Anda di halaman 1dari 17

KONSEP DASAR PANCASILA

SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA INDONESIA

Dosen Pengampu :
Made Padmarani Sudewiputri, S.Pd,M.Pd
Disusun Oleh :
1. Adistia Rahmadani (2386206001)
2. Luh Putri Diah Dharmayanti (2386206010)
3. Ni Putu ayu Vania Candra Wulandari

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GUEU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS PENDIDKAN
UNIVERSITAS TRIATMA MULYA
JEMBRANA 2023
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmatnya
penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa ada halangan yang berarti dan
sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Ibu Made Padmarani Sudewiputri S.Pd,M.Pd
sebagai dosen pengampu mata kuliah Konsep Dasar Ppkn yang telah membantu memberikan
arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini
Kami menyadari bahwwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan karena
keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran untuk
menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat bermanfaat bagi semua pihak
yang membutuhkan.

Jembrana, 01 Agustus 2023

Kelompok
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...........................................................................................

DAFTAR ISI...........................................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................
1.1 Latar Belakang...........................................................................................
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................
1.4 Manfaat Penulisan ....................................................................................

BAB 2 PEMBAHASAN.........................................................................................
2.1
2.2
2.3
2.4

BAB III PENUTUP...............................................................................................

3.1 Kesimpulan................................................................................................
3.2 Saran..........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lambang negara bagi suatu negara merupakan sebuah perwujudan ideologi bagi negara itu
sendiri. Indonesia mempunyai lambang negara yaitu yang dilambangkan dengan garuda, karena
garuda sudah berpadu dengan nilai nilai luhur dari Pancasila.
Secara umum Pancasila merupakan dasar negara Indonesia. Pancasila juga dikenal sebagai
ideologi bangsa Indonesia, yang dimana nilai-nilai dalam Pancasila dijadikan hukum dalam
bertingkah laku dalam kehidupan sehari-hari. Di era saat ini nilai-nilai pancasila sudah hampir
memudar dikalangan mahasiswa, hal ini lah yang akan mengindikasi Pancasila sebagai pedoman
dalam bertingkah laku. Pernyataan Pancasila yang kedudukannnya sebagai sumber dari segala
sumber hukum di Indonesia tercantum dalam ketetapan perundangan tertinggi yaitu Pembukan
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945. Per
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang maka rumusan masalah dalam observasi ini adalah :
1. Bagaimana peran pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia?
2. Bagaimana sejarah terbentuknya Pancasila sebagai dasar negara?
3. Apa makna dan simbol Pancasila ?
4. Apa penjelasan tentang Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia?
5. Apa saja nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila?
1.3 Tujuan
1. Dapat mengetahui bagaimana sejarah terbentuknya Pancasila.
2. Dapat mengetahui bagaimana arti makna dan simbol dari Pancasila.
3. Dapat mengetahui bagaimana peran Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia.
4. Dapat mengetahui arti Pancasila sebagai ideologi.
5. Dapat memahami nilai-nilai Pancasila.
1.4 Manfaat
Guna untuk memahami lebih dalam tentang Pancasila sebagai ideologi dan pandangan hidup
bangsa.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Pancasila

A. Sejarah Pancasila

Dari sudut sejarah, pancasila sebagai dasar negara pertama-tama diusulkan oleh Ir. Soekarno
pada sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia [BPUPKI] pada
tanggal 1 Juni1945, yaitu pada waktu BPUPKI. Dalam rapatnya mencari dasar filosofi Negara untuk
Indonesia yang merdeka, maka diputuskanlah Pancasila sebagai dasar negara. Sejak saat itu pula
Pancasila digunakan sebagai nama dari dasar falsafah negara dan pandangan hidup bangsa Indonesia,
meskipun untuk itu terdapat beberapa tata urut dan rumusan yang berbeda.

Sejarah rumusan Pancasila itu tidak dapat dipisahkan dengan sejarah perjuangan bangsa
Indonesia, dan tidak dapat pula dipisahkan dari sejarah perumusan UUD 1945.Pancasila sebagai dasar
negara, hal ini berarti bahwa setiap tindakan rakyat dan negara Indonesia harus sesuai dengan
Pancasila yang sudah ditetepkan sebagai dasar negara tersebut.Hal ini mengingat bahwa Pancasila
digali dari budaya bangsa Indonesia sendiri, sehingga Pancasila mempunyai fungsi dan peranan yang
sangat luas dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Pancasila dipandang sebagai
dasar negara Indonesia karena didalamnya mengandung beberapa asas yang dapat dilihat sebagai
berikut :

1. Asas Ketuhanan Yang Maha Esa

Di dalam Pembukaan UUD 1945 alinea ke IV disebutkan, “… maka disusunlah kemerdekaan


kebangsaan Indonesia itu dalam suatu UUD Indonesia yang berkedaulatan rakyat berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa”. Realisasi dari asas Ketuhanan Yang Maha Esa tercermin dalam tiga
bidang ketatanegaraan republik Indonesia antara lain :

1. Dalam bidang eksekutif, dengan adanya Departeman segala soal yang menyangakut
agama di Indonesia
2. Dalam bidang legisilatif tecermin pelaksanaannya dalam UU No. 1 Tahun1974
tentang Undang-Undang Perkawinan
3. Dalam bidang Yudikatif, tertuang dalam UU No. 14 Tahun 1970 yang telah diubah
melalui UU No. 4 Tahun 2004 Tentang Kekuasaan Kehakiman pada Pasal 4 ayat (1)

2. Asas Perikemanusiaan

Asas perikemanusiaan adalah asas yang mengakui dan memperlakukan manusia sesuai
dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan, juga mengakui persamaan derajat, persamaan
hak dan kewajiban asasi manusia tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama, ras, warna kulit,
kedudukan social dan lainnya.

3. Asas Kebangsaan

Dalam asas kebangsaan setiap warga negara mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang
sama. Asas ini menunjukan bahwa Bangsa Indonesia bebas untuk menentukan nasibnya sendiri, dan
berdaulat yang berarti pula bahwa Bangsa Indonesia tidak membolehkan adanya campur tangan dari
bangsa lain dalam hal mengenai urusan dalam negeri Asas kebangsaan tertuang pula dalam simbol
atau Lambang Negara Republik Indonesia, yaitu Garuda Pancasila (Pasal 36A), Bendera Kebangsaan,
yaitu Sang Saka Merah Putih (Pasal 35), Bahasa Persatuan, Bahasa Indonesia (Pasal 36), Lagu
Kebangsaan Indonesia Raya (Pasal 36B), dan Lambang Persatuan dan Kesatuan Bhineka Tunggal Ika
(Pasal 36A).

4. Asas Kedaulatan Rakyat

Asas Kedaulatan Rakyat dalam bidang legislatif merupakan perwujudan dari kedaulatan
rakyat dan wewenang yang dimiliki DPR.Sedangkan dalam yudikatif terlihat bahwa hakim-hakim
baru dapat diangkat setelah ada pengusulan dari Komisi Yudisial kepada anggota DPR untuk
mendapat penetapan yang selanjutnya diangkat oleh Presiden

Dalam pembukaan UUD 1945 asas ini tertuang dalam alenia IV yang menyatakan, “Maka
disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam Undang-Undang Dasar Negara Indonesia
yang berkedaulatan Rakyat …”.Asas Kedaulatan Rakyat menghendaki agar setiap tindakan dari
pemerintah harus berdasarkan kemauan rakyat, yang pada akhirnya semua tindakan pemerintah harus
dapat dipertanggungjawabkan kepada rakyat melalui wakil-wakilnya.

Penjelmaan dari ketetapan ini dapat dilihat pada persetujuan dari rakyat atas tindakan
pemerintah, itu dapat ditunjukan bahwa presiden tidak dapat menetapkan suatu peraturan pemerintah,
tetapi terlebih dahulu adanya Undang-Undang artinya tanpa persetujuan rakyat presiden tidak dapat
menetapkan suatu peraturan pemerintah. Dan akhirnya presiden harus memberikan
pertanggungjawabannya kepada MPR yang merupakan penjelmaan dari rakyat Indonesia yang
memegang kedaulatan rakyat.

5.Asas Keadilan Sosial

Keadilan adalah keseimbangan antara hak dan kewajiban, yang dapat mengakomodir segala
kepentingan individu agar masing-masing individu mendapatkan perlindungan kepentingan dan
kebahagiaan. Maka dapat disimpulkan bahwa keadilan adalah kehendak yang ajeg dan menetap untuk
memberikan kepada masing-masing bagiannya, memberikan kepada setiap orang yang menjadi
haknya. Inti dari pengertian tersebut bahwa memberikan masing-masing haknya dan tidak lebih, tapi
juga tidak kurang daripada haknya. Dalam bidang legislatif, asas keadilan social pelaksanaannya
tertuang dalam rangka mewujudkan Undang-Undang tentang jaminan sosial. Dalam bidang yudikatif,
setiap keputusan senantiasa berpedoman kepada keadilan sosial.Sedangkan dalam bentuk lembaga
terlihat adanya lembaga negara yang bergerak di bidang sosial yang menyelenggarakan masalah-
masalah sosial dalam Negara.

B. KRONOLOGI PERUMUSAN DAN PENGESAHAN PANCASILA

Proses perumusan dan pengesahan Pancasila Dasar Negara tidak dapat dipisahkan dengan
proses perumusan dan pengesahan Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, sebab disamping
diciptakan untuk menyongsong lahirnya Negara Indonesia yang diproklamasikan pada tanggal 17
Agustus 1945, Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dan Pancasila merupakan satu kesatuan yang
fundamental. Oleh karena itu kedua-duanya mempunyai hubungan asasi. Untuk studi yang lebih
terinci, di bawah ini akan dibahas terlebih dahulu proses perumusan dan pengesahan Pembukaan
UUD 1945 dan Pancasila Dasar Negara. Sejarah perumusan dan pengesahan pembukaan UUD 1945
dan Pancasila Dasar Negara secara kronologis sebagai berikut :

1. Tanggal 7 September 1944


Proses perumusan Pembukaan UUD 1945 dimulai sejak Jepang masih menguasai tanah air
Indonesia, yaitu didalam sidang-sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia yang selanjutnya disebut Badan Penyelidik. Pembentukan Badan ini dilatar belakangi oleh :

a. Menjelang akhir tahun 1944 bala tentara Jepang menderitan kekalahan dan mendapatkan
tekanan terus mernerus dari serangan-serangan pihak sekutu. Keadaan ini sangatlah
menggembirakan para pemimpin bangsa Indonesia yang telah bertahun-tahun
memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Oleh karena itu, agar mendapat dukungan dari
bangsa Indonesia, maka pemerintahan Jepang bersikap bermurah hati terhadap bangsa
Indonesia, yaitu menjajikan Indonesia merdeka dikemudian hari dalam lingkungan
kemakmuran bersama Asia Timur Raya, apabila perang dunia II berakhir dan kemenangan
dipihak Jepang. Janji tersebut diucapkan oleh Perdana Menteri jepang Jendral Kaiso pada 7
September 1944 di depan sidang Istimewa Dewan perwakilan Rakyat Jepang (Toikuhu
Gikai).
b. Adanya tuntutan dan desakan dari para pemimpin bangsa Indonesia kepada Pemerintah bala
tentara Jepang agar segera memperdekakan Indonesia atau setidak-tidaknya diambil tindakan,
langkah dan usaha-usaha yang nyata untuk mempersiapkan kemerdekaan Indonesia.
Pemerintah bala tentara Jepang menyadari bahwa kedudukannya semakin terdesak, tidak
dapat menghindarkan diri dari tuntutan dan desakan tersebut. Walaupun Jepang tetap
mengusahakan agar supaya Indonesia yang merdeka itu tetep di lingkungan Asia Timur Raya
yang dipimpin oleh pemerintah pusat Jepang. Karena peristiwa-peristwa itu dan untuk
menarik simpati dari bangsa Indonesia, pada tanggal 7 September 1944 Pemerintah
balatentara Jepang mengeluarkan janji “Kemerdekaan Indonesia di kemudian hari” yang
menurut rencananya akan diberikan pada tanggal 24 Agustus 1945.

2. Tanggal 29 April 1945


Sebagai realisasi janji politik, pada tanggal 29 April 1945 oleh Geuseikan
(Kepala Pemerintah Balatentara Jepang di Jawa) dibentuk suatu badan yang diberimana
Dokuritsu Zyunbi Cosakai atau Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan
(BPUKI). Badan ini bertugas untuk menyelidiki segala sesuatu mengenai persiapan
kemerdekaan Indonesia dan beranggotakan pemuka-pemuka bangsa Indonesia yang
berjumlah 60 orang.
3. Tanggal 28 Mei 1945
BPUPKI dilantik oleh Letnan Jendral Kumaichi Harada dengan susunan sebagai berikut :
 Ketua : Dr. Radjiman Widjjodiningrat
 Ketua Muda : Raden Panji Soeroso
 Ketua Muda : Ichibangase (anggota luar biasa orang Jepang)
 Anggota : 60 orang, tidak termasuk Ketua dan Ketua Muda
4. Tanggal 29 Mei s.d 1 juni 1945
BPUPKI mengadakan dua masa sidang, yaitu :
a. Masa sidang I : Tanggal 29 Mei-1 Juni 1945
b. Masa Sidang ke II : Tanggal 10–16 Juli 1945

Dalam Sidang I, membicarakan tentang Rencana Dasar Negara Negara Indonesia Merdeka. Pada
kesempatan ini, ada beberapa tokoh – tokoh Indonesia yang memberikan sumbangan pikiran terhadap
konsep Dasar Negara yang akan dibuat.

a) Tanggal 29 Mei 1945


Prof. Mr. Moh. Yamin mengajukan prasaran/usul yang disiapkan secara tertulis,
berjudul “Asas Dasar Negara Kebangsaan Republik Indonesia”. Lima asas dan dasar itu
sebagai berikut :
1. Peri Kebangsaan
2. Peri kemanusian
3. Peri Ketuhanan
4. Peri Kerakyatan
5. Kesejahteraan Rakyat
b) Tanggal 31 Mei 1945
Pada tanggal 31 Mei 1945 ini, Mr. Soepomo mencetuskan gagasan Dasar Negara yang
kemudian dikenali sebagai ide Negara Integralistik. Berikut gagasan yang dikeluarkan oleh
Mr. Soepomo :
1. Persatuan
2. Kekeluargaan
3. Keseimbangan lahir dan batin
4. Musyawarah
5. Keadilan rakyat

c). Tanggal 1 Juni 1945

Dalam pidato tersebut Ir. Soekarno mengusulkan dasar negara yang terdiri atas lima
prinsip. Lima prinsip tersebut oleh teman yang ahli bahasa (tidak disebutkan namanya) diberi
nama Pancasila. Lima prinsip yang diajukan adalah :

1. Nasionalisme atau Kebangsaan Indonesia


2. Internasionalisme atau Perikemanusiaan
3. Munfakat atau Demokrasi
4. Kesejahteraan Sosial
5. Ketuhanan yang berkebudayaan

Pada tanggal 1 Juni 1945, sidang BPUPK I diakhiri dan dibentuk Panitia Kecil yang
terdiri dari delapan orang anggota (Panitia Delapan), yang diketuai oleh Ir. Soekarno.
Selengkapnya Panitia Delapan ini adalah :

1. Ir. Soekarno
2. Ki Bagus Hadikusumo
3. KH Wachid Hasjim
4. Mr. Moh. Yamin
5. Sutardja
6. Oto Iskansardinata
7. Drs. Moh. Hatta
8. A.A Maramis
Panitia ini bertugas untuk memeriksa usul-usul yang masuk, menampung dan melaporkannya
kepada sidang pleno BPUPKI yang kedua.Oleh karena itu seluruh anggota BPUPKI
diperintahkan untuk mengajukan usul secara tertulis selambat – lambatnya tanggal 20 Mei
1945 harus masuk kepanitia 8.

5. . Tanggal 22 Juni 1945


Pada tanggal 22 Juni 1945 bertempat di gedung kantor Besar Jawa Hookoo Kai
(Himpunan Kebaktian Rakyat Jawa). Jam 10.00 diadakan rapat gabungan antara :

a. Panitia Delapan
b. Sejumlah anggota Tyuuoo Sangi In (Badan Penasehat Pemerintah Pusat
Balatentara Jepang), yang juga merangkap sebagai anggota BPUPI dan
c. Sejumlah anggota BPUPKI yang tinggal di Jakarta dan tidak menjadi anggota
Tyuoo Sangi In.
Rapat yang dipimpin oleh Ketua panitia delapan membicarakan “Usul-usul dari para
anggota tenteng prosedur yang harus dilalui agar upaya kita lekas mencapai Indonesia
Merdeka”. Hasil rapat gabungan ini adalah :
a. Supaya selekas-lekasnya Indonesia Merdeka
b. Hukum Dasar yang dirancang, supaya diberi semacam preambule (kata pembukaan atau
mukadimah)
c. Menerima usul Ir. Soekarno, agar supaya BPUPKI terus bekerja sampai terwujudnya
Hukum Dasar.
d. Membentuk satu Panitia Kecil Penyelidik Usul-Usul/Perumus Dasar Negara yang
dituangkan dalam Mukadimah Hukum Dasar yang beranggotakan sembilan orang.
Kesembilan tokoh nasional tersebut adalah ; Ir. Soekarna, Drs. Moh. Hatta, Mr. A.A.
Maramis, Abikoesno Tjokrodorjoso, Abdoelkahar Muzakkir, H. Agus Salim, Mr.
Achmad Soebardjo, KH Wachid Hasjim, dan Mr. Moh. Yamin.

Pada waktu itu juga diadakan pertemuan Panitia Sembilan di Pegangsaan Timur 56
Jakarta, tepatnya jam 10.00. Di dalam pertemuan itu disetujui agar para anggota segera
menyusun suatu Konsep Rancangan Mukadimah Hukum Dasar yang akan diajukan ke
sidang BPUPKI yang kedua. Konsep Rancangan Preambule Hukum Dasar inilah yang
kemudian terkenal dengan sebutan Piagam Jakarta, suatu nama yang diusulkan oleh Prof.
Mr. Moh. Yamin

6. Tanggal 10 s.d 16 Juli 1945

Tanggal 10 s.d 16 Juli 1945 diadakan sidang BPUPKI yang ke II dengan acara untuk
“Mempersiapkan Rancangan Hukum Dasar”, di Jl. Pejambon Jakarta. Adapun jalannya
persidangan adalah sebagai berikut :

A. Pada tanggal 10 Juli 1945 sidang BPUPKI II dibuka oleh ketua dam dilanjutkan dengan
pengumuman mengenai penambahan anggota baru Badan Penyelidik sebanyak 6 orang
yaitu Abdul Fatah Hasan, Asikin Natanegara, P. soerjo Hamidjojo, Mohammad Noo,
Besar, Abdul Kafar. Kemudian Ir. Soekarno selaku Ketua Panitia Kecil (Panitia Delapan)
yang dibentuk pada masa sidang pertama melaporkan hasil pekerjaannya. Di dalam
laporannya itu antara lain dikemukakannya bahwa :
1. Ada 40 orang anggota telah memasukan usul yang terdiri dari 32 macam atau 9
kelompok usul.
2. Pada tanggal 22 Juni 1945 atas inisiatifnya telah diadakan rapat gabungan, diantaranya
diputuskan untuk membentuk panitia kecil (Panitia Sembilan).Pekerjaan panitia kecil
inilah tersusun suatu naskah pembukaan yang dikenal sebagai gentlement agreement.
Kesepakatan inilah yang oleh Moh.Yamin disebut sebagai Djakarta Charter yang
selanjutanya naskah tersebut dikenal sebagai Piagam Jakarta.
3. Tanggal 11 Juli 1945, jam 10.50, setelah sidang mendengarkan pandangan 20 orang
anggota, maka dibentuklah Panitia Perancang Hukum Dasar, yang terdiri dari 3 panitia
kecil adalah sebagai berikut
 Panitia Perancang Hukum Dasar yang diketua oleh Ir. Soekarno
 Panitia Perancang Ekonomi dan Keuangan yang terdiri 24 anggota, diketuai oleh
Drs. Moh. Hatta merangkap anggota.
 Panitia Perancang Pembelaan Tanah Air yang diketuai oleh Abikoesno
Tjokrosoejoso.
B. Tanggal 13 Juli 1945
Dalam sidangnya, Panitia Kecil Perancangan Hukum Dasar berhasil menghimpun
usulan yang penting, yaitu :
 Kedaulatan dilakukan oleh Badan Permusyawaratan Rakyat yang bersidang
sekali dalam 5 tahun dan badan ini sebagai pemegang kekuasaan yang tertinggi
 Tugas sehari-hari dilaksanakan oleh Presiden, yang dibantu oleh wakil Presiden,
Menteri-Menteri yang bertanggung jawab kepadanya dan oleh Dewan
Pertimbangan Agung
 Dalam membentuk Undang-Undang, Presiden harus mufakat dengan Dewan
Perwakilan Rakyat
 Rancangan Hukum Dasar terdiri dari 15 bab, 42 pasal termasuk 5 pasal Aturan
Peralihan dan 1 pasal Aturan
C. Tanggal 14 Juli 1945
Pada jam 15.00 s.d 18.00 sidang mendengarkan “Laporan hasil kerja Panitia
Perancang Hukum Dasar yang disampaikan olehketuanya dengan menyodorkan
Rancangan Indonesia Merdeka dan Pembukaan Hukum Dasar.
D. Tanggal 15 dan 16 Juli 1945
Pada jam 10.20 sidang dimulai dengan acara pokok membicarakan Rancangan
Hukum Dasar. Pada kesempatan itu Ketua Panitia Perancang Hukum Dasar, Ir.Soekarno
menyammpaikan konsep Rancangan Hukum Dasar dengan penjelasannya dan
disampaikan pula usul Drs. Moh. Hatta tentang hak-hak asasi manusia.
E. Tanggal 16 Juli1945
Sidang dimulai dengan melanjutkan acara hari sebelumnya.Sidang menyetujui dan
menerima Rancangan Hukum Dasar yang diajukan oleh Panitia Perancang Hukum Dasar.
Setelah sidang BPUPKI yang kedua ditutup, maka tugas BPUPKI dianggap selesai
Kemudian untuk melanjutkan tugas-tugas BPUPKI dibentuklah suatu badan yang diberi
nama Dokoritzuu Zyunbi Inkai atau Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia.
7. Tanggal 9 Agustus 1945

Setelah PPKI dibentuk pada tanggal 9 Agustus 1945, maka dalam tempo yang sangat cepat
Jepang telah menyerah kepada Sekutu pada tanggal 14 Agustus 1945.PPKI merupakan Badan
Bentukan Pemerintah Balatentara Jepang tetapi bukan alat Pemerintah Jepang, sebab :

 PPKI bekerja sesudah Jepang tidak berkuasa lagi


 PPKI bekerja atas dasar keyakinan, pemikiran dan caranya sendiri untuk mencapai Indonesia
Merdeka
 PPKI merupakan suatu badan perwujudan/perwakilan
 rakyat Indonesia
 Tanggal 17 Agustus 1945 Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
 Tanggal 18 Agustus 1945 Pada jam 10.30, sidang pleno PPKI dimulai dengan acara
 pokok untuk membahas naskah Rancangan Hukum Dasar atas Kemerdekaan yang diucapkan
dalam proklamasi sehari sebelumya.

C . PENGESAHAN PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Setelah melalui beberapa persidangan, Pancasila akhirnya dapat disahakan pada Sidang
PPKIpada tanggal 18 Agustus 1945. Pada tanggal 18 Agustus 1945, PPKI mengadakan sidangnya
yang pertama. Pada sidang ini PPKI membahas konstitusi negara Indonesia, Presiden dan Wakil
Presiden Indonesia, serta lembaga yang membantu tugas Presiden Indonesia. PPKI membahas
konstitusi negara Indonesia dengan menggunakan naskah Piagam Jakarta yang telah disahkan
BPUPKI. Namun, sebelum sidang dimulai, Moh. Hatta dan beberapa tokoh Islam mengadakan
pembahasan sendiri untuk mencari penyelesaian masalah kalimat ”... dengan kewajiban menjalankan
syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” pada kalimat ”Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan
syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”. Tokoh-tokoh Islam yang membahas adalah Ki Bagus
Hadikusumo, Kasman Singodimejo, K.H. Abdul Wachid Hasyim, dan Teuku Moh. Hassan. Mereka
perlu membahas hal tersebut karena pesan dari pemeluk agama lain dan terutama tokoh-tokoh dari
Indonesia bagian timur yang merasa keberatan dengan kalimat tersebut. Mereka mengancam akan
mendirikan negara sendiri apabila kalimat tersebut tidak diubah. Dalam waktu yang tidak terlalu lama,
dicapai kesepakatan untuk menghilangkan kalimat ”... dengan kewajiban menjalankan syariat Islam
bagi pemeluk-pemeluknya”. Hal ini dilakukan untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa
Indonesia. Adapun tujuan diadakan pembahasan sendiri tidak pada forum sidang agar permasalahan
cepat selesai. Dengan disetujuinya perubahan itu maka segera saja sidang pertama PPKI dibuka, maka
keputusan:

1. Menetapkan dan mengesahkan pembukaan UUD 1945 dan UUD 1945


2. Memilih presiden dan wakil presiden (Soekarno dan Moh. Hatta)
3. Membentuk Komite Nasional Indonesia sebagai badan musyawarah darurat.

2.2 Makna dan Simbol Pancasila

A. Makna Pancasila

Pancasila berasal dari dua kata dalam Bahasa Sansekerta, yaitu “panca” yang berarti lima dan
“sila” yang berarti asas. Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan
bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia. Didalam pelaksanaanya, Pancasila memiliki makna yang
berbeda. Pancasila bisa sebagai pandangan hidup bangsa merupakan sekumpulan nilai yang terangkai
secara sistematis sebagai acuan dasar dalam berfikir, bersikap, dan bertingkah laku. Karena memuat
gagasan dasar mengenai kehidupan yang di cita – citakan dan wujud kehidupan yang dianggap baik.
Selain itu, Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum. Serta Pancasila sebagai ideologi
nasional sekaligus merupakan ideologi terbuka meliputi nilai dasar yang bersifat hakiki,nilai
instrumental yang merupakan penjabaran dari nilai dasar, serta nilai praktis yang dijabarkan dari nilai
instrumental dan perkembangan masyarakat yang dinamis.

B. Simbol Pancasila
Pancasila merupakan lima dasar yang berisi pedoman atau aturan tentang tingkah laku yang
penting dan baik. Jadi Pancasila adalah lima dasar dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bunyi
kelima sila-sila Pancasila adalah sebagai berikut :

1. Ketuhanan Yang Maha Esa

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab

3. Persatuan Indonesia

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat/ kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Dalam pasal 36 A Undang-Undang Dasar Tahun 1945 setelah diamandemenkan empat kali,
yaitu pada tahun 1999, 2000, 2001 dan 2002, dicantumkan kalimat “lambang Negara ialah garuda
Pancasila dengan semboyan Bhineka tunggal ika” Garuda Pancasil, mempunyai perisai yang
melambangkan perjuangan dan perlindungan diri untuk mencapai tujuan. Di dalam garis hitam tebal
yang melambangkan Negara merdeka dan berdaulat yang dilintasi garis katulistiwa.

C. Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa

Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa, artinya nilai-nilai ketuhanan,


kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan diyakini kebenarannya, kebaikannya,
keindahannya, dan kegunaannya oleh bangsa Indonesia yang dijadikan sebagai pedoman
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Pancasila sebagai pandangan hidup berarti nilai-nilai Pancasila melekat dalam


kehidupan masyarakat dan dijadikan norma bersikap dan bertindak. Pancasila sebagai
pandangan hidup bangsa mengandung unsur-unsur sebagai berikut : nilai-nilai agama,
budaya, dan adat istiadat.

D. Pancasila Sebagai Ideologi

Pengertian Pancasila sebagai ‘ideologi negara’ adalah nilai-nilai yang terkandung di


dalam Pancasila menjadi cita-cita normatif di dalam penyelenggaraan negara. Secara luas,
pengertian Pancasila sebagai ideologi Negara Indonesia adalah visi atau arah dari
penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia, yaitu terwujudnya
kehidupan yang menjunjung tinggi ketuhanan, nilai kemanusiaan, kesadaran akan kesatuan,
berkerakyatan, serta menjunjung tinggi nilai keadilan.
Keputusan bangsa Indonesia mengenai Pancasila sebagai ideologi negara tercantum
dalam Ketetapan MPR Nomor 18 Tahun 1998 tentang Pencabutan dari Ketetapan MPR
Nomor 2 Tahun 1978 mengenai Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila dan
Penetapan tentang Penegasan Pancasila sebagai Dasar Negara. Pada Pasal 1 Ketetapan MPR
tersebut menyatakan bahwa Pancasila sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Undang-
Undang Dasar 1945 adalah dasar negara dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
yang harus dilaksanakan secara konsisten dalam kehidupan bernegara. Dari ketetapan MPR
tersebut dapat diketahui bahwa di Indonesia kedudukan Pancasila adalah sebagai ideologi
negara, selain kedudukannya sebagai dasar negara.
Pancasila sebagai ideologi negara yang berarti sebagai cita-cita bernegara dan sarana
yang mempersatukan masyarakat perlu perwujudan yang konkret dan operasional aplikatif,
sehingga tidak hanya dijadikan slogan belaka.

E. NILAI-NILAI YANG TERKANDUNG DALAM PANCASILA

Dilansir menurut (Moerdiono, 1995/1996) mengemukakan bahwa ada3 tataran nilai


dalam ideologi Pancasila. Tiga tataran nilai itu adalah:

1. Nilai Dasar
Nilai dasar merupakan nilai yang memiliki sifat abstrak dan tetap namun terlepas
dari pengaruh perubahan waktu. Nilai dasar merupakan sebuah prinsip yang
bersifat abstrak, bersifat amat umum, tidak terikat oleh waktu dan tempat, dengan
mengandung kebenaran yang bagaikan aksioma. (Fatma Ulfatun, 2022 : 25).
Nilai dasar Pancasila ditetapkan oleh pendiri negara dan tumbuh dengan baik dari
sejarah perjuangan bangsa Indonesia dalam melawan penjajahan.
2. Nilai Instrumental
Nilai instrumental merupakan nilai yang bersifat kontekstual. Nilai instrumental
merupakan penjabaran dari nilai dasar yang merupakan arahan kinerja dalam
kurun waktu tertentu dan kondisi tertentu. (Fatma Ulfatun, 2022 : 25)
Nilai instrumental merupakan kebijaksanaan, startegi, organisasi, dan masih
banyak. Untuk Lembaga yang bertugas Menyusun nilai instrumental Pancasila
adalah Lembaga Legislatif seperti MPR, Presiden, dan DPR.
3. Nilai Praksis
Nilai praksis merupakan nilai yang terkandung dalam kenyataan sehari-hari
berupa cara bagaimana rakyat melaksanakan nilai Pancasila. (Fatma Ulfatun, 2022
: 25) Nilai praksis sendiri memiliki banyak wujud di dalam penerapan Pancasila
entah dalam wujud tulisan maupun lisan, di cabangkan oleh legislative, yudikatif,
bahkan eksekutif, oleh organisasi sosial politik, kemasyarakatan, atau badan
ekonomi.
Tak hanya tiga tataran nilai itu saja. Di dalam Pancasila juga terdapat nilai-nilai sesuai dengan
lima sila di dalam Pancasila. Makna yang terkandung pada nilai-nilai Pancasila adalah :
Sila Pertama : “Ketuhanan Yang Maha Esa” (Nilai Ketuhanan)
Sila pertama ini merupakan sebuah dasar dari empat sila yang lain. Hal ini memaknai
bahwa Bangsa Indonesia adalah Negara yang mempercayai adanya Tuhan yang satu bukan
kebalikannya. Pancasila dengan sila pertamanya merupakan sebuah falsafah yang sesuai
dengan kaidah agama. Oleh karena itu sebagai manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Allah dengan mendirikan perintahnya untuk meningkatkan keimanan kita.
Semua masyarakat Indonesia wajib beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai
ajaran agamanya masing - masing. Selain itu, perlunya toleransi terhadap orang lain yang
menjalankan agamanya. Menjalankan ajaran agama sesuai dengan yang dianut
memberikan dampak positif bagi banyak orang atau sesame. (Fatma Ulfatun, 2022 : 26).

Sila Kedua : “Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab” (Nilai Kemanusiaan)


Sila kedua ini mengandung sebuah nilai yaitu nilai kemanusiaan. Kemanusiaan yang
dimaksudkan adalah manusia yang memiliki rasa adil dan beradap, menjunjung tinggi milai
keadilan dan martabat sesame manusia sebagi makhluk Tuhan yang diwujudkan dalam
sebuah semangat saling menghargai, bertoleransi antar sesame sesuai dengan nilai moral.
Sila kedua mempunyai prinsip kemanusiaan yang maksudnya seluruh orang
selaku insan yang diciptakan Tuhan Yang Maha Esa memiliki harkat serta martabat, seluruh
pribadi seimbang, mempunyai hak serta kewajiban yang sama, dan tidak mendiskriminasi
agama, ras, serta kelompok (Fadhila dan Najhica, 2021).

Sila Ketiga : “Persatuan Indonesia” (Nilai Kesatuan dan Persatuan)


Sila ketiga ini mengandung makna kesatuan serta persatuan negara Indonesia.
Indonesia sendiri merupakan negara yang kaya, kaya akan keberagaman suku, agama,
budaya, bahasa, dan ras. Namun dengan terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI), dimulailah sebuah komitmen untuk terus membentengi keberagaman itu sehingga
mewujudkan Negara Indonesia yang maju, adil, dan sejahtera. Sesuai dengan konstitusi
tujuan negara Indonesia adalah berkewajiban memberikan perlindungan kepada segenap
tumpah darah Indonesia dan seluruh isinya dengan semangat persatuan.
Oleh karena itu persatuan dan kesatuan negara Indonesia harus selalu konsisten agar
tidak ada yang terpecah belah, apalagi di era modern atau era globalisasi ini semakin
mudahnya akses internet memunculkan berita-berita palsu/hoax yang mengamcam intregitas
nasional Indonesia. Selain itu, dalam sila ketiga ini juga terkandung nilai nasionalisme dan
patriotisme. (Fatma Ulfatun, 2022 : 27)

Sila Keempat : “Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan/ Perwakilan.” (Nilai Kebijaksanaan)
Sila keempat ini mengandung nilai Kebijaksanaan yang mana berpedoman kepada
demokrasi di Indonesia. Cara mengimplementasikan demokrasi Indonesia sendiri masih di
dalam tahapan pencarian identitas. Sejakmerdeka, Indonesi sudah melalui beberapa tahapan
demokrasi mulai dari demokrasi era revolusi, demokrasi parlementer, demokrasi terpimpin,
demokrasi era orde baru, sampai demokrasi era reformasi.
Selain itu sila ke empat juga mengandung nilai demokrasi yang harus dilaksanakan
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Setiap warga Indonesia sebagai kelompok
masyarakat memiliki hak, kewajiban, dan kedudukan yang sama dalam pemerintahan.
Indonesia mengedepankan demokrasi di atas apapun. Pengambilan keputusan berdasarkan
musyawarah untuk mencapai mufakat berdasarkan kehendak rakyat. setiap warga wajib
menerima hasil dari pengambilan keputusan yang dibuat bersama dan untuk kepentingan
bersama, dengan menjunjung rasa tanggung jawab. (Fatma Ulfatun, 2022 : 27)

Sila Kelima : “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia” (Nilai Keadilan)
Sila kelima ini mengandung makna bahwa setiap warga negara diperlakukan sama
tanpa dibedakan baik suku, ras, agama, bahasa, kaya, miskin, dan semua jabatan. Semua
warga negara harus diperlakukan secara adil. Perwujudan dari sila ini bisa berupa penegakan
hukum dengan asas keadilan bukan keuangan dan jabatan, tidak ada tekanan baik fisik
maupun mental terhadap rakyat, mendapatkan kehidupan yang sejahtera atau terbebas dari
kemiskinan, dan kebodohan, serta tekanan dari pihak lain.
Sila kelima tersebut mengandung nilai keadilan sosial yang harus terwujud
dalam kehidupan bersama, mengembangkan perbuatan luhur atas dasar kekeluargaan dan
asas gotong royong. Semua warga Indonesia memiliki derajat yang sama di mata
hukum dan juga negara, sehingga perlu terwujudnya keseimbangan antara hak dan kewajiban
dengan menghormati hak -hak orang lain. (Fatma Ulfatun, 2022 : 27).

Anda mungkin juga menyukai