Anda di halaman 1dari 14

NEGARA KESATUAN NEGARA REPUBLIK

INDONESIA

MAKALAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pancasila

UNIVERSITAS ISLAM MALANG

Disusun Oleh:

Kelompok 6

1. Ahmad Muzammil

2. Nuril Ma’rifatul Laily

3.Nadhifatus Sholikha
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT. Atas berkat rahmat dan hidayah-
Nya,sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya.Di
dalam makalah ini, kami telah berusaha menguraikan sebaik mungkin semua
halyang berkaitan dengan upaya mempertahankan NKRI. Besar harapan saya agar
pembacamampu memahami lebih jauh tentang berbagai hal yang berkaitan
dengan hal tersebut.Akan tetapi, kami menyadari bahwa di dalam makalah ini
masih terdapat banyakkekurangan yang tentunya mengakibatkan makalah ini
masih dikatakan jauh dari sempurna.Maka dari itu, kami harapkan pembaca dapat
memaklumi serta memberi kritik dan saran yangmembangun demi terwujudnya
makalah yang lebih baik dimasa yang akan datang.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Negara Kesatuan Republik Indonesia (disingkat NKRI), juga dikenal
dengan nama Nusantara yang artinya negara kepulauan. Wilayah NKRI
meliputi wilayah kepulauan yang terbentang dari Sabang sampai Merauke.
Letak wilayah NKRI berada di antara:  Dua benua, yaitu benua Asia dan
benua Australia; serta  Dua samudra. yaitu samudra Hindia dan samudra
Pasifik. Indonesia terletak di benua Asia tepatnya di Asia Tenggara. Wilayah
Indonesia berada di:  6° lintang utara (LU) – 11° lintang selatan (LS), dan 
95° bujur timur (BT) – 141° bujur timur (BT). Karna letak wilayah Indonesia
di sekitar khatulistiwa, maka Indonesia memiIlki iklim tropis dan rnerniliki
dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Pulau-pulau yang
termasuk dalam wilayah NKRI berjumlah 17.504 terdiri dari pulau besar dan
kecil. Beberapa di antaranya, yaitu 6000 pulau tidak berpenghuni. Wilayah
Indonesia terbentang sepanjang 3.977 m² di antara Samudra Hindia dan
Samudra Pasifik. Luas daratan Indonesia 1.922.570 km² dan luas
perairannya 3.257.483 km². Pulau dengan jumlah penduduk terpadat
adalah pulau Jawa. Setengah dari jumlah penduduk Indonesia menempati
pulau Jawa. Pulau-pulau besar, yaitu:  Jawa dengan luas 132.107 km², 
Sumatera dengan luas 473.606 km²,  Kalimantan dengan luas 539.460
km²,  Sulawesi dengan luas 189.216 km2, dan  Papua dengan luas
421.981 km². Pulau-pulau kecil, antara lain Pulau Nias, Pulau Siberut, Pulau
Bangka, Pulau Belitung, Pulau Madura, Pulau Bali, Pulau Lombok, Pulau
Flores, Pulau Ambon, dan Pulau Halmahera. Perkernbangan jumlah provinsi
Indonesia clan tahun ke tahun terus bertambah. Pada awal kemerdekaan,
Indonesia terdiri dari 8 provinsi hingga sekarang telah terbentuk 33
provinsi. Perkernbangan jumlah provinsi Indonesia dari tahun ke tahun 2
terus bertambah. Pada awal kemerdekaan, Indonesia terdiri dari 8 provinsi
hingga sekarang telah terbentuk 33 provinsi. Tujuan perkernbangan jumlah
provinsi dan kabupaten adalah untuk memudahkan pelayanan kepada
masyarakat. B. Rumusan Masalah a) Apa pengertian NKRI ? b) Bagaimana
sejarah NKRI c) Bagaimana pemerintahan daerah dalam Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI)? d) Bagaimana manjaga keutuhan NKRI ? C.
Tujuan Masalah a) Untuk mengetahui pengertian NKRI b) Untuk
mengetahui sejarah NKRI c) Untuk mengetahui pemerintahan daerah dalam
negara kesatuan republik indinesia (NKRI) d) Untuk mengetahui bagaimana
menjaga keutuhan NKRI
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian NKRI
Pendidikan kewarganegaraan merupakan bagian integral dari sistem pendidikan
nasional. Oleh karena itu proses pendidikan kewarganegaraan perlu dibenahi dalam
kurikulum dan pembelajaran pada semua jalur dan jenjang pendidikan. Fungsi dan
perannya dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan nasional, pendidikan
kewarganegaraan dirancang, dikembangkan, dilaksanakan dan dievaluasi dalam rangka
perwujudan tujuan pendidikan nasional. Pendidikan kewarganegaraan merupakan salah
satu mata pelajaran yang menjadi andalan dalam pengembangan karakter siswa.
Membangun karakter bangsa melalui pendidikan kewarganegaraan merupakan suatu
keharusan karena pendidikan menjadikan peserta didik cerdas dan berakhlak mulia
sehingga keberadaannya di masyarakat menjadi bermakna. Oleh karena itu, melalui
Pendidikan Kewarganegaraan, peserta didik dapat membangun kebiasaan-kebiasaan
yang baik, moral dan etika sehingga dapat dipahami, dihayati dan mampu secara
konsisten diamalkan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Namun pada
kenyataannya mata pelajaran PKn belum cukup berhasil menjalankan peran tersebut
dengan baik karena pembelajaran PKn hanya berorientasi pada prestasi kognitif.
Sebaliknya, pencapaian afektif atau sikap cenderung diabaikan. Oleh karena itu, perlu
dilakukan modifikasi pembelajaran PKn dengan mengintegrasikan konsep pendidikan
karakter dalam kegiatan pembelajaran agar lebih berperan dalam mengembangkan
karakter siswa.

Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan negara kesatuan berbentuk republik
dengan sistem desentralisasi (pasal 18 UUD 1945), di mana pemerintah daerah menjalankan
otonomi seluas-luasnya di luar bidang pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan
sebagai urusan pemerintah pusat Pasal 18 UUD 45 menyebutkan :
1. Negara Kesatuan Republik Indonesia bagi atas daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi
atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten dan kota itu mempunyai
pemerintahan daerah yang diatur dengan undang-undang
2. Pemerintahan Daerah Provinsi, daerah kabupaten dan kota mengatur dengan mengurus
sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.
3. Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten dan kota memiliki DPRD yang anggotanya
dipilih melalui pemilihan umum.
4. Gubernur, Bupati dan Walikota masing-masing sebagai kepala pemerintahan daerah provinsi,
kabupaten dan kota dipilih secara demokrasi.
5. Pemerintah daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya kecuali urusan pemerintahan yang
oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan pemerintah pusat.
6. Pemerintahan daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan-peraturan lain
untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan.

7. Susunan dan tata cara penyelenggaran pemerintahan daerah diatur dalam undangundang.

B. Sejarah NKRI
Berdasarkan perjalanan sejarah Bangsa Indonesia, pada saat digulirkannya tanam paksa
(Cultuure Stelsel) tahun 1615 oleh pihak Belanda telah menyebabkan hancurnya struktur tanah
yang dimiliki pribumi, dimana tanah sebagai modal dasar pribumi dalam menjalankan segala
aktivitasnya. Dengan adanya tanam paksa yang diterapkan telah mengubah jenis tanaman
pribumi dengan jenis tanaman yang didatangkan dari Eropa yang nota bene tidak di kuasai oleh
pribumi, hal ini menyebabkan pribumi tidak lagi mampu mengelola tanah yang dimilikinya dan
tidak mengerti jenis tanaman yang berasal dari Eropa, sehingga pribumi pada saat itu
terbodohkan, termiskinkan, terbelakang dan 4 tertindas. Hal inilah kemudian yang di
manfaatkan oleh pihak Belanda untuk membangun pemerintahan yang dinamakan Hindia-
Belanda guna mengatur kehidupan pribumi yang semakin tertindas, yang pada akhirnya
terjadilah sistem kerja rodi untuk mengeksplorasi hasil bumi yang ada di Indonesia.
Pada awal tahun 1900 pemerintah Hindia-Belanda menerapkan kebijakan politik ethis
sebagai bentuk balas budi kepada pribumi dengan mengadakan suatu sistem pendidikan di
wilayah Indonesia. Akan tetapi karena biaya yang dibebankan untuk mendapatkan pendidikan
ini terlalu mahal, maknanya tidak semua pribumi mampu menikmati pendidikan yang
diterapkan di Indonesia. Dari sinilah terbangun strata sosial di dalam kehidupan masyarakat
Indonesia. Adapun bentuk strata sosial tersebut telah memposisikan pribumi sebagai kaum
mayoritas berada pada kelas terbawah, kelas di atasnya adalah ningrat-ningratnya pribumi dan
para pendatang dari Asia Timur (Cina, India, Arab, dsb), kemudian kelas teratas adalah orang-
orang Eropa dan kulit putih lainnya. Hal ini menjadikan pribumi sebagai kaum mayoritas
semakin terbodohkan, termiskinkan, terbelakang dan tertindas. Sehingga pada tahun 1908, Dr.
Soetomoe membangun pendidikan bagi kaum pribumi secara informal dan gratis dengan nama
Budi Utomo sebagai bentuk kepedulian terhadap pribumi yang semakin tertindas. Pada
akhirnya pendidikan pribumi tersebut diteruskan oleh Ki Hajar Dewantara dengan mendirikan
Taman Siswa pada tahun 1920 secara formal, pendidikan pribumi yang di jalankan oleh Dr.
Soetomoe dan Ki Hajar Dewantara telah membangkitkan jiwa-jiwa kebangsaan dan persatuan
untuk melakukan perlawanan kepada Belanda, yang pada akhirnya mengakumulasi lahirnya
Bangsa Indonesia pada tanggal 28 Oktober 1928 melalui momen Sumpah Pemuda pada kongres
Pemuda II di Jakarta yang berasal dari Jong-jong atau pemuda-pemuda dari berbagai kepulauan
di Indonesia yang memiliki komitmen untuk mengangkat harkat dan martabat hidup Orang-
orang Indonesia (pribumi).
Bangsa Indonesia yang terlahir pada tanggal 28 Oktober 1928 kemudian bahu membahu
mengadakan perlawanan kepada pihak Belanda untuk merebut kemerdekaan Indonesia dan
barulah 17 tahun kurang 2 bulan kurang 11 hari atau tepatnya pada tanggal 17 Agustus 1945
atas berkat rahmat Allah SWT Bangsa Indonesia dapat mencapai kemerdekaannya dalam
bentuk Teks Proklamasi yang dibacakan oleh Dwi-Tunggal Soekarno-Hatta. Keesokan harinya,
tepatnya pada tanggal 18 Agustus 1945 Bangsa Indonesia membentuk suatu Negara Republik
Indonesia dengan disahkannya konstitusi 5 Undang-Undang Dasar 1945 sebagai aturan dasar di
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

C. Pemerintahan Dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia


1. Bentuk Republik Indonesia
Republik Indonesia adalah negara di Asia Tenggara, yang dilintasi garis khatulistiwa dan
berada di antara benua Asiadan Australia serta antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia.
Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 13.487 pulau, oleh karena
itu ia disebut juga sebagai Nusantara, Dengan populasi sebesar 222 juta jiwa pada tahun 2006
dan Indonesia adalah negara berpenduduk terbesar keempat di dunia dan negara yang
berpenduduk Muslim terbesar di dunia.
Dari Sabang sampai Merauke, Indonesia terdiri dari berbagai suku, bahasa dan agama yang
berbeda. Suku Jawa adalah grup etnis terbesar dan secara politis paling dominan. Semboyan
nasional Indonesia, "Bhinneka tunggal ika, berarti keberagaman yang membentuk negara.
Selain memiliki populasi padat dan wilayah yang luas, Indonesia memiliki wilayah alam yang
mendukung tingkatkeanekaragaman hayati terbesar kedua di dunia
2. Bentuk pemerintahan Indonesia
Bentuk pemerintahan Indonesia adalah republik, dengan Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan
Perwakilan Daerah dan Presiden yang dipilih langsung. Ibukota negara ialah Jakarta. Indonesia
berbatasan dengan Malaysia di Pulau Kalimantan, dengan Papua Nugini di Pulau Papua dan
dengan Timor Leste di Pulau Timor. Negara tetangga lainnya adalah Singapura, Filipina,
Australia, dan wilayah persatuan Kepulauan Andaman dan Nikobar di India.
3. Sistem Politik Indonesia
Indonesia adalah negara kesatuan berbentuk republik, di mana kedaulatan berada di tangan
rakyat dan dijalankan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). Indonesia
menganut sistem pemerintahan presidensil, di mana Presiden berkedudukan sebagai kepala
negara sekaligus kepala pemerintahan. Para Bapak Bangsa yang meletakkan dasar
pembentukan negara Indonesia, setelah tercapainya kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus
1945. Mereka sepakat menyatukan 6 rakyat yang berasal dari beragam suku bangsa, agama,
dan budaya yang tersebar di ribuan pulau besar dan kecil, di bawah payung Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI). Indonesia pernah menjalani sistem pemerintahan federal di bawah
Republik Indonesia Serikat selama tujuh bulan (27 Desember 1949 - 17 Agustus 1950), namun
kembali ke bentuk pemerintahan republik. Setelah jatuhnya Orde Baru (1996 - 1997),
pemerintah merespon desakan daerah-daerah terhadap sistem pemerintahan yang bersifat
sangat sentralistis, dengan menawarkan konsep Otonomi Daerah untuk mewujudkan
desentralisasi kekuasaan.
D. Menjaga keutuhan NKRI
Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 menandai lahirnya bangsa Indonesia. Sejak saat
itu, Indonesia menjadi negara yang berdaulat dan berhak untuk mementukan nasib dan
tujuannya sendiri. Bentuk negara yang dipilih oleh para pendiri bangsa adalah Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Meski dalam perjalanan sejarah ada upaya untuk menggantikan
bentuk negara, tetapi upaya itu tidak bertahan lama dan selalu digagalkan oleh rakyat.
Misalnya, ada upaya untuk menggantikan bentuk negara menjadi Indonesia Serikat. Tetapi
upaya untuk menggantikan bentuk negara itu segera berlalu. Indonesia kembali kepada
negara kesatuan. Hingga saat ini negara kesatuan itu tetap dipertahankan. Sebagai generasi
penerus bangsa dan juga sebagai peserta didik kita merasa terpanggil untuk turut serta dalam
usaha membela negara. Bangsa kita terus bergerak maju dan terus melintasi sejarah. Berbagai
kemajuan dan perkembangan terus dinikmati oleh rakyat. Tetapi ancaman terhadap
kedaulatan dan keharmonisan bangsa dan negara masih terus terjadi, meskipun intesitasnya
kecil. Ancaman-ancaman itu meskipun dalam intesitas yang kecil tapi jauh lebih rumit.
Ancaman-ancaman itu dapat dikelompokkan menjadi dua bagaian, yaitu ancaman yang dating
dari luar negeri dan ancaman dari dalam negeri.
Era globalisasi yang ditandai dengan perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan,
teknologi, komunikasi, dan informasi telah mendorong perubahan dalam aspek kehidupan
manusia, baik pada tingkat individu, tingkat kelompok, maupun tingkat nasional. Menurut
Michael Haralambos dan Martin Holborn, Globalisasi adalah suatu proses dimana batasbatas
negara luluh dan tidak penting lagi dalam kehidupan sosial. Untuk menghadapi era globalisasi
agar dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin dan ditangkap secara tepat, kita memerlukan
perencanaan yang matang diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Kesiapan SDM, terutama kesiapan dengan pengetahuan yang dimiliki dan
kemampuannya.

2. Kesiapan sosial budaya untuk terciptanya suasana yang kompetitif dalam berbagai sektor
kehidupan.

3. Kesiapan keamanan, baik stabilitas politik dalam negeri maupun luar negeri / regional.

4. Kesiapan perekonomian rakyat.

Di bidang Pertahanan Negara, kemajuan tersebut sangat mempengaruhi pola dan bentuk
ancaman. Ancaman terhadap kedaulatan negara yang semula bersifat konvensional
berkembang menjadi multidimensional (fisik dan nonfisik), baik berasal dari luar negeri
maupun dari dalam negeri. Oleh karena itu kebijakan strategis penggunaan kekuatan
pertahanan diarahkan untuk menghadapi ancaman atau gangguan terhadap keamanah
nasional. Kekuatan pertahanan tidak hanya digunakan untuk menghadapi ancaman tetapi
juga untuk membantu pemerintah dalam upaya pembangunan nasional dan tugas-tugas
internasional. Dari hasil perkiraan ancaman, Indonesia mempunyai kepentingan strategis
untuk mencegah dan mengatasi ancaman keamanan tradisional dan nontradisional.

Ancaman keamanan tradisional yaitu ancaman yang berbentuk kekuatan militer negara lain
yang membahayakan kemerdekaan, kedaulatan dan kebutuhan wilayah NKRI. Dalam
menghadapi ancaman terhadap kedaulatan dan kebutuhan wilayah, kebijakan pertahanan
Indonesia tetap mengacu pada prinsip sebagai bangsa yang cinta damai tetapi lebih cinta
kemerdekaan, yaitu mengutamakan tindakan pencegahan dengan mengoptimalkan upaya
diplomatik dalam kerangka Confidence Building Measure (CBM) dan Preventive Diplomacy.
Penggunaan kekuatan militer untuk tujuan perang merupakan tindakan terpaksa yang harus
dilakukan sebagai jalan terakhir apabila cara-cara damai tidak membuahkan hasil.

Ancaman Keamanan Non-Tradisional yaitu ancaman yang terjadi akibat dinamika politik
di sejumlah negara serta kesenjangan ekonomi dunia yang makin lebar telah menyebabkan
kondisi timpang yang lambat laun berkembang dan menjalar melampaui batas-batas negara.
Ancaman keamanan non tradisional yang timbul di dalam negeri dengan motivasi
separatisme, akan dihadapi dengan mengedepankan cara-cara dialogis. Penyelesaian masalah
melalui cara cinta damai, diplomatik atau cara-cara dialogis harus menggunakan pendekatan
budaya. Pendekatan budaya dalam pembangunan dan 8 pembinaan kekuatan pertahanan
adalah sebagai fenomena yang mengelilingi kita setiap saat, yang secara terus menerus terjadi
dan tercipta oleh adanya interaksi dengan orang lain.

Ciri utama dari “Budaya” adalah sesuatu yang merupakan hasil bersama (shared), atau
kesepakatan kelompok (held in common). Beberapa produk hasil bersama antara lain adalah :
bahasa, tradisi, kebiasaan, norma-norma kelompok, nilai-nilai pendukung, seperti “kualitas
produk”, filosofi kelompok, aturan main, iklim kerja, kemampuan terpendam, cara berpikir,
pengertian yang sama serta simbol-simbol yang mempersatukan mereka. Tanggap akan
pengaruh budaya dengan memahami keragaman dan perbedaan budaya akan mengurangi
dampak negatif globalisasi (kegoncangan budaya dan ketimpangan/ketertinggalan budaya).

E. Sikap dan Perilaku Menjaga Kesatuan Negara RI


Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa dan latar belakang budaya yang
berbeda-beda. Perbedaan suku bangsa ini bias menjadi sumber konflik yang dapat
menyebabkan perpecahan di tubuh NKRI. Keanekaragaman itu seharusnya dapat menjadi
sebuah kekuatan yang dahsyat untuk menangkal semua gangguan atau ancaman yang ingin
memecah belah persatan bangsa.
Berikut beberapa sikap dan perilaku mempertahankan NKRI :  Menjaga wilayah dan
kekayaan tanah air Indonesia, artinya menjaga seluruh kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya.  Menciptakan ketahanan nasional, artinya setiap warga negara menjaga
keutuhan, kedaulatan Negara dan mempererat persatuan bangsa.  Menghormati perbedaan
suku, budaya, agama dan warna kulit. Perbedaan yang ada akan menjadi indah jika terjadi
kerukunan, bahkan menjadi sebuah kebanggaan karena merupakan salah satu kekayaan
bangsa.  Mempertahankan kesamaan dan kebersamaan, yaitu kesamaan memiliki bangsa,
bahasa persatuan, dan tanah air Indonesia, serta memiliki pancasila, Undang-Undang Dasar
1945, dan Sang saka merah putih. Kebersamaan dapat diwujudkan dalam bentuk
mengamalkan nilai-nilai pancasila dan UUD 1945.  Memiliki semangat persatuan yang
berwawasan nusantara, yaitu semangat mewujudkan persatuan dan kesatuan di segenap
aspek kehidupan sosial, baik alamiah maupun aspek sosial yang menyangkut kehidupan
bermasyarakat. Wawasan nusantara meliputi kepentingan yang sama, tujuan yang sama,
keadilan, solidaritas, 9 kerja sama, kesetiakawanan terhadap ikrar bersama. Memiliki
wawasan nusantara berarti memiliki ketentuan-ketentuan dasar yang harus dipatuhi, ditaati
dan dipelihara oleh semua komponen masyarakat. Ketentuan-ketentuan itu antara lain
pancasila sebagai landasan idiil, dan UUD 1945 sebagai landasan konstitusional. Ketentuan
lainnya dapat berupa peraturan-peraturan yang berlaku di daerah yang mengatur kehidupan
bermasyarakat.  Mentaati peraturan agar kehidupan berbangsa dang bernegara berjalan
dengan tertib dan aman. Jika peraturan saling dilanggar, akan terjadi kekacauan yang dapat
menimbulkan perpecahan.
BAB III

PERAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM


MEMBANGUN BANGSA UNTUK NEGARA KESATUAN
REPUBLIK INDONESIA (NKRI)
Pendidikan kewarganegaraan merupakan bagian integral dari sistem pendidikan
nasional. Oleh karena itu proses pendidikan kewarganegaraan perlu dibenahi dalam
kurikulum dan pembelajaran pada semua jalur dan jenjang pendidikan. Fungsi dan
perannya dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan nasional, pendidikan
kewarganegaraan dirancang, dikembangkan, dilaksanakan dan dievaluasi dalam rangka
perwujudan tujuan pendidikan nasional. Pendidikan kewarganegaraan merupakan salah
satu mata pelajaran yang menjadi andalan dalam pengembangan karakter siswa.
Membangun karakter bangsa melalui pendidikan kewarganegaraan merupakan suatu
keharusan karena pendidikan menjadikan peserta didik cerdas dan berakhlak mulia
sehingga keberadaannya di masyarakat menjadi bermakna. Oleh karena itu, melalui
Pendidikan Kewarganegaraan, peserta didik dapat membangun kebiasaan-kebiasaan
yang baik, moral dan etika sehingga dapat dipahami, dihayati dan mampu secara
konsisten diamalkan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Namun pada
kenyataannya mata pelajaran PKn belum cukup berhasil menjalankan peran tersebut
dengan baik karena pembelajaran PKn hanya berorientasi pada prestasi kognitif.
Sebaliknya, pencapaian afektif atau sikap cenderung diabaikan. Oleh karena itu, perlu
dilakukan modifikasi pembelajaran PKn dengan mengintegrasikan konsep pendidikan
karakter dalam kegiatan pembelajaran agar lebih berperan dalam mengembangkan
karakter siswa.
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN BAGI
MAHASISWA, DAN UPAYA KOMITMEN CINTA
NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA (NKRI)
UNTUK BELA NEGARA

Dalam mewujudkan tujuan nasional bangsa Indonesia, salah satu cara adalah
memberikan Pendidikan Kewarganegaraan merupakan upaya yang dilakukan oleh
Pemerintah dalam rangka memberi bekal ilmu pengetahuan bagi generasi muda
khususnya mahasiswa untuk mampu melaksanakan pergantian generasi di masa
mendatang sebagai generasi yang bertanggungjawab terhadap negara dan bangsa
Indonesia. Untuk mewujudkan pembangunan Negara ini, melalui pola mencerdaskan
kehidupan bangsa, maka Pendidikan Kewarganegaraan memberikan bekal ilmu
pengetahuan bagi mahasiswa untuk mampu mewujudkan hidup bersatu dalam
beraneka ragam budaya dan adat-istiadat, hidup dalam masyarakat yang beraneka
ragam suku-bangsa serta kebiasaan-kebiasaan baik yang hidup dalam masyarakat, serta
mampu menjadikan kebiasaan hidup bersama dalam keanekaragaman budaya akan
mampu menguatkan rasa kebersamaan dalam di Negara Indonesia. Mata kuliah ini
sangat perlu diberikan dan diajarkan bagi mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa
untuk selalu mencintai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui serta menjelaskan tentang Pendidikan Kewarganegaraan
mampu menumbuhkan rasa cinta tanah air dan senantiasa siap sedia dalam pertahanan
dan keamanan negara atau yang seringkali kita kenal dengan bela negara. Hasil yang
didapatkan bahwa dengan diberikannya pendidikan kewarganegaraan kepada
mahasiswa, khususnya mahasiswa universitas Stikubank Semarang, maka mahasiswa
menjadi lebih mengerti tentang pentingnya pendidikan kewarganegaraan ini sehingga
mampu menumbuhkan semangat dan berkomitmen untuk cinta Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) dan rela untuk bela Negara.
PENUTUP
A. Kesimpulan
NKRI adalah negara kesatuan berbentuk republik dengan sistem desentralisasi
berdasarkan otonomi daerah seluas-luasnya di luar urusan pusat .
Negara ada untuk membantu manusia mewujudkan tujuan dan cita-citanya.
Penyelenggaraan negara harus membawa manfaat bagi manusia. Tugas manusia adalah
bertanggungjawab rasa kepentingan bersama warganya. Negara harus melindungi hakhak
warganya dan menetapkan kewajiban-kewajibannya sebagai warga negara. Ia juga harus
menciptakan kehidupan bersama yang dilandasi oleh semangat cinta kasih, keadilan, dan
perdamaian. Warga negara mempunyai hak dan kewajiban, antara hak dan kewajiban
harus berjalan seimbang. Misalnya, kewajiban membela negara dari segala ancaman dan
gangguan baik dari dalam maupun luar negeri.
Sebagai penerus bangsa hendaknya kita lebih menjaga dan mencintai negara kita. Ada
pun beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk menunjukkan hal tersebut misalnya
meningkatkan kebangaan dan rasa memiliki bangsa Indonesia dalam diri setiap warga
negara, membangun saling pengertian dan pengahargaan antarsesama warga yang
memiliki latar belakang kepentingan yang berbeda dan etnik yang berbeda, para
pemimpin negara sebaiknya menjalankan roda pemerintahan secara efektif dan efisien,
dan memperkuat unsur-unsur yang menjadi alat pertahanan negara, seperti TNI.

B. Saran
Upaya untuk mempertahankan NKRI bisa ditempuh dengan cara mengetahui
kebudayaan di Indonesia. Dengan adanya pengetahuan budaya Indonesia, kita dapat
menyaring budaya-budaya asing yang masuk ke dalam Negara Indonesia, sehingga tidak
timbul perpecahan antar daerah karena budaya yang ada.
Selain itu, sikap dan perilaku kita juga dapat mencerminkan bahwa kita sedang
mempertahankan keutuhan NKRI ini. Salah satunya dengan cara mengamalkan nilai-nilai
yang terkandung dalam pancasila, bukan hanya sekedar memahami saja.
DAFTAR PUSTAKA

Buku Putih Pertahanan Negara : “Mempertahankan Tanah air Memasuki Abad 21,
Indonesia” Dephan, 2003, Jakarta.

Koentjaraninggrat, Sejarah Teori Antropologi II, cetakan pertama, UI-Press, Jakarta, 1990.

Maas D.P., Buku Materi Pokok : Antropologi Budaya, Depdikbud, UT, Jakarta 1985.

Studi Pertahanan Nomor : 1 “Monographe : Pokok-Pokok Pikiran tentang Hankamneg”,


Badiklat Dephan, Agustus 2005, Jakarta.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara,


Biro Hukum Setjen Dephan, 2002, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai