Anda di halaman 1dari 25

WILAYAH , PERTAHANAN KEAMANAN NEGARA DAN

KEIMIGRASIAN

DI SUSUN OLEH KELOMPOK IV:


NAMA : 1.MELFIN NUR OKTAVIANI GULO
2.MERCY ZALUKHU
3.BRIAN YATATEMA ZEGA
4.PUTRA TRI ARIFIN W. GULO
5.SUDIAMAN MENDROFA
KELAS/SEMESTER: A/ VII
PRODI : PPKn
FAKULTAS : FKIP
MATA KULIAH : HUKUM TATA NEGARA
DOSEN PENGAMPU :
AMSTRONG HAREFA, S.H., M.H.

UNIVERSITAS NIAS

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA

DAN KEWARGANEGARAANTA.

2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan yang maha Esa atas anugrah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah ini dengan judul “wilayah,
pertahanankeamanan negara dan keimigrasian ”. Adapun maksud dan tujuan dari penulisan
makalah ini, selain untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh Dosen pengampu mata
kuliah hukum tata negara, juga untuk memperluas pengetahuan mahasiswa. Penulis telah
berusaha menyusun makalah ini supaya hasilnya lebih baik, namun tak bisa dipungkiri bahwa
kami dalam penyusunan makalah ini memiliki keterbatasan baik dalam penulisan kata,
bahasa yang kurang baik, serta penyusunan isi dari pada makalah ini.

Oleh karena itu, kami meminta saran dan kritik dari saudara/saudari yang bersifat
membangun demi perbaikan makalah ini kedepan.

Gunungsitoli, 10 Oktober 2022

Penyusun,

Kelompok IV
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUANB............................................................................................. 1

A. Latar belakang....................................................................................................... 1
B. Rumusan masalah ................................................................................................. 2
C. Tujuan ................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................. 3

A. Memetakan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia ................................ 3


B. Sistem pertahanan dan keamanan negara.............................................................. 7
C. Sistem pengawasan keimigrasian Negara Kesatuan Republik Indonesia............ 14

BAB III PENUTUP......................................................................................................... 21

A. Kesimpulan............................................................................................................ 21
B. Saran ..................................................................................................................... 21

DAFTAR PUSTKA.......................................................................................................... 22
BAB I

PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 merupakan


konstitusi negara kita. Sebagai konstitusi negara, di dalamnya tentu saja diatur hal-hal
mendasar yang berkaitan dengan kehidupan berbangsa dan bernegara, misalnya tentang
bentuk negara dan pemerintahan, kedaulatan negara, tugas dan kewenangan lembaga-
lembaga negara, keberadaan pemerintah daerah, wilayah negara, hak dan kewajiban warga
negara, dan sebagainya. Dengan kata lain, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 menggambarkan karakteristik negara kita yang membedakannya
dari negara lain.

Adanya wilayah merupakan suatu keharusan bagi negara. Wilayah adalah


tempat bangsa atau rakyat suatu negara tinggal dan menetap. Wilayah yang dimaksud
dalam hal ini meliputi daratan, lautan, udara, ekstrateritorial, dan batas wilayah negara.
Wilayah merupakan unsur kedua setelah rakyat. Dengan adanya wilayah yang didiami
oleh manusia, negara akan terbentuk. Jika wilayah tersebut tidak ditempati secara
permanen oleh manusia, mustahil untuk membentuk suatu negara. Bangsa Yahudi
misalnya, mereka tidak mendiami suatu tempat secara permanen. Akibatnya, mereka tidak
memiliki tanah yang jelas untuk didiami, sehingga berupaya merebut wilayah Palestina.

Pembangunan pertahanan dan keamanan negara merupakan bagian integral


dari pembangunan nasional. Berhasilnya pembangunan nasional akan
meningkatkan ketahanan nasional dan selanjutnya ketahanan nasional yang tangguh akan
lebih mendorong lagi pembangunan nasional.

Hukum Internasional memberikan hak dan wewenang kepada semua negara


untuk menjalankan yurisdiksi atas orang dan benda serta perbuatan yang terjadi di dalam
wilayah negara tersebut. Hal ini juga berarti bahwa setiap negara berhak untuk
merumuskan hal ikhwal lalu lintas antar negara baik orang, benda maupun perbuatan yang
terjadi di wilayahnya. Pengaturan terhadap lalu lintas antar negara yang menyangkut orang
di suatu wilayah negara, adalah berkaitan dengan aspek keimigrasian yang berlaku di
setiap negara memiliki sifat universal maupun kekhususan masing-masing negara sesuai
dengan nilai dan kebutuhan kenegaraannya.

Keamanan dalam negeri suatu negara adalah suatu keadaan yang ditandai
dengan terjaminnya keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib dan tegaknya hukum serta
terselenggaranya perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana memetakan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia ?
2. Bagaimana system pertahanan dan keamanan negara?
3. Bagaimana system pengawasan keimigrasian Negara Kesatuan Republik Indonesia?
C. TUJUAN
1. Mengetahui bagaimana memetakan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
2. Mengetahui bagaimana system pertahanan dan keamanan negara
3. Mengetahui bagaimana system pengawasan keimigrasian Negara Kesatuan Republik
Indonesia
BAB II

PEMBAHASAN

A. WILAYAH

1. Memetakan Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Indonesia adalah negara kepulauan, hal itu ditegaskan dalam Pasal 25 A Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa
“Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang berciri
nusantara dengan wilayah yang batas-batas dan hak-haknya ditetapkan oleh undang-
undang”. Adanya ketentuan ini dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 dimaksudkan untuk mengukuhkan kedaulatan wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Hal ini penting dirumuskan agar ada penegasan secara
konstitusional batas wilayah Indonesia di tengah potensi perubahan batas geografis
sebuah negara akibat gerakan separatisme, sengketa perbatasan antarnegara, atau
pendudukan oleh negara asing.
Istilah nusantara dalam ketentuan tersebut dipergunakan untuk menggambarkan
kesatuan wilayah perairan dan gugusan pulau-pulau Indonesia yang terletak di antara
Samudera Pasifik dan Samudera Indonesia serta di antara Benua Asia dan Benua
Australia. Kesatuan wilayah tersebut juga mencakup 1) kesatuan politik; 2) kesatuan
hukum; 3) kesatuan sosial budaya; serta 4) kesatuan pertahanan dan keamanan. Dengan
demikian, meskipun wilayah Indonesia terdiri atas ribuan pulau, tetapi semuanya terikat
dalam satu kesatuan negara yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Berkaitan dengan wilayah negara Indonesia, pada tanggal 13 Desember 1957
pemerintah Republik Indonesia mengeluarkan Deklarasi Djuanda. Deklarasi itu
menyatakan: “Bahwa segala perairan di sekitar, di antara, dan yang menghubungkan
pulau-pulau yang termasuk dalam daratan Republik Indonesia, dengan tidak
memandang luas atau lebarnya, adalah bagian yang wajar dari wilayah daratan Negara
Republik Indonesia dan dengan demikian merupakan bagian daripada perairan
pedalaman atau perairan nasional yang berada di bawah kedaulatan Negara Republik
Indonesia. Penentuan batas laut 12 mil yang diukur dari garis-garis yang
menghubungkan titik terluar pada pulau-pulau Negara Republik Indonesia akan
ditentukan dengan undang-undang” (Sekretariat Jenderal MPR RI, 2012: 177-178).
Sebelumnya, pengakuan masyarakat internasional mengenai batas laut teritorial
hanya sepanjang 3 mil laut terhitung dari garis pantai pasang surut terendah. Deklarasi
Djuanda menegaskan bahwa Indonesia merupakan satu kesatuan wilayah Nusantara.
Laut bukan lagi sebagai pemisah, tetapi sebagai pemersatu bangsa Indonesia. Prinsip ini
kemudian ditegaskan melalui Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor
4/PRP/1960 tentang Perairan Indonesia.
Berdasarkan dari Deklarasi Djuanda, Republik Indonesia menganut konsep
negara kepulauan yang berciri Nusantara (archipelagic state). Konsep itu kemudian
diakui dalam Konvensi Hukum Laut PBB 1982 (UNCLOS 1982 = United Nations
Convention on the Law of the Sea) yang ditandatangani di Montego Bay, Jamaika, tahun
1982. Indonesia kemudian meratifikasi UNCLOS 1982 tersebut dengan menerbitkan
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985. Sejak itu dunia internasional mengakui
Indonesia sebagai negara kepulauan. Berkat pandangan visioner dalam Deklarasi
Djuanda tersebut, bangsa Indonesia akhirnya memiliki tambahan wilayah seluas
2.000.000 km2, termasuk sumber daya alam yang dikandungnya.
Sebagai warga negara Indonesia, kita harus bersyukur kepada Tuhan Yang Maha
Esa dan harus merasa bangga, karena negara kita merupakan negara kepulauan terbesar
di dunia. Luas wilayah negara kita adalah 5.180.053 km2, yang terdiri atas wilayah
daratan seluas 1.922.570 km2 dan wilayah lautan seluas 3.257.483 km2. Di wilayah yang
seluas itu, tersebar 13.466 pulau yang terbentang antara Sabang dan Merauke. Pulau-
pulau tersebut bukanlah wilayah-wilayah yang terpisah, tetapi membentuk suatu
kesatuan yang utuh dan bulat sebagaimana diuraikan di atas.
Sebagai negara kepulauan yang wilayah perairan lautnya lebih luas daripada
wilayah daratannya, maka peranan wilayah laut menjadi sangat penting bagi kehidupan
bangsa dan negara. Wilayah lautan Indonesia sangat luas dengan kekayaan laut yang
melimpah ruah (ikan-ikan, rumput laut, kerang, udang, dan sebagainya) ada dan
terkandung di dalam wilayah laut kita. Hal ini merupakan sebuah kebanggaan bagi
bangsa kita dan juga dapat sekaligus sebagai modal dalam melaksanakan pembangunan.
Sesuai dengan Hukum Laut Internasional yang telah disepakati oleh PBB tahun
1982, maka wilayah laut Indonesia dapat dibedakan tiga macam.
a. Zona Laut Teritorial
Batas laut teritorial ialah garis khayal yang berjarak 12 mil laut dari garis
dasar ke arah laut lepas. Jika ada dua negara atau lebih menguasai suatu lautan,
sedangkan lebar lautan itu kurang dari 24 mil laut, maka garis teritorial ditarik sama
jauh dari garis masing-masing negara tersebut. Laut yang terletak antara garis dan
garis batas teritorial di sebut laut teritorial. Laut yang terletak di sebelah dalam garis
dasar disebut laut internal/perairan dalam (laut nusantara). Garis dasar adalah garis
khayal yang menghubungkan titik-titik dari ujung-ujung pulau terluar. Sebuah negara
mempunyai hak kedaulatan sepenuhnya sampai batas laut teritorial, tetapi mempunyai
kewajiban menyediakan alur pelayaran lintas damai baik di atas maupun di bawah
permukaan laut.
b. Zona Landas Kontinen
Landas kontinen ialah dasar laut yang secara geologis maupun morfologi
merupakan lanjutan dari sebuah kontinen (benua). Kedalaman lautnya kurang dari
150 meter. Indonesia terletak pada dua buah landasan kontinen, yaitu landasan
kontinen Asia dan landasan kontinen Australia. Adapun batas landas kontinen
tersebut diukur dari garis dasar, yaitu paling jauh 200 mil laut. Jika ada dua negara
atau lebih menguasai lautan di atas landasan kontinen, maka batas negara tersebut
ditarik sama jauh dari garis dasar masing-masing negara.
Di dalam garis batas landas kontinen, Indonesia mempunyai kewenangan
untuk memanfaatkan sumber daya alam yang ada di dalamnya, dengan kewajiban
untuk menyediakan alur pelayaran lintas damai. Pengumuman tentang batas landas
kontinen ini dikeluarkan oleh Pemerintah Indonesia pada tanggal 17 Februari 1969.
c. Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE)
Zona ekonomi eksklusif adalah jalur laut selebar 200 mil laut ke arah laut
terbuka diukur dari garis dasar. Di dalam zona ekonomi eksklusif ini, Indonesia
mendapat kesempatan pertama dalam memanfaatkan sumber daya laut. Di dalam zona
ekonomi eksklusif ini kebebasan pelayaran dan pemasangan kabel serta pipa di bawah
permukaan laut tetap diakui sesuai dengan prinsip-prinsip Hukum Laut Internasional,
batas landas kontinen, dan batas zona ekonomi eksklusif. Jika ada dua negara yang
bertetangga saling tumpang tindih, maka ditetapkan garis-garis yang menghubungkan
titik yang sama jauhnya dari garis dasar kedua negara itu sebagai batasnya.
Pengumuman tentang zona ekonomi eksklusif Indonesia dikeluarkan oleh pemerintah
Indonesia pada tanggal 21 Maret 1980.
Wilayah daratan Indonesia juga memiliki kedudukan dan peranan yang sangat
penting bagi tegaknya kedaulatan Republik Indonesia. Wilayah daratan merupakan
tempat pemukiman atau kediaman warga negara atau penduduk Indonesia. Di atas
wilayah daratan ini tempat berlangsungnya pemerintahan Republik Indonesia, baik
pemerintah pusat maupun daerah. Potensi wilayah daratan Indonesia tidak kalah
besarnya dengan wilayah lautan. Di wilayah daratan Indonesia mengalir ratusan sungai,
hamparan ribuan hektar area hutan, persawahan dan perkebunan.

2. Batas Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia


Setiap wilayah yang dimiliki pasti ada batasnya. Rumah yang ditempati juga
tentunya mempunyai batas, begitupun dengan sekolah pasti mempunyai batas wilayah
seperti dibatasi oleh bangunan yang lain, jalan dan sebagainya. Wilayah lainnya seperti
desa, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi hingga negara juga memiliki batas
kewilayahan. Batas wilayah itu untuk menunjukkan atau menandai luas yang dimiliki oleh
wilayah tersebut. Bentuk dari batas wilayah bermacam-macam, ada yang dibatasi oleh
sungai, laut, hutan, atau juga hanya berupa tugu perbatasan saja apabila wilayah tersebut
berbatasan langsung dengan wilayah lainnya.
Sama halnya dengan negara-negara lainnya, Indonesia yang memiliki batas-batas
tertentu untuk wilayahnya. Indonesia adalah negara maritim, dua pertiga luas wilayah
Indonesia adalah lautan. Jadi, tidaklah mengherankan jika batas-batas wilayah laut
Indonesia berhubungan dengan 10 negara, sedangkan perbatasan wilayah darat Indonesia
hanya berhubungan dengan tiga negara. Berikut ini dipaparkan batas-batas wilayah
Indonesia di sebelah utara, barat, timur dan selatan.
1. Batas-batas Wilayah Indonesia di Sebelah Utara
Indonesia berbatasan langsung dengan Malaysia (bagian timur), tepatnya di
sebelah utara Pulau Kalimantan. Malaysia merupakan negara yang berbatasan langsung
dengan wilayah darat Indonesia. Wilayah laut Indonesia sebelah utara berbatasan langsung
dengan laut lima negara, yaitu Malaysia, Singapura, Thailand, Vietnam, dan Filipina.
2. Batas-batas Wilayah Indonesia di Sebelah Barat
Sebelah barat wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia berbatasan langsung
dengan Samudera Hindia dan perairan negara India. Tidak ada negara yang berbatasan
langsung dengan wilayah darat Indonesia di sebelah barat. Walaupun secara geografis
daratan Indonesia terpisah jauh dengan daratan India, tetapi keduanya memiliki batas-
batas wilayah yang terletak di titik-titik tertentu di sekitar Samudera Hindia dan Laut
Andaman. Dua pulau yang menandai perbatasan Indonesia-India adalah Pulau Ronde di
Aceh dan Pulau Nicobar di India.
3. Batas-batas Wilayah Indonesia di Sebelah Timur
Wilayah timur Indonesia berbatasan langsung dengan daratan Papua Nugini dan
perairan Samudera Pasifik. Indonesia dan Papua Nugini telah menyepakati hubungan
bilateral antarkedua negara tentang batas-batas wilayah, tidak hanya wilayah darat
melainkan juga wilayah laut. Wilayah Indonesia di sebelah timur, yaitu Provinsi Papua
berbatasan dengan wilayah Papua Nugini sebelah barat, yaitu Provinsi Barat (Fly) dan
Provinsi Sepik Barat (Sandaun).
4. Batas-batas Wilayah Indonesia di Sebelah Selatan
Indonesia di sebelah selatan berbatasan langsung dengan wilayah darat Timor
Leste, perairan Australia dan Samudera Hindia. Timor Leste adalah bekas wilayah
Indonesia yang telah memisahkan diri menjadi negara sendiri pada tahun 1999, dahulu
wilayah ini dikenal dengan Provinsi Timor Timur. Provinsi Nusa Tenggara Timur adalah
Provinsi yang berbatasan langsung dengan wilayah Timor Leste, tepatnya di Kabupaten
Belu. Selain itu, Indonesia juga berbatasan dengan perairan Australia. Di awal tahun 1997,
Indonesia dan Australia telah menyepakati batas-batas wilayah negara keduanya yang
meliputi Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) dan batas landas kontinen

B.SISTEM PERTAHANAN DAN KEAMANAN NEGARA


1. Substansi Pertahanan dan Keamanan Negara Republik Indonesia
Sebagaimana kita ketahui, bahwa kemerdekaan yang diproklamirkan oleh
Bangsa Indonesia tidak diraih dengan mudah. Pengorbanan nyawa, harta, tenaga, dan
sebagainya mewarnai setiap perjuangan merebut kemerdekaan. Mengingat begitu
besarnya pengorbanan yang telah diberikan oleh para pahlawan bangsa, sudah menjadi
kewajiban kita yang hidup pada masa sekarang untuk mempertahankan kemerdekaan
dengan berbagai macam cara. Upaya mempertahankan kemerdekaan ini, telah
dipikirkan oleh para pendiri negara kita. Mereka sudah memikirkan masa depan
kemerdekaan bangsa Indonesia.
Para pendiri negara melalui sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) telah mencantumkan upaya mempertahankan
kemerdekaan ke dalam Undang-Undang Dasar 1945 Bab XII tentang Pertahanan
Negara (Pasal 30). Para tokoh pendiri negara berkeyakinan bahwa kemerdekaan
Indonesia dapat dipertahankan apabila dibangun fondasi atau sistem pertahanan dan
keamanan negara yang kokoh, hal itu harus diatur dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Perubahan UUD NRI Tahun 1945 semakin
memperjelas sistem pertahanan dan keamanan negara kita. Hal tersebut diatur dalam
Pasal 30 ayat (1) sampai dengan ayat (5) UUD
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan sebagai berikut:
1. Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan
keamanan negara.
2. Usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui sistem pertahanan
dan keamanan rakyat semesta oleh Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian
Negara Republik Indonesia, sebagai kekuatan utama, dan rakyat sebagai kekuatan
pendukung.
3. Tentara Nasional Indonesia terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan
Angkatan Udara sebagai alat negara bertugas mempertahankan, melindungi, dan
memelihara keutuhan dan kedaulatan negara.
4. Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat negara yang menjaga keamanan
dan ketertiban masyarakat bertugas melindungi, mengayomi, melayani masyarakat,
serta menegakkan hukum.
5. Susunan dan kedudukan Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian Negara Republik
Indonesia, hubungan kewenangan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian
Negara Republik Indonesia di dalam menjalankan tugasnya, syarat-syarat
keikutsertaan warga negara dalam usaha pertahanan dan keamanan diatur dengan
undang-undang.
Ketentuan di atas menegaskan bahwa usaha pertahanan dan keamanan negara
Indonesia merupakan tanggung jawab seluruh warga negara Indonesia. Dengan kata lain,
pertahanan dan keamanan negara tidak hanya menjadi tanggung jawab TNI dan POLRI saja,
tetapi masyarakat sipil juga sangat bertanggung jawab terhadap pertahanan dan keamanan
negara. TNI dan POLRI manunggal bersama masyarakat sipil menjaga keutuhan NKRI.
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 juga memberikan gambaran bahwa
usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan dengan menggunakan sistem
pertahanan dan keamanan rakyat semesta (Sishankamrata). Sistem pertahanan dan keamanan
rakyat semesta ini hakikatnya merupakan segala upaya menjaga pertahanan dan keamanan
negara meliputi seluruh rakyat Indonesia, segenap sumber daya nasional, sarana dan
prasarana nasional, serta seluruh wilayah negara sebagai satu kesatuan yang utuh dan
menyeluruh. Dengan kata lain, Sishankamrata penyelenggaraannya didasarkan pada
kesadaran akan hak dan kewajiban seluruh warga negara serta keyakinan akan kekuatan
sendiri untuk mempertahankan kelangsungan hidup bangsa dan negara Indonesia yang
merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur.
Sistem pertahanan dan keamanan yang bersifat semesta merupakan pilihan yang
paling tepat bagi pertahanan Indonesia yang diselenggarakan dengan keyakinan pada
kekuatan sendiri serta berdasarkan atas hak dan kewajiban warga negara dalam usaha
pertahanan negara. Meskipun negara Indonesia telah mencapai tingkat kemajuan yang cukup
tinggi, kelak model tersebut tetap menjadi pilihan strategis untuk dikembangkan, dengan
menempatkan warga negara sebagai subjek pertahanan negara sesuai dengan perannya
masing-masing.
Sistem pertahanan dan keamanan negara yang bersifat semesta bercirikan sebagai
berikut.
1. Kerakyatan, yaitu orientasi pertahanan dan keamanan negara diabdikan oleh dan
untuk kepentingan seluruh rakyat.
2. Kesemestaan, yaitu seluruh sumber daya nasional didayagunakan bagi upaya
pertahanan.
3. Kewilayahan, yaitu gelar kekuatan pertahanan dilaksanakan secara menyebar di
seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, sesuai dengan kondisi
geografis sebagai negara kepulauan. Sistem pertahanan dan keamanan rakyat
semesta yang dikembangkan bangsa Indonesia merupakan sebuah sistem yang
disesuaikan dengan kondisi bangsa Indonesia.
Posisi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berada di posisi silang
(diapit oleh dua benua dan dua samudera) di satu sisi memberikan keuntungan, tapi di sisi
yang lain memberikan ancaman keamanan yang besar baik berupa ancaman militer dari
negara lain maupun kejahatan-kejahatan internasional. Selain itu, kondisi wilayah
Indonesia sebagai negara kepulauan, tentu saja memerlukan sistem pertahanan dan
keamanan yang kokoh untuk menghindari ancaman perpecahan. Dengan kondisi seperti
itu, kesimpulannya adalah bahwa sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta
merupakan sistem yang terbaik bagi bangsa Indonesia.

2. Tujuan dan Sasaran Pembangunan Pertahanan dan Keamanan Negara


a) .Tujuan Pembangunan Pertahanan dan Keamanan Negara
Tujuan pembangunan pertahanan dan keamanan negara adalah pertama-tama
mewujudkan daya tangkal; yaitu kekuatan yang memberikan keyakinan kepada setiap
pihak, baik yang mempunyai maksud memusuhi negara dan bangsa Indonesia maupun
yang merencanakan agresi dengan cara apapun juga, bahwa mereka tidak akan dapat
mencapai tujuan atau maksudnya. Daya tangkal demikian terutama akan harus bersandar
pada kekuatan rakyat Indonesia seluruhnya, yang harus memiliki ketahanan ideologis dan
mental yang tangguh untuk menolak serta melawan setiap usaha yang dapat
membahayakan kelangsungan hidup Bangsa Indonesia, ideologi Pancasila, nilai-nilai
nasional lainnya dan integritas wilayah Negara Republik Indonesia.
Daya tangkal ini kemudian harus dibulatkan dengan membangun kekuatan-
kekuatan yang nyata maupun potensial, yang secara integral mewujudkan kemampuan-
kemampuan yang sanggup melaksanakan berbagai tugas umum yang terkandung dalam
kebijaksanaan pertahanan dan keamanan negara, sekaligus menegakkan hak serta
kedaulatan negara atas wilayahnya berdasarkan wawasan nusantara.
b) Sasaran Pembangunan Pertahanan dan Keamanan Negara
Adapun sasaran pembangunan pertahanan dan keamanan negara adalah:
 rakyat terlatih yang merata di seluruh wilayah negara dan nyata dapat dirasakan,
berwujud masa rakyat yang militan, spontan, didasari ketahanan ideologi Pancasila
dan rasa cinta terhadap tanah air, untuk menentang setiap usaha atau gejala yang
membahayakan, melawan musuh yang mengancam kelangsungan hidup negara dan
bangsa Indonesia, tanpa mengenal menyerah.
 Angkatan perang dengan kekuatan siap kecil dan cadangan yang cukup, yang
sanggup menghadapi situasi yang dapat timbul di masa depan, dan menjalankan
berbagai tugas lainnya yang dapat dibebankan kepadanya, termasuk pelaksanaan hak
serta kedaulatan negara atas seluruh wilayahnya.
 Polri yang sanggup menjalankan tugas pengamanan dan penertiban masyarakat;
penyelamatan jiwa-raga dan harta-benda; mencegah dan menindak penyimpangan
hukum; serta menjalankan berbagai tugas lainnya yang dapat dibebankan kepadanya.
3. Kebijakan dalam Pembangunan Pertahanan dan Keamanan Negara
Kebijakan-kebijakan dalam pembangunan pertahanan dan keamanan negara
berpedoman pula pada prinsip-prinsip sebagai berikut:
a) Prinsip Ekonomi dan Efisiensi
Pembangunan pertahanan dan keamanan negara secara keseluruhan harus
dikaitkan dengan pembangunan dalam bidang kesejahteraan sedemikian rupa
sehingga merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Setiap investasi
harus menunjukkan kemanfaatan yang nyata dalam hubungannya dengan pencapaian
tujuan atau sasaran, serta harus memiliki waktu kegunaan yang cukup panjang. Suatu
kegunaan tambahan hendaknya diusahakan apabila mungkin.
b) Mencukupi Kebutuhan Sendiri
Dalam rangka modernisasi penyelenggaraan pertahanan dan keamanan negara
hendaklah digunakan perlengkapan yang disesuaikan dengan tingkat kemajuan
teknologi bangsa Indonesia. Hasil produksi dalam negeri harus diutamakan.
Keharusan untuk mengurangi ketergantungan pada luar negeri menuntut dibangunnya
industri pertahanan dan keamanan negara ataupun industri umum yang dapat
digunakan untuk itu, setidak-tidaknya untuk memproduksi perlengkapan dan bekal
yang paling vital.
c) Dislokasi Kekuatan
Kekuatan-kekuatan lapangan menurut sifat dan tugas khasnya masing-masing,
harus direncanakan menempati posisi strategis yang memungkinkan dilakukannya
reaksi yang cepat terhadap ancaman yang datang. Daerah-daerah perbatasan, alur-alur
pelayaran dan selat-selat yang penting, perlu dinilai tingkat kemungkinan menjadi
arah pendekat potensial bagi berbagai bentuk ancaman, untuk kemudian digunakan
sebagai dasar penentu dislokasi kekuatan atau pangkalan yang sesuai.
d) Perundang-undangan
Hak, kewajiban dan kehormatan turut serta dalam pembelaan negara dari
setiap warga negara Indonesia, harus dilaksanakan dalam bentuk keadilan dan
pemerataan menjalankan tugas pertahanan dan keamanan. Peranan rakyat sebagai
sasaran maupun pelaku dalam perang total, menghendaki pembinaan mental dengan
mendapatkan prioritas yang tinggi. Ideologi Pancasila dan nilai-nilai bangsa harus
tertanam dengan teguh dalam alam pikiran, sehingga mewujudkan suatu ketahanan
mental yang tangguh. Keahlian dan ketrampilan melakukan pekerjaan harus dibina
agar setiap orang dapat menjalankan tugasnya dengan sempurna.
e) Ilmu Pengetahuan, Penelitian, dan Teknologi
Penelitian dan pengembangan yang tertuju pada perwujudan perlengkapan,
umumnya memerlukan dana, daya, dan waktu yang sangat banyak. Penghematan
dalam bidang ini dapat dicapai melalui kerja sama yang erat dengan lembaga lain di
luar TNI. Hendaknya selalu dicegah kegiatan-kegiatan yang bersifat duplikasi,
pengalihan pengetahuan dan teknologi dari luar negeri melalui berbagai cara dapat
dimanfaatkan untuk mempercepat penguasaan dan usaha pengembangan.
Keberhasilan tugas pertahanan dan keamanan negara banyak tergantung pada
dukungan yang diberikan oleh ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu,
upaya pertahanan dan keamanan negara harus dapat memanfaatkan hasil
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
f) Kekaryaan
Hubungan timbal balik yang sangat erat antara bidang keamanan dan
kesejahteraan nasional, menghendaki agar pembangunan TNI tidak semata-mata
diarahkan kepada pembentukan kekuatan pertahanan dan keamanan. Pembangunan
TNI hendaknya juga diarahkan agar memiliki kemampuan untuk berfungsi sebagai
kekuatan sosial, yang bersama dengan kekuatan-kekuatan sosial lainnya dapat
menanggapi dan mengatasi permasalahan-permasalahan nasional sebagai suatu
kebulatan, sehingga dapat mewujudkan ketahanan nasional yang utuh.
g) Manajemen Hankam
Manajemen pertahanan dan keamanan, yang mencakup sumber daya, tentara
nasional, dan Kementerian Pertahanan dan Keamanan, haruslah bisa dilaksanakan
secara efektif dan dengan efisiensi yang tinggi. Untuk itu agar selalu diusahakan
pengembangan dan penerapan manajemen yang mutakhir.
h) Pemanfaatan Peluang
Pemanfaatan peluang pada hakikatnya adalah suatu usaha untuk memperkecil
atau meniadakan pertentangan yang sering terjadi antara tuntutan kesejahteraan
nasional dan keamanan negara. Perencana-perencana pada semua tingkat harus selalu
waspada untuk mengidentifikasikan setiap peluang yang muncul, serta siap
memanfaatkan semua kesempatan yang bisa menghemat penggunaan sumber daya,
memperkecil kerugian, atau menghasilkan kegunaan tambahan.

4. Kesadaran Bela Negara dalam Konteks Sistem Pertahanan dan

Keamanan Negara
Perjuangan gigih bangsa Indonesia dalam mengusir Belanda yang ingin kembali
menjajah Indonesia. Para pahlawan bangsa rela berkorban dan bertumpah darah ketika
berperang melawan penjajah demi untuk mempertahankan wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI). Mereka mempunyai motivasi yang sangat tinggi untuk
mempertahankan kemerdekaan yang telah diraih. Oleh karena itu, untuk menghargai jasa
pahlawan kita, kita juga harus memiliki rasa rela berkorban untuk mempertahankan negara,
memiliki kesadaran bela negara dan memiliki rasa nasionalisme yang tinggi terhadap negara
yang merupakan tempat tinggalnya baik secara langsung maupun tidak langsung.
Pasal 27 ayat (3) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa
setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara. Ikut serta
dalam kegiatan bela negara diwujudkan dengan berpartisipasi dalam kegiatan
penyelenggaraan pertahanan dan keamanan negara, sebagaimana diatur dalam Pasal 30 ayat
(1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa “tiap-tiap warga
negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara.” Kedua
ketentuan tersebut menegaskan bahwa setiap warga negara harus memiliki kesadaran bela
negara.
Kesadaran bela negara pada hakikatnya merupakan kesediaan berbakti pada negara dan
berkorban demi membela negara. Upaya bela negara selain sebagai kewajiban dasar juga
merupakan kehormatan bagi setiap warga negara yang dilaksanakan dengan penuh kesadaran,
tanggung jawab, dan rela berkorban dalam pengabdian kepada negara dan bangsa. Sebagai
warga negara sudah sepantasnya ikut serta dalam bela negara sebagai bentuk kecintaan kita
kepada negara dan bangsa.
Bela negara yang dilakukan oleh warga negara merupakan hak dan kewajiban
membela serta mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan negara, keutuhan wilayah dan
keselamatan segenap bangsa dari segala ancaman. Pembelaan yang diwujudkan dengan
keikutsertaan dalam upaya pertahanan negara merupakan tanggung jawab dan kehormatan
setiap warga negara. Oleh karena itu, warga negara mempunyai kewajiban ikut serta dalam
pembelaan negara, kecuali ditentukan dengan undang-undang. Dalam prinsip ini terkandung
pengertian bahwa upaya pertahanan negara harus didasarkan pada kesadaran akan hak dan
kewajiban warga negara serta keyakinan pada kekuatan sendiri.
Hal ini juga tercantum dalam Undang-Undang Pertahanan Negara Pasal 1 ayat (1) UU
Nomor 3 Tahun 2002, pertahanan keamanan negara adalah segala usaha untuk
mempertahankan negara, keutuhan wilayah NKRI, dan keselamatan bangsa dari ancaman dan
gangguan terhadap keutuhan terhadap bangsa dan negara. Bangsa Indonesia cinta
perdamaian, cinta kemerdekaan, dan cinta kedaulatan. Dalam alinea pertama Pembukaan
UUD 1945 menyatakan “Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa,
dan oleh sebab itu maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai
dengan perikemanusiaan dan perikeadilan”.
Penyelesaian pertikaian atau konflik antarbangsa pun harus diselesaikan melalui cara-
cara damai. Bagi bangsa Indonesia, perang harus dihindari. Perang merupakan jalan terakhir
dan dilakukan jika semua usaha-usaha dan penyelesaian secara damai tidak berhasil.
Indonesia menentang segala bentuk penjajahan dan menganut politik bebas aktif. Prinsip ini
merupakan pelaksanaan dari bunyi alinea pertama Pembukaan UUD 1945. Dengan hak dan
kewajiban yang sama, setiap orang Indonesia dapat berperan aktif dalam melaksanakan bela
negara. Membela negara tidak harus dalam wujud perang, tetapi bisa diwujudkan dengan
cara-cara lain seperti berikut ini.
1. Ikut serta dalam mengamankan lingkungan sekitar (seperti siskamling).
2. Ikut serta membantu korban bencana alam di dalam negeri.
3. Belajar dengan tekun pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan atau PPKn.
4. Mengikuti kegiatan ekstrakurikuler, seperti Paskibra, PMR, dan Pramuka.
5. Pelatihan dasar kemiliteran secara wajib.
6. Pengabdian sebagai anggota TNI.
7. Pengabdian sesuai dengan profesi keahlian.

D.KEIMIGRASIAN
1. Sistem Pengawasan Keimigrasian
sistem agar lebih optimal dan tepat agar mengurai keluhan-keluhan yang
bersifat negatif, perlu dilakukan dengan membentuk grand design sistem informasi
manajemen, informasi keimigrasian. Kebijakan yang telah diambil, sebagaimana
dirumuskan dalam panca program keimigrasian pada rapat kerja 2002 yang
memunculkan berbagai implikasi bagi pelaksanaan fungsi, tugas dan wewenang
keimigrasian yang menyangkut bidang-bidang peraturan perundangundangan,
kelembagaan, ketatalaksanaan, sumber daya manusia serta bidang sarana dan
prasarana.
Adapun sistem pengawasan keimigrasian yang ada meliputi dua cara:
1. Pengawasan administrasi, diatur dalam Pasal 40 huruf a, b, d dan e UndangUndang
Nomor 9 Tahun 1992, yakni: melakukan pemeriksaan dan penelitian terhadap surat
perjalanan, surat atau dokumen lain, daftar cekal, pemotretan, pengambilan sidik jari
dan pengelolaan data keimigrasian daripada warga Negara Indonesia maupun orang
asing, pemeriksaan dilakukan sewaktu memberikan atau menolak memberikan
perizinan keimigrasian di tempat pemeriksaan imgrasi, kantor imigrasi, bidang
imigrasi pada kantor wilayah Departemen Hukum dan HAM maupun perwakilan
Republik Indonesia di luar negeri dan Direktorat Jenderal imigrasi.
2. Pengawasan operasional, diatur dalam Pasal 40 huruf c dan e Undang-Undang
Nomor 9 Tahun 1992. Yakni melakukan kegiatan rutin dan operasi di lapangan
dengan melakukan serangkaian pemantauan atau penyelidikan secara wawancara,
pengamatan dan penggambaran, pengintaian, penyadapan, pemotretan, penyurupan,
penjejakan, penyusupan, penggunaan informasi dan kegiatan lain.
Kesemua kegiatan tersebut adalah untuk memperoleh bahan keterangan atau
informasi yang dibutuhkan pada pengambilan keputusan dalam rangka merumuskan
dan menetapkan kebijakan keimigrasian, khususnya dalam hal mengawasi setiap
orang baik warga negara Indonesia maupun orang asing yang masuk dan keluar
wilayah Indonesia, mengawasi keberadaan dan kegiatan orang asing yang melanggar
atau tidak melanggar peraturan perundang-undangan yang berlaku, berbahaya bagi
keamanan dan ketertiban umum, permusuhan terhadap rakyat dan Negara Kesatuan
Republik Indonesia, untuk kelancaran dan keberhasilan penyelidikan, dilakukan
tindakan pengamanan dan penggalangan.
Konsepsi kebijakan keimigrasian di Indonesia adalah merujuk pada tujuan nasional
daripada mendirikan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), sebagaimana
dimaksud alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar Tahun 1945. Hal ini,
menjadi dasar dan acuan bagi penyelenggara negara khususnya dalam hal merumuskan
kebijakan di bidang Keimigrasian. Kemudian politik Indonesia dalam bidang keimigrasian
sekarang bukan politik pintu terbuka tetapi politik saringan yang berarti bahwa pemerintah
hanya mengizinkan masuk orang asing yang akan mendatangkan keuntungan untuk
Indonesia

2. Penegakan Hukum Terhadap Pelanggaran Batas Izin Tinggal Orang

Asing Di Indonesia
Untuk mewujudkan peradilan yang bersih memang harus dimulai dari kalangan
hakim, sebagai sub sistem dari Sistem Peradilan Pidana Terpadu (Integrated Criminal
Justice System), dan selanjutnya penegak hukum lainnya harus memiliki sikap mental,
moral yang baik, kemampuan substansial secara profesional serta komitmen yang tinggi
terhadap penegakan hukum sesuai dengan tuntutan masyarakat an tuntutan Era Reformasi,
dan selain itu perlu dilakukan pengawasan secara terus menerus terhadap aparat penegak
hukum baik secara institusional maupun oleh masyarakat.
Pengaturan untuk menghindari terjadinya perbuatan melampaui batas waktu izin
tinggal oleh orang asing yang berada di Indonesia kebijakan hukumnya harus diarahkan
sebagai berikut:
1. Perbuatan melampaui batas waktu izin tinggal berada dalam domain pelanggaran
hukum administratif, sehingga proses penegakan hukumnya berada di luar sistem
peradilan pidana, dengan bentuk keputusan pejabat imigrasi.
2. Kriteria dan pertimbangan pengenaan jenis-jenis tindakan keimigrasian diatur
secara ketat demi menjaga terwujudnya prinsip keadilan, kepastian hukum dan
persamaan di muka hukum. Namun demikian sebagai bentuk keputusan
administratif, tetap ada diskresi pejabat imigrasi untuk menilai secara langsung
duduk perkara dan alasan-alasan lain yang melatarbelakangi terjadinya pelanggaran
melampaui batas waktu izin tinggal kasus per kasus.
3. Mekanisme keberatan atas keputusan administratif disusun sesuai dengan prinsip-
prinsip yang berlaku dalam hukum administrasi negara (tata usaha negara).
4. Perluasan jenis tindakan keimigrasian dengan mencantumkan pengenaan denda
(biaya beban) pada perumusan saksi atas perbuatan pelanggaran melampaui batas
waktu izin tinggal. Denda yang selama ini merupakan bentuk pidana ditarik menjadi
salah satu bentuk tindakan keimigrasian. Denda tersebut setelah setuju dibayarkan
menjadi Pemerintahan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang harus disetorkan ke
Rekening kas Negara.
5. Upaya preventif terhadap pelanggaran melampaui batas waktu dilakukan oleh
sistem informasi keimigrasian yang dilakukan pada saat pengajuan permohonan visa
dan izin tinggal, serta sistem peringatan ketika orang asing tersebut berada di
Indonesia.

Tindakan Keimigrasian atau Tindakan Administratif di luar Sistem Peradilan


Pidana, dan aspek penegakan hukum secara pro yustitia (proses peradilan) yang termasuk
di dalam Sistem Peradilan Pidana (Criminal Justice System). Keseluruhan peraturan
perundang-undangan keimigrasian pada dasarnya termasuk dalam keluarga Hukum
Administrasi, oleh karenanya Penalisasi dalam UndangUndang Keimigrasian dapat
dibenarkan (Administrative Penal Law), secara umum biasanya sanksi penal dalam
Hukum Administratif adalah ringan, namun dalam kenyataannya sanksi pidana dalam
UndangUndang Keimigrasian karena memuat ancaman sanksi pidana penjara dan
sebagian besar digolongkan sebagai tindak pidana kejahatan yang dianggap berat.
Beberapa pertimbangan yang menyebabkan sanksi pidana dalam Undang- Undang
Keimigrasian yang termasuk dalam Hukum Administratif di mana ancaman pidananya
tergolong berat, tidak ringan sebagaimana lainnya, yaitu:

1) Keimigrasian berkaitan erat dengan penegakan kedaulatan negara, ketentuan-ketentuan


keimigrasian merupakan bagian dari instrumen penegakan Kedaulatan Negara.
2) Keimigrasian berkaitan erat dengan Sistem Keamanan Negara, aspek keimigrasian terkait
langsung dengan kegiatan intelijen, dukungan terhadap penegakan hukum secara umum
misalnya pemeriksaan terhadap pelaku kejahatan dan sebagainya.
3) Keimigrasian berkaitan dengan aspek pencapaian kesejahteraan masyarakat, melalui
pelayanan keimigrasian terhadap para wisatawan, investor asing dan lain-lain kegiatan
yang mempunyai dampak langsung ataupun tidak langsung dalam rangka Pembangunan
Nasional.
4) Keimigrasian berkaitan dengan hubungan internasional baik dalam bentuk pelayanan
maupun penegakan hukum ataupun dalam bentuk kerjasama secara bilateral maupun
internasional.
5) Keimigrasian berkaitan langsung dengan upaya-upaya memerangi kejahatan yang bersifat
terorganisir dengan scope international, sesuai dengan konvensikonvensi PBB, termasuk
dalam hal penanganan refugee dan asylum seekers.
6) Keimigrasian berkaitan dengan tuntutan universal, mengenai hak-hak sipil dan hak-hak
asasi manusia yang sudah berlaku secara universal

Berdasarkan hal-hal di atas pertimbangan mengenai sanksi pidana dalam Undang-


Undang Keimigrasian yang digolongkan ke dalam rumpun hukum administratif menjadi
sesuatu yang khusus dibandingkan dengan peraturan perundang-undangan lainnya yang
sejenis dalam hukum administratif.

 Berdasarkan ketentuan Undang-Undang No. 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian diatur


mengenai kewajiban, yaitu setiap orang asing yang berada di wilayah Indonesia wajib:
Memberikan keterangan yang diperlukan mengenai identitas diri dan atau keluarganya.
 Perubahan status sipil dan kewarganegaraannya serta perubahan alamatnya.

Yang dimaksud status sipil dalam kalimat ini adalah perubahan yang menyangkut
perkawinan, perceraian, kematian, kelahiran anak, pindah pekerjaan dan berhenti dari
pekerjaan.

Pengawasan orang asing dilaksanakan dalam bentuk dan cara:


a. Pengumpulan dan pengolahan data orang asing yang masuk atau keluar wilayah Indonesia.
b. Pendaftaran orang asing yang berada di wilayah Indonesia.
c. Pemantauan, pengumpulan dan pengolahan bahan keterangan dan informasi mengenai
kegiatan orang asing. Yang dimaksud dengan pemantauan dalam kalimat ini adalah
kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui secara dini peristiwa-peristiwa yang
diduga mengandung unsur-unsur pelanggaran keimigrasian.
d. Penyusunan daftar nama-nama orang asing yang tidak dikehendaki masuk atau keluar
wilayah Indonesia.
e. Kegiatan lainnya.

Pengawasan orang asing pada dasarnya mencakup pengawasan yang bersifat


administratif yaitu termasuk di dalam hal pengumpulan dan pengolahan data keluar masuk
orang asing di wilayah Indonesia. Kemudian, pengawasan yang bersifat operasional,
pelaksanaan pengawasan terhadap orang asing yang berada di wilayah Indonesia dilakukan
secara terkoordinasi.

Ada dua hal yang menjadi sasaran pengawasan terhadap orang asing di Indonesia,
yaitu pengawasan terhadap keberadaannya (secara immigratoir) dan pengawasan terhadap
kegiatan orang asing selama berada di Indonesia.

Aspek pengawasan kegiatan orang asing memerlukan suatu kegiatan terkoordinir


antar instansi dalam hal pelaksanaan pengawasannya. Menteri Kehakiman selaku koordinator
Tingkat Pusat (Nasional) bersama badan atau instansi pemerintah lainnya yang terkait
sebagai pelaksana pengawasan orang asing secara terkoordinasi yang disebut Koordinasi
Pengawasan Orang Asing (SIPORA).

Pada dasarnya pengawasan orang asing menjadi tanggung jawab Menteri Kehakiman
dalam hal ini Pejabat Imigrasi selaku operator pelaksana. Mekanisme pelaksanaannya harus
dilakukan dengan mengadakan koordinasi dengan badan atau instansi pemerintah yang
bidang tugasnya menyangkut orang asing, badan atau instansi tersebut antara lain
Departemen Luar Negeri, Departemen Dalam Negeri, Departemen Pertahanan Keamanan,
Departemen Tenaga Kerja, Kejaksaan (SIPORA) dilakukan secara terpadu, dan SIPORA
dibentuk di tingkat Pusat, di tingkat Propinsi dan di tingkat daerah. Penegakan Hukum
merupakan penyelenggaraan hukum oleh petugas penegak hukum oleh orang-orang yang
berkepentingan sesuai dengan kewenangan masing-masing menurut aturan hukum yang
berlaku.
Sedangkan implementasi penegakan hukum keimigrasian sesuai dengan aturan
hukum yang ada adalah berupa tindakan yang bersifat administratif dan tindakan melalui
proses peradilan (pro justitia). Sedangkan petugas penegak hukum keimigrasian ditentukan
oleh UndangUndang adalah Pejabat Imigrasi yang dalam hal ini sekaligus sebagai Penyidik
Pegawai Negeri Sipil Keimigrasian (PPNS Imigrasi).

Dalam prosesnya maka penegakan hukum keimigrasian dimulai dari titik tolak hal
ikhwal keimigrasian yang meliputi pengawasan terhadap lalu lintas orang yang masuk dan
keluar wilayah negara Republik Indonesia dan pengawasan orang asing di wilayah Indonesia.

Disebutkan dalam Pasal 18 UndangUndang Keimigrasian Nomor 9 Tahun 1992


secara spesifik mengenai pengawasan orang asing ada tiga hal sebagai berikut:

1. Masuk dan keluarnya orang asing ke/dari wilayah Indonesia.

2. Keberadaan orang asing di wilayah Indonesia.

3. Kegiatan orang asing di wilayah Indonesia.

Instrumen penegakan hukum dalam hal pengawasan lalu lintas orang antar negara adalah:

a. Dilakukan penolakan untuk masuk terhadap orang yang terkena penangkalan khususnya
orang asing dan dapat berlaku juga terhadap warga Agung, Badan Intelijen Negara dan
Kepolisian Negara Republik Indonesia. Koordinasi Pengawasan Orang Asing negara
Indonesia (yang terkena penangkalan).
b. Dilakukan penolakan untuk berangkat keluar negeri terhadap orang-orang yang terkena
pencegahan berlaku terhadap orang Indonesia maupun orang asing.
c. Dilakukan proses keimigrasian apabila pada saat pemeriksaan kedatangan maupun
keberangkatan, diketemukan orang-orang yang diduga melakukan pelanggaran hukum
keimigrasian, misal: visa palsu, izin keimigrasian yang tidak beriaku lagi, paspor palsu
(termasuk pengertian pemalsuan baik sebagian ataupun seluruhnya dari suatu dokumen).

Ketiga hal tersebut di atas adalah suatu proses awal dari upaya penegakan hukum
keimigrasian pada saat dilakukan pemeriksaan oleh Pejabat Imigrasi di Tempat Pemeriksaan
Imigrasi. Dalam rangka pengawasan orang asing yang menyangkut aspek keberadaan dan
pengawasan dan kegiatan orang asing, oleh masing-masing Kantor Imigrasi dilakukan
kegiatan Pemantauan terhadap Orang Asing yang berada di wilayah kerjanya, baik
pengawasan dari aspek keberadaan maupun dari aspek kegiatan.
sosial, budaya, ekonomi, ketenagakerjaan, keamanan dan ketertiban. 2. Penindakan
berdasarkan UndangUndang Nomor 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian terhadap perbuatan
melampaui batas waktu izin tinggal (overstay) dilaksanakan dalam dualisme sistem
penegakan hukum yaitu didasarkan pada hukum pidana dan hukum administratif. Tindakan
keimigrasian secara administratif lebih efektif dan efesien, dalam hal penegakan hukum
terhadap perbuatan overstay apabila dilandasi atas asas subsidaritas hukum pidana yakni
mengedepankan prinsip ultimum remedium dalam hukum pidana maka penyelesaian secara
adminsitratif adalah kebijakan yang lebih tepat dan mengenai sasaran.
BAB III

PENUTUP

A.KESIMPULAN

Strategi nasional bangsa Indonesia yang mengutamakan pembangunan nasional untuk


peningkatan kesejahteraan rakyat, merupakan kepentingan nasional yang utama. Oleh karena
itu segenap upaya nasional, baik ke dalam maupun ke luar harus menunjang. suksesnya
pembangunan nasional. Sehubungan dengan itu, upaya pertahanan dan keamanan nasional
berkewajiban mendukung usaha pembangunan itu dengan menjamin terpeliharanya suasana
dan kondisi masyarakat yang damai, aman, tenteram, tertib dan dinamis.
Izin tinggal yang diberikan oleh suatu Negara kepada orang asing adalah suatu wujud
kedaulatan Negara sebagai suatu Negara hukum yang memiliki kewenangan sepenuhnya
untuk menentukan dan mengatur batasanbatasan bagi orang asing untuk tingla di suatu
Negara. Izin tersebut bukanlah hal dari seseorang asing, tetapi merupakan privilege yang
diberikan oleh Negara kepada orang asing. Selain itu batasan-batasan mengenai izin tinggal
adalah untuk melindungi kepentingan bangsa dari aspek-aspek sosial, budaya, ekonomi,
ketenagakerjaan, keamanan dan ketertiban.

Penindakan berdasarkan UndangUndang Nomor 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian


terhadap perbuatan melampaui batas waktu izin tinggal (overstay) dilaksanakan dalam
dualisme sistem penegakan hukum yaitu didasarkan pada hukum pidana dan hukum
administratif. Tindakan keimigrasian secara administratif lebih efektif dan efesien, dalam hal
penegakan hukum terhadap perbuatan overstay apabila dilandasi atas asas subsidaritas hukum
pidana yakni mengedepankan prinsip ultimum remedium dalam hukum pidana maka
penyelesaian secara adminsitratif adalah kebijakan yang lebih tepat dan mengenai sasaran.

B. SARAN
Upaya pertahanan dan keamanan negara haruslah dapat mewujudkan kemampuan
untuk dapat menghadapi dan menanggulangi ancaman perang dan mencegah serta
mengatasi kegiatan subversi dalam berbagai bentuknya.
Perlu diupayakan lebih memberikan kepastian hukum dalam penegakan hukum
keimigrasian, khususnya dalam menangani perbuatan melampaui batas waktu izin tinggal.
Selanjutnya harus dilakukan oleh pihak-pihak pemangku kepentingan

DAFTAR PUSTAKA

Erwin, Muhammad. 2012. Pendidikan Kewarganegaraan Republik Indonesia. Bandung:


Refika Aditama.

Kansil, C.S.T & Christine S.T Kansil. 2001. Ilmu Negara. Jakarta: Pradnya Paramita.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2017. Pendidikan Pancasila dan


Kewarganegaraan. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Lemhanas. 1997. Wawasan Nusantara. Jakarta: PT Balai Pustaka.

Pasha, Musthafa Kamal. 2002. Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education).


Yogyakarta: Citra Karsa Mandiri.
Awaloedin Djamin, Administrasi Kepolisian RI Menghadapi Tahun 2000, Lembang:
Sanyata Sumasana Wira. Barda Nawawi Arief, Masalah Penegakan Hukum, Kebijakan
Penanggulangan Kejahatan, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2001.

Anda mungkin juga menyukai