Anda di halaman 1dari 23

Tugas kelompok

PENGERTIAN JABATAN PROFESI GURU SESUAI


DENGAN UNDANG-UNDANG DASAR PENDIDIKAN

DI SUSUN OLEH KELOMPOK 3 :


NAMA :1. MELFIN NUR OKTAVIANI GULO
NIM. 202119031
2. CHINDY MARTHA L. ZALUKHU
NIM. 202119009
3. TURIA ELDEN T. HAREFA
NIM. 192119050
PRODI : PPKn
SEMESTER : VII ( TUJUH )
KELAS :A
MATA KULIAH : ETIKA PROFESI GURU
DOSEN PENGAMPU :
FATIANI LASE, S.Pd.,M.Pd.

UNIVERSITAS NIAS
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA
DAN KEWARGANEGARAAN
TA. 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas berkat rahmat Tuhan yang Esa beserta
limpahan berkat dan rahmatnya , sehingga penyusunan makalah ini pada mata
kuliah ETIKA PROFESI GURU ini dapat terlesaikan dengan lancar dan tepat
waktu . pada kesempatan ini kami banyak mengucapkan terimakasih yang tak
terhingga atas kesempatan yang telah diberikan kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Atas dukungan moral dan materi yang telah
diberikan dalam penyusunan makalah ini kami mengucapkan banyak terimakasih
kepada dosen pengampu matakuliah serta teman –teman yang ikut serta dalam
membantu menyelesaikan tugas makalah ini.

Apabila ada kekurangan dalam penyususnan makalah ini kami mohon


maaf yang sebesar besarnya. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna , oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir

Gunungsitoli, 27 September 2023

Penyusun

Kelompok 3
DAFTAR ISI

COVER........................................................................................................i

KATA PENGANTAR ..................................................................................ii

DAFTAR ISI................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................1

A. Latar Belakang.................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................2
C. Tujuan..............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................3

A. Pengertian Profesi Guru...................................................................3


B. Kedudukan Profesi Guru..................................................................4
C. Atribut Profesi Guru.........................................................................8
D. Peran , Hak Dan Kewajiban Guru ...................................................14

BAB III PENUTUP.....................................................................................18

A. Kesimpulan .....................................................................................18
B. Saran ................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................20
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Di dunia terdapat puluhan bahkan ratusan profesi. Profesi diartikan
sebagai suatu pekerjaan atau jabatan yang menuntut keahlian, yang didapat
melalui pendidikan dan pelatihan tertentu, menurut persyaratan khusus
memiliki tanggung jawab dan kode etik tertentu. Profesi juga diartikan sebagai
suatu jabatan atau pekerjaan tertentu yang menyaratkan pengetahuan dan
keterampilan khusus yang diperoleh dari pendidikan akademis yang insentif.
Berdasarkan pada beberapa kreteria tersebut, maka profesi merupakan bidang
pekerjaan yang dinilai telah memenuhi kreteria. Artinya suatu pekerjaan atau
jabatan yang disebut profesi tidak dapat dipegang oleh sembarang orang, tetapi
memerlukan persiapan melalui pendidikan dan pelatihan secara khusus.
Dengan kata lain tidak semua pekerjaan dapat disebut profesi, tetapi setiap
profesi adalah pekerjaan karena terdapat persyaratan-persyaratan khusus yang
harus dipenuhi sehingga suatu bidang pekerjaan dapat disebut sebagai profesi.
(Heri Susanto, 2020 : 13)
Adapun salah satu profesi yang ada di tingkat pendidikan yaitu profesi
guru. Guru dapat digolongkan sebagai profesi karena guru mempunyai
keahlian, yang didapat melalui pendidikan dan latihan khusus; memiliki
tanggung jawab; kode etik tertentu; dan tidak dapat dilakukan oleh sembarang
orang diluar bidang pendidikan. Sehingga guru dapat digolongkan sebagai
profesi. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 4 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen Pasal 1 mengartikan, Guru adalah pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah. Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuan dengan
tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan
pengabdian kepada masyarakat. Menurut National Education Association
(NEA), syarat guru sebagai profesi terpenuhi karena memiliki kreteria: (1)
Jabatan yang melibatkan kegiatan intelektual, (2) Jabatan yang menggeluti
suatu batang tubuh ilmu yang khusus, (3) Jabatan yang memerlukan persiapan
professional yang lama, (4) Jabatan yang melibatkan atau memerlukan latihan
dalam jabatan yang berkesinambungan, (5) Jabatan yang menjanjikan karier
hidup dalam keanggotaan yang permanen, (6) Jabatan yang menentukan baku
(standar) sendiri, (7) Jabatan yang lebih mementingkan layanan di atas
keuntungan pribadi, (8) Jabatan yang mempunyai organisasi profesional yang
kuat dan terjalin erat.
Profesi guru adalah posisi yang strategis bagi pemberdayaan dan
pembelajaran suatu bangsa yang tidak mungkin digantikan oleh unsur manapun
dalam kehidupan sebuah bangsa sejak dulu. Semakin signifikannya keberadaan
guru melaksanakan peran dan tugasnya semakin terciptanya kehandalan dan
terbinanya kesiapan seseorang. Dengan kata lain potret manusia yang akan
datang tercermin dari potret guru di masa sekarang dan gerak maju dinamika
kehidupan sangat bergantung dari citra guru di tengah-tengah masyarakat.
Masyarakat mana yang tidak membutuhkan profesi guru. Tidak dapat
dipungkiri bahwa masyarakat tanpa profesi guru tidak mungkin tercipta suatu
generasi unggul, kreatif dan cerdas.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Pengertian Profesi Guru
2. Apa Kedudukan Profesi Guru
3. Apa Atribut Profesi Guru
4. Apa Peran , Hak Dan Kewajiban Guru
C. TUJUAN
1. Mengerti dan mengetahui Apa Pengertian Profesi Guru
2. Mengerti dan mengetahui Apa Kedudukan Profesi Guru
3. Mengerti dan mengetahui Apa Atribut Profesi Guru
4. Apa Peran , Hak Dan Kewajiban Guru
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PROFESI GURU

UU No. 14 tahun 2005 Pasal 1 ayat (1) menyatakan guru adalah


pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peseta didik
pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
menengah.

Sedangkan Profesi diartikan sebagai suatu pekerjaan atau jabatan yang


menuntut keahlian, tertentu tidak semua pekerjaan dapat disebut profesi,
tetapi setiap profesi adalah pekerjaan karena terdapat persyaratan-persyaratan
khusus yang harus dipenuhi sehingga suatu bidang pekerjaan dapat disebut
sebagai profesi. Guru dapat digolongkan sebagai profesi karena guru
mempunyai keahlian, yang didapat melalui pendidikan dan latihan khusus;
memiliki tanggung jawab; kode etik tertentu; dan tidak dapat dilakukan oleh
sembarang orang diluar bidang pendidikan. Kode etik untuk suatu profesi ini
dapat menghindari dari tindakantindakan yang semena-mena atau asusila.
Selain PGRI adalagi organisasi profesi guru yaitu MGPM, ISPI, IPBI, IGI,
PGSI, FSGI, FGII, Pergunu. Misi utama seorang guru adalah mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi.
Arti dari filosofis pendidikan di Indonesia “Ing ngarso sung tulodo, ing
madya mangun karso, tutwuri handayani” secara singkat yaitu “Di depan
memberi contoh, di tengah membangun semangat, di belakang memberi
dorongan.

Profesi guru merupakan Orang yang mengajar dikenali sebagai guru.


Perkataan guru adalah hasil gabungan dua suku kata iaitu `Gur’ dan `Ru’.
Dalam bahasa jawa, Gu diambil daripada perkataan gugu bermakna boleh
dipercayai manakala Ru diambil daripada perkataan tiru yang bermaksud
boleh diteladani atau dicontohi. Oleh itu, GURU bermaksud seorang yang
boleh ditiru perkataannya, perbuatannya, tingkah lakunya, pakaiannya,
amalannya dan boleh dipercayai bermaksud keamanahan yang
dipertanggungjawabkan kepadanya untuk dilakukan dengan jujur.

Jabatan Guru Sebagai Suatu Profesi. Jabatan guru dapat dikatakan


sebuah profesi karena menjadi seorang guru dituntut suatu keahlian tertentu
(mengajar, mengelola kelas, merancang pengajaran) dan dari pekerjaan ini
seseorang dapat memiliki nafkah bagi kehidupan selanjutnya. Hal ini berlaku
sama pada pekerjaan lain. Namun dalam perjalanan selanjutnya, mengapa
profesi guru menjadi berbeda dari pekerjaan lain. Menurut artikel “The Limit
of Teaching Proffesion,” profesi guru termasuk ke dalam profesi khusus
selain dokter, penasihat hukum, pastur. Kekhususannya adalah bahwa
hakekatnya terjadi dalam suatu bentuk pelayanan manusia atau masyarakat.
Orang yang menjalankan profesi ini hendaknya menyadari bahwa ia hidup
dari padanya, itu haknya; ia dan keluarganya harus hidup akan tetapi hakikat
profesinya menuntut agar bukan nafkah hidup itulah yang menjadi motivasi
utamanya, melainkan kesediaannya untuk melayani sesama.

Di lain pihak profesi guru juga disebut sebagai profesi yang luhur.
Dalam hal ini, perlu disadari bahwa seorang guru dalam melaksanakan
profesinya dituntut adanya budi luhur dan akhlak yang tinggi. Mereka (guru)
dalam keadaan darurat dianggap wajib juga membantu tanpa imbalan yang
cocok. Atau dengan kata lain hakikat profesi luhur adalah pengabdian
kemanusiaan.
B. KEDUDUKAN PROFESI GURU
1. Kedudukan guru

Kedudukan guru dalam Undang-undang No. 14 TH. 2005 tentang


guru dan dosen yang menyatakan bahwa guru mempunyai kedudukan
sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan
menengah, dan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang
diangkat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pengakuan
kedudukan guru sebagai tenaga profesional tersebut dapat dibuktikan
dengan sertifikat pendidik (Agus Tiono 2006).
Kedudukan guru sebagai tenaga profesional artinya suatu pekerjaan
yang memerlukan pendidikan lanjut di dalam sains dan teknologi
pembelajaran yang digunakan sebagai perangkat dasar kemudian
diimplementasikan dalam berbagai kegiatan yang bermanfaat.

Merujuk pada ketentuan tersebut UU Guru dan Dosen pada


hakekatnya mengakui eksistensi guru sebagai prosfesi sekaligus melakukan
proteksi dan pengakuan yang lebih pasti terhadap profesi guru. Hal ini
memberikan implikasi bahwa profesi guru secara tegas dilindungi, dihargai,
dijamin, diakui keberadaannya oleh hukum. Selain itu melalui pernyataan
yuridis tersebut jelas bahwa guru merupakan tenaga profesi yang memiliki
hak dan kewajiban yang sama sebagaimana profesi lain seperti dokter,
apoteker, advokat maupun profesi-profesi lain, termasuk juga perlindungan
hukum terhadap tugas dan kewajiban tersebut.
Kedudukan profesi guru sebagaimana telah disebutkan di atas
bahwa jabatan guru merupakan profesi, dengan demikian terdapat
kewajiban dan tanggung jawab profesi. Menurut Agus Tiono perilaku
seorang guru sebagai pekerja profesional secara garis besar mencerminkan
tiga aspek : Thought fullness, yaitu perilaku seorang guru mencerminkan
kepemilikan landasan dan ketrampilan yang memadai yang diciptakan
dalam suatu proses panjang baik dalam pendidikan prajabatan maupun di
dalam jabatan., Adapcability, yaitu menyiratkan makna bahwa guru
profesional di dalam melaksanakan tugasnya akan senantiasa melakukan
penyesuaian teknis situasional dan kondisional sesuai dengan perkembangan
zaman., Cohesiveness, yaitu mengandung makna bahwa di dalam
melakukan pekerjaannya seorang guru profesional akan menyikapi
pekerjaan dengan penuh dedikasi yang tinggi dengan berlandaskan
kaidahkaidah teknis, prosedural dan kaidah filosofi sebagai layanan yang
arif bagi kemaslahatan orang banyak (Triono dan Titik 2006).
Keberadaan guru sebagai suatu profesi dakam UU Guru dan Dosen
pada hakekatnya memposisikan kedudukan guru sebagai tenaga profesional.
Kedudukan guru sebagai tenaga profesional berfungsi untuk meningkatkan
martabat dan perannya sebagai agen pembelajar (learning agent) (triono &
titik 2006) Yang dimaksud dengan guru sebagai agen pembelajar adalah
peran guru sebagai fasilitator, motivator, pemacu, perekayasa pembelajaran,
dan pemberi inspirasi belajar bagi peserta didik.
Implikasi dari kedudukan guru dan dosen sebagai tenaga
profesional tersebut merujuk pada fungsi dan perannya. Peran pada
dasarnya merupakan aspek dinamis dari kedudukan (status). Artinya,
seseorang melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukan yang
dimiliki maka ia dikatakan telah menjalankan suatu peran. Guru di dalam
institusi memiliki peran ganda mengingat banyaknya status yang melekat
pada jabatan dan kedudukannya. Peran guru menurut Trianto dan Tutik
dapat dibedakan ke dalam sembilan tugas (PP No 19 2005), yaitu:
1) Demonstrator; Sebagai demonstrator, guru diharapkan terampil
merumuskan tujuan pembelajaran, memahami kurikulum, terampil
menyampaikan informasi di kelas, memotivasi siswa dan terampil
mengajar., Pengelola Kelas; Sebagai pengelola kelas secara ideal guru
dapat menciptakan kondisi yang kondusif yaitu suatu keadaan
memungkinkan siswa belajar secara maksimal.
2) Mediator; Sebagai mediator guru berfungsi sebagai penyeleksi media
yang dapat mewujudkan pembelajaran sesuai dengan materi, metode,
dan evaluasi pembelajaran., Fasilitator; Mengingat bahwa aktivitas
mengajar hanyalah salah satu bentuk pembelajaran, oleh sebab itu peran
guru adalah menyediakan kondisi-kondisi yang memudahkan
(memfasilitasi) belajar siswa.,
3) Evaluator; Sebagai evaluator guru selalu berusaha mengetahui apakah
tujuan yang telah diformulasikan tersebut tercapai atau tidak,
memonitor, dan melakukan penilaian ketercapaian pembelajaran siswa.
4) Pengajar; Sebagai pengajar guru harus mampu mengorganisasikan
proses pembelajaran mulai pembuatan program satuan pembelajaran,
memilih strategi, model, metode dan teknik, serta alat pembelajaran
untuk diaktualisasikan di kelas hingga menilai hasil belajar siswa.,
5) Pemimpin Pembelajar; Sebagai pemimpin pembelajar guru harus
mampu menerapkan prinsipprinsip kepemimpinan dalam proses
pembelajaran dan menyeimbangkan kebebasan dan keterlibatan kelas.,
6) Konselor; Mengenal siswa melalui informasi, mendiagnosis,
melakukan remedial bagi siswa yang mengalami kesulitan belajar,
membantu peserta didik memahami dirinya, dan melakukan layanan
konseling bagi peserta didiknya.,
7) Agen Pembaharu; Guru dimungkinkan dapat melihat kesenjangan
antara nilai dan tujuan dengan kenyataan atau hasil yang dicapai.

Fungsi ini dapat dijalankan bila guru melihat hal sebagai


kontradiksi yang perlu diubah atau diperbaiki secara individu maupun
kolektif, maka fungsi agen pembaharuan melekat pada seorang guru.,
Berdasarkan uraian di atas, untuk menjadi guru profesional hendaknya guru
yang tugas utamanya sebagai pendidik juga harus berperan ganda sebagai
demonstrator, pengelola kelas, mediator, fasilitator, evaluator, pengajar,
pemimpin pembelajar, konselor dan juga sebagai agen pembaharu.

2. Kualifikasi, Kompetensi dan Sertifikasi Guru

Seorang guru profesional harus memiliki kualifikasi akademik


minimal, mempunyai kompetesni pendidikan dan memiliki sertifikasi
pendidik profesional.

3. Kualifikasi Akademik

Pengertian kualifikaasi akademik ditegaskan dalam Peraturan


Pemerintah (PP) No. 19 Tahun 2005 pasal 28 ayat 1, yang menyatakan
bahwa Kualifikasi Akademik adalah tingkat pendidikan minimal yang harus
dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan/atau
sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangang.

Kualifikasi akademik minimal seorang pendidik baik di tingkat


Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Sekolah Dasar (SD), Sekolah
Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menebgah Atas (SMA), maupun
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) harus memiliki pendidikan minimum
diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) dengan latar belakang pendidikan
tinggi dengan program pendidikan yang sesuai dengan mata pelajaran yang
diajarkan (PP No 19 2005) Berdasarkan penjelasan di atas, berarti
keualifikasi akademik bagi seorang guru atau pendidik sangat penting
artinya atau bahkan menjadi syarat mutlak bagi kelangsungan seseorang
untuk menempuh profesi guru tersebut. Jika kualifikasi akademik belum
terpenuhi, hendaknya guru tersebut melanjutkan pendidikan ke jenjang yang
lebih tinggi dari pendidikan sebelumnya sehingga sampai terpenuhinya
syarat kualifikasi akademik minimal yang telah ditetapkan sesuai dengan PP
tersebut di atas.

C. ATRIBUT PROFESI GURU


Kode etik sangat penting untuk suatu profesi. Etik berasal dari bahasa
Yunani yaitu kata “Ethos” yang berarti suatu kehendak atau kebiasaan baik
yang tetap. Menurut kamus besar bahasa Indonesia etika/moral adalah ajaran
baik dan buruk mengenai perbuatan, sikap, kewajiban dan sebagainya. Menurut
K. Bertenes, etika adalah nilai-nilai atau norma yang menjadi pegangan bagi
seseorang dalam mengantur tingkah lakunya. Dari kesimpulan di atas, dapat
dikatakan bahwa etika merupakan ajaran yang baik dan buruk tentang
perbuatan dan tingkah laku yang dibatasi oleh norma-norma tertentu. Oleh
karena itu, sangat penting untuk suatu profesi, karena kode etik merupakan
ketentuan yang mengikat semua sikap dan perbuatan suatu profesi. Kode etik
bisa disamakan dengan norma karena kalau melanggarnya tidak mendapatkan
sanksi hukum, tetapi yang melanggar kode etik akan mendapatkan sanksi sosial
seperti cemoohan, dianggap tidak memiliki etika, pengucilan dalam pergaulan,
dijauhi orang, mendapat hinaan, celaan dan lain sebagainya. (Heri Susanto,
2020 : 21-22) Adapun tujuan kode etik adalah sebagai berikut:
a. Untuk menjunjung tinggi martabat profesi
b. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggotanya
c. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi
d. Untuk meningkatkan mutu profesi e. Untuk meningkatkan mutu
organisasi profesi.
Dapat disimpulkan bahwa kode etik untuk suatu profesi sangat
diperlukan atau penting sekali, karena dengan adanya kode etik untuk suatu
profesi ini dapat menghindari dari tindakan-tindakan yang semena-mena atau
melakukan perbuatan asusila. Maka dari itu, suatu profesi perlu memiliki “kode
etik” dan menjadikan sebagai pedoman yang mengatur suatu profesi selama
dalam masa pengabdian.

Pada dasarnya kode etik memiliki fungsi ganda yaitu sebagai


perlindungan dan pengembangan bagi profesi. Fungsi seperti itu sama seperti
apa yang dikemukakan oleh :

a. Gibson dan Michel (1945 : 449) yang lebih mementingkan pada kode etik
sebagai pedoman pelaksanaan tugas professional dan pedoman bagi
masyarakat sebagai seorang professional.
b. Biggs dan Blocher (1986 : 10) mengemukakan tiga fungsu kode etik
yaitu :
1) Melindungi suatu profesi dari campur tangan pemerintah, (
2) Mencegah terjadinya pertentangan internal dalam suatu profesi,
3) Melindungi para praktisi dari kesalahan praktik suatu profesi.
c. Oteng Sutisna (1986 : 364) bahwa pentingnya kode etik guru dengan
teman kerjanya difungsikan sebagai penghubung serta saling mendukung
dalam bidang mensukseskan misi dalam mendidik peserta didik.
d. Sutan Zahri dan Syahmiah Syahrun (1992) mengemukakan empat fungsi
kode etik guru bagi guru itu sendiri, yaitu : (
1) Agar guru terhindar dari penyimpangan tugas yang menjadi tanggung
jawabnya,
2) Untuk mengatur hubungan guru dengan muid, teman kerja, masyarkat
dan pemerintah,
3) Sebagai pegangan dan pedoman tingkah laku guru agar lebih
bertanggung jawab pada profesinya,
4) Pemberi arah dan petunjuk yang benar kepada mereka yang
menggunakan profesinya dalam melaksanakan tugas.
Jadi kode etik memiliki fungsi perlingdungan dan pengembangan
profesi, karena Pertama, kode etik melindungi profesi dari campur tangan
pemerintah, dengan adanya kode etik yang jelas, terlebih khusus dalam rangka
mengatur hubungan antara anggota profesi dengan pihak eksternal
(pemerintah) akan memberikan kejelasan tentang apa yang harus dilakukan
dan yang tidak boleh dilakukan. Hal ini menjadi sangat penting, karena
menjalin hubungan dengan pihak pemerintah sebagai suatu bagian yang
berkuasa dalam suatu daerah, tentunya akan sangat berpengaruh besar
terhadap jalannya suatu perusahaan, sehingga dengan adanya kode etik ini,
pemerintah tidak akan “semena-mena” melakukan yang tidak baik terhadap
anggota profesi.

Kedua, kode etik yang dapat mencegah perpecahan internal


perusahaan. Dengan adanya kode etik, hal ini akan memberikan kejelasan
tentang cara menjalin hubungan yang baik dengan rekan sejawat, yang
tentunya akan sangat mempengaruhi peforma dari masing-masing anggota
profesi untuk bekerja dengan maksimal dan dengan motavasi yang benar,
tanpa ada perasaan iri atau ketidaksukaan dalam bekerja. Ketiga, melindungi
praktisi dari kesalah praktik suatu profesi.

Hal ini berkaitan dengan hasil kerja oleh para praktisi dalam suatu
profesi. Dengan kode etik, tentunya para anggota profesi yang bijaksana tidak
akan memberikan kemudahan dalam penyelewengan tindakan bekerja, yang
nantinya hanya akan merugikan bagi dirinya sendiri dan perusahaan.

Selain itu, hal tersebut juga akan memberikan penggambaran lebih


baik kepada setiap anggota profesi untuk tidak melakukan kesalahan-
kesalahan sekecil apapun itu dalam bekerja.

Profesi perlu memiliki organisasi profesi karena organisasi profesi


mempunyai tujuan organisasi yaitu untuk mempertinggi kesadaran sikap, mutu
dan kegiatan suatu profesi serta meningkatkan kesejahteraan suatu profesi,
memberi manfaat kepada anggota profesi dan untuk mencapai tujuan bersama.
Adapun pengertian dari organisasi profesi adalah suatu wadah perkumpulan
orang-orang yang memiliki suatu keahlian khusus yang merupakan cri khas
dari bidang keahlian tertentu. Dikatakan ciri khas karena bidang tersebut
diperoleh bukan secara kebetulan oleh sembarang orang, tetapi diperoleh
melalui suatu jalur khusus. Dalam prakteknya sebagai pekerjaan profesional
yang melayani masyarakat tentunya memerlukan satu wadah organisasi yang
anggotanya adalah orangorang yang memiliki pekerjaan atau keahlian yang
sejenis.

Adapun keuntungan dari adanya organisasi profesi guru bagi guru


Indonesia yaitu sebagai berikut:

1) Menetapkan dan menegakkan kode etik guru.


2) Dapat mencapai tujuan yang diharapkan bersama dengan lebih efisien.
3) Memberikan bantuan hukum kepada guru.
4) Memberikan perlindungan profesi guru.
5) Melakukan pembinaan dan pengembangan profesi guru.
6) Memajukan pendidikan nasional.
7) Dapat mempersatukan seluruh anggota profesi guru dalam kiprahnya
menjalankan tugas keprofesiannya.
8) Dapat meningkatkan kemampuan profesional profesi guru

Adapun organisasi profesi guru yaitu PGRI. Persatuan Guru


Republik Indonesia (PGRI) lahir pada tanggal 25 November 1945. Cikal
bakal organisasi PGRI ini di awali dengan nama Persatuan Guru Hindia
Belanda (PGHB) tahun 1912, kemudian berubah nama menjadi Persatuan
Guru Indonesia (PGI) tahun 1932. Salah satu tujuan organisasi ini yaitu
membela dan memperjuangkan nasib guru khususnya dan nasib buruh pada
umumnya (organisasi ketenagakerjaan). Organisasi ini berperan sebagai
wahana memperjuangkan peningkatan kualifikasi dan kompetensi bagi guru,
wahana mempertinggi kesadaran dan sikap guru dan tenaga pendidikan dalam
meningkatkan mutu dan profesi dan pelayanan kepada masyarakat, wahana
menegakkan dan melaksanakan kode etik dan ikrar guru Indonesia, dan lain-
lain. Adapun organisasi guru selain PGRI beserta perannya sebagai berikut:

1) Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) merupakan suatu wadah atau


asosiasi atau perkumpulan bagi guru mata pelajaran yang berada di suatu
sanggar atau kabupaten/kota yang berfungsi sebagai sarana untuk saling
berkomunikasi, belajar dan bertukar pikiran dan pengalaman dalam rangka
meningkatkan kinerja guru sebagai praktisi atau perilaku perubahan
reorientasi pembelajaran di kelas. Adapun salah tujuan MGMP yaitu untuk
mengembangkan kreatifitas dan inovasi dalam meningkatkan
profesionalisme guru, memperluas wawasan dan pengetahuan guru mata
pelajaran dalam upaya mewujudkan pembelajaran yang efektif dan efisien.
Peran MGMP yaitu meningkatkan dan memperkuat kompetensi guru
melalui diskusi dan pelatihan serta memfasilitasi guru dalam bidang studi
yang sama dalam bertukar pendapat dan pengalaman.
2) Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI) berdiri pada pertengahan tahun
1960. Pada awalnya organisasi ini bersifat regional karena berbagai hal
menyangkut komunikasi antaranggotanya. Adapun peranan atau tujuan
ISPI yaitu menghimpun para sarjana pendidikan dari berbagai spesialisasi
di seluruh Indonesia, meningkatkan sikap dan kemampuan profesional
para anggotanya, membina serta mengembangkan ilmu seni dan teknologi
pendidikan dalam rangka membantu pemerintah mensukseskan
pembangunan bangsa dan negara dan lain-lain.
3) Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI) didirikan di Malang pada
tanggal 17 Desember 1975. Organisasi profesi pendidikan yang bersifat
keilmuan dan profesional ini berhasrat memberikan sumbangan dan ikut
serta secara lebih nyata dan positif dalam menunaikan kewajiban dan
tanggung jawabnya sebagai guru pembimbing. Organisasi ini merupakan
himpunan para petugas bimbingan seIndonesia dan bertujuan
mengembangkan serta memajukan bimbingan sebagai ilmu dan profesi
dalam rangka meningkatkan mutu layanan. Adapun peranan IPBI yaitu
meningkatkan mutu profesi bimbingan, mengidentifikasi dan
mengiventarisasi tenaga ahli, menghimpun para petugas di bidang
bimbingan dalam wadah organisasi.
4) Ikatan Guru Indonesia (IGI) adalah organisasi pendidikan yang
beranggotakan guru, dosen, dan pemerhati pendidikan di Indonesia.
Lembaga ini didirikan pada tanggal 26 November 2009 dan disahkan oleh
Kementerian Hukum dan HAM dengan Surat Keputusan. IGI sebagai
sebuah organisasi profesi bersifat independen, netral, dan mandiri dengan
visi memperjuangkan mutu, profesionalisme dan kesejahteraan guru
Indonesia, serta turut secara aktif mencerdaskan kehidupan bangsa. Setiap
anggota IGI akan mendapatkan Kartu Anggota sebagai identitas
keanggotaan. Peran IGI yaitu memperjuangkan mutu, profesionalisme, dan
kesejahteraan guru Indonesia, serta turut secara aktif mencerdaskan
kehidupan bangsa. Misinya mewujudkan peningkatan mutu,
profesionalisme, kesejahteraan, perlindungan profesi guru, dan pengabdian
kepada masyarakat.
5) Persatuan Guru Seluruh Indonesia (PGSI) adalah organisasi profesi guru
yang bersifat terbuka, independen, dan non Partai politik dengan prinsip
solidaritas profesi guru di Indonesia dan di dunia, PGSI dideklarasikan
pada tanggal 7 Juli 2011 di Jakarta. PGSI merupakan salah satu organisasi
profesi guru, yang resmi tercatat di Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia. PGSI ini berperan sebagai badan memperjuangkan hak guru,
memberikan advokasi dan perlindungan kepada anggotanya,
meningkatkan profesionalisme guru, meningkatkan peran pendidikan serta
guru dalam setiap pengambilan kebijakan pendidikan mulai dari tingkat
satuan pendidikan sampai tingkat nasional.
6) Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) adalah organisasi profesi guru
tingkat nasional yang sudah berbadan hukum dan di dirikan oleh para guru
pada 23 Januari 2011. FSGI beberbentuk federasi sehingga anggota di
level nasional adalah organisasi guru lokal/daerah. Sedangkan organisasi
guru lokal beranggotakan individu-individu. Adapun peranan FSGI yaitu
memberikan kesempatan pada guru dan masyarakat untuk aktif dalam
setiap pengambilan kebijakan terkait pendidikan agar kebijakan tersebut
bisa berkembang secara akuntabel, transparan, dan partisipatif. Dengan
demikian, akan terbentuk demokratisasi pendidikan yang harmonis.
7) Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) merupakan badan otonom NU
yang menjadi tempat bernaungnya guru, dosen, dan ustadz. Terbentuknya
Pergunu diawali dengan Kongres Lembaga Pendidikan Ma’arif NU tahun
1952. Salah satu hasil konferensi tersebut adalah mengusulkan adanya
organisasi guru di lingkup pendidikan NU. Sebagai organisasi profesi,
Pergunu mengusung paradigma profesionalitas, independensi, tidak
berafiliasi dengan politik manapun, dan sejalan dengan Khittah 1962 yang
menunjuk NU sebagai organisasi sosial keagamaan. Peranan Pergunu yaitu
memberikan perlindungan profesi sebagai guru upaya untuk mendorong
peningkatan kesejahteraan guru.
8) Federasi Guru Independen Indonesia (FGII) deklarasikan oleh berbagai
guru dan juga organisasi-organisasi guru yang berasal dari seluruh
Indonesia pada tanggal 17 Januari 2002. Organisasi ini berperan untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa dan membebaskan guru serta anak didik
dari pembodohan secara struktural, keterkungkungan bagi profesinya,
maka sudah saatnyalah di era reformasi sekarang guru harus bangkit untuk
menjadi “Sang Pembebas” dan menjadikan pendidikan sebagai wahana
pencerahan dan pembebasan, sehingga pendidikan tidak lagi menjadi
tempat pembodohan dan pengkerdilan ilmu pengetahuan, melainkan
sebagai wahana pengembangan diri siswa dan guru secara profesional,
mandiri, kreatif, inovatif, dan bertanggung jawab. Untuk itu adalah penting
kehadiran Organisasi Guru yang Independen dan bebas dari campur tangan
negara/pemerintah.
D. PERAN, HAK DAN KEWAJIBAN GURU
1. Peran ,tugas dan tanggung jawab guru
Guru sebagai pekerjaan profesi, secara holistik adalah berada pada
tingkatan tertinggi dalam sistem pendidikan nasional. Karena guru dalam
tugas profesionalnya memiliki otonomi yang kuat. Adapun tugas guru
sangat banyak baik yang terkait dengan kedinasan dan profesinya di
sekolah. Seperti mengajar dan membimbing para muridnya, memberikan
penilaian hasil belajar peserta didiknya, mempersiapkan administrasi
pembelajaran yang diperlukan, dan kegiatan lain yang berkaitan dengan
pembelajaran.
Disamping itu guru haruslah senantiasa berupaya meningkatkan dan
mengembangkan ilmu yang menjadi bidang studinya agar tidak ketinggalan
jaman, ataupun di luar kedinasan yang terkait dengan tugas kemanusiaan
dan kemasyarakatan secara umum di luar sekolah.
Pengamatan Anwar dan Sagala (2006) menunjukkan hampir tidak ada
guru yang benar yang tidak menginginkan kesuksesan anak didiknya, atau
menjadi sampah masyarakat.
Pendidikan yang benar dapat mendorong guru selalu memberikan
perhatian kepada persoalan yang dialami oleh anak didik. Di berbagai
kesempatan para guru yang tinggi dedikasinya tidak mempedulikan
hambatan yang dihadapinya. Mereka abaikan kesulitan cuaca panas atau
dingin, hujan lebat atau gerimis, gelap bahkan sakit yang mungkin sempat
dia rasakan, dan lain-lain, yang penting tetap dapat memberikan pelayanan
memadai pada tiap orang yang di bawah tanggung jawabnya. Walaupun
kadang-kadang sang guru menghadapi anak didik yang berlaku tidak pada
tempatnya, seperti kurang sopan, kasar, tidak memberikan penghargaan, dan
lain-lain. Sifat dan sikap seperti ini tetap dicerminkan oleh guru, karena
mereka menjadi guru adalah pilihan utama keluar dari lubuk hati yang
dalam. Tentu berbeda bila seseorang menjadi guru adalah karena merasa
tidak mungkin diterima bekerja di tempat lain, atau karena situasi terpaksa,
guru ynag seperti ini tentu dedikasinya rendah.
Sekiranya setiap guru memiliki sikap positif dan utuh seperti itu,
niscaya keadaan pendidikan di suatu daerah memiliki prospek yang cerah.
Guru yang sepeti itulah yang harus dilahirkan oleh lembaga pendidikan guru
yang ada. Jadi tugas dan tanggung jawab guru bukan sekedar mentransfer
ilmu pengetahuan kepada anak didik. Melainkan lebih dari itu, yakni guru
juga berkewajiban membentuk watak dan jiwa anak didik yang sebenarnya
sangat memerlukan masukan positif dalam bentuk ajaran agama, ideologi,
dan lain-lain. Memberikan bimbingan sehingga anak didik memiliki jiwa
dan watak yang baik, mampu membedakan mana yang baik mana yang
buruk, mana yang halal mana yang haram, adalah termasuk tugas guru.
Pengalaman Anwar dan Sagala (2006) menunjukkan bahwa sikap dan
tingkah laku jauh lebih efektif dibanding dengan perkataan yang tidak
dibarengi dengan amal nyata. Lebih jauh Wens Tanlain, dkk, (1989)
menyebutkan ada beberapa point yang menjadi tanggung jawab guru, antara
lain: mematuhi norma dan nilai kemanusiaan, menerima tugas mendidik
bukan sebagai beban, tetapi dengan gembira dan sepenuh hati, menyadari
dengan benar akan apa yang dikerjakan dan akibat dari setiap perbuatannya
itu, belajar dan mengajar memberikan penghargaan kepada orang lain
termasuk anak didik, bersikap arif bijaksana dan cermat serta hati-hati, dan
sebgai orang yang beragama melekukan kesemua yang tersebut berdasarkan
taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Peran guru yang ditampilkan demikian ini, akan membentuk
karakteristik anak didik atau lulusan yang beriman, berakhlak mulia, cakap
mandiri, berguna bagi agama, nusa dan bangsa terutama untuk
kehidupannya yang akan datang. Inilah yang disebut dengan manusia
seutuhnya yaitu berpengetahuan, berakhlak, dan berkepribadian. Pendek
kata guru wajib bertanggung jawab atas segala sikap, tingkah laku, dan
amalannya dalam rangka membina dan membimbing anak didik. Dengan
demikian dapat diketahui bahwa tugas guru sangat berat, baik yang
berkaitan dengan dirinya, dengan para muridnya, dengan teman sekerjanya,
dengan kepala sekolahnya, dengan orangtua murid, maupun dengan yang
lainnya. Artinya guru adalah figur pemimpin yang dalam batas-batas
tertentu dapat mengendalikan para muridnya.
Guru bekerja melaksanaka tugas professional kependidikan tidak
karena takut pada pimpinannya, tetapi karena panggilan tugas
profesionalnya dan juga ibadah
2. Hak dan kewajiban guru
Dalam Undang-Undang Guru dan Dosen pasal 14 ayat 1 menyatakan,
bahwa dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru memiliki hak
sebagai berikut:
a) Memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan
kesejahteraan sosial.
b) Mendapatkan promosi dan penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi
kerja.
c) Memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas dan hak atas
kekayaan intelektual.
d) Memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kompetensi.
e) Memperoleh dan memanfaatkan sarana dan prasarana pembelajaran
untuk menunjang kelancaran tugas keprofesionalan.
f) Memiliki kebebasan dalam memberikan penilaian dan ikut menentukan
kelulusan, penghargaan, dan/atau sanksi kepada peserta didik.
g) sesuai dengan kaidah pendidikan, kode etik guru, dan peraturan
perundang-undangan.
h) Memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam melaksanakan
tugas.
i) Memiliki kebebasan untuk berserikat dalam organisasi profesi.
j) Memiliki kesempatan untuk berperan dalam penentuan kebijakan
pendidikan.
k) Memperoleh kesempatan untuk mengembangkan dan meningkatkan
kualifikasi akademik dan kompetensi, dan/atau memperoleh pelatihan
dan pengembangan profesi dalam bidangnya.

Menurut UU Guru dan Dosen pasal 20, bahwa dalam melaksanakan


tugas keprofesionalan, guru berkewajiban:

a) Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang


bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran.
b) Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan
kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni.
c) Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis
kelamin, agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu, atau latar belakang
keluarga, dan status sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran.
d) Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode etik
guru, serta nilai-nilai agama dan etika, dan
e) Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Profesi diartikan sebagai suatu jabatan atau pekerjaan tertentu yang
menyaratkan pengetahuan dan keterampilan khusus yang diperoleh dari
pendidikan akademis yang insentif. Jadi tidak semua pekerjaan dapat disebut
profesi, tetapi setiap profesi adalah pekerjaan. Guru dapat digolongkan sebagai
profesi karena guru mempunyai keahlian, yang didapat melalui pendidikan dan
latihan khusus; memiliki tanggung jawab; kode etik tertentu; dan tidak dapat
dilakukan oleh sembarang orang diluar bidang pendidikan. Profesi guru adalah
posisi yang strategis bagi pemberdayaan dan pembelajaran suatu bangsa yang
tidak mungkin digantikan oleh unsur manapun dalam kehidupan sebuah bangsa
sejak dulu.
Tidak dapat dipungkiri bahwa masyarakat tanpa profesi guru tidak
mungkin tercipta suatu generasi unggul, kreatif dan cerdas. Kode etik untuk
suatu profesi sangat diperlukan atau penting sekali, karena dengan adanya kode
etik untuk suatu profesi ini dapat menghindari dari tindakan-tindakan yang
semena-mena atau melakukan perbuatan asusila. Jadi kode etik memiliki fungsi
perlingdungan dan pengembangan profesi, karena salah satunya kode etik
melindungi profesi dari campur tangan pemerintah. Profesi perlu memiliki
organisasi profesi karena organisasi profesi mempunyai tujuan organisasi yaitu
untuk mempertinggi kesadaran sikap, mutu dan kegiatan suatu profesi serta
meningkatkan kesejahteraan suatu profesi, memberi manfaat kepada anggota
profesi dan untuk mencapai tujuan bersama. Adapun keuntungan adanya
organisasi profesi guru yaitu menetapkan dan menegakkan kode etik guru.
Selain PGRI adalagi organisasi profesi guru yaitu MGPM, ISPI, IPBI, IGI,
PGSI, FSGI, FGII, Pergunu.
Misi utama seorang guru dalam Undang-Undang No. 14 Tahun 2005,
dikatakan guru adalah pendidik profesional dengan tugas/ misi utama seorang
guru yaitu mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai,
dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan normal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Adapun arti
dari filosofis pendidikan di Indonesia “Ing ngarso sung tulodo, ing madya
mangun karso, tutwuri handayani” secara singkat yaitu “Di depan memberi
contoh, di tengah membangun semangat, di belakang memberi dorongan.
B. SARAN

Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi


pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan yang ada hubungannya
dengan judul Makalah ini.
Penulis banyak berharap kepada Ibu dosen matakuliah Evaluasi
Pembelajaran dan teman-teman di kelas Pendidikan Teknik Informatika
memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi
sempurnanya Makalah ini yang berjudul “Teknik Pemerikasaan, Pemberian
Skor dan Pengolahan Hasil Tes Hasil Belajar ”. Semoga makalah ini berguna
bagi penulis pada khususnya juga pada semua pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Susanto, H., Irmawati, I., Akmal, H., & Abbas, E. W. (2021). Media Film
Dokumenter dan Pengaruhnya Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis
Siswa. HISTORIA: Jurnal Program Studi Pendidikan Sejarah, 9(1), 65-78.

Anis, M. Z. A., Putro, H. P. N., Susanto, H., & Hastuti, K. P. (2020). Historical
Thinking Model in Achieving Cognitive Dimension of Indonesian History
Learning. PalArch's Journal of Archaeology of Egypt/Egyptology, 17(7),
7894-7906.

Anis, M. Z. A., Susanto, H., & Mardiani, F. (2021, February). Analysis of the
Effectiveness of MPBH: The Mains of Mandai as a Saving Food in
Banjarmasin Community. In The 2nd International Conference on Social
Sciences Education (ICSSE 2020) (pp. 89-94). Atlantis Press.

Afrina, A., Abbas, E. W., & Susanto, H. (2021). The Role of Historical Science in
Social Studies Learning Materials for Increasing Values of Student's
Nationalism. The Innovation of Social Studies Journal, 3(1), 1-8

Anda mungkin juga menyukai