Anda di halaman 1dari 20

TUGAS

MAKALAH
NEGARA DAN KONSTITUSI
KETAHANAN NASIONAL DAN BELA NEGARA

DIBUAT OLEH:
NAMA : SATRIYO BAYU ARDINA
NIM :S1B121115
KELAS :C
MATKUL : KEWARGANEGARAAN

JURUSAN ADMINISTRASI BISNIS


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya dan
karunianya kepada kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Adapun tema dari makalah ini mengenai “NEGARA DAN KONSTITUSI,
KETAHANAN NASIONAL DAN BELA NEGARA”. Pada kesempatan ini
mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah kewarganegaraan yang telah
memberikan tugas ini kepada saya. Saya jauh dari sempurna. Dan ini merupakan
langkah yang baik dari studi sesungguhnya. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan
kemampuan saya , maka kritik dan saran yang membangun senantiasa saya
mengharapkan semoga makalah ini dapat berguna bagi saya pada khususnya pihak
lain.
I
DAFRAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................I
DAFTAR ISI............................................................................................................II
BAB 1 PENDAHULUAN: ....................................................................................1
1) LATAR BELAKANG.................................................................................1
2) RUMUSAN MASALAH.............................................................................1
3) TUJUAN......................................................................................................1
BAB 2 PEMBAHASAN : ......................................................................................2
I. NEGARA DAN KONSTITUSI...................................................................2
1) EKSISTENSI NEGARA..................................................................2
2) NEGARA INDONESIA...................................................................2
3) KONSTITUSI...................................................................................4
4) KONSTITUSI atau
UNDANG-UNDANG DASAR DI INDONESIA............................7

II. KETAHANAN NASIONAL DAN BELA NEGARA.................................11


1) KONSEP DAN URGENSI KETAHANAN
NASIONAL DAN BELA NEGARA...............................................11
2) SUMBER HISTORIS, SOSIOLOGIS,
POLITIK, TENTANG KETAHANAN
NASIONAL DAN BELA NEGARA................................................12
3) DINAMIKA DAN TANTANGAN
KETAHANAN NASIONAL DAN BELA NEGARA......................14
BAB 3 PENUTUP : ..................................................................................................15
I. KESIMPULAN.............................................................................................15
II. DAFTAR PUSTAKA....................................................................................16

II
BAB 1
PENDAHULUAN

1) LATAR BELAKANG.
Sekarang ini sebagian masyarakat Indonesia yang mengabaikan arti
dari pancasila sebagai dasarnegara dan UUD 1945 sebagai konstitusi.
Bahkan bukan hanya mengabaikan, namun banyak juga yang tidak
mengetahui makna dari dasar negara dan konstitusi tersebut. Terlebih
di eraglobalisasi ini masyarakat dituntut untuk mampu memilah-milah
pengaruh positif dan negatif dari globalisasi tersebut. Dengan
pendidikan tentang dasar negara dan konstitusi diharapkan masyarakat
Indonesia mampu mempelajari, memahami serta melaksanakan segala
kegiatan kenegaraan berlandasakan dasar negara dan konstitusi, akan
tetapi ketahanan nasional dan sikap bela negara juga perlu diketahui
pentingnya hal ini oleh masyarakat
2) RUMUSAN MASALAH.
1.Apakah pengertian Negara itu?
2.Apakah pengertian Konstitusi itu?
3.Bagaimakah pertahahanan nasional dan bela negara di indonesia?
4.Penjelasan singkat untuk UUD 1945
3) TUJUAN.
1.Untuk mengetahui pengertian dari Negara dan Konstitusi
2.Untuk mengetahui pertahahanan nasional dan bela negara di
indonesia
3.Untuk mengetahui keberadaan Konstitusi di Indonesia
4.Untuk memenuhi tugas mata kuliah Kewarganegaraan
1
BAB 2
PEMBAHASAN
I. NEGARA DAN KONSTITUSI.
1) .EKSISTENSI NEGARA
Sebuah Negara dapat mengalami proses lahir, tumbuh berkembang hingga
runtuh. Hal tersebut merupakan sebuah gerak melingkar yang berkelindan
serta dihasilkan dari sebuah proses yang melibatkan segenap unsur dalam
negara tersebut. Sebagaimana layaknya manusia, negara juga memiliki
umur tertentu, yang tidak jarang akan berakhir pada sebuah “kematian”
ataupun “kemunculan baru”. Eksistensi dari sebuah negara tersebut tentu
berkaitan erat dengan dialektika yang terjadi antara pemimpin,
masyarakat, maupun kondisi sosial serta geopolitik yang melingkupinya.
Kita tentu sudah mendengar negara-negara yang pernah mengalami
puncak kejayaan, ataupun bertahan dan eksis dalam percaturan
internasional. Uni Soviet merupakan sebuah negara yang sempat
memberikan warna tersendiri dalam percaturan geopolitik dunia dengan
ideologi sosialisme yang dikonstruksikan oleh Stalin dan Lenin.
Yugoslavia yang kini berubah menjadi negara Serbia juga pernah eksis
sebagai sebuah negara berdaulat.
2) .NEGARA INDONESIA
Indonesia, dengan nama resmi Republik Indonesia (RI), atau lengkapnya
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), adalah sebuah negara
kepulauan di Asia Tenggara yang dilintasi garis khatulistiwa dan berada di
antara daratan benua Asia dan Oseania, sehingga Indonesia dikenal
sebagai negara lintas benua, serta antara Samudra Pasifik dan Samudra
Hindia. Indonesia merupakan negara terluas ke-14 sekaligus negara
kepulauan terbesar di dunia dengan luas wilayah sebesar 1.904.569 km²,
serta negara dengan pulau terbanyak ke-6 di dunia, dengan jumlah 17.504
pulau.Nama alternatif yang umum dipakai untuk merujuk pada
"Kepulauan Indonesia" disebut Nusantara. Selain itu, Indonesia juga
menjadi negara berpenduduk terbanyak ke-4 di dunia dengan populasi
mencapai 270.203.917 jiwa pada tahun 2020, serta negara beragama Islam
terbanyak dan terbesar di dunia, dengan penganut lebih dari 230 juta jiwa.
Indonesia adalah salah satu negara multiras, multietnik, dan multikultural
di dunia, seperti halnya Amerika Serikat.Indonesia berbatasan dengan
sejumlah negara tetangga di Asia Tenggara, Benua Australia, dan Oseania.
2
Indonesia berbatasan di wilayah darat dengan Malaysia di Pulau
Kalimantan dan Sebatik, dengan Papua Nugini di Pulau Papua, dan
dengan Timor Leste di Pulau Timor. Negara tetangga yang hanya
berbatasan laut dengan Indonesia adalah Singapura, Filipina, Australia,
dan wilayah persatuan Kepulauan Andaman dan Nikobar di India.
Indonesia adalah negara kesatuan dengan bentuk pemerintahan republik
berdasarkan Konstitusi Indonesia yang sah, yaitu Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945). Berdasarkan UUD
1945 pula, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah
(DPD), dan Presiden dipilih secara langsung oleh rakyat. Ibu kota negara
Indonesia saat ini adalah Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta).
Pada tanggal 18 Januari 2022, pemerintah menetapkan Ibu Kota Nusantara
yang berada di Pulau Kalimantan, yang menempati wilayah Penajam
Paser Utara, untuk menggantikan Jakarta sebagai ibu kota baru. Hingga
saat ini, proses peralihan ibu kota masih sementara berlangsung.
Sejarah Indonesia banyak dipengaruhi oleh bangsa-bangsa pendatang dan
penjajah. Kepulauan Indonesia menjadi wilayah perdagangan penting
sejak abad ke-7, yaitu sejak berdirinya Sriwijaya, sebuah kerajaan Hindu–
Buddha yang berpusat di Palembang. Kerajaan Sriwijaya ini menjalin
hubungan agama dan perdagangan dengan bangsa Tionghoa, India, dan
juga Arab. Agama dan kebudayaan Hindu–Buddha tumbuh, berkembang,
dan berasimilasi di wilayah Kepulauan Indonesia pada awal abad ke-4
hingga abad ke-13 Masehi. Setelah itu, para pedagang dan ulama dari
Jazirah Arab yang membawa agama dan kebudayaan Islam sekitar abad
ke-8 hingga abad ke-16. Pada akhir abad ke-15, bangsa-bangsa Eropa
datang ke Kepulauan Indonesia dan berperang untuk memonopoli
perdagangan rempah-rempah Maluku semasa Zaman Penjelajahan.
Setelah berada di bawah penjajahan Belanda untuk sekurang-kurangnya
300 tahun, Indonesia yang saat itu bernama Hindia Belanda,
memproklamasikan kemerdekaannya di akhir Perang Dunia II, tepatnya
pada tanggal 17 Agustus 1945. Selanjutnya, Indonesia mendapat berbagai
tantangan dan persoalan berat, mulai dari bencana alam, praktik korupsi
yang masif, konflik sosial, gerakan separatisme, proses demokratisasi, dan
periode pembangunan, perubahan dan perkembangan sosial–ekonomi–
politik, serta modernisasi yang pesat. Indonesia terdiri dari berbagai suku
bangsa, bahasa, dan agama. Berdasarkan rumpun bangsa, Indonesia terdiri
atas bangsa asli pribumi yakni Austronesia dan Melanesia di mana bangsa
Austronesia yang terbesar jumlahnya dan lebih banyak mendiami
Indonesia bagian barat.
3
Dengan suku Jawa dan Sunda membentuk kelompok suku bangsa terbesar
dengan populasi mencapai 57% dari seluruh penduduk Indonesia.
Semboyan nasional Indonesia, "Bhinneka Tunggal Ika" (berbeda-beda
tetapi tetap satu tujuan), bermakna keberagaman sosial-budaya yang
membentuk satu kesatuan negara. Selain memiliki populasi penduduk
yang padat dan wilayah yang luas, Indonesia memiliki alam yang
mendukung tingkat keanekaragaman hayati terbesar ke-2 di dunia.
Indonesia merupakan anggota dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan
satu-satunya anggota yang pernah keluar dari PBB, yaitu pada tanggal 7
Januari 1965, dan bergabung kembali pada tanggal 28 September 1966.
Indonesia tetap dinyatakan sebagai anggota yang ke-60, keanggotaan yang
sama sejak bergabungnya Indonesia pada tanggal 28 September 1950.
Selain PBB, Indonesia juga merupakan anggota dari organisasi
Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN), Konferensi Asia–
Afrika (KAA), Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC), Organisasi
Kerjasama Islam (OKI), G-20, dan akan menjadi anggota Organisasi Kerja
Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD).
3) .KONSTITUSI
Indonesia memiliki konstitusi yaitu Konstitusi atau UUD 1945. Konstitusi
itu sendiri adalah norma dari sistem politik dan hukum yang dibentuk oleh
pemerintah negara bagian yang biasanya dalam bentuk dokumen tertulis.
Konstitusi tidak mengatur perincian tetapi hanya menjabarkan prinsip-
prinsip yang membentuk dasar bagi peraturan lainnya.
Pengertian Konstitusi.
Dalam bahasa Prancis Konstitusi memliki arti membentuk, yaitu
konstituer, yang berarti terbentuk. Konstitusi bisa diartikan dalam luas dan
sempit. Dalam arti sempit konstitusi hanya berisi norma-norma hukum
yang membahas kekuasaan di suatu negara. Sementara konstitusi dalam
arti luas menyangkut seluruh ketentuan dasar atau hukum dasar, baik
tertulis dan tidak tertulis serta campuran keduanya tidak hanya sebagai
aspek hukum tetapi juga “non-hukum”. Keberadaan konstitusi di suatu
negara sangat penting karena konstitusi adalah aturan dasar dalam
administrasi negara, oleh karena itu di Indonesia telah terjadi beberapa
perubahan pada konstitusi.

4
Tujuan.
Menurut C.F Strong, tujuan pembentukan konstitusi adalah untuk
membatasi kewenangan tindakan pemerintah, untuk menjamin hak-hak
yang diperintah, dan untuk merumuskan pelaksanaan kekuasaan berdaulat.
Oleh karena itu, setiap konstitusi memiliki dua tujuan, yaitu:
1.Membatasi dan menyediakan pengawasan kekuasaan politik, dan
2.Untuk membebaskan kekuasaan dari kontrol absolut oleh otoritas serta
untuk menetapkan batas kekuasaan untuk otoritas
Konstitusi adalah alat atau sarana untuk mengawasi proses kekuasaan.
Oleh karena itu tujuan membuat konstitusi adalah untuk mengatur
jalannya kekuasaan dengan membatasi melalui aturan untuk menghindari
kesewenang-wenangan pihak berwenang kepada rakyat mereka dan untuk
memberikan arahan kepada pihak berwenang untuk mewujudkan tujuan
suatu Negara. Jadi, pada dasarnya konstitusi Indonesia bertujuan untuk
mencapai tujuan negara berdasarkan nilai-nilai Pancasila sebagai dasar
negara.
Posisi.
Baik dari segi posisi, fungsi dan tujuan konstitusi di negara ini berubah
dari waktu ke waktu. Dalam transisi dari negara feodal monarki atau
oligarki dengan kekuasaan absolut penguasa negara demokrasi nasional,
konstitusi menempati benteng pemisahan antara rakyat yang kemudian
secara bertahap berfungsi sebagai alat rakyat dalam perebutan kekuasaan
melawan otoritas. Setelah perjuangan dimenangkan oleh rakyat, posisi dan
peran konstitusi mulai bergeser dari penjaga keamanan & kepentingan
hidup rakyat ke tirani kelas penguasa, kemudian menjadi tombak bagi
rakyat memusnahkan kekuasaan individu/sepihak. Di sistem monarki ini
serta kekuatan unilateral dari satu kelompok oligarkis untuk membangun
tatanan kehidupan baru berdasarkan pada dasar kepentingan bersama.
Nilai-nilai.
Menurut Karl Loewenstein dalam bukunya Reflection on the Value of
Constitutions in our Revolutionary, ada tiga jenis yang setingkat dengan
nilai konstitusional, yaitu nilai normatif, nilai nominal & nilai semantik.
Menurut Karl Loewnstein, dikutip oleh Moh. Kusnardi dan Bintan R.

5
Saragih dalam buku State Science, berpendapat bahwa dalam setiap
konstitusi ada dua masalah, yaitu:
1.Sifat konstitusi yang ideal adalah teori.
2.Bagaimana mengimplementasikan Konstitusi Peraktek.
Aturan hukum normatif adalah jika aturan hukum masih dipatuhi oleh
masyarakat dan jika tidak maka aturan itu sudah mati dan / atau tidak
pernah terwujud. Nilai nominal konstitusi diperoleh jika kenyataan
mencapai batas berlakunya, yang dalam batas berlakunya adalah apa yang
dimaksud dengan nilai konstitusi. Jika konstitusi hanya dilaksanakan
sebagian dan tidak sesuai dengan apa yang dibutuhkan di lapangan, maka
konstitusi disebut sebagai konstitusi nominal.
Fungsi.
Fungsi konstitusi menurut Henc van Maarseveen dan Ger van der Tang,
adalah sebagai akta pendirian negara (konstitusi sebagai akta kelahiran).
Konstitusi berfungsi sebagai bukti otentik perpanjangan negara sebagai
badan hukum (rechstpersoon). Untuk mewujudkannya, beberapa negera di
belahan dunia berusaha untuk mempunyai konstitusi. Perihal fungsinya
serta hubungannya untuk negara konstitusional saat ini, menurut G.S
Diponolo, tidak ada yang berbicara tentang organisasi negara tanpa
berbicara tentang konstitusi. Dengan demikian, dari segi waktu, fungsi
konstitusi dalam arti Konstitusi adalah sebagai syarat untuk pembentukan
negara bagi negara yang belum terbentuk, atau sebagai akta pendirian
negara untuk suatu negara. negara yang sebelumnya dibentuk. Sebelum &
sesudah negara dibentuk, fungsi konstitusi yang jelas adalah sebagai
dokumen formal, dasar organisasi negara, dasar distribusi kekuasaan
negara, dasar pembatasan dan kontrol kekuasaan pemerintah, jaminan
kepastian hukum dalam praktik administrasi negara, pengaturan
kelembagaan dan pengaturan pemerintah.
6

4) .UNDANG-UNDANG DASAR DI INDONESIA


Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (disingkat
UUD 1945; terkadang juga disingkat UUD '45, UUD RI 1945, atau UUD
NRI 1945) adalah konstitusi dan sumber hukum tertinggi yang berlaku di
Republik Indonesia. UUD 1945 menjadi perwujudan dari dasar negara
(ideologi) Indonesia, yaitu Pancasila, yang disebutkan secara gamblang
dalam Pembukaan UUD 1945.Perumusan UUD 1945 dimulai dengan
kelahiran dasar negara Pancasila pada tanggal 1 Juni 1945 dalam sidang
pertama BPUPK. Perumusan UUD yang rill sendiri mulai dilakukan pada
tanggal 10 Juli 1945 dengan dimulainya sidang kedua BPUPK untuk
menyusun konstitusi. UUD 1945 diberlakukan secara resmi sebagai
konstitusi negara Indonesia oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945.
Pemberlakuannya sempat dihentikan selama 9 tahun dengan berlakunya
Konstitusi RIS dan UUDS 1950. UUD 1945 kembali berlaku sebagai
konstitusi negara melalui Dekret Presiden yang dikeluarkan oleh Presiden
Soekarno pada tanggal 5 Juli 1959. Setelah memasuki masa reformasi,
UUD 1945 mengalami empat kali perubahan (amendemen) dari tahun
1999–2002.
UUD 1945 memiliki otoritas hukum tertinggi dalam sistem pemerintahan
negara Indonesia, sehingga seluruh lembaga negara di Indonesia harus
tunduk pada UUD 1945 dan penyelenggaraan negara harus mengikuti
ketentuan UUD 1945. Selain itu, setiap peraturan perundang-undangan di
Indonesia tidak boleh bertentangan dengan UUD 1945. Mahkamah
Konstitusi berwenang melakukan pengujian atas undang-undang,
sementara Mahkamah Agung atas peraturan di bawah undang-undang,
yang bertentangan dengan ketentuan UUD 1945.Wewenang untuk
melakukan pengubahan terhadap UUD 1945 dimiliki Majelis
Permusyawaratan Rakyat, seperti yang telah dilakukan oleh lembaga ini
sebanyak empat kali. Ketentuan mengenai perubahan UUD 1945 diatur
dalam Pasal 37 UUD 1945.
7

Sejarah UUD 1945.


Perumusan.
Penyusunan rancangan UUD 1945 dilakukan secara bertahap oleh Badan
Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPK), yaitu badan
yang dibentuk dengan izin Jepang pada tanggal 29 April 1945.Sidang
pertama BPUPK, yang dilaksanakan dari tanggal 28 Mei hingga 1 Juni
tersebut, menghasilkan gagasan "dasar negara", dengan mengacu pada
rumusan "Pancasila" yang digagas oleh Soekarno. Selain itu, sidang ini
juga menghasilkan kesepakatan untuk membentuk Panitia Sembilan yang
akan membahas lebih jauh mengenai gagasan tersebut agar menghasilkan
rumusan yang matang. Satu setengah bulan kemudian, tepatnya pada
tanggal 22 Juni 1945, Panitia Sembilan yang telah mengadakan sidang-
sidang akhirnya merampungkan rumusan dasar negara tersebut dan
menamakannya Piagam Jakarta. Naskah piagam inilah yang menjadi
naskah Pembukaan UUD 1945.Setelah itu, sidang kedua BPUPK yang
berlangsung dari tanggal 10–17 Juli membahas perihal piagam tersebut
dan komponen-komponen negara, seperti bentuk negara, bentuk dan
susunan pemerintahan, kewarganegaraan, bendera dan bahasa nasional,
dan sebagainya. Setelah beberapa perdebatan mengenai Piagam Jakarta,
akhirnya BPUPK merampungkan naskah rancangan Undang-Undang
Dasar (UUD) yang terdiri dari Pembukaan UUD yang mengacu pada
Piagam Jakarta dan Batang Tubuh UUD yang berisi komponen-komponen
tersebut.
Pengesahan dan pemberlakuan.
Sidang pertama PPKI (18 Agustus 1945) yang menghasilkan salah
satunya pengesahan UUD 1945 sebagai konstitusi negara.
Setelah Soekarno memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada
tanggal 17 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(PPKI) yang merupakan kelanjutan dari BPUPK mengadakan sidang
pertamanya pada tanggal 18 Agustus. Sidang tersebut kemudian
menghasilkan, salah satunya, penetapan rancangan Pembukaan dan
Batang Tubuh UUD yang dihasilkan BPUPK sebagai Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang sah.

8
Namun sebelum itu, PPKI melakukan beberapa perubahan pada naskah
UUD hasil rancangan BPUPK, terutama pada bagian-bagian yang
dianggap lebih menonjolkan agama Islam. Perubahan-perubahan tersebut
di antaranya:

a).Kata "Mukadimah" diganti dengan kata "Pembukaan".


b)Pada salah satu frasa (yang merupakan sila pertama Pancasila) dalam
alinea keempat yang berbunyi, "... dengan berdasar kepada Ketuhanan
dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya, ..." diubah menjadi "... dengan berdasar kepada Ketuhanan
Yang Maha Esa, ...".
c)Frasa "yang beragama Islam" dalam Pasal 6 Ayat (1) yang berbunyi
"Presiden ialah orang Indonesia asli yang beragama Islam" dihapuskan.
d).Beberapa kata dalam kalimat "Negara berdasar atas Ketuhanan dengan
kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya" dalam
Pasal 28 Ayat (1) diganti, sehingga menjadi Pasal 29 Ayat (1) yang
berbunyi "Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa".
e).Penyisipan Pasal 28 yang berbunyi "Kemerdekaan berserikat dan
berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya
ditetapkan dengan undang-undang".
Dalam kurun waktu 1945–1950, UUD 1945 tidak dapat dilaksanakan
sepenuhnya karena Indonesia sedang disibukkan dengan perjuangan
mempertahankan kemerdekaan pada masa Revolusi Nasional Indonesia.
Maklumat Wakil Presiden Nomor X pada tanggal 16 Oktober 1945
memutuskan bahwa kekuasaan legislatif diserahkan kepada KNIP, karena
MPR dan DPR masih belum terbentuk. Pada tanggal 14 November
setelahnya, Soekarno membentuk kabinet semiparlementer yang pertama
(karena adanya jabatan Perdana Menteri di dalamnya), sehingga peristiwa
ini merupakan peristiwa perubahan pertama dari sistem pemerintahan
Indonesia yang seharusnya seperti yang disebutkan dalam UUD 1945.

9
Setelah Indonesia dan Belanda beberapa kali melakukan pertempuran dan
perjanjian gencatan senjata, pada tanggal 23 Agustus hingga 2 November
1949, perwakilan Republik Indonesia, Belanda, dan Majelis
Permusyawaratan Federal (BFO) bentukan Belanda melakukan pertemuan
di di Den Haag (Belanda) yang disebut Konferensi Meja Bundar (KMB)
untuk perjanjian damai terakhir kalinya dengan Belanda. KMB tersebut
menghasilkan kesepakatan bahwa kedaulatan negara Indonesia akan
diberikan kepada Republik Indonesia Serikat (RIS) dan diakui oleh
Belanda. RIS kemudian terbentuk pada tanggal 27 Desember 1949. Oleh
karena hal ini, UUD 1945 dibatalkan secara otomatis setelah negara
tersebut berdiri.
Pengadopsian konstitusi lainnya.
Setelah Republik Indonesia Serikat (RIS) dibentuk dan Indonesia menjadi
negara federasi, konstitusi yang digunakan adalah Konstitusi Republik
Indonesia Serikat (Konstitusi RIS), sedangkan UUD 1945 masih
digunakan tetapi dalam lingkup negara bagian "Republik Indonesia".
Konstitusi RIS ini tidaklah bertahan lama dan akhirnya dicabut pada
tanggal 15 Agustus 1950, yang diikuti dengan pembubaran negara RIS
dan kembalinya Indonesia menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia
pada tanggal 17 Agustus. Setelah peralihan tersebut, Indonesia
memberlakukan Undang-Undang Dasar Sementara Republik Indonesia
(UUDS 1950) yang merupakan modifikasi dari UUD RIS. Oleh karena
itu, UUDS 1950 mengenal sistem pemerintahan Indonesia sebagai sistem
parlementer. Setelah beberapa tahun berlaku, Indonesia pada tahun 1955
melaksanakan pemilihan umum untuk pertama kalinya dalam dua tahap,
yaitu pemilihan anggota DPR pada tanggal 29 September dan pemilihan
anggota konstituante pada tanggal 15 Desember. Konstituante Republik
Indonesia yang terdiri atas anggota-anggota terpilih pemilu tahap kedua
tersebut bertugas mengadakan sidang-sidang untuk membahas dan
merumuskan rancangan UUD yang baru menggantikan UUDS 1950.
Namun badan tersebut tidak dapat menghasilkan rancangan UUD baru dan
bahkan sebagian besar anggotanya berencana untuk menarik diri dari
sidang konstituante. Keadaan genting ini memaksa Soekarno
mengeluarkan Dekret Presiden 5 Juli 1959 yang membubarkan badan
Konstituante Republik Indonesia, memberlakukan kembali UUD 1945 dan
membatalkan UUDS 1950, serta membentuk MPR dan DPA sementara
secepatnya.
10

II. KETAHANAN NASIOANAL DAN BELA NEGARA.

1) KONSEP DAN URGENSI KETAHANAN NASIOANAL DAN


BELA NEGARA
Pengertian Ketahanan Nasional dan Bela Negara.
Pengertian ketahanan nasional adalah suatu strategi dalam memanfaatkan
kondisi geografis negara dalam menentukan kebijakan, tujuan dan sarana
untuk mewujudkan cita-cita proklamasi dan tujuan nasional.
Latar belakang.
Sejak proklamasi 17 Agustus 1945, kehidupan bangsa Indonesia tidak
luput dari gejolak dan ancaman baik dari dalam maupun dari luar negeri
yang dapat membahayakan eksistensi Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI), seperti :
a).Agresi Militer Belanda.
b).Gerakan Separatis : PKI, DI/TII dan lain-lain.
c).Ditinjau dari geopolitik dan geostrategis dengan posisi geografis
Tujuan Ketahanan Nasional.
Tujuan Ketahanan Nasional Indonesia terdapat dalam Pembukaan UUD
1945 alinea ke-4, yaitu: melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah
darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan dan perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Fungsi Ketahanan Nasional.
a)Daya Tangkal
b).Dasar dan Arahan
c).Pola Fikir
d).Pemersatu dan Dasar Negara
Sifat Ketahanan Nasional.
a).Mandiri b).Wibawa c).Dinamis
11

d).Konsultasi dan kerja sama


e).Mawas ke Dalam dan Mawas ke Luar
f).Manunggal (berpadu)
Pengaruh Aspek Ketahanan Nasional terhadap Kehidupan Berbangsa
dan Bernegara.
Konsepsi ketahanan nasional akan menyangkut hubungan antar aspek
yang mendukung kehidupan, yaitu:
1. Aspek yang berkaitan dengan alam besifat statis, yang meliputi:
a).Aspek Geografi
b).Aspek Kekayaan Alam
c).Aspek Kependudukan
2. Aspek yang berkaitan dengan sosial bersifat dinamis, yang meliputi:
a).Pengaruh Aspek Ideologi
b).Pengaruh Aspek Ekonomi
c).Pengaruh Aspek Ekonomi
d).Pengaruh Aspek Sosial Budaya
e).Pengaruh Aspek Pertahanan dan Keamanan
2). SUMBER HISTORIS, SOSIOLOGIS, POLITIK, TENTANG
KETAHANAN NASIOANAL DAN BELA NEGARA.
Secara historis, gagasan tentang ketahanan nasional bermula pada awal
tahun 1960-an di kalangan militer angkatan darat di SSKAD yang
sekarang bernama SESKOAD (Sunardi, 1997). Masa itu sedang
meluasnya pengaruh komunisme yang berasal dari Uni Sovyet dan Cina.
Pengaruh komunisme menjalar sampai kawasan Indo Cina sehingga satu
per satu kawasan Indo Cina menjadi negara komunis seperti Laos,
Vietnam, dan Kamboja. Tahun 1960-an terjadi gerakan komunis di
Philipina, Malaysia, Singapura, dan Thailand. Bahkan gerakan komunis
Indonesia mengadakan pemberontakan pada 30 September 1965 namun
akhirnya dapat diatasi.
12
Sejarah keberhasilan bangsa Indonesia menangkal ancaman komunis
tersebut menginspirasi para petinggi negara (khususnya para petinggi
militer) untuk merumuskan sebuah konsep yang dapat menjawab,
mengapa bangsa Indonesia tetap mampu bertahan menghadapi serbuan
ideologi komunis, padahal negara-negara lain banyak yang berguguran?
Jawaban yang dimunculkan adalah karena bangsa Indonesia memiliki
ketahanan nasional khususnya pada aspek ideologi. Belajar dari
pengalaman tersebut, dimulailah pemikiran tentang perlunya ketahanan
sebagai sebuah bangsa.
Pengembangan atas pemikiran awal di atas semakin kuat setelah
berakhirnya gerakan gerakan 30 September/PKI. Pada tahun 1968,
pemikiran di lingkungan SSKAD tersebut dilanjutkan oleh Lemhanas
(Lembaga Pertahanan Nasional) dengan dimunculkan istilah kekuatan
bangsa. Pemikiran Lemhanas tahun 1968 ini selanjutnya mendapatkan
kemajuan konseptual berupa ditemukannya unsur-unsur dari tata
kehidupan nasional yang berupa ideologi, politik, ekonomi, sosial dan
militer. Pada tahun 1969 lahirlah istilah Ketahanan Nasional yang intinya
adalah keuletan dan daya tahan suatu bangsa untuk menghadapi segala
ancaman. Kesadaran akan spektrum ancaman ini lalu diperluas pada tahun
1972 menjadi ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan (ATHG).
Akhirnya pada tahun 1972 dimunculkan konsepsi ketahanan nasional yang
telah diperbaharui. Pada tahun 1973 secara resmi konsep ketahanan
nasional dimasukkan ke dalam GBHN yakni Tap MPR No IV/MPR/1978.
Berdasar perkembangan tersebut kita mengenal tiga perkembangan
konsepsi ketahanan nasional yakni ketahanan nasional konsepsi 1968,
ketahanan nasional konsepsi 1969, dan ketahanan nasional konsepsi 1972.
Menurut konsepsi 1968 dan 1969, ketahanan nasional adalah keuletan dan
daya tahan, sedang berdasarkan konsepsi 1972, ketahanan nasional
merupakan suatu kondisi dinamik yang berisi keuletan dan ketangguhan.
Jika dua konsepsi sebelumnya mengenal IPOLEKSOM (ideologi, politik,
ekonomi, sosial, militer) sebagai Panca Gatra, konsepsi 1972 memperluas
dengan ketahanan nasional berdasar asas Asta Gatra (delapan gatra).
Konsepsi terakhir ini merupakan penyempurnaan sebelumnya
(Haryomataraman dalam Panitia Lemhanas, 1980).
Perkembangan selanjutnya rumusan ketahanan nasional masuk dalam
GBHN sebagai hasil ketetapan MPR yakni dimulai pada GBHN 1973,
GBHN 1978, GBHN 1983, GBHN 1988, GBHN 1993 sampai terakhir
GBHN 1998. Rumusan GBHN 1998 sebagaimana telah dinyatakan di atas
13
merupakan rumusan terakhir, sebab sekarang ini GBHN tidak lagi
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pembangunan. Sekarang ini
sebagai pengganti Garis Besar Haluan Negara (GBHN) adalah Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), yang pada
hakekatnya merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program presiden
terpilih. Misalnya dokumen RPJMN 2010-2014 tertuang dalam Peraturan
Presiden RI No. 5 Tahun 2010. Pada dokumen tersebut tidak lagi
ditemukan rumusan tentang ketahanan nasional bahkan juga tidak lagi
secara eksplisit termuat istilah ketahanan nasional.
Dengan mendasarkan pengertian ketahanan nasional sebagai kondisi
dinamika bangsa yang ulet dan tangguh dalam menghadapi berbagai
ancaman, maka konsepsi ini tetaplah relevan untuk dijadikan kajian
ilmiah. Hal ini disebabkan bentuk ancaman di era modern semakin luas
dan kompleks. Bahkan ancaman yang sifatnya nonfisik dan nonmiliter
lebih banyak dan secara masif amat mempengaruhi kondisi ketahanan
nasional. Misalnya, ancaman datangnya kemarau yang panjang di suatu
daerah akan mempengaruhi kondisi ketahanan pangan di daerah yang
bersangkutan.
3).Dinamika dan Tantangan Ketahanan nasional dan bela Negara.
Seiring perkembangan zaman yang terus manerus dan juga mengalami
perubahan serta dinamika yang terus menerus tiada hentinya ketahanan
nasional akan selalu mengalami aneka tantangan dan ancaman yang terus
berubah,begitu pula dengan rasa nasionalisme dengan pesatnya arus
globalisasi akan menjadi tantangan tersendiri bagi bangsa Indonesia.
Esensi dan Urgensi Bela Negara.
a).Bela negara secara fisik: dapat dilakukan dengan menjadi anggota TNI
dan pelatihan dasar kemiliteran dan juga melalui program RATIH
b).Bela negara nonfisik: dapat diselenggarakan melalui pendidikan
kewarganegaraan dan pengabdian sesuai profesi dengan tujuan
menanamkan semangat kebangsaan dan cinta tanah air

14
BAB 3 PENUTUP
I. KESIMPULAN.
Berdasarkan uraian pada pembahasan, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai
berikut:
1. Negara merupakan suatu organisasi di antara sekelompok atau beberapa
kelompok manusia yang secara bersama-sama mendiami suatu wilayah
(territorial) tertentu dengan mengakui adanaya suatu pemerintahan yang
mengurus tata tertib dan keselamatan sekelompok atau beberapa kelompok
manusia yang ada di wilayahnya.
2. Konstitusi diartikan sebagai peraturan yang mengatur suatu negara, baik yang
tertulis maupun tidak tertulis. Konstitusi memuat aturan-aturan pokok
(fundamental) yang menopang berdirinya suatu negara.
3. Sistem Pertahanan Negara adalah sistem pertahanan yang bersifat semesta
yang melibatkan seluruh warga negara, wilayah, dan sumber daya nasional
lainnya sedangkan Bela Negara adalah sikap dan perilaku warga negara yang
dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dalam menjalin
kelangsungan hidup bangsa dan negara yang seutuhnya.
4. Landasan dalam Pembelaan dan Pertahanan Keamanan Negara adalah
Wajib Militer sedangkan Motivasi dalam Pembelaan dan Pertahanan Keamanan
Negara yaitu Pengalaman sejarah perjuangan RI , Kedua wilayah geografis
nusantara yang strategis, Keadaan produk (demografis) yang besar, Kekayaan
sumber daya alam, Perkembangan kemajuan IPTEK di bidang persenjataan , dan
Kemungkinan timbulnya bencana perang

15
DAFTAR PUSTAKA
- MAKALAH NEGARA DAN KONSTITUSI | Destrii Baiziah
- http://www.wikipedia.com Nasution, Mirza. NEGARA DAN KONSTITUSI. 2004
-https://www.academia.edu/41875084/KETAHANAN_NASIONAL_
DAN_BELA_NEGARA | Amanda Prillienia | 2020
16

Anda mungkin juga menyukai