Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH PKN

HAKIKAT NEGARA KESATUAN


REPUBLIK INDONESIA

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK III
MUH NURCAHYADIN AL-FARISI
HIJRIAH S.
ASRIL SUHRAWARDY
PUTRI MARISKA
FAUZI A DJEN
MITA
MUH. ALDY

MA. ASSALAMA TIMBUSENG


TAHUN 2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan rahmat-Nya
sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Hakikat Negara Kesatuan
Republik Indonesia”.

Dalam penyusunan makalah ini kami telah berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan
kemampuan kami. Namun sebagai manusia biasa, penulis tidak luput dari kesalahan dan
kekhilafan baik dari segi teknik penulisan maupun tata bahasa. Tetapi walaupun demikian
penulis berusaha sebisa mungkin menyelesaikan makalah ini meskipun tersusun sangat
sederhana.

Demikian semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para pembaca pada umumnya.
Kami mengharapkan saran serta kritik dari berbagai pihak yang bersifat membangun.

Takalar, 22 Januari 2022

(Penyusun)

2
ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1

A. Latar Belakang................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................2

A. pengertian NKRI dan Hakikat Negara............................................................................2

B. Negara Kesatuan Republik Indonesia.............................................................................2

C. Negara Kebangsaan Pancasila.........................................................................................4

D. Hakikat Negara Integralistik...........................................................................................5

E. Butiran-Butiran NKRI.....................................................................................................7

BAB III PENUTUP..................................................................................................................13

A. KESIMPULAN.............................................................................................................13

B. SARAN.........................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................14

3
iii

4
5
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) merupakan negara yang dilewati oleh garis
katulistiwa yang memiliki kekayaan alam sangat melimpah, beragam kebudayaan, adat
istiadat,suku, ras,bahasa dan lain-lain.
Indonesia merdeka pada tahun 1945 setelah melalui begitu banyak halangan dan
rintangan. Setelah merdeka, ada beberapa daerah yang ingin memisahkan diri dari negara
indonesia. Namun indonesia tidak begitu saja melepaskan daerah-daerah itu dengan mudah
untuk mendirikan negara baru.
Keutuhan bangsa dan negara indonesia harus tetap dijaga secara utuh. Dengan adanya
Pancasila, seluruh rakyat indonesia yang berasal dari beragam latar belakang kebudayaan, adat
istiadat, suku, ras, dan bahasa dapat dipersatukan.
Dalam makalah ini kami membahas tentang NKRI (Negara Kesatuan Republik
Indonesia) secara luas untuk menambah wawasan dalam proses pembelajaran mata kuliah
Pendidikan Pancasila. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita, walaupun masih terdapat
banyak kekurangan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas penulis menarik sebuah rumusan masalah sebagai
berikut
1. Apa pengertian NKRI dan Hakikat Negara ?
2. Bagaimana Negara Kesatuan Republik Indonesia ?
3. Bagaimana Negara Kebangsaan Pancasila ?
4. Bagaimana Hakikat Negara Integralistik ?
5. Apa Butiran-Butiran NKRI ?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini ialah


1. Untuk mengetahui pengertian NKRI dan Hakikat Negara.
2. Untuk mengetahui Negara Kesatuan Republik Indonesia.
3. Untuk mengetahui Negara Kebangsaan Pancasila.
4. Untuk mengetahui Negara Integralistik.
5. Untuk mengetahui Butiran-Butiran NKRI.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian NKRI dan Hakikat Negara

1. Pengertian NKRI

Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan negara kesatuan berbentuk


republik dengan sistem desentralisasi (pasal 18 UUD 1945), di mana pemerintah daerah
menjalankan otonomi seluas-luasnya di luar bidang pemerintahan yang oleh undang-undang
ditentukan sebagai urusan pemerintah pusat Pasal 18 UUD 45 menyebutkan :
a. Negara Kesatuan Republik Indonesia bagi atas daerah profinsi dan daerah provinsi itu
dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten dan kota itu
mempunyai pemerintahan daerah yang diatur dengan undang-undang
b. Pemerintahan Daerah Provinsi, daerah kabupaten dan kota mengatur dengan
mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.
c. Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten dan kota memiliki DPRD yang
anggotanya dipilih melalui pemilihan umum.
d. Gubernur, Bupati dan Walikota masing-masing sebagai kepala pemerintahan daerah
provinsi, kabupaten dan kota dipilih secara demokrasi.
e. Pemerintah daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya kecuali urusan pemerintahan
yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan pemerintah pusat.
f. Pemerintahan daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan-peraturan
lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan.
g. Susunan dan tata cara penyelenggaran pemerintahan daerah diatur dalam undang-
undang.

2. Hakikat Negara

Pengertian Negara. Manusia dalam merealiasisikan dan meningkatkan harkat dan


martabatnya tidaklah mungkin untuk dipenuhinya sendiri, oleh karena itu manusia sebagai
makhluk sosial senantiasa membutuhkan orang lain dalam hidupnya. Dalam pengertian inilah
manusia membentuk suatu persekutuan hidup yang disebut negara. Menurut Harold J. Laski,
bahwa negara adalah suatu masyarakat yang intregasikan karena memiliki wewenang yang
bersifat Mamasa yang secara sah lebih tinggi dari pada individu atau kelompok-kelompok yang
ada dalam negara, jikalau cara hidup yang harus ditaati baik oleh individu maupun oleh
kelompok ditentukan oleh suatu wewenang yang bersifat mengikat dan memaksa. Berdasarkan
pengertian tersebut, maka unsur-unsur negara adalah: wilayah, rakyat (penduduk),
pemerintahan, dan kedaulatan.

B. Negara Kesatuan Republik Indonesia ( NKRI )

Bangsa Indonesia dalam panggung sejarah berdirinya di dunia memiliki suatu cara khas
yaitu dengan mengangkat nilai-nilai yang telah dimilikinya sebelum membentuk suatu negara
modern. Nilai-nilai tersebut adalah berupa nilai-nilai adat-istiadat kebudayaan, serta nilai
religius yang beraneka ragam sebagai suatu unsur. Bangsa Indonesia terdiri atas berbagai macam
suku, kelompok, adat-istiadat, kebudayaan serta agama. Selain itu agama Indonesia juga
tersusun atas unsur-unsur wilayah negara yang terdiri atas beribu-ribu pulau, sehingga dalam
membentuk negara Bangsa Indonesia menentukan untuk mempersatukan berbagai unsur yang
beraneka ragam tersebut dalam suatu negara.

2
Berdasarkan ciri khas proses dalam rangka membentuk suatu negara, maka bangsa
Indonesia mendirikan suatu negara memiliki suatu karakteristik, ciri khas tertentu yang karena
ditentukan oleh keanekaragaman, sifat dan karakternya, maka bangsa ini mendirikan suatu
negara berdasarkan Filsafat Pancasila, yaitu suatu Negara Persatuan, suatu Negara Kebangsaan
serta Negara yang Bersifat Integralistik. Hal itu sebagaimana dirumuskan dalam bukaan
Undang-Undang Dasar 1945 alinea IV. Dasar nilai filosofis negara dalam hubungannya dengan
bentuk negara, sebagaimana terkandung dalam Pasal (1) Undang-Undang Dasar 1945 berbunyi:
“ Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan yang berbentuk Republik”. Sebagai suatu kajian
hermeneutis, pandangan tentang paham berbentuk negara yang dikemukakan tatkala bangsa
Indonesia mendirikan negara, yaitu dalam Sidang BPUPKI tanggal 31 Mei 1945. Sebagaimana
dijelaskan di atas Soepomo mengemukakan pandangannya dengan membahas tiga teori bentuk
negara besar di dunia, yaitu (1) aliran negara yang menyatakan bahwa negara terdiri atas teori
perseorangan (individualisme), sebagaimana diajarkan oleh Thomas Hobbes, John Locke, J.J.
Rousscau, Herbert Spencer, dan Harold J. Laski (2) Aliran lain adalah teori ‘golongan’ dari
negara (class theory) sebagaimana diajarkan oleh Marx, Engles, dan Lenin. (3) Aliran negara
integralistik yang diajarkan oleh Spinoza, Adam Muller, dan Hegel.
Pendapat Soepomo tersebut nampaknya senada dengan pandangan Soekarno, M. Hatta
dan Yamin, yang menekankan pentingnya integrasi baik individu maupun masyarakat. Para
pendiri Republik ini menyakini dan menyadari bahwa filsafat individualisme-liberalisme tidak
sesuai dengan pandangan hidup bangsa Indonesia.
Esensi negara kesatuan adalah terletak pada pandangan ontologis tentang hakikat
manusia sebagai subjek pendukung negara. Hakikat negara persatuan adalah masyarakat itu
sendiri. Dalam hubungan ini negara tidak memandang masyarakat sebagai suatu objek yang
berada di luar negara, melainkan sebagai sumber genetik dirinya, masyarakat sebagai suatu
unsur dalam negara yang tumbuh bersama dari berbagai golongan yang ada dalam masyarakat
untuk terselenggaranya kesatuan hidup dalam suatu interaksi saling memberi dan menerima
antar warganya. Negara kesatuan bukan dimaksudkan merupakan suatu kesatuan dari negara
bagian (federasi), melainkan kesatuan dalam arti keseluruhan unsur-unsur negara yang bersifat
fundamental. Oleh karena itu sifat kodrat manusia individu-makhluk sosial sebagai basis
ontologi negara kesatuan itu adalah merupakan kodrat yang diberikan oleh Tuhan YME. Negara
mengatasi semua golongan yang ada dalam masyarakat, negara tidak memihak pada salah satu
golongan, negara bekerja bagi kepentingan seluruh rakyat. Masyarakat adalah produk dari
interaksi antara segenap golongan yang ada didalamnya. Dengan demikian negara adalah produk
dari interaksi antara golongan yang ada dalam masyarakat. Sebagai produk yang demikian maka
‘logic in it self’ bahwa negara mengatasi setiap golongan yang ada dalam setiap golongan yang
ada dalam masyarakat.

1. Hakikat Bentuk Negara

Bangsa dan negara Indonesia adalah terdiri atas berbagai macam usut yang
membentuknya yaitu suku bangsa, kepulauan, kebudayaan, golongan serta agama secara
keseluruhan merupakan suatu kesatuan. Oleh karena itu negara Indonesia adalah negara yang
berdasarkan Pancasila sebagi suatu negara kesatuan sebagaimana termuat dalam Pembukaan
UUD 1945, Negara Republik Indonesia yang Berkedaulatan Rakyat. Ditegaskan kembali Pokok
Pikiran Pertama “....bahwa negara Indonesia adalah negara persatuan yang melindungi segenap
bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia.” Hakikat negara kesatuan dalam pengertian ini
adalah negara yang merupakan suatu kesatuan dari unsur-unsur yang membentuknya, yaitu
rakyat yang terdiri atas berbagai macam etnis, suku bangsa, golongan, kebudayaan, serta agama.
Pengertian ‘Persatuan Indonesia’ lebih lanjut dijelaskan secara resmi dalam Pembukaan
UUD 1945 yang termuat dalam berita Republik Indonesia Tahun II No. 7 , bahwa bangsa

3
Indonesai mendirikan negara Indonesia dipergunakan aliran ‘Negara Persatuan’ yaitu negara
yang mengatasi segala paham golongan dan paham perorangan. Jadi ‘Negara Persatuan’
bukanlah negara berdasarkan indivualisme, sebagaimana diterapkan di negara liberal di mana
negara hanya sebagai suatu iakatan individu saja.
Bhinneka Tunggal Ika: sebagaimana diketahui bahwa walaupun bangsa Indonesia terdiri
atas berbagai macam suku bangsa yang memiliki karakter, kebudayaan serta adat-istiadat yang
beraneka ragam, namun keseluruhannya merupakan suatu kesatuan dan persatuan negara dan
bangsa Indonesia. Hakikat makna Bhinneka Tunggal Ika yang memberikan sesuatu pengertian
bahwa meskipun bangsa dan negara Indonesia terdiri atas bermacam-macam suku bangsa yang
memiliki adat-istiadat, kebudayaan serta karakter berbeda-beda, memiliki agama yang berbeda-
beda dan terdiri atas beribu-ribu kepulauan wilayah nusantara Indonesia, namun keseluruhannya
adalah merupakan suatu persatuan, yaitu persatuan bangsa dan negara Indonesia. Perbedaan itu
adalah merupakan suatu bawaan kodrat manusia sebagai makhluk Tuhan YME, namun
perbedaan itu untuk dipersatukan disintesiskan dalam suatu sintesis yang positif dalam suatu
negara kebersamaan, negara persatuan Indonesia (Notonegoro, 1975: 106)

2. NKRI adalah Negara Kebangsaan

Bangsa Indonesia sebagai bagian dari umat manusia di dunia adalah sebagai makhluk
Tuhan YME yang memiliki sifat kodrat sebagai makhluk individu yang memiliki kebebasan dan
juga sebagai makhluk sosial yang senantiasa membutuhkan orang lain. Sebagaimana dijelaskan
di depan, menurut Yamin, bangsa Indonesia dalam merintis terbentuknya suatu bangsa dalam
panggung politik internasional yaitu suatu bangsa yang modern yang memiliki kemerdekaan dan
kebebasan, berlangsung melalui tiga fase, yaitu zaman kebangsaan Sriwijaya, negara
kebangsaan zaman Majapahit. Kedua zaman negara kebangsaan tersebut adalah merupakan
kebangsaan lama, dan kemudian pada gilirannya masyarakat Indonesia membentuk suatu
Nationals Staat, atau suatu Etat Nationale, yaitu suatu negara kebangsaan Indonesia Modern
menurut susunan kekeluargaan berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa serta kemanusiaan
(sekarang Negara Proklamasi 17 Agustus 1945).

a. Hakikat Bangsa
Manusia sebagai makhluk Tuhan YME pada hakikatnya memiliki sifat kodrat sebagai
makhluk individu dan makhluk sosial. Suatu bangsa bukanlah suatu manifestasi kepentingan
individu saja yang diikat secara imperatif dengan suatu peraturan perundangan-undangan
sebagaimana dilakukan oleh negara liberal. Demikian juga suatu bangsa bukanlah suatu totalitas
kelompok masyarakat yang menenggelamkan hak-hak individu sebagaimana terjadi pada bangsa
sosialis komunistis.

b. Teori Kebangsaan
Dakam tumbuh berkembangnya suatu bangsa atau juga disebut sebagai ‘Nation’,
terdapat berbagai macam teori besar yang merupakan bahan komporasi bagi proses pendirian
negara Indonesia, untuk mewujudkan suatu bangsa yang memiliki sifat dan karakter sendiri.

C. Negara Kebangsaan Pancasila

Bangsa Indonesia terbentuk melalui suatu proses sejarah yang cukup panjang, sejak
zaman kerajaan-kerajaan Sriwijaya, Majapahit serta dijajah oleh bangsa asing selama tiga
setengah abad. Unsur masyarakat yang membentuk bangsa Indonesia terdiri atas berbagai
macam suku bangsa, berbagai macam adat-istiadat kebudayaan dan agama, serta berdiam dalam
suatu wilayah yang terdiri dari beribu-ribu pulau. Oleh karena itu, keadaan yang beraneka ragam

4
tersebut bukanlah merupakan suatu perbedaan untuk dipertentangkan, melainkan perbedaan itu
justru merupakan suatu daya penarik ke arah suatu kerjasama persatuan dan kesatuan dalam
suatu sintesis dan sinergi yang positif, sehingga keanekaragaman itu justru terwujud dalam suatu
kerjasama yang luhur.
Adapun unsur-unsur yang membentuk nasionalisme (bangsa) Indonesia adalah sebagai
berikut:
a. Kesatuan Sejarah: bangsa Indonesia tumbuh dan berkembang dari suatu proses sejarah,
yaitu sejak zaman prasejarah, zaman Sriwijaya, Majapahit, kemudian datang penjajah,
tercetus Sumpah Pemuda 1928 dan akhirnya memproklamasikan sebagai bangsa yang
merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, dalam suatu wilayah negara Republik
Indonesia.
b. Kesatuan Nasib: yaitu bangsa Indonesia terbentuk karena memiliki kesamaan nasib
yaitu penderitaan penjajahan selama tiga setengah abad dan memperjuangkan demi
kemerdekaan secara bersama dan akhirnya mendapatkan kegembiraan bersama atas
karunia Tuhan Yang Maha Esa tentang kemerdekaan.
c. Kesatuan Kebudayaan: Walaupun bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman
kebudayaan, namun keseluruhannya itu merupakan satu kebudayaan yaitu kebudayaan
nasional Indonesia. Jadi, kebudayaan nasional Indonesia tumbuh dan bekembang di atas
akar-akar kebudayaan daerah yang menyusunnya.
d. Kesatuan Wilayah: bangsa ini hidup dari mencapai penghidupan dalam wilayah Ibu
Pertiwi, yaitu satu tumpah darah Indonesia.
e. Kesatuan Asas Kerokhanian: bangsa ini sebagai satu bangsa memiliki kesamaan cita-
cita, kesamaan pandangan hidup dan filsafat hidup yang berakar dari pandangan hidup
masyarakat Indonesia sendiri yaitu pandangan hidup Pancasila

D. Hakikat Negara Integralistik

Pancasila sebagai asas kerokhanian bangsa dan negara pada hakikatnya merupakan suatu
asas kebersamaan, asas kekeluargaan serta religius. Dalam pengertian inilah maka bangsa
Indonesia dengan keanekaragamannya tersebut membentuk suatu kesatuan integral sebagai
suatu bangsa yang merdeka. Bangsa Indonesia yang membentuk suatu persekutuan hidup
dengan mempersatukan keanekaragaman yang dimilikinya dalam suatu kesatuan integral yang
disebut negara Indonesia, Soepomo pada sidang pertama BPUPKI tanggal 31 Maret 1945,
mengusulkan tentang paham integralistik yang dalam kenyataan objektivnya berakar pada
budaya bangsa. Pemikiran Soepomo tentang negara integralistiktersebut adalah sebagai berikut:
“Maka semangat kebatinan, struktur kerokhanian dari bangsa Indonesia bersifat dan cita-cita
persoalan hidup, yaitu persatuan antara dunia luar dan dunia bathin, antara makrokosmos dan
mikrokosmos, antara rakyat dan pemimpin-pemimpinnya. Segala manusia sebagai golongan
manusia itu tiap-tiap masyarakat dalam pergaulan hidup di dunia dianggap mempunyai tempat
dan kewajiban hidup (dharma) sendiri-sendiri menurut kodratnya dan segala-segalanya
ditujukan kepada keseimbangan lahir dan bathin. Manusia sebagai seseorang tidak terpisah dari
seseorang yang lain atau dunia luar, dari golongan manusia, maka segala sesuatu bercampur
baur bersangkut paut, segala sesuatu berpengaruh dan kehidupan mereka bersangkut paut”
(Sekretariat Negara, 1995).
Kesatuan integral bangsa bangsa dan negara Indonesia dipertegas dalam pokok pikiran
pertama, “....Negara melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia”. Bangsa
Indonesia pada hakikatnya merupakan suatu penjelmaan dari sifat manusia sebagai makhluk
individu dan makhluk sosial. Dalam pengertian yang demikian ini maka manusia pada
hakikatnya merupakan makhluk yang saling tergantung, sehingga hakikat manusia itu bukanlah
total individu dan juga bukan total makhluk sosial. Relasi yang saling tergantung tersebut

5
menunjukkan bahwa manusia adalah merupakan suatu suatu totalitas makhluk individu dan
makhluk sosial. Adapun penjelmaan dalam wujud persekutuan hidup bersama adalah terwujud
dalam suatu bangsa yang memiliki kesatuan integralistik (Besar, 1995: 77, 78). Dalam
pengertian ini paham integralistik memberikan suatu prinsip bahwa negara adalah suatu
kesatuan integral dari unsur-unsur yang menyusunnya, negara mengatasi semua golongan
bagian-bagian yang membentuk negara, negara tidak memihak pada suatu golongan betapapun
golongan tersebut sebagai golongan terbesar. Negara dan bangsa adalah untuk semua unsur yang
membentuk kesatuan tersebut.
Paham integralistik yang terkandung dalam Pancasila meletakkan azas kebersamaan
hidup, mendambakan keselarasan dalam hhubungan antar individu maupun masyarakat. Dalam
pengertian ini paham negara integralistik tidak memihak pada yang kuat, tidak mengenal
dominasi mayoritas dan juga tidak mengenal tirani minoritas. Maka di dalamnya terkandung
nilai kebersamaan, kekeluargaan, ke-“Bhinneka Tunggal Ikaan”, nilai religius, serta keserasian
Pemikiran negara integralistik yang telah berakar pada budaya bangsa Indonesia sejak
zaman dahulu kala pada hakikatnya terdiri atas bagian-bagian yang secara mutlak membentuk
suatu kesatuan. Bangsa Indonesia terdiri atas manusia-manusia sebagai individu, keluarga-
keluarga, kelompok-kelompok, golongan-golongan, suku bangsa-suku bangsa, adapun wilayah
terdiri atas pulau-pulau keseluruhannya itu merupakan suatu kesatuan baik lahir maupun bathin.

1. Hubungan antara Individu dan Negara

Manusia pada hakikatnya adalah makhluk jasmani rokhani, makhluk pribadi dan sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa, serta manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial.
Keseluruhan unsur hakikat manusia tersebut adalah merupakan suatu totalitas yang bersifat
‘majemuk tunggal’ atau ‘monopluralis’. Sifat kodrat manusia sebagai makhluk individu dan
makhluk sosial yang merupakan sifat dasar dari totalitas manusia dalam negara. Dalam negara
sebagai suatu totalitas senantiasa terdapat sejumlah subjek yang senantiasa berelasi antara satu
dengan lainnya. Relasi yang memacu ke arah terbentuknya kebersamaan yang bersifat totalitas
hanyalah relasi yang ekuivalensi, yaitu di satu sisi mengandung kemiripan atau kesamaan.
Kemiripan membuat subjek saling membutuhkan dengan lain perkataan ‘saling tergantung’.
Perpaduan antara ‘saling relevan’ dengan ‘saling tergantung’ inilah yang menggerakkan
terjadinya interaksi antar subjek serta tanggapan yang memadai terhadap kondisi saling
tergantung adalah ‘saling memberi’ antar subjek, bilamana mereka menghendaki terpeliharanya
eksistensinya dalam negara. Hanya dengan perantara interaksi antar subjek dengan saling
memberi serta saling tergantung, maka dapat memelihara eksistensinya dalam kebersamaan. Hal
ini telah terekspresi dalam akar budaya Indonesia dalam ungkapan-ungkapan, “bersatu kita
teguh bercerai kita runtuh”, “Persatuan Indonesia”, “Wawasan Nusantara”, serta “Bhinneka
Tunggal Ika”.
Totalitas dalam kehidupan negara itu, secara alami memberikan karakteristik pada
manusia (1) manusia adalah makhluk yang saling tergantung antara satu dan lainnya maupun
dengan lingkungannya, (2) tugas hidup manusia secara kodrat adalah memberi kepada
lingkungannya.Jati diri integralistik Indonesia memang sebagai suatu paham tersendiri di
samping paham-paham besar dunia yaitu individualisme, liberalisme, dan sosialisme-
komunisme.

2. Hubungan antara Masyarakat dan Negara

Negara adalah produk dari masyarakat, karena negara merupakan lembaga


kemasyarakatan. Dalam pengertian negara sebagai suatu totalitas, masyarakat itu dalam dirinya
bersemayam hasrat mengorganisasikan diri, sehingga ‘organisasi’ dan ‘ketaatan’ adalah dua hal

6
yang tidak dapat dipisahkan dalam masyarakat negara. Organisasi terjadi secara alami berkat
dorongan batin, sedang ketaatan sebagai konsekuensi logis dari organisasi negara. Hal ini
dikarenakan dalam negara antara individu senantiasa terdapat hubungan saling ketergantungan
dan saling memberi. Negara pada hakikatnya merupakan lembaga keterorganisasian diri
masyarakat. Oleh karena itu, betapapun masyarakat terdiri dari golongan-golongan, kelompok-
kelompok, suku bangsa-suku bangsa, namun secara keseluruhan mengungkapkan suatu totalitas
yang di dalamnya terkandung roh persatuan, yaitu perbedaan antara golongan tidak dilarutkan
namun dikorelasikan oleh interaksi saling memberi, serta oleh sintesis yang positif.
Negara pada hakikatnya adalah suatu lembaga kemasyarakatan sehingga negara adalah
masyarakat itu sendiri. Masyarakat mewakili diri dalam Negara, dengan kewibawaannya dan ia
angkat untuk menata dan mengatur dirinya dalam mencapai kesejahteraan bersama dalam
hidupnya. Dalam pengertian inilah maka negara memandang masyarakat bukan sebagai objek
yang berada di luar negara, melainkan sebagai sumber genetik dari dirinya. Masyarakat
dipandang sebagai pertumbuhan bersama dari berbagai golongan yang mencapai persatuannya.
Maka kesatuan dalam masyarakat bukanlah hanya masalah lahiriah saja melainkan juga batiniah.
Negara mengatasi semua golongan yang ada dalam masyarakat. Negara tidak memihak
pada salah satu golongan, negara bekerja demi kepentingan seluruh rakyat. Hal ini sebagai
konsekuensi bahwa negara pada hakikatnya adalah masyarakat itu sendiri, oleh karena itu negara
untuk semua golongan, semua bagian, dan semua rakyat.
Berdasarkan pengertian paham integralistik tersebut maka rincian pandangan tersebut
adalah sebagai berikut:
a. Negara merupakan suatu susunan masyarakat yang integral.
b. Semua golongan, bagian dan anggotanya berhubungan erat satu dengan lainnya.
c. Semua golongan, bagian dan anggotanya merupakan persatuan masyarakat yang
organis.
d. Yang terpenting dalam kehidupan bersama adalah perhimpunan bangsa seluruhnya.
e. Negara tidak memihak kepada sesuatu golongan atau perseorangan.
f. Negara tidak menganggap kepentingan seseorang sebagai pusat.
g. Negara tidak hanya untuk menjamin kepentingan seseorang atau golongan saja.
h. Negara menjamin kepentingan manusia seluruhnya sebagai suatu kesatuan integral.
i. Negara menjamin keselamatan hidup bangsa seluruhnya sebagai suatu kesatuan yang
tak dapat dipisahkan (Yamin, 1959).

E. Butiran-Butiran NKRI

1. NKRI adalah Negara Kebangsaan Yang Berketuhanan Yang Maha Esa

Negara Pancasila pada hakikatnya adalah negara kebangsaan yang Ber-Ketuhanan Yang Maha
Esa. Landasan pokok sebagai pangkal tolak paham tersebut adalah Tuhan adalah sebagai Sang
Pencipta segala sesuatu.
Setiap individu yang hidup dalam suatu bangsa adalah sebagai makhluk Tuhan, maka bangsa
dan negara sebagai totalitas yang integral adalah Berketuhanan, demikian pula setiap warganya
juga ber-Ketuhanan Yang Maha Esa. Negara kebangsaan Indonesia adalah negara yang
mengakui Tuhan Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab, yaitu
negara kebangsaan yang memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur dan memgang teguh
cita-cita kemanusiaan sebagai makhluk Tuhan dengan segala hak dan kewajibannya.
Negara tidak memaksakan agama. Kebebasan beragama dan kebebasan agama adalah
merupakan hak asasi manusia yang paling mutlak karena langsung bersumber pada martabat
manusia yang berkedudukan kodrat sebagai pribadi dan sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang
Maha Esa. Setiap umat beragama memiliki kebebasan untuk menggali dan meningkatkan

7
kehidupan spiritualnya dalam masing-masing agama. Negara wajib memelihara budi pekerti
yang luhur dari setiap warga negara pada umumnya dan para penyelenggara negara khususnya
berdasarkan nilai-nilai Pancasila.

Hakikat Ketuhanan Yang Maha Esa

Penyelenggaraan negara harus sesuai dengan hakikat nilai-nilai yang berasal dari Tuhan
baik material maupun spiritual. Hal ini ditegaskan oleh Moh. Hatta, bahwa sila “Ketuhanan
Yang Maha Esa” merupakan dasar yang memimpin cita-cita kenegaraan kita untuk
menyelenggarakan yang baik bagi masyarakat dan penyelenggara negara. Dengan dasar sila
Ketuhanan Yang Maha Esa ini maka politik negara mendapat dasar moral yang kuat, sila ini
yang menjadi dasar yang memimpin kerohanian rah jalan kebenaran, keadilan, kebaikan,
kejujuran dan persaudaraan.

Hubungan Negara dengan Agama


Negara pada hakikatnya adalah merupakan suatu persekutuan hidup bersama sebagai
penjelmaan sifat kodrat manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Manusia sebagai
warga hidup bersama berkedudukan sebagai makhluk pribadi dan sebagai makhlukTuhan Yang
Maha Esa. Sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, ia memiliki hak dan kewajiban untuk
memenuhi harkat kemanusiaannya yaitu menyembah kepada Tuhan Ynang Maha Esa.
Manifestasi hubungan manusia dengan Tuhannya adalah terwujud dalam agam. Negara adalah
produk manusia sehingga merupakan hasil budaya manusia, sedangkan agama adalah bersumber
pada wahyu Tuhan yang bersifat mutlak. Dalam hidup keagamaan manusia memiliki hak-hak
dan kwajiban yang didasarkan atas keimanan dan ketaqwaannya terhadap Tuhannya, sedangkan
dalam negara manusia memiliki hak-hak dan kewajiban secara horizontal dalam hubungannya
dengan manusia lain.

a. Hubungan Negara dengan Agama Menurut Pancasila

Negara Indonesia yang berdasarkan pancasila adalah bukan negara sekuler yang
memisahkan negara dengan agama, karena hal ini tercantum dalam pasal 29 ayat (1) yang
intinya bahwa negara sebagai persekutuan hidup adalah Berketuhanan Yang Maha Esa.
Konsekuensinya segala aspek dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara harus sesuai
dengan hakikat nilai-nilai yang berasal dari Tuhan.
Negara Pancasila pada hakikatnya megatasi segala agama dan menjamin kehidupan
agama dan umat beragama, karena beragama adalah hak asasi yang bersifat mutlak. Pasal 29
ayat (2) memberikan kebebasan kepada seluruh warga negara untuk memeluk agama dan
menjalankan ibadah sesuai dengan keimanan dan ketaqwaan masing-masing.

b. Hubungan Negara dengan Agama Menurut Paham Theokrasi

Hubungan negara dengan agama menurut paham Theokrasi bahwa antara negara dengan
agama tidak dapat dipisahkan. Negara menyatu dengan agama, pemerintahan dijalankan
berdasarkan firman-firman Tuhan, segala tata kehidupan dalam masyarakat, bangsa dan negara
didasarkan atas firman-firman Tuhan.

c. Hubungan Negara dengan Agama Menurut Sekularisme

Paham sekularisme membedakan dan memisahkan antara agama dan negara.


Sekularisme berpandangan bahwa negara adalah masalah-masalah keduniawian hubungan

8
manusia dengan manusia, adapun agama adalah urusan akhirat yang menyangkut hubungan
manusia dengan Tuhan.
Negara adalah urusan hubungan horizontal antara manusia dalam mencapai tujuannya,
adapun agama adalah menjadi urusan umat masing-masing agama. Walaupun dalam negaa
sekuler membedakan antara negara dengan agama, namun lazinya warga negara diberikan
kebebasan dalam memeluk agama masing-masing.

Paham Liberal
Manusia menurut paham liberalisme memandang bahwa manusia sebagai manusia
pribadi yang utuh dan lengkap dan terlepas dari manusia lainnya. Manusia sebagai individu
memiliki potensi dan senantiasa berjuang untuk dirinya sendiri. Dalam pengertian inilah maka
dalam hidup masyarakat bersama akan menyimpan potensi konflik, manusia akan menjadi
ancaman bagi manusia lainnya. Negara menurut liberalisme harus tetap menjamin kebebasan
individu, dan untuk itu maka manusia secara bersama-sama mengatur negara.
Atas dasar fundamental hakikat manusia tersebut maka dalam kehidupan masyarakat
bersama yang disebut negara, kebebasan individu sebagai basis demokrasi, bahkan hal ini
merupakan unsur yang fundamental. Liberalisme tetap pada suatu prinip bahwa rakyat adalah
merupakan ikatan dari individu-individu yang bebas, dan ikatan hukumlah yang mendasari
kehidupan bersama dalam negara.

d. Hubungan Negara dengan Agama Menurut Paham Liberalisme

Negara liberal hakikatnya mendasarkan pada kebebasan individu. Negara adalah


merupakan alat atau sarana individu, sehingga masalah agama dalam negara sangat ditentukan
oleh kebebasan individu. Negara memberi kebebasan kepada warganya untuk memeluk agama
dan menjalankan ibadah sesuai dengan agamanya masing-masing. Namun dalam negara liberal
juga diberi kebebasan untuk tidak percaya terhadap Tuhan atau atheis.
Nilai-nilai agama dalam negara dipisahkan dan dibedakan dengan negara, keputusan dan
ketentuan kenegaraan terutama peraturan perundang-undangan sangat ditentukan oleh
kesepakatan individu-individu sebagai warga negaranya. Dalam sistem negara liberal
membedakan dan memisahkan antara negara degan agama atau bersifat sekuler.

Paham Sosialisme Komunis


Komunisme yang dicetuskan melalui pemikiran Karl Marx memandang bahwa hakikat,
kebebasan dan hak individu itu tidak ada. Manusia pada hakikatnya adalah merupakan
sekumpulan relasi, sehingga yang mutlak adalah komunitas dan bukannya individualitas. Hak
milik individualitas diganti dengan hak milik kolektif, individualism diganti sosialisme komunis.
Oleh karena tidak adanya hak individu, maka dapat dipastikan bahwa menurut paham
komunisme demokrasi individualis itu tidak ada, yang ada adalah hak komunal.
Hak asasi dalam negara hanya berpusat pada hak kolektif, sehingga hak individual pada
hakikatnya adalah tidak ada. Atas dasar pengertian inilah maka sebenarnya komunisme adalah
anti demokrasi dan hak asasi manusia.

2. NKRI adalah Negara Kebangsaan Yang Berkemanusiaan Yang Adil dan Beradab

Negara pada hakikatnya menurut pandangan filsafat Pancasila adalah merupakan suatu
persekutuan hidup manusia, yang merupakan suatu penjelmaan sita kodrat manusia sebagai
makhluk individu dan makhluk sosial serta sebagai makhluk Tuhan YME. Negara adalah
lembaga kemanusiaan, lembaga kemasyarakatan yang bertujuan demi tercapainya harkat dan
martabat manusia serta kesejahteraan lahir maupun batin.

9
Konsekuensinya segala aspek dalam penyelenggaraan negara, asas kerokhanian, struktur
dan keadaan negara harus koheren dengan hakikat manusia yang adi dan beradab. Struktur dan
keadaan negara tersebut adalah meliputi (1) bentuk negara, (2) tujuan negara, (3) organisasi
negara, (4) kekuasaan negara, (5) penguasa negara, (6) warga negara, masyarakat, rakyat dan,
bangsa). Negara Pancasila sebagai negara Kebangsaan yang berkemanusiaan yang Adil dan
Beradab, mendasarkan nasionalisme (kebangsaan) berdasarkan hakikat kodrat manusia yang adil
dan beradab. Kebangsaan Indonesia adalah kebangsaan yang berkemanusiaan, berkeadilan,
berkeadaban, maka bukan suatu kebangsaan yang Chauvinistic.Kebangsaan berdasarkan
Pancasila mengakui dan mendasarkan kebangsaan pada berkemanusiaan.

3. NKRI adalah Negara Kebangsaan yang Berpersatuan

Negara Indonesia adalah Negara Persatuan, dalam arti bahwa negara adalah merupakan
suatu kesatuan dari unsur-unsur yang membentuk negara baik individu maupun masyarakat
sebagai penjelmaan sifat kodrat manusia. Hakikat negara persatuan bahwa negara adalah
masyarakat itu sendiri. Masyarakat pada hakikatnya mewakili diri pada penyelenggaraan negara,
menata dan mengatur dirinya dalam mencapai tujuan hidupnya. Negara kesatuan bukan
dimaksudkan merupakan suatu kesatuan dari negara bagian (federasi), melainkan kesatuan
dalam arti keseluruhan unsur-unsur negara yang bersifat fundamental. Oleh karena itu sifat
kodrat manusia individu-individu sosial sebagai basis ontologis negara kesatuan itu adalah
merupakan kodrat yang diberikan oleh Tuhan YME.Nilai filosofis persatuan, dalam kehidupan
kenegaraan dan kebangsaan menjadi kunci kemajuan suatu bangsa.

4. NKRI adalah Negara Kebangsaan Yang Berkerakyatan

Negara menurut filsafat pancasilaadalah dari oleh dann untuk rakyat. Hakikat rakyat adalah
sekelompok manusia yang bersatu yang memiliki tujuan tertentu dan hidup dalam satu wilayah
negara. Di berbagai negara, sistem demokrasi diterapkan misalnya Perdana Menteri dipilih oleh
parlemen. Berdasarkan berbagai teori dan konsep pemikiran demokrasi dan praktis demokrasi,
maka demokrasi seyogyanya dipahami dan perspektif yang komprehensif, yaitu meliputi aspek
filosofis, normatif, dan praktis. Aspek filosofis menyangkut dasar filosofis demokrasi yang
menjadi dasar hakikat sesuai dengan landasan ontologis. Aspek normatif menyangkut
bagaimana norma-norma sebagai asa dan aturan dalam demokrasi dikembangkan berlandaskan
dasar filosofis masyarakat, bangsa, dan negara.

a. Bentuk- bentuk demokrasi


Dalam suatu negara misalnya diterapkan demokrasi dengan sistem presidensial dan
sistem parlementer. Sistem presidensial adalah sistem yang menekankan pentingnya pemilihan
presiden secara langsung, sehingga presiden mendapatkan mandat secara langsung dari rakyat.
Dalam sistem ini presiden merupakan kepala eksekutif sekaligus kepala negara. Yang
menerapkan sitem ini adalah negara Amerika dan negara Indonesia. Sedangkan sistem
parlementer menerapkan model hubungan yang menyatu antara kekuasaan eksekutif dan
legislatif. Kepala eksekutif berada ditangan perdana menteri, dan kepala negara beradaditangan
ratu. Yang menerapkan sistem ini seperti Inggris, India, dan lain-lain.

b. Demokrasi Perwakilan Liberal

Prinsip demokrasi ini didasarkan pada suatu filsafat kenegaaraan bahwa manusia adalah
sebagai makhluk individu yang bebas artinya kebebasan individu sebagai dasar fundamental
dalam pelaksanaan demokrasi. Menurut Held bahwa demokrasi perwakilan liberal merupakan

10
suatu pembaharuan kelembagaan pokok untuk mengatasi problema keseimbangan antara
kekuasaan memaksa dan kebebasan. Kebebasan yang dimaksudkan adalah jaminan kebebasan
secara individual, baik dalam kehidupan politik, ekonomi, sosial, keagamaan bahkan kebebasan
anti agama. Konsekuensi dari implementasi sistem dan prinsip demokrasi adalah berkembang
persaingan bebas, terutama dalam kehidupan ekonomi sehingga akibatnya individu yang tidak
mampu menghadapi persaingan tersebut akan tenggelam.

c. Demokrasi Satu Partai dan Komunisme

Demokrasi ini dilaksanakan di negara-negar komunis seperti Rusia, China, Vietnam, dan
lainnya. Kebebasan formal berdasarkan demookrasi liberal akan menghasilkan kesenjangan
kelas yang semakin lebar dalam masyarakat, ddan akhirnay kapitalislah yang menguasai negara.
Menurut pandangan kaum Marxis-Leninis, sistem demokrasi delegatif harus dilengkapi, pada
prinsipnya denagn suatu sistem yang terpisah tetapi sama pada tingkat partai komunis. Transisi
menuju sosialisme dan komunisme memerlikan kepemimpinan yang profesional, dari kader-
kader revolusioner dan disiplin. Berdasarkan teori tersebut, praktek demokrasi merupakan
kekuasaan berada ditangan rakyat. Yang di maksud dengan demokrasi deliberatif secara istilah
berarti “konsultasi”, “menimibang-nimbang”, atau yang sangat populer dalam politik disebut
dengan istilah musyawarah. Jadi, dalam pelaksanaan demokrasi tidak hanya didasarkan atas
prinsip kuantitas metematis belaka, melainkan dalam berbagai aspek ditentukan dengan
musyawarah, dengan berbagai pertimbangan akan tetapi paradigmanya demi kesejahteraan
rakyat.
Negara kebangsaan yang bekerdaulatan rakyat berdasarkan Pancasila, berarti bahwa
kekuasaan tertinggi adalah di tangan rakyat dan dalam sistem kenegaraan dilakukan menurut
UUD. Negar kebangsaan yang berkedaulatan rakyat adalah suatu negara demokrasi monodualis
yang berarti bahwa individu sebagai makhluk sosial bukanlah demokrasi liberal yang hanya
mendasarkan pada kodrat manusia sebagai individu saja, dan bukan pula demokrasi klass yang
hanya mengakui manusia sebagai makhluk sosial belaka. Demokrasi ini mengembangkan
demokrasi kebersamaan, berdasarkan asas kekeluargaan kebebasan individu dalam rangka
kesejahteraan bersama.

d. Demokrasi Indonesia dan Tujuan Negara Kesejahteraan Rakyat

Tujuan negara dirumuskan dalam pembukaan UUD 1945. Hal inilah yang merupakan
cita-cita ideal filosofis bagi negara Indonesia (Assiddiqie). Nampaknya pada reformasi ini lebh
menekankan pada aspek negara hukum formal, yaitu hasil reformasi lebih utama pada aspek
politik hukum. Menurut Darwin, dalam reformasi dewasa ini demokrasi dikatakan mengalami
deficit yaitu perolehan atau manfaat yang diterima masyarakat denagn hadirnya demokrasi, lebih
rendah dibandingkan dengan ongkos demokrasi baik dalam arti finansial yang dikeluarkan dan
ditanggung oleh rakyat, maupun negara untuk menggelar pesta demokrasi tersebut. Jadi, sistem
demokrasi Indonesia belum efektif, karena biaya yang dikeluarkan untuk mensejahterakan
rakyat, dipaksa dikeluarkan untuk membiayai demokrasi yang kenyataannya tidak menyentuh
kedaulatan rakyat. Seperti juga adanya korupsi yang dilakukan oleh para wakil rakyat, hal ini
tidak sesuai dengan demokrasi menurut Filsafat Pancasila, yang mendasarkan demokrasi pada
kedaulatan rakyat.

5. NKRI adalah Negara Kebangsaan yang Berkeadilan Sosial

Negara Pancasila adalah negara kebangsaan yang berkeadilan sosial, yang berarti bahwa
negara sebagai penjelmaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, sifat kodrat

11
individu dan makhluk sosial bertujuan untuk mewujudkan suatu keadilan dalam hidu bersama
(Keadilan Sosial). Dalam hidup bersama baik dalam masyarakat, bangsa, dan negara harus
terwujud suatu keadilan (Keadilan Sosial), yang meliputi tiga hal yaitu: (1) keadilan distributif
(keadilan membagi), yaitu negara terhadap warganya, (2) keadilan legal (keadilan bertaat), yaitu
warga terhadap negaranya untuk mentaati peraturan perundangan, dan (3) keadilan komutatif
(keadilan antar sesama warga negara), yaitu hubungan keadilan antara warga satu dengan
lainnya secara timbal balik.
Sebagai suatu negara berkeadilan sosial maka negara Indonesia yang berdasarkan
Pancasila sebagai suatu negara kebangsaan, bertujuan untuk melindungi segenap warganya dan
seluruh tumpah darah, memajukan kesejahteraan umum, serta mencerdaskan warganya (tujuan
khusus). Adapun tujuan dalam pergaulan antar bangsa di masyarakat internasional bertujuan:
“ikut menciptakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan
keadilan sosial”.
Realisasi dan perlindungan keadilan dalam hidup bersama dalam suatu negara
kebangsaan, mengharuskan negara untuk menciptakan suatu peraturan perundang-undangan.
Dalam pengertian inilah maka negara kebangsaan yang berkeadilan sosial harus merupakan
suatu negara yang berdasarkan atas hukum. Sehingga sebagai suatu negara hukum harus
terpenuhi adanya tiga syarat pokok yaitu: (1) pengakuan dan perlindugan atas hak-hak asasi
manusia, (2) peradilan yang bebas, dan (3) legalitas dalam arti hukum dalam segala bentuknya.
Dalam realisasinya Pembangunan Nasional adalah suatu upaya untuk mencapai tujuan
negara, sehingga Pembangunan Nasional harus senantiasa meletakkan asas keadilan sebagai
dasar operasional serta dalam penentuan berbagai macam kebijaksanaan dalam pemerintahan
negara. Dalam realisasinya pemerintah mengembangkan Otonomi Daerah No. 32 tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No. 33 tahun 2004 tentang Pertimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Dalam Undang-Undang tersebut
dijelaskan bahwa Pemerintah Pusat memberikan otonomi yang seluas-luasnya dalam mengatur
dan menjalankan roda pemerintahan daerah masing-masing, dalam meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah.
Berdasarkan asas keadilan sebagaimana terkandung dalam sila kelima Pancasila,
seharusnya tidak meninggalkan hakikat negara persatuan ‘Bhinneka Tunggal Ika’, karena
praktek otonomi daerah yang tidak mendasarkan pada prinsip negara persatuan dewasa ini
menimbukan disparitas di bidang ekonomi, sosial, politik bahkan kebudayaan. Prinsipnya
berdasarkan sila kelima Pancasila, prinsip demokrasi melalui otonomi daerah harus tetap
diarahkan pada tujuan pokok negara yaitu kesejahteraan seluruh rakyat dan tetap meletakkan
pada prinsip persatuan.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) lahir bersamaan dengan peristiwa


proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 dan bersamaan dengan pengesahan UUD 1945
tanggal 18 Agustus 1945. Oleh karena itu, Proklamasi dan UUD 1945 sekaligus sebagai
landasan NKRI.
Sebagai negara yang berdiri secara berdaulat NKRI memiliki kedaulatan akan wilayah yang
jelas serta pengaturan penyelenggaraan pemerintahan secara berdaulat tanpa pengaruh dari
negara lain.
Dinamika NKRI, mengharuskan seluruh potensi bangsa untuk bertekad mempertahankan
keutuhan NKRI, dari berbagai ancaman dan gangguan yang membahayakan eksistensi NKRI
sebagai negara yang berdaulat.

B. Saran

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis
senantiasa dengan lapang dada menerima bimbingan dan arahan serta saran dan kritik yang
sifatnya membangun demi perbaikan karya-karya berikutnya.

13
DAFTAR PUSTAKA

http://bananaminions.blogspot.co.id/2015/04/negara-kesatuan-republik-indonesia.html

Makalah%20Dj.Ronalko%20Laburunci%20_%20MAKALAH%20NEGARA%20KESATUAN
%20REPUBLIK%20INDONESIA%20(%20NKRI%20).html

14

Anda mungkin juga menyukai