Anda di halaman 1dari 12

SEJARAH PERKEMBANGAN PROFESI KEPENDIDIKAN DI

INDONESIA

Disusun Oleh :

KELOMPOK 12

SARAH GITA A PURBA 2101070014

MITA SARAH PATRIA PURBA 2101070034

NOVA FEBRIANA SIMBOLON 2101070036

SANNI SINAGA 2101070051

Dosen Pengampu : EVA PRATIWI PANE, S.Pd., M.Pd.

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN

PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA

UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN PEMATANG SIANTAR

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas berkat dan rahmat
yang diberikan kepada kita sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul
“Sejarah Perkembangan Profesi Kependidikan di Indonesia” dengan tepat waktu.

Makalah ini dibuat dengan tujuan agar kita dapat lebih memahami dan mengenal
Sejarah Perkembangan Profesi Kependidikan di Indonesia dari Ibu Dosen pada mata kuliah
Profesi Pendidikan. Selain itu, penyusunan makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan
kepada pembaca tentang Sejarah Perkembangan Profesi Kependidikan di Indonesia .

Kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada ibu selaku dosen mata kuliah
Profesi Kependidikan. Berkat tugas yang diberikan ini, kami dapat menambah wawasan kami
berkaitan dengan topik yang diberikan. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang membantu dalam proses penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan makalah ini masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, kami memohon maaf atas kesalahan dan ketidaksempurnaan
yang pembaca temukan dalam makalah ini. Kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar kami bisa menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.Semoga makalah ini
dapat menambah wawasan dan memberi manfaat bagi kita semua.

Pematang Siantar, 25 April 2023

Penulis,

KELOMPOK 12

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................1
1.3 Tujuan..............................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................2
2.1 Pengertian Profesi ...........................................................................................................2
2.2 Sejarah Perkembangan Profesi Keguruan/Kependidikan ...............................................2
2.3 Kasus Gaji Guru Honorer Di NTT Berkisar Rp 200.000................................................6
BAB III PENUTUP..............................................................................................................8
3.1 KESIMPULAN................................................................................................................8
3.2 SARAN ...........................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................9

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Profesi menunjuk kepada suatu pekerjaan oleh pelaku agar dasar suatu janji publik
dan sumpah bahwa mereka akan menjalankan tugas sebagaimana mestinya. Seseorang
dikatakan profesional jika orang tersebut dapatmengerjakan suatu pekerjaan dengan baik dan
dapat memuaskan orang lain, melakukan sesuatu sebagai pekerjaan pokok bukan sekedar
mengisi waktu luang dan pekerjaan tersebut menjadi sumber penghasilan kehidupan yang
memerlukan keahlian, kemahiran dan kecakapan. Suatu pekerjaan dikatakan sebagai profesi
jika ia lakukan full time, didasarkan panggilan hidup, terikat norma dan aturan memiliki
derajat otonomi tinggi, melakukan pengembangan diri secara terus menerus, dan memiliki
kode etik profesi. Kode etik profesi merupakan norma-norma atau aturan yang harus ditaati.
Tujuan dari kode etik menjunjung tinggi martabat profesi, menjaga dan memelihara
kesejahteraanpara anggota, meningkatkan pengabdian para anggota profesi da meningkatkan
harga diri (kehormatan suatu organisasi profesi).

1.2. Rumus Masalah


1. Apa itu profesi?
2. Bagaimana sejarah perkembangan profesi keguruan/ kependidikan?

1.3.Tujuan Makalah
1. Menguraikan pengertian dari profesi kependidikan .
2. Menjelaskan sejarah perkembangan profesi kependidikan.

iv
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Profesi
Istilah “profesi” sudah cukup dikenal oleh semua pihak, dan senantiasa melekat pada
“guru” karena tugas guru sesungguhnya merupakan suatu jabatan professional. Biasanya
sebutan “profesi” selalu dikaitkan dengan pekerjaan atau jabatan yang dipegang seseorang.
Akan tetepi tidak semua pekerjaan atau jabatan dapat disebut profesi karena profesi menuntut
keahlian para pemangkunya. Halni mengandung arti bahwa suatu pekerjaan atau jabatan yang
disebut profesi tidak dapat dipegang oleh sembarang orang, akan tetapi memerlukan suatu
persiapan melalui pendidikan dan pelatihan yang dikembangkan khusus untuk itu. Ada
beberapa istilah lain yang bersumber dari istilah “profesi” yaitu istilah professional,
profesionalisme, profesionalitas, dan profesionalisasi.

Profesi adalah suatu pekerjaan yang dalam melaksanakan tugasnya


memerlukan/menuntut keahlian(expertise) menggunakan teknik-teknik ilmiah, serta dedikasi
yang tinggi. Keahlian diperoleh dari lembaga pendidikan yang khusus diperuntukkan untuk
itu dengan kurikulum yang dapat di pertanggungjawabkan.

2.2 Sejarah Perkembangan Profesi Keguruan/Kependidikan

Perkembangan Profesi Keguruan Kalau kita ikuti perkembangan profesi keguruan


Indonesia, jelas bahwa pada mulanya guru-guru indonesia diangkat dari orang-orang yang
tidakberpendidikan khusus untuk memangku jabatan guru.Dalam bukunya Sejarah
Pendidikan Indonesia, Nasution (1987) sejarah jelas melukiskan perkembangan guru di
Indonesia. Pada mulanya guru diangkat dari orang-orang yang tidak memiliki pendidikan
khusus yang ditambah dengan orang-orang yang lulus darisekolah guru (kweekschool) yang
pertama kali didirikan di Solo tahun 1852.

Karena mendesaknya keperluan guru maka Pemerintah Hindia Belanda mengangkat


lima macam guru yaitu:

1. Guru lulusan sekolah guru yang dianggap sebagai guru yang berwenang penuh.
2. Guru yang bukan sekolah guru, tetapi lulus ujian yang diadakan untuk menjadi guru.
3. Guru bantu, yakni yang lulus ujian guru bantu.
4. Guru yang dimagangkan kepada seorang guru senior, yang merupakan calonguru.

v
5. Guru yang diangkat karena keadaan yang sangat mendesak yang berasal dari warga yang
perna mengecap pendidikan.
Walaupun jabatan guru tidak harus disebut sebadai jabatan professional penuh, status
mulai membaik. Di indonesia telah ada Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) yang
mewadahi persatuan guru, dan juga mempunyai perwakilan di DPR/MPR. Dalam sejarah
pendidikan guru indonesia, guru pernah mempunyai status yang sangat tinggi di masyarakat,
mempunyai wibawah yang sangat tinggi, dan dianggap sebagai orang yang serba tahu.
Peranan guru saat itu tidak hanya mendidik anak di depan kelas, mendidik masyarakat,
tempat masyarakat untuk bertanya, baik untuk memecahkan masalah pribadi maupun sosial.
Namun, wibawah guru mulai memudar sejalan dengan kamajuan zaman, perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, dan keperluan guru yang meningkat tentang imbalan atau balas
jasa.

Menurut para ahli, profesionalisme menekankan kepada penguasaan ilmu


pengetahuan ataukemampuan manajemen beserta strategi penerapannya. Maister (1997)
mengemukakan bahwa profesionalisme bukan sekadar pengetahuan teknologi dan
manajemen tetapi lebih merupakan sikap, pengembangan profesionalisme lebih dari seorang
teknisi bukan hanya memiliki keterampilan yang tinggi tetapi memiliki suatu tingkah laku
yang dipersyaratkan. Memperhatikan kualitas guru di Indonesia memang jauh berbeda
dengan dengan guru-guru yang ada di Amerika Serikat atau Inggris. Di Amerika
Serikatpengembangan profesional guru harus memenuhi standar sebagaimana
yangdikemukakan Stiles dan Horsley (1998) dan NRC (1996) bahwa ada empatstandar
standar pengembangan profesi guru yaitu:
1. Standar pengembangan profesi A adalah pengembangan profesi untuk para guru
sainsmemerlukan pembelajaran isi sains yang diperlukan melalui perspektif-perspektif dan
metodemetode inquiri. Para guru dalam sketsa ini melalui sebuah proses observasi fenomena
alam, membuat penjelasan- penjelasan dan menguji penjelasan-penjelasan tersebut
berdasarkan fenomena alam.

2. Standar pengembangan profesi B adalah pengembangan profesi untuk guru sains


memerlukan pengintegrasian pengetahuan sains, pembelajaran, pendidikan, dan siswa, juga
menerapkan pengetahuan tersebut kepengajaran sains. Pada guru yang efektif tidak hanya
tahusains namun mereka juga tahu bagaimana mengajarkannya. Guru yang efektif dapat
memahami bagaimana siswa mempelajari konsep-konsep yang penting, konsep-konsep apa

vi
yang mampu dipahami siswa pada tahap-tahap pengembangan, profesi yang berbeda, dan
pengalaman, contoh dan representasi apa yang bisa membantu siswa belajar.

3. Standar pengembangan profesi C adalah pengembangan profesi untuk para guru sains
memerlukan pembentukan pemahaman dan kemampuan untuk pembelajaran sepanjang masa.
Guru yang baik biasanya tahu bahwa dengan memilih profesi guru, merekatelah berkomit
menuntuk belajar sepanjang masa. Pengetahuan baru selalu dihasilkan sehingga guru
berkesempatan terus untuk belajar.

4. Standar pengembangan profesi D adalah program-program profesi untuk guru sains


haruskoheren (berkaitan) dan terpadu. Standar ini dimaksudkan untuk menangkal
kecenderungan kesempatan-kesempatan pengembangan profesi terfragmentasi dan tidakb
erkelanjutan. Apabila guru di Indonesia telah memenuhi standar profesional guru
sebagaimana yang berlaku di Amerika Serikat maka kualitas Sumber Daya Manusia
Indonesia semakin baik. Selain memiliki standar professional guru sebagai mana uraian di
atas, di Amerika Serikat sebagaimana diuraikan dalam jurnal Educational Leadership 1993
(dalam Supriadi 1998) dijelaskan bahwan untuk menjadi profesional seorang guru dituntut
untuk memiliki lima hal:

a. Guru mempunyai komitmen pada siswa dan proses belajarnya


b. Guru menguasai secara mendalam bahan/ mata pelajaran yang diajarkannya serta
caramengajarnya kepada siswa
c. Guru bertanggung jawab memantau hasil belajar siswa melalui berbagai cara evaluasi
d. Guru Guru mampu berfikir sistematis tentang apa yang dilakukannya dan belajar dari
pengalamannya
Pengembangan profesionalisme guru menjadi perhatian secara global, karena
gurumemilikitugas dan peran bukan hanya memberikan informasi- informasi ilmu
pengetahuan dan teknologi, melainkan juga membentuk sikap dan jiwa yang mampu bertahan
dalam era hiperkompetisi.

Tugas guru adalah membantu peserta didik agar mampu melakukan adaptasi terhadap
berbagai tantangan kehidupan serta desakan yang berkembang dalam dirinya. Pemberdayaan
peserta didik ini meliputi aspek-aspek kepribadian terutama aspek intelektual, sosial,
emosional, dan keterampilan. Tugas mulia itu menjadi berat karena bukan saja guru
mempersiapkangenerasi muda memasuki abad pengetahuan, melainkan harus mempersiapkan
diri agar tetap eksis, baik sebagai individu maupun sebagai profesional. Akadum (1999)

vii
menyatakan dunia guru masih terselingkung dua masalah yang memiliki mutual korelasi
yang pemecahannya memerlukan kearifan dan kebijaksanaan beberapa pihak terutama
pengambil kebijakan :

1. Profesi keguruan kurang menjamin kesejahteraan karena rendah gajinya.Rendahnya gaji


berimplikasi pada kinerjanya.

2. Profesionalisme guru masih rendah. Akadum (1999) juga mengemukakan bahwa ada lima
penyebab rendahnya profesionalisme guru :

a. Masih banyak guru yang tidak menekuni profesinya secara total


b. Rentan dan rendahnya kepatuhan guru terhadap norma dan etikaprofesi keguruan
c. Pengakuan terhadap ilmu pendidikan dan keguruan masih setengah hati dari pengambilan
kebijakan dan pihak-pihak terlibat. Hal initerbukti dari masih belum mantapnya kelembagaan
pencetak tenaga keguruan dan kependidikan
d. Masih belum smooth-nya perbedaan pendapat tentang proporsi materi ajar yang diberikan
kepada calon guru
e. Masih belum berfungsi PGRI sebagai organisasi profesi yang berupaya secara makssimal
meningkatkan profesionalisme anggotanya. Kecenderungan PGRI bersifat politis memang
tidak bisa disalahkan, terutama untuk menjadi pressure group agar dapat meningkatkan
kesejahteraan anggotanya. Namun demikian dimasa mendatang PGRI sepantasnya mulai
mengupayakan profesionalisme para anggotanya.

Dengan melihat adanya faktor-faktor yang menyebab kan rendahnya profesionalisme


guru, pemerintah berupaya untuk mencari alternative untuk meningkatkan profesi guru.
Upaya Meningkatkan Profesionalisme Guru Pemerintah telah berupaya untuk meningkatkan
profesionalisme guru diantaranya meningkatkan kualifikasi dan persyaratan jenjang
pendidikan yang lebih tinggi bagi tenaga pengajar mulai tingkat persekolahan sampai
perguruan tinggi. Program penyetaaan Diploma II bagi guru-guru SD, Diploma III bagi guru-
guru SLTP dan Strata I (sarjana) bagi guru-guru SLTA. Meskipun demikian penyetaraan ini
tidak bermakna banyak, kalau guru tersebut secara entropi kurang memiliki daya untuk
melakukan perubahan. Selain diadakannya penyetaraan guru-guru, upaya lain yang dilakukan
pemerintah adalah program sertifikasi. Selain sertifikasi upaya lain yang telah dilakukan di
Indonesia untuk meningkatkan profesionalisme guru, misalnya PKG (Pusat Kegiatan Guru,
dan KKG (Kelompok Kerja Guru) yang memungkinkan para guru untuk berbagi pengalaman

viii
dalammemecahkanmasalah-masalah yang mereka hadapi dalam kegiatan mengajarnya
(Supriadi, 1998).

Profesionalisasi harus dipandang sebagai proses yang terus menerus. Dalam proses
ini, pendidikan prajabatan, pendidikan dalam jabatan termasuk penataran, pembinaan dari
organisasi profesi dan tempat kerja, penghargaan masyarakat terhadap profesi keguruan,
penegakan kode etik profesi, sertifikasi, peningkatan kualitas calon guru, imbalan, dll secara
bersama-sama menentukan pengembangan profesionalisme seseorang termasuk guru. Dari
beberapa upaya yang telah dilakukan pemerintah di atas, faktor yang paling penting agar
guru- guru dapat meningkatkan kualifikasi dirinya yaitu dengan menyetarakan banyaknya
jamkerjadengan gaji guru. Program apapun yang akan diterapkan pemerintah tetapi jika gaji
guru rendah, jelaslah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya guru akan mencari pekerjaan
tambahanuntuk mencukupi kebutuhannya. Di Amerika Serikat hal ini sudah lama berlaku
sehingga tidak heran kalau pendidikan di Amerika Serikat menjadi pola anutan negara-negara
ketiga. Di Indonesia telah mengalami hal ini tetapi ketika jaman kolonial Belanda. Setelah
memasuki jaman orde baru semua berubah sehingga kini dampaknya terasa, profesi guru
menduduki urutan terbawah dari urutan profesi lainnya seperti dokter, jaksa.

2.3. KASUS GAJI GURU HONORER DI NTT BERKISAR Rp 200.000

Koordinator Nasional Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G) Satriwan Salim


mengatakan ada banyak masalah soal pendidikan menghantui Nusa Tenggara Timur (NTT).
Salah satunya, guru honorer yang diupah ratusan ribu saja.
Oleh sebab itu, ia menilai kebijakan Pemprov NTT yang meminta murid Sekolah Menengah
Atas (SMA) masuk pukul 05.00 WITA tidak berkorelasi dengan capaian kualitas pendidikan.
"Ribuan guru honorer di NTT diberi upah jauh di bawah UMK/UMP berkisar antara
Rp200.000 hingga Rp750.000 per bulan," ujar Satriwan Salim dalam keterangannya yang
dirilis pada,Selasa(28/2).

Ia lantas membeberkan masalah pendidikan di NTT, diantarnya menjadi prevalensi


stunting tertinggi sebesar 37,8 persen berdasarkan data Kemenkes pada 2021).Dari data BPS
pada 2021, kata Satriwan, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) NTT hanya 65,28 peringkat
ke-32 dari 34 provinsi. Kemudian, masih banyak kelas-kelas di sekolah dalam kondisi rusak
47.832 kelas berdasarkan Neraca Pendidikan daerah (NPD) Kemdikbudristek pada 2021. "66
persen SD belum dan berakreditasi C, 61 persen SMP belum dan berakreditasi C, 56 persen
SMK belum dan berakreditasi C," kata dia.

ix
Menurut, Satriwan seharusnya Pemprov NTT lebih fokus menyelesaikan masalah-
masalah esensial dari pada mengurus jam sekolah.

"Mestinya kebijakan pendidikan Pemprov fokus saja pada masalah yang esensial dan pokok
di atas. Bisa dikatakan Pemprov NTT menggaruk yang tidak gatal," kata dia.

Lebih lanjut, Satriwan juga mengkritisi bahwa wacana kebijakan tersebut sangat tidak ramah
anak, orang tua, dan guru.

Ia tak membayangkan bagaimana nasib para peserta didik maupun pengajar yang minim
sarana transportasi umum termasuk minim penerangan lampu jalan saat harus berangkat
sekolah di pagi buta.

Dalam laporan jaringan P2G NTT, kondisi pukul 05.00 WITA di NTT justru masih sepi
aktivitas masyarakat dan suasana masih gelap. Sehingga berpotensi menciptakan tindak
kriminalitas atau rentan faktor keamanan pada peserta didik dan pengajar.

P2G juga menilai kebijakan ini berpotensi meningkatkan taraf biaya hidup orang tua siswa.
Sebab bagi yang rumahnya jauh dari sekolah dan belum ada kendaraan umum yang
beroperasi pada jam tersebut, maka ada kemungkinan mereka akan terpaksa mengontrak kos-
kosan di dekat sekolah."Tentu berdampak pada membengkaknya biaya hidup tambahan per
bulan. Atau mereka terpaksa beli kendaraan bermotor. Pengeluaran biaya sekolah
membengkak naik," lanjutnya.

Dengan demikian, P2G dengan menimbang kondisi yang telah disebutkan, mendesak agar
Pemprov NTT membatalkan kebijakan tersebut, lantaran mereka menilai kebijakan tersebut
tidak memiliki pijakan akademis sedikitpun. Pun kebijakan itu menurut P26 tidak ramah
terhadap siswa, orang tua, dan guru.

P2G juga meminta Menteri Dalam Negeri untuk mengevaluasi dan menegur Pemprov NTT
serta meminta Mendikbudristek berkoordinasi dan berkomunikasi dengan Pemprov NTT
untuk mengkaji ulang kebijakan pendidikan tersebut.

"Serta meningkatkan intensitas pendampingan sesuai kewenangan Kemdikbudristek dalam


meningkatkan kualitas pendidikan dan guru di NTT," ujar Satriwan.

x
BAB III
KESIMPULAN

3.1KESIMPULAN

Dari pembahasan pada bab sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan : Profesi
merupakan suatu pekerjaan yang mengandalkan keterampilan dan keahlian khusus yang
didapatkan pada pekerjaan sebelumnya. Profesi adalahpekerjaan yang membutuhkan
pelatihan dan penguasaan terhadap suatu pengertian khusus. Suatu profesi biasanya memiliki
asosiasi profesi. Dilihat dari sejarah, pada awalnya orang-orang diangkat menjadi guru belum
berpendidikan khusus keguruan, dan secara perlahan-lahan tenaga guru ditambah dengan
mengangkat dari lulusan guru (kweek school) yang pertama kali didirikan di SOLO pada
tahun 1852. karena kebutuhan penambahansejumlah guru yang semakin mendesak.

3.1 SARAN
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini tidak
luput dari kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang konstruktif akan
senantiasa penyusun nanti dalam upaya evaluasi diri. Akhirnya kami hanya bisa berharap,
bahwa dibalik ketidaksempurnaan penulisan dan penyusunan makalah ini adalah ditemukan
sesuatu yang dapat
memberikan manfaat atau bahkan hikmah bagi kami , pembaca.

xi
DAFTAR PUSTAKA

https://anyflip.com/orrba/dwef/basic

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20230303184736-20-920544/p2g-gaji-guru-honorer-
di-ntt-berkisar-rp200-ribuan

xii

Anda mungkin juga menyukai