Anda di halaman 1dari 16

KONFLIK TERKAIT KEUTUHAN NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 3

RERY AUDRY (B011201220)

ERIKA PAPPA (B011201213)

KHUSNUL MAR IYAH M (B011201227)

RISKY AMALIAH R (B011201234)

AMELIA ADEHYKA NANDA (B011201241)

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2020

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya
tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat
serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad
SAW yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Kami mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan nikmat
sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas kelompok dari mata kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan yang berjudul “Konflik Terkait Keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia”.

Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada
makalah ini, kami memohon maaf yang sebesar-besarnya.

Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada Ibu
dosen pengajar Pendidikan Kewarganegaraan 65 (kelas Hukum G) yaitu Bapak Rahmatullah
Jafar, S.IP., M.Si yang telah membimbing kami dalam menulis makalah ini.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Terima kasih.

Makassar, 13 November 2020

Hormat Kami,

Kelompok 3

2
DAFTAR ISI

SAMPUL........................................................................................................................... 1

KATA PENGANTAR.......................................................................................................2

DAFTAR ISI.....................................................................................................................3

BAB I : PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG...........................................................................................4
B. PERUMUSAN MASALAH.................................................................................5
C. TUJUAN PENULISAN........................................................................................5
D. MANFAAT PENULISAN....................................................................................5

BAB II : PEMBAHASAN

A. DEFINISI PEREBUTAN KEKAYAAN NEGARA............................................6


B. KASUS ILLEGAL FISHING YANG DILAKUKAN DI INDONESIA..............7
1. Illegal Fishing Yang Dilakukan Oleh Nelayan Filipina di Laut Sulawesi .....7
2. Illegal Fishing Yang Dilakukan Oleh Nelayan Vietnam di Laut Natuna Utara
.........................................................................................................................8
3. Illegal Fishing Yang Dilakukan Oleh Nelayan Tiongkok di Laut Natuna......8
C. KASUS PEREBUTAN WILAYAH KEDAULATAN YANG MELIBATKAN
INDONESIA.........................................................................................................10
1. Sengketa Sipadan dan Ligitan Antara Indonesia dan Malaysia......................10
2. Sengketa Blok Ambalat Antara Indonesia dan Malaysia................................10
3. Sengketa Perairan Natuna Antara Indonesia dan Tiongkok............................11
D. KASUS PEREBUTAN KEBUDAYAAN DAN KESENIAN YANG MELIBATKAN
INDONESIA.........................................................................................................12
1. Sengketa Wayang Kulit Antara Indonesia dan Malaysia................................12
2. Sengketa Batik Antara Indonesia dan Malaysia..............................................13
BAB III : PENUTUP

A. KESIMPULAN.....................................................................................................14
B. SARAN.................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................15

3
BAB I

.PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Jika dilihat dari letak geografisnya, Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI) berbatasan dengan 3 (tiga) negara di wilayah darat, dan dengan sepuluh
negara di wilayah laut. Adapun negara yangmemiliki perbatasan darat dengan
Indonesia antara lain: Malaysia, Papua New Guinea (PNG) dan Timor Leste.
Sedangkan untuk wilayah laut Indonesia berbatasan dengan negara Australia,
Singapura, India, Thailand, Malaysia, Vietnam, PNG, Palau dan Timor Leste.1
Berdasarkan fakta bersebut, maka bukan sesuatu yang mengherankan jika
terjadi suatu perebutan diantara negara – negara perbatasan baik itu perebutan
wilayah, kebudayaan, situs bersejarah, perikanan, dll. Dalam pembukaan Undang –
Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945(UUD NRI 1945) dengan tegas
menyatakan bahwa Negara Indonesia bersumpah untuk melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Pemerintah pun berfungsi untuk
melindungi wilayah kedaulatan Indonesia dan seluruh harta warisan yang dimiliki
oleh negara dari siapapun yang berusaha untuk merusaknya ataupun mengambilnya
baik itu secara internal maupun eksternal.
Indonesia harus berupaya menjaga wilayah perbatasan yang memiliki nilai
strategis bagi Indonesia dalam mendukung keberhasilan pembangunan. Keberhasilan
pembangunan ini merupakan representative dari kedaulatan sebuah negara. Berawal
dari kawasan perbatasan maka akan mendorong perkembangan ekonomi, sosial
budaya dan kegiatan masyarakat lainnya yang akan saling mempengaruhi antara
negara, sehingga berdampak pada strategi keamanan dan pertahanan negara. Menurut
Panglima Jendral TNI Djoko Santoso menyatakan bahwa pterdapat kurang lebih 12
pulau terluar di Indonesia yang memiliki potensi konflik dengan negara lain.2
Maka konflik antara negara perbatasan merupakan isu fatual yang sedang
dihadapi oleh pemerintah saat ini. Terdapat banyak contoh konkret yang telah dialami
Indonesia mulai dari sengketa wilayah/pulau, illegal fishing yang dilakukan oleh
nelayan asing, sengketa mengenai ZEE, dll. Hal inilah yang melatar belakangi
penulisan makalah ini.

1
Nurul Atika.2017. Jom FISIP Volume 4 No.1 Februari 2017. Hlmn 2
2
Nurul Atika.2017. Jom FISIP Volume 4 No.1 Februari 2017. Hlmn 2

4
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksud dengan permasalahan perebutan kekayaan negara?
2. Seperti apakah contoh kasus illegal fishing yang pernah terjadi di wilayah
kedaulatan Indonesia?
3. Seperti apakah kasus perebutan wilayah kedaulatan yang melibatkan di Indonesia?
4. Seperti apakah kasus perebutan kebudayaan dan peninggalan sejarah yang
melibatkan Indonesia?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui pengertian dari permasalahan perebutan kekayaan negara.
2. Mengetahui contoh kasus illegal fishing yang terjadi dalam wilayah kedaulatan
Indonesia.
3. Mengetahui contoh kasus perebutan wilayah kedaulatan yang melibatkan
Indonesia.
4. Mengetahui kasus perebutan kebudayaan dan peninggalan sejarah yang
melibatkan Indonesia.

D. MANFAAT PENULISAN
Agar baik penulis maupun pembaca memperoleh informasi factual terkait isu
konflik tentang Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan mendapat
pengetahuan mengenai sistematika penyusunan makalah yang baik dan benar.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI PEREBUTAN KEKAYAAN NEGARA


Perebutan kekayaan negara adalah sengketa yang melibatkan dua negara atau
lebih dalam yang memperebutkan hak milik yang diakui oleh global baik atas suatu
barang, kebudayaan, jasa, ataupun wilayah yang hak kepemilikannya dipertanyakan.
Perebutan kekayaan negara biasanya terjadi antar negara yang berbatasan laut, daratan,
ataupun negara yang memiliki kesamaan nasib (sama – sama dijajah oleh negara yang
sama), ataupun negara yang secara kebetulan memiliki suatu kekayaan negara yang
serupa ataupun sama.
Jika tedapat kasus sengketa kekayaan antar negara biasanya dapat diselesaikan
melalui cara diplomasi dan apabila belum ditemukan titik terang melalui jalur diplomasi
maka negara tersebut dapat melanjutkannya ke pengadilan internasional. Untuk
melindungi kebudayaan agar tidak menjadi sengketa dapat dilakukan dengan cara
mengajukan hak atas kepemilikan kebudayaan dan kesenian tersebut ke lembaga
perserikatan nasional UNESCO untuk mendapat pengakuan secara global.
Indonesia merupakan salah satu negara yang sering terlibat dalam suatu
sengketa kekayaan negara sebab baik berdasarkan letak geografisnya maupun jejak
historisnya, Indonesia ini sangat banyak memiliki kesamaan dengan beberapa negara di
sekitarnya, misalnya perebutan wilayah negara, kebudayaan nasional dengan Malaysia
dan masih banyak lagi, Indonesia juga memiliki belasan ribu pulau yang tidak dapat
sepenuhnya dirawat dan dimanfaatkan oleh pemerintah akibat keterbatasan pemerintah
yang mengakibatkan banyak negara asing yang mengakui bahwa pulau tersebut
merupakan wilayah kedaulatannya. Indonesia juga jika dilihat dari jejak historisnya
merupakan kesatuan yang majemuk, dimana masyarakatnya merupakan masyarakat
pendatang dari negara – negara lain, sehingga banyak kebudayaan Indonesia yang
serupa dengan beberapa negara. Indonesia juga sempat beberapa kali dijajah oleh
negara asing, misalnya Belanda, Jepang, Portugis. Oleh sebab itu, Indonesia kerap kali
tersandung atas kasus sengketa kekayaan negara dengan negara lainnya

6
B. KASUS ILLEGAL FISHING YANG DILAKUKAN DI INDONESIA
Penangkapan ikan ilegal adalah penangkapan ikan yang dilakukan dengan
melanggar hukum yang telah ditetapkan di perairan suatu negara. Definisi penangkapan
ikan ilegal biasanya beriringan dengan penangkapan ikan yang tidak diregulasi dan
yang tidak dilaporkan, sehingga menyulitkan otoritas setempat untuk memantau sumber
daya yang telah dieksploitasi. Berdasarkan FAO, penangkapan ilegal telah
menyebabkan total kerugian hingga 23 miliar dolar di seluruh dunia, dengan 30
persennya merupakan kerugian yang dialami Indonesia. Menurut pengamat,
penangkapan ikan ilegal maupun yang tidak dilaporkan terjadi di berbagai sentra
penangkapan ikan dunia dan dapat mencapai 30 persen dari total tangkapan. Tangkapan
oleh nelayan tradisional umumnya tidak perlu dilaporkan karena jumlahnya relatif kecil.
Sedangkan penangkapan oleh kapal penangkap ikan berukuran besar wajib
mendaftarkan diri dan melaporkan total tangkapannya di pelabuhan setempat.
1. Illegal Fishing Yang Dilakukan Oleh Nelayan Filipina di Laut Sulawesi
Pada hari Jumat tanggal 8 Mei 2020, kapal ikan asing yang berbendera
Filipina berhasil diamankan oleh petugas satuan pengawas wilayah perikanan
Indonesia. Kapa lasing ini secara illegal melakukan aksi penangkapan ikan di
wilayah pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia 716 (WPP-NRI) di laut
Sulawesi Utara. Hal ini tentu saja bertentangan dengan hukum internasional akibat
melakukan aksi menangkan ikan di wilayah kedaulatan negara lain. Kapal yang
beropresai untuk menangkap ikan tuna ini terdiri atas 8 awak kapal yang seluruhnya
merupakan kewarganegeraan Filipina. Pengawas WPP-NRI 716 menahan seluruh
awak kapal akibat tidak dapat menunjukkan kelengkapan surat kapal untuk
menangkap ikan di wilayah Indonesia.
Selanjutnya kapal yang bernama FBCA Canther John ini dibawa oleh pihak
pengawas WPP-NRI 716 Laut Sulawesi ke Pangkalan PSDKP Bitung, untuk
diproses hukum Indonesia. Kapal ini terbukti secara sengaja telah melakukan
penangkapan ikat pada koordinat. Selanjutnya seluruh awak kapal diperiksa di
pangkapal Bitung guna mencegah penyebaran COVID-19.
Pengawas WPP-NRI 716 melakukan penahanan karena para kru kapal terbukti
melanggar pasal 93 dan 92 UU Perikanan Nomor 45 Tahun 2009 yang menyatakan
bahwa setiap kapal apabila melakukan penangkapan ikan harus dilengkapi dengan
dokumen sipi dan siup.

7
2. Illegal Fishing Yang Dilakukan Oleh Nelayan Vietnam Di Laut Natuna Utara
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menangkap tiga kapal illegal
fishing dan 26 awak kapal berwarganegara Vietnam di Laut Natuna Utara. Kapa
lasing yang melakukan penangkapan ikan secara illegal ini berjenis Pursue seine.
Aksi penangkapan ini dilakukan oleh 2 kapal yang berbendera Vietnam. Pemerintah
mengatakan apa yang dilakukan oleh Nelayan Vietnam ini merupakan salah satu
modus baru dalam penangkapan ikan secara illegal yaitu dengan menggunakan 2
kapal sekaligus yang memiliki fasilitas yang cukup lengkap.
Karena pada umumnya kapal yang ditangkap di Laut Natuna Utara adalah
jenis pair trawl atay trawl yang dioperasikan oleh dua kapal. Adanya penangkapan
ikan oleh kapal yang berjenis Pursue seine ini menandakan bahwa ancaman illegal
fishing di laut Natuna masih sangat tinggi dan perlu diawasi ketat oleh pemerintah.

3. Illegal Fishing Yang Dilakukan Oleh Nelayan Tiongkok di Laut Natuna


Pada tahun 2016 Hubungan antara Indonesia dan Tiongkok sempat memanas
akibat penangkapan kapal Kway Fei asal Tiongkok oleh Pemerintah Indonesia di
laut Natuna. Kasus pelanggaran kedaulatan oleh kapal coast guard China itu sendiri
terjadi bermula dari penangkapan KM Kway Fey oleh aparat KKP yang berpatroli
dengan KP Hiu 11 milik Ditjen Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan
sedang patroli di perairan Natuna. Kejadi bermula ketika Sabtu (19/3) kemarin,
pihak KKP mendapat informasi soal keberadaan kapal Kway Fey di perairan
Indonesia. Kapal Kway Fey ini terbukti melakukan tindakan pencurian ikan secara
illegal di wilayah Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia.
Kapal Hiu 11 yang berada di dekat lokasi segera merespons informasi itu.
Mereka pun memergoki kapal Kway Fey 10078, tengah berada di perairan Natuna,
tepatnya di koordinat 05 05,866´N. 109 07,046´E pada jarak 2,7 mil haluan 67.
Wilayah itu masuk zona ekonomi ekslusif Indonesia. Mengetahui dikejar kapal
patroli Indonesia, Kapal Kway Fey pun berupaya melarikan diri dengan bermanuver
zig-zag. Kapal Hiu 11 lalu mengejar kapal China tersebut. Tembakan peringatan
dilepaskan. Sekitar pukul 15.00 WIB KP Hiu 11 akhirnya berhasil menghentikan
KM Kway Fey. Saat itu, posisi mereka berada di koordinat 05 07,490´N. 109
11,830´E. Tim penyidik KKP yakni, Puguh Widodo, Apyam Mey Kabarek, dan
Ariyanto Lubis, turun ke kapal dan menangkap para ABK yang berjumlah 8.
Mereka kemudian dibawa ke Hiu 11. Langkah selanjutnya adalah membawa kapal
8
Kway Fey 10078 ke darat. Di tengah upaya penyidik KKP membawa kapal pencuri
ikan tersebut, datang kapal milik coast guard China. Mereka menabrak kapal Kway
Fey 10078 dengan kecepatan 25 knot. Tak lama berselang, datang lagi kapal coast
guard China dengan bobot yang lebih besar. Kapal Hiu 11 pun memilih mundur.
Hingga dinihari, posisi kapal pencuri ikan berada di koordinat 04 09,942´N. 108
34,824´E. Pihak pemerintah bersikeras bahwa kapal Coast Guard milik China
berusaha untuk melindungi kapal Kway Fei agar terhindar dari jerat hukum yang
sepantasnya mereka dapatkan.

9
C. KASUS PEREBUTAN WILAYAH KEDAULATAN YANG MELIBATKAN
INDONESIA
Perebutan wilayah kedaulatan adalah upaya yang dilakukan oleh dua negara
atau lebih untuk memperebutkan hak milik atas suatu wilayah yang meliputi daratan,
perairan, dan udara agar menjadi wilayah kekuasaan negara tersebut. Indonesia kerap
kali terlibat dalam kasus perebutan wilayah dengan negara tetangga mengingat letak
geografis Indonesia yang diapit oleh 2 benua dan 2 samudera, serta mengingat bahwa
Indonesia merupakan negara kepulauan.
1. Sengketa Sipadan dan Ligitan Antara Indonesia dan Malaysia
Sengketa Sipadan dan Ligitan adalah persengketaan Indonesia dan Malaysia
atas pemilikan terhadap kedua pulau yang berada di Selat Makassar yaitu pulau
Sipadan. Persengketaan antara Indonesia dengan Malaysia, mencuat pada tahun
1967 ketika dalam pertemuan teknis hukum laut antara kedua negara, masing-
masing negara ternyata memasukkan pulau Sipadan dan pulau Ligitan ke dalam
batas-batas wilayahnya.
Kemudian pada tahun 1998 masalah sengketa Sipadan dan Ligitan dibawa ke
Mahkamah Internasional. Pada babak akhir Mahkamah Internasional menilai,
argumentasi yang diajukan Indonesia mengenai kepemilikan Sipadan dan Ligitan
yang terletak di sebelah timur Pulau Sebatik, Kalimantan Timur, tidak relevan.
Karena itu secara defacto dan dejure dua pulau yang luasnya masing-masing 10, 4
hektare dan 7,4 ha untuk Ligitan menjadi milik Malaysia.Delegasi Indonesia
memang mengakui, argumen Malaysia lebih kuat.
Negeri Jiran diuntungkan dengan alasan change of title atau rantai
kepemilikan dan argumen effectivitas (effective occupation) yang menyatakan
kedua pulau itu lebih banyak dikelola orang Malaysia. Jurus effective occupation
juga secara tidak langsung menunjukkan kedua pulau itu sebagai terra nullius (tanah
tak bertuan). Mahkamah Internasional juga memandang situasi Pulau Sipadan-
Ligitan lebih stabil di bawah pengaturan pemerintahan Malaysia.

2. Sengketa Blok Ambalat Antara Indonesia dan Malaysia


Perseteruan yang terjadi di Ambalat antara Indonesia dan Malaysia terus
terjadi. Rupanya sudah beberapa kali terjadi. Blok Ambalat terletak di Laut
Sulawesi atau Selat Makassar dan berada di dekat perpanjangan perbatasan darat
antara Sabah, Malaysia, dan Kalimantan Timur, Indonesia.
10
Sejak akhir tahun 1960, tepatnya saat Malaysia membuat pemetaan daerah
yang baru di mana pulau Sipadan dan Ligitan masuk dalam wilayah negeri jiran
tersebut, negera tersebut pun mulai menyebut bahwa Blok Ambalat termasuk dalam
wilayahnya. Bahkan pada tahun 2007 silam, sejumlah kapal perang dan pesawat
Malaysia melanggar wilayah perairan dan udara Indonesia di blok Ambalat.
Seperti 24 Februari 2007 kapal perang Malaysia KD Budiman dengan
kecepatan 10 knot memasuki wilayah Republik Indonesia sejauh satu mil laut.
Masih di tanggal 24 Februari 2007 pada sore harinya, pukul 15.00 WITA, kapal
perang KD Sri Perlis melintas dengan kecepatan 10 knot memasuki wilayah
Republik Indonesia sejauh dua mil laut yang setelah itu dibayang - bayangi KRI
Welang, kedua kapal berhasil diusir keluar wilayah Republik Indonesia. Konflik
kepemilikan wilayah ini pun bergulir hingga puluhan tahun. Diketahui, Ambalat
hingga saat ini masih berstatus milik Indonesia.

3. Sengketa Perairan Natuna Antara Indonesia dan Tiongkok


Sejak adanya kasus penangkapan kapal Kway Fei asal Tiongkok, perselisihan
antara Indonesi – Tiongkok dalam memperebutkan wilayah perairan Natuna kian
memanas. Adu klaim anatara Indonesia dan China pun terjadi. Indonesia berpegang
pada fakta bahwa wilayah Natuna Utara masih dalam ZEE Indonesia, sementara
China menjadikan garis putus – putus atau nine dash line sebagai patokan yang
menyatakan bahwa Natuna masuk ke dalam wilayah ZEE China. Indonesia menolak
keras dan menyatakan nine dash line merupakan kebijakan sepihak yang
dikeluarkan oleh Pemerintah Tiongkok tanpa adanya persetujuan secara
internasional. Sedangkan Pemerintah Tiongkok mengatakan bahwa wilayah Natuna
Utara merupakan perairan bebas sehingga baik nelayan Indonesia maupun Tiongkok
dapat memanfaatkan wilayah perairan tersebut. Sontak pernyataan tersebut menuai
kecaman keras oleh Pemerintah Indonesia.
Pemerintah, melalui Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menegaskan
menolak klaim China terhadap wilayah Natuna. Dan Natuna termasuk ke dalam
ZEE Indonesia yang telah ditetapkan oleh hukum internasional yaitu melalui
UNCLOS 1982.

11
D. KASUS PEREBUTAN KEBUDAYAAN DAN KESENIAN YANG
MELIBATKAN INDONESIA
1. Sengketa Wayang Kulit Antar Indonesia Dan Malaysia
Di Malaysia terdapat empat jenis persembahan wayang kulit yaitu Wayang Kulit
Melayu, Wayang Kulit Gedek, Wayang Kulit Purwa (atau Wayang Kulit Jawa)
dan Wayang Kulit Kelantan (atau Wayang Kulit Siam). Keempat jenis wayang kulit
ini hanya dapat ditemui di Semenanjung Malaysia. Wayang Kulit Melayu Kelantan
dikatakan berasal dari Kemboja dan dibawa masuk melalui Patani, Selatan
Thailand.
Berdasarkan Hikayat Ramayana dan penglipur lara tempatan. Watak-watak
wayang kulit ini menggunakan loghat Kelantan. Antara watak penting ialah
Hanuman, Sri Rama, Sita Dewi, Maharaja Rawana dan Laksamana. Wayang Kulit
Jawa dikatakan berasal dari Wayang Kulit Purwa Jawa, Pulau Jawa, Indonesia.
Patung-patungnya membawa watak dari cerita Mahabratha dan cerita-cerita Panji.
Wayang kulit ini diperkenalkan ke negeri Kelantan pada 1834 oleh seorang tetuah
Melayu atau yang lebih sering disebut tok dalang Melayu setelah mempelajari
teknik-teknik Tok Dalang di Pulau Jawa.
Watak wayang kulit ini ialah Sang Kula, Raden Galoh Cendera Kirana,
Arjuna, Sang Dewa dan Raden Inu Kartapati.Wayang Kulit Purwa terkenal di
kawasan selatan Semenanjung Malaysia. Ia menggunakan loghat Jawa. Wayang
Gedek terkenal di Kedah dan Perlis. Ia menggunakan loghat utara (kedah-Perlis).
Dua watak utama ialah Etong dan Ekau. Wayang jenis ini menggunakan patung
yang berpakaian moden seperti kebaya pendek.
Maka tak ayal masyarakat Malaysia berani mengklaim bahwa wayang kulit
merupakan jenis kesenian asal melayu. Hal ini tentu saja menuai kecaman keras dari
pihak Indonesia yang secara tegas mengatakan bahwa Wayang kulit merupakan
kesenian asli Indonesia. Melihat perselihan antara kedua negara ini, akhirnya
UNESCO menyatakan secara resmi bahwa wayang kulit merupakan murni
kepemilikan Indonesia (Wayang Indonesia) sebagai karya kebudayaan yang
mengagumkan dalam bidang cerita narasi dan warisan yang indah dan berharga
pada tanggal 7 November 2003.

12
2. Sengketa Batik Antara Indonesia dan Malaysia
Masyarakat Indonesia harus bangga memakai kain batik. Rasa cinta terhadap
kain nusantara ini harus terus digelorakan dengan cara memadukannya di kegiatan
sehari-hari. Batik adalah sebuah teknik atau proses menuliskan atau menegaskan kain
bergambar dengan menggunakan malam atau lilin yang pengolahannya diproses
sehingga memiliki ciri khas.
Malaysia pernah mengklaim budaya Indonesia yang satu ini sebagai bagian
dari budaya mereka. Untuk menghindari polemik berkepanjangan, pemerintah
Indonesia pun segera mendaftarkan batik ke UNESCO untuk mendapatkan
pengakuan. Meski telah didaftarkan sejak 3 September 2008.
Sejarah panjang perjalanan batik hingga kini akhirnya batik diakui organisasi
dunia Unesco sebagai warisan budaya dunia pada 2 Oktober 2009. Karena itulah,
sejak saat itu, Indonesia memperingati hari batik nasional setiap 2 Oktober. Setiap
sekolah, kelembagaan, dan perusahaan mewajibkan penggunaan pakaian batik satu
hari dalam sepekan.
Sebetulnya proses meraih pengakuan itu bukan hal yang mudah. Semula
perjuangan diawali karena perlawanan Indonesia karena tak mau batik diklaim oleh
negera tetangga Malaysia. Karena itu sejak tahun 2008, pemerintah Indonesia
mendaftarkan batik ke dalam deretan representatif budaya tak benda warisan manusia
Unesco atau Representative List of Intangible Cultural Heritage-Unesco. Kemudian
diterima resmi oleh Unesco pada 9 Januari 2009 untuk diproses. Barulah pada 2
Oktober 2009 Unesco mengakui batik.

13
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Indonesia merupakan negara yang kerap kali terlibat dalam masalah perebutan
kekayaan negara dengan negara lain. Ini merupakan salah satu bentuk dari konflik
terkait Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Hal ini dapat terjadi mengingat
letak geografis baik wilayah daratan maupun perairannya berdempetan dengan negara
– negara lainnya dan jejak historis Indonesia yang sangat berkaitan negara negara –
negara tetangga misalnya Malaysia.konflik terkait bentuk NKRI ini dapat berbentuk
penangkapan ikan secara illegal, perebutan wilayah kekuasaan, dan perebutan
kebudayaan dan kesenian. Misalnya Ilegal Fishing yang dilakukan nelayan Tiongkok
di laut Natuna Utara, sengketa perebutan pulau Sipadan dan Ligitan yang melibatkan
Indonesia dan Malaysia, serta sengketa ha katas Wayang Kulit dan Batik antara
Indonesia dan Malaysia.

B. SARAN
Pemerintah Indonesia seharusnya lebih waspada dan lebih menjaga segala
bentuk kekayaan yang Indonesia miliki. Banyaknya contoh kasus konkret yang kami
temukan merupakan bukti bahwa pemerintahan Indonesia masih sering lengah
sehingga memunculkan celah bagi negara lain untuk mengambil keuntungan atas hal
tersebut. Kami berharap kedepannya pemerintah Indonesia dapat lebih mengetatkan
pengawasan atas wilayah perairan dan pulau – pulau terluar untuk mencegah negara
lain untuk melakukan tindakan yang menimbulkan konflik bagi keutuhan NKRI.

14
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal
Nurul Atika.2017. Jom FISIP Volume 4 No.1 Februari 2017

Internet
Gresnews.com, Kasus Kway Fei dan Kedaulatan RI di Natuna,
https://www.gresnews.com/berita/internasional/104364-kasus-kway-fey-dan-
kedaulatan-laut-ri-di-natuna/, diakses pada tanggal 13 November 2020, pada
pukul 22:21 WITA.
Jawapos.com, Sejarah Batik : Diklaim Malaysia Hingga Diakui Unesco,
https://www.jawapos.com/lifestyle/02/10/2017/sejarah-batik-diklaim-
malaysia-hingga-diakui-unesco/, diakses pada tanggal 13 November 2020,
pada pukul 23:21 WITA.
Kluban.net, Wayang Malaysia, https://kluban.net/2015/09/04/wayang-malaysia/, diakses pada
tanggal 13 November 2020, pada pukul 21:14 WITA.
KompasTv Manado, Kompas.tv, Nelayan Filipina Ditangkap petugas Psdkp Sangihe Karena
Illegal Fishing, https://www.kompas.tv/article/88180/nelayan-filipina-
ditangkap-petugas-psdkp-sangihe-karena-illegal-fishing, diakses pada tanggal
13 November 2020, pada pukul 21:32 WITA.
Luh Putu Suguari, Kabar24.bisnis.com, https://www.kompas.tv/article/88180/nelayan-
filipina-ditangkap-petugas-psdkp-sangihe-karena-illegal-fishing, diakses pada
tanggal 13 November 2020, pada pukul 21:43 WITA.
M. Syahran W. Lubis, Ekonomi.bisnis.com, Illegal Fishing di Laut Sulawesi, Kapal Filipina
Ditangkap, https://ekonomi.bisnis.com/read/20200512/99/1239407/illegal-
fishing-di-laut-sulawesi-kapal-filipina-ditangkap, diakses pada tanggal 13
November 2020, pada pukul 20:11 WITA.
Sulung Lahitani, Liputan6.com, 8 Warisan Budaya Indonesia Yang Pernah Diklaim
Malaysia, https://www.liputan6.com/citizen6/read/2156339/8-warisan-budaya-
indonesia-yang-pernah-diklaim-malaysia, diakses pada tanggal 13 November
2020, pada pukul 21:01 WITA.
Syifa Hanifah, Merdeka.com, Wilayah Indonesia Ini Jadi Rebutan Negara Lain,
https://www.merdeka.com/peristiwa/wilayah-indonesia-ini-jadi-rebutan-

15
negara-lain.html?page=all, diakses pada tanggal 13 November 2020, pada
pukul 20:13 WITA.
Wikipedia, Penangkapan Ikan Ilegal, https://id.wikipedia.org/wiki/Penangkapan_ikan_ilegal,
diakses pada tanggal 13 November 2020, pada pukul 21:56 WITA.

16

Anda mungkin juga menyukai