Anda di halaman 1dari 16

Makalah PPKn

NEGERA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA


( NKRI )

Disusun oleh :
Nama : I Komang Ogi Sarwita
No : 24
Kelas : X JB ( Jasa Boga )

SMK NEGERI 1 BEBANDEM


TAHUN AJARAN
2018/2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa


atas berkat rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya. Di dalam
makalah ini, saya telah berusaha menguraikan sebaik mungkin
semua hal yang berkaitan dengan upaya mempertahankan NKRI.
Besar harapan saya agar pembaca mampu memahami lebih jauh
tentang berbagai hal yang berkaitan dengan hal tersebut.
Akan tetapi, saya menyadari bahwa di dalam makalah ini,
masih terdapat banyak kekurangan yang tentunya mengakibatkan
makalah ini masih dikatakan jauh dari sempurna. Maka dari itu,
saya harapkan pembaca dapat memaklumi serta memberi kritik
dan saran yang membangun demi terwujudnya makalah yang
lebih baik di masa yang akan datang.

Bebandem, Nopember 2018


Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................... i


KATA PENGANTAR ..................................................... ii
DAFTAR ISI ............................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................. 1
1.1 Latar Belakang ..................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................ 2
1.3 Tujuan ................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN.................................................. 3
2.1 Pengertian NKRI.................................................... 3
2.2 Sejarah NKRI......................................................... 4
2.3 Pemerintahan Dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia ............................... 5
2.4 Menjaga keutuhan NKRI ...................................... 7
2.5 Sikap dan Perilaku ............................................... 10
BAB III PENUTUP........................................................ 12
3.1 Kesimpulan........................................................... 12
3.2 Saran ................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ..................................................... 13

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Negara Kesatuan Republik Indonesia (disingkat NKRI), juga
dikenal dengan nama Nusantara yang artinya negara kepulauan.
Wilayah NKRI meliputi wilayah kepulauan yang terbentang dari
Sabang sampai Merauke.
Letak wilayah NKRI berada di antara:
- Dua benua, yaitu benua Asia dan benua Australia; serta
- Dua samudra. yaitu samudra Hindia dan samudra Pasifik.
Indonesia terletak di benua Asia tepatnya di Asia Tenggara.
Wilayah Indonesia berada di:
- 6° lintang utara (LU) – 11° lintang selatan (LS), dan
- 95° bujur timur (BT) – 141° bujur timur (BT).
Karena letak wilayah Indonesia di sekitar khatulistiwa, maka
Indonesia memiIlki iklim tropis dan rnerniliki dua musim, yaitu
musim hujan dan musim kemarau. Pulau-pulau yang termasuk
dalam wilayah NKRI berjumlah 17.504 terdiri dari pulau besar dan
kecil. Beberapa di antaranya, yaitu 6000 pulau tidak berpenghuni.
Wilayah Indonesia terbentang sepanjang 3.977 m² di antara
Samudra Hindia dan Samudra Pasifik. Luas daratan Indonesia
1.922.570 km² dan luas perairannya 3.257.483 km². Pulau dengan
jumlah penduduk terpadat adalah pulau Jawa. Setengah dari
jumlah penduduk Indonesia menempati pulau Jawa.
Pulau-pulau besar, yaitu:
- Jawa dengan luas 132.107 km²,
- Sumatera dengan luas 473.606 km²,
- Kalimantan dengan luas 539.460 km²,
- Sulawesi dengan luas 189.216 km2, dan
- Papua dengan luas 421.981 km².
Pulau-pulau kecil, antara lain Pulau Nias, Pulau Siberut,
Pulau Bangka, Pulau Belitung, Pulau Madura, Pulau Bali, Pulau

1
Lombok, Pulau Flores, Pulau Ambon, dan Pulau Halmahera.
Perkernbangan jumlah provinsi Indonesia clan tahun ke
tahun terus bertambah. Pada awal kemerdekaan, Indonesia terdiri
dari 8 provinsi hingga sekarang telah terbentuk 33 provinsi.
Perkernbangan jumlah provinsi Indonesia dari tahun ke tahun
terus bertambah. Pada awal kemerdekaan, Indonesia terdiri
dari 8 provinsi hingga sekarang telah terbentuk 33 provinsi.
Tujuan perkernbangan jumlah provinsi dan kabupaten adalah
untuk memudahkan pelayanan kepada masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian NKRI ?
2. Bagaimana sejarah NKRI
3. Bagaimana pemerintahan daerah dalam Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI)?
4. Bagaimana manjaga keutuhan NKRI ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui pengertian NKRI
2. Untuk mengetahui sejarah NKRI
3. Untuk mengetahui pemerintahan daerah dalam negara
kesatuan republik indinesia(NKRI)
4. Untuk mengetahui bagaimana menjaga keutuhan NKRI

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian NKRI
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan
negara kesatuan berbentuk republik dengan sistem
desentralisasi (pasal 18 UUD 1945), di mana pemerintah
daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya di luar bidang
pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai
urusan pemerintah pusat Pasal 18 UUD 45 menyebutkan :
1. Negara Kesatuan Republik Indonesia bagi atas daerah
provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan
kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten dan kota itu
mempunyai pemerintahan daerah yang diatur dengan
undang-undang
2. Pemerintahan Daerah Provinsi, daerah kabupaten dan
kota mengatur dengan mengurus sendiri urusan
pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas
pembantuan.
3. Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten dan kota
memiliki DPRD yang anggotanya dipilih melalui pemilihan
umum.
4. Gubernur, Bupati dan Walikota masing-masing sebagai
kepala pemerintahan daerah provinsi, kabupaten dan kota
dipilih secara demokrasi.
5. Pemerintah daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya
kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang
ditentukan sebagai urusan pemerintah pusat.
6. Pemerintahan daerah berhak menetapkan peraturan daerah
dan peraturan-peraturan lain untuk melaksanakan otonomi
dan tugas pembantuan.
7. Susunan dan tata cara penyelenggaran pemerintahan
daerah diatur dalam undang- undang.

3
2.2 Sejarah NKRI
Berdasarkan perjalanan sejarah Bangsa Indonesia, pada
saat digulirkannya tanam paksa (Cultuure Stelsel) tahun 1615
oleh pihak Belanda telah menyebabkan hancurnya struktur tanah
yang dimiliki pribumi, dimana tanah sebagai modal dasar pribumi
dalam menjalankan segala aktivitasnya. Dengan adanya tanam
paksa yang diterapkan telah mengubah jenis tanaman pribumi
dengan jenis tanaman yang didatangkan dari Eropa yang nota
bene tidak di kuasai oleh pribumi, hal ini menyebabkan pribumi
tidak lagi mampu mengelola tanah yang dimilikinya dan tidak
mengerti jenis tanaman yang berasal dari Eropa, sehingga pribumi
pada saat itu terbodohkan, termiskinkan, terbelakang dan
tertindas. Hal inilah kemudian yang di manfaatkan oleh pihak
Belanda untuk membangun pemerintahan yang dinamakan
Hindia-Belanda guna mengatur kehidupan pribumi yang semakin
tertindas, yang pada akhirnya terjadilah sistem kerja rodi untuk
mengeksplorasi hasil bumi yang ada di Indonesia.
Pada awal tahun 1900 pemerintah Hindia-Belanda
menerapkan kebijakan politik ethis sebagai bentuk balas budi
kepada pribumi dengan mengadakan suatu sistem pendidikan di
wilayah Indonesia. Akan tetapi karena biaya yang dibebankan
untuk mendapatkan pendidikan ini terlalu mahal, maknanya tidak
semua pribumi mampu menikmati pendidikan yang diterapkan di
Indonesia. Dari sinilah terbangun strata sosial di dalam kehidupan
masyarakat Indonesia. Adapun bentuk strata sosial tersebut telah
memposisikan pribumi sebagai kaum mayoritas berada pada kelas
terbawah, kelas di atasnya adalah ningrat-ningratnya pribumi dan
para pendatang dari Asia Timur (Cina, India, Arab, dsb),
kemudian kelas teratas adalah orang-orang Eropa dan kulit
putih lainnya. Hal ini menjadikan pribumi sebagai kaum
mayoritas semakin terbodohkan, termiskinkan, terbelakang dan
tertindas. Sehingga pada tahun 1908, Dr. Soetomoe membangun

4
pendidikan bagi kaum pribumi secara informal dan gratis dengan
nama Budi Utomo sebagai bentuk kepedulian terhadap pribumi
yang semakin tertindas. Pada akhirnya pendidikan pribumi
tersebut diteruskan oleh Ki Hajar Dewantara dengan mendirikan
Taman Siswa pada tahun 1920 secara formal, pendidikan pribumi
yang di jalankan oleh Dr. Soetomoe dan Ki Hajar Dewantara telah
membangkitkan jiwa-jiwa kebangsaan dan persatuan untuk
melakukan perlawanan kepada Belanda, yang pada akhirnya
mengakumulasi lahirnya Bangsa Indonesia pada tanggal 28
Oktober 1928 melalui momen Sumpah Pemuda pada kongres
Pemuda II di Jakarta yang berasal dari Jong-jong atau pemuda-
pemuda dari berbagai kepulauan di Indonesia yang memiliki
komitmen untuk mengangkat harkat dan martabat hidup
Orang-orang Indonesia (pribumi).
Bangsa Indonesia yang terlahir pada tanggal 28 Oktober
1928 kemudian bahu membahu mengadakan perlawanan kepada
pihak Belanda untuk merebut kemerdekaan Indonesia dan
barulah 17 tahun kurang 2 bulan kurang 11 hari atau tepatnya
pada tanggal 17 Agustus 1945 atas berkat rahmat Allah SWT
Bangsa Indonesia dapat mencapai kemerdekaannya dalam bentuk
Teks Proklamasi yang dibacakan oleh Dwi-Tunggal Soekarno-
Hatta. Keesokan harinya, tepatnya pada tanggal 18 Agustus 1945
Bangsa Indonesia membentuk suatu Negara Republik Indonesia
dengan disahkannya konstitusi Undang-Undang Dasar 1945
sebagai aturan dasar di dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.

2.3 Pemerintahan Dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia


1. Bentuk Republik Indonesia
Republik Indonesia adalah negara di Asia
Tenggara, yang dilintasi garis khatulistiwa dan berada di
antara benua Asiadan Australia serta antara Samudra

5
Pasifik dan Samudra Hindia. Indonesia adalah negara
kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari
13.487 pulau, oleh karena itu ia disebut
juga sebagai Nusantara, Dengan populasi sebesar 222
juta jiwa pada tahun 2006 dan Indonesia adalah negara
berpenduduk terbesar keempat di dunia dan negara yang
berpenduduk Muslim terbesar di dunia.
Dari Sabang sampai Merauke, Indonesia terdiri dari berbagai
suku, bahasa dan agama yang berbeda. Suku Jawa adalah
grup etnis terbesar dan secara politis paling dominan.
Semboyan nasional Indonesia, "Bhinneka tunggal ika,
berarti keberagaman yang membentuk negara. Selain
memiliki populasi padat dan wilayah yang luas, Indonesia
memiliki wilayah alam yang mendukung
tingkatkeanekaragaman hayati terbesar kedua di dunia.
2. Bentuk pemerintahan Indonesia
Bentuk pemerintahan Indonesia adalah republik, dengan
Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah
dan Presiden yang dipilih langsung. Ibukota negara
ialah Jakarta. Indonesia berbatasan dengan Malaysia di
Pulau Kalimantan, dengan Papua Nugini di Pulau Papua
dan dengan Timor Leste di Pulau Timor. Negara tetangga
lainnya adalah Singapura, Filipina, Australia, dan
wilayah persatuan Kepulauan Andaman dan Nikobar di
India.
3. Sistem Politik Indonesia
Indonesia adalah negara kesatuan berbentuk republik,
di mana kedaulatan berada di tangan rakyat dan
dijalankan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan
Rakyat (MPR). Indonesia menganut sistem pemerintahan
presidensil, di mana Presiden berkedudukan sebagai
kepala negara sekaligus kepala pemerintahan. Para Bapak

6
Bangsa yang meletakkan dasar pembentukan negara
Indonesia, setelah tercapainya kemerdekaan pada tanggal 17
Agustus 1945. Mereka sepakat menyatukan rakyat yang
berasal dari beragam suku bangsa, agama, dan budaya yang
tersebar di ribuan pulau besar dan kecil, di bawah payung
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Indonesia
pernah menjalani sistem pemerintahan federal di bawah
Republik Indonesia Serikat selama tujuh bulan (27
Desember 1949 - 17 Agustus 1950), namun kembali ke
bentuk pemerintahan republik. Setelah jatuhnya Orde Baru
(1996 - 1997), pemerintah merespon desakan daerah-daerah
terhadap sistem pemerintahan yang bersifat sangat
sentralistis, dengan menawarkan konsep Otonomi Daerah
untuk mewujudkan desentralisasi kekuasaan.

2.4 Menjaga keutuhan NKRI


Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 menandai
lahirnya bangsa Indonesia. Sejak saat itu, Indonesia menjadi
negara yang berdaulat dan berhak untuk mementukan nasib dan
tujuannya sendiri.
Bentuk negara yang dipilih oleh para pendiri bangsa adalah
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Meski dalam perjalanan
sejarah ada upaya untuk menggantikan bentuk negara, tetapi
upaya itu tidak bertahan lama dan selalu digagalkan oleh rakyat.
Misalnya, ada upaya untuk menggantikan bentuk negara
menjadi Indonesia Serikat. Tetapi upaya untuk menggantikan
bentuk negara itu segera berlalu. Indonesia kembali kepada
negara kesatuan. Hingga saat ini negara kesatuan itu tetap
dipertahankan. Sebagai generasi penerus bangsa dan juga sebagai
peserta didik kita merasa terpanggil untuk turut serta dalam
usaha membela negara.

7
Bangsa kita terus bergerak maju dan terus melintasi
sejarah. Berbagai kemajuan dan perkembangan terus dinikmati
oleh rakyat. Tetapi ancaman terhadap kedaulatan dan
keharmonisan bangsa dan negara masih terus terjadi, meskipun
intesitasnya kecil. Ancaman-ancaman itu meskipun dalam
intesitas yang kecil tapi jauh lebih rumit. Ancaman-ancaman itu
dapat dikelompokkan menjadi dua bagaian, yaitu ancaman yang
dating dari luar negeri dan ancaman dari dalam negeri.
Era globalisasi yang ditandai dengan perkembangan
kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, komunikasi, dan
informasi telah mendorong perubahan dalam aspek kehidupan
manusia, baik pada tingkat individu, tingkat kelompok, maupun
tingkat nasional. Menurut Michael Haralambos dan Martin
Holborn, Globalisasi adalah suatu proses dimana batas- batas
negara luluh dan tidak penting lagi dalam kehidupan sosial.
Untuk menghadapi era globalisasi agar dapat dimanfaatkan
semaksimal mungkin dan ditangkap secara tepat, kita
memerlukan perencanaan yang matang diantaranya adalah
sebagai berikut :
1. Kesiapan SDM, terutama kesiapan dengan
pengetahuan yang dimiliki dan kemampuannya.
2. Kesiapan sosial budaya untuk terciptanya suasana yang
kompetitif dalam berbagai sektor kehidupan.
3. Kesiapan keamanan, baik stabilitas politik dalam negeri
maupun luar negeri / regional.
5. Kesiapan perekonomian rakyat.

Di bidang Pertahanan Negara, kemajuan tersebut sangat


mempengaruhi pola dan bentuk ancaman. Ancaman
terhadap kedaulatan negara yang semula bersifat
konvensional berkembang menjadi multidimensional (fisik dan
nonfisik), baik berasal dari luar negeri maupun dari dalam

8
negeri. Oleh karena itu kebijakan strategis penggunaan
kekuatan pertahanan diarahkan untuk menghadapi ancaman atau
gangguan terhadap keamanah nasional. Kekuatan pertahanan
tidak hanya digunakan untuk menghadapi ancaman tetapi juga
untuk membantu pemerintah dalam upaya pembangunan
nasional dan tugas-tugas internasional. Dari hasil perkiraan
ancaman, Indonesia mempunyai kepentingan strategis untuk
mencegah dan mengatasi ancaman keamanan tradisional dan
nontradisional.
Ancaman keamanan tradisional yaitu ancaman yang
berbentuk kekuatan militer negara lain yang membahayakan
kemerdekaan, kedaulatan dan kebutuhan wilayah NKRI. Dalam
menghadapi ancaman terhadap kedaulatan dan kebutuhan
wilayah, kebijakan pertahanan Indonesia tetap mengacu pada
prinsip sebagai bangsa yang cinta damai tetapi lebih cinta
kemerdekaan, yaitu mengutamakan tindakan pencegahan dengan
mengoptimalkan upaya diplomatik dalam kerangka Confidence
Building Measure (CBM) dan Preventive Diplomacy. Penggunaan
kekuatan militer untuk tujuan perang merupakan tindakan
terpaksa yang harus dilakukan sebagai jalan terakhir apabila
cara-cara damai tidak membuahkan hasil.
Ancaman Keamanan Non-Tradisional yaitu ancaman yang
terjadi akibat dinamika politik di sejumlah negara serta
kesenjangan ekonomi dunia yang makin lebar telah
menyebabkan kondisi timpang yang lambat laun berkembang dan
menjalar melampaui batas-batas negara. Ancaman keamanan non
tradisional yang timbul di dalam negeri dengan motivasi
separatisme, akan dihadapi dengan mengedepankan cara-cara
dialogis.
Penyelesaian masalah melalui cara cinta damai, diplomatik
atau cara-cara dialogis harus menggunakan pendekatan budaya.
Pendekatan budaya dalam pembangunan dan pembinaan

9
kekuatan pertahanan adalah sebagai fenomena yang mengelilingi
kita setiap saat, yang secara terus menerus terjadi dan tercipta
oleh adanya interaksi dengan orang lain. Ciri utama dari “Budaya”
adalah sesuatu yang merupakan hasil bersama (shared), atau
kesepakatan kelompok (held in common). Beberapa produk hasil
bersama antara lain adalah : bahasa, tradisi, kebiasaan, norma-
norma kelompok, nilai-nilai pendukung, seperti “kualitas produk”,
filosofi kelompok, aturan main, iklim kerja, kemampuan
terpendam, cara berpikir, pengertian yang sama serta simbol-
simbol yang mempersatukan mereka. Tanggap akan pengaruh
budaya dengan memahami keragaman dan perbedaan budaya
akan mengurangi dampak negatif globalisasi (kegoncangan budaya
dan ketimpangan/ketertinggalan budaya).

2.5 Sikap dan Perilaku Menjaga Kesatuan Negara RI


Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa dan
latar belakang budaya yang berbeda-beda. Perbedaan suku bangsa
ini bias menjadi sumber konflik yang dapat menyebabkan
perpecahan di tubuh NKRI.
Keanekaragaman itu seharusnya dapat menjadi sebuah
kekuatan yang dahsyat untuk menangkal semua gangguan atau
ancaman yang ingin memecah belah persatan bangsa. Berikut
beberapa sikap dan perilaku mempertahankan NKRI :
1. Menjaga wilayah dan kekayaan tanah air Indonesia,
artinya menjaga seluruh kekayaan alam yang terkandung
di dalamnya.
2. Menciptakan ketahanan nasional, artinya setiap warga
negara menjaga keutuhan, kedaulatan Negara dan
mempererat persatuan bangsa.
3. Menghormati perbedaan suku, budaya, agama dan warna
kulit. Perbedaan yang ada akan menjadi indah jika terjadi

10
kerukunan, bahkan menjadi sebuah kebanggaan karena
merupakan salah satu kekayaan bangsa.
4. Mempertahankan kesamaan dan kebersamaan, yaitu
kesamaan memiliki bangsa, bahasa persatuan, dan tanah
air Indonesia, serta memiliki pancasila, Undang-Undang
Dasar 1945, dan Sang saka merah putih. Kebersamaan
dapat diwujudkan dalam bentuk mengamalkan nilai-nilai
pancasila dan UUD 1945.
5. Memiliki semangat persatuan yang berwawasan
nusantara, yaitu semangat mewujudkan persatuan dan
kesatuan di segenap aspek kehidupan sosial, baik alamiah
maupun aspek sosial yang menyangkut kehidupan
bermasyarakat. Wawasan nusantara meliputi kepentingan
yang sama, tujuan yang sama, keadilan, solidaritas, kerja
sama, kesetiakawanan terhadap ikrar bersama. Memiliki
wawasan nusantara berarti memiliki ketentuan-ketentuan
dasar yang harus dipatuhi, ditaati dan dipelihara oleh
semua komponen masyarakat. Ketentuan-ketentuan itu
antara lain pancasila sebagai landasan idiil, dan UUD 1945
sebagai landasan konstitusional. Ketentuan lainnya dapat
berupa peraturan-peraturan yang berlaku di daerah yang
mengatur kehidupan bermasyarakat.
6. Mentaati peraturan agar kehidupan berbangsa dang
bernegara berjalan dengan tertib dan aman. Jika peraturan
saling dilanggar, akan terjadi kekacauan yang dapat
menimbulkan perpecahan.

11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
NKRI adalah negara kesatuan berbentuk republik dengan
sistem desentralisasi berdasarkan otonomi daerah seluas-luasnya
di luar urusan pusat .
Negara ada untuk membantu manusia mewujudkan tujuan dan
cita-citanya. Penyelenggaraan negara harus membawa manfaat
bagi manusia. Tugas manusia adalah bertanggungjawab rasa
kepentingan bersama warganya. Negara harus melindungi hak-
hak warganya dan menetapkan kewajiban-kewajibannya sebagai
warga negara. Ia juga harus menciptakan kehidupan bersama
yang dilandasi oleh semangat cinta kasih, keadilan, dan
perdamaian. Warga negara mempunyai hak dan kewajiban, antara
hak dan kewajiban harus berjalan seimbang. Misalnya, kewajiban
membela negara dari segala ancaman dan gangguan baik dari
dalam maupun luar negeri.

3.2 Saran
Upaya untuk mempertahankan NKRI bisa ditempuh dengan
cara mengetahui kebudayaan di Indonesia. Dengan adanya
pengetahuan budaya Indonesia, kita dapat menyaring budaya-
budaya asing yang masuk ke dalam Negara Indonesia, sehingga
tidak timbul perpecahan antar daerah karena budaya yang ada.
Selain itu, sikap dan perilaku kita juga dapat mencerminkan
bahwa kita sedang mempertahankan keutuhan NKRI ini. Salah
satunya dengan cara mengamalkan nilai-nilai yang terkandung
dalam pancasila, bukan hanya sekedar memahami saja.

12
DAFTAR PUSTAKA

Buku Putih Pertahanan Negara : “Mempertahankan Tanah air


Memasuki Abad 21, Indonesia” Dephan, 2003, Jakarta.
Koentjaraninggrat, Sejarah Teori Antropologi II,
cetakan pertama, UI-Press, Jakarta, 1990. Maas
D.P., Buku Materi Pokok : Antropologi Budaya,
Depdikbud, UT, Jakarta 1985.
Studi Pertahanan Nomor : 1 “Monographe : Pokok-Pokok
Pikiran tentang Hankamneg”,
Badiklat Dephan, Agustus 2005, Jakarta. Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 3 tahun 2002 tentang Pertahanan
Negara, Biro Hukum Setjen Dephan, 2002, Jakarta.

13

Anda mungkin juga menyukai