DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2020
1
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya
tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat
serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad
SAW yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Kami mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan nikmat
sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas kelompok dari mata kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan yang berjudul “Konflik Terkait Keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia”.
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada
makalah ini, kami memohon maaf yang sebesar-besarnya.
Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada Ibu
dosen pengajar Pendidikan Kewarganegaraan 65 (kelas Hukum G) yaitu Bapak Rahmatullah
Jafar, S.IP., M.Si yang telah membimbing kami dalam menulis makalah ini.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Terima kasih.
Hormat Kami,
Kelompok 3
2
DAFTAR ISI
SAMPUL........................................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
DAFTAR ISI.....................................................................................................................3
BAB I : PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG...........................................................................................4
B. PERUMUSAN MASALAH.................................................................................5
C. TUJUAN PENULISAN........................................................................................5
D. MANFAAT PENULISAN....................................................................................5
BAB II : PEMBAHASAN
A. KESIMPULAN.....................................................................................................14
B. SARAN.................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................15
3
BAB I
.PENDAHULUAN
1
Nurul Atika.2017. Jom FISIP Volume 4 No.1 Februari 2017. Hlmn 2
2
Nurul Atika.2017. Jom FISIP Volume 4 No.1 Februari 2017. Hlmn 2
4
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksud dengan permasalahan perebutan kekayaan negara?
2. Seperti apakah contoh kasus illegal fishing yang pernah terjadi di wilayah
kedaulatan Indonesia?
3. Seperti apakah kasus perebutan wilayah kedaulatan yang melibatkan di Indonesia?
4. Seperti apakah kasus perebutan kebudayaan dan peninggalan sejarah yang
melibatkan Indonesia?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui pengertian dari permasalahan perebutan kekayaan negara.
2. Mengetahui contoh kasus illegal fishing yang terjadi dalam wilayah kedaulatan
Indonesia.
3. Mengetahui contoh kasus perebutan wilayah kedaulatan yang melibatkan
Indonesia.
4. Mengetahui kasus perebutan kebudayaan dan peninggalan sejarah yang
melibatkan Indonesia.
D. MANFAAT PENULISAN
Agar baik penulis maupun pembaca memperoleh informasi factual terkait isu
konflik tentang Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan mendapat
pengetahuan mengenai sistematika penyusunan makalah yang baik dan benar.
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
B. KASUS ILLEGAL FISHING YANG DILAKUKAN DI INDONESIA
Penangkapan ikan ilegal adalah penangkapan ikan yang dilakukan dengan
melanggar hukum yang telah ditetapkan di perairan suatu negara. Definisi penangkapan
ikan ilegal biasanya beriringan dengan penangkapan ikan yang tidak diregulasi dan
yang tidak dilaporkan, sehingga menyulitkan otoritas setempat untuk memantau sumber
daya yang telah dieksploitasi. Berdasarkan FAO, penangkapan ilegal telah
menyebabkan total kerugian hingga 23 miliar dolar di seluruh dunia, dengan 30
persennya merupakan kerugian yang dialami Indonesia. Menurut pengamat,
penangkapan ikan ilegal maupun yang tidak dilaporkan terjadi di berbagai sentra
penangkapan ikan dunia dan dapat mencapai 30 persen dari total tangkapan. Tangkapan
oleh nelayan tradisional umumnya tidak perlu dilaporkan karena jumlahnya relatif kecil.
Sedangkan penangkapan oleh kapal penangkap ikan berukuran besar wajib
mendaftarkan diri dan melaporkan total tangkapannya di pelabuhan setempat.
1. Illegal Fishing Yang Dilakukan Oleh Nelayan Filipina di Laut Sulawesi
Pada hari Jumat tanggal 8 Mei 2020, kapal ikan asing yang berbendera
Filipina berhasil diamankan oleh petugas satuan pengawas wilayah perikanan
Indonesia. Kapa lasing ini secara illegal melakukan aksi penangkapan ikan di
wilayah pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia 716 (WPP-NRI) di laut
Sulawesi Utara. Hal ini tentu saja bertentangan dengan hukum internasional akibat
melakukan aksi menangkan ikan di wilayah kedaulatan negara lain. Kapal yang
beropresai untuk menangkap ikan tuna ini terdiri atas 8 awak kapal yang seluruhnya
merupakan kewarganegeraan Filipina. Pengawas WPP-NRI 716 menahan seluruh
awak kapal akibat tidak dapat menunjukkan kelengkapan surat kapal untuk
menangkap ikan di wilayah Indonesia.
Selanjutnya kapal yang bernama FBCA Canther John ini dibawa oleh pihak
pengawas WPP-NRI 716 Laut Sulawesi ke Pangkalan PSDKP Bitung, untuk
diproses hukum Indonesia. Kapal ini terbukti secara sengaja telah melakukan
penangkapan ikat pada koordinat. Selanjutnya seluruh awak kapal diperiksa di
pangkapal Bitung guna mencegah penyebaran COVID-19.
Pengawas WPP-NRI 716 melakukan penahanan karena para kru kapal terbukti
melanggar pasal 93 dan 92 UU Perikanan Nomor 45 Tahun 2009 yang menyatakan
bahwa setiap kapal apabila melakukan penangkapan ikan harus dilengkapi dengan
dokumen sipi dan siup.
7
2. Illegal Fishing Yang Dilakukan Oleh Nelayan Vietnam Di Laut Natuna Utara
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menangkap tiga kapal illegal
fishing dan 26 awak kapal berwarganegara Vietnam di Laut Natuna Utara. Kapa
lasing yang melakukan penangkapan ikan secara illegal ini berjenis Pursue seine.
Aksi penangkapan ini dilakukan oleh 2 kapal yang berbendera Vietnam. Pemerintah
mengatakan apa yang dilakukan oleh Nelayan Vietnam ini merupakan salah satu
modus baru dalam penangkapan ikan secara illegal yaitu dengan menggunakan 2
kapal sekaligus yang memiliki fasilitas yang cukup lengkap.
Karena pada umumnya kapal yang ditangkap di Laut Natuna Utara adalah
jenis pair trawl atay trawl yang dioperasikan oleh dua kapal. Adanya penangkapan
ikan oleh kapal yang berjenis Pursue seine ini menandakan bahwa ancaman illegal
fishing di laut Natuna masih sangat tinggi dan perlu diawasi ketat oleh pemerintah.
9
C. KASUS PEREBUTAN WILAYAH KEDAULATAN YANG MELIBATKAN
INDONESIA
Perebutan wilayah kedaulatan adalah upaya yang dilakukan oleh dua negara
atau lebih untuk memperebutkan hak milik atas suatu wilayah yang meliputi daratan,
perairan, dan udara agar menjadi wilayah kekuasaan negara tersebut. Indonesia kerap
kali terlibat dalam kasus perebutan wilayah dengan negara tetangga mengingat letak
geografis Indonesia yang diapit oleh 2 benua dan 2 samudera, serta mengingat bahwa
Indonesia merupakan negara kepulauan.
1. Sengketa Sipadan dan Ligitan Antara Indonesia dan Malaysia
Sengketa Sipadan dan Ligitan adalah persengketaan Indonesia dan Malaysia
atas pemilikan terhadap kedua pulau yang berada di Selat Makassar yaitu pulau
Sipadan. Persengketaan antara Indonesia dengan Malaysia, mencuat pada tahun
1967 ketika dalam pertemuan teknis hukum laut antara kedua negara, masing-
masing negara ternyata memasukkan pulau Sipadan dan pulau Ligitan ke dalam
batas-batas wilayahnya.
Kemudian pada tahun 1998 masalah sengketa Sipadan dan Ligitan dibawa ke
Mahkamah Internasional. Pada babak akhir Mahkamah Internasional menilai,
argumentasi yang diajukan Indonesia mengenai kepemilikan Sipadan dan Ligitan
yang terletak di sebelah timur Pulau Sebatik, Kalimantan Timur, tidak relevan.
Karena itu secara defacto dan dejure dua pulau yang luasnya masing-masing 10, 4
hektare dan 7,4 ha untuk Ligitan menjadi milik Malaysia.Delegasi Indonesia
memang mengakui, argumen Malaysia lebih kuat.
Negeri Jiran diuntungkan dengan alasan change of title atau rantai
kepemilikan dan argumen effectivitas (effective occupation) yang menyatakan
kedua pulau itu lebih banyak dikelola orang Malaysia. Jurus effective occupation
juga secara tidak langsung menunjukkan kedua pulau itu sebagai terra nullius (tanah
tak bertuan). Mahkamah Internasional juga memandang situasi Pulau Sipadan-
Ligitan lebih stabil di bawah pengaturan pemerintahan Malaysia.
11
D. KASUS PEREBUTAN KEBUDAYAAN DAN KESENIAN YANG
MELIBATKAN INDONESIA
1. Sengketa Wayang Kulit Antar Indonesia Dan Malaysia
Di Malaysia terdapat empat jenis persembahan wayang kulit yaitu Wayang Kulit
Melayu, Wayang Kulit Gedek, Wayang Kulit Purwa (atau Wayang Kulit Jawa)
dan Wayang Kulit Kelantan (atau Wayang Kulit Siam). Keempat jenis wayang kulit
ini hanya dapat ditemui di Semenanjung Malaysia. Wayang Kulit Melayu Kelantan
dikatakan berasal dari Kemboja dan dibawa masuk melalui Patani, Selatan
Thailand.
Berdasarkan Hikayat Ramayana dan penglipur lara tempatan. Watak-watak
wayang kulit ini menggunakan loghat Kelantan. Antara watak penting ialah
Hanuman, Sri Rama, Sita Dewi, Maharaja Rawana dan Laksamana. Wayang Kulit
Jawa dikatakan berasal dari Wayang Kulit Purwa Jawa, Pulau Jawa, Indonesia.
Patung-patungnya membawa watak dari cerita Mahabratha dan cerita-cerita Panji.
Wayang kulit ini diperkenalkan ke negeri Kelantan pada 1834 oleh seorang tetuah
Melayu atau yang lebih sering disebut tok dalang Melayu setelah mempelajari
teknik-teknik Tok Dalang di Pulau Jawa.
Watak wayang kulit ini ialah Sang Kula, Raden Galoh Cendera Kirana,
Arjuna, Sang Dewa dan Raden Inu Kartapati.Wayang Kulit Purwa terkenal di
kawasan selatan Semenanjung Malaysia. Ia menggunakan loghat Jawa. Wayang
Gedek terkenal di Kedah dan Perlis. Ia menggunakan loghat utara (kedah-Perlis).
Dua watak utama ialah Etong dan Ekau. Wayang jenis ini menggunakan patung
yang berpakaian moden seperti kebaya pendek.
Maka tak ayal masyarakat Malaysia berani mengklaim bahwa wayang kulit
merupakan jenis kesenian asal melayu. Hal ini tentu saja menuai kecaman keras dari
pihak Indonesia yang secara tegas mengatakan bahwa Wayang kulit merupakan
kesenian asli Indonesia. Melihat perselihan antara kedua negara ini, akhirnya
UNESCO menyatakan secara resmi bahwa wayang kulit merupakan murni
kepemilikan Indonesia (Wayang Indonesia) sebagai karya kebudayaan yang
mengagumkan dalam bidang cerita narasi dan warisan yang indah dan berharga
pada tanggal 7 November 2003.
12
2. Sengketa Batik Antara Indonesia dan Malaysia
Masyarakat Indonesia harus bangga memakai kain batik. Rasa cinta terhadap
kain nusantara ini harus terus digelorakan dengan cara memadukannya di kegiatan
sehari-hari. Batik adalah sebuah teknik atau proses menuliskan atau menegaskan kain
bergambar dengan menggunakan malam atau lilin yang pengolahannya diproses
sehingga memiliki ciri khas.
Malaysia pernah mengklaim budaya Indonesia yang satu ini sebagai bagian
dari budaya mereka. Untuk menghindari polemik berkepanjangan, pemerintah
Indonesia pun segera mendaftarkan batik ke UNESCO untuk mendapatkan
pengakuan. Meski telah didaftarkan sejak 3 September 2008.
Sejarah panjang perjalanan batik hingga kini akhirnya batik diakui organisasi
dunia Unesco sebagai warisan budaya dunia pada 2 Oktober 2009. Karena itulah,
sejak saat itu, Indonesia memperingati hari batik nasional setiap 2 Oktober. Setiap
sekolah, kelembagaan, dan perusahaan mewajibkan penggunaan pakaian batik satu
hari dalam sepekan.
Sebetulnya proses meraih pengakuan itu bukan hal yang mudah. Semula
perjuangan diawali karena perlawanan Indonesia karena tak mau batik diklaim oleh
negera tetangga Malaysia. Karena itu sejak tahun 2008, pemerintah Indonesia
mendaftarkan batik ke dalam deretan representatif budaya tak benda warisan manusia
Unesco atau Representative List of Intangible Cultural Heritage-Unesco. Kemudian
diterima resmi oleh Unesco pada 9 Januari 2009 untuk diproses. Barulah pada 2
Oktober 2009 Unesco mengakui batik.
13
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Indonesia merupakan negara yang kerap kali terlibat dalam masalah perebutan
kekayaan negara dengan negara lain. Ini merupakan salah satu bentuk dari konflik
terkait Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Hal ini dapat terjadi mengingat
letak geografis baik wilayah daratan maupun perairannya berdempetan dengan negara
– negara lainnya dan jejak historis Indonesia yang sangat berkaitan negara negara –
negara tetangga misalnya Malaysia.konflik terkait bentuk NKRI ini dapat berbentuk
penangkapan ikan secara illegal, perebutan wilayah kekuasaan, dan perebutan
kebudayaan dan kesenian. Misalnya Ilegal Fishing yang dilakukan nelayan Tiongkok
di laut Natuna Utara, sengketa perebutan pulau Sipadan dan Ligitan yang melibatkan
Indonesia dan Malaysia, serta sengketa ha katas Wayang Kulit dan Batik antara
Indonesia dan Malaysia.
B. SARAN
Pemerintah Indonesia seharusnya lebih waspada dan lebih menjaga segala
bentuk kekayaan yang Indonesia miliki. Banyaknya contoh kasus konkret yang kami
temukan merupakan bukti bahwa pemerintahan Indonesia masih sering lengah
sehingga memunculkan celah bagi negara lain untuk mengambil keuntungan atas hal
tersebut. Kami berharap kedepannya pemerintah Indonesia dapat lebih mengetatkan
pengawasan atas wilayah perairan dan pulau – pulau terluar untuk mencegah negara
lain untuk melakukan tindakan yang menimbulkan konflik bagi keutuhan NKRI.
14
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal
Nurul Atika.2017. Jom FISIP Volume 4 No.1 Februari 2017
Internet
Gresnews.com, Kasus Kway Fei dan Kedaulatan RI di Natuna,
https://www.gresnews.com/berita/internasional/104364-kasus-kway-fey-dan-
kedaulatan-laut-ri-di-natuna/, diakses pada tanggal 13 November 2020, pada
pukul 22:21 WITA.
Jawapos.com, Sejarah Batik : Diklaim Malaysia Hingga Diakui Unesco,
https://www.jawapos.com/lifestyle/02/10/2017/sejarah-batik-diklaim-
malaysia-hingga-diakui-unesco/, diakses pada tanggal 13 November 2020,
pada pukul 23:21 WITA.
Kluban.net, Wayang Malaysia, https://kluban.net/2015/09/04/wayang-malaysia/, diakses pada
tanggal 13 November 2020, pada pukul 21:14 WITA.
KompasTv Manado, Kompas.tv, Nelayan Filipina Ditangkap petugas Psdkp Sangihe Karena
Illegal Fishing, https://www.kompas.tv/article/88180/nelayan-filipina-
ditangkap-petugas-psdkp-sangihe-karena-illegal-fishing, diakses pada tanggal
13 November 2020, pada pukul 21:32 WITA.
Luh Putu Suguari, Kabar24.bisnis.com, https://www.kompas.tv/article/88180/nelayan-
filipina-ditangkap-petugas-psdkp-sangihe-karena-illegal-fishing, diakses pada
tanggal 13 November 2020, pada pukul 21:43 WITA.
M. Syahran W. Lubis, Ekonomi.bisnis.com, Illegal Fishing di Laut Sulawesi, Kapal Filipina
Ditangkap, https://ekonomi.bisnis.com/read/20200512/99/1239407/illegal-
fishing-di-laut-sulawesi-kapal-filipina-ditangkap, diakses pada tanggal 13
November 2020, pada pukul 20:11 WITA.
Sulung Lahitani, Liputan6.com, 8 Warisan Budaya Indonesia Yang Pernah Diklaim
Malaysia, https://www.liputan6.com/citizen6/read/2156339/8-warisan-budaya-
indonesia-yang-pernah-diklaim-malaysia, diakses pada tanggal 13 November
2020, pada pukul 21:01 WITA.
Syifa Hanifah, Merdeka.com, Wilayah Indonesia Ini Jadi Rebutan Negara Lain,
https://www.merdeka.com/peristiwa/wilayah-indonesia-ini-jadi-rebutan-
15
negara-lain.html?page=all, diakses pada tanggal 13 November 2020, pada
pukul 20:13 WITA.
Wikipedia, Penangkapan Ikan Ilegal, https://id.wikipedia.org/wiki/Penangkapan_ikan_ilegal,
diakses pada tanggal 13 November 2020, pada pukul 21:56 WITA.
16