Anda di halaman 1dari 51

MAKALAH

PENGEMBANGAN KARIR PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


Kompetensi Guru

DOSEN PENGAMPU:

1. Dr. Farida Mayar, M.Pd.


2. Resti Elma Sari, M.Pd.

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 4

1. ENGLA VENTARA FARSYOFMI (20022141)


2. SALSABILA ANISYARI (20022171)
3. SITI AISAH (20022173)
4. SILVIA ALYA (20022193)

DEPARTEMEN PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, taufik serta hidayah-Nya, terutama nikmat kesempatan dan kesehatan kepada kita semua
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul Kompetensi Guru ini dengan baik.
Shalawat beserta salam kita sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan
pedoman hidup yaitu Al-Qur’an serta Sunnah untuk keselamatan umatnya di dunia ini dan di
akhirat kelak.
Makalah ini dibuat karena merupakan salah satu tugas mata kuliah Pengembangan Karir
Pendidikan Anak Usia Dini di Universitas Negeri Padang. Selanjutnya kami mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. Farida Mayar, M. Pd. dan Resti Elma Sari, M. Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah
Pengembangan Karir Pendidikan Anak Usia Dini.
2. Teman-teman yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu yang telah memberikan saran dan
masukan untuk kesempurnaan makalah ini.
Kami menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan yang terdapat pada makalah ini sebagai
akibat dari keterbatasan dari pengetahuan kami. Sehubungan dengan hal tersebut, kami akan selalu
membuka diri untuk menerima segala kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak. Akhir
kata kami berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Padang, 04 November 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................ii

DAFTAR ISI.......................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1

A. Latar Belakang........................................................................................................1

B. RumusanMasalah...................................................................................................2

C. Tujuan.....................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................3

A. HubunganKompetensi Guru...................................................................................3

B. Kemampuan Berkomunikasi................................................................................25

C. Hubungan Kompetensi Sosial dengan Hubungan Masyarakat............................28

D. Kedisiplinan..........................................................................................................35

E. Kesejahteraan.......................................................................................................36

F. Iklim Kerja............................................................................................................37

BAB III PENUTUP.............................................................................................................46

A. Kesimpulan.............................................................................................................46

B. Saran.......................................................................................................................47

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................48

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Profesi adalah suatu pekerjaan yang dalam melaksanakan tugasnya memerlukan /
menuntut keahlian, menggunakan teknik-teknik ilmiah, serta dedikasi yang tinggi. Keahlian
diperoleh dari lembaga pendidikan yang khusus di peruntukkan untuk itu dengan kurikulum yang
dapat di pertanggung jawabkan. Pada dasarnya profesi guru adalah profesi yang sedang tumbuh.
Walaupun ada yang berpendapat bahwa guru adalah jabatan semi professional, namun
sebenarnya lebih dari itu. Hal ini di mungkinkan karena jabatan guru hanya dapat diperoleh pada
lembaga pendidikan yang lulusannya menyiapkan tenaga guru, adanya organisasi profesi, kode
etik dan ada aturan tentang jabatan fungsional guru (SK Menpan No. 26/1987).
Semakin dituntutnya profesionalitas seorang guru, maka guru sebagai tenaga pengajar dan
pemberi informasi kepada anak didiknya tentu harus mengetahui bagaimana seorang guru yang
professional itu. Secara umum, sikap professional seorang guru dilihat dari faktor luar. Akan
tetapi, hal tersebut belum mencerminkan seberapa baik potensi yang dimiliki guru sebagai
seoarng tenaga pendidik. Menurut PP No. 74 Tahun 2008 pasal 1.1 tentang guru dan UU. No14
Tahun 2005 pasal 1.1 Tentang guru dan dosen, guru adalah pendidik professional dengan tugas
utama mendidik, mengajar, membimbing dan mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah. Professional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh
seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran
dan kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan
profesi (UU. No. 14 Tahun 2005 Tentang guru dan dosen pasalh 1.4). guru sebagai pendidik
professional dituntut untuk selalu menjadi teladan bagi masyarakat di sekelilingnya. Masyarakat
akan melihat bagaimana sikap dan perbuatan guru sehari-hari, apakah memang ada yang patut
diteladani atau tidak.

1
Walaupun segala perilaku guru selalu diperhatikan masyarakat, tetapi guru memiliki
beberapa perilaku yang berhubungan dengan profesinya, hal yang berhubungan dengan pola
tingkah laku guru dalam memahami, menghayati serta mengamalkan sikap profesionalmya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakangdiatas maka muncul beberapa rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Apa itu pengertian kompetensi guru ?.
2. Bagaimana hubungan kompetensi guru ?.
3. Apa itu kemampuan berkomunikasi ?.
4. Bagaimana hubungan kompetensi sosial dengan hubungan masyarakat ?.
5. Apa itu kedisiplinan ?.
6. Apa itu kesejahteraan ?.
7. Apa itu iklim kerja ?.

C. Tujuan Makalah
Tujuan dari pembuatan makalah sebagai berikut:
1. Untuk menjelaskan pengertian kompetensi guru.
2. Untuk menjelaskan hubungan kompetensi guru.
3. Untuk menjelaskan kemampuan berkomunikasi.
4. Untuk menjelaskan hubungan kompetensi sosial dengan hubungan masyarakat.
5. Untuk menjelaskan pengertian kedisiplinan.
6. Untuk menjelaskan pengertian kesejahteraan.
7. Untuk menjelaskan pengertian iklim kerja.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hubungan Kompetensi Guru


Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dan Peraturan Pemerintah
RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menyatakan pendidik adalah
pendidik profesional. Untuk itu, agar menjadi pendidik maka harus memiliki kualifikasi
akademik minimal Sarjana atau Diploma IV (Sl/D-IV) yang relevan dan menguasai kompetensi
sebagai agen pembelajaran.
Pemenuhan persyaratan penguasaan kompetensi sebagai agen pembelajaran meliputi
kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.
Hal ini nantinya dibuktikan dengan sertifikat pendidik seperti dijelaskan dalam Undang-Undang
No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 8 yang berbunyi:
Selain daripada itu dalam Undang-Undang Nomor 14 tentang Guru dan Dosen pada
Pasal 8 yang berbunyi “Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi,
sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional.”
Semangat dari pasal ini adalah untuk meningkatkan kompetensi pendidik itu sendiri,
serta berusaha lebih menghargai profesi pendidik. Dengan sertifikasi ini maka diharapkan
profesi pendidik lebih dihargai dan dapatmeningkatkan mutu pendidik di Indonesia. Hal ini
dilakukan sebagai langkah agar para pendidik menjadi tenaga profesional.
Menurut Marshal, 1994 (dalam buku yang berjudul Kompetensi Guru, 2021: 2),
kompetensi berasal dari kata competency (bahasa Inggris) yang memiliki arti ability
(kemampuan), capability (kesanggupan), proficiency (keahlian),qualification (kecakapan),
eligibility (memenuhi persyaratan), readiness(kesiapan), skill (kemahiran), dan adequency
(kepadanan).
Menurut Usman, 1997 (dalam buku yang berjudul Kompetensi Guru, hal. 2),
kompetensi adalah suatu hal yang menggambarkan kualifikasi atau kemampuan seseorang, baik

3
kualitatif maupun kuantitatif. Kompetensi adalah pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai
dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak secara konsisten dan terus-
menerus sehingga memungkinkan seseorang untuk menjadi kompeten, dalam arti memiliki
pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar untuk melakukan sesuatu (Depdiknas, 2003).
Menurut Mulyasa, 2005 (dalam buku yang berjudul Kompetensi Guru, hal. 2) ada
beberapa unsur yang terkandung dalam kompetensi, yaitu beberapa ranah dalam konsep
kompetensi:
1. pengetahuan, kesadarandalam kognitif;
2. pemahaman, kedalaman kognitif dan afektif individu;
3. kemampuan, sesuatu yang dimiliki peserta didik untuk melaksanakan tugasyang
dibebankan kepadanya;
4. nilai, standar perilaku yang telah diyakinidan secara psikologis telah menyatu dalam
diri seseorang;
5. sikap, perasaanatau reaksi terhadap suatu rangsangan yang datang dari luar;
6. minat, kecenderungan seseorang untuk melakukan perbuatan

Kompetensi guru adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku


yangharusdimiliki,dihayati,dan dikuasaioleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan (Mulyasa, 2009) (dalam buku yang berjudul Kompetensi Guru, hal. 2). Selain
itu, kompetensi guru juga merupakan perpaduan antara kemampuan personal'
keilmuan,teknologi, sosial, dan spiritual yang secara bersama-sama akan membentuk profesi
guru. Kompetensi tersebut meliputi penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta didik,
pembelajaran yang mendidik, serta pengembangan pribadi dan profesionalisme.
Untuk melaksanakan tugasnya secara profesional, efisien dan efektif, seorang pendidik
harus memenuhi persyaratan kemampuan atau kompetensi sebagai berikut.
1. Menguasai filsafat pendidikan termasuk di dalamnya kemampuan menguasai
konsep, teori, dan proses pendidikan.
2. Menguasai strategi belajar dan pembelajaran.

4
3. Menguasai ICT dan aplikasinya dalam proses pembelajaran untuk mendukung
penerapan learning strategies yang dikembangkan oleh pendidik.
4. Menguasai psikologi perkembangan dan psikologi anak.
5. Menguasai berbagai teori belajar.
6. Memahami berbagai konsep pokok sosiologi dan antropologi yang relevandalam
proses pendidikan dan pertumbuhan anak.
7. Menguasai cara berpikir dan materi bidang studi tertentu, yang relevandengan
tugasnya sebagai pendidik pada jenjang persekolahan tertentu.
8. Memahami administrasi pendidikan terutama tentang management oflearning dan
peraturan yang berkenaan dengan profesi.
9. Menguasai visi, prosedur, dan keterampilan pengembangan kurikulum.
10. Memahami dan menguasai proses pendidikan nilai.
11. Memahami proses dan dampak globalisasi, serta implikasinya terhadapproses
pendidikan peserta didik
12. Memahami strategi enrichment yangberpengaruh terhadap proses pendidikan peserta
didik.
13. Memahami peran dan pengaruh aspek sosial, kultural, dan ekonomi terhadap proses
pendidikan.

Undang-Undang Guru dan Dosen serta PP No. 19 Tahun 2005 menyatakan bahwa
kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik/metodologis, profesionalisme,sosial dan
kepribadian. Berikut penjabaran berbagai kompetensi tersebut.
1. Kompetensi Kepribadian
Manusia dilahirkan secara langsung diberi nama sebagai makhluk sosial,
makhluk ciptaan Tuhan yang Maha Esa yang paling sempurna tapi mempunyai
peran yang unik dalam kehidupanterlebih-lebih yang berkaitan diri sendiri. Di
sekitar kehidupan banyak makhluk makhluk lainnya yang berdampingan
dengannya satu sama lainnya saling memberi dan menentuka sehingga
kesempurnaannya tadi masih ada ketergantungan dengan makhluk lainnya. Ini

5
mengisyaratkan agarmanusia itu dilahirkan sebagai makhluk yang sempurna agar
tidak sombong dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam kehidupan masyarakat yang sangat sederhana, seperti mereka yang
hidup di perkampungan yang jauh dari jangkauan keramaian dan hiruk pikuk
kehidupan kota, atau daerah tertinggal (3T) Terdepan, Terluar dan Tertinggal
secara tidak sengaja orang tua akan melatih anakanak mereka dengan kehidupan
sehari-hari seperti pergi ke sawah, ke kebun mencari kayu dan menangkap ikan.
Adat istiadat, sopan santun yang berlaku dalam lingkunagn dipelajari oleh anak-
anak mereka secara alamiah yang sepontan secara tidak sengaja dengan meniru,
mencoba dan melatih diri tanpa tuntunan yang pasti tetapi nyata dan bersahaja.
Timbul pertanyaan apa sebenarnya yang disebut kepribadian itu?
Kepribadian sulit didefinisikan secara teori, karena tidak ada wujudnya tidak
terlihat secara tampak karena abstrak (ma’nawi) sukar dilihat dan bisa berubah-
ubah. Orang bisa mengatakan dengan mudah orang itu baik, kuat dan
menyenangkan, ada pula yang mengatakan orang itu mempunyai kepribadian
lemah tidak baik atau buruk dan sebagainya yang timbul dari pandangan orang
lain. Bisa pula kepribadian itu orang melihat dari segi berpakaian, cara bargaul
dan dalam bertindak setiap menghadapi persoalan atau masalah. Menurut Daradjat
(dalam buku yang berjudul Kinerja Guru: Kompetensi Guru, Motivasi Kerja dan
Kepemimpinan Kepala Sekolah) bahwa keperibadian terpadu yaitu:
a. dapat menghadapisegala persoalan dengan wajar dan sihat,
karenasegala unsur dalam pribadinya bekerja seimbangdan serasi;
b. pikirannya mampu bekerja dengan tenang setiap masalah dapat
dipahaminya secaraobjektif. (dalam buku yang berjudul Kinerja Guru:
Kompetensi Guru, Motivasi Kerja dan Kepemimpinan Kepala Sekolah
2018:18).
Pada kesempatan ini lebih baik kita memandang kepribadian tersebut
secara terpadu agar terlihat secara wajar, sihat supaya nilainya seimbang dan
serasi.Posisi guru dalam beraktivitas sehari-hari akanmendapat penilaian oleh

6
lingkungan kerjanya, baikoleh teman sekelas, oleh anak-anak atau siswanya lebih-
lebih masyarakat dan orang tua siswa itu sendiri. Padahal guru adalah manusia
biasa tetapi memiliki predikat sebagai insan cendekia untuk membangun bangsa,
lima tahun ke depan anak-anak bangsa terbaik akan berada di tangannya, kenapa
dikatakan lima tahun karena ukuran kurkulumsetiap lima tahun akan ditinjau
kembali untuk melakukan perbaikan dan tuntutan zaman. Bagaimana orang yang
akan membangun bangsa itu paling tidak memiliki kompetensi kepribadian yang
standar dalam dunia pendidikan.
Kompetensi kepribadian adalah kompetensi yang berkaitan dengan
perilaku pribadi guru itu sendiri yang kelak harus memiliki nilai-nilai moral yang
luhur terpuji sehingga dalam sikapnya sehari-hari akan terpancar keindahan
apabila dalam sikap pergaulan, pertemanan, dan juga ketika melaksanakan tugas
dalam pembelajaran. Guru akan bertambah berwibawa apabila pembelajaran
disertai nilai-nilai luhur terpuji dan mencerminkan guru yang digugu dan ditiru.
Yang menjadi ukuran nilai standar dalam kompetensi kepribadian adalah
di Indonesia secara umum pribadi yang dijiwai oleh falsafah Pancasila yang
bersumber dari nilai-nilai budaya bangsa kita yang sekian banyak dinamika dan
ragamnya. Zaman Ki Hajar Dewantoro dikemukakan bahwa Sistem Among, yaitu
guru harus Ing ngarso sungtulodo, Ing madya mangun karso, Tut wuri handayani.
Artinya kalau di muka harus memberi contoh dan teladan, kalau sedang berada di
tengah membangkitkan motivasi, tetapi bila berada di belakang mendorong untuk
belajar atau beraktivitas.
Guru dalam pendidikan memerlukan teori sistem Among seperti itu,
sekolah dijadikan “Taman Siswa”. Taman atau kebun yang menyenangkan,
sehingga proses pembelajaran dalam kelas atau di manapun terjadinya
pembelajaran memerlukankeceriaan. Menurut Satori (dalam buku yang berjudul
Kinerja Guru: Kompetensi Guru, Motivasi Kerja dan Kepemimpinan Kepala
Sekolah 2018:20) menyebutkan bahwa kompetensi kepribadian guru mencakup
sikap(attitude), nilai-niai (Value), kepribadia (personality) sebagai elemen

7
perilaku (behavior) dalam kaitannya dengan (personality) yang ideal sesuai
dengan bidang pekerjaan yang dilandasi oleh latar balakang pendidikan,
peningkatan kemampuan dan pelatihan secara ligalitas kewenangan mengajar
yang linearitas.
Yang harus guru lakukan dalam aksentasi kepada peserta didik dalam
pelaksanaan kompetensi kepribadian ketika berada dalam proses pembelajaran :
a. Guru harus mengetahui kepribadian dan emosianak;
b. Memahami motivasi anak;
c. Perilaku anak dalam kelompok kerja;
d. Perilaku individu anak;
e. Kebiasaan sikap anak sehari-hari di sekolahterhadap pembelajaran dan
tugas-tugas yangdiberikan guru,
f. Disiplin belajar anak.
Banyak masalah psikologi yang dihadapi guru,semuanya memerlukan
kemampuan kompetensi dan memerlukan bimbingan, penyuluhan dan
pertolongan menghantarkan siswa untuk mengikuti pembelajaran tuntas.

2. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial terdiri dari kata kompetensi dan sosial. Umumnya
kompetensi dalam kamus besar bahasa indonesia sering artinya disamakan dengan
kata kemampuan, kecakapan, dan keahlian. Setiap orang cenderung menyukai
orang -orang yang memiliki kemampuan yang lebih dari yang lainnya dan setiap
orang tentu berbeda kecenderungannya untuk menyukai kemampuan orang lain.
Kondisi ini disesuaikan dengan tingkat kedekatan dan jenis hubungan antar
individu.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kompetensi Sosial Calhoun (1995)
menyatakan bahwa ada tiga faktor yang mempengaruhi kompetensi sosial yaitu
faktor kognitif, hubungan dengan keluarga dan temperamen. Demikian pula

8
Marheni (1998) menyatakan adanya hubungan positif antara temperamen
seseorang dengan kompetensi sosialnya.

3. Kompetensi Profesional
Ada dua hal yang perlu diketahui, dipahami dan di kuasai sehubungan
dengan kompetensi professional yaitu sebagai berikut :
a. Kemampuan dasar guru
b. Keterampilan dasar guru
Keduanya yang harus dimiliki seorang guru dan merupakan kemampuan
yang berkenaan dengan penguatan materi pembelajaran bidang studi secara luas
dan mendalam yang mencakup penguasaan substansi isi materi kurikulum mata
pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materi kurikulum
tersebut serta menambah wawasan keilmuan sebagai guru. Masing-masing
kompetensi itu memiliki sub kompetensi dan indikator isensial sesuai dengan
jumlah bidang studi atau rumpum mata pelajaran.

4. Kompetensi Pedagogik
Pedagogik adalah ilmu yang mengkaji pendidikan. Pedagogik berasal
dari kata Yunani “paedos” yang berarti anak laki-laki, dan “agogos” yang berarti
mengantar, atau membimbing. Jadi, pedagogik secara harfiah berarti pembantu
anak laki-laki pada jaman Yunani Kuno, yang pekerjaannya mengantar anak
majikannya ke sekolah. Kemudian secara kiasan pedagogik ialah seorang ahli
yang membimbing anak ke arah tujuan hidup tertentu (dalam buku yang berjudul
Standard Kompetensi Mengajar Guru, 2018).
Pedagogik adalah ilmu yang mempelajari masalah membimbing anak
ke tujuan tertentu, yaitu supaya ia kelak mampu mandiri atau dewasa
menyelesaikan tugas-tugas hidupnya. Dengan demikian, pedagogik menjelaskan
tentang seluk beluk pendidikan anak, pedagogik merupakan teori pendidikan
anak. Begitu juga guru harus mengembangkan keterampilan anak, keterampilan

9
hidup di masyarakat sehingga ia mampu untuk mengahadapi segala permasalahan
hidupnya.
Seorang guru dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik di
sekolah, perlu memiliki seperangkat ilmu tentang bagaimana ia harus mendidik
anak. Guru bukan hanya sekedar terampil dalam menyampaikan bahan ajar,
namun disamping itu juga ia harus mampu mengembangkan pribadi anak,
mengembangkan watak anak, dan mengembangkan serta mempertajam hati nurani
anak. Pedagogik merupakan ilmu yang mengkaji bagaimana membimbing anak,
bagaimana sebaiknya pendidik berhadapan dengan anak didik, apa tugas
pendidik dalam mendidik anak, apa yang menjadi tujuan mendidik anak.
a. Guru sebagai Pendidik Peserta Didik
Guru sebagai seorang pendidik tidak hanya tahu tentang materi
yang akan diajarkan. Akan tetapi, ia pun harus memiliki kepribadian
yang baik yang menjadikannya sebagai panutan bagi para siswanya.
Hal ini penting karena sebagai seorang pendidik, guru tidak hanya
mengajarkan siswanya untuk mengetahui bebagai hal. Melainkan
juga guru juga harus melatih keterampilan, sikap dan mental anak
didik. Penanaman keterampilan, sikapdan mental ini tidak bisa sekedar
asal tahu saja, tetapi harus dikuasai dan dipraktikan siswa dalam
kehidupan sehari-harinya (dalam buku yang berjudul Standard
Kompetensi Mengajar Guru, 2018).
Mendidik adalah menanamkan nilai-nilai (values) yang
terkandung dalam setiap materi yang disampaikan kepada siswa.
Penanaman nilai-nilai ini akan lebih efektif apabila dibarengi
dengan teladan yang baik dari gurunya yang akan dijadikan contoh
bagi siswa. Dengan demikian diharapkan siswa dapat menghayati
nilai-nilai tersebut dan menjadikannya bagian dari kehidupan siswa
itu sendiri. Jadi peran dan tugas guru bukan hanya menjejali siswa
dengan semua ilmu pengetahuan dan menjadikan siswa tahu segala

1
hal. Akan tetapi guru juga harus dapat berperan sebagai pentransfer
nilai-nilai (dalam buku yang berjudul Standard Kompetensi Mengajar
Guru, 2018).
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan guru sebagai
pendidik (dalam buku yang berjudul Standard Kompetensi Mengajar
Guru, 2018) yaitu:
1) Guru harus dapat menempatkan dirinya sebagai teladan
bagi siswanya. Teladan di sini bukan berarti bahwa guru
harus menjadi manusia sempurna yang tidak pernah
salah. Guru adalah manusia biasa yang tidak luput dari
kesalahan. Tetapi guru harus berusaha menghindari
perbuatan tercela yang akan menjatuhkan harga dirinya.
2) Guru harus mengenal siswanya. Bukan saja mengenai
kebutuhan, cara belajar dan gaya belajarnya saja. Akan
tetapi, guru harus mengetahui sifat, bakat, dan minat
masing-masing-masing siswanya sebagai seorang pribadi
yang berbeda satu sama lainnya.
3) Guru harus mengetahui metode-metode penanaman nilai
dan bagaimana menggunakan metode-metode tersebut
sehingga berlangsung dengan efektif dan efesien.
4) Guru harus memiliki pengetahuan yang luas tentang tujuan
pendidikan indonesia pada umumnya, sehingga
memberikan arah dalam memberikan bimbingan kepada
siswa.
5) Guru harus memiliki pengetahuan yang luas tentang materi
yang akan diajarkan. Selain itu guru harus selalu belajar
untuk menambah pengetahuannya, baik pengetahuan
tentang materi-materi ajar ataupun peningkatan
keterampilan mengajarnya agar lebih professional.

1
b. Guru sebagai Pengajar Peserta Didik
Kegiatan belajar peserta didik dipengaruhi oleh berbagai
faktor, seperti motivasi, kematangan, hubungan pesrta didik dengan
guru, kemampuan verbal, tingkat kebebasan, rasa aman dan
keterampilan guru dalam berkomunikasi. Jika faktor-faktor di atas
dipenuh, maka melalui pembelajaran, peserta didik dapat belajar
dengan baik. Guru harus berusaha membuat sesuatu menjadi jelas
bagi peserta didik dan terampil dalam memecahkan masalah.
Guru sebagai pengajar lebih menekankan kepada tugas
dalam merencanakan dan melaksanakan pengajaran. Dalam tugas
ini guru dituntut untuk memiliki seperangkat pengetahuan dan
keterampilan teknis mengajar, disamping menguasai ilmu atau
bahan yang akan diajarkannya.
Dalam kegiatan pembelajaran, guru akan bertindak sebagai
fasilitator dan motivator yang bersikap akrab dengan penuh tanggung
jawab, serta memperlakukan peserta didik sebagai mitra dalam
menggali dan mengolah informasi menuju tujuan belajar mengajar
yang telah direncanakan. Guru dalam melaksanakan tugas profesinya
selalu dihadapkan pada berbagai pilihan, karena kenyataan di
lapangan kadang tidak sesuai dengan harapan, seperti cara bertindak,
bahan belajar yang paling sesuai, metode penyajian yang paling
efektif, alat bantu yang cocok, langkah-langkah yang paling efesien,
sumber belajar yang paling lengkap, sistem evaluasi yang sesuai.
Meskipun guru sebagai pelaksana tugas otonom, guru juga
diberikan keleluasaan untuk mengelola pembelajaran, dan guru
harus dapat menentukan pilihannya dengan mempertimbangkan
semua aspek yang relevan atau menunjang tujuan yang hendak
dicapai. Dalam hal ini guru bertindak sebagai pengambil keputusan.

1
Ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh seorang guru
dalam pembelajaran, yaitu: membuat ilustrasi, mendefinisikan,
menganalisis, bertanya, merespon, mendengarkan, menciptakan
kepercayaan, memberikan pandangan yang bervariasi, menyediakan
media untuk mengkaji materi standar, dan menyesuaikan metode
pembelajaran. Agar pembelajaran memiliki kekuatan yang maksimal,
guru harus senantiasa berusaha untuk mempertahankan dan
meningkatkan semangat yang telah dimilikinya ketika mempelajari
materi.

c. Guru sebagai Pembimbing Belajar Siswa


Guru sebagai pembimbing memberi tekanan pada tugas,
memberikan bantuan kepada siswa dalam pemecahan masalah yang
dihadapinya. Tugas ini merupakan aspek mendidik, sebab tidak
hanya berkenaan dengan pengetahuan, tetapi juga menyangkut
pengembangan kepribadian dan pembentukan nilai-nilai para siswa
(Juanda, 2016) (dalam buku yang berjudul Standard Kompetensi
Mengajar Guru, 2018).
Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan,
yang berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya bertanggung
jawab atas kelancaran perjalanan itu. Dalam hal ini, istilah
perjalanan tidak hanya menyangkut fisik tetapi juga perjalanan
mental, emosional, kreatifitas, moral dan spiritual yang lebih
dalam dan kompleks. Sebagai pembimbing perjalanan, guru
memerlukan kompetensi yang tinggi untuk melaksanakan empat hal
berikut ini:
1) Guru harus merencanakan tujuan dan mengidentifikasi
kompetensi yang hendak dicapai.

1
2) Guru harus melihat keterlibatan peserta didik dalam
pembelajaran, dan yang paling penting bahwa peserta
didik melaksanakan kegiatan belajar itu tidak hanya
secara jasmaniah, tetapi mereka harus terlibat secara
psikologis.
3) Guru harus memaknai kegiatan belajar.
4) Guru harus melaksanakan penilaian.

d. Guru sebagai Motivator Belajar


Siswa Sejalan dengan pergeseran makna pembelajaran dari
pembelajaran yang berorientasi kepada guru (teacher oriented) ke
pembelajaran yang berorientasi kepada siswa (student oriented),
maka peran guru dalam proses pembelajaran pun mengalami
pergeseran, salah satunya adalah penguatan peran guru sebagai
motivator. Proses pembelajaran akan berhasil jika siswa mempunyai
motivasi dalam belajar. Oleh sebab itu, guru perlu menumbuhkan
motivasi belajar siswa. Untuk memperoleh hasil belajar yang optimal,
guru dituntut kreatif membangkitkan motivasi belajar siswa, sehingga
terbentuk perilaku belajar siswa yang efektif.
Dalam perspektif manajemen maupun psikologi, ada beberapa
teori tentang motivasi (motivation) dan pemotivasian (motivating)
yang diharapkan dapat membantu para guru untuk mengembangkan
keterampilan dalam memotivasi para siswanya agar menunjukkan
prestasi belajar atau kinerjanya secara unggul.

1
Menurut Sanjaya, 2008 (dalam buku yang berjudul Standard
Kompetensi Mengajar Guru, 2018), ada beberapa petunjuk umum
bagi guru dalam rangka meningkatkan motivasi belajar peserta didik
yaitu:
1) Memperjelas Tujuan yang Ingin Dicapai
Tujuan yang jelas dapat membuatpeserta didik
paham ke arah mana ia ingin dibawa. Pemahaman siswa
tentang tujuan pembelajaran dapat menumbuhkan minat
peserta didik untuk belajar yang pada gilirannya dapat
meningkatkan motivasi belajar mereka. Semakin jelas
tujuan yang ingin dicapai, maka akan semakin kuat
motivasi belajar peserta didik. Oleh sebab itu, sebelum
proses pembelajaran dimulai hendaknya guru
menjelaskan terlebih dahulu tujuan yang ingin dicapai.
Dalam hal ini, para peserta didik pun seyogyanya dapat
dilibatkan untuk bersama-sama merumuskan tujuan belajar
beserta cara-cara untuk mencapainya.
2) Membangkitkan Minat Siswa
Peserta didik akan terdorong untuk belajar
manakala mereka memiliki minat untuk belajar. Oleh
sebab itu, mengembangkan minat belajar peserta didik
merupakan salah satu teknik dalam mengembangkan
motivasi belajar. Beberapa cara dapat dilakukan untuk
membangkitkan minat belajar peserta didik, diantaranya:
a) Hubungkan bahan pelajaran yang akan
diajarkan dengan kebutuhan peserta didik.
Minat peserta didik akan tumbuh manakala ia
dapat menangkap bahwa materi pelajaran itu
berguna untuk kehidupannya. Dengan demikian

1
guru perlu menjelaskan keterkaitan materi
pelajaran dengan kebutuhan peserta didik.
b) Sesuaikan materi pelajaran dengan tingkat
pengalaman dan kemampuan peserta didik.
Materi penalaran yang sulit untuk dipelajari atau
materi pelajaran yang jauh dari pengalaman
peserta didik, akan tidak diminati peserta didik.
Materi pelajaran yang terlalu sulit tidak akan
dapat diikuti dengan baik, yang dapat
menimbulkan peserta didik akan gagal
mencapai hasil yang optimal, dan kegagalan itu
dapat membunuh minat peserta didik untuk
belajar. Biasanya minat peserta didik akan
tumbuh kalau ia mendapatkan kesuksesan
dalam belajar.
c) Gunakan berbagai model dan strategi
pembelajaran secara bervariasi, misalnya
diskusi, kerja kelompok, eksperimen,
demonstrasi, dan lain-lain.
3) Ciptakan Suasana yang Menyenangkan dalam Belajar
Peserta didik hanya mungkin dapat belajar dengan
baik manakala ada dalam suasana yang menyenangkan,
merasa aman, bebas dari rasa takut. Usahakan agar
kelas selamanya dalam suasana hidup dan segar, terbebas
dari rasa tegang. Untuk itu guru sekali-sekali dapat
melakukan hal-hal yang lucu.

1
4) Berilah Pujian yang Wajar terhadap Setiap
KeberhasilanPeserta didik
Motivasi akan tumbuh manakala peserta didik
merasa dihargai. Memberikan pujian yang wajar
merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk
memberikan penghargaan. Pujian tidak selamanya harus
dengan kata-kata. Pujian sabagai penghargaan dapat
dilakukan dengan isyarat, misalnya senyuman dan
anggukkan yang wajar, atau mungkin dengan tatapan mata
yang meyakinkan.
5) Berikan Penilaian
Banyak peserta didik yang belajar karena ingin
memperoleh nilai yang bagus. Untuk itu mereka belajar
dengan giat. Bagi sebagian peserta didik nilai dapat
menjadi motivasi yang kuat untuk belajar. Oleh karena itu,
penilaian harus dilakukan dengan cara segera agar peserta
didiksecepat mungkin mengetahui hasil kerjanya. Penilaian
harus dilakukan secara objektif sesuai dengan kemampuan
peserta didik masing-masing.
6) Berilah Komentar terhadap Hasil Pekerjaan Peserta Didik
Peserta didik butuh penghargaan. Penghargaan bisa
dilakukan dengan memberikan komentar positif. Setelah
peserta didik selesai mengerjakan suatu tugas, sebaiknya
berikan komentar secepatnya, misalnya dengan
memebrikan tulisan “bagus” atau “teruskan
pekerjaanmu” dan lain sebagainya. Komentar yang
positif dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik.

1
7) Ciptakan Persaingan dan Kerja Sama
Persaingan yang sehat dapat memberikan pengaruh
yang baik untuk keberhasilan proses pembelajaran peserta
didik. Melalui persaingan peserta didik dimungkinkan
berusaha dengan sungguhpsungguh untuk memperoleh
hasil yang terbaik. Oleh sebab itu, guru harus mendesain
pembelajaran yang memungkinkan peserta didik untuk
bersaing baik antarakelompok maupun antar individu.
Namun demikian, diakui persaingan tidak selamanya
menguntungkan, terutama untuk peserta didik yang
memang dirasakan tidak mampu untuk bersaing. Oleh
sebab itu pendekatan cooperative learningdapat
dipertimbangkan untuk menciptakan persaingan kelompok.

e. Guru sebagai Administrator Kurikulum


Guru merupakan salah satu komponen dalam sistem
pendidikan yang memiliki peran yang sangat besar dalam
pencapaian tujuan pendidikan. Peran guru bukanlah hanya sekedar
menyamapaikan ilmu pengetahuan kepada pesrta didik. Namun jika
dilihat secara luas dalam teori dan praksis pendidikan, guru juga
berperan sebagai administrator (pengelola) pendidikan.
Syamsudin, 2005 (dalam buku yang berjudul Standard
Kompetensi Mengajar Guru, 2018), administrasi adalah suatu
kegiatan atau usaha untuk membantu melayani, mengarahkan, atau
mengatur semua kegiatan dalam mencapai suatu tujuan. Administrasi
pendidikan adalah segenap proses pengarahan penedelegasian segala
seuatu baik personal, spiritual, maupun material yang bersangkut paut
dengan pencapaian tujuan pendidikan. Sangkut paut guru sebagai
administrator meliputi:

1
1) Administrasi Kurikulum
Kurikulum dalam suatu sistem pendidikan
merupakan komponen yang teramat penting. Dikatakan
demikian karena kurikulum merupakan panutan dalam
penyelenggaraan proses belajar mengajar di sekolah.
Kurikulum sekolah merupakan seperangkat pengalaman
belajar yang dirancang untuk siswa sekolah dalam usaha
mencapai tujuan pendidikan. Mengingat bahwa sekolah
merupakan lembaga pendidikan yang bertanggung jawab
dalam memberikan kemampuan siswa untuk melanjutkan
kejenjang pendidikan yang lebih tinggi, kurikulum ini
harus dipahami secara intensif oleh semua personel,
terutama oleh kepala sekolah dan guru.
Kurikulum dapat diartikan secara sempit atau
luas. Dalam pengertian secara sempit kurikulum diarikan
sebagai sejumlah mata pelajaran yang diberikan di sekolah,
sedangkan dalam pengertian luas kurikulum adalah semua
pengalaman belajar yang diberikan sekolah kepada siswa,
selama mereka mengikuti pendidikan di sekolah itu.
Undang-Undang nomer 2 tahun 1989 mengartikan
kurikulum sebagaiseperangkat rencana dan pengaturan
mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
belajar- mengajar.
Adapun peran guru dalam administrasi kurikulum
yaitu menyusun sebuah kurikulum sebagai pedoman
proses kegiatan belajar dan mengajar dalam sebuah
instansi guna mensukseskan dan memperlancar kegiatan
yang bermanfaat di instansi tersebut.

1
2) Administrasi Kesiswaan
Administrasi kesiswaan merupakan proses
pengurusan segala hal yang berkaitan dengan siswa disuatu
sekolah mulai dari perancanaan siswa baru, membimbing
siswa baru dalam masa orientasi, pembinaan selama siswa
berada di sekolah, mendata hasil prestasi siswa di kelas,
sampai siswa menamatkan pendidikannya melalui
penciptaan suasana yang kondusif terhadap
berlangsungnya proses belajar mengajar.
Menurut Syaifuddin, 2007 (dalam buku yang
berjudul Standard Kompetensi Mengajar Guru, 2018),
tugas guru dalam administrasi siswa adalah:
a) Menyeleksi siswa baru.
b) Menyelenggarakan pembelajaran.
c) Mengontrol kehadiran siswa.
d) Melakukan uji kompetensi akademik.
e) Melaksanakan bimbingan karier serta
penelusuran lulusan.
3) Administrasi Kepegawaian ( Administrasi Personal)
Dalam administrasi kepegawaian ini lebih difokus
kepada guru sebagai pegawai negeri. Pegawai negeri
adalah mereka yang setelah memenuhi syarat-syarat
yang ditentukan dalam perundang-undangan yang
berlaku, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan
diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri atau disertai
tugas negera lainnya yang ditetapkan berdasarkan suatu
perundang-undangan yang berlaku. Seorang calon guru
bisa menjadi seorang pegawai negeri jika telah melalui
rekrutmen guru.

2
Menurut Bafadal, 2006 (dalam buku yang berjudul
Standard Kompetensi Mengajar Guru, 2018), rekrutmen
merupakan satu aktivitas manajemen yang mengupayakan
didapatkannya seorang atau lebih calon pegawai yang
betul-betulpotensial untuk menduduki posisi tertentu atau
melaksanakan tugas tertentu di sebuah lembaga.
Adapun peran guru dalam administrasi
kepegawaian yaitu :
a) Membuat buku induk pegawai.
b) Mempersiapkan usul kenaikan pangkat pegawai
negeri, prajabatan, karpeg, citi pegawai, dan
lain-lain.
c) Membuat inventarisasi semua file kepegawaian,
baik kepala sekolah, guru, maupun tenaga tata
administrasi.
d) Membuat laporan rutin kepegawaian harian,
mingguan, bulanan dan tahunan.
e) Membuat laporan data sekolah dan pegawai.
f) Mencatat tenaga pendidik yang akan mengikuti
penataran.
g) Mempersiapkan surat keputusan kepala sekolah
tentang proses KBM, surat tugas, surat kuasa,
dan lain-lain.
4) Administrasi Keuangan
Penanggung jawab biaya pendidikan adalah kepala
sekolah. Namun demikian, guru diharapkan ikut berperan
dalam administrasi biaya ini meskipun menembah beban
mereka, juga memberikan kesempetan untuk ikut serta
mengarahkan pembiayaan itu untuk perbaikan proses

2
belajar mengajar. Administrasi keuangan meliputi
kegiatan perencanaan, penggunaan, pencatatan data,
pelaporan dan pertanggung jawaban dana yang
dialokasikan untuk penyelengaraan sekolah. Tujuan
administrasi ini adalah untuk mewujudkan suatu tertib
administrasi keuangan, sehingga pengurusannya dapat
dipertanggung jawabkan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
Beberapa peran guru dalam administrasi keuangan
ini meliputi :
a) Membuat file keuangan sesuai dengan dana
pembangunan.
b) Membuat laporan data usulan pembayaran gaji,
rapel ke pemerintah kota.
c) Mebuat pembukuan penerimaan da penggunaan
dana pembangunan.
d) Membuat laporan dana pembangunan pada
akhir tahun anggaran.
e) Membuat laporan Rancangan Anggaran
Pendapatan Bantuan Sekolah (RAPBS).
f) Mebuat laporan tribulan dana Bantuan
Operasional Sekolah (BOS).
g) Menyetorkan pajak PPN dan PPh.
h) Membagiakan gaji dan rapel.
i) Menyimpan dan membuat arsip peraturan
keuangan sekolah.

2
5) Administrasi Sarana/ Prasarana Sekolah
Prasarana dan sarana pendidikan adalah semua
benda yang bergerak maupun tidak bergerak, yang
diperlukan untuk menunjang penyelenggaraan belajar-
mengajar baik secara langsung maupun tidak langsung.
Administrasi prasarana dan sarana pendidikan
meru[akan keseluruhan perencanaan, pendayagunaan
dan pengawasan prasarana peralatan yang digunakan
untuk menunjang pendidikan agar tujuan pendidikan
yang telah ditetapkan dapat dicapai. Salah satu contoh
sarana dan prasarana pendidikan yang langusung digunkan
dalam pembelajaran adalah media pembelajaran. Media
pembelajaran adalah segala macam sarana yang dapat
dipegunakan untuk menyampaikan pesan pembelajaran
guna menopang pencapaian hasil belajar (Juanda, 2016)
(dalam buku yang berjudul Standard Kompetensi Mengajar
Guru, 2018).
Kebijaskan pemerintah tentang pengelolaan
sarana dan prasarana sekolah tertuang di dalam UU No.
20 tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 45 ayat (1) yaitu
“setiap satuan pendidikan formal dan nonformal
menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi
keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan
perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual,
sosial, emosional dan kejiwaan peserta didik“ (Syaifuddin,
2007)(dalam buku yang berjudul Standard Kompetensi
Mengajar Guru, 2018).

2
Adapun peran guru dalam administrasi sarana
prasarana sekolah :
a) Terlibat dalam perencanaan pengadaan alat
bantu pengajaran.
b) Terlibat dalam pemanfaatan dan
pemeliharaan alat bantu pengajaran yang
digunakan guru.
c) Pengawasan dalam penggunaan alat praktik oleh
siswa.
6) Administrasi Hubungan Sekolah dan Masyarakat
(Husemas)
Guru merupakan kunci penting dalam kegitana
husemas di sekolah mengah. Ada beberapa hal yang dapat
dilakukan guru dalam kegiatan husemas, yaitu :
a) Membantu sekolah dalam melaksanakan teknik-
teknik husemas,
b) Mebuat dirinya lebih baik lagi dalam
bermasyarakat,
c) Dalam melaksanakan semua itu guru harus
melaksanakan kode etiknya (kode etik guru).

7) Administrasi Layanan Khusus


Administrasi layanan khusus, bahwa proses
belajar mengajar memerlukan dukungan fasilitas yang
tidak secara langsung dipergunakan di kelas. Fasilitas yang
dimaksud antara lain adalah pusat sumber belajar, unit
kesehatan siswa dan kafetaria sekolah.

2
Ciri- ciri Guru Baik
1) Memahami dan menghormati murid.
2) Harus “menghormati” bahan pelajaran yang
diberikannya.
3) Menyesuaikan metode mengajar dengan bahan
pelajaran.
4) Menyesuaikan bahan pelajaran dengan kesanggupan
individu.
5) Mengatifkan murid dalam hal belajar.
6) Memberikan pengetian dan bukan hanya kata-kata
belaka.
7) Menghubungkan pejaran dengan kebutuhan murid.
8) Mempunyai tujuan tertentu pada setiap pejaran yang
diberikannya.
9) Terikat oleh textbook, yang lain sebagai
pembanding.
10) Tidak hanya menagajar dalam arti menyampaikan
pengetahuan saja kepada peserta didik melainkan
senantiasa membentuk pribadi anak.

B. Kemampuan Berkomunikasi
Komunikasi merupakan sebuah aktivitas yang dilakukandengan 2 orang atau lebih,
dengan melakukankomunikasi kita dapat membagikan sebuahinformasi, ide dan hal hal lain
nya.Komunikasi terdiri atas komunikasi efektif,komunikasi empatik dan santun, didalam
duniapendidikan siswa diajarkan 3 hal komunikasitersebut.Berkomunikasi secara efektif,
komunikasidikatakan efektif jika terjadi feedback atau umpan balik antara komunikator
dankomunikan yaitu :
1. Komunikator menyampaikan pesan kepada komunikan dan tersampaikan dengan jelas
dan dipahami oleh komunikan

2
2. Komunikator menyampaikan informasidengan bahasa yang jelas dan intonasi
suara jelas dan diterima oleh komunikan.
3. Komunikator berbicara dengan intonasisuara sesuai dengan pembicaraan dan berbicara
dengan sopan dan diterima dengan baik oleh komunikan.

Berkomunikasi dengan baik dan kreatif akan menjadikan pembelajaran lebih


menyenangkan untuk siswa. Di dalam dunia pendidikan, pendidik berperan sebagai
komunikator dan peserta didik berperan sebagai komunikan. Didalam pendidikan diperlukannya
berkomunikasi secara efektif kepada peserta didik,akan tetapi di dalam proses pembelajaran,
akan terdapat anak yang memiliki kesulitan memahami serta kesulitan untuk berkomunikasi
kepada orang disekitarnya, maka hal pertama yang harus dikuasai seorang pendidik dalam
melakukan komunikasi dan mengahasilkan komunikasi efektif yaitu pendidik harus memahami
karakter dari peserta didik, dengan memahami karakternya maka pendidik dapat berkomunikasi
dengan baik sesuai karakter peserta didik, kemudian pendidik juga wajib menguasai materi
pembelajaran sebelum memulai pembelajaran di kelas, dengan mempersiapkannya dengan
matang guru dapat menyampaikan materi dengan jelas karena sudah menguasai materi
pembelajaran.
Terdapat strategi dalam komunikasi dan menghasilkan komunikasi yang efektif yaitu:
1. Menganalisi informasi yang ingin dikomunikasikan kepada komunikan
2. Memilih metode yang tepat untuk melakukan komunikasi
3. Menentukan tujuan yang diharapkan dari informasi yang disampaikan.

Adapun menurut Effendy (2008) komunikasi dikatakan tidak efektif apabila seperti
beberapa indikator berikut:
1. Perbedaan Persepsi
2. Reaksi emosional
3. Ketidak-konsistenan komunikasi verbal dan non verbal
4. Kecurigaan
5. Tidak adanya timbal balik (feedback).

2
Hal hal tersebut harus dihindari supaya komunikasi menjadi efektif dan diterima baik
dan jelas oleh komunikan. Komunikasi secara empatik dengan peserta didik, dari proses dan
hasil belajar Pendidikan agama, menmanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan
pembelajaran pendidikan agama, untuk meningkatkan kualitas pembelajaran pendidikan agama.
Mengingat betapa pentingnya kompetensi pedagogic bagi guru, maka upaya mengetahui lebih
lanjut pelaksanakan indikator kompetensi. Komunikasi empatik salah satu keterampilan
berkomunikasi untuk mendukung pencapaian tujuan komunikasi dari sisi persuasif maupun
informatif. Komunikasi empatik di dasari oleh usaha guru ketika mendengarkan secara intensif
apa yang dirasakan dan dipikirkan oleh peserta didik. Empati memiliki makna yang lebih
mendalam dibandingkan dengan simpati karena dalam mendengarkan empatik, bukan hanya
mendengarkan dengan telinga, namun juga mendengarkan dengan mata dan hati kita.Guru
secara empatik sangat berpengaruh pada pesan yang ingin disampaikan kepada Peserta didik.
Membangun suasana pembelajaran dengan saling menghargai, terhadap hasil karya peserta
didik, disertai pertanyaan guru mendorong peserta didik untuk melakukan percobaan.
Komunikasi santun merupakan suatu cara menyampaikan informasi secara jelas dan
dapat dipahami kepada orang lain dengan tidak menyinggung perasaan orang yang diajak
berkomunikasi. Kegiatan belajar mengajar tidak terlepas dari kegiatan komunikasi, karena
didalamnya didapati suatui nteraksi pertukaran informasi dan pengetahuan antara guru dengan
anak didik dan anak dengan anak lain. Agar interaksi tersebut dapat berjalan dengan lancar,
maka seorang guru harus memiliki kemampuan berkomunikasi secara efektif, empati, dan
santun dengan peserta didik.
Komunikasi sangat penting agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar dan
sesuai dengan tujuan pembelajaran. Guru merupakan seorangyang memiliki pengaruh paling
besar terhadap kepribadian anak, karena guru merupakan sosok yang diguru dan ditiru oleh
anak, sehingga seorang guru dituntut untuk berbicara dan berkomunikasi secara santun. Dalam
hal ini guru harus mampu menggunakan pendekatan yang intensif kepada anak. guru harus
memahami apa yang menjadi kebutuhan anak dalam belajar, dalam berkomunikasi dengan anak
ketika mengajar, jangan sekali-sekali guru menggunakan kalimat dan kata-kata yang kasar
sekalipun Ketika menegur anak. Apalagi seperti yang sudah diketahui, bahwa anak sekarang

2
memiliki daya kritis yang tinggi. Kondisi demikian, mengharuskan guru agar berhati - hati
dalam bersikap. Model komunikasi guru akan menjadi perhatian anak, sehingga komunikasi
secara santun sangat penting untuk dilakukan guru. Anak cenderung akan meniru sikap yang
diperlihatkan guru, maka dari itu guru wajib bersikap santun untuk mengingatkan anak yang
bersikap kurang baik agar anak juga nantinya meniru sikap santun kepada guru.

C. Hubungan Kompetensi Sosial dengan Hubungan Masyarakat


Sesuai dengan kodratnya manusia ingin hidup berkelompok, hidup berkelompok itu
adalah insting tidak dipelajari tetapi secara alami. Manusia mencapai keinginannya bahkan
menyelesaikan permasalahannya sendiri dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, artinya
hidup ketergantungan pada mahluk-mahluk lainnya baik untuk memenuhi kebutuhannya
maupun dalam menjalankan perannya dalam kehidupan sosial. Manusia perlu perinteraksi
dengan sesamanya maupun juga dengan benda-benda lainnya dalam memenuhi kehidupan
bermasyarakat.
Guru sebagai mahluk sosial hidup di tengah-tengah masyarakat merupakan salah satu
kehidupan pribadi yang mendapatkan perhatian khusus di masyarakat. Segala aktivitasnya
senantiasa dipantau terus hingga nama sebagai guru telah berakhir, tetapi dalam hal statusnya
hanya berubah namun tetap orang menyebutnya sebagai guru, itulah kuatnya peran dan status
guru di tengah-tengah kehidupan bermasyarakat.
Kompetensi sosial dalam belajar mengajar berkaitanerat dengan kemampuan guru
dalam berkomunikasi dengan masyarakat di sekitar kehidupannya, sehngga peran dan cara
pandang, cara berpikir, cara bertinda selalu menjadi tolok ukur terhadap kehidupannya di
masyarakat. Guru menjadi contoh yang diperlakukan secara normatif karena kebiasaannya
dalam status sosialnya, oleh karena itu diperlukan sejumlah kompetensi sosial yang
perludimiliki guru dalam berinteraksi dengan lingkungan masyarakat di tempat dia tinggal
dan berada.
Begitu kuatnya sebuah nama yang dinamakan “guru” maka dapat dikemukakan
bahwa kompetensi sosial guru merupakan guru untukmemahami dirinya sebagai bagian yang
tidak terpisahkan dari masyarakat dan mampu mengembangkan tugas sebagai anggota

2
masyarakat dan warga negara. Lebih dalam hal kemampuan sosial juga mencakup juga
kemampuan untuk menyesuaikan diri kepada tuntutan kerja dalam lingkungan sekitar pada
waktu membawakan tugasnya sebagai guru.
Guru di mata masyarakat pada umumnya dan pada peserta didik menjadi panutan
yang perlu dicontoh dan suri teladan yang baik (digugu dan ditiru). Demikian juga guru
tokoh dan bentuk insan cendekia yang diberi tugas dan beban membimbing masyarakat ke
arah norma yang berlaku. Sesuai dengan simbol itu guru perlu memiliki kompetensi sosial
untuk berhubungan dengan masyarakat dalam rangka menyelenggarakan proses belajar
mengajar yang efektif dan kreatif karena dalam dirinya tersimpan pesona yang kuat dan
memberi pengaruh terhadap orang lain. Apa sugesti yang kuat yaitu kompetensi sosial yang
menjadi pelayan manusia untuk memperbaiki manusia yang sudah tertanam sejak menerima
amanah sebagai guru yang dilengkapi dengan bermacam-macam pengetahuan, keterampilan
dan kemampuan lainnya yang sudah tertanam sejak dia dinobatkan sebagai guru.
Dalam proses pembangunan sumberdaya manusia guru memberi andil yang besar
dalam menyiapkan manusia Indonesia yang tergambar dalam kurikulum pendidikan.
Kurikulum adalah gambaran manusia Indonesia 5 tahun ke depan, oleh karen itu guru perlu
menyadari bahwa posisi tidak mungkin lepas dari kondisi sosial di masyarakat yang sifatnya
sangat komplek dan beraneka ragam untuk itu peran dan fungsi guru yang memiliki sebagai
kompetensi sosial perlu dipelajarai adalah :
1. Motivator dan Inovator dalam Pembangunan Pendidikan
Kata pendidikan begitu populer di kalangan masyarakat, hampir semua lapisan
masyarakat mengenalnya meskipun begitu populernya kata itu namun belum tentu
dapat dipahami dan mengerti oleh setiap orang yang membicarakannya. Masih banyak
terdapat perbedaan persepsi dalam penafsiran bahkan sering secara fundamental baik
disebabkan pandangan politik yang berbeda dan wawasan, kedudukan serta
kepentingan yang dapatmerugikan pendidikan itu sendiri.
Di sinilah letaknya guru diperlukan memiliki inovasi dan motivasi dalam
perjalanan kehidupannya di masyarakat, sebagai guru harus mampu bersinegri yang
berada di desa serta perperan aktif dalam mencerdaskan masyarakat di nama dia berada.

2
Peran aktif adalah bisa sebagai penggerak masyarakat sesuai dengan kondisi
masyarakat itu bersama masyarakat lainnya yang ada di sekelilingnyabahkan juga
sebagai sumber motivasi bagi orang lainnya sekalipun di tengah-tengah adanya
perbedaan pandangan terhadap pendidikan.
Contoh yang sangat sederhan menggerakkan masyarakat dalam memberikan
motivasi kepada lingkungan sekitar untuk ikut menyukseskan program wajib belajar
dan mendorong masyarakat agar tetap mau menyekolahkan anak-anaknya kejenjang
pendidikan yang lebih tinggi agar bangsa kita tidak dipertaruhkan dengan bangsa-
bangsa lain dalam hal faktor pendidikan.
2. Perintis Pendidikan
Guru dengan kemampuannya berusaha menjadi perintis pendidikan di
sekitarnya, misalnya dengan membangun pendidikan Paket yang sesuai dengan
kebutuhan masyarakat sekitar. Memanfaatkan balai desa sebagai tempat untuk
membantu masyarakat yang putus sekolahnya, sehingga masyarakat tersebut bisa
mengecap pendidikan sesuai dengan tuntutan pemerintah tentang pendidikan wajib
belajar.
Berperan sebagai kegiatan yang sersifat religius misalnya sebagai panitia dalam
hal pembangunan masjid, tempat-tempat ibadah sesuai dengan agamanya, perperan
dalam menggerakkan masyarakat pada hari-hari besar nasional maupun hari-hari besar
keagamaan, tidak terlepas dari peran itu guru menjadi nara sumber dalam kegiatan
tersebut
3. Melakukan Penelitian dan Pengkajian IlmuPengetahuan
Guru tentu memiliki kemampuan di bidangnya masing-masing terutama ilmu
pengetahuan yang ada relevansinya dengan ilmu yang diempunya, oleh karena itu
harus berusaha melakukan berbagai pengembangan diri melalui pengetahuan yang ada
dimilikinya. Khusus melakukan penelitian berkaitan dengan permasalahan pendidikan
yang ada di masyarakat sehingga diharapkan dengan penemuannya dapat dilakukan
pencarian solusi baik secara individu maupaun kelembagaan dan hasilnya dapat
dipublikasikan secara luas kepada masyarakat pendidik.

3
4. Pengabdian
Guru tinggal di masyarakat maka sebagai kiprah besar dalam kehidupannya
adalah bergaul dengan masyarakat. Pergaulan itu mempunyai tanggung jawab guru
kepada masyarakat, misalnya menjelaskan kepada masyarakat bahwa pendidikan itu
tanggung jawab bersama, pemerintah, masyarakat dan orang tua peserta didik.
Dengan tanggung jawab itu pemerintah punya kewajiban yang sangat besar
terutama menyiapkan gedung sekolah, bemberi pasilitas pendidikan dan pengadaan
guru. Sedangkan masyarakat menjaga keamanan agar sekolah tetap berjalan sesuai
yang dikehendaki agar pembelajaran berjalan dengan baik. Sedangkan orang tua
membantu kelancaran pendidikan yaitu memberikan sumbangan berupa bantuan fisik
maupun pisikis sesuai dengan kesepekatanyang dibuat oleh Komite Sekolah dan
menjaga agar hubungan sekolah, guru dapat terbentuk dengan baik.

Ruang Lingkup Kompetensi Sosial


Semboyan yang sering kita dengar di mana kita berada di situ bumi dipijak dan di situ
pula langit dijunjung maksudnya adalah kemampuan menyesuaikan diri untuk mengikuti dan
menghormati pada tuntutan kerja dan lingkungan sekitar pada waktu melaksanakan tugasnya
sebagai guru.
Menurut Amijaya (dalam buku yang berjudul Empat Kompetensi untuk Membangaun
Profesionalisme Guru, 2018:26), kompetensi sosial seorang guru sudah barang tentu
berkaitandengan partisipasi social seseorang dalamkehidupannya sehari-hari di masyarakat di
mana ia berada baik secara formal maupun informal.
Jenis kompetensi sosial yang harus dimiliki guru menurut Wijaya (dalam buku yang
berjudul Empat Kompetensi untuk Membangaun Profesionalisme Guru, 2018:26) adalah
sebagai berikut :
1. Teramapil berkomunikasi (baik dengan peserta didik, maupun dengan orang tua
peserta didik)
Keterampilan berkomunikasi dengan orang tua pesertadidik memang perlu
agar terjadi saling pemahaman terhadap kondisi anak selama dalam mengikuti

3
pendidikan. Karena komunikasi yang kurang lancar dapat menyebabkan peserta
didik tidak dapat menyelesaikan pendidikannya dengan tuntas di sekolah.
Guru dalam hal ini merupakan gambaran suasana sekolah sehingga peserta
menyayangi gurunya akan dapat peserta didik senang mengikuti pelajaran dengan
baik dan peserta didik selalu ingin berada di sekolah. Ciptakanlah komunikasi
yang kodusip dengan peserta didik dan orang tua peserta didik agar sekolah
terkesan sangat memperhatikan terhadap keberadaan peserta didiknya.
Sebagai ilustrasi pada waktu rapat dengan orang tua peserta didik, guru
menyampaikan sambutan di depan orang tua peserta didik harus memilih kata-
kata yang santun, persuasip, memotivasi, dan berusaha menampung pendapat dan
permasalahan yang disampaikan, tetapi kita berikan alternatif yang bagus dan
berusaha menarik dan penuh perhatian agar orang tua peserta didik jangan
tersinggung. Tidak semua sekolah mampu untuk menerbitkan bulletin sekolah,
tapi yang mampu menerbitkan sangat baik dilakukan sebagai sarana komunikasi
kepada orang tua peserta didik dan masyarakat sekitar.
2. Bersikap Simpatik
Letak dan giografis sekolah bermacam-macamsehingga peserta didik kita
dalam satu rombongan belajar juga ada bermacam-macam ditambah kondisi
ekonomi orang tua peserta didik yang penghasilan dan pendapatannya yang
berbedabeda pula. Sehubungan dengan itu guru dituntut mampu menghadapi
situasi sekolah yang seperti itu, guru diharapkan bersikap ramah dan mampu
membaca perasaan peserta didiknya yang seperti itu, tetapi jangan lah guru larut
dan terbawa dengan situasi peserta didiknya yang beranekaragam.
Selain itu orang tua peserta didik diajak secara tidak langsung memahami
kondisi sekolah yang guru hadapi agar mereka selalu siap memberikan bantuan
kepada guru secara individual dengan kondisi sosial psikologi guru dan sesuai
pula dengan latar belakang sosial ekonomi dan pendidikannya. Lakukanlah
pergaulan dengan orang tua peserta didik sekalipun dalam pertemuan sebentar
secara akrab, simpatik, misalnya dengan pertanyaan tentang nama orang tua

3
peserta didik, tinggalnya dimana, berapa orang saudaranya dan lain-lain yang
sifatnya, tapi hindari pertanyaan yang mengarah pada pekerjaan.
3. Melakukan Kebersamaan
Indahnya kebersamaan adalah semboyan yang mudah diucapkan, tetapi
terasa sulit untuk dilakkan tetapi bukan tidak mungkin untuk dilakukan bagi guru
yang tinggal di tengahtengah kehidupan masyarakat pedesaan. Melalui peran
organisasi pergaulan sosial dia mampu bekerjasama dengan organisasi pendidikan
seperti Komite Sekolah, Dewan Pendidikan, tokoh masyarakat atau orang yang
memiliki wibawa dan karismatik.
Sehubungan dengan itu guru perlu memahami kaidah-kaidah psikologis
yang melandasi perilaku manusia terutama yang relevansinya dengan hubungan
antar manusia. Sebagai ilustrasi guru yang berada di lingkunganmasyarakat yang
biasanya melakukan pengajian keagamaan guru mempunyai peluang untuk dapat
bergaul dan beradaptasi secara langsungdengan masyarakat yang memiliki
kebiasaan seperti itu.
Apabila ada program yang berkaitan dengan program kebiasaan yang
sudah pernah dilakukan masyarakat pihak sekolah yang secara tidak langsung
mendapatkan dukungan dari pihak orang lain dalam hal ini lembaga Dewan
Pendidikan/Komite Sekolah, dan masyarakat agar mereka diajak berkiprah di
bidang pendidikan.
4. Pandai Bergaul dengan Teman Sejawat danMitra Pendidikan
Masyarakat menganggap terhadap guru sebagai tempat untuk meminta
pendapat, karena ada pemeo yang dikenal sejak lama seperti “ guruharus digugu
dan ditiru”. Maksudnya guru sebagai panutan yang dianggap mampu memberi
pendapat dan pandangan . Kehidupan disekolah merupakan gambaran birokrasi
pendidikan ketika berada di masyarakat sebagai kehidupan yang dijalani setiap
saat maka kedua situasi yang berbeda itu guru harus bisa menjalin hubungan baik
di antaranya saat di sekolah dengan guru dan siswa, tetapi ketika di masyarakat
kita bersama masyarakat.

3
Apabila kita memiliki hubungan yang baik dengan masyarakat dan ketika
menghadapi musibah sudah pasti masyarakat tidak membiarkannya dan kita pun
merasa ringan karena terbantu oleh masyarakat tersebut.
5. Memahami Lingkungan sekitar
“Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya”, pemeo itu sering diucapkan orang
ketika ada perestiwa yang mirip dilakukan oleh kebiasaan orang tua siswa atau
kejadian yang pernah dilakukan oleh masyarakat tempat tinggal. Hal ini
menunjukkan bahwa lingkungan sekitar masyarakat sangat positif dalam
mempengaruhi pola pikir, tindakan dan aktivitas sehari-hari.
Sehubungan dengan itu guru wajib mengenal dan menghayati kebiasaan
yang berlaku disekitarnya agar kebiasaan itu dapat dipilah mana yang positif
untuk bisa dikembangkan dan mana yang sangat dominan dalam mempengaruhi
kehidupan siswa. Contoh pada musim panen padi di sawah ada salah satu daerah
di Kabupaten Tapin (Kalimantan Selatan) kadangkadang orang tua siswa datang
ke sekolah untuk meminta izin agar anaknya yang laki-laki membantu menunggu
hasil panen di sawah sementara belum bisa diangkut atau dibawakerumah, karena
jarak sawah dengan rumah cukup jauh dan sarana transportasi menggunakan
perahu dengan perjalanan mencapai 3 jam.
Dari contoh di atas guru dapat menyimpulkan bahwa kompetensi sosial
sangat erat kaitannya dengan aktivitas sosial dan bagaimana seorang guru mampu
menyesuaikan diri kepada tuntutan kerja dari lingkungan sekitarnya pada saat
melaksanakan tugas sebagai guru. Sekolah itu berkembang dalam satu lingkungan
masyarakat yang dan selalu mempengaruhi perkembangan pendidikan di sekolah,
karena itu guru wajib mengenal dan menghayati dunia sekitar sekolah, minimal
masyarakat sekitar yang ditempati oleh sekolah dan guru itu berada. Dunia sekitar
sekolah atau tempat tinggal guru dan siswa tersebut mungkin berada di kawasan
industri, dunia pertanian, dunia perkebunan, dunia pertambangan, dunia perikanan
dan lain sebagainya, tentu semua dunia lingkungan itu memiliki dinamika adat
istiadat, kepercayaan, tata cara sikap dan tingkah laku masyarakat yang berbeda.

3
Dari penjelasan di atas tentu dapat disimpulkan bahwa kompetensi sosial
guru berkaitan dengan bagaimana seorang guru mampu menyesuaikan diri kepada
tuntutan kerja dan masyarakat/lingkungan sekitarnya.

D. Kedisiplinan
Disiplin (discipline) adalah bentuk pengendalian diri karyawan dan pelaksanaanyang
teratur dan menunjukkan tingkatkesungguhan tim kerja dalam suatu organisasi(Simamora,
2004:610).Menurut Nitisemito (1982) bahwakedisiplinan bukan hanya menyangkut
masalahkehadiran yang tepat waktu di tempat kerjanamun lebih tepat diartikan sebagai suatu
sikap,tingkah laku, dan perbuatan yang sesuai denganperaturan dari perusahaan baik tertulis
maupuntidak. Jadi, kedisiplinan dalam suatu perusahandapat ditegakkan bilamana sebagian
besarperaturan-peraturannya ditaati oleh sebagianbesar karyawan. Disiplin kerja akan
membawadampak positif bagi karyawan maupuorganisasi. Disiplin yang tinggi akan
membuatkaryawan bertanggungjawab atas semua aspekpekerjaannya dan meningkatkan
prestasikerjanya yang berarti akan meningkatkan pulaefektivitas dan efisiensi kerja serta kualitas
dankuantitas kerja.Disiplinadalahkesadaran dan kesediaan seseorang menaati semua peraturan
perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku. Adapun arti kesadaran adalah sikap seseorang
yang secara sukarela menaati semua peraturan dan sadarakan tugas dan tanggung jawabnya.
Sedangkan kesediaan adalah suatu sikap, tingkah laku dan perbuatan seseorang yang sesuai
dengan peraturan perusahaan baik yang tertulis maupun tidak.
(Hasibuan, 1994). Siswanto (2003:291) mengemukakan bahwa disiplin adalah suatu
sikap menghormati, menghargai, patuh dan taat pada peraturan-peraturan yang berlaku baik yang
tertulis maupun tidak tertulis serta sanggup menjalankan dan tidak mengelak untuk menerima
sanksi-sanksinya apabila ia melanggar tugas dan wewenang yang diberikan kepadanya.Davis dan
Newstrom (1985) mengungkapkan bahwa pembentukan disiplin pribadi merupakan tujuan
disiplin preventif yang ditetapkan oleh organisasi sehingga disiplin diri ditujukan pula demi
pencapaian tujuan organisasi. Berdasarkan pemahaman di atas, maka pengertian disiplin kerja
merupakan kesadaran dan kesediaan seseorang untuk menaati peraturan perusahaan atau
organisasi baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis dan tidak mengelak untuk menerima

3
sanksi apabila melanggar tugas dan wewenang yang diberikan kepadanya. Sehingga hal ini
membuat karyawan bertanggung jawab atas semua aspek pekerjaannya dan meningkatkan
prestasi kerjanya yang berarti akan meningkatkan pula efektivitas dan efisiensi kerja serta
kualitas dan kuantitas kerja.
Disiplin kerja guru adalah faktor penting dalam penyelenggaraan pendidikan karena jika
ingin mendapatkan peserta didik yang disiplin maka sudah semestinya guru juga harus disiplin
dalam melaksanakan pekerjaannya. Untuk meningkatkan disiplin kerja guru salah satu caranya
adalah dengan pembinaan kompetensi kepribadian guru. Pembinaan adalah upaya yang
dilakukan untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Dengan pembinaan yang dilakukan secara
terus menerus maka diharapkan mereka mempunyai sikap yang sesuai dengan sikap budaya yang
digunakan oleh perusahaan. Sementara menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Pembinaan
berarti pembaharuan, penyempurnaan atau usaha tindakan atau kegiatan yang dilaksanakan
secara berdaya guna dan berhasil guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik.

E. Kesejahteraan
Kesejahteraan adalah adanya rasa aman, tentram dan makmur yang dirasakan masyarakat
secara bersama-sama. Kesejahteraan harus dapat memenuhi kebutuhan fisik, psikologi, sosial,
dan kerohanian. Kesejahteraan dapat diperoleh jika seseorang dapat mengakses pekerjaan,
pendapatan, pangan, pendidikan, tempat tinggal, kesehatan, dan lainnya (Khomsan, 2007) (dalam
jurnal Motivasi Kerja, Sertifikasi, Kesejahteraan, dan Kinerja Guru: Kesejahteraan Guru. 2014 :
149)
Proses sertifikasi menuju kinerja professional dalam menjalankan tugas dan fungsi guru
harus diikuti dengan kenaikan kesejahteraan. Kesejahteraan guru tercermin oleh pemanfaatan
gaji dan intensif yang diperoleh. Kesejahteraan guru diindonesia yang rendah dapat
mempengatuhi kinerja guru, semangat pengambdian dan upaya mengembangkan
profesionalisme (Tilaar, 2008) (Khomsan, 2007) (dalam jurnal Motivasi Kerja, Sertifikasi,
Kesejahteraan, dan Kinerja Guru: Kesejahteraan Guru. 2014 : 149). Variabel kesejahteraan
memberi penjelasan teoritis pelaksanaan sertifikasi untuk meningkatkan kinerja guru.

3
Kesejahteraan guru adalah tata kehidupan dan penghidupan sosial materil maupun sprituil yang
diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan dan ketentraman lahir batin yang memungkinkan bagi
setiap warga Negara untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan jasmaniah, rohaniah dan
sosial yang sebaik-baiknya bagi keluarga serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak
asasi manusia dan pancasila (Nurcholis, 2011). (Khomsan, 2007) (dalam jurnal Motivasi Kerja,
Sertifikasi, Kesejahteraan, dan Kinerja Guru: Kesejahteraan Guru. 2014 : 150)
Indikator kesejahteraan guru mengacu pada Rida, 2013, (Khomsan, 2007) (dalam jurnal
Motivasi Kerja, Sertifikasi, Kesejahteraan, dan Kinerja Guru: Kesejahteraan Guru. 2014 : 150)
Yaitu sebagai berikut :
1. Memperoleh Penghasilan diatas kebutuhan hidup minimum dan jaminan
kesejahteraan sosial.
2. Mendapatkan promosi dan penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja
3. Memperoleh perlindungan dalam menghasilkan tugas dan hak atas kekayaan
intelektual.
Kesejahteraan guru dapat dibentuk melalui motivasi. Semakin baik motivasi, maka
kesejahteraan guru akan meningkat.
Motivasi adalah pemberiabn daya gerak yang menciptakan kegairahan kerja agar
seseorang bersedia bekerja sama, bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala upayanya untuk
mencapai kepuasan (Hasibuan, 2011) (dalam jurnal Motivasi Kerja, Sertifikasi, Kesejahteraan,
dan Kinerja Guru: Kesejahteraan Guru. 2014 : 153). Pemberian motivasi dapat berupa kebutuhan
keamanan, kebutuhan sosial, kebutuhan penghargaan dan kebutuhan aktualisasi diri.

F. Iklim Kerja
1. Definisi Iklim Kerja
Menurut Clarence dalam testis yang berjudul (Pengaruh Iklim Kerja Terhadap
Kinerja Guru pada Madrasah Aliyah di Kacamatan Gantarang Kabupaten Bulukumba.
2019 : 23), istilah iklim (climate) adalah pengaruh ke seluruh sistem dari kelompok
manusia atau organisasi, mencakup perasaan dan sikap sebagai suatu sistem, sub sistem,
super ordinat sistem atau sistem pribadi, tugas-tugas, prosedur atau konsep-konsep.

3
Iklim yang dimaksud berkaitan dengan satu situasi sebagaimana pengaruh pada
pengalaman oleh para guru dalam situasi tertentu berinteraksi dengan oranglain atau
masyarakat. Dengan aturan perilaku yang dilaksanakan dalam suatu lembaga, maka iklim
yang baik diharapkan dapat tercipta untuk mempercepat pencapaian tujuan lembaga
tersebut.
Secara konsep, iklim kerja di sekolah didefinisikan sebagai seperangkat atribut yang
memberi warna atau karakter, spirit, ethos, suasana bathin, dari setiap sekolah.
Sedangkan, Secara operasional, sebagaimana halnya pengertian iklim pada cuaca, iklim
lingkungan kerja di sekolah diukur dengan menggunakan rata-rata dari persepsi komunitas
sekolah terhadap aspek-aspek yang menentukan iklim kerja. Persepsi tersebut dapat diukur
dengan cara pengamatan langsung dan wawasan dengan anggota komunitas sekolah,
khususnya guru maupun dengan cara yang lebih praktis dan ekonomis tetapi reliabel, yaitu
mendengarkan angket yang telah divalidasi.Iklim kerja merupakan dua suku kata yang
pada awalnya berbeda arti dan makna secara terpisah dapat ditelaah perbedaan pengertian
iklim dan pengertian organisasi serta pengertian iklim organisasi sebagai satu kesatuan
makna. Iklim mempunyai arti penting karena dapat memengaruhi cara hidup, perasaan, dan
bagaimana seseorang beradaptasi dalam suatu tempat atau lingkungan.
Iklim kerja merupakan suatu lingkungan dan prasarana manusia di mana di
dalamnya anggota organisasi melakukan pekerjaan mereka. Atau dengan kata lain iklim
kerja merupakan lingkungan manusia dimana manusia bekerja. Banyak pengertian iklim
kerja yang dikemukakan oleh para ahli, beberapa diantaranya Wirawan yang menyatakan
bahwa iklim kerja adalah persepsi anggota organisasi (secara individual dan kelompok) dan
mereka yang secara tetap berhubungan dengan organisasi mengenai apa yang ada atau yang
terjadi di lingkungan internal organisasi secara rutin, yang memengaruhi sikap dan perilaku
organisasi dan kinerja anggota organisasi yang kemudian menemukan kinerja organisasi.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa iklim kerja merupakan gambaran terhadap kualitas,
suasana dan karakter yang tampak pada norma dan nilai, hubungan interpersonal, suasana
belajar-mengajar, struktur organisasi, ikatan positif dengan lembaga dan lingkungan fisik
yang terdapat di lembaga tempat pegai bertugas. Iklim kerja ini dapat diukur melalui

3
dimensi safety (rasa aman), teaching and learning (kegiatan belajar mengajar),
interpersonal relationships (hubungan dengan orang lain), dan institutional environment
(lingkungan kerja). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa iklim organisasi dimaksudkan
untuk memberikan lingkungan pengasuhan yang mengakui bahwa pegawai diperlakukan
sebagai individu. Dengan demikian, iklim kerja merupakan alat untuk memecahkan
masalah (solusi) yang secara konsisten dapat berjalan dengan baik bagi suatu kelompok
atau lembaga tertentu dalam menghadapi persoalan eksternal dan internalnya. Hal ini dapat
ditularkan atau diajarkan kepada para individu untuk berpendapat, dan merasakan dalam
hubungannya dengan persoalan tersebut.
2. Dimensi - Dimensi Iklim Kerja
Menurut Litwin dan Meyer dalam tesis (Pengaruh Iklim Kerja Terhadap Kinerja
Guru pada Madrasah Aliyah di Kacamatan Gantarang Kabupaten Bulukumba 2019 : 28)
dimensi-dimensi pengukuran iklim kerja sebagai berikut :
a. Clarity. Terkait dengan perasaan pegawai bahwa mereka mengetahui apa yang
diharapkan dari mereka berkaitan dengan pekerjaan, peranan dan tujuan organisasi.
b. Standards. Perasaan karyawan tentang kondisi organisasi dimana manajemen
memberikan perhatian kepada pelaksanaan tugas dengan baik, tujuan yang telah
ditentukan serta toleransi terhadap kesalahan atau hal-hal yang kurang sesuai atau
kurang baik.
c. Responsibility. Hal ini berkaitan dengan perasaan karyawan mengenai pelaksanaan
tugas organisasi yang diemban dengan rasa tanggung jawab atas hasil yang dicapai,
karena mereka terlibat di dalam proses yang sedang berjalan.
d. Flexibility conformity. Fleksibilitas dan comfomity merupakan kondisi organisasi
yang untuk memberikan keleluasan bertindak bagi karyawan serta melakukan
penyesuaian diri terhadap tugas-tugas yang diberikan. Hal ini berkaitan dengan
aturan yang ditetapkan organisasi, kebijakan dan prosedur yang ada. Penerimaan
terhadap ide-ide yang baru merupakan nilai pendukung di dalam mengembangkan
iklim organisasi yang kondusif demi tercapainya tujuan organisasi.

3
e. Reward. Hal ini berkaitan dengan perasaan karyawan tentang penghargaan dan
pengakuan atas pekerjaan yang baik.
f. Tema Commitmen. Berkaitan dengan perasaan karyawan mengenai perasaan bangga
mereka memiliki organisasi dan kesediaan untuk berusaha lebih saat dibutuhkan.

Sedangkan Kamaluddin dalam Tesis (Pengaruh Iklim Kerja Terhadap Kinerja


Guru pada Madrasah Aliyah di Kacamatan Gantarang Kabupaten Bulukumba : 2019 :32)
mengemukakan bentuk iklim organisasi menjadi dua macam yaitu iklim terbuka dan iklim
tertutup, Yaitu :
a. Iklim terbuka
Iklim terbuka adalah percaya pada bawahan, terbuka dalam komunikasi,
kepemimpinan yang menolong dan menghargai, pemecahan masalah secara
kelompok, otonomi pekerja.
b. Iklim tertutup
Iklim tertutup adalah lebih mementingkan pribadi daripada kerjasama,
kepemimpinan yang otokrasi dan paksaan, para bawahan bekerja sesuai apa
yang diperintahkan saja atau perilaku yang pekerjaan yang ditentukan oleh
peraturan atau prosedur sentralisasi pengambilan keputusan, ketidakpuasan.

3. Faktor-faktor mempengaruhi Iklim Kerja


Menurut Higgins dalam tesis (Pengaruh Iklim Kerja Terhadap Kinerja Guru
pada Madrasah Aliyah di Kacamatan Gantarang Kabupaten Bulukumba 2019 : 35)
empat prinsip faktor-faktor yang memengaruhi iklim organisasi yaitu:
1. Pimpinan organisasi.
Pada dasarnya setiap tindakan yang diambil oleh pimpinan di
Organisasi memengaruhi iklim dalam beberapa hal, seperti aturan-aturan,
kebijakan, dan prosedur organisasi terutama masalah yang berhubungan
dengan kepegawaian, distribusi imbalan, gaya komunikasi, cara-cara yang
digunakan untuk memotivasi, teknik-teknik dan tindakan pendisiplinan,

4
perhatian pada permasalahan yang dimiliki karyawan dari waktu ke waktu,
serta kebutuhan akan kepuasan dan kesejahteraan karyawan.
2. Tingkah laku Karyawan.
Tingkah laku karyawan memengaruhi iklim melalui kepribadian
mereka, terutama kebutuhan karyawan dan tindakan-tindakan yang
dilakukan untuk memuaskan kebutuhan tersebut. Komunikasi Karyawan
memainkan bagian penting dalam membentuk iklim. Menurut Toulson &
Smith (dalam tesis Pengaruh Iklim Kerja Terhadap Kinerja Guru pada
Madrasah Aliyah di Kacamatan Gantarang Kabupaten Bulukumba 2019 :
35) cara seseorang berkomunikasi menentukan tingkat sukses atau gagalnya
hubungan antara karyawan dan karyawan. Berdasarkan gaya normal
seseorang dalam hidup atau mengatur sesuatu, dapat menambahnya menjadi
iklim yang positif atau dapat juga menguranginya menjadi negatif.
3. Tingkah laku kelompok kerja.
Terdapat kebutuhan tertentu pada kebanyakan orang dalam hal
hubungan persahabatan, suatu kebutuhan yang seringkali dipuaskan oleh
kelompok dalam organisasi. Kelompok-kelompok berkembang dalam
organisasi dengan dua cara, yaitu secara formal, utamanya pada kelompok
kerja, dan informal, sebagai kelompok persahabatan atau kesamaan minat.
4. Faktor eksternal Organisasi.
Sejumlah faktor eksternal Organisasi memengaruhi iklim pada kerja
tersebut. Keadaan ekonomi adalah faktor utama yang memengaruhi iklim.
Contohnya dalam perekonomian dengan inflasi yang tinggi, kerja berada
dalam tekanan untuk memberikan peningkatan keuntungan sekurang-
kurangnya sama dengan tingkat inflasi. Seandainya pemerintah telah
menetapkan aturan tentang pemberian upah dan harga yang dapat
membatasi peningkatan keuntungan, sehingga menjadi tidak senang dan bisa
keluar untuk mendapatkan pekerjaan pada perusahaan lain. Di lain pihak,
ledakan ekonomi dapat mendorong penjualan dan memungkinkan setiap

4
orang mendapatkan pekerjaan dan peningkatan keuntungan yang besar,
sehingga hasilnya iklim menjadi lebih positif.

Iklim kerja merupakan kondisi fisik dan non-fisik dalam suasana psikologis
atau fenomena yang dirasakan oleh semua komponen di dalam kegiatannya sehari-hari.
Iklim kerja sangat berpengaruh terhadap kinerja guru, sehingga semua komponen
sekolah/madrasah terutama pimpinan sekolah atau madrasah diharapkan mampu
menciptakan dan memelihara iklim kerja yang kondusif di sekolah.
Beberapa indikator yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan iklim
kerja yang kondusif dikemukakan berikut ini:
1. Penataan Lingkungan Fisik Organisasi/Lembaga
a. Perawatan Fasilitas Fisik
Salah satu ciri organisasi yang efektif adalah terciptanya
budaya dan iklim organisasi yang menyenangkan sehingga
pegawai/karyawan merasa aman, nyaman, dan tertib di dalam
melaksanakan tugasnya. Hal ini ditandai dengan fasilitas-fasilitas fisik
organsiasi yang terawat dengan baik. Penampilan fisik organisasi yang
selalu bersih, rapi, indah dan nyaman. Hal ini dapat dilihat dari hal-hal
sebagai berikut antara lain:
1) Pekarangan dan lingkungan organisasi yang tertata sedemikian
rupa sehingga memberi kesan asri, teduh, dan nyaman, serta
dimanfaatkan untuk menanam sayuran dan apotik hidup.
2) Adanya pembiasaan-pembiasaan yang bernuansa moral dan akhlak
yang mendorong meningkatnya kecerdasan spritual pegawai,
seperti: berdoa sebelum memulai pekerjaan; menumbuhkan iklim
religious dengan membiasakan para pegawai mengucapkan dan
membalas salam setiap bertemu, mengadakan pengajian secara
rutin, mengadakan kebaktian bersama sekali seminggu untuk
pegawai yang beragama kristen.

4
2. Penataan Ruang Kerja
Kondisi kerja yang menyenangkan perlu diciptakan sehingga
tercipta suasana yang mendorong pegawai untuk melakukan tugasnya
sebaik mungkin. Penggunaan musik instrumentalia yang lembut dapat
lebih menciptakan suasana menyenangkan dan memberi efek
penenteraman emosi.
3. Penggunaan Poster Afirmasi
Poster-poster afirmasi, yaitu poster yang berisi pesan-pesan
positif digunakan dan dipajang di berbagai tempat strategis yang
mudah dan dapat selalu dilihat oleh pegawai. Poster afirmasi ini dapat
digunakan untuk mensosialisasikan dan menanamkan pesan-pesan
spiritual kepada seluruh pegawai. Pesan-pesan spiritual untuk poster
afirmasi dapat berupa petikan ayat Al-Quran, hadist, pesan pujangga,
atau puisi-puisi spiritual. Yang perlu diperhatikan adalah pengadaan
dan penempatan poster afirmasi ini jangan sampai terkesan berlebihan
atau menjadi pesan sloganis belaka.
4. Penataan Lingkungan Sosial Organisasi/Lembaga
a. Penciptaan Keamanan di Lingkungan Organisasi
Organisasi yang efektif perlu memperhatikan keamanan
sekitar. Organisasi terbebas dari gangguan keamanan baik dari
dalam maupun dari luar Organisasi. Untuk menjamin keamanan
organisasi maka harus didukung adanya tata tertib organisasi
yang menjadi acuan dari semua Anggota organisasi/pegawai.
Tata tertib yang ada dapat terlaksana dengan baik, apabila
didukung oleh seluruh pihak manajemen. Karena itu pimpinan,
pegawai, dan staf harus menjadi model dan teladan untuk
penegakan tata tertib dan disiplin.

4
b. Penciptaan Relasi Kekeluargaan dan Kebersamaan
Organisasi menciptakan suasana kekeluargaan dan
kebersamaan antara pimpinan dan karyawan, sehingga satu sama
lain saling berbagi dan memberi bantuan.
5. Penataan Personil Organisasi
a. Pemberian Ganjaran Positif bagi Karya Terbaik Pegawai
Karya-karya cemerlang pegawai dipajang di ruang kerja
atau ruang pimpinan dan diberi ganjaran positif. Ganjaran
hendaknya diberikan sesegera mungkin dan diarahkan untuk
memberi rasa kebanggaaan dan untuk mempertahankan motivasi
pegawai yang diberi ganjaran serta menstimulasi pegawai
lainnya untuk menghasilkan prestasi yang sama. Ganjaran juga
dibutuhkan untuk mempertahankan motivasi dan gairah
berprestasi di kalangan pegawai. Ganjaran akan efektif jika
diberikan sesegara mungkin dan dilakukan secara konsisten
pada setiap pegawai yang menunjukkan prestasi.
b. Pengembangan Rasa Memiliki Terhadap Organisasi
Organisasi menciptakan rasa memiliki sehingga
pimpinan dan pegawai akan menunjukkan rasa bangga terhadap
organisasi/lembaganya. Setiap anggota organisasi merasa
bertanggung jawab untuk menjaga kondusivitas lingkungan
organisasi. Ini bisa dicapai, antara lain dengan memberi
tanggung jawab pengelolaan dan perawatan wilayah tertentu
kepada kelompok atau ruang tertentu.
c. Pemberian Jaminan Atas Kemaslahatan Pegawai
Kemaslahatan pegawai/karyawan merupakan kriteria
penting yang digunakan dalam pembuatan keputusan tentang
mereka. Setiap keputusan yang dibuat di organisasi hendaknya
memperhatikan kebutuhan, kepentingan, dan kondisi khusus

4
pegawai. Keputusan yang dibuat hendaknya juga dapat
memenuhi prinsip keadilan dan kesetaraan di kalangan pegawai,
termasuk keadilan dan kesetaraan gender, ras, etnis, kelas sosial,
agama, kondisi fisik, ataupun varian-varian latar pegawai
lainnya.
6. Penataan Lingkungan Kerja Organisasi
Di antara bentuk penataan lingkungan kerja organisasi ialah
pengaturan jadwal acara dan aktivitas organisasi. Semua aktivitas di
organisasi harus dijadwalkan secara baik, agar kegiatan tersebut tidak
terganggu. Sehubungan dengan itu, maka seluruh kegiatan yang
bersifat regular dan yang bersifat insidental perlu diidentifikasi.

4
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kompetensi guru adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang
harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan. Kompetensi guru terbagi menjadi empat yaitu :
1. Kompetensi sosial
2. Kompetensi Kepribadian
3. Kompetensi Professional
4. Kompetensi Pedagogi
Komunikasi sangat penting agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar dan
sesuai dengan tujuan pembelajaran. Seorang guru harus memiliki kemampuan berkomunikasi
yang baik agar pelajaran yang di sampaikan dapat dimengerti oleh peserta didik.
Kompetensi sosial guru berkaitan dengan bagaimana seorang guru mampu menyesuaikan
diri kepada tuntutan kerja dan masyarakat/lingkungan sekitarnya.
Disiplin yang tinggi akan membuat guru bertanggung jawab atas semua aspek pekerjaannya
dan meningkatkan prestasi kerjanya dan juga akan meningkatkan efektivitas dan efisiensi kerja
Dan kualitas dan kuantitas kerja.
Kesejahteraan dapat diperoleh jika seseorang dapat mengakses pekerjaan, pendapatan,
pangan, pendidikan, tempat tinggal, kesehatan, dan lainnya.
Iklim kerja merupakan gambaran terhadap kualitas, suasana dan karakter yang tampak
pada norma dan nilai, hubungan interpersonal, suasana belajar-mengajar, struktur organisasi,
ikatan positif dengan lembaga dan lingkungan fisik yang terdapat di lembaga tempat pegai
bertugas. Dan juga merupakan sebagai alat untuk memecahkan masalah (solusi) yang secara
konsisten dengan baik bagi suatu kelompok atau lembaga tertentu dalam menghadapi persoalan
eksternal dan internalnya.

4
B. Saran

Dalam menyusun makalah ini penulis menyadari bahwa banyak kesalahan dan
kekurangan yang terdapat didalamnya. Oleh karena itu, penulis memerlukan kritik dan saran
yang membangun dari teman-teman semua agar pembuatan makalah ini bisa menjadi lebih baik
daripada sebelumnya.

4
DAFTAR PUSTAKA

Febriana, R. (2021). Kompetensi guru. Jakarta: Bumi Aksara.

Gultom, D. N. N. (2021). STANDARD KOMPETENSI MENGAJAR GURU.Jakarta: Bumi Aksara.

Hatta, M. (2018). Empat Komptensi untuk Membangun Profesionalisme Guru.Sidoarjo: Nizamia


Learning Center.

Hamsah, H. (2019). Pengaruh Iklim Kerja Terhadap Kinerja Guru pada Madrasah Aliyah di
Kacamatan Gantarang Kabupaten Bulukumba (Doctoral dissertation, Universitas Islam
Negeri Alauddin Makassar).

Pianda, D. (2018). Kinerja Guru: Kompetensi Guru, Motivasi Kerja dan Kepemimpinan Kepala
Sekolah. Sukabumi: CV Jejak (Jejak Publisher).

Y. Wisman,(2017) Komunikasi Efektif Dalam Dunia Pendidikan,” J.Nomosleca, vol. 3, no. 2, pp.
646–654,2017.

Hasibuan, Malayu S.P. 1994. Peningkatan Disiplin Kerja. Jakarta: BumiAksara.

Zulkifli, M., Arif, D., & Edy, S. (2014). Motivasi Kerja, Sertifikasi, Kesejahteraan, dan Kinerja
Guru: Kesejahteraan Guru. Persona, Jurnal Psikologi Indonesia. 3(2), 149-154.

Anda mungkin juga menyukai