Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA


Disusun untuk memenuhi tugas

MATA KULIAH : PPKN

DOSEN PENGAMPU : BAPAK TB MAULANA SETIAKI, S.Pd.I, M.Si

OLEH :
1. ANDREYANA SEPTIAN
2. NENENG SARIBANON
3. ALYA NURFAJRIYAH
4. AMARA ARDELIA
5. SIFA JILAN MAHDIYAH
6. FARHATAINI NUR HAMDI
7. MAILANI RAU
8. RIAN HILBA SABIL

SEMESTER : 1
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM YAPERI CIBINONG

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada ALLAH SWT atas anugrah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan penulisan makalah tentang Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan Makalah ini selain untuk menyelesaikan tugas yang
diberikan oleh Dosen pengajar, juga untuk lebih memperluas pengetahuan para mahasiswa
khususnya bagi penulis.

Penulis telah berusaha untuk dapat menyusun Makalah ini dengan baik, namun penulis pun
menyadari bahwa kami memiliki akan adanya keterbatasan kami sebagai manusia biasa. Oleh
karena itu jika didapati adanya kesalahan-kesalahan baik dari segi teknik penulisan, maupun dari
isi, maka kami memohon maaf dan kritik.

Serta saran dari dosen pengajar bahkan semua pembaca sangat diharapkan oleh kami untuk dapat
menyempurnakan makalah ini terlebih juga dalam pengetahuan kita bersama.

Bogor, 29 Oktober 2023

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................................................... ii


BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................................1
A. Latar Belakang .....................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ...............................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan .................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................................2
A. Pengertian NKRI dan Hakikat Negara..............................................................................2
1. Pengertian NKRI ................................................................................................... 2
2. Hakikat Negara ..................................................................................................... 2
B. Negara Kesatuan Republik Indonesia ( NKRI ) ...............................................................3
1. Hakikat Bentuk Negara .......................................................................................... 4
2. NKRI adalah Negara Kebangsaan ........................................................................... 6
C. Negara Kebangsaan Pancasila ............................................................................................6
D. Hakikat Negara Integralistik ..............................................................................................7
1. Hubungan antara Individu dan Negara ..................................................................... 9
2. Hubungan antara Masyarakat dan Negara ............................................................... 10
E. Butiran-Butiran NKRI ......................................................................................................11
1. NKRI adalah Negara Kebangsaan Yang Berketuhanan Yang Maha Esa .................... 11
2. NKRI adalah Negara Kebangsaan Yang Berkemanusiaan Yang Adil dan Beradab ..... 15
3. NKRI adalah Negara Kebangsaan yang Berpersatuan .............................................. 15
4. NKRI adalah Negara Kebangsaan Yang Berkerakyatan ........................................... 15
5. NKRI adalah Negara Kebangsaan yang Berkeadilan Sosial ...................................... 18
BAB III PENUTUP .......................................................................................................................20
A. Kesimpulan .........................................................................................................................20
B. Saran ...................................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................................21

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) merupakan negara yang dilewati oleh garis
katulistiwa yang memiliki kekayaan alam sangat melimpah, beragam kebudayaan, adat
istiadat, suku, ras, bahasa dan lain - lain. Indonesia merdeka pada tahun 1945 setelah melalui
begitu banyak halangan dan rintangan. Setelah merdeka, ada beberapa daerah yang ingin
memisahkan diri dari negara indonesia. Namun indonesia tidak begitu saja melepaskan daerah-
daerah itu dengan mudah untuk mendirikan negara baru.

Keutuhan bangsa dan negara indonesia harus tetap dijaga secara utuh. Dengan adanya
Pancasila, seluruh rakyat indonesia yang berasal dari beragam latar belakang kebudayaan, adat
istiadat, suku, ras, dan bahasa dapat dipersatukan. Dalam makalah ini kami membahas tentang
NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) secara luas untuk menambah wawasan dalam
proses pembelajaran mata kuliah Pendidikan Pancasila..

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas penulis menarik sebuah rumusan masalah sebagai berikut
1. Apa pengertian NKRI dan Hakikat Negara ?
2. Bagaimana Negara Kesatuan Republik Indonesia ?
3. Bagaimana Negara Kebangsaan Pancasila ?
4. Bagaimana Hakikat Negara Integralistik ?
5. Apa Butiran-Butiran NKRI ?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini ialah
1. Untuk mengetahui pengertian NKRI dan Hakikat Negara.
2. Untuk mengetahui Negara Kesatuan Republik Indonesia.
3. Untuk mengetahui Negara Kebangsaan Pancasila.
4. Untuk mengetahui Negara Integralistik.
5. Untuk mengetahui Butiran-Butiran NKRI.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian NKRI dan Hakikat Negara


1. Pengertian NKRI
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan negara kesatuan berbentuk
republik dengan sistem desentralisasi (pasal 18 UUD 1945), di mana pemerintah daerah
menjalankan otonomi seluas-luasnya di luar bidang pemerintahan yang oleh undang-
undang ditentukan sebagai urusan pemerintah pusat Pasal 18 UUD 45 menyebutkan :
a) Negara Kesatuan Republik Indonesia bagi atas daerah profinsi dan daerah provinsi itu
dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten dan kota itu
mempunyai pemerintahan daerah yang diatur dengan undang-undang.
b) Pemerintahan Daerah Provinsi, daerah kabupaten dan kota mengatur dengan mengurus
sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.
c) Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten dan kota memiliki DPRD yang
anggotanya dipilih melalui pemilihan umum.
d) Gubernur, Bupati dan Walikota masing-masing sebagai kepala pemerintahan daerah
provinsi, kabupaten dan kota dipilih secara demokrasi.
e) Pemerintah daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya kecuali urusan
pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan pemerintah pusat.
f) Pemerintahan daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan-peraturan
lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan.
g) Susunan dan tata cara penyelenggaran pemerintahan daerah diatur dalam undang-
undang.

2. Hakikat Negara
Pengertian Negara. Manusia dalam merealiasisikan dan meningkatkan harkat dan
martabatnya tidaklah mungkin untuk dipenuhinya sendiri, oleh karena itu manusia sebagai
makhluk sosial senantiasa membutuhkan orang lain dalam hidupnya. Dalam pengertian
inilah manusia membentuk suatu persekutuan hidup yang disebut negara. Menurut Harold
J. Laski, bahwa negara adalah suatu masyarakat yang intregasikan karena memiliki

2
wewenang yang bersifat Mamasa yang secara sah lebih tinggi dari pada individu atau
kelompok-kelompok yang ada dalam negara, jikalau cara hidup yang harus ditaati baik
oleh individu maupun oleh kelompok ditentukan oleh suatu wewenang yang bersifat
mengikat dan memaksa. Berdasarkan pengertian tersebut, maka unsur-unsur negara
adalah: wilayah, rakyat (penduduk), pemerintahan, dan kedaulatan (Budiraharjo, 1981:
42-44.

B. Negara Kesatuan Republik Indonesia ( NKRI )


Bangsa Indonesia dalam panggung sejarah berdirinya di dunia memiliki suatu cara khas yaitu
dengan mengangkat nilai-nilai yang telah dimilikinya sebelum membentuk suatu negara
modern. Nilai-nilai tersebut adalah berupa nilai-nilai adat-istiadat kebudayaan, serta nilai
religius yang beraneka ragam sebagai suatu unsur. Bangsa Indonesia terdiri atas berbagai
macam suku, kelompok, adat-istiadat, kebudayaan serta agama. Selain itu agama Indonesia
juga tersusun atas unsur-unsur wilayah negara yang terdiri atas beribu-ribu pulau, sehingga
dalam membentuk negara Bangsa Indonesia menentukan untuk mempersatukan berbagai unsur
yang beraneka ragam tersebut dalam suatu negara.

Berdasarkan ciri khas proses dalam rangka membentuk suatu negara, maka bangsa Indonesia
mendirikan suatu negara memiliki suatu karakteristik, ciri khas tertentu yang karena ditentukan
oleh keanekaragaman, sifat dan karakternya, maka bangsa ini mendirikan suatu negara
berdasarkan Filsafat Pancasila, yaitu suatu Negara Persatuan, suatu Negara Kebangsaan serta
Negara yang Bersifat Integralistik. Hal itu sebagaimana dirumuskan dalam bukaan Undang-
Undang Dasar 1945 alinea IV. Dasar nilai filosofis negara dalam hubungannya dengan bentuk
negara, sebagaimana terkandung dalam Pasal (1) Undang-Undang Dasar 1945 berbunyi: “
Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan yang berbentuk Republik”. Sebagai suatu kajian
hermeneutis, pandangan tentang paham berbentuk negara yang dikemukakan tatkala bangsa
Indonesia mendirikan negara, yaitu dalam Sidang BPUPKI tanggal 31 Mei 1945.

Sebagaimana dijelaskan di atas Soepomo mengemukakan pandangannya dengan membahas


tiga teori bentuk negara besar di dunia, yaitu (1) aliran negara yang menyatakan bahwa negara
terdiri atas teori perseorangan (individualisme), sebagaimana diajarkan oleh Thomas Hobbes,

3
John Locke, J.J. Rousscau, Herbert Spencer, dan Harold J. Laski (2) Aliran lain adalah teori
‘golongan’ dari negara (class theory) sebagaimana diajarkan oleh Marx, Engles, dan Lenin.
(3) Aliran negara integralistik yang diajarkan oleh Spinoza, Adam Muller, dan Hegel.

Pendapat Soepomo tersebut nampaknya senada dengan pandangan Soekarno, M. Hatta dan
Yamin, yang menekankan pentingnya integrasi baik individu maupun masyarakat. Para pendiri
Republik ini menyakini dan menyadari bahwa filsafat individualisme-liberalisme tidak sesuai
dengan pandangan hidup bangsa Indonesia. Esensi negara kesatuan adalah terletak pada
pandangan ontologis tentang hakikat manusia sebagai subjek pendukung negara. Hakikat
negara persatuan adalah masyarakat itu sendiri.

Dalam hubungan ini negara tidak memandang masyarakat sebagai suatu objek yang berada di
luar negara, melainkan sebagai sumber genetik dirinya, masyarakat sebagai suatu unsur dalam
negara yang tumbuh bersama dari berbagai golongan yang ada dalam masyarakat untuk
terselenggaranya kesatuan hidup dalam suatu interaksi saling memberi dan menerima antar
warganya. Negara kesatuan bukan dimaksudkan merupakan suatu kesatuan dari negara bagian
(federasi), melainkan kesatuan dalam arti keseluruhan unsur-unsur negara yang bersifat
fundamental.

Oleh karena itu sifat kodrat manusia individu-makhluk sosial sebagai basis ontologi negara
kesatuan itu adalah merupakan kodrat yang diberikan oleh Tuhan YME. Negara mengatasi
semua golongan yang ada dalam masyarakat, negara tidak memihak pada salah satu golongan,
negara bekerja bagi kepentingan seluruh rakyat. Masyarakat adalah produk dari interaksi
antara segenap golongan yang ada didalamnya. Dengan demikian negara adalah produk dari
interaksi antara golongan yang ada dalam masyarakat. Sebagai produk yang demikian maka
‘logic in it self’ bahwa negara mengatasi setiap golongan yang ada dalam setiap golongan
yang ada dalam masyarakat (Besar, 1995: 84).

1. Hakikat Bentuk Negara


Bangsa dan negara Indonesia adalah terdiri atas berbagai macam usut yang membentuknya
yaitu suku bangsa, kepulauan, kebudayaan, golongan serta agama secara keseluruhan

4
merupakan suatu kesatuan. Oleh karena itu negara Indonesia adalah negara yang
berdasarkan Pancasila sebagi suatu negara kesatuan sebagaimana termuat dalam
Pembukaan UUD 1945, Negara Republik Indonesia yang Berkedaulatan Rakyat.
Ditegaskan kembali Pokok Pikiran Pertama “….bahwa negara Indonesia adalah negara
persatuan yang melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia.” Hakikat
negara kesatuan dalam pengertian ini adalah negara yang merupakan suatu kesatuan dari
unsur-unsur yang membentuknya, yaitu rakyat yang terdiri atas berbagai macam etnis, suku
bangsa, golongan, kebudayaan, serta agama.

Pengertian ‘Persatuan Indonesia’ lebih lanjut dijelaskan secara resmi dalam Pembukaan
UUD 1945 yang termuat dalam berita Republik Indonesia Tahun II No. 7 , bahwa bangsa
Indonesai mendirikan negara Indonesia dipergunakan aliran ‘Negara Persatuan’ yaitu
negara yang mengatasi segala paham golongan dan paham perorangan. Jadi ‘Negara
Persatuan’ bukanlah negara berdasarkan indivualisme, sebagaimana diterapkan di negara
liberal di mana negara hanya sebagai suatu iakatan individu saja.

Bhinneka Tunggal Ika: sebagaimana diketahui bahwa walaupun bangsa Indonesia terdiri
atas berbagai macam suku bangsa yang memiliki karakter, kebudayaan serta adat-istiadat
yang beraneka ragam, namun keseluruhannya merupakan suatu kesatuan dan persatuan
negara dan bangsa Indonesia. Hakikat makna Bhinneka Tunggal Ika yang memberikan
sesuatu pengertian bahwa meskipun bangsa dan negara Indonesia terdiri atas bermacam-
macam suku bangsa yang memiliki adat-istiadat, kebudayaan serta karakter berbeda-beda,
memiliki agama yang berbeda-beda dan terdiri atas beribu-ribu kepulauan wilayah
nusantara Indonesia, namun keseluruhannya adalah merupakan suatu persatuan, yaitu
persatuan bangsa dan negara Indonesia. Perbedaan itu adalah merupakan suatu bawaan
kodrat manusia sebagai makhluk Tuhan YME, namun perbedaan itu untuk dipersatukan
disintesiskan dalam suatu sintesis yang positif dalam suatu negara kebersamaan, negara
persatuan Indonesia (Notonegoro, 1975: 106).

5
2. NKRI adalah Negara Kebangsaan
Bangsa Indonesia sebagai bagian dari umat manusia di dunia adalah sebagai makhluk
Tuhan YME yang memiliki sifat kodrat sebagai makhluk individu yang memiliki kebebasan
dan juga sebagai makhluk sosial yang senantiasa membutuhkan orang lain. Sebagaimana
dijelaskan di depan, menurut Yamin, bangsa Indonesia dalam merintis terbentuknya suatu
bangsa dalam panggung politik internasional yaitu suatu bangsa yang modern yang
memiliki kemerdekaan dan kebebasan, berlangsung melalui tiga fase, yaitu zaman
kebangsaan Sriwijaya, negara kebangsaan zaman Majapahit.

Kedua zaman negara kebangsaan tersebut adalah merupakan kebangsaan lama, dan
kemudian pada gilirannya masyarakat Indonesia membentuk suatu Nationals Staat, atau
suatu Etat Nationale, yaitu suatu negara kebangsaan Indonesia Modern menurut susunan
kekeluargaan berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa serta kemanusiaan (sekarang Negara
Proklamasi 17 Agustus 1945).
a) Hakikat Bangsa
Manusia sebagai makhluk Tuhan YME pada hakikatnya memiliki sifat kodrat sebagai
makhluk individu dan makhluk sosial. Suatu bangsa bukanlah suatu manifestasi
kepentingan individu saja yang diikat secara imperatif dengan suatu peraturan
perundangan-undangan sebagaimana dilakukan oleh negara liberal. Demikian juga
suatu bangsa bukanlah suatu totalitas kelompok masyarakat yang menenggelamkan
hak-hak individu sebagaimana terjadi pada bangsa sosialis komunistis.
b) Teori Kebangsaan
Dakam tumbuh berkembangnya suatu bangsa atau juga disebut sebagai
‘Nation’, terdapat berbagai macam teori besar yang merupakan bahan komporasi bagi
proses pendirian negara Indonesia, untuk mewujudkan suatu bangsa yang memiliki
sifat dan karakter sendiri.

C. Negara Kebangsaan Pancasila


Bangsa Indonesia terbentuk melalui suatu proses sejarah yang cukup panjang, sejak zaman
kerajaan-kerajaan Sriwijaya, Majapahit serta dijajah oleh bangsa asing selama tiga setengah
abad. Unsur masyarakat yang membentuk bangsa Indonesia terdiri atas berbagai macam suku

6
bangsa, berbagai macam adat-istiadat kebudayaan dan agama, serta berdiam dalam suatu
wilayah yang terdiri dari beribu-ribu pulau. Oleh karena itu, keadaan yang beraneka ragam
tersebut bukanlah merupakan suatu perbedaan untuk dipertentangkan, melainkan perbedaan
itu justru merupakan suatu daya penarik ke arah suatu kerjasama persatuan dan kesatuan dalam
suatu sintesis dan sinergi yang positif, sehingga keanekaragaman itu justru terwujud dalam
suatu kerjasama yang luhur.

Adapun unsur-unsur yang membentuk nasionalisme (bangsa) Indonesia adalah sebagai


berikut:
a) Kesatuan Sejarah: bangsa Indonesia tumbuh dan berkembang dari suatu proses sejarah,
yaitu sejak zaman prasejarah, zaman Sriwijaya, Majapahit, kemudian datang penjajah,
tercetus Sumpah Pemuda 1928 dan akhirnya memproklamasikan sebagai bangsa yang
merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, dalam suatu wilayah negara Republik Indonesia.
b) Kesatuan Nasib: yaitu bangsa Indonesia terbentuk karena memiliki kesamaan nasib yaitu
penderitaan penjajahan selama tiga setengah abad dan memperjuangkan demi kemerdekaan
secara bersama dan akhirnya mendapatkan kegembiraan bersama atas karunia Tuhan Yang
Maha Esa tentang kemerdekaan.
c) Kesatuan Kebudayaan: Walaupun bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman
kebudayaan, namun keseluruhannya itu merupakan satu kebudayaan yaitu kebudayaan
nasional Indonesia. Jadi, kebudayaan nasional Indonesia tumbuh dan bekembang di atas
akar-akar kebudayaan daerah yang menyusunnya.
d) Kesatuan Wilayah: bangsa ini hidup dari mencapai penghidupan dalam wilayah Ibu Pertiwi,
yaitu satu tumpah darah Indonesia.
e) Kesatuan Asas Kerokhanian: bangsa ini sebagai satu bangsa memiliki kesamaan cita-cita,
kesamaan pandangan hidup dan filsafat hidup yang berakar dari pandangan hidup
masyarakat Indonesia sendiri yaitu pandangan hidup Pancasila (Notonegoro, 1975:106).

D. Hakikat Negara Integralistik


Pancasila sebagai asas kerokhanian bangsa dan negara pada hakikatnya merupakan suatu asas
kebersamaan, asas kekeluargaan serta religius. Dalam pengertian inilah maka bangsa Indonesia
dengan keanekaragamannya tersebut membentuk suatu kesatuan integral sebagai suatu bangsa

7
yang merdeka. Bangsa Indonesia yang membentuk suatu persekutuan hidup dengan
mempersatukan keanekaragaman yang dimilikinya dalam suatu kesatuan integral yang disebut
negara Indonesia, Soepomo pada sidang pertama BPUPKI tanggal 31 Maret 1945,
mengusulkan tentang paham integralistik yang dalam kenyataan objektivnya berakar pada
budaya bangsa. Pemikiran Soepomo tentang negara integralistiktersebut adalah sebagai
berikut:

“Maka semangat kebatinan, struktur kerokhanian dari bangsa Indonesia bersifat dan cita-cita
persoalan hidup, yaitu persatuan antara dunia luar dan dunia bathin, antara makrokosmos dan
mikrokosmos, antara rakyat dan pemimpin-pemimpinnya. Segala manusia sebagai golongan
manusia itu tiap-tiap masyarakat dalam pergaulan hidup di dunia dianggap mempunyai tempat
dan kewajiban hidup (dharma) sendiri-sendiri menurut kodratnya dan segala-segalanya
ditujukan kepada keseimbangan lahir dan bathin. Manusia sebagai seseorang tidak terpisah
dari seseorang yang lain atau dunia luar, dari golongan manusia, maka segala sesuatu
bercampur baur bersangkut paut, segala sesuatu berpengaruh dan kehidupan mereka
bersangkut paut” (Sekretariat Negara, 1995).

Kesatuan integral bangsa bangsa dan negara Indonesia dipertegas dalam pokok pikiran
pertama, “….Negara melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia”.
Bangsa Indonesia pada hakikatnya merupakan suatu penjelmaan dari sifat manusia sebagai
makhluk individu dan makhluk sosial. Dalam pengertian yang demikian ini maka manusia
pada hakikatnya merupakan makhluk yang saling tergantung, sehingga hakikat manusia itu
bukanlah total individu dan juga bukan total makhluk sosial. Relasi yang saling tergantung
tersebut menunjukkan bahwa manusia adalah merupakan suatu suatu totalitas makhluk
individu dan makhluk sosial. Adapun penjelmaan dalam wujud persekutuan hidup bersama
adalah terwujud dalam suatu bangsa yang memiliki kesatuan integralistik (Besar, 1995: 77,
78). Dalam pengertian ini paham integralistik memberikan suatu prinsip bahwa negara adalah
suatu kesatuan integral dari unsur-unsur yang menyusunnya, negara mengatasi semua
golongan bagian-bagian yang membentuk negara, negara tidak memihak pada suatu golongan
betapapun golongan tersebut sebagai golongan terbesar. Negara dan bangsa adalah untuk
semua unsur yang membentuk kesatuan tersebut.

8
Paham integralistik yang terkandung dalam Pancasila meletakkan azas kebersamaan hidup,
mendambakan keselarasan dalam hhubungan antar individu maupun masyarakat. Dalam
pengertian ini paham negara integralistik tidak memihak pada yang kuat, tidak mengenal
dominasi mayoritas dan juga tidak mengenal tirani minoritas. Maka di dalamnya terkandung
nilai kebersamaan, kekeluargaan, ke-“Bhinneka Tunggal Ikaan”,nilai religius, serta keserasian
(Parieta, 1995:274).

Pemikiran negara integralistik yang telah berakar pada budaya bangsa Indonesia sejak zaman
dahulu kala pada hakikatnya terdiri atas bagian-bagian yang secara mutlak membentuk suatu
kesatuan. Bangsa Indonesia terdiri atas manusia-manusia sebagai individu, keluarga-keluarga,
kelompok-kelompok, golongan-golongan, suku bangsa-suku bangsa, adapun wilayah terdiri
atas pulau-pulau keseluruhannya itu merupakan suatu kesatuan baik lahir maupun bathin.

1. Hubungan antara Individu dan Negara


Manusia pada hakikatnya adalah makhluk jasmani rokhani, makhluk pribadi dan sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa, serta manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial.
Keseluruhan unsur hakikat manusia tersebut adalah merupakan suatu totalitas yang bersifat
‘majemuk tunggal’ atau ‘monopluralis’. Sifat kodrat manusia sebagai makhluk individu dan
makhluk sosial yang merupakan sifat dasar dari totalitas manusia dalam negara. Dalam negara
sebagai suatu totalitas senantiasa terdapat sejumlah subjek yang senantiasa berelasi antara satu
dengan lainnya.

Relasi yang memacu ke arah terbentuknya kebersamaan yang bersifat totalitas hanyalah relasi
yang ekuivalensi, yaitu di satu sisi mengandung kemiripan atau kesamaan. Kemiripan
membuat subjek saling membutuhkan dengan lain perkataan ‘saling tergantung’. Perpaduan
antara ‘saling relevan’ dengan ‘saling tergantung’ inilah yang menggerakkan terjadinya
interaksi antar subjek serta tanggapan yang memadai terhadap kondisi saling tergantung adalah
‘saling memberi’ antar subjek, bilamana mereka menghendaki terpeliharanya eksistensinya
dalam negara. Hanya dengan perantara interaksi antar subjek dengan saling memberi serta
saling tergantung, maka dapat memelihara eksistensinya dalam kebersamaan. Hal ini telah

9
terekspresi dalam akar budaya Indonesia dalam ungkapan-ungkapan, “bersatu kita teguh
bercerai kita runtuh”, “Persatuan Indonesia”, “Wawasan Nusantara”, serta “Bhinneka
Tunggal Ika”.

Totalitas dalam kehidupan negara itu, secara alami memberikan karakteristik pada manusia (1)
manusia adalah makhluk yang saling tergantung antara satu dan lainnya maupun dengan
lingkungannya, (2) tugas hidup manusia secara kodrat adalah memberi kepada lingkungannya.
(Besar, 1995: 77, 78).

Jati diri integralistik Indonesia memang sebagai suatu paham tersendiri di samping paham-
paham besar dunia yaitu individualisme, liberalisme, dan sosialisme-komunisme.

2. Hubungan antara Masyarakat dan Negara


Negara adalah produk dari masyarakat, karena negara merupakan lembaga kemasyarakatan.
Dalam pengertian negara sebagai suatu totalitas, masyarakat itu dalam dirinya bersemayam
hasrat mengorganisasikan diri, sehingga ‘organisasi’ dan ‘ketaatan’ adalah dua hal yang tidak
dapat dipisahkan dalam masyarakat negara. Organisasi terjadi secara alami berkat dorongan
batin, sedang ketaatan sebagai konsekuensi logis dari organisasi negara. Hal ini dikarenakan
dalam negara antara individu senantiasa terdapat hubungan saling ketergantungan dan saling
memberi. Negara pada hakikatnya merupakan lembaga keterorganisasian diri masyarakat.
Oleh karena itu, betapapun masyarakat terdiri dari golongan-golongan, kelompok-kelompok,
suku bangsa-suku bangsa, namun secara keseluruhan mengungkapkan suatu totalitas yang di
dalamnya terkandung roh persatuan, yaitu perbedaan antara golongan tidak dilarutkan namun
dikorelasikan oleh interaksi saling memberi, serta oleh sintesis yang positif.

Negara pada hakikatnya adalah suatu lembaga kemasyarakatan sehingga negara adalah
masyarakat itu sendiri. Masyarakat mewakili diri dalam Negara, dengan kewibawaannya dan
ia angkat untuk menata dan mengatur dirinya dalam mencapai kesejahteraan bersama dalam
hidupnya. Dalam pengertian inilah maka negara memandang masyarakat bukan sebagai objek
yang berada di luar negara, melainkan sebagai sumber genetik dari dirinya. Masyarakat
dipandang sebagai pertumbuhan bersama dari berbagai golongan yang mencapai persatuannya.

10
Maka kesatuan dalam masyarakat bukanlah hanya masalah lahiriah saja melainkan juga
batiniah.

Negara mengatasi semua golongan yang ada dalam masyarakat. Negara tidak memihak pada
salah satu golongan, negara bekerja demi kepentingan seluruh rakyat. Hal ini sebagai
konsekuensi bahwa negara pada hakikatnya adalah masyarakat itu sendiri, oleh karena itu
negara untuk semua golongan, semua bagian, dan semua rakyat.

Berdasarkan pengertian paham integralistik tersebut maka rincian pandangan tersebut adalah
sebagai berikut:
a) Negara merupakan suatu susunan masyarakat yang integral.
b) Semua golongan, bagian dan anggotanya berhubungan erat satu dengan lainnya.
c) Semua golongan, bagian dan anggotanya merupakan persatuan masyarakat yang
organis.
d) Yang terpenting dalam kehidupan bersama adalah perhimpunan bangsa seluruhnya.
e) Negara tidak memihak kepada sesuatu golongan atau perseorangan.
f) Negara tidak menganggap kepentingan seseorang sebagai pusat.
g) Negara tidak hanya untuk menjamin kepentingan seseorang atau golongan saja.
h) Negara menjamin kepentingan manusia seluruhnya sebagai suatu kesatuan integral.
i) Negara menjamin keselamatan hidup bangsa seluruhnya sebagai suatu kesatuan yang
tak dapat dipisahkan (Yamin, 1959).

E. Butiran-Butiran NKRI
1. NKRI adalah Negara Kebangsaan Yang Berketuhanan Yang Maha Esa
Negara Pancasila pada hakikatnya adalah negara kebangsaan yang Ber-Ketuhanan Yang
Maha Esa. Landasan pokok sebagai pangkal tolak paham tersebut adalah Tuhan adalah
sebagai Sang Pencipta segala sesuatu. Setiap individu yang hidup dalam suatu bangsa
adalah sebagai makhluk Tuhan, maka bangsa dan negara sebagai totalitas yang integral
adalah Berketuhanan, demikian pula setiap warganya juga ber-Ketuhanan Yang Maha Esa.
Negara kebangsaan Indonesia adalah negara yang mengakui Tuhan Yang Maha Esa
menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab, yaitu negara kebangsaan yang

11
memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur dan memgang teguh cita-cita
kemanusiaan sebagai makhluk Tuhan dengan segala hak dan kewajibannya.

Negara tidak memaksakan agama. Kebebasan beragama dan kebebasan agama adalah
merupakan hak asasi manusia yang paling mutlak karena langsung bersumber pada
martabat manusia yang berkedudukan kodrat sebagai pribadi dan sebagai makhluk ciptaan
Tuhan Yang Maha Esa. Setiap umat beragama memiliki kebebasan untuk menggali dan
meningkatkan kehidupan spiritualnya dalam masing-masing agama. Negara wajib
memelihara budi pekerti yang luhur dari setiap warga negara pada umumnya dan para
penyelenggara negara khususnya berdasarkan nilai-nilai Pancasila.

Berikut adalah hakikat hakikat dalam NKRI


➢ Hakikat Ketuhanan Yang Maha Esa
Penyelenggaraan negara harus sesuai dengan hakikat nilai-nilai yang berasal dari Tuhan
baik material maupun spiritual. Hal ini ditegaskan oleh Moh. Hatta, bahwa sila “Ketuhanan
Yang Maha Esa” merupakan dasar yang memimpin cita-cita kenegaraan kita untuk
menyelenggarakan yang baik bagi masyarakat dan penyelenggara negara. Dengan dasar
sila Ketuhanan Yang Maha Esa ini maka politik negara mendapat dasar moral yang kuat,
sila ini yang menjadi dasar yang memimpin kerohanian rah jalan kebenaran, keadilan,
kebaikan, kejujuran dan persaudaraan.

➢ Hubungan Negara dengan Agama


Negara pada hakikatnya adalah merupakan suatu persekutuan hidup bersama sebagai
penjelmaan sifat kodrat manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Manusia
sebagai warga hidup bersama berkedudukan sebagai makhluk pribadi dan sebagai
makhlukTuhan Yang Maha Esa. Sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, ia memiliki hak
dan kewajiban untuk memenuhi harkat kemanusiaannya yaitu menyembah kepada Tuhan
Ynang Maha Esa. Manifestasi hubungan manusia dengan Tuhannya adalah terwujud dalam
agam. Negara adalah produk manusia sehingga merupakan hasil budaya manusia,
sedangkan agama adalah bersumber pada wahyu Tuhan yang bersifat mutlak. Dalam hidup
keagamaan manusia memiliki hak-hak dan kwajiban yang didasarkan atas keimanan dan

12
ketaqwaannya terhadap Tuhannya, sedangkan dalam negara manusia memiliki hak-hak
dan kewajiban secara horizontal dalam hubungannya dengan manusia lain.

a) Hubungan Negara dengan Agama Menurut Pancasila


Negara Indonesia yang berdasarkan pancasila adalah bukan negara sekuler yang
memisahkan negara dengan agama, karena hal ini tercantum dalam pasal 29 ayat (1) yang
intinya bahwa negara sebagai persekutuan hidup adalah Berketuhanan Yang Maha Esa.
Konsekuensinya segala aspek dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara harus
sesuai dengan hakikat nilai-nilai yang berasal dari Tuhan.

Negara Pancasila pada hakikatnya megatasi segala agama dan menjamin kehidupan agama
dan umat beragama, karena beragama adalah hak asasi yang bersifat mutlak. Pasal 29 ayat
(2) memberikan kebebasan kepada seluruh warga negara untuk memeluk agama dan
menjalankan ibadah sesuai dengan keimanan dan ketaqwaan masing-masing.

b) Hubungan Negara dengan Agama Menurut Paham Theokrasi


Hubungan negara dengan agama menurut paham Theokrasi bahwa antara negara dengan
agama tidak dapat dipisahkan. Negara menyatu dengan agama, pemerintahan dijalankan
berdasarkan firman-firman Tuhan, segala tata kehidupan dalam masyarakat, bangsa dan
negara didasarkan atas firman-firman Tuhan.

c) Hubungan Negara dengan Agama Menurut Sekularisme


Paham sekularisme membedakan dan memisahkan antara agama dan negara. Sekularisme
berpandangan bahwa negara adalah masalah-masalah keduniawian hubungan manusia
dengan manusia, adapun agama adalah urusan akhirat yang menyangkut hubungan manusia
dengan Tuhan.

Negara adalah urusan hubungan horizontal antara manusia dalam mencapai tujuannya,
adapun agama adalah menjadi urusan umat masing-masing agama. Walaupun dalam negaa
sekuler membedakan antara negara dengan agama, namun lazinya warga negara diberikan
kebebasan dalam memeluk agama masing-masing.

13
d) Hubungan Negara dengan Agama Menurut Paham Liberalisme
Negara liberal hakikatnya mendasarkan pada kebebasan individu. Negara adalah
merupakan alat atau sarana individu, sehingga masalah agama dalam negara sangat
ditentukan oleh kebebasan individu. Negara memberi kebebasan kepada warganya untuk
memeluk agama dan menjalankan ibadah sesuai dengan agamanya masing-masing. Namun
dalam negara liberal juga diberi kebebasan untuk tidak percaya terhadap Tuhan atau atheis.
Nilai-nilai agama dalam negara dipisahkan dan dibedakan dengan negara, keputusan dan
ketentuan kenegaraan terutama peraturan perundang-undangan sangat ditentukan oleh
kesepakatan individu-individu sebagai warga negaranya. Dalam sistem negara liberal
membedakan dan memisahkan antara negara degan agama atau bersifat sekuler.

➢ Paham Liberal
Manusia menurut paham liberalisme memandang bahwa manusia sebagai manusia pribadi
yang utuh dan lengkap dan terlepas dari manusia lainnya. Manusia sebagai individu
memiliki potensi dan senantiasa berjuang untuk dirinya sendiri. Dalam pengertian inilah
maka dalam hidup masyarakat bersama akan menyimpan potensi konflik, manusia akan
menjadi ancaman bagi manusia lainnya. Negara menurut liberalisme harus tetap menjamin
kebebasan individu, dan untuk itu maka manusia secara bersama-sama mengatur negara.

➢ Paham Sosialisme Komunis


Komunisme yang dicetuskan melalui pemikiran Karl Marx memandang bahwa hakikat,
kebebasan dan hak individu itu tidak ada. Manusia pada hakikatnya adalah merupakan
sekumpulan relasi, sehingga yang mutlak adalah komunitas dan bukannya individualitas.
Hak milik individualitas diganti dengan hak milik kolektif, individualism diganti
sosialisme komunis. Oleh karena tidak adanya hak individu, maka dapat dipastikan bahwa
menurut paham komunisme demokrasi individualis itu tidak ada, yang ada adalah hak
komunal. Hak asasi dalam negara hanya berpusat pada hak kolektif, sehingga hak
individual pada hakikatnya adalah tidak ada. Atas dasar pengertian inilah maka sebenarnya
komunisme adalah anti demokrasi dan hak asasi manusia.

14
2. NKRI adalah Negara Kebangsaan Yang Berkemanusiaan Yang Adil dan Beradab
Negara pada hakikatnya menurut pandangan filsafat Pancasila adalah merupakan suatu
persekutuan hidup manusia, yang merupakan suatu penjelmaan sita kodrat manusia sebagai
makhluk individu dan makhluk sosial serta sebagai makhluk Tuhan YME. Negara adalah
lembaga kemanusiaan, lembaga kemasyarakatan yang bertujuan demi tercapainya harkat dan
martabat manusia serta kesejahteraan lahir maupun batin.

Konsekuensinya segala aspek dalam penyelenggaraan negara, asas kerokhanian, struktur dan
keadaan negara harus koheren dengan hakikat manusia yang adi dan beradab. Struktur dan
keadaan negara tersebut adalah meliputi (1) bentuk negara, (2) tujuan negara, (3) organisasi
negara, (4) kekuasaan negara, (5) penguasa negara, (6) warga negara, masyarakat, rakyat dan,
bangsa (bandingkan Notonagoro, 1975). Negara Pancasila sebagai negara Kebangsaan yang
berkemanusiaan yang Adil dan Beradab, mendasarkan nasionalisme (kebangsaan) berdasarkan
hakikat kodrat manusia yang adil dan beradab. Kebangsaan Indonesia adalah kebangsaan yang
berkemanusiaan, berkeadilan, berkeadaban, maka bukan suatu kebangsaan yang Chauvinistic.

3. NKRI adalah Negara Kebangsaan yang Berpersatuan


Negara Indonesia adalah Negara Persatuan, dalam arti bahwa negara adalah merupakan suatu
kesatuan dari unsur-unsur yang membentuk negara baik individu maupun masyarakat sebagai
penjelmaan sifat kodrat manusia. Hakikat negara persatuan bahwa negara adalah masyarakat
itu sendiri. Masyarakat pada hakikatnya mewakili diri pada penyelenggaraan negara, menata
dan mengatur dirinya dalam mencapai tujuan hidupnya. Negara kesatuan bukan dimaksudkan
merupakan suatu kesatuan dari negara bagian (federasi), melainkan kesatuan dalam arti
keseluruhan unsur-unsur negara yang bersifat fundamental. Oleh karena itu sifat kodrat
manusia individu-individu sosial sebagai basis ontologis negara kesatuan itu adalah merupakan
kodrat yang diberikan oleh Tuhan YME. Nilai filosofis persatuan, dalam kehidupan
kenegaraan dan kebangsaan menjadi kunci kemajuan suatu bangsa.

4. NKRI adalah Negara Kebangsaan Yang Berkerakyatan


Negara menurut filsafat pancasilaadalah dari oleh dann untuk rakyat. Hakikat rakyat adalah
sekelompok manusia yang bersatu yang memiliki tujuan tertentu dan hidup dalam satu wilayah

15
negara. Di berbagai negara, sistem demokrasi diterapkan misalnya Perdana Menteri dipilih
oleh parlemen. Berdasarkan berbagai teori dan konsep pemikiran demokrasi dan praktis
demokrasi, maka demokrasi seyogyanya dipahami dan perspektif yang komprehensif, yaitu
meliputi aspek filosofis, normatif, dan praktis. Aspek filosofis menyangkut dasar filosofis
demokrasi yang menjadi dasar hakikat sesuai dengan landasan ontologis.

Aspek normatif menyangkut bagaimana norma-norma sebagai asa dan aturan dalam demokrasi
dikembangkan berlandaskan dasar filosofis masyarakat, bangsa, dan negara.
a) Bentuk- bentuk demokrasi
Dalam suatu negara misalnya diterapkan demokrasi dengan sistem presidensial dan sistem
parlementer. Sistem presidensial adalah sistem yang menekankan pentingnya pemilihan
presiden secara langsung, sehingga presiden mendapatkan mandat secara langsung dari
rakyat. Dalam sistem ini presiden merupakan kepala eksekutif sekaligus kepala negara.
Yang menerapkan sitem ini adalah negara Amerika dan negara Indonesia. Sedangkan
sistem parlementer menerapkan model hubungan yang menyatu antara kekuasaan eksekutif
dan legislatif. Kepala eksekutif berada ditangan perdana menteri, dan kepala negara
beradaditangan ratu. Yang menerapkan sistem ini seperti Inggris, India, dan lain-lain.

b) Demokrasi Perwakilan Liberal


Prinsip demokrasi ini didasarkan pada suatu filsafat kenegaaraan bahwa manusia adalah
sebagai makhluk individu yang bebas artinya kebebasan individu sebagai dasar
fundamental dalam pelaksanaan demokrasi. Menurut Held (1995:10), bahwa demokrasi
perwakilan liberal merupakan suatu pembaharuan kelembagaan pokok untuk mengatasi
problema keseimbangan antara kekuasaan memaksa dan kebebasan. Kebebasan yang
dimaksudkan adalah jaminan kebebasan secara individual, baik dalam kehidupan politik,
ekonomi, sosial, keagamaan bahkan kebebasan anti agama. Konsekuensi dari implementasi
sistem dan prinsip demokrasi adalah berkembang persaingan bebas, terutama dalam
kehidupan ekonomi sehingga akibatnya individu yang tidak mampu menghadapi
persaingan tersebut akan tenggelam.

16
c) Demokrasi Satu Partai dan Komunisme
Demokrasi ini dilaksanakan di negara-negar komunis seperti Rusia, China, Vietnam, dan
lainnya. Kebebasan formal berdasarkan demookrasi liberal akan menghasilkan
kesenjangan kelas yang semakin lebar dalam masyarakat, ddan akhirnay kapitalislah yang
menguasai negara. Menurut pandangan kaum Marxis-Leninis, sistem demokrasi delegatif
harus dilengkapi, pada prinsipnya denagn suatu sistem yang terpisah tetapi sama pada
tingkat partai komunis. Transisi menuju sosialisme dan komunisme memerlikan
kepemimpinan yang profesional, dari kader-kader revolusioner dan disiplin (Lenin, 1947,
dalam Held, 1995). Berdasarkan teori tersebut, praktek demokrasi merupakan kekuasaan
berada ditangan rakyat. Yang di maksud dengan demokrasi deliberatif secara istilah berarti
“konsultasi”, “menimibang-nimbang”, atau yang sangat populer dalam politik disebut
dengan istilah musyawarah. Jadi, dalam pelaksanaan demokrasi tidak hanya didasarkan
atas prinsip kuantitas metematis belaka, melainkan dalam berbagai aspek ditentukan
dengan musyawarah, dengan berbagai pertimbangan akan tetapi paradigmanya demi
kesejahteraan rakyat.

d) Demokrasi Indonesia dan Tujuan Negara Kesejahteraan Rakyat


Tujuan negara dirumuskan dalam pembukaan UUD 1945. Hal inilah yang merupakan cita-
cita ideal filosofis bagi negara Indonesia (Assiddiqie). Nampaknya pada reformasi ini lebh
menekankan pada aspek negara hukum formal, yaitu hasil reformasi lebih utama pada
aspek politik hukum. Menurut Darwin, dalam reformasi dewasa ini demokrasi dikatakan
mengalami deficit yaitu perolehan atau manfaat yang diterima masyarakat denagn hadirnya
demokrasi, lebih rendah dibandingkan dengan ongkos demokrasi baik dalam arti finansial
yang dikeluarkan dan ditanggung oleh rakyat, maupun negara untuk menggelar pesta
demokrasi tersebut. Jadi, sistem demokrasi Indonesia belum efektif, karena biaya yang
dikeluarkan untuk mensejahterakan rakyat, dipaksa dikeluarkan untuk membiayai
demokrasi yang kenyataannya tidak menyentuh kedaulatan rakyat. Seperti juga adanya
korupsi yang dilakukan oleh para wakil rakyat, hal ini tidak sesuai dengan demokrasi
menurut Filsafat Pancasila, yang mendasarkan demokrasi pada kedaulatan rakyat.

17
5. NKRI adalah Negara Kebangsaan yang Berkeadilan Sosial
Negara Pancasila adalah negara kebangsaan yang berkeadilan sosial, yang berarti bahwa
negara sebagai penjelmaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, sifat kodrat
individu dan makhluk sosial bertujuan untuk mewujudkan suatu keadilan dalam hidu bersama
(Keadilan Sosial).

Dalam hidup bersama baik dalam masyarakat, bangsa, dan negara harus terwujud suatu
keadilan (Keadilan Sosial), yang meliputi tiga hal yaitu: (1)keadilan distributif (keadilan
membagi), yaitu negara terhadap warganya, (2) keadilan legal (keadilan bertaat), yaitu warga
terhadap negaranya untuk mentaati peraturan perundangan, dan (3) keadilan
komutatif (keadilan antar sesama warga negara), yaitu hubungan keadilan antara warga satu
dengan lainnya secara timbal balik (Notonegoro, 1975).

Sebagai suatu negara berkeadilan sosial maka negara Indonesia yang berdasarkan Pancasila
sebagai suatu negara kebangsaan, bertujuan untuk melindungi segenap warganya dan seluruh
tumpah darah, memajukan kesejahteraan umum, serta mencerdaskan warganya (tujuan
khusus). Adapun tujuan dalam pergaulan antar bangsa di masyarakat internasional
bertujuan: “ikut menciptakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi, dan keadilan sosial”. Realisasi dan perlindungan keadilan dalam hidup bersama dalam
suatu negara kebangsaan, mengharuskan negara untuk menciptakan suatu peraturan
perundang-undangan. Dalam pengertian inilah maka negara kebangsaan yang berkeadilan
sosial harus merupakan suatu negara yang berdasarkan atas hukum. Sehingga sebagai suatu
negara hukum harus terpenuhi adanya tiga syarat pokok yaitu: (1) pengakuan dan perlindugan
atas hak-hak asasi manusia, (2) peradilan yang bebas, dan (3) legalitas dalam arti hukum dalam
segala bentuknya.

Dalam realisasinya Pembangunan Nasional adalah suatu upaya untuk mencapai tujuan negara,
sehingga Pembangunan Nasional harus senantiasa meletakkan asas keadilan sebagai dasar
operasional serta dalam penentuan berbagai macam kebijaksanaan dalam pemerintahan
negara. Dalam realisasinya pemerintah mengembangkan Otonomi Daerah No. 32 tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No. 33 tahun 2004 tentang Pertimbangan

18
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Dalam Undang-Undang tersebut
dijelaskan bahwa Pemerintah Pusat memberikan otonomi yang seluas-luasnya dalam mengatur
dan menjalankan roda pemerintahan daerah masing-masing, dalam meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah. Berdasarkan asas keadilan
sebagaimana terkandung dalam sila kelima Pancasila, seharusnya tidak meninggalkan hakikat
negara persatuan ‘Bhinneka Tunggal Ika’, karena praktek otonomi daerah yang tidak
mendasarkan pada prinsip negara persatuan dewasa ini menimbukan disparitas di bidang
ekonomi, sosial, politik bahkan kebudayaan.

Prinsipnya berdasarkan sila kelima Pancasila, prinsip demokrasi melalui otonomi daerah harus
tetap diarahkan pada tujuan pokok negara yaitu kesejahteraan seluruh rakyat dan tetap
meletakkan pada prinsip persatuan.

19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) lahir bersamaan dengan peristiwa proklamasi
kemerdekaan 17 Agustus 1945 dan bersamaan dengan pengesahan UUD 1945 tanggal 18 Agustus
1945. Oleh karena itu, Proklamasi dan UUD 1945 sekaligus sebagai landasan NKRI. Sebagai
negara yang berdiri secara berdaulat NKRI memiliki kedaulatan akan wilayah yang jelas serta
pengaturan penyelenggaraan pemerintahan secara berdaulat tanpa pengaruh dari negara lain.
Dinamika NKRI, mengharuskan seluruh potensi bangsa untuk bertekad mempertahankan
keutuhan NKRI, dari berbagai ancaman dan gangguan yang membahayakan eksistensi NKRI
sebagai negara yang berdaulat.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis senantiasa
dengan lapang dada menerima bimbingan dan arahan serta saran dan kritik yang sifatnya
membangun demi perbaikan karya-karya berikutnya.

20
DAFTAR PUSTAKA

Prof. Dr. Kaelan. 2014. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta


Al-Hakim, Suparlan, dik. 2012. Pendidikan Kewarganegaraan dalam Konteks Indonesia. Malang:
Universitas Negeri Malang
http://bananaminions.blogspot.co.id/2015/04/negara-kesatuan-republik-indonesia.html

21

Anda mungkin juga menyukai