Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH PANCASILA

“NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA”

Disusun Oleh:

Kelompok 6

Ahmad Muzammil/22201071056

Nuril Ma’rifatul Laily/22201071054

Nadhifatus Sholikha/22201071355

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Fakultas Keguruaan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Islam Malang

2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT. Atas berkat rahmat dan hidayah-Nya, sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik baiknya.

Di dalam makalah ini, kami telah berusaha menguraikan sebaik mungkin semua hal yang berkaitan
dengan upaya mempertahankan NKRI. Besar harapan saya agar pembaca mampu memahami lebih jauh
tentang berbagai hal yang berkaitan dengan hal tersebut.

Akan tetapi, kami menyadari bahwa di dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan yang
tentunya mengakibatkan makalah ini masih dikatakan jauh dari sempurna. Maka dari itu, kami harapkan
pembaca dapat memaklumi serta memberi kritik dan saran yang membangun demi terwujudnya
makalah yang lebih baik dimasa yang akan datang.
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ……………………………………………………………..

Daftar Isi ……………………………………………………………..

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ….……………………………………………………………..


B. Tujuan Masalah …………..……………………………………………………
C. Rumusan Masalah …………………………………………………………….

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian NKRI ………………………………………………………………..
B. Sejarah NKRI ……………………………………………………………………..
C. Pemerintah Dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia ……
D. Menjaga Keutuhan NKRI …………………………………………………….
E. Sikap Dan Perilaku ……………………………………………………………..
F. Peran Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Membangun Bangsa Untuk NKRI

BAB III PENUTUPAN


A. Kesimpulan ………………………………………………………………………..
B. Saran …………………………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………….


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Negara Kesatuan Republik Indonesia (disingkat NKRI), juga dikenal dengan nama Nusantara yang
artinya negara kepulauan. Wilayah NKRI meliputi wilayah kepulauan yang terbentang dari Sabang
sampai Merauke.

Letak wilayah NKRI berada di antara:

 Dua benua, yaitu benua Asia dan benua Australia; serta


 Dua samudra. yaitu samudra Hindia dan samudra Pasifik.

Indonesia terletak di benua Asia tepatnya di Asia Tenggara. Wilayah Indonesia berada di:

 6° lintang utara (LU) – 11° lintang selatan (LS), dan


 95° bujur timur (BT) – 141° bujur timur (BT)

Karna letak wilayah Indonesia di sekitar katulistiwa, maka Indonesia memiIlki iklim
tropis dan memiliki dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Pulau-pulau yang
termasuk dalam wilayah NKRI berjumlah 17.504 terdiri dari pulau besar dan kecil.
Beberapa di antaranya, yaitu 6000 pulau tidak berpenghuni. Wilayah Indonesia terbentang
sepanjang 3.977 m² di antara Samudra Hindia dan Samudra Pasifik. Luas daratan Indonesia
1.922.570 km² dan luas perairannya 3.257.483 km². Pulau dengan jumlah penduduk
terpadat adalah pulau Jawa. Setengah dari jumlah penduduk Indonesia menempati pulau
Jawa. Pulau-pulau besar, yaitu:
 Jawa dengan luas 132.107 km²,
 Sumatera dengan luas 473.606 km²,
 Kalimantan dengan luas 539.460 km²,
 Sulawesi dengan luas 189.216 km2, dan
 Papua dengan luas 421.981 km².

Pulau-pulau kecil, antara lain Pulau Nias, Pulau Siberut, Pulau Bangka, Pulau Belitung,
Pulau Madura, Pulau Bali, Pulau Lombok, Pulau Flores, Pulau Ambon, dan Pulau Halmahera.
Perkembangan jumlah provinsi Indonesia dan tahun ke tahun terus bertambah. Pada awal
kemerdekaan, Indonesia terdiri dari 8 provinsi hingga sekarang telah terbentuk 33
provinsi. Perkembangan jumlah provinsi Indonesia dari tahun ke tahun 2 terus bertambah.
Pada awal kemerdekaan, Indonesia terdiri dari 8 provinsi hingga sekarang telah terbentuk
33 provinsi. Tujuan perkembangan jumlah provinsi dan kabupaten adalah untuk
memudahkan pelayanan kepada masyarakat.

B. Rumusan Masalah

a) Apa pengertian NKRI ?


b) Bagaimana sejarah NKRI
c) Bagaimana pemerintahan daerah dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI)?
d) Bagaimana manjaga keutuhan NKRI ?
e) Bagaimana sikap dan prilaku kepada NKRI?
f) Apakah peran pendididkan dalan membangun bangsa?

C. Tujuan Masalah

a) Untuk mengetahui pengertian NKRI


b) Untuk mengetahui sejarah NKRI
c) Untuk mengetahui pemerintahan daerah dalam negara kesatuan republik indinesia
(NKRI)
d) Untuk mengetahui bagaimana menjaga keutuhan NKRI
e) Untuk mengetahui sikapdan prilaku kepada NKRI
f) Untuk mengetahui peran pendidikan dalam bangsa
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian NKRI
Negara NKRI adalah bentuk Negara yang terdiri dari banyak wilayah atau kepulauan
yang tesebar dengan keanekaragaman adat, suku, budaya, dan keyakinan yang memiliki
tujuan dasar menjadi bangsa yang merdeka, berdaulat, adil, dan makmur dengan
pemerintahan yang melindungi segenap bangsa Indonesia. Keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) adalah keinginan untuk membela dan mempertahankan
Indonesia dan mempertahankan kan menjaga kedaulatan NKRI berdasarkan pancasila dan
UUD 1945.

Secara umum fungsi dan tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia ialah:

 Fungsi NKRI
- Menegakkan keadilan melalui lembaga-lembaga peradilan yang sesuai dengan
undang-undang
- Mengusahakan kemakmuran, kesejahteraan, dan keadilan bagi rakyatnya
- Melaksanakan penertiban untuk mencapai tujuan bersama dan mencegah hal-hal
buruk dalam masyarakat. Dalam kasusini Negara berperan sebagai stabilisator,
yakni pihak yang menstabilkan keadaan masyarakat
- Mempertahankan tegaknya Negara serta mengantisipasi adanya serangan yang
dapat mengancam kelangsungan hidup Negara.

 Tujuan NKRI
- Untuk mencapai kesejahteraan umum
- Untuk melaksanakan ketertiban umum
- Untuk memperluas kekuasaan

Pendidikan kewarganegaraan merupakan bagian integral dari sistem pendidikan


nasional. Oleh karena itu proses pendidikan kewarganegaraan perlu dibenahi dalam
kurikulum dan pembelajaran pada semua jalur dan jenjang pendidikan. Fungsi dan
perannya dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan nasional, pendidikan
kewarganegaraan dirancang, dikembangkan, dilaksanakan dan dievaluasi dalam rangka
perwujudan tujuan pendidikan nasional. Pendidikan kewarganegaraan merupakan salah
satu mata pelajaran yang menjadi andalan dalam pengembangan karakter siswa.
Membangun karakter bangsa melalui pendidikan kewarganegaraan merupakan suatu
keharusan karena pendidikan menjadikan peserta didik cerdas dan berakhlak mulia
sehingga keberadaannya di masyarakat menjadi bermakna. Oleh karena itu, melalui
Pendidikan Kewarganegaraan, peserta didik dapat membangun kebiasaan-kebiasaan yang
baik, moral dan etika sehingga dapat dipahami, dihayati dan mampu secara konsisten
diamalkan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Namun pada kenyataannya
mata pelajaran PKN belum cukup berhasil menjalankan peran tersebut dengan baik karena
pembelajaran PKN hanya berorientasi pada prestasi kognitif. Sebaliknya, pencapaian
afektif atau sikap cenderung diabaikan. Oleh karena itu, perlu dilakukan modifikasi
pembelajaran PKN dengan mengintegrasikan konsep pendidikan karakter dalam kegiatan
pembelajaran agar lebih berperan dalam mengembangkan karakter siswa.

Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan negara kesatuan berbentuk republik
dengan sistem desentralisasi (pasal 18 UUD 1945), di mana pemerintah daerah menjalankan
otonomi seluas-luasnya di luar bidang pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan
sebagai urusan pemerintah pusat Pasal 18 UUD 45 menyebutkan :

1) Negara Kesatuan Republik Indonesia bagi atas daerah provinsi dan daerah provinsi itu
dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten dan kota itu
mempunyai pemerintahan daerah yang diatur dengan undang-undang
2) Pemerintahan Daerah Provinsi, daerah kabupaten dan kota mengatur dengan
mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.
3) Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten dan kota memiliki DPRD yang
anggotanya dipilih melalui pemilihan umum.
4) Gubernur, Bupati dan Walikota masing-masing sebagai kepala pemerintahan daerah
provinsi, kabupaten dan kota dipilih secara demokrasi.
5) Pemerintah daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya kecuali urusan pemerintahan
yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan pemerintah pusat.
6) Pemerintahan daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan-peraturan
lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan.
7) Susunan dan tata cara penyelenggaran pemerintahan daerah diatur dalam undang-
undang.

B. Sejarah NKRI
Negara Kesatuan Republik Indonesia atau sering dikenal dengan NKRI adalah sebuah
negara kepulauan besar yang diapit oleh dua benua dan dua samudera. Di tanggal 29 April
1945, dibentuklah BPUPKI atau Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia yang digagas oleh Pemerintah Jepang, sebelum akhirnya pada tanggal 6 Agustus
1945, Hiroshima diledakkan oleh bom atom. Menjelang Proklamasi Kemerdekaan Republik
Indonesia,demi memanfaatkan momen tersebut, pada tanggal 16 Agustus 1945, terjadi
peristiwa Rengasdengklok, dimana para pemuda membawa Bung Karno dan Bung Hatta
untuk menjauhkan keduanya dari pengaruh Jepang dan tetap memproklamirkan
kemerdekaannya.
Kemudian terjadilah peristiwa proklamasi pada tanggal 17 Agustus 1945 di kediaman Ir.
Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur, No. 56. Menindaklanjuti peristiwa proklamasi tersebut,
pada tanggal 18 Agustus 1945 disahkannya UUD 1945 yang menandai terbentuknya NKRI
dibawah pimpinan Presiden Ir. Soekarno dan Wakil Presiden Moh. Hatta.

Berdasarkan perjalanan sejarah Bangsa Indonesia, pada saat digulirkannya tanam


paksa (Cultuure Stelsel) tahun 1615 oleh pihak Belanda telah menyebabkan hancurnya
struktur tanah yang dimiliki pribumi, dimana tanah sebagai modal dasar pribumi dalam
menjalankan segala aktivitasnya. Dengan adanya tanam paksa yang diterapkan telah
mengubah jenis tanaman pribumi dengan jenis tanaman yang didatangkan dari Eropa yang
nota bene tidak di kuasai oleh pribumi, hal ini menyebabkan pribumi tidak lagi mampu
mengelola tanah yang dimilikinya dan tidak mengerti jenis tanaman yang berasal dari
Eropa, sehingga pribumi pada saat itu terbodohkan, termiskinkan, terbelakang dan 4
tertindas. Hal inilah kemudian yang di manfaatkan oleh pihak Belanda untuk membangun
pemerintahan yang dinamakan Hindia-Belanda guna mengatur kehidupan pribumi yang
semakin tertindas, yang pada akhirnya terjadilah sistem kerja rodi untuk mengeksplorasi
hasil bumi yang ada di Indonesia.
Pada awal tahun 1900 pemerintah Hindia-Belanda menerapkan kebijakan politik ethis
sebagai bentuk balas budi kepada pribumi dengan mengadakan suatu sistem pendidikan di
wilayah Indonesia. Akan tetapi karena biaya yang dibebankan untuk mendapatkan
pendidikan ini terlalu mahal, maknanya tidak semua pribumi mampu menikmati
pendidikan yang diterapkan di Indonesia. Dari sinilah terbangun strata sosial di dalam
kehidupan masyarakat Indonesia. Adapun bentuk strata sosial tersebut telah
memposisikan pribumi sebagai kaum mayoritas berada pada kelas terbawah, kelas di
atasnya adalah ningrat-ningratnya pribumi dan para pendatang dari Asia Timur (Cina,
India, Arab, dsb), kemudian kelas teratas adalah orang-orang Eropa dan kulit putih lainnya.
Hal ini menjadikan pribumi sebagai kaum mayoritas semakin terbodohkan, termiskinkan,
terbelakang dan tertindas. Sehingga pada tahun 1908, Dr. Soetomoe membangun
pendidikan bagi kaum pribumi secara informal dan gratis dengan nama Budi Utomo
sebagai bentuk kepedulian terhadap pribumi yang semakin tertindas. Pada akhirnya
pendidikan pribumi tersebut diteruskan oleh Ki Hajar Dewantara dengan mendirikan
Taman Siswa pada tahun 1920 secara formal, pendidikan pribumi yang di jalankan oleh Dr.
Soetomoe dan Ki Hajar Dewantara telah membangkitkan jiwa-jiwa kebangsaan dan
persatuan untuk melakukan perlawanan kepada Belanda, yang pada akhirnya
mengakumulasi lahirnya Bangsa Indonesia pada tanggal 28 Oktober 1928 melalui momen
Sumpah Pemuda pada kongres Pemuda II di Jakarta yang berasal dari Jong-jong atau
pemuda-pemuda dari berbagai kepulauan di Indonesia yang memiliki komitmen untuk
mengangkat harkat dan martabat hidup Orang-orang Indonesia (pribumi).
Bangsa Indonesia yang terlahir pada tanggal 28 Oktober 1928 kemudian bahu
membahu mengadakan perlawanan kepada pihak Belanda untuk merebut kemerdekaan
Indonesia dan barulah 17 tahun kurang 2 bulan kurang 11 hari atau tepatnya pada tanggal
17 Agustus 1945 atas berkat rahmat Allah SWT Bangsa Indonesia dapat mencapai
kemerdekaannya dalam bentuk Teks Proklamasi yang dibacakan oleh Dwi-Tunggal
Soekarno-Hatta. Keesokan harinya, tepatnya pada tanggal 18 Agustus 1945 Bangsa
Indonesia membentuk suatu Negara Republik Indonesia dengan disahkannya konstitusi 5
Undang-Undang Dasar 1945 sebagai aturan dasar di dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.
Pada 18 Agustus 1945 Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) melantik
Soekarno menjadi presiden dan Mohammad Hatta sebagai Wakil Presiden dengan
menggunakan konstitusi yang dirancang beberapa hari sebelumnya. Kemudian dibentuk
Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) sebagai parlemen sementara hingga pemilu dapat
dilaksanakan. Kelompok ini mendeklarasi pemerintahan baru pada 31 Agustus dan
menghendaki Republik Indonesia yang terdiri dari 8 provinsi: Sumatra, Kalimantan (tidak
termasuk wilayah Sabah, Sarawak, dan Brunei), Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,
Sulawesi, Maluku (termasuk Papua), dan Nusa Tenggara.
Dari 1945 hingga 1949, persatuan kelautan Australia yang bersimpati dengan usaha
kemerdekaan, melarang segala pelayaran Belanda sepanjang konflik ini agar Belanda tidak
mempunyai dukungan logistik maupun suplai yang diperlukan untuk membentuk kembali
kekuasaan kolonial.
Usaha Belanda untuk kembali berkuasa dihadapi perlawanan yang kuat. Setelah
kembali ke Jawa, pasukan Belanda segera merebut kembali ibu kota kolonial Batavia,
akibatnya para nasionalis menjadikan Yogyakarta sebagai ibu kota mereka. Pada 27
Desember 1949 setelah 4 tahun peperangan dan negosiasi, Ratu Juliana dari Belanda
memindahkan kedaulatan kepada pemerintah Federal Indonesia. Pada 1950, Indonesia
menjadi anggota ke-60 PBB.

Sejarah Pasca Kemerdekaan

Demokrasi Parlementer
Tidak lama setelah itu, Indonesia mengadopsi undang-undang baru yang terdiri dari
sistem parlemen di mana dewan eksekutifnya dipilih oleh dan bertanggung jawab kepada
parlemen atau MPR. MPR terbagi kepada partai-partai politik sebelum dan sesudah pemilu
pertama pada tahun 1955, sehingga koalisi pemerintah yang stabil susah dicapai.
Peran Islam di Indonesia menjadi hal yang rumit. Soekarno lebih memilih negara
sekuler yang berdasarkan Pancasila sementara beberapa kelompok Muslim lebih
menginginkan negara Islam atau undang-undang yang berisi sebuah bagian yang
menyaratkan umat Islam takluk kepada hukum Islam.Demokrasi Parlementer, adalah suatu
demokrasi yang menempatkan kedudukan badan legislatif lebih tinggi daripada badan
eksekutif. Kepala pemerintahan dipimpin oleh seorang Perdana Menteri. Perdana menteri
dan menteri-menteri dalam kabinet diangkat dan diberhentikan oleh parlemen. Dalam
demokrasi parlementer Presiden menjabat sebagai kepala negara.
Demokrasi Terpimpin
Pemberontakan yang gagal di Sumatra, Sulawesi, Jawa Barat dan pulau-pulau lainnya
yang dimulai sejak 1958, ditambah kegagalan MPR untuk mengembangkan konstitusi baru,
melemahkan sistem parlemen Indonesia. Akibatnya pada 1959 ketika Presiden Soekarno
secara unilateral membangkitkan kembali konstitusi 1945 yang bersifat sementara, yang
memberikan kekuatan presidensil yang besar, dia tidak menemui banyak hambatan.
Dari 1959 hingga 1965, Presiden Soekarno berkuasa dalam rezim yang otoriter di
bawah label "Demokrasi Terpimpin". Dia juga menggeser kebijakan luar negeri Indonesia
menuju non-blok, kebijakan yang didukung para pemimpin penting negara-negara bekas
jajahan yang menolak aliansi resmi dengan Blok Barat maupun Blok Uni Soviet. Para
pemimpin tersebut berkumpul di Bandung, Jawa Barat pada tahun 1955 dalam KTT Asia-
Afrika untuk mendirikan fondasi yang kelak menjadi Gerakan Non-Blok.

Nasib Irian Barat


Pada saat perjuangan kemerdekaan, pemerintah Belanda mempertahankan kekuasaan
terhadap belahan barat pulau Nugini (Papua) . Pada perundingan Meja Bundar di Den Haag
pada 1949, dicapai kesepakatan bahwa status Koloni belanda di belahan barat nugini
(Papua) akan dibicarakan setahun setelah pemindahan kedaulatan dari Kolonial Belanda
ke Republik Indonesia Serikat telah dilakukan (2 November 1949). Namun setelah
perundingan Meja Bundar mencapai kesepakatan, Kolonial Belanda di Nugini mengizinkan
langkah-langkah menuju pemerintahan-sendiri dan pendeklarasian kemerdekaan
penduduk Nugini Belanda pada 1 Desember 1961.

Konfrontasi Indonesia—Malaysia
Soekarno menentang pembentukan Federasi Malaysia dan menyebut bahwa hal
tersebut adalah sebuah "rencana neo-kolonial" untuk mempermudah rencana komersial
Inggris di wilayah tersebut. Selain itu dengan pembentukan Federasi Malaysia, hal ini
dianggap akan memperluas pengaruh imperialisme negara-negara Barat di kawasan Asia
dan memberikan celah kepada negara Inggris dan Australia untuk memengaruhi
perpolitikan regional Asia. Menanggapi keputusan PBB untuk mengakui kedaulatan
Malaysia dan menjadikan Malaysia anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB, presiden
Soekarno mengumumkan pengunduran diri negara Indonesia dari keanggotaan PBB pada
tanggal 20 Januari 1965 dan mendirikan Konferensi Kekuatan Baru (CONEFO) sebagai
tandingan PBB dan GANEFO sebagai tandingan Olimpiade. Pada tahun itu juga konfrontasi
ini kemudian mengakibatkan pertempuran antara pasukan Indonesia dan Malaysia (yang
dibantu oleh Inggris).
Gerakan 30 September
Hingga 1965, PKI telah menguasai banyak dari organisasi massa yang dibentuk
Soekarno untuk memperkuat dukungan untuk rezimnya dan, dengan persetujuan dari
Soekarno, memulai kampanye untuk membentuk "Angkatan Kelima" dengan
mempersenjatai pendukungnya. Para petinggi militer menentang hal ini.
Pada 30 September 1965, enam jenderal senior dan beberapa orang lainnya dibunuh
dalam upaya kudeta yang disalahkan kepada para pengawal istana yang loyal kepada PKI.
Panglima Komando Strategi Angkatan Darat saat itu, Mayjen Soeharto, menumpas kudeta
tersebut dan berbalik melawan PKI. Soeharto lalu menggunakan situasi ini untuk
mengambil alih kekuasaan. Lebih dari puluhan ribu orang-orang yang dituduh komunis
kemudian dibunuh. Jumlah korban jiwa pada 1966 mencapai setidaknya 500.000; yang
paling parah terjadi di Jawa dan Bali.

Era Orde Baru


Setelah Soeharto menjadi Presiden, salah satu pertama yang dilakukannya adalah
mendaftarkan Indonesia menjadi anggota PBB lagi. Indonesia pada tanggal 19 September
1966 mengumumkan bahwa Indonesia "bermaksud untuk melanjutkan kerjasama dengan
PBB dan melanjutkan partisipasi dalam kegiatan-kegiatan PBB", dan menjadi anggota PBB
kembali pada tanggal 28 September 1966, tepat 16 tahun setelah Indonesia diterima
pertama kalinya.
Pada 1968, MPR secara resmi melantik Soeharto untuk masa jabatan 5 tahun sebagai
presiden, dan dia kemudian dilantik kembali secara berturut-turut pada tahun 1973, 1978,
1983, 1988, 1993, dan 1998.
Presiden Soeharto memulai "Orde Baru" dalam dunia politik Indonesia dan secara
dramatis mengubah kebijakan luar negeri dan dalam negeri dari jalan yang ditempuh
Soekarno pada akhir masa jabatannya. Orde Baru memilih perbaikan dan perkembangan
ekonomi (Pelita) sebagai tujuan utamanya dan menempuh kebijakannya melalui struktur
administratif yang didominasi militer namun dengan nasihat dari ahli ekonomi didikan
Barat. Selama masa pemerintahannya, kebijakan-kebijakan ini, dan pengeksploitasian
sumber daya alam secara besar-besaran menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang besar
namun tidak merata di Indonesia. Contohnya, jumlah orang yang kelaparan dikurangi
dengan besar pada tahun 1970-an dan 1980-an.

Irian Jaya
Setelah menolak supervisi dari PBB, pemerintah Indonesia melaksanakan "Act of
Free Choice" (Aksi Pilihan Bebas) di Irian Jaya pada 1969 di mana 1.025 wakil kepala-
kepala daerah Irian dipilih dan kemudian diberikan latihan dalam bahasa Indonesia.
Mereka secara konsensus akhirnya memilih bergabung dengan Indonesia. Sebuah resolusi
Sidang. Umum PBB kemudian memastikan perpindahan kekuasaan kepada Indonesia.
Penolakan terhadap pemerintahan Indonesia menimbulkan aktivitas-aktivitas gerilya
berskala kecil pada tahun-tahun berikutnya setelah perpindahan kekuasaan tersebut.
Dalam atmosfer yang lebih terbuka setelah 1998, pernyataan-pernyataan yang lebih
eksplisit yang menginginkan kemerdekaan dari Indonesia telah muncul.

C. Pemerintahan Dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia


1. Bentuk Republik Indonesia
Republik Indonesia adalah negara di Asia Tenggara, yang dilintasi garis
khatulistiwa dan berada di antara benua Asiadan Australia serta antara Samudra
Pasifik dan Samudra Hindia. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia
yang terdiri dari 13.487 pulau, oleh karena itu ia disebut juga sebagai Nusantara,
Dengan populasi sebesar 222 juta jiwa pada tahun 2006 dan Indonesia adalah
negara berpenduduk terbesar keempat di dunia dan negara yang berpenduduk
Muslim terbesar di dunia.
Dari Sabang sampai Merauke, Indonesia terdiri dari berbagai suku, bahasa dan
agama yang berbeda. Suku Jawa adalah grup etnis terbesar dan secara politis paling
dominan. Semboyan nasional Indonesia, "Bhinneka tunggal ika, berarti
keberagaman yang membentuk negara. Selain memiliki populasi padat dan wilayah
yang luas, Indonesia memiliki wilayah alam yang mendukung
tingkatkeanekaragaman hayati terbesar kedua di dunia.
2. Bentuk pemerintahan Indonesia
Bentuk pemerintahan Indonesia adalah republik, dengan Dewan Perwakilan
Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Presiden yang dipilih langsung. Ibukota
negara ialah Jakarta. Indonesia berbatasan dengan Malaysia di Pulau Kalimantan,
dengan Papua Nugini di Pulau Papua dan dengan Timor Leste di Pulau Timor.
Negara tetangga lainnya adalah Singapura, Filipina, Australia, dan wilayah
persatuan Kepulauan Andaman dan Nikobar di India.
3. Sistem Politik Indonesia
Indonesia adalah negara kesatuan berbentuk republik, di mana kedaulatan
berada di tangan rakyat dan dijalankan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan
Rakyat (MPR). Indonesia menganut sistem pemerintahan presidensil, di mana
Presiden berkedudukan sebagai kepala negara sekaligus kepala pemerintahan. Para
Bapak Bangsa yang meletakkan dasar pembentukan negara Indonesia, setelah
tercapainya kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945. Mereka sepakat
menyatukan 6 rakyat yang berasal dari beragam suku bangsa, agama, dan budaya
yang tersebar di ribuan pulau besar dan kecil, di bawah payung Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI). Indonesia pernah menjalani sistem pemerintahan
federal di bawah Republik Indonesia Serikat selama tujuh bulan (27 Desember
1949 - 17 Agustus 1950), namun kembali ke bentuk pemerintahan republik. Setelah
jatuhnya Orde Baru (1996 - 1997), pemerintah merespon desakan daerah-daerah
terhadap sistem pemerintahan yang bersifat sangat sentralistis, dengan
menawarkan konsep Otonomi Daerah untuk mewujudkan desentralisasi
kekuasaan.

D. Menjaga keutuhan NKRI


Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 menandai lahirnya bangsa Indonesia.
Sejak saat itu, Indonesia menjadi negara yang berdaulat dan berhak untuk
mementukan nasib dan tujuannya sendiri. Bentuk negara yang dipilih oleh para
pendiri bangsa adalah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Meski dalam perjalanan
sejarah ada upaya untuk menggantikan bentuk negara, tetapi upaya itu tidak
bertahan lama dan selalu digagalkan oleh rakyat. Misalnya, ada upaya untuk
menggantikan bentuk negara menjadi Indonesia Serikat. Tetapi upaya untuk
menggantikan bentuk negara itu segera berlalu. Indonesia kembali kepada negara
kesatuan. Hingga saat ini negara kesatuan itu tetap dipertahankan. Sebagai generasi
penerus bangsa dan juga sebagai peserta didik kita merasa terpanggil untuk turut
serta dalam usaha membela negara. Bangsa kita terus bergerak maju dan terus
melintasi sejarah. Berbagai kemajuan dan perkembangan terus dinikmati oleh
rakyat. Tetapi ancaman terhadap kedaulatan dan keharmonisan bangsa dan negara
masih terus terjadi, meskipun intesitasnya kecil. Ancaman-ancaman itu meskipun
dalam intesitas yang kecil tapi jauh lebih rumit. Ancaman-ancaman itu dapat
dikelompokkan menjadi dua bagaian, yaitu ancaman yang dating dari luar negeri
dan ancaman dari dalam negeri.
Era globalisasi yang ditandai dengan perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan,
teknologi, komunikasi, dan informasi telah mendorong perubahan dalam aspek
kehidupan manusia, baik pada tingkat individu, tingkat kelompok, maupun tingkat
nasional. Menurut Michael Haralambos dan Martin Holborn, Globalisasi adalah
suatu proses dimana batasbatas negara luluh dan tidak penting lagi dalam
kehidupan sosial. Untuk menghadapi era globalisasi agar dapat dimanfaatkan
semaksimal mungkin dan ditangkap secara tepat, kita memerlukan perencanaan
yang matang diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Kesiapan SDM, terutama kesiapan dengan pengetahuan yang dimiliki dan
kemampuannya.
2. Kesiapan sosial budaya untuk terciptanya suasana yang kompetitif dalam
berbagai sektor kehidupan.
3. Kesiapan keamanan, baik stabilitas politik dalam negeri maupun luar negeri /
regional.
4. Kesiapan perekonomian rakyat.

Di bidang Pertahanan Negara, kemajuan tersebut sangat mempengaruhi pola


dan bentuk ancaman. Ancaman terhadap kedaulatan negara yang semula bersifat
konvensional berkembang menjadi multidimensional (fisik dan nonfisik), baik
berasal dari luar negeri maupun dari dalam negeri. Oleh karena itu kebijakan
strategis penggunaan kekuatan pertahanan diarahkan untuk menghadapi
ancaman atau gangguan terhadap keamanah nasional. Kekuatan pertahanan
tidak hanya digunakan untuk menghadapi ancaman tetapi juga untuk membantu
pemerintah dalam upaya pembangunan nasional dan tugas-tugas internasional.
Dari hasil perkiraan ancaman, Indonesia mempunyai kepentingan strategis untuk
mencegah dan mengatasi ancaman keamanan tradisional dan nontradisional.

Ancaman keamanan tradisional yaitu ancaman yang berbentuk kekuatan militer


negara lain yang membahayakan kemerdekaan, kedaulatan dan kebutuhan wilayah
NKRI. Dalam menghadapi ancaman terhadap kedaulatan dan kebutuhan wilayah,
kebijakan pertahanan Indonesia tetap mengacu pada prinsip sebagai bangsa yang
cinta damai tetapi lebih cinta kemerdekaan, yaitu mengutamakan tindakan
pencegahan dengan mengoptimalkan upaya diplomatik dalam kerangka Confidence
Building Measure (CBM) dan Preventive Diplomacy. Penggunaan kekuatan militer
untuk tujuan perang merupakan tindakan terpaksa yang harus dilakukan sebagai
jalan terakhir apabila cara-cara damai tidak membuahkan hasil.

Ancaman Keamanan Non-Tradisional yaitu ancaman yang terjadi akibat dinamika


politik di sejumlah negara serta kesenjangan ekonomi dunia yang makin lebar telah
menyebabkan kondisi timpang yang lambat laun berkembang dan menjalar
melampaui batas-batas negara. Ancaman keamanan non tradisional yang timbul di
dalam negeri dengan motivasi separatisme, akan dihadapi dengan mengedepankan
cara-cara dialogis. Penyelesaian masalah melalui cara cinta damai, diplomatik atau
cara-cara dialogis harus menggunakan pendekatan budaya. Pendekatan budaya
dalam pembangunan dan 8 pembinaan kekuatan pertahanan adalah sebagai
fenomena yang mengelilingi kita setiap saat, yang secara terus menerus terjadi dan
tercipta oleh adanya interaksi dengan orang lain.

Ciri utama dari “Budaya” adalah sesuatu yang merupakan hasil bersama (shared),
atau kesepakatan kelompok (held in common). Beberapa produk hasil bersama
antara lain adalah : bahasa, tradisi, kebiasaan, norma-norma kelompok, nilai-nilai
pendukung, seperti “kualitas produk”, filosofi kelompok, aturan main, iklim kerja,
kemampuan terpendam, cara berpikir, pengertian yang sama serta simbol-simbol
yang mempersatukan mereka. Tanggap akan pengaruh budaya dengan memahami
keragaman dan perbedaan budaya akan mengurangi dampak negatif globalisasi
(kegoncangan budaya dan ketimpangan/ketertinggalan budaya).

Adapun 5 upaya menjaga keutuhan NKRI baik secara internal dan eksternal:

a) Saling menghargai dan menghormati


b) Menumbuhkan rasa cinta dan bangga terhadap budaya sendiri
c) Menyebarkan pemikiran positif
d) Mrnghindari pemberitaan palsu (hoax)
e) Mencintai produk dalam negeri dari pada luar negeri

Keutuhan NKRI juga ditunjukkan melalui hal-hal berikut:

a) Indonesia yang utuh dan tidak mudah terpecah belah


b) Hubungan antara rakyatnya dan pemerintah baik
c) Tidak ada pergolakan, peperangan, pemberontakan ataupun perpecahan
diantara rakyat
d) Situasi Negara yang aman, nyaman, dan damai

Jika Indonesia bisa mencapai keempat butir di atas maka Indonesia adalah
Negara yang utuh. Sejak proklamasi kemerdekaan, keberadaan Negara Kesatuan
Republik Indonesia mengalami pasang surut.

Gangguan demi gangguan yang berusaha membubarkan Republik Indonesia


sudah banyak terjadi, baik yang berasal dari luar maupun dalam negeri. Misalnya,
pemberontakan PKI di Madiun, pemberontakan Kahar Muzakar, pemberontakan
Republik Maluku Selatan, pemberontakan G 30 S/PKI, Gerakan Aceh Merdeka,
dan Organisasi Papua Merdeka. Namun itu semua berhasil digagalkan oleh tekad
segenap bangsa Indonesia untuk tetap mempertahankan keutuhan dan kesatuan
Indonesia.

Kita sebagai pemuda bangsa harus waspada terhadap ancaman dan gangguan
yang ingin memecah belah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kita harus
mampu membangun rasa kebersamaan dan menjadikan perbedaan sebagai
sumber kekuatan bersama.

Untuk menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dibutuhkan


sikap-sikap:

a) Cinta tanah air


Kita harus mempunyai rasa cinta terhadap tanah air. Cinta tanah air dapat
diwujudkan dalam berbagai hal, antara lain:
1) Menjaga keamanan wilayah yang datang dari dalam maupun luar
negeri
2) Menjaga kelestarian lingkungan dan mencegah pencemaran
lingkungan
3) Mengolah kekayaan alam dan menjaga ekosistem
4) Rajin belajar guna mengetahui ilmu pengetahuan dari berbagai
disiplin untuk diabadikan kepada Negara.
b) Membina persatuan dan kesatuan
Pembinaan persatuan dan kesatuan mampu kita lakukan dimana saja, baik
dilingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, dan Negara. Tidakan yang
memunjukkan sikap membina persatuan dan kesatuan, antara lain:
1) Menyelenggarakan kerja sama antar daerah
2) Menjalin pergaulan antarsuku bangsa
3) Mempelajari berbagai kesenian dari daerah lain
4) Menerima teman tanpa mempertimbangkan perbedaan suku, agama,
maupun bahasa dan kebudayaan.
c) Rela berkorban
Sikap rela berkorban adalah sikap yang mencerminkan adanya kesediaan
dan keikhlasan memberikan sesuatu yang dimiliki untuk orang lain,
walaupun akan menimbulkan penderitaan bagi diri sendiri. Dalam
pengertian yang lebih sederhana, rela berkorban adalahsikap dan perilaku
yang tindakannya dilakukan dengan ikhlas serta mendahulukan kepentingan
orang lain dari pada kepentingan pribadi. Sikap rela berkorban ditunjjukan
dengan cara membiasakan merelakan sebagian kepentingan kita untuk
kepentingan orang lain atau kepentingan bersama.pelaksanaan sikap rela
berkorban antara lain:
1) Di rumah
- Memunda bermain untuk membantu ibu
- Memunda acara berkemah untuk menunggu keluarga yang sedang
sakit
2) Di sekolah
- Memberi iuran apabila ada teman yang terkena musibah
- Mau berangkat lebih pagi untuk melakukan piket kelas
3) Di masyarakat
- Memunda pergi piknik ketika ada kerja bakti di kampong
- Membatalkan pergi nonton ketika tetangga sakit parah
E. Sikap dan Perilaku Menjaga Kesatuan Negara RI

Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa dan latar belakang budaya yang
berbeda-beda. Perbedaan suku bangsa ini bias menjadi sumber konflik yang dapat
menyebabkan perpecahan di tubuh NKRI. Keanekaragaman itu seharusnya dapat menjadi
sebuah kekuatan yang dahsyat untuk menangkal semua gangguan atau ancaman yang ingin
memecah belah persatan bangsa. Berikut beberapa sikap dan perilaku mempertahankan
NKRI :

 Menjaga wilayah dan kekayaan tanah air Indonesia, artinya menjaga seluruh
kekayaan alam yang terkandung di dalamnya.
 Menciptakan ketahanan nasional, artinya setiap warga negara menjaga keutuhan,
kedaulatan Negara dan mempererat persatuan bangsa.
 Menghormati perbedaan suku, budaya, agama dan warna kulit. Perbedaan yang ada
akan menjadi indah jika terjadi kerukunan, bahkan menjadi sebuah kebanggaan
karena merupakan salah satu kekayaan bangsa.
 Mempertahankan kesamaan dan kebersamaan, yaitu kesamaan memiliki bangsa,
bahasa persatuan, dan tanah air Indonesia, serta memiliki pancasila, Undang-
Undang Dasar 1945, dan Sang saka merah putih. Kebersamaan dapat diwujudkan
dalam bentuk mengamalkan nilai-nilai pancasila dan UUD 1945.
 Memiliki semangat persatuan yang berwawasan nusantara, yaitu semangat
mewujudkan persatuan dan kesatuan di segenap aspek kehidupan sosial, baik
alamiah maupun aspek sosial yang menyangkut kehidupan bermasyarakat.
Wawasan nusantara meliputi kepentingan yang sama, tujuan yang sama, keadilan,
solidaritas, 9 kerja sama, kesetiakawanan terhadap ikrar bersama. Memiliki
wawasan nusantara berarti memiliki ketentuan-ketentuan dasar yang harus
dipatuhi, ditaati dan dipelihara oleh semua komponen masyarakat. Ketentuan-
ketentuan itu antara lain pancasila sebagai landasan idiil, dan UUD 1945 sebagai
landasan konstitusional. Ketentuan lainnya dapat berupa peraturan-peraturan yang
berlaku di daerah yang mengatur kehidupan bermasyarakat.
 Mentaati peraturan agar kehidupan berbangsa dang bernegara berjalan dengan
tertib dan aman. Jika peraturan saling dilanggar, akan terjadi kekacauan yang dapat
menimbulkan perpecahan.

Upaya mahasiswa dalam komitmen cinta NKRI untuk bela Negara. Dalam
mewujudkan tujuan nasional bangsa Indonesia, salah satu cara adalah memberikan
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan upaya yang dilakukan oleh Pemerintah
dalam rangka memberi bekal ilmu pengetahuan bagi generasi muda khususnya
mahasiswa untuk mampu melaksanakan pergantian generasi di masa mendatang
sebagai generasi yang bertanggungjawab terhadap negara dan bangsa Indonesia.
Untuk mewujudkan pembangunan Negara ini, melalui pola mencerdaskan
kehidupan bangsa, maka Pendidikan Kewarganegaraan memberikan bekal ilmu
pengetahuan bagi mahasiswa untuk mampu mewujudkan hidup bersatu dalam
beraneka ragam budaya dan adat-istiadat, hidup dalam masyarakat yang beraneka
ragam suku-bangsa serta kebiasaan-kebiasaan baik yang hidup dalam masyarakat,
serta mampu menjadikan kebiasaan hidup bersama dalam keanekaragaman budaya
akan mampu menguatkan rasa kebersamaan dalam di Negara Indonesia. Mata
kuliah ini sangat perlu diberikan dan diajarkan bagi mahasiswa sebagai generasi
penerus bangsa untuk selalu mencintai Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui serta menjelaskan tentang
Pendidikan Kewarganegaraan mampu menumbuhkan rasa cinta tanah air dan
senantiasa siap sedia dalam pertahanan dan keamanan negara atau yang seringkali
kita kenal dengan bela negara. Hasil yang didapatkan bahwa dengan diberikannya
pendidikan kewarganegaraan kepada mahasiswa, khususnya mahasiswa universitas
Stikubank Semarang, maka mahasiswa menjadi lebih mengerti tentang pentingnya
pendidikan kewarganegaraan ini sehingga mampu menumbuhkan semangat dan
berkomitmen untuk cinta Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan rela
untuk bela Negara.

F. Peran Pendidik Kewarganegaraan Dalam Membangun Bangsa Untuk NKRI

Tujuan pendidikan kewarganegaraan adalah menciptakan warga negara yang memiliki


wawasan kenegaraan, menanamkan rasa cinta tanah air, dan kebanggaan sebagai warga
negara Indonesia dalam diri para generasi muda penerus bangsa. Pendidikan ini tentunya
harus dipadukan dengan penguasaan ilmu dan teknologi, sehingga terciptalah generasi
masa depan yang kelak bisa memberikan sumbangsih dalam pembangunan bangsa.

Pentingnya pendidikan kewarganegaraan. Dengan pendidikan kewarganegaraan ini


para generasi muda diharapkan memiliki kesadaran penuh akan demokrasi dan HAM.
Dengan bekal keadaran ini, mereka akan memberikan kontribusi yang berarti dalam
mengatasi berbagai masalah yang dihadapi bangsa, seperti konflik dan kekerasan yang
terjadi dalam masyarakat Indonesia, dengan cara-cara yang damai dan cerdas.

Mencetak generasi muda yang bertanggungjawab atas keselamatan dan kejayaan tanah
air adalah tujan berikutnya. Rasa tanggung jawab ini akan tercermin dalam partisipasi aktif
generasi muda dalam pembangunan. Generasi muda yang bertanggung jawab akan
menyaring pengaruh-pengaruh dari luar, mengambil sisi positifnya dan menolak hal-hal
yang tidak sesuai dengan nilai luhur dan moral bangsa.
Akhirnya, Pendidikan kewarganegaraan diharapkan mampu menumbuhkan sikap setia
kepada tanah air dan bersedia dengan tulus iklhas untuk menyumbangkan setiap
potensinya demi kemajuan tanah air walaupun mendapat iming-iming popularitas atau
harta dari pihak-pihak lain.

Pendidikan kewarganegaraan merupakan bagian integral dari sistem pendidikan


nasional. Oleh karena itu proses pendidikan kewarganegaraan perlu dibenahi dalam
kurikulum dan pembelajaran pada semua jalur dan jenjang pendidikan. Peran pendidikan
kewarganegaraan adalah membina warga khususnya generasi penerus yang baik bagi
kehidupan berbangsa dan bernegara. Pendidikan kewarganegaraan bagi generasi penerus
sangat penting dalam rangka menumbuhkan kesadaran bela Negara dan meningkatkan
rasa cinta terhadap tanah air. Fungsi dan perannya dalam rangka pencapaian tujuan
pendidikan nasional, pendidikan kewarganegaraan dirancang, dikembangkan,
dilaksanakan dan dievaluasi dalam rangka perwujudan tujuan pendidikan nasional.
Pendidikan kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran yang menjadi andalan
dalam pengembangan karakter siswa. Membangun karakter bangsa melalui pendidikan
kewarganegaraan merupakan suatu keharusan karena pendidikan menjadikan peserta
didik cerdas dan berakhlak mulia sehingga keberadaannya di masyarakat menjadi
bermakna. Oleh karena itu, melalui Pendidikan Kewarganegaraan, peserta didik dapat
membangun kebiasaan-kebiasaan yang baik, moral dan etika sehingga dapat dipahami,
dihayati dan mampu secara konsisten diamalkan dalam kehidupan bermasyarakat dan
bernegara. Namun pada kenyataannya mata pelajaran PKn belum cukup berhasil
menjalankan peran tersebut dengan baik karena pembelajaran PKn hanya berorientasi
pada prestasi kognitif. Sebaliknya, pencapaian afektif atau sikap cenderung diabaikan. Oleh
karena itu, perlu dilakukan modifikasi pembelajaran PKn dengan mengintegrasikan konsep
pendidikan karakter dalam kegiatan pembelajaran agar lebih berperan dalam
mengembangkan karakter siswa.

Di lingkungan sekolah, Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) diberikan kepada peserta


didik supaya dapat menjadikan mereka warga negara yang baik. Bagaimanakah pendidikan
kewarganegaraan berperan dalam pembangunan dan pengembangan karakter dalam diri
generasi muda, tentu dapat terjawab jika kontribusi yang diberikan pendidikan
kewarganegaraan berhasil mengarahkan generasi muda saat ini untuk berpartisipasi
mengusung karakter bangsa.

Pendidikan Kewarganegaraan mengajarkan bagaimana warga negara tidak hanya


tunduk dan patuh terhadap negara, tetapi juga mengajarkan bagaimana sesungguhnya
warga negara itu harus toleran dan mandiri. Pendidikan ini membuat setiap generasi masa
depan memiliki ilmu pengetahuan, pengembangan keahlian, dan pengembangan karakter
publik. Pengembangan komunikasi dengan lingkungan yang lebih luas juga tercakup dalam
PKn. Meskipun pengembangan tersebut bisa dipelajari tanpa menempuh PKn, akan lebih
baik jika pendidikan dimanfaatkan untuk pengembangan diri seluas-luasnya.

Rasa kewarganegaraan yang tinggi, akan membuat kita tidak akan mudah goyah dengan
iming-iming kejayaan yang sifatnya hanya sementara. Selain itu, kita tidak akan mudah
terpengaruh secara langsung budaya yang bukan berasal dari Indonesia dan juga
menghargai segala budaya serta nilai-nilai yang berlaku di negara kita. PKn pada
hakikatnya adalah sebuah bentuk pendidikan untuk generasi penerus yang bertujuan agar
mereka menjadi warga negara yang berpikir tajam dan sadar mengenai hak dan
kewajibannya dalam hidup bermasyarakat dan bernegara, juga bertujuan membangun
kesiapan seluruh warga negara agar menjadi warga dunia.

Pendidikan kewarganegaraan sejatinya merupakan salah satu upaya untuk


meningkatkan mutu warga negara melalui pendidikan. Maka dengan PKn, mampu
meningkatkan kesadaran generasi muda terhadap karakter bangsanya, menjadikan mereka
warga negara yang baik yang tercermin dalam sikap keseharian dalam mengisi
kemerdekaan.
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
NKRI adalah negara kesatuan berbentuk republik dengan sistem desentralisasi
berdasarkan otonomi daerah seluas-luasnya di luar urusan pusat .
Negara ada untuk membantu manusia mewujudkan tujuan dan cita-citanya.
Penyelenggaraan negara harus membawa manfaat bagi manusia. Tugas manusia adalah
bertanggungjawab rasa kepentingan bersama warganya. Negara harus melindungi hakhak
warganya dan menetapkan kewajiban-kewajibannya sebagai warga negara. Ia juga harus
menciptakan kehidupan bersama yang dilandasi oleh semangat cinta kasih, keadilan, dan
perdamaian. Warga negara mempunyai hak dan kewajiban, antara hak dan kewajiban
harus berjalan seimbang. Misalnya, kewajiban membela negara dari segala ancaman dan
gangguan baik dari dalam maupun luar negeri.
Sebagai penerus bangsa hendaknya kita lebih menjaga dan mencintai negara kita. Ada
pun beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk menunjukkan hal tersebut misalnya
meningkatkan kebangaan dan rasa memiliki bangsa Indonesia dalam diri setiap warga
negara, membangun saling pengertian dan pengahargaan antarsesama warga yang
memiliki latar belakang kepentingan yang berbeda dan etnik yang berbeda, para pemimpin
negara sebaiknya menjalankan roda pemerintahan secara efektif dan efisien, dan
memperkuat unsur-unsur yang menjadi alat pertahanan negara, seperti TNI.
Adapun dari sikap-sikap dalam menjaga keutuhan NKRI bisa kita simpulkan, 1) cinta
tanah air, 2) membina persatuan dan kesatuan, 3) rela berkorban, itu semua bisa kita
terapkan dalam kehidupan sehari-hari baik dalam lingkup masyarakat , sekolah, hingga
keluarga.
B. Saran
Upaya untuk mempertahankan NKRI bisa ditempuh dengan cara mengetahui
kebudayaan di Indonesia. Dengan adanya pengetahuan budaya Indonesia, kita dapat
menyaring budaya-budaya asing yang masuk ke dalam Negara Indonesia, sehingga tidak
timbul perpecahan antar daerah karena budaya yang ada.
Selain itu, sikap dan perilaku kita juga dapat mencerminkan bahwa kita sedang
mempertahankan keutuhan NKRI ini. Salah satunya dengan cara mengamalkan nilai-nilai
yang terkandung dalam pancasila, bukan hanya sekedar memahami saja.
DAFTAR PUSTAKA

Buku Putih Pertahanan Negara : “Mempertahankan Tanah air Memasuki Abad 21, Indonesia”
Dephan, 2003, Jakarta.

Koentjaraninggrat, Sejarah Teori Antropologi II, cetakan pertama, UI-Press, Jakarta, 1990.

Maas D.P., Buku Materi Pokok : Antropologi Budaya, Depdikbud, UT, Jakarta 1985.

Studi Pertahanan Nomor : 1 “Monographe : Pokok-Pokok Pikiran tentang Hankamneg”, Badiklat


Dephan, Agustus 2005, Jakarta.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara, Biro
Hukum Setjen Dephan, 2002, Jakarta.
TUMPAHAN DARAH
Oleh: Ahmad Muzammil

Di malam yang sangat mencengkam


Dengan sorakan banyak tangisan dan keluhan
Tidak ada yang peduli akan hal itu
Mereka memikirkan sendiri-sendiri untuk hidup

Apakah ini yang dinamakan negri makmur


Apakah ini yang dinamakan negri keadilan
Apakah ini yang dinamakan negri kesatuan
Yang lupa akan hal toleransi saling tolong menolong

Baru kemarin kita merayakan sebuah kemerdekaan


Akan tetapi semua itu tak benar
Kita hanya merdeka dari para penjajah
Tapi tidak dengan bangsa sendiri

Pada tempat yang penuh canda tawa


Berakhir menjadi tumpahan darah merah
Apakah ini yang dinamakan keadilan
Padahal terpampang jelas kehancuran

Yang teratas tetaplah atas


Tak ingin sesekali memunduk dalam ilusi simpati
Tanpa peduli rakyat mati
Sorakan suara kita arti sebuah pembelaan
Dalam harap menuntaskan ketidakadilan, dan membentuk sebuah kemakmuran.
NKRI
Oleh: Nadhifatus Sholikha

Selembar kain yang berkibar


Tiga warna yang bersandingan
Ada perjuangan untuk memerdekakan
Perlawanan demi kesatuan Indonesia

Merdeka
kami satu, Negara Kesatuan Republik Indonesia
Namun, apakah kita benar-benar merdeka
lihatlah sang ibu
Anggun tindaknya
Menjahit lembaran yang kini terkibar sempurna
Tangis air mata tak ubahnya darah
Badai menerpa tak sekalipun goyah
Hingga kata merdeka terdengar sekalipun diujung muara

NKRI
Apakah bukti awal tanpa kenyataan?
Bagaimana kabar masyarakat sekarang?
Apa itu merdeka?
Pengemis, gelandangan berceceran
Oknum penguasa berkedok perwakilan suara rakyat
Dimana keadilan yang pantas kami dapatkan
Kami mohon, kembalikan
Sang ibu pertiwi berduka
Kami menunggu takdir berkata sebaliknya

Anda mungkin juga menyukai