INDONESIA
MAKALAH
Disusun Oleh:
Kelompok 6
1. Ahmad Muzammil
3.Nadhifatus Sholikha
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT. Atas berkat rahmat dan hidayah-
Nya,sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya.Di
dalam makalah ini, kami telah berusaha menguraikan sebaik mungkin semua
halyang berkaitan dengan upaya mempertahankan NKRI. Besar harapan saya agar
pembacamampu memahami lebih jauh tentang berbagai hal yang berkaitan
dengan hal tersebut.Akan tetapi, kami menyadari bahwa di dalam makalah ini
masih terdapat banyakkekurangan yang tentunya mengakibatkan makalah ini
masih dikatakan jauh dari sempurna.Maka dari itu, kami harapkan pembaca dapat
memaklumi serta memberi kritik dan saran yangmembangun demi terwujudnya
makalah yang lebih baik dimasa yang akan datang.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Negara Kesatuan Republik Indonesia (disingkat NKRI), juga dikenal
dengan nama Nusantara yang artinya negara kepulauan. Wilayah NKRI
meliputi wilayah kepulauan yang terbentang dari Sabang sampai Merauke.
Letak wilayah NKRI berada di antara: Dua benua, yaitu benua Asia dan
benua Australia; serta Dua samudra. yaitu samudra Hindia dan samudra
Pasifik. Indonesia terletak di benua Asia tepatnya di Asia Tenggara. Wilayah
Indonesia berada di: 6° lintang utara (LU) – 11° lintang selatan (LS), dan
95° bujur timur (BT) – 141° bujur timur (BT). Karna letak wilayah Indonesia
di sekitar khatulistiwa, maka Indonesia memiIlki iklim tropis dan rnerniliki
dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Pulau-pulau yang
termasuk dalam wilayah NKRI berjumlah 17.504 terdiri dari pulau besar dan
kecil. Beberapa di antaranya, yaitu 6000 pulau tidak berpenghuni. Wilayah
Indonesia terbentang sepanjang 3.977 m² di antara Samudra Hindia dan
Samudra Pasifik. Luas daratan Indonesia 1.922.570 km² dan luas
perairannya 3.257.483 km². Pulau dengan jumlah penduduk terpadat
adalah pulau Jawa. Setengah dari jumlah penduduk Indonesia menempati
pulau Jawa. Pulau-pulau besar, yaitu: Jawa dengan luas 132.107 km²,
Sumatera dengan luas 473.606 km², Kalimantan dengan luas 539.460
km², Sulawesi dengan luas 189.216 km2, dan Papua dengan luas
421.981 km². Pulau-pulau kecil, antara lain Pulau Nias, Pulau Siberut, Pulau
Bangka, Pulau Belitung, Pulau Madura, Pulau Bali, Pulau Lombok, Pulau
Flores, Pulau Ambon, dan Pulau Halmahera. Perkernbangan jumlah provinsi
Indonesia clan tahun ke tahun terus bertambah. Pada awal kemerdekaan,
Indonesia terdiri dari 8 provinsi hingga sekarang telah terbentuk 33
provinsi. Perkernbangan jumlah provinsi Indonesia dari tahun ke tahun 2
terus bertambah. Pada awal kemerdekaan, Indonesia terdiri dari 8 provinsi
hingga sekarang telah terbentuk 33 provinsi. Tujuan perkernbangan jumlah
provinsi dan kabupaten adalah untuk memudahkan pelayanan kepada
masyarakat. B. Rumusan Masalah a) Apa pengertian NKRI ? b) Bagaimana
sejarah NKRI c) Bagaimana pemerintahan daerah dalam Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI)? d) Bagaimana manjaga keutuhan NKRI ? C.
Tujuan Masalah a) Untuk mengetahui pengertian NKRI b) Untuk
mengetahui sejarah NKRI c) Untuk mengetahui pemerintahan daerah dalam
negara kesatuan republik indinesia (NKRI) d) Untuk mengetahui bagaimana
menjaga keutuhan NKRI
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian NKRI
Pendidikan kewarganegaraan merupakan bagian integral dari sistem pendidikan
nasional. Oleh karena itu proses pendidikan kewarganegaraan perlu dibenahi dalam
kurikulum dan pembelajaran pada semua jalur dan jenjang pendidikan. Fungsi dan
perannya dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan nasional, pendidikan
kewarganegaraan dirancang, dikembangkan, dilaksanakan dan dievaluasi dalam rangka
perwujudan tujuan pendidikan nasional. Pendidikan kewarganegaraan merupakan salah
satu mata pelajaran yang menjadi andalan dalam pengembangan karakter siswa.
Membangun karakter bangsa melalui pendidikan kewarganegaraan merupakan suatu
keharusan karena pendidikan menjadikan peserta didik cerdas dan berakhlak mulia
sehingga keberadaannya di masyarakat menjadi bermakna. Oleh karena itu, melalui
Pendidikan Kewarganegaraan, peserta didik dapat membangun kebiasaan-kebiasaan
yang baik, moral dan etika sehingga dapat dipahami, dihayati dan mampu secara
konsisten diamalkan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Namun pada
kenyataannya mata pelajaran PKn belum cukup berhasil menjalankan peran tersebut
dengan baik karena pembelajaran PKn hanya berorientasi pada prestasi kognitif.
Sebaliknya, pencapaian afektif atau sikap cenderung diabaikan. Oleh karena itu, perlu
dilakukan modifikasi pembelajaran PKn dengan mengintegrasikan konsep pendidikan
karakter dalam kegiatan pembelajaran agar lebih berperan dalam mengembangkan
karakter siswa.
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan negara kesatuan berbentuk republik
dengan sistem desentralisasi (pasal 18 UUD 1945), di mana pemerintah daerah menjalankan
otonomi seluas-luasnya di luar bidang pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan
sebagai urusan pemerintah pusat Pasal 18 UUD 45 menyebutkan :
1. Negara Kesatuan Republik Indonesia bagi atas daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi
atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten dan kota itu mempunyai
pemerintahan daerah yang diatur dengan undang-undang
2. Pemerintahan Daerah Provinsi, daerah kabupaten dan kota mengatur dengan mengurus
sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.
3. Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten dan kota memiliki DPRD yang anggotanya
dipilih melalui pemilihan umum.
4. Gubernur, Bupati dan Walikota masing-masing sebagai kepala pemerintahan daerah provinsi,
kabupaten dan kota dipilih secara demokrasi.
5. Pemerintah daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya kecuali urusan pemerintahan yang
oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan pemerintah pusat.
6. Pemerintahan daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan-peraturan lain
untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan.
7. Susunan dan tata cara penyelenggaran pemerintahan daerah diatur dalam undangundang.
B. Sejarah NKRI
Berdasarkan perjalanan sejarah Bangsa Indonesia, pada saat digulirkannya tanam paksa
(Cultuure Stelsel) tahun 1615 oleh pihak Belanda telah menyebabkan hancurnya struktur tanah
yang dimiliki pribumi, dimana tanah sebagai modal dasar pribumi dalam menjalankan segala
aktivitasnya. Dengan adanya tanam paksa yang diterapkan telah mengubah jenis tanaman
pribumi dengan jenis tanaman yang didatangkan dari Eropa yang nota bene tidak di kuasai oleh
pribumi, hal ini menyebabkan pribumi tidak lagi mampu mengelola tanah yang dimilikinya dan
tidak mengerti jenis tanaman yang berasal dari Eropa, sehingga pribumi pada saat itu
terbodohkan, termiskinkan, terbelakang dan 4 tertindas. Hal inilah kemudian yang di
manfaatkan oleh pihak Belanda untuk membangun pemerintahan yang dinamakan Hindia-
Belanda guna mengatur kehidupan pribumi yang semakin tertindas, yang pada akhirnya
terjadilah sistem kerja rodi untuk mengeksplorasi hasil bumi yang ada di Indonesia.
Pada awal tahun 1900 pemerintah Hindia-Belanda menerapkan kebijakan politik ethis
sebagai bentuk balas budi kepada pribumi dengan mengadakan suatu sistem pendidikan di
wilayah Indonesia. Akan tetapi karena biaya yang dibebankan untuk mendapatkan pendidikan
ini terlalu mahal, maknanya tidak semua pribumi mampu menikmati pendidikan yang
diterapkan di Indonesia. Dari sinilah terbangun strata sosial di dalam kehidupan masyarakat
Indonesia. Adapun bentuk strata sosial tersebut telah memposisikan pribumi sebagai kaum
mayoritas berada pada kelas terbawah, kelas di atasnya adalah ningrat-ningratnya pribumi dan
para pendatang dari Asia Timur (Cina, India, Arab, dsb), kemudian kelas teratas adalah orang-
orang Eropa dan kulit putih lainnya. Hal ini menjadikan pribumi sebagai kaum mayoritas
semakin terbodohkan, termiskinkan, terbelakang dan tertindas. Sehingga pada tahun 1908, Dr.
Soetomoe membangun pendidikan bagi kaum pribumi secara informal dan gratis dengan nama
Budi Utomo sebagai bentuk kepedulian terhadap pribumi yang semakin tertindas. Pada
akhirnya pendidikan pribumi tersebut diteruskan oleh Ki Hajar Dewantara dengan mendirikan
Taman Siswa pada tahun 1920 secara formal, pendidikan pribumi yang di jalankan oleh Dr.
Soetomoe dan Ki Hajar Dewantara telah membangkitkan jiwa-jiwa kebangsaan dan persatuan
untuk melakukan perlawanan kepada Belanda, yang pada akhirnya mengakumulasi lahirnya
Bangsa Indonesia pada tanggal 28 Oktober 1928 melalui momen Sumpah Pemuda pada kongres
Pemuda II di Jakarta yang berasal dari Jong-jong atau pemuda-pemuda dari berbagai kepulauan
di Indonesia yang memiliki komitmen untuk mengangkat harkat dan martabat hidup Orang-
orang Indonesia (pribumi).
Bangsa Indonesia yang terlahir pada tanggal 28 Oktober 1928 kemudian bahu membahu
mengadakan perlawanan kepada pihak Belanda untuk merebut kemerdekaan Indonesia dan
barulah 17 tahun kurang 2 bulan kurang 11 hari atau tepatnya pada tanggal 17 Agustus 1945
atas berkat rahmat Allah SWT Bangsa Indonesia dapat mencapai kemerdekaannya dalam
bentuk Teks Proklamasi yang dibacakan oleh Dwi-Tunggal Soekarno-Hatta. Keesokan harinya,
tepatnya pada tanggal 18 Agustus 1945 Bangsa Indonesia membentuk suatu Negara Republik
Indonesia dengan disahkannya konstitusi 5 Undang-Undang Dasar 1945 sebagai aturan dasar di
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
2. Kesiapan sosial budaya untuk terciptanya suasana yang kompetitif dalam berbagai sektor
kehidupan.
3. Kesiapan keamanan, baik stabilitas politik dalam negeri maupun luar negeri / regional.
Di bidang Pertahanan Negara, kemajuan tersebut sangat mempengaruhi pola dan bentuk
ancaman. Ancaman terhadap kedaulatan negara yang semula bersifat konvensional
berkembang menjadi multidimensional (fisik dan nonfisik), baik berasal dari luar negeri
maupun dari dalam negeri. Oleh karena itu kebijakan strategis penggunaan kekuatan
pertahanan diarahkan untuk menghadapi ancaman atau gangguan terhadap keamanah
nasional. Kekuatan pertahanan tidak hanya digunakan untuk menghadapi ancaman tetapi
juga untuk membantu pemerintah dalam upaya pembangunan nasional dan tugas-tugas
internasional. Dari hasil perkiraan ancaman, Indonesia mempunyai kepentingan strategis
untuk mencegah dan mengatasi ancaman keamanan tradisional dan nontradisional.
Ancaman keamanan tradisional yaitu ancaman yang berbentuk kekuatan militer negara lain
yang membahayakan kemerdekaan, kedaulatan dan kebutuhan wilayah NKRI. Dalam
menghadapi ancaman terhadap kedaulatan dan kebutuhan wilayah, kebijakan pertahanan
Indonesia tetap mengacu pada prinsip sebagai bangsa yang cinta damai tetapi lebih cinta
kemerdekaan, yaitu mengutamakan tindakan pencegahan dengan mengoptimalkan upaya
diplomatik dalam kerangka Confidence Building Measure (CBM) dan Preventive Diplomacy.
Penggunaan kekuatan militer untuk tujuan perang merupakan tindakan terpaksa yang harus
dilakukan sebagai jalan terakhir apabila cara-cara damai tidak membuahkan hasil.
Ancaman Keamanan Non-Tradisional yaitu ancaman yang terjadi akibat dinamika politik
di sejumlah negara serta kesenjangan ekonomi dunia yang makin lebar telah menyebabkan
kondisi timpang yang lambat laun berkembang dan menjalar melampaui batas-batas negara.
Ancaman keamanan non tradisional yang timbul di dalam negeri dengan motivasi
separatisme, akan dihadapi dengan mengedepankan cara-cara dialogis. Penyelesaian masalah
melalui cara cinta damai, diplomatik atau cara-cara dialogis harus menggunakan pendekatan
budaya. Pendekatan budaya dalam pembangunan dan 8 pembinaan kekuatan pertahanan
adalah sebagai fenomena yang mengelilingi kita setiap saat, yang secara terus menerus terjadi
dan tercipta oleh adanya interaksi dengan orang lain.
Ciri utama dari “Budaya” adalah sesuatu yang merupakan hasil bersama (shared), atau
kesepakatan kelompok (held in common). Beberapa produk hasil bersama antara lain adalah :
bahasa, tradisi, kebiasaan, norma-norma kelompok, nilai-nilai pendukung, seperti “kualitas
produk”, filosofi kelompok, aturan main, iklim kerja, kemampuan terpendam, cara berpikir,
pengertian yang sama serta simbol-simbol yang mempersatukan mereka. Tanggap akan
pengaruh budaya dengan memahami keragaman dan perbedaan budaya akan mengurangi
dampak negatif globalisasi (kegoncangan budaya dan ketimpangan/ketertinggalan budaya).
Dalam mewujudkan tujuan nasional bangsa Indonesia, salah satu cara adalah
memberikan Pendidikan Kewarganegaraan merupakan upaya yang dilakukan oleh
Pemerintah dalam rangka memberi bekal ilmu pengetahuan bagi generasi muda
khususnya mahasiswa untuk mampu melaksanakan pergantian generasi di masa
mendatang sebagai generasi yang bertanggungjawab terhadap negara dan bangsa
Indonesia. Untuk mewujudkan pembangunan Negara ini, melalui pola mencerdaskan
kehidupan bangsa, maka Pendidikan Kewarganegaraan memberikan bekal ilmu
pengetahuan bagi mahasiswa untuk mampu mewujudkan hidup bersatu dalam
beraneka ragam budaya dan adat-istiadat, hidup dalam masyarakat yang beraneka
ragam suku-bangsa serta kebiasaan-kebiasaan baik yang hidup dalam masyarakat, serta
mampu menjadikan kebiasaan hidup bersama dalam keanekaragaman budaya akan
mampu menguatkan rasa kebersamaan dalam di Negara Indonesia. Mata kuliah ini
sangat perlu diberikan dan diajarkan bagi mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa
untuk selalu mencintai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui serta menjelaskan tentang Pendidikan Kewarganegaraan
mampu menumbuhkan rasa cinta tanah air dan senantiasa siap sedia dalam pertahanan
dan keamanan negara atau yang seringkali kita kenal dengan bela negara. Hasil yang
didapatkan bahwa dengan diberikannya pendidikan kewarganegaraan kepada
mahasiswa, khususnya mahasiswa universitas Stikubank Semarang, maka mahasiswa
menjadi lebih mengerti tentang pentingnya pendidikan kewarganegaraan ini sehingga
mampu menumbuhkan semangat dan berkomitmen untuk cinta Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) dan rela untuk bela Negara.
PENUTUP
A. Kesimpulan
NKRI adalah negara kesatuan berbentuk republik dengan sistem desentralisasi
berdasarkan otonomi daerah seluas-luasnya di luar urusan pusat .
Negara ada untuk membantu manusia mewujudkan tujuan dan cita-citanya.
Penyelenggaraan negara harus membawa manfaat bagi manusia. Tugas manusia adalah
bertanggungjawab rasa kepentingan bersama warganya. Negara harus melindungi hakhak
warganya dan menetapkan kewajiban-kewajibannya sebagai warga negara. Ia juga harus
menciptakan kehidupan bersama yang dilandasi oleh semangat cinta kasih, keadilan, dan
perdamaian. Warga negara mempunyai hak dan kewajiban, antara hak dan kewajiban
harus berjalan seimbang. Misalnya, kewajiban membela negara dari segala ancaman dan
gangguan baik dari dalam maupun luar negeri.
Sebagai penerus bangsa hendaknya kita lebih menjaga dan mencintai negara kita. Ada
pun beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk menunjukkan hal tersebut misalnya
meningkatkan kebangaan dan rasa memiliki bangsa Indonesia dalam diri setiap warga
negara, membangun saling pengertian dan pengahargaan antarsesama warga yang
memiliki latar belakang kepentingan yang berbeda dan etnik yang berbeda, para
pemimpin negara sebaiknya menjalankan roda pemerintahan secara efektif dan efisien,
dan memperkuat unsur-unsur yang menjadi alat pertahanan negara, seperti TNI.
B. Saran
Upaya untuk mempertahankan NKRI bisa ditempuh dengan cara mengetahui
kebudayaan di Indonesia. Dengan adanya pengetahuan budaya Indonesia, kita dapat
menyaring budaya-budaya asing yang masuk ke dalam Negara Indonesia, sehingga tidak
timbul perpecahan antar daerah karena budaya yang ada.
Selain itu, sikap dan perilaku kita juga dapat mencerminkan bahwa kita sedang
mempertahankan keutuhan NKRI ini. Salah satunya dengan cara mengamalkan nilai-nilai
yang terkandung dalam pancasila, bukan hanya sekedar memahami saja.
DAFTAR PUSTAKA
Buku Putih Pertahanan Negara : “Mempertahankan Tanah air Memasuki Abad 21,
Indonesia” Dephan, 2003, Jakarta.
Koentjaraninggrat, Sejarah Teori Antropologi II, cetakan pertama, UI-Press, Jakarta, 1990.
Maas D.P., Buku Materi Pokok : Antropologi Budaya, Depdikbud, UT, Jakarta 1985.