diteladani atau tidak.

1
Walaupun segala perilaku guru selalu diperhatikan masyarakat, tetapi guru memiliki
beberapa perilaku yang berhubungan dengan profesinya, hal yang berhubungan dengan pola
tingkah laku guru dalam memahami, menghayati, serta mengamalkan sikap profesionalnya,

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan kompetensi dan standar kompetensi guru ?
2. Apa saja tujuan standar kompetensi guru ?
3. Apa yang dimaksud dengan kompetensi pedagogik ?
4. Apa yang dimaksud dengan kompetensi profesional?
5. Apa yang dimaksud dengan kompetensi sosial?

C. TUJUAN
1. Memberikan informasi tentang definisi kompetensi dan standar kompetensi seorang
guru.
2. Mengetahui pengertian pedagogik dan bagian-bagiannya
3. Mengetahui sikap profesional seorang guru.
4. Mengenal bagaimana sikap kompetensi sosial.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. HAKIKAT KOMPETENSI GURU


Seiring dengan perkembangan teknologi informasi yang demikian pesat, guru
tidak hanya bertindak sebagai penyaji informasi tetapi juga harus mampu bertindak
sebagai fasilitator,motivator dan pembimbing yang lebih banyak memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk mencari dan mengelola sendiri informasi. Dengan demikian
keahlian guru harus terus dikembangkan dan tidak hanya terbatas pada penguasaan prinsip
mengajar seperti telah diuraikan.
Kompetensi guru pada hakikatnya tidak bisa lepas dari konsep hakikat guru dan
hakekat tugas guru(Spencer 1993:7). Kompetensi guru mencerminkan tugas dan
kewajiban guru yang harus dilakukan sehubungan dengan arti jabatan guru yang menuntut
suatu kompetensi tertentu sebagaimana telah disebutkan. Ace Suryadi (1999:298-304)
mengemukakan bahwa untuk mencapai taraf kompetensi seorang guru memerlukan waktu
lama dan biaya mahal. Status kompetensi yang profesional tidak diberikan oleh siapapun,
tetapi harus dicapai kelompok profesi bersangkutan. Awalnya tentu harus dibina melalui
penguatan landasan profesi, misalnya pembinaan tenaga kependidikan yang sesuai,
pengembangan infrastruktur, pelatihan jabatan (in service training) yang memadai,
efisiensi dalam sistem perencanaan, serta pembinaan administrasi dan pembinaan
kepegawaian.

B. PENGERTIAN KOMPETENSI

Kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar


yang direflesikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Dengan demikian, kompetensi
yang dimiliki oleh setiap guru akan menunjukkan kualitas guru yang
sebenarnya.Kompetensi tersebut akan terwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuan
dari perbuatan secara profesional dalam menjalankan fungsi sebagai guru.

Kepmendiknas No. 045/U/2002 menyebutkan kompetensi sebagai seperangkat


tindakan cerdas dan penuh tanggungjawab dalam melaksanakan tugas-tugas sesuai dengan
pekerjaan tertentu. Jadi kompetensi guru dapat dimaknai sebagai kebulatan penetehuan,

3
keterampilan dan sikap yang berwujud tindakan cerdas dan penuh tanggungjawab dalam
melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran.

Majid (2005:6) menjelaskan kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan
menunjukkan kualitas guru dalam mengajar. Kompetensi tersebut akan terwujud dalam
bentuk penguasaan pengetahuan dan profesional dalam menjalankan fungsinya sebagai
guru. Diyakini Robotham (1996:27), kompetensi yang diperlukan oleh seseorang tersebut
dapat diperoleh baik melalui pendidikan formal maupun pengalaman.

Syah (2000:229) mengemukakan pengertian dasar kompetensi adalah kemampuan


atau kecakapan. Usman (1994:1) mengemukakan kompentensi berarti suatu hal yang
menggambarkan kualifikasi atau kemampuan seseorang, baik yang kualitatif maupun
yang kuantitatif. McAhsan (1981:45), sebagaimana dikutip oleh Mulyasa (2003:38)
mengemukakan bahwa kompetensi: “…is a knowledge, skills, and abilities or capabilities
that a person achieves, which become part of his or her being to the extent he or she can
satisfactorily perform particular cognitive, affective, and psychomotor behaviors”. Dalam
hal ini, kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang
dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia dapat
melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya.

Kompetensi guru adalah salah satu faktor yang mempengaruhi tercapainya tujuan
pembelajaran dan pendidikan disekolah, namun kompetensi guru tidak berdiri sendiri,
tetapi dipengaruhi latar belakang pendidikan, pengalaman mengajar, dan lamanya
mengajar. Kompetensi guru dapat dinilai penting sebagai alat seleksi dalam penerimaan
calon guru, juga dapat dijadikan sebagai pedoman dalam rangka pembinaan dan
pengembangan tenaga guru.Sealain itu, penting dalam hubungannya kegiatan belajar
mengajar dan hasil belajar siswa.
Dengan kata lain kompetensi adalah pemilikan,penguasaan,ketrampilan dan
kemampuan yang dituntut oleh jabatan seseorang.(A.Piet Sahertian :4)

C. PENGERTIAN STANDAR KOMPETENSI GURU

Standar Kompetensi Guru adalah suatu ukuran yang ditetapkan atau


dipersyaratkan dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan perilaku perbuatan bagi
seorang guru agar berkelayakan untuk menduduki jabatan fungsional sesuai bidang tugas,
kualifikasi, dan jenjang pendidikan.

4
D. TUJUAN STANDAR KOMPETENSI GURU

Standar Kompetensi Guru bertujuan untuk memperoleh acuan baku dalam


pengukuran kinerja guru untuk mendapatkan jaminan kualitas guru dalam meningkatkan
kualitas proses pembelajaran.

Dengan demikian, Standar Kompetensi Guru berfungsi sebagai :

1) Tolok ukur semua pihak yang berkepentingan di bidang pendidikan dalam rangka
pembinaan, peningkatan kualitas dan penjenjangan karir guru.
2) Meningkatkan kinerja guru dalam bentuk kreatifitas, inovasi, keterampilan,
kemandirian, dan tanggung jawab sesuai dengan jabatan profesional.

Seorang guru yang mendidik banyak siswa dan siswi di sekolah harus memiliki Standar
kompetensi yang layak dan sesuai, karena figur guru adalah faktor yang menentukan
berhasis atau tidaknya sebuah pendidikan.

E. DIMENSI-DIMENSI KOMPETENSI GURU


1. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik yang dimaksud yakni kemampuan pemahaman tentang
peserta didik secara mendalam dan penyelenggaraan pembelajaran yang mendidik.
Pemahaman tentang peserta didik meliputi pemahaman tentang psikologi
perkembangan anak sedangkan Pembelajaran yang mendidik meliputi kemampuan
merancang pembelajaran, mengimplementasikan pembelajaran, menilai proses dan
hasil pembelajaran, dan melakukan perbaikan secara berkelanjutan. Sedangkan
menurut PP tentang Guru, bahwasanya kompetensi pedagogik guru merupakan
kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurang-
kurangnya meliputi:
a. Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan.
Guru memiliki latar belakang pendidikan keilmuan sehingga memiliki
keahlian secara akademik dan intelektual. Merujuk pada sistem pengelolaan
pembelajaran yang berbasis subjek (mata pelajaran), guru seharusnya memiliki
kesesuaian antara latar belakang keilmuan dengan subjek yang dibina. Selain itu,
guru memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam penyelenggaraan pembelajaran
di kelas. Secara otentik kedua hal tersebut dapat dibuktikan dengan ijazah

5
akademik dan ijazah keahlian mengajar (akta mengajar) dari lembaga pendidikan
yang diakreditasi pemerintah.
b. Pemahaman terhadap peserta didik
Guru memiliki pemahaman akan psikologi perkembangan anak, sehingga
mengetahui dengan benar pendekatan yang tepat yang dilakukan pada anak
didiknya. Guru dapat membimbing anak melewati masa-masa sulit dalam usia
yang dialami anak. Selain itu, Guru memiliki pengetahuan dan pemahaman
terhadap latar belakang pribadi anak, sehingga dapat mengidentifikasi problem-
problem yang dihadapi anak serta menentukan solusi dan pendekatan yang tepat.
c. Pen gembangan kurikulum atau silabus

Guru memiliki kemampuan mengembangkan kurikulum pendidikan nasional


yang disesuaikan dengan kondisi spesifik lingkungan sekolah.

d. Perancangan pembelajaran
Guru memiliki merencanakan sistem pembelajaran yang memanfaatkan
sumber daya yang ada. Semua aktivitas pembelajaran dari awal sampai akhir telah
dapat direncanakan secara strategis, termasuk antisipasi masalah yang
kemungkinan dapat timbul dari skenario yang direncanakan.

e. Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis.

Guru menciptakan situasi belajar bagi anak yang kreatif, aktif dan
menyenangkan. Memberikan ruang yang luas bagi anak untuk dapat mengeksplor
potensi dan kemampuannya sehingga dapat dilatih dan dikembangkan.

f. Pemanfaatan teknologi pembelajaran.

Dalam menyelenggarakan pembelajaran, guru menggunakan teknologi


sebagai media. Menyediakan bahan belajar dan mengadministrasikan dengan
menggunakan teknologi informasi. Membiasakan anak berinteraksi dengan
menggunakan teknologi.

g. Evaluasi hasil belajar

Guru memiliki kemampuan untuk mengevaluasi pembelajaran yang


dilakukan meliputi perencanaan, respon anak, hasil belajar anak, metode dan
pendekatan. Untuk dapat mengevaluasi, guru harus dapat merencanakan penilaian

6
yang tepat, melakukan pengukuran dengan benar, dan membuat kesimpulan dan
solusi secara akurat.

h. Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang


dimilikinya.

Guru memiliki kemampuan untuk membimbing anak, menciptakan wadah


bagi anak untuk mengenali potensinya dan melatih untuk mengaktualisasikan
potensi yang dimiliki. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk
mengembangkan kemampuan ini adalah dengan melaksanakan penelitian tindakan
kelas. Penelitian tindakan kelas, berbasis pada perencanaan dan solusi atas
masalah yang dihadapi anak dalam belajar. Sehingga hasil belajar anak dapat
meningkat dan target perencanaan guru dapat tercapai. Pada prinsipnya, Kesemua
aspek kompetensi pedagogik di atas senantiasa dapat ditingkatkan melalui
pengembangan kajian masalah dan alternatif solusi.

2. Kompetensi Pribadi

Guru sering dianggap sebagai sosok yang memiliki kepribadian ideal. Oleh
karena itu, pribadi guru sering dianggap sebagai model atau panutan (yang harus
digugu dan ditiru). Kepribadian guru merupakan faktor terpenting bagi keberhasilan
belajar anak didik. Kepribadian mencakup semua unsur, baik fisik maupun psikis.
Sehingga dapat diketahui bahwa setiap tindakan dan tingkah laku seseorang
merupakan cerminan dari kepribadian seseorang, selama hal tersebut dilakukan
dengan penuh kesadaran. Setiap perkataan, tindakan, dan tingkah laku positif akan
meningkatkan citra diri dan kepribadian seseorang.

Sebagai seorang guru harus memiliki kompetensi yang berhubungan dengan


pengembangan kepribadian (personal competencies), di antaranya:

1) kemampuan yang berhubungan dengan pengalaman ajaran agama sesuai


dengan keyakinan agama yang dianutnya;
2) kemampuan untuk menghormati dan menghargai antar umat beragama;
3) kemampuan untuk berperilaku sesuai dengan norma, aturan, dan sistem nilai
yang berlaku di masyarakat;

7
4) mengembangkan sifat-sifat terpuji sebagai seorang guru misalnya sopan santun
dan tata karma dan;
5) bersikap demokratis dan terbuka terhadap pembaruan dan kritik.

Zakiah Darajat dalam Syah (2000:225-226) menegaskan bahwa kepribadian


itulah yang akan menentukan apakah ia menjadi pendidik dan pembina yang baik
bagi anak didiknya, ataukah akan menjadi perusak atau penghancur bagi masa depan
anak didiknya terutama bagi anak didik yang masih kecil (tingkat dasar) dan mereka
yang sedang mengalami kegoncangan jiwa (tingkat menengah).

Gumelar dan Dahyat (2002:127) merujuk pada pendapat Asian Institut for
Teacher Education, mengemukakan kompetensi pribadi meliputi :
1) pengetahuan tentang adat istiadat baik sosial maupun agama,
2) pengetahuan tentang budaya dan tradisi,
3) pengetahuan tentang inti demokrasi,
4) pengetahuan tentang estetika,
5) memiliki apresiasi dan kesadaran sosial,
6) memiliki sikap yang benar terhadap pengetahuan dan pekerjaan,
7) setia terhadap harkat dan martabat manusia.

Arikunto (1993:239) mengemukakan kompetensi personal mengharuskan guru


memiliki kepribadian yang mantap sehingga menjadi sumber inspirasi bagi subyek
didik, dan patut diteladani oleh siswa.Berdasarkan uraian di atas, kompetensi
kepribadian guru tercermin dari indikator

1) sikap, dan
2) keteladanan.

3. Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional adalah kompetensi atau kemampuan yang berhubungan
dengan penyesuaian tugas-tugas keguruan. Kompetensi ini merupakan kompetensi
yang sangat penting. Oleh sebab langsung berhubungan dengan kinerja yang
ditampilkan.
Kompetensi profesional guru adalah merupakan suatu keharusan dalam
mewujudkan sekolah berbasis pengetahuan, yaitu pengetahuan tentang pemahaman
tentang pembelajaran, kurikulum, dan perkembangan manusia termasuk gaya belajar

8
(Kariman,2002). Pada umumnya disekolah-sekolah yang memiliki guru dengan
kompetensi profesional akan menerapkan “pembelajaran dengan melakukan” untuk
menggantikan cara mengajar dimana guru hanya berbicara dan peserta didik hanya
mendengarkan.
Kompetensi guru berkaitan dengan profesionalisme yaitu, guru yang
profesional adlah guru yang kompeten (berkemampuan), karena itu kompetensi
profesionalisme guru dapat diartikan sebagai kemampuan dan kewenangan guru
dalam menjalankan profesi keguruannya dengan kemampuan tinggi (Muhibbin Syah
: 230).
Oleh sebab itu, tingkat keprofesionalan seorang guru dapat dilihat dari
kompetensi sebagai berikut:
(1) kemampuan untuk menguasai landasan kependidikan, misalnya paham akan
tujuan pendidikan yang harus dicapai baik tujuan nasional, institusional,
kurikuler dan tujuan pembelajaran;
(2) pemahaman dalam bidang psikologi pendidikan, misalnya paham tentang
tahapan perkembangan siswa, paham tentang teori-teori belajar;
(3) kemampuan dalam penguasaan materi pelajaran sesuai dengan bidang studi
yang diajarkannya;
(4) kemampuan dalam mengaplikasikan berbagai metodologi dan strategi
pembelajaran;
(5) kemampuan merancang dan memanfaatkan berbagai media dan sumber
belajar;
(6) kemampuan dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran;
(7) kemampuan dalam menyusun program pembelajaran;
(8) kemampuan dalam melaksanakan unsur penunjang, misalnya administrasi
sekolah, bimbingan dan penyuluhan dan;
(9) kemampuan dalam melaksanakan penelitian dan berpikir ilmiah untuk
meningkatkan kinerja.

Dalam suasana seperti itu, peserta didik dilibatkan secara aktif dalam memecahkan
masalah , mencari sumber informasi, data evaluasi , serta menyajikan dan
mempertahankan pandangan dan hasil kerja mereka kepada teman sejawat dan yang
lainnya. Sedangkan para guru dapat bekerja secara intensif dengan guru lainnya,
dalam merencanakan pembelajaran baik individual maupun tim, membuat keputusan
tentang mendesai sekolah kolaborasi tentang pengembangan kurikulum, dan

9
partisipasi dalam penilaian. Berikut akan diuraikan tentang kompetensi profesional
yang harus menjadi andalan guru dalam melaksanakan tugasnya.

4. Kompetensi Sosial Kemasyarakatan


Kompetensi ini berhubungan dengan kemampuan guru sebagai anggota
masyarakat dan sebagai makhluk sosial, meliputi:
1) kemampuan untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan teman sejawat
untuk meningkatkan kemampuan profesional;
2) kemampuan untuk mengenal dan memahami fungsi-fungsi setiap lembaga
kemasyarakatan dan;
3) kemampuan untuk menjalin kerja sama baik secara individual maupun secara
kelompok.
Keberhasilan pembelajaran kepada peserta didik sangat ditentukan oleh guru,
karena guru adalah pemimpin pembelajaran, fasilitator, dan sekaligus merupakan
pusat inisiatif pembelajaran. Itulah sebabnya, guru harus senantiasa mengembangkan
kemampuan dirinya. Guru perlu memiliki standar profesi dengan menguasai materi
serta strategi pembelajaran dan dapat mendorong siswanya untuk belajar bersungguh-
sungguh. Selain standar profesi, guru perlu memiliki standar sebagai berikut:
1) Standar intelektual: guru harus memiliki pengetahuan dan keterampilan yang
memadai agar dapat melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan baik dan
profesional.
2) Standar fisik: guru harus sehat jasmani, berbadan sehat, dan tidak memiliki
penyakit menular yang membahayakan diri, peserta didik dan lingkungannya.
3) Standar psikis: guru harus sehat rohani, artinya tidak mengalami gangguan
jiwa ataupun kelainan yang dapat mengganggu pelaksanaan tugas
profesionalnya
4) Standar mental: guru harus memiliki mental yang sehat, mencintai, mengabdi,
dan memiliki dedikasi yang tinggi pada tugas dan jabatannya.
5) Standar moral: guru harus memiliki budi pekerti luhur dan sikap moral yang
tinggi.
6) Standar sosial: guru harus memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dan
bergaul dengan masyarakat lingkungannya.

7) Standar spiritual: guru harus beriman kepada Allah yang diwujudkan dalam
ibadah dalam kehidupan sehari-hari.

10
Ada empat pilar pendidikan yang akan membuat manusia semakin maju:

1. Learning to know (belajar untuk mengetahui), artinya belajar itu harus dapat
memahami apa yang dipelajari bukan hanya dihafalkan tetapi harus ada
pengertian yang dalam.
2. Learning to do (belajar, berbuat/melakukan), setelah kita memahami dan mengerti
dengan benar apa yang kita pelajari lalu kita melakukannya.
3. Learning to be (belajar menjadi seseorang). Kita harus mengetahui diri kita
sendiri, siapa kita sebenarnya? Untuk apa kita hidup? Dengan demikian kita akan
bisa mengendalikan diri dan memiliki kepribadian untuk mau dibentuk lebih baik
lagi dan maju dalam bidang pengetahuan.
4. Learning to live together (belajar hidup bersama). Sejak Tuhan Allah
menciptakan manusia, harus disadari bahwa manusia tidak dapat hidup sendiri
tetapi saling membutuhkan seorang dengan yang lainnya, harus ada penolong.
Karena itu manusia harus hidup bersama, saling membantu, saling menguatkan,
saling menasehati dan saling mengasihi, tentunya saling menghargai dan saling
menghormati satu dengan yang lain.

Pada butir ke 4 di atas, tampaklah bahwa kompetensi sosial mutlak dimiliki seorang
guru. Yang dimaksud dengan kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai
bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta
didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan
masyarakat sekitar (Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat 3 butir d).
Karena itu guru harus dapat berkomunikasi dengan baik secara lisan, tulisan, dan
isyarat; menggunakan teknologi komunikasi dan informasi; bergaul secara efektif
dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta
didik; bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar.

Memang guru harus memiliki pengetahuan yang luas, menguasai berbagai


jenis bahan pembelajaran, menguasai teori dan praktek pendidikan, serta menguasai
kurikulum dan metodologi pembelajaran. Namun sebagai anggota masyarakat, setiap
guru harus pandai bergaul dengan masyarakat. Untuk itu, ia harus menguasai psikologi
sosial, memiliki pengetahuan tentang hubungan antar manusia, memiliki keterampilan
membina kelompok, keterampilan bekerjasama dalam kelompok, dan menyelesaikan
tugas bersama dalam kelompok.

11
Sebagai individu yang berkecimpung dalam pendidikan dan juga sebagai
anggota masyarakat, guru harus memiliki kepribadian yang mencerminkan seorang
pendidik. Guru harus bisa digugu dan ditiru. Digugu maksudnya bahwa pesan-pesan
yang disampaikan guru bisa dipercaya untuk dilaksanakan dan pola hidupnya bisa
ditiru atau diteladani. Guru sering dijadikan panutan oleh masyarakat, untuk itu guru
harus mengenal nilai-nilai yang dianut dan berkembang di masyarakat tempat
melaksanakan tugas dan bertempat tinggal.

Sebagai pribadi yang hidup di tengah-tengah masyarakat, guru perlu memiliki


kemampuan untuk berbaur dengan masyarakat misalnya melalui kegiatan olahraga,
keagamaan, dan kepemudaan. Keluwesan bergaul harus dimiliki, sebab kalau tidak,
pergaulannya akan menjadi kaku dan berakibat yang bersangkutan kurang bisa
diterima oleh masyarakat.

Bila guru memiliki kompetensi sosial, maka hal ini akan diteladani oleh para
murid. Sebab selain kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual, peserta didik
perlu diperkenalkan dengan kecerdasan sosial (social intelegence), agar mereka
memiliki hati nurani, rasa perduli, empati dan simpati kepada sesama. Pribadi yang
memiliki kecerdasan sosial ditandai adanya hubungan yang kuat dengan Allah,
memberi manfaat kepada lingkungan, dan menghasilkan karya untuk membangun
orang lain. Mereka santun dan peduli sesama, jujur dan bersih dalam berperilaku.

Sumber kecerdasan adalah intelektual sebagai pengolah pengetahuan antara


hati dan akal manusia. Dari akal muncul kecerdasan intelektual dan kecerdasan
bertindak yang memandu kecerdasan bicara dan kerja. Sedangkan dari hati muncul
kecerdasan spiritual, emosional dan sosial.

Sosial inteligensi membentuk manusia yang setia pada kebersamaan. Apabila


ada satu warganya yang menderita merupakan penderitaan bersama. Sebaliknya
apabila ada kebahagiaan menjadi/merupakan kebahagiaan seluruh masyarakat. Dalam
tingkatan nasional, sosial intelegensi membimbing para pemimpin untuk selalu peka
terhadap kesulitan rakyatnya dengan mengutamakan kesejahteraan seluruh lapisan
masyarakat.

Cara mengembangkan kecerdasan sosial di lingkungan sekolah antara lain:


diskusi, hadap masalah, bermain peran, kunjungan langsung ke masyarakat dan
lingkungan sosial yang beragam. Jika kegiatan dan metode pembelajaran tersebut
dilakukan secara efektif maka akan dapat mengembangkan kecerdasan sosial bagi

12
seluruh warga sekolah, sehingga mereka menjadi warga yang peduli terhadap kondisi
sosial masyarakat dan ikut memecahkan berbagai permasalahan sosial yang dihadapi
oleh masyarakat.

F. NO. KOMPETENSI INTI GURU KOMPETENSI GURU KELAS


I. Kompetensi Pedagodik
1. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural,
emosional, dan intelektual.
1.1 Memahami karakteristik peserta didik usia sekolah dasar yang berkaitan dengan
aspek fisik, intelektual, sosial-emosional, moral, spiritual, dan latar belakang
sosial-budaya.
1.2 Mengidentifikasi potensi peserta didik usia sekoiah dasar dalam lima mata
pelajaran SD/MI.
1.3 Mengidentifikasi kemampuan awal peserta didik usia sekolah dasar dalam lima
mata pelajaran SD/MI.
1.4 Mengidentifikasi kesulitan peserta belajar usia sekolah dasar dalam lima mata
pelajaran SD/MI.
2. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik.
2.1 Memahami berbagai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang
mendidik terkait dengan lima mata pelajaran SD/MI.
2.2 Menerapkan berbagai pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran
yang mendidik secara kreatif dalam lima mata pelajaran SD/MI.
2.3 Menerapkan pendekatan pembelajaran tematis, khususnya di kelas-kelas awal
SD/MI.
3. Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran/bidang
pengembangan yang diampu.
3.1 Memahami prinsip-prinsip pengembangan kurikulum.
3.2 Menentukan tujuan lima mata pelajaran SD/MI.
3.3 Menentukan pengalaman belajar yang sesuai untuk mencapai tujuan lima mata
pelajaran SD/MI.
3.4 Memilih materi lima mata pelajaran SD/MI yang terkait dengan pengalaman
belajar dan tujuan pembelajaran.
3.5 Menata materi pembelajaran secara benar sesuai dengan pendekatan yang dipilih
dan karakteristik peserta didik usia SD/MI.
3.6 Mengembangkan indikator dan instrumen penilaian.

13
4. Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik.
4.1 Memahami prinsip-prinsip perancangan pembelajaran yang mendidik.
4.2 Mengembangkan komponen-komponen rancangan pembelajaran.
4.3 Menyusun rancangan pembelajaran yang lengkap, baik untuk kegiatan di
dalam kelas, laboratorium, maupun lapangan.
4.4 Melaksanakan pembelajaran yang mendidik di kelas, di laboratorium, dan di
lapangan.
4.5 Menggunakan media pembelajaran sesuai dengan ka-rakteristik peserta didik
dan lima mata pelajaran SD/ MI untuk mencapai tujuan pembelajaran secara
utuh.
4.6 Mengambil keputusan transaksional dalam lima mata pelajaran SD/MI sesuai
dengan situasi yang berkembang.

5. Memanfaatkan teknologi in-formasi dan komunikasi untuk kepentingan


pembelajaran.
5.1 Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran.

6. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan


berbagai potensi yang dimiliki.
6.1 Menyediakan berbagai kegiatan pembelajaran untuk mendorong peserta didik
mencapai prestasi belajar secara optimal.
6.2 Menyediakan berbagai kegiatan pembelajaran untuk mengaktualisasikan
potensi peserta didik, termasuk kreativitasnya.

7, Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik.


7.1 Memahami berbagai strategi berkomunikasi yang efektif, empatik, dan santun,
baik secara lisan maupun tulisan.
7.2 Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik dengan
bahasa yang khas dalam interaksi pembelajaran yang terbangun secara siklikal
dari
(a) penyiapan kondisi psikologis peserta didik,
(b) memberikan pertanyaan atau tugas sebagai undangan kepada peserta didik
untuk merespons,
(c) respons peserta didik,
(d) reaksi guru terhadap respons peserta didik, dan seterusnya.

14
8. Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar.
8.1 Memahami prinsip-prinsip penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar
sesuai dengan karakteristik lima mata pelajaran SD/MI.
8.2 Menentukan aspek-aspek proses dan hasil belajar yang penting untuk dinilai
dan dievaluasi sesuai dengan karakteristik lima mata pelajaran SD/MI.
8.3 Menentukan prosedur penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar.
8.4 Mengembangkan instrumen penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar.
8.5 Mengadministrasikan penilaian proses dan hasil belajar secara
berkesinambungan dengan menggunakan berbagai instrumen.
8.6 Menganalisis hasii penilaian proses dan hasil belajar untuk berbagai tujuan.
8.7 Melakukan evaluasi proses dan hasil belajar.

9.. Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran


9.1 Menggunakan informasi hasil penilaian dan evaluasi untuk menentukan
ketuntasan belajar.
9.2 Menggunakan informasi hasil penilaian dan evaluasi untuk merancang program
remedial dan pengayaan.
9.3 Mengkomunikasikan hasil penilaian dan evaluasi kepada pemangku
kepentingan.
9.4 Memanfaatkan informasi hasil penilaian dan evaluasi pembelajaran untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran.

10. Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.


10.1 Melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan.
10.2 Memanfaatkan hasil refleksi untuk perbaikan dan pengembangan lima mata
pelajaran SD/MI.
10.3 Melakukan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran lima mata pelajaran SD/MI.

II. Kompetensi Kepribadian

1. Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional
Indonesia.

15
11.1 Menghargai peserta didik tanpa membedakan keyakinan yang dianut, suku,
adat-istiadat, daerah asal, dan gender.
11.2 Bersikap sesuai dengan norma agama yang dianut, hukum dan norma sosial
yang berlaku dalam masyarakat, serta kebudayaan nasional Indonesia yang
beragam.

2, Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi pe-
serta didik dan masyarakat.
12.1 Berperilaku jujur, tegas, dan manusiawi.
12.2 Berperilaku yang mencerminkan ketakwaan dan akhlak mulia.
12.3 Berperilaku yang dapat diteladani oleh peserta didik dan anggota masyarakat
di sekitarnya.

3. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa
13.3 Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap dan stabil.
13.2 Menampilkan diri sebagai pribadi yang dewasa, arif, dan berwibawa.

4, Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru,
dan rasa percaya diri.
a. Menunjukkan etos kerja dan tanggung jawab yang tinggi.
b. Bangga menjadi guru dan percaya pada diri sendiri.
c. Bekerja mandiri secara profesional.

5. Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.


a. Memahami kode etik profesi guru
b. Menerapkan kode etik profesi guru.
c. Berperilaku sesuai dengan kode etik profesi guru.

III. Kompetensi Sosial


1. Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskri-minatif karena pertimbangan
jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial
ekonomi.
16.1 Bersikap inklusif dan objektif terhadap peserta didik, teman sejawat dan
lingkungan sekitar dalam melaksanakan pembelajaran.

16
16.2 Tidak bersikap diskriminatif terhadap peserta didik, teman sejawat, orang tua
peserta didik dan lingkungan sekolah karena perbedaan agama, suku, jenis
kelamin, latar belakang keluarga, dan status sosial-ekonomi.

2. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua, dan masyarakat.
17.1 Berkomunikasi dengan teman sejawat dan komuni-tas ilmiah lainnya secara
santun, empatik dan efektif.
17.2 Berkomunikasi dengan orang tua peserta didik dan masyarakat secara santun,
empatik, dan efektif tentang program pembelajaran dan kemajuan peserta didik.
17.3 Mengikutsertakan orang tua peserta didik dan masyarakat dalam program
pembelajaran dan dalam mengatasi kesulitan belajar peserta didik.

3. Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki


keragaman sosial budaya.
18.1 Beradaptasi dengan lingkungan tempat bekerja dalam rangka meningkatkan
efektivitas sebagai pendi-dik, termasuk memahami bahasa daerah setempat.
18.2 Melaksanakan berbagai program dalam lingkungan kerja untuk mengembangkan
dan meningkatkan kualitas pendidikan di daerah yang bersangkutan.

4. Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan
tulisan atau bentuk lain.
19.1 Berkomunikasi dengan teman sejawat, profesi ilmiah, dan komunitas ilmiah
lainnya melalui berbagai media dalam rangka meningkatkan kualitas
pendidikan.
19.2 Mengkomunikasikan hasil-hasil inovasi pembelajaran kepada komunitas profesi
sendiri secara Iisan dan tulisan atau bentuk lain.

IV. Kompetensi Profesional


1. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata
pelajaran yang diampu.
Bahasa Indonesia
20.1 Memahami hakikat bahasa dan pemerolehan bahasa.
20.2 Memahami kedudukan, fungsi, dan ragam bahasa Indonesia.

17
20.3 Menguasai dasar-dasar dan kaidah bahasa Indonesia sebagai rujukan penggunaan
bahasa Indonesia yang baik dan benar.
20.4 Memiliki keterampilan berbahasa Indonesia (menyimak, berbicara, membaca, dan
menulis)
20.5 Memahami teori dan genre sastra Indonesia.
20.6 Mampu mengapresiasi karya sastra Indonesia, secara reseptif dan produktif.

Matematika
20.7 Menguasai pengetahuan konseptual dan prosedural serta keterkaitan keduanya
dalam konteks materi aritmatika, aljabar, geometri, trigonometri, pengukuran,
statistika, dan logika matematika.
20.8 Mampu menggunakan matematisasi horizontal dan vertikal untuk menyelesaikan
masalah matematika dan masalah dalam dunia nyata.
20.9 Mampu menggunakan pengetahuan konseptual, pro-sedural, dan keterkaitan
keduanya dalam pemecahan masalah matematika, serta penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari.
20.10 Mampu menggunakan alat peraga, alat ukur, alat hitung, dan piranti lunak
komputer.

IPA
20.11 Mampu melakukan observasi gejala alam baik secara langsung maupun tidak
langsung.
20.12 Memanfaatkan konsep-konsep dan hukum-hukum ilmu pengetahuan alam dalam
berbagai situasi kehidupan sehari-hari.
20.13 Memahami struktur ilmu pengetahuan alam, termasuk hubungan fungsional
antarkonsep, yang berhubungan dengan mata pelajaran IPA.
IPS
20.14 Menguasai materi keilmuan yang meliputi dimensi pengetahuan, nilai, dan
keterampilan IPS.
20.15 Mengembangkan materi, struktur, dan konsep keilmuan IPS.
20.16 Memahami cita-cita, nilai, konsep, dan prinsip-prinsip pokok ilrnu-ilmu sosial
dalam konteks kebhinnekaan masyarakat Indonesia dan dinamika kehidupan
global.

18
20.17 Memahami fenomena interaksi perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
kehidupan agama, dan perkembangan masyarakat serta saling ketergantungan
global.
PKn
20.18 Menguasai materi keilmuan yang meliputi dimensi pengetahuan, sikap, nilai, dan
perilaku yang mendukung kegiatan pembelajaran PKn.
20.19 Menguasai konsep dan prinsip kepribadian nasional dan demokrasi konstitusional
Indonesia, semangat kebangsaan dan cinta tanah air serta bela negara.
20.20 Menguasai konsep dan prinsip perlindungan, pemajuan HAM, serta penegakan
hukum secara adil dan benar.
20.21 Menguasai konsep, prinsip, nilai, moral, dan norma kewarganegaraan Indonesia
yang demokratis dalam konteks kewargaan negara dan dunia.

2. Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran/bidang


pengembangan yang diampu.
a. Memahami standar kompetensi lima mata pelajaran SD/MI.
b. Memahami kompetensi dasar lima mata pelajaran SD/MI.
c. Memahami tujuan pembelajaran lima mata pelajaran SD/MI.

3. Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif.


a. Memilih materi lima mata pelajaran SD/MI yang sesuai dengan tingkat perkembangan
peserta didik.
b. Mengolah materi lima mata pelajaran SD/MI secara integratif dan kreatif sesuai
dengan tingkat perkembangan peserta didik.

4. Mengembangkan keprofesi-onalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan


reflektif.
Melakukan refleksi terhadap kinerja sendiri secara terus menerus.
Memanfaatkan hasil refleksi dalam rangka peningkatan keprofesionalan.
Melakukan penelitian tindakan kelas untuk peningkatan keprofesionalan.
Mengikuti kemajuan zaman dengan belajar dari berbagai sumber.

5. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan


mengembangkan diri.
24.1 Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam berkomunikasi.

19
24.2 Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk pengembangan diri.

A.Pengertian Ahlul Dzikir


Dari segi bahasa kata adz-zikir berasal dari dzakara-yadzkuru-dzikran yang
berartimenyebut, mengingat, atau menghadirkan sesuatu yang tersimpan dalam pikiran.
Dzikir pada hakikatnya merupakan sebuah aktivitas untuk melepaskan diri dari kelalaian,
yaitudengan senantiasa menghadirkan kalbu bersama Allah.Arti dzikir yang sebenarnya
adalah suatu cara atau media untuk menyebut ataumengingat nama Allah, jadi semua bentuk
aktivitas yang tujuannya mendekatkan dirikepada Allah dinamakan dzikir seperti
shalat“sungguh Aku adalah Allah, tak ada tuhan selain Aku sembahlah Aku dan dirikan salat
untuk mengingat Aku” (QS. Thaha [20]:14 ),tetapi lebih spesifik lagi dzikir dibatasi dengan
kata mengingat Allah dengan lisan danhati.Dalam hal beragama, sudah tentu berdzikir sering
merupakan anjuran paling utama,sebab maknanya adalah ingat, zikir ini merupakan sebuah
kesadaran manusia atasdirinya, ia (manusia) menyadari penuh bahwa dirinya hanyalah
seorang hamba darihamba-hambanya yang ada disegenap semesta ini. Kesadaran inilah yang
disebut kesadaran penghambaan.
1. Konsep Dzikir.
Sebutan dan Nama Dalam Berdzikir. Untuk mempermudah mengingat dzikir para ulama
memberi sebutan dzikir yang digunakan dalam keadaan tertentu.
a. Basmalah diucapkan saat memulai sesuatu
b. Hamdalah / Tahmid : diucapkan saat mengakhiri sesuatu
c. Istigfar : diucapkan ketika melihat atau mendengar sesuatu yang tidakdiinginkn atau
untuk memohon ampunn.
d. Hauqalah : diucapkan ketika melihat atau mendengar sesutu yang dibenci.
e. Tahlil / Syahadah : diucapkan memasukan orang non muslim kedalam agama islam/
bacaan wajib dalam shalat
f. Tasbih : diucapkan ketika melihat atau mendenga kekuasaan Allah.
2. Anggota tubuh dalam berdzikir
Pada hakikatnya semua anggota tubuh pada manusia dapat digunakan sebagai
dzikirasalkan digunakan untuk bersyukur atau mendekatkan diri kepada Allah. Sepertishalat,
puasa, dan pergi haji. Tetapi para ahli tasauf membagi dzikir itu dengan dua bagian :
a. Dzikir billisan : Berdzikir dengan menggunakan lidah dan menggerakan kedua bibir.
Mu’az bertanya kepada nabi tentang amalan yang paling utama, nabi menjawab :
“sampe mati lidahmu basah dengan berdzikir kepada Allah”.(HR. Al Baihaqi).
Berdzikir dengan lisan ada dua cara, pertama berdzikirdengan suara perlahan

20
sekiranya hanya terdengar oeh telinga orang yang berdzikir sebagaimana dalam firman
Allah“ Dan sebutlah nama Tuhanmu dalam hati dengan merendahkan diri dan rasa
takut, dan dengan tidakmengeraskan suara, diwaktu pagi dan petang, dan janganlah
kamu termasuk orang-orang yang lalai.” (QS Al Araf : 205), dan cara kedua berzikir
dengansuara keras sekira erdengar telinga orang yang berdzikir dan orang
yagdidekatnya.
b. Dzikir bilqolbi : berdzikir menggunakan hati dan sama sekali tidak terdengaroleh
telinga.
3. Keadaan dalam berdzikir dan larangan-Nya
Pada dasarnya berdzikir tidak dibatasi dengan sesuatu apapun, karena mengingatkepada
sang pencipta tidak boleh dibatsi oleh apapun, kecuali ada hal-hal tertentuyang dilarang
untuk mengerjakannya.Berdzikir boleh dilakukan dalam kondisi berdiri, duduk, atau
berbaring.Sebagaiman firmannya “ Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalatmu,
ingatlah Allah diwaktu berdiri, diwaktu duduk dan diwaktu berbaring..” (QS An-Nisa :
103). Ayat ini mengandung pengertian boleh berdzikir pada waktu siang atau
malam,didaratan atau dilautan, sedang berpergian dalam kendaraan atau disuatu tempat
dandalam kondisi apapun seperti sakit atau sehat, sendiri atau ramai.Dzikir bilqolbi tidak
ada larangan sama sekali, tetapi dzikir billisan memilikilarangan tertentu:
a. Berdzikir pada tempat yang bernajis seperti WC atau kamar mandi. Wanita yang haid
atau orang yang sedang junub (hadats besar) dilarangmembaca sesuatu yang diambil
dari Al-Quran, “Tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan.”(QS. Al
Waqiah : 79).
b. Orang yang sedang menjalankan maksiat kepada Allah, seperti sedang berjudi,berzina
atau meminum-minumah keras dengan maksud mengejek Allah.
4. Tingkatan orang yang berdzikir
Dalam ilmu tasawuf, orang berdzikir terbagi atas dua golongan :
a. Pertama : orang awam yang zikirnya hanya sebatas menyebut atau mengingatAllah.
b. Kedua : orang arifin, bagi mereka berdzikir wajib hukumnya bila sekejapmereka lupa
kepada Allah maka berdosa baginya dan dzikirnya bukan sekedarmenyebut atau
mengingat allah akan tetapi mendekatkan diri kepada zat yag Maha Esa
5. Manfaat berdzikir
a. Membuat hati menjadi tenangAllah berfirman : “Ingatlah, hanya mengingat Allah -lah
hati menjadi tentram.” (QS. Ar Ra’d : 28).

21
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Keberhasilan seorang guru dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai
sebagai seorang pengajar sangat tegantung pada diri pribadi masing-masing guru dalam
lingkungan tempat ia bertugas. Sedangkan kompetensi guru adalah kemampuan yang
dimiliki guru yang diindikasikan dalam empat kompetensi, yaitu kompetensi yang
berhubungan dengan tugas profesionalnya sebagai guru (profesional), kompetensi
pedagogik, kompetensi yang berhubungan dengan keadaan pribdinya (personal), dan
kompetensi yang berhubungan dengan masyarakat atau lingkungannya (sosial).

SARAN

Apabila syarat-syarat profesionalisme guru telah terpenuhi diharapkan dapat mengubah


peran guru yang tadinya pasif menjadi guru yang kreatif dan dinamis berdasarkan
empat kompetensi dasar guru.

22
DAFTAR PUSTAKA

Mulmung. 2006.Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia. Jakarta: Gaung Persada.

Mulyasa, E.2008. Standaar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya

Yamin, Martinis. 2006. Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia. Jakarta: Gaung Persada

23

Anda mungkin juga menyukai