Oleh :
Kelompok 3
1. Rahmadani Harahap
2. Abdilla yakub siregar
3. Gimnas tiar Tanjung
Penyusun
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 2
1.3 Tujuan .............................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Untuk mengetahui pengusulan Pancasila ........................................ 3
2.2 Untuk mengetahui pengesahan Pancasila ...................................... 5
2.3 Untuk mengetahui perumusan UUD NKRI 1945............................ 10
2.4 Untuk mengetahui pengesahan dan penetapan naskah UUD 1945 . 17
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ...................................................................................... 20
3.2 Saran ................................................................................................ 20
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 21
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Konstitusi bagi suatu negara merupakan keseluruhan sistem aturan yang
menetapkan dan mengatur tata kehidupan kenegaraan melalui sistem
pemerintahan negara dan tata hubungan secara timbal balik antara pemerintah
negara dan orang seorang yang berada di bawah pemerintahnya.
Konstitusi diartikan juga sebagai hukum dasar, hukum dasar tersebut dapat
tertulis dan dapat juga tidak tertulis. Konstitusi atau hukum dasar yang tertulis
disebut juga Undang-Undang Dasar, sedangkan konstitusi atau hukum dasar yang
tidak tertulis disebut juga konvensi, yakni aturan-aturan dasar yang timbul dan
terpelihara dalam praktek-praktek penyelengaraan negara meskipun tidak
tertulis.Dengan demikian, konstitusi lebih luas dibandingkan dengan Undang-
Undang Dasar (UUD), atau UUD merupakan salah satu bagian dari konstitusi.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengusulan Pancasila
2. Untuk mengetahui pengesahan Pancasila
3. Untuk mengetahui perumusan UUD NKRI 1945
4. Untuk mengetahui pengesahan dan penetapan naskah UUD 1945
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
yaitu Raden Panji Suroso dan Ichibangase (orang Jepang). BPUPKI dilantik oleh
Letjen Kumakichi Harada, panglima tentara ke-16 Jepang di Jakarta, pada 28 Mei
1945. Sehari setelah dilantik, 29 Mei 1945, dimulailah sidang yang pertama
dengan materi pokok pembicaraan calon dasar negara.
Menurut catatan sejarah, diketahui bahwa sidang tersebut menampilkan
beberapa pembicara, yaitu Mr. Muh Yamin, Ir. Soekarno, Ki Bagus Hadikusumo,
Mr. Soepomo. Keempat tokoh tersebut menyampaikan usulan tentang dasar
negara menurut pandangannya masing-masing. Meskipun demikian perbedaan
pendapat di antara mereka tidak mengurangi semangat persatuan dan kesatuan
demi mewujudkan Indonesia merdeka. Salah seorang pengusul calon dasar negara
dalam sidang BPUPKI adalah Ir. Soekarno yang berpidato pada 1 Juni 1945. Pada
hari itu, Ir. Soekarno menyampaikan lima butir gagasan tentang dasar negara
sebagai berikut:
a. Nasionalisme atau Kebangsaan Indonesia,
b. Internasionalisme atau Peri Kemanusiaan,
c. Mufakat atau Demokrasi,
d. Kesejahteraan Sosial,
e. Ketuhanan yang berkebudayaan.
Berdasarkan catatan sejarah, kelima butir gagasan itu oleh Soekarno diberi
nama Pancasila. Selanjutnya, Soekarno juga mengusulkan jika seandainya peserta
sidang tidak menyukai angka 5, maka ia menawarkan angka 3, yaitu Trisila yang
terdiri atas (1) Sosio-Nasionalisme, (2) Sosio-Demokrasi, dan (3) Ketuhanan Yang
Maha Esa. Soekarno akhirnya juga menawarkan angka 1,yaitu Ekasila yang berisi
asas Gotong-Royong.
Sejarah mencatat bahwa pidato lisan Soekarno inilah yang di kemudian
hari diterbitkan oleh Kementerian Penerangan Republik Indonesia dalam bentuk
buku yang berjudul Lahirnya Pancasila (1947). Perlu Anda ketahui bahwa dari
judul buku tersebut menimbulkan kontroversi seputar lahirnya Pancasila. Di satu
pihak, ketika Soekarno masih berkuasa, terjadi semacam pengultusan terhadap
Soekarno sehingga 1 Juni selalu dirayakan sebagai hari lahirnya Pancasila. Di lain
pihak, ketika pemerintahan Soekarno jatuh, muncul upaya-upaya “de-
4
Soekarnoisasi” oleh penguasa Orde Baru sehingga dikesankan seolah-olah
Soekarno tidak besar jasanya dalam penggalian dan perumusan Pancasila.
Setelah pidato Soekarno, sidang menerima usulan nama Pancasila bagi
dasar filsafat negara (Philosofische grondslag) yang diusulkan oleh Soekarno, dan
kemudian dibentuk panitia kecil 8 orang (Ki Bagus Hadi Kusumo, K.H. Wahid
Hasyim, Muh. Yamin, Sutarjo, A.A. Maramis, Otto Iskandar Dinata, dan Moh.
Hatta) yang bertugas menampung usul-usul seputar calon dasar negara. Kemudian,
sidang pertama BPUPKI (29 Mei - 1 Juni 1945) ini berhenti untuk sementara.
5
Dwitunggal. Selanjutnya, naskah tersebut diketik oleh Sayuti Melik. Rancangan
pernyataan kemerdekaan yang telah dipersiapkan oleh BPUPKI yang diberi nama
Piagam Jakarta, akhirnya tidak dibacakan pada 17 Agustus 1945 karena situasi
politik yang berubah (Lihat Pemahaman Sejarah Indonesia: Sebelum dan Sesudah
Revolusi, William Frederick dan Soeri Soeroto, 2002: hal. 308 –-311).
Sampai detik ini, teks Proklamasi yang dikenal luas adalah sebagai berikut:
PROKLAMASI
Kami Bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia.Hal-
hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dll. diselenggarakan dengan cara
saksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.
Jakarta, 17 Agustus 1945
Atas Nama Bangsa Indonesia
Soekarno-Hatta
6
3. Membentuk KNIP, komite ini dilantik 29 Agustus 1945 dengan ketua
Mr. Kasman Singodimejo.
Rumusan Pancasila dalam Pembukaan UUD 1945 adalah sebagai berikut:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Sejarah bangsa Indonesia juga mencatat bahwa rumusan Pancasila yang
disahkan PPKI ternyata berbeda dengan rumusan Pancasila yang termaktub dalam
Piagam Jakarta. Hal ini terjadi karena adanya tuntutan dari wakil yang
mengatasnamakan masyarakat Indonesia Bagian Timur yang menemui Bung
Hatta yang mempertanyakan 7 kata di belakang kata “Ketuhanan”, yaitu “dengan
kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”. Tuntutan ini
ditanggapi secara arif oleh para pendiri negara sehingga terjadi perubahan yang
disepakati, yaitu dihapusnya 7 kata yang dianggap menjadi hambatan di kemudian
hari dan diganti dengan istilah “Yang Maha Esa”.
Setelah kemerdekaan Indonesia diproklamasikan yang kemudian diikuti
dengan pengesahaan Undang-Undang Dasar 1945, maka roda pemerintahan yang
seharusnya dapat berjalan dengan baik dan tertib, ternyata menghadapi sejumlah
tantangan yang mengancam kemerdekaan negara dan eksistensi Pancasila. Salah
satu bentuk ancaman itu muncul dari pihak Belanda yang ingin menjajah kembali
Indonesia.
Belanda ingin menguasai kembali Indonesia dengan berbagai cara.
Tindakan Belanda itu dilakukan dalam bentuk agresi selama kurang lebih 4 tahun.
Setelah pengakuan kedaulatan bangsa Indonesia oleh Belanda pada 27 Desember
1949, maka Indonesia pada 17 Agustus 1950 kembali ke negara kesatuan yang
sebelumnya berbentuk Republik Indonesia Serikat (RIS). Perubahan bentuk
negara dibuatlah konstitusi baru yang dinamakan Undang-Undang Dasar
Sementara 1950 (UUDS 1950).
7
Berdasarkan Undang-Undang Dasar Sementara 1950 dilaksanakanlah
Pemilu yang pertama pada 1955. Pemilu ini dilaksanakan untuk membentuk dua
badan perwakilan, yaitu Badan Konstituante (yang akan mengemban tugas
membuat Konstitusi/Undang-Undang Dasar) dan DPR (yang akan berperan
sebagai parlemen). Pada 1956, Badan Konstituante mulai bersidang di Bandung
untuk membuat UUD yang definitif sebagai pengganti UUDS 1950. Sebenarnya
telah banyak pasal-pasal yang dirumuskan, akan tetapi sidang menjadi berlarut-
larut ketika pembicaraan memasuki kawasan dasar negara. Sebagian anggota
menghendaki Islam sebagai dasar negara, sementara sebagian yang lain tetap
menghendaki Pancasila sebagai dasar negara. Kebuntuan ini diselesaikan lewat
voting, tetapi selalu gagal mencapai putusan karena selalu tidak memenuhi syarat
voting yang ditetapkan. Akibatnya, banyak anggota Konstituante yang
menyatakan tidak akan lagi menghadiri sidang. Keadaan ini memprihatinkan
Soekarno sebagai Kepala Negara.
Akhirnya, pada 5 Juli 1959, Presiden Soekarno mengambil langkah
“darurat” dengan mengeluarkan dekrit. Setelah Dekrit Presiden Soekarno 5 Juli
1959, seharusnya pelaksanaan sistem pemerintahan negara didasarkan pada
Undang-Undang Dasar 1945. Karena pemberlakuan kembali UUD 1945 menuntut
konsekuensi sebagai berikut: Pertama, penulisan Pancasila sebagaimana
termaktub dalam PembukaanUndang-Undang Dasar 1945. Kedua,
penyelenggaraan negara seharusnya dilaksanakan sebagaimana amanat Batang
Tubuh UUD „45. Dan, ketiga, segera dibentuk MPRS dan DPAS. Pada
kenyataannya, setelah Dekrit Presiden 5 Juli 1959 terjadi beberapa hal yang
berkaitan dengan penulisan sila-sila Pancasila yang tidak seragam.
Sesudah dikeluarkannya Dekrit 5 Juli 1959 oleh Presiden Soekarno, terjadi
beberapa penyelewengan terhadap UUD 1945. Antara lain, Soekarno diangkat
sebagai presiden seumur hidup melalui TAP No. III/MPRS/1960. Selain itu,
kekuasaan Presiden Soekarno berada di puncak piramida, artinya berada pada
posisi tertinggi yang membawahi ketua MPRS, ketua DPR, dan ketua DPA yang
pada waktu itu diangkat Soekarno sebagai menteri dalam kabinetnya sehingga
mengakibatkan sejumlah intrik politik dan perebutan pengaruh berbagai pihak
dengan berbagai cara, baik dengan mendekati maupun menjauhi presiden.
8
Pertentangan antarpihak begitu keras, seperti yang terjadi antara tokoh PKI
dengan perwira Angkatan Darat (AD) sehingga terjadilah penculikan dan
pembunuhan sejumlah perwira AD yang dikenal dengan peristiwa Gerakan 30
September (G30S PKI).
Peristiwa G30S PKI menimbulkan peralihan kekuasaan dari Soekarno ke
Soeharto. Peralihan kekuasan itu diawali dengan terbitnya Surat Perintah dari
Presiden Soekarno kepada Letnan Jenderal Soeharto, yang di kemudian hari
terkenal dengan nama Supersemar (Surat Perintah Sebelas Maret). Surat itu
intinya berisi perintah presiden kepada Soeharto agar “mengambil langkah-
langkah pengamanan untuk menyelamatkan keadaan”. Supersemar ini dibuatdi
Istana Bogor dan dijemput oleh Basuki Rahmat, Amir Mahmud, dan M. Yusuf.
Supersemar yang diberikan oleh Presiden Soekarno kepada Letjen
Soeharto itu kemudian dikuatkan dengan TAP No. IX/MPRS/1966 pada 21 Juni
1966. Dengan demikian, status supersemar menjadi berubah: Mula-mula hanya
sebuah surat perintah presiden kemudian menjadi ketetapan MPRS. Jadi, yang
memerintah Soeharto bukan lagi Presiden Soekarno, melainkan MPRS. Hal ini
merupakan fakta sejarah terjadinya peralihan kekuasaan dari Soekarno ke
Soeharto. Bulan berikutnya, tepatnya 5 Juli 1966, MPRS mengeluarkan TAP No.
XVIII/ MPRS/1966 yang isinya mencabut TAP No. III/MPRS/1960 tentang
Pengangkatan Soekarno sebagai Presiden Seumur Hidup.
Konsekuensinya,sejak saat itu Soekarno bukan lagi berstatus sebagai
presiden seumur hidup. Setelah menjadi presiden, Soeharto mengeluarkan Inpres
No. 12/1968 tentang penulisan dan pembacaan Pancasila sesuai dengan yang
tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 (ingatlah, dulu setelah Dekrit 5 Juli 1959
penulisan Pancasila beraneka ragam).
Ketika MPR mengadakan Sidang Umum 1978 Presiden Soeharto
mengajukan usul kepada MPR tentang Pedoman, Penghayatan, dan Pengamalan
Pancasila (P-4). Usul ini diterima dan dijadikan TAP No. II/MPR/1978 tentang P-
4 (Ekaprasetia Pancakarsa). Dalam TAP itu diperintahkan supaya Pemerintah dan
DPR menyebarluaskan P-4. Presiden Soeharto kemudian mengeluarkan Inpres No.
10/1978 yang berisi Penataran bagi Pegawai Negeri Republik Indonesia.
Kemudian, dikeluarkan juga Keppres No. 10/1979 tentang pembentukan BP-7
9
dari tingkat Pusat hingga Dati II. Pancasila juga dijadikan satu-satunya asas bagi
orsospol (tercantum dalam UU. No. 3/1985 ttg. Parpol dan Golkar) dan bagi
ormas (tercantum dalam UU No. 8/1985 ttg. Ormas). Banyak pro dan kontra atas
lahirnya kedua undang-undang itu. Namun, dengan kekuasaan rezim Soeharto
yang makin kokoh sehingga tidak ada yang berani menentang (BP7 Pusat, 1971).
1
http://www.slideshare.net/dinamika-pelaksanaan-undang-undang-dasar-1945
2
Prof. Dr. Kaelan, M.S fakultas filsafat UGM, pendidikan pancasila (Yogyakarta, paradigma) hal. 28
3
https://www.academia.edu/kronologis_perumusan_pancasila_dan_UUD_1945
10
a) Persidangan Resmi BPUPKI yang pertama pada tanggal 29 Mei-1 Juni
19454
4
Prof. Dr. Kaelan, opcid hal:. 29
5
M.syahni, pendidikan kewarganegaraan di perguruan tinggi (Malang, UMM press) hal. 47-49
11
Sidang tanggal 1 Juni 1945, Ir. Soekarno berpidato mengemukakan
gagasan mengenai rumusan lima sila dasar negara Republik Indonesia,
yang dia namakan "Pancasila", yaitu: “ 1. Kebangsaan Indonesia; 2.
Internasionalisme dan Peri Kemanusiaan; 3. Mufakat atau Demokrasi; 4.
Kesejahteraan Sosial; dan 5. Ketuhanan Yang Maha Esa ”.6
Pada tanggal 22 Juni 1945 diadakan rapat gabungan antara Panitia Kecil
dengan para anggota BPUPKI yang berdomisili di Jakarta. Hasil yang dicapai
6
Prof. Dr. Kaelan, M.S fakultas filsafat UGM, pendidikan pancasila (Yogyakarta, paradigma) hal.
29-32
12
antara lain disetujuinya dibentuknya sebuah Panitia Kecil Penyelidik Usul-
Usul/Perumus Dasar Negara, yang terdiri atas sembilan orang, yaitu7:
1. Ir. Soekarno
2. Drs. Muh. Hatta
3. Mr. A.A. Maramis
4. K.H. Wachid Hasyim
5. Abdul Kahar Muzakkir
6. Abikusno Tjokrosujoso
7. H. Agus Salim
8. Mr. Ahmad Subardjo
9. Mr. Muh. Yamin
Panitia kecil yang beranggotakan sembilan orang ini pada tanggal itu juga
melanjutkan sidang dan berhasil merumuskan Mukadimah Hukum Dasar, yang
kemudian lebih dikenal dengan sebutan “Piagam Jakarta” yang pada waktu itu
disebut-sebut juga sebagai sebuah "Gentlement Agreement".
7
Ibid, hal.35
8
Ibid, hal.35
9
Ibid, hal. 37
13
Panitia Perancang Pembelaan Tanah Air, dengan ketua Abikusno
Tjokrosujoso.
10
http://www.biasamembaca.com/penetapan Undang-undang Dasar Negara Kesatuan Republik
Indonesia 1945
11
Prof. Dr. Kaelan,opcid hal.36
14
dan mendapatkan tanggapan dari Moh. Hatta, lebih lanjut Soepomo, sebagai
Panitia Kecil Perancang Undang-Undang Dasar, diberi kesempatan untuk
memberikan penjelasan terhadap naskah Undang-Undang Dasar.
Penjelasan Soepomo, antara lain menjelaskan betapa pentingnya
memahami proses penyusunan Undang-Undang Dasar (Sekretariat Negara
Indonesia, 1995:264).
“Paduka Tuan Ketua! Undang-Undang Dasar Negara Mana Pun Tidak
Dapat Dimengerti Sungguh-Sungguh Maksudnya Undang-Undang Dasar Dari
Suatu Negara, Kita Harus Mempelajari Juga Bagaimana Terjadinya Teks Itu,
Harus Diketahui Keterangan-Keterangannya Dan Juga Harus Diketahui Dalam
Suasana Apa Teks Itu Dibikin. Dengan Demikian Kita Dapat Mengerti Apa
Maksudnya. Undang-Undang Yang Kita Pelajari, Aliran Pikiran Apa Yang
Menjadi Dasar Undang-Undang Itu. Oleh Karena Itu, Segala Pembicaraan Dalam
Sidang Ini Yang Mengenai Rancangan-Rancangan Undang-Undang Dasar Ini
Sangat Penting Oleh Karena Segala Pembicaraan Di Sini Menjadi Material,
Menjadi Bahan Yang Historis, Bahan Interpretasi Untuk Menerangkan Apa
Maksudnya Undang-Undang Dasar Ini”.
Naskah Undang-Undang Dasar akhirnya diterima dengan suara bulat pada
Sidang BPUPKI tanggal 16 Juli 1945.
15
Indonesia, dan mempersiapkan segala sesuatu yang menyangkut masalah
ketatanegaraan bagi negara Indonesia baru.12
Untuk membentuk panitia ini pada tanggal 8 Agustus Ir. Soekarno, Drs.
Moh. Hatta dan Dr. Radjiman diberangkatkan ke Saigon atas panggilan Jendral
Besar Terauchi, Saiko Sikikin untuk Daerah Selatan. Anggota "PPKI" pada
tanggal 9 Agustus telah resmi dilantik yang terdiri dari 21 orang tokoh utama
pergerakan nasional Indonesia, sebagai upaya untuk mencerminkan perwakilan
dari berbagai etnis di wilayah Hindia Belanda.13
Pada saat "PPKI" terbentuk, keinginan rakyat Indonesia untuk merdeka
semakin memuncak.Memuncaknya keinginan itu terbukti dengan adanya tekad
yang bulat dari semua golongan untuk segera memproklamasikan kemerdekaan
Negara Indonesia. Golongan muda kala itu menghendaki agar kemerdekaan
diproklamasikan tanpa kerjasama dengan pihak pemerintah pendudukan militer
Jepang sama sekali, termasuk proklamasi kemerdekaan dalam sidang "PPKI".
Tetapi cepat atau lambatnya kemerdekaan Indonesia bisa diberikan oleh
pemerintah pendudukan militer Jepang adalah tergantung kepada sejauh mana
semua hasil kerja dari "PPKI". Jendral Terauchi kemudian akhirnya
menyampaikan keputusan pemerintah pendudukan militer Jepang bahwa
kemerdekaan Indonesia akan diberikan pada tanggal 24 Agustus 1945. Seluruh
persiapan pelaksanaan kemerdekaan Indonesia diserahkan sepenuhnya kepada
"PPKI". Dalam suasana mendapat tekanan atau beban berat seperti demikian
itulah "PPKI" harus bekerja keras guna meyakinkan dan mewujudnyatakan
keinginan atau cita-cita luhur seluruh rakyat Indonesia, yang sangat haus dan
rindu akan sebuah kehidupan kebangsaan yang bebas, yang merdeka, bersatu,
berdaulat, adil dan makmur.
Namun, pada tanggal 15 Agustus 1945 Jepang menyerah tanpa syarat
kepada sekutu, dan sejak saat itu Indonesia kosong dari kekuasaan. Keadaan
tersebut dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh para pemimpin bangsa
Indonesia, yaitu dengan memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, pada tanggal
12
https://www.slideshare.net/Lela_Warni/dinamika_pelaksanaan_undang_undang_dasar_1945.ht
m
13
Prof. Dr. Kaelan, opcid, hal:37
16
17 Agustus 1945. Sehari setelah proklamasi kemerdekaan PPKI mengadakan
sidang, dengan acara utama mengesahkan rancangan Hukum Dasar dengan
preambulnya memilih Presiden dan Wakil Presiden.14
14
Ibid, hal. 39
15
Ibid, hal. 40
17
Dasar 1945", Pertama, kata “Mukaddimah” yang berasal dari bahasa Arab,
muqaddimah, diganti dengan kata “Pembukaan” . Kedua, anak kalimat "Negara
berdasar atas Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemeluk-pemeluknya” diganti dengan, “Negara berdasar atas Ketuhanan Yang
Maha Esa”. Ketiga, kalimat yang menyebutkan “ Presiden ialah orang Indonesia
asli dan beragama Islam” , seperti tertulis dalam pasal 6 ayat 1, diganti dengan
mencoret kata-kata “ dan beragama Islam” . Keempat, terkait perubahan poin
Kedua, maka pasal 29 ayat 1 dari yang semula berbunyi: “ Negara berdasarkan
atas Ketuhananan, dengan kewajiban menjalankan Syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya ” diganti menjadi berbunyi: “Negara berdasarkan atas Ketuhanan
Yang Maha Esa ” .
Suasana kemufakatan dan kekeluargaan juga muncul pada saat
pengangkatan Presiden dan Wakil Presiden. Risalah sidang PPKI mencatat
sebagai berikut (Sekretariat Negara Republik Indonesia, 1995 :445-446)
Anggota OTTO ISKANDARDINATA :
...."Berhubung dengan keadaan waktu saya harap supaya pemilihan Presiden ini
diselenggarakan dengan aklamasi dan saya majukan sebagai calon, yaitu
Bung Karno sendiri. (Tepuk tangan)"
Ketua SOEKARNO :
...."Tuan-tuan banyak terima kasih atas kepercayaan Tuan-tuan dan dengan ini
saya dipilih oleh Tuan-tuan sekalian dengan suara bulat menjadi Presiden
Republik Indonesia. (Tepuk tangan). (Semua anggota berdiri dengan menyanyi
lagu Indonesia Raya. Sesudahnya diserukan ”Hidup Bung Karno ” 3x)"
..."Pun untuk memilih Wakil Kepala Negara Indonesia saya usulkan cara yang
baru ini dijalankan. Dan saya usulkan Bung Hatta menjadi Wakil Kepala Negara
Indonesia. (Tepuk tangan) (Semua anggota berdiri dengan menyanyi lagu
Indonesia Raya. Sesudahnya diserukan ”Hidup Bung Hatta” 3x)".16
16
http://www.plengdut.com/penetapan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945
18
Adapun keputusan penting hasil sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia pada 18 Agustus 1945 adalah sebagai berikut:
17
Prof. Dr. Kaelan, opcid hal. 40
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penetapan Undang-undang Dasar 1945 dilandasi dengan sejarah yang amat
panjang. Konstitusi seharusnya dibuat atau ditetapkan oleh lembaga tertinggi
negara tetapi mengingat pada masa indonesia merdeka belum memiliki lembaga
negara maka badan yang ada pada saat itu yaitu PPKI menetapkan dan
mengesahkan berlakunya konstitusi yang pertama Yaitu UUD 1945 pada tanggal
18 agustus 1945.
Rancangan Undang Undang Dasar itu sebenarnya merupakan hasil karya
BPUPKI dalam rancangan Undang Undang Dasar tersebut dirumuskan
Pembukaan UUD 1945 yang dikenal dengan nama Piagam Jakarta. Kemudian Ir.
soekarno mengumumkan bahwa jumlah anggota PPKI ditambah 6 orang agar
badan ini (PPKI) bukan lagi bentukan jepang. Pada hari pertama, tanggal 18
agustus 1945, PPKI selesai mempersoalkan UUD seluruhnya dengan
mengadakan sedikit perubahan. Ditetapkanlah Undang-undang Dasar NKRI
1945 sebagai landasan hukum negara.
3.2 Saran
Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalanm
makalah kami.Sehingga kami mengharapkan keritikan dan saran dari para
pembaca yang sifatnya membangun untuk penbuatan makalah kami berikutnya.
Harapan kami semoga makalah kami dapat memberi manfaat bagi penulis
pada khususnya dan pada pembaca umumnya.
20
DAFTAR PUSTAKA
http://www.slideshare.net/dinamika-pelaksanaan-undang-undang-dasar-1945.htm
Prof. Dr. Kaelan, M.S fakultas filsafat UGM, pendidikan pancasila (Yogyakarta,
paradigma) hal. 28
M.Syahni, pendidikan kewarganegaraan di perguruan tinggi (Malang, UMM
press) hal. 47-49
https://www.academia.edu/kronologis_perumusan_pancasila_dan_UUD_1945
http://www.plengdut.com/penetapan Undang-undang Dasar Negara Republik
Indonesia 1945.htm
https://www.slideshare.net/Lela_Warni/dinamika_pelaksanaan_undang_undang_d
asar_1945.htm
http://www.biasamembaca.com/penetapan Undang-undang Dasar Negara
Kesatuan Republik Indonesia 1945.htm
21