Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

Pancasila dan UUD 1945 dan Pengesahannya

Disusun Untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah : Pancasila
Dosen Pembimbing : Tepiani Dasopang, M.A

Oleh :
Kelompok 3
1. Rahmadani Harahap
2. Abdilla yakub siregar
3. Gimnas tiar Tanjung

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH


PADANG LAWAS ( STIT-PL )
GUNUNGTUA
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat
sederhana.Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan,
petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan dalam
profesi keguruan.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk
maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
kami miliki sangat kurang.Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.

Gunungtua, September 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 2
1.3 Tujuan .............................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Untuk mengetahui pengusulan Pancasila ........................................ 3
2.2 Untuk mengetahui pengesahan Pancasila ...................................... 5
2.3 Untuk mengetahui perumusan UUD NKRI 1945............................ 10
2.4 Untuk mengetahui pengesahan dan penetapan naskah UUD 1945 . 17
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ...................................................................................... 20
3.2 Saran ................................................................................................ 20
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 21

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pancasila adalah lima nilai dasar luhur yang ada dan berkembang bersama
dengan bangsa Indonesia sejak dahulu. Sejarah merupakan deretan peristiwa yang
saling berhubungan. Peristiwa-peristiwa masa lampau yang berhubungan dengan
kejadian masa sekarang dan semuanya bermuara pada masa yang akan datang.
Hal ini berarti bahwa semua aktivitas manusia pada masa lampau berkaitan
dengan kehidupan masa sekarang untuk mewujudkan masa depan yang berbeda
dengan masa yang sebelumnya.
Dasar Negara merupakan alas atau fundamen yang menjadi pijakan dan
mampu memberikan kekuatan kepada berdirinya sebuah Negara. Negara
Indonesia dibangun juga berdasarkan pada suatu landasan atau pijakan yaitu
pancasila. Pancasila, dalam fungsinya sebagai dasar Negara, merupakan sumber
kaidah hukum yang mengatur Negara Republik Indonesia, termasuk di dalamnya
seluruh unsur-unsurnya yakni pemerintah, wilayah, dan rakyat. Pancasila dalam
kedudukannya merupakan dasar pijakan penyelenggaraan Negara dan seluruh
kehidupan Negara Replubik Indonesia.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, atau
disingkat UUD 1945 atau UUD '45, adalah hukum dasar tertulis (basic law),
konstitusi pemerintahan negara Republik Indonesia saat ini.
Naskah Undang-Undang Dasar 1945 telah banyak mengalami perubahan
setelah kemerdekaan Indonesia.Namun perlu diketahui bahwasanya perjalanan
dalam pencapaian ketetapan naskah UUD 1945 tidaklah mudah dan memerlukan
waktu yang cukup panjang dalam perjuangannya. Untuk itu pembahas akan
mengulas sedikit makalah mengenai “ Penetapan Naskah UUD 1945”.
Untuk memahami UUD mari kita pahami terlebih dahulu istlah Konstitusi.
Konstitusi berasal dari bahasa Prancis “Constituere” yang artinya
membentuk.Pemakaian istilah konstitusi dimaksud sebagai pembentukan atau
penyusunan suatu negara.

1
Konstitusi bagi suatu negara merupakan keseluruhan sistem aturan yang
menetapkan dan mengatur tata kehidupan kenegaraan melalui sistem
pemerintahan negara dan tata hubungan secara timbal balik antara pemerintah
negara dan orang seorang yang berada di bawah pemerintahnya.
Konstitusi diartikan juga sebagai hukum dasar, hukum dasar tersebut dapat
tertulis dan dapat juga tidak tertulis. Konstitusi atau hukum dasar yang tertulis
disebut juga Undang-Undang Dasar, sedangkan konstitusi atau hukum dasar yang
tidak tertulis disebut juga konvensi, yakni aturan-aturan dasar yang timbul dan
terpelihara dalam praktek-praktek penyelengaraan negara meskipun tidak
tertulis.Dengan demikian, konstitusi lebih luas dibandingkan dengan Undang-
Undang Dasar (UUD), atau UUD merupakan salah satu bagian dari konstitusi.

1.2 Rumusan Masalah


Berikut ialah rumusan masalah yang akan dibahas:
1. Bagaimana Periode pengusulan Pancasila ?
2. Bagaimana Periode pengesahan Pancasila ?
3. Bagaimana perumusan UUD NKRI 1945?
4. Bagaimana pengesahan dan penetapan naskah UUD 1945?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengusulan Pancasila
2. Untuk mengetahui pengesahan Pancasila
3. Untuk mengetahui perumusan UUD NKRI 1945
4. Untuk mengetahui pengesahan dan penetapan naskah UUD 1945

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Periode Pengusulan Pancasila


Jauh sebelum periode pengusulan Pancasila, cikal bakal munculnya
ideologi bangsa itu diawali dengan lahirnya rasa nasionalisme yang menjadi
pembuka ke pintu gerbang kemerdekaan bangsa Indonesia. Ahli sejarah, Sartono
Kartodirdjo, sebagaimana yang dikutip oleh Mochtar Pabottinggi dalam artikelnya
yang berjudul Pancasila sebagai Modal Rasionalitas Politik, menengarai bahwa
benih nasionalisme sudah mulai tertanam kuat dalam gerakan Perhimpoenan
Indonesia yang sangat menekankan solidaritas dan kesatuan bangsa.
Perhimpoenan Indonesia menghimbau agar segenap suku bangsa bersatu teguh
menghadapi penjajahan dan keterjajahan. Kemudian, disusul lahirnya Soempah
Pemoeda 28 Oktober 1928 merupakan momen-momen perumusan diri bagi
bangsa Indonesia. Kesemuanya itu merupakan modal politik awal yang sudah
dimiliki tokoh-tokoh pergerakan sehingga sidang-sidang maraton BPUPKI yang
difasilitasi Laksamana Maeda, tidak sedikitpun ada intervensi dari pihak penjajah
Jepang. Para peserta sidang BPUPKI ditunjuk secara adil, bukan hanya atas dasar
konstituensi, melainkan juga atas dasar integritas dan rekam jejak di dalam
konstituensi masing-masing. Oleh karena itu, Pabottinggi menegaskan bahwa
diktum John Stuart Mill atas Cass R. Sunstein tentang keniscayaan
mengumpulkan the best minds atau the best character yang dimiliki suatu bangsa,
terutama di saat bangsa tersebut hendak membicarakan masalah-masalah
kenegaraan tertinggi, sudah terpenuhi. Dengan demikian, Pancasila tidaklah sakti
dalam pengertian mitologis, melainkan sakti dalam pengertian berhasil memenuhi
keabsahan prosedural dan keabsahan esensial sekaligus. (Pabottinggi, 2006: 158-
159).
Perlu diketahui bahwa perumusan Pancasila itu pada awalnya dilakukan
dalam sidang BPUPKI pertama yang dilaksanakan pada 29 Mei sampai dengan 1
Juni 1945. BPUPKI dibentuk oleh Pemerintah Pendudukan Jepang pada 29 April
1945 dengan jumlah anggota 60 orang. Badan ini diketuai oleh dr. Rajiman
Wedyodiningrat yang didampingi oleh dua orang Ketua Muda (Wakil Ketua),

3
yaitu Raden Panji Suroso dan Ichibangase (orang Jepang). BPUPKI dilantik oleh
Letjen Kumakichi Harada, panglima tentara ke-16 Jepang di Jakarta, pada 28 Mei
1945. Sehari setelah dilantik, 29 Mei 1945, dimulailah sidang yang pertama
dengan materi pokok pembicaraan calon dasar negara.
Menurut catatan sejarah, diketahui bahwa sidang tersebut menampilkan
beberapa pembicara, yaitu Mr. Muh Yamin, Ir. Soekarno, Ki Bagus Hadikusumo,
Mr. Soepomo. Keempat tokoh tersebut menyampaikan usulan tentang dasar
negara menurut pandangannya masing-masing. Meskipun demikian perbedaan
pendapat di antara mereka tidak mengurangi semangat persatuan dan kesatuan
demi mewujudkan Indonesia merdeka. Salah seorang pengusul calon dasar negara
dalam sidang BPUPKI adalah Ir. Soekarno yang berpidato pada 1 Juni 1945. Pada
hari itu, Ir. Soekarno menyampaikan lima butir gagasan tentang dasar negara
sebagai berikut:
a. Nasionalisme atau Kebangsaan Indonesia,
b. Internasionalisme atau Peri Kemanusiaan,
c. Mufakat atau Demokrasi,
d. Kesejahteraan Sosial,
e. Ketuhanan yang berkebudayaan.

Berdasarkan catatan sejarah, kelima butir gagasan itu oleh Soekarno diberi
nama Pancasila. Selanjutnya, Soekarno juga mengusulkan jika seandainya peserta
sidang tidak menyukai angka 5, maka ia menawarkan angka 3, yaitu Trisila yang
terdiri atas (1) Sosio-Nasionalisme, (2) Sosio-Demokrasi, dan (3) Ketuhanan Yang
Maha Esa. Soekarno akhirnya juga menawarkan angka 1,yaitu Ekasila yang berisi
asas Gotong-Royong.
Sejarah mencatat bahwa pidato lisan Soekarno inilah yang di kemudian
hari diterbitkan oleh Kementerian Penerangan Republik Indonesia dalam bentuk
buku yang berjudul Lahirnya Pancasila (1947). Perlu Anda ketahui bahwa dari
judul buku tersebut menimbulkan kontroversi seputar lahirnya Pancasila. Di satu
pihak, ketika Soekarno masih berkuasa, terjadi semacam pengultusan terhadap
Soekarno sehingga 1 Juni selalu dirayakan sebagai hari lahirnya Pancasila. Di lain
pihak, ketika pemerintahan Soekarno jatuh, muncul upaya-upaya “de-

4
Soekarnoisasi” oleh penguasa Orde Baru sehingga dikesankan seolah-olah
Soekarno tidak besar jasanya dalam penggalian dan perumusan Pancasila.
Setelah pidato Soekarno, sidang menerima usulan nama Pancasila bagi
dasar filsafat negara (Philosofische grondslag) yang diusulkan oleh Soekarno, dan
kemudian dibentuk panitia kecil 8 orang (Ki Bagus Hadi Kusumo, K.H. Wahid
Hasyim, Muh. Yamin, Sutarjo, A.A. Maramis, Otto Iskandar Dinata, dan Moh.
Hatta) yang bertugas menampung usul-usul seputar calon dasar negara. Kemudian,
sidang pertama BPUPKI (29 Mei - 1 Juni 1945) ini berhenti untuk sementara.

2.2 Periode Pengesahan Pancasila


Peristiwa penting lainnya terjadi pada 12 Agustus 1945, ketika itu
Soekarno, Hatta, dan Rajiman Wedyodiningrat dipanggil oleh penguasa militer
Jepang di Asia Selatan ke Saigon untuk membahas tentang hari kemerdekaan
Indonesia sebagaimana yang pernah dijanjikan. Namun, di luar dugaan ternyata
pada 14 Agustus 1945 Jepang menyerah kepada Sekutu tanpa syarat. Pada 15
Agustus 1945 Soekarno, Hatta, dan Rajiman kembali ke Indonesia. Kedatangan
mereka disambut oleh para pemuda yang mendesak agar kemerdekaan bangsa
Indonesia diproklamasikan secepatnya karena mereka tanggap terhadap perubahan
situasi politik dunia pada masa itu. Para pemuda sudah mengetahui bahwa Jepang
menyerah kepada sekutu sehingga Jepang tidak memiliki kekuasaan secara politis
di wilayah pendudukan, termasuk Indonesia. Perubahan situasi yang cepat itu
menimbulkan kesalahpahaman antara kelompok pemuda dengan Soekarno dan
kawan-kawan sehingga terjadilah penculikan atas diri Soekarno dan M. Hatta ke
Rengas Dengklok (dalam istilah pemuda pada waktu itu “mengamankan”),
tindakan pemuda itu berdasarkan keputusan rapat yang diadakan pada pukul 24.00
WIB menjelang 16 Agustus 1945 di Cikini no. 71 Jakarta (Kartodirdjo, dkk., 1975:
26).
Melalui jalan berliku, akhirnya dicetuskanlah Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia pada 17 Agustus 1945. Teks kemerdekaan itu didiktekan oleh Moh.
Hatta dan ditulis oleh Soekarno pada dini hari. Dengan demikian, naskah
bersejarah teks proklamasi Kemerdekaan Indonesia ini digagas dan ditulis oleh
dua tokoh proklamator tersebut sehingga wajar jika mereka dinamakan

5
Dwitunggal. Selanjutnya, naskah tersebut diketik oleh Sayuti Melik. Rancangan
pernyataan kemerdekaan yang telah dipersiapkan oleh BPUPKI yang diberi nama
Piagam Jakarta, akhirnya tidak dibacakan pada 17 Agustus 1945 karena situasi
politik yang berubah (Lihat Pemahaman Sejarah Indonesia: Sebelum dan Sesudah
Revolusi, William Frederick dan Soeri Soeroto, 2002: hal. 308 –-311).
Sampai detik ini, teks Proklamasi yang dikenal luas adalah sebagai berikut:
PROKLAMASI
Kami Bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia.Hal-
hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dll. diselenggarakan dengan cara
saksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.
Jakarta, 17 Agustus 1945
Atas Nama Bangsa Indonesia
Soekarno-Hatta

Sehari setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, yakni 18 Agustus 1945,


PPKI bersidang untuk menentukan dan menegaskan posisi bangsa Indonesia dari
semula bangsa terjajah menjadi bangsa yang merdeka. PPKI yang semula
merupakan badan buatan pemerintah Jepang, sejak saat itu dianggap mandiri
sebagai badan nasional. Atas prakarsa Soekarno, anggota PPKI ditambah 6 orang
lagi, dengan maksud agar lebih mewakili seluruh komponen bangsa Indonesia.
Mereka adalah Wiranatakusumah, Ki Hajar Dewantara, Kasman Singodimejo,
Sayuti Melik, Iwa Koesoema Soemantri, dan Ahmad Subarjo.
Indonesia sebagai bangsa yang merdeka memerlukan perangkat dan
kelengkapan kehidupan bernegara, seperti: Dasar Negara, Undang-Undang Dasar,
Pemimpin negara, dan perangkat pendukung lainnya. Putusan-putusan penting
yang dihasilkan mencakup hal-hal berikut:
1. Mengesahkan Undang-Undang Dasar Negara (UUD „45) yang terdiri
atas Pembukaan dan Batang Tubuh. Naskah Pembukaan berasal dari
Piagam Jakarta dengan sejumlah perubahan. Batang Tubuh juga
berasal dari rancangan BPUPKI dengan sejumlah perubahan pula.
2. Memilih Presiden dan Wakil Presiden yang pertama (Soekarno dan
Hatta).

6
3. Membentuk KNIP, komite ini dilantik 29 Agustus 1945 dengan ketua
Mr. Kasman Singodimejo.
Rumusan Pancasila dalam Pembukaan UUD 1945 adalah sebagai berikut:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Sejarah bangsa Indonesia juga mencatat bahwa rumusan Pancasila yang
disahkan PPKI ternyata berbeda dengan rumusan Pancasila yang termaktub dalam
Piagam Jakarta. Hal ini terjadi karena adanya tuntutan dari wakil yang
mengatasnamakan masyarakat Indonesia Bagian Timur yang menemui Bung
Hatta yang mempertanyakan 7 kata di belakang kata “Ketuhanan”, yaitu “dengan
kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”. Tuntutan ini
ditanggapi secara arif oleh para pendiri negara sehingga terjadi perubahan yang
disepakati, yaitu dihapusnya 7 kata yang dianggap menjadi hambatan di kemudian
hari dan diganti dengan istilah “Yang Maha Esa”.
Setelah kemerdekaan Indonesia diproklamasikan yang kemudian diikuti
dengan pengesahaan Undang-Undang Dasar 1945, maka roda pemerintahan yang
seharusnya dapat berjalan dengan baik dan tertib, ternyata menghadapi sejumlah
tantangan yang mengancam kemerdekaan negara dan eksistensi Pancasila. Salah
satu bentuk ancaman itu muncul dari pihak Belanda yang ingin menjajah kembali
Indonesia.
Belanda ingin menguasai kembali Indonesia dengan berbagai cara.
Tindakan Belanda itu dilakukan dalam bentuk agresi selama kurang lebih 4 tahun.
Setelah pengakuan kedaulatan bangsa Indonesia oleh Belanda pada 27 Desember
1949, maka Indonesia pada 17 Agustus 1950 kembali ke negara kesatuan yang
sebelumnya berbentuk Republik Indonesia Serikat (RIS). Perubahan bentuk
negara dibuatlah konstitusi baru yang dinamakan Undang-Undang Dasar
Sementara 1950 (UUDS 1950).

7
Berdasarkan Undang-Undang Dasar Sementara 1950 dilaksanakanlah
Pemilu yang pertama pada 1955. Pemilu ini dilaksanakan untuk membentuk dua
badan perwakilan, yaitu Badan Konstituante (yang akan mengemban tugas
membuat Konstitusi/Undang-Undang Dasar) dan DPR (yang akan berperan
sebagai parlemen). Pada 1956, Badan Konstituante mulai bersidang di Bandung
untuk membuat UUD yang definitif sebagai pengganti UUDS 1950. Sebenarnya
telah banyak pasal-pasal yang dirumuskan, akan tetapi sidang menjadi berlarut-
larut ketika pembicaraan memasuki kawasan dasar negara. Sebagian anggota
menghendaki Islam sebagai dasar negara, sementara sebagian yang lain tetap
menghendaki Pancasila sebagai dasar negara. Kebuntuan ini diselesaikan lewat
voting, tetapi selalu gagal mencapai putusan karena selalu tidak memenuhi syarat
voting yang ditetapkan. Akibatnya, banyak anggota Konstituante yang
menyatakan tidak akan lagi menghadiri sidang. Keadaan ini memprihatinkan
Soekarno sebagai Kepala Negara.
Akhirnya, pada 5 Juli 1959, Presiden Soekarno mengambil langkah
“darurat” dengan mengeluarkan dekrit. Setelah Dekrit Presiden Soekarno 5 Juli
1959, seharusnya pelaksanaan sistem pemerintahan negara didasarkan pada
Undang-Undang Dasar 1945. Karena pemberlakuan kembali UUD 1945 menuntut
konsekuensi sebagai berikut: Pertama, penulisan Pancasila sebagaimana
termaktub dalam PembukaanUndang-Undang Dasar 1945. Kedua,
penyelenggaraan negara seharusnya dilaksanakan sebagaimana amanat Batang
Tubuh UUD „45. Dan, ketiga, segera dibentuk MPRS dan DPAS. Pada
kenyataannya, setelah Dekrit Presiden 5 Juli 1959 terjadi beberapa hal yang
berkaitan dengan penulisan sila-sila Pancasila yang tidak seragam.
Sesudah dikeluarkannya Dekrit 5 Juli 1959 oleh Presiden Soekarno, terjadi
beberapa penyelewengan terhadap UUD 1945. Antara lain, Soekarno diangkat
sebagai presiden seumur hidup melalui TAP No. III/MPRS/1960. Selain itu,
kekuasaan Presiden Soekarno berada di puncak piramida, artinya berada pada
posisi tertinggi yang membawahi ketua MPRS, ketua DPR, dan ketua DPA yang
pada waktu itu diangkat Soekarno sebagai menteri dalam kabinetnya sehingga
mengakibatkan sejumlah intrik politik dan perebutan pengaruh berbagai pihak
dengan berbagai cara, baik dengan mendekati maupun menjauhi presiden.

8
Pertentangan antarpihak begitu keras, seperti yang terjadi antara tokoh PKI
dengan perwira Angkatan Darat (AD) sehingga terjadilah penculikan dan
pembunuhan sejumlah perwira AD yang dikenal dengan peristiwa Gerakan 30
September (G30S PKI).
Peristiwa G30S PKI menimbulkan peralihan kekuasaan dari Soekarno ke
Soeharto. Peralihan kekuasan itu diawali dengan terbitnya Surat Perintah dari
Presiden Soekarno kepada Letnan Jenderal Soeharto, yang di kemudian hari
terkenal dengan nama Supersemar (Surat Perintah Sebelas Maret). Surat itu
intinya berisi perintah presiden kepada Soeharto agar “mengambil langkah-
langkah pengamanan untuk menyelamatkan keadaan”. Supersemar ini dibuatdi
Istana Bogor dan dijemput oleh Basuki Rahmat, Amir Mahmud, dan M. Yusuf.
Supersemar yang diberikan oleh Presiden Soekarno kepada Letjen
Soeharto itu kemudian dikuatkan dengan TAP No. IX/MPRS/1966 pada 21 Juni
1966. Dengan demikian, status supersemar menjadi berubah: Mula-mula hanya
sebuah surat perintah presiden kemudian menjadi ketetapan MPRS. Jadi, yang
memerintah Soeharto bukan lagi Presiden Soekarno, melainkan MPRS. Hal ini
merupakan fakta sejarah terjadinya peralihan kekuasaan dari Soekarno ke
Soeharto. Bulan berikutnya, tepatnya 5 Juli 1966, MPRS mengeluarkan TAP No.
XVIII/ MPRS/1966 yang isinya mencabut TAP No. III/MPRS/1960 tentang
Pengangkatan Soekarno sebagai Presiden Seumur Hidup.
Konsekuensinya,sejak saat itu Soekarno bukan lagi berstatus sebagai
presiden seumur hidup. Setelah menjadi presiden, Soeharto mengeluarkan Inpres
No. 12/1968 tentang penulisan dan pembacaan Pancasila sesuai dengan yang
tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 (ingatlah, dulu setelah Dekrit 5 Juli 1959
penulisan Pancasila beraneka ragam).
Ketika MPR mengadakan Sidang Umum 1978 Presiden Soeharto
mengajukan usul kepada MPR tentang Pedoman, Penghayatan, dan Pengamalan
Pancasila (P-4). Usul ini diterima dan dijadikan TAP No. II/MPR/1978 tentang P-
4 (Ekaprasetia Pancakarsa). Dalam TAP itu diperintahkan supaya Pemerintah dan
DPR menyebarluaskan P-4. Presiden Soeharto kemudian mengeluarkan Inpres No.
10/1978 yang berisi Penataran bagi Pegawai Negeri Republik Indonesia.
Kemudian, dikeluarkan juga Keppres No. 10/1979 tentang pembentukan BP-7

9
dari tingkat Pusat hingga Dati II. Pancasila juga dijadikan satu-satunya asas bagi
orsospol (tercantum dalam UU. No. 3/1985 ttg. Parpol dan Golkar) dan bagi
ormas (tercantum dalam UU No. 8/1985 ttg. Ormas). Banyak pro dan kontra atas
lahirnya kedua undang-undang itu. Namun, dengan kekuasaan rezim Soeharto
yang makin kokoh sehingga tidak ada yang berani menentang (BP7 Pusat, 1971).

2.3 Perumusan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945


Penjajahan Belanda ini berakhir pada tahun 1942, tepatnya tanggal 8
Maret .Sejak saat itu Indonesia diduduki oleh bala tentara Jepang.Namun Jepang
tidak terlalu lama menduduki Indonesia.Mulai tahun 1944, tentara Jepang mulai
kalah di dalam melawan tentara Sekutu.Untuk menarik simpati bangsa Indonesia
agar bersedia membantu Jepang dalam melawan tentara Sekutu, Jepang
memberikan janji kemerdekaan di kelak kemudian hari.Janji ini diucapkan oleh
Perdana Menteri Kaiso pada tanggal 7 September 1944.1
Karena Jepang terus menerus terdesak, maka pada tanggal 29 April 1945
Jepang memberikan janji kemerdekaan yang kedua kepada bangsa Indonesia,
yaitu janji kemerdekaan tanpa syarat yang dituangkan dalam Maklumat
Ganseikan2 (Pembesar Tertinggi Sipil dari Pemerintah Militer Jepang di Jawa dan
Madura) No. 23.
Dalam maklumat itu sekaligus dimuat dasar pembentukan Badan
Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).Tugas
badan ini adalah menyelidiki dan mengumpulkan usul-usul untuk selanjutnya
dikemukakan kepada pemerintah Jepang untuk dapat dipertimbangkan.
BPUPKI resmi dibentuk pada tanggal 1 Maret 1945, bertepatan dengan
ulang tahun kaisar Jepang, Kaisar Hirohito. Selama BPUPKI berdiri, telah
diadakan dua kali masa persidangan resmi BPUPKI, dan juga adanya pertemuan-
pertemuan yang tak resmi oleh panitia kecil di bawah BPUPKI 3 , yaitu adalah
sebagai berikut:

1
http://www.slideshare.net/dinamika-pelaksanaan-undang-undang-dasar-1945
2
Prof. Dr. Kaelan, M.S fakultas filsafat UGM, pendidikan pancasila (Yogyakarta, paradigma) hal. 28
3
https://www.academia.edu/kronologis_perumusan_pancasila_dan_UUD_1945

10
a) Persidangan Resmi BPUPKI yang pertama pada tanggal 29 Mei-1 Juni
19454

Pada tanggal 28 Mei 1945, diadakan upacara pelantikan dan sekaligus


seremonial pembukaan masa persidangan BPUPKI yang pertama di gedung
"Chuo Sangi In", Upacara pelantikan dan seremonial pembukaan masa
persidangan BPUPKI yang pertama ini dihadiri oleh seluruh anggota BPUPKI dan
juga dua orang pembesar militer jepang.
Sebelumnya agenda sidang diawali dengan membahas pandangan
mengenai bentuk negara Indonesia, yakni disepakati berbentuk "Negara Kesatuan
Republik Indonesia" ("NKRI"), kemudian agenda sidang dilanjutkan dengan
merumuskan konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Untuk hal ini,
BPUPKI harus merumuskan dasar negara Republik Indonesia terlebih dahulu
yang akan menjiwai isi dari Undang- Undang Dasar Negara Kesatuan Republik
Indonesia itu sendiri, sebab Undang-Undang Dasar adalah merupakan konstitusi
Negara Kesatuan Republik Indonesia.5
Guna mendapatkan rumusan dasar negara Republik Indonesia yang benar-
benar tepat, maka agenda acara dalam masa persidangan BPUPKI yang pertama
ini adalah mendengarkan pidato dari tiga orang tokoh utama pergerakan
nasionalIndonesia, yang mengajukan pendapatnya tentang dasar negara Republik
Indonesia itu adalah sebagai berikut :
 Sidang tanggal 29 Mei 1945, Mr. Prof. Mohammad Yamin, S.H. berpidato
mengemukakan gagasan mengenai rumusan lima asas dasar negara
Republik Indonesia, yaitu: “ 1. Peri Kebangsaan; 2. Peri Kemanusiaan; 3.
Peri Ketuhanan; 4. Peri Kerakyatan; dan 5. Kesejahteraan Rakyat ” .
 Sidang tanggal 31 Mei 1945, Prof. Mr. Dr. Soepomo berpidato
mengemukakan gagasan mengenai rumusan lima prinsip dasar negara
Republik Indonesia, yang dia namakan "Dasar Negara Indonesia Merdeka",
yaitu:“1. Persatuan; 2. Kekeluargaan; 3. Mufakat dan Demokrasi; 4.
Musyawarah; dan 5. Keadilan Sosial ” .

4
Prof. Dr. Kaelan, opcid hal:. 29
5
M.syahni, pendidikan kewarganegaraan di perguruan tinggi (Malang, UMM press) hal. 47-49

11
 Sidang tanggal 1 Juni 1945, Ir. Soekarno berpidato mengemukakan
gagasan mengenai rumusan lima sila dasar negara Republik Indonesia,
yang dia namakan "Pancasila", yaitu: “ 1. Kebangsaan Indonesia; 2.
Internasionalisme dan Peri Kemanusiaan; 3. Mufakat atau Demokrasi; 4.
Kesejahteraan Sosial; dan 5. Ketuhanan Yang Maha Esa ”.6

Gagasan mengenai rumusan lima sila dasar negara Republik Indonesia


yang dikemukakan oleh Ir. Soekarno tersebut kemudian dikenal dengan istilah
"Pancasila", Masa persidangan BPUPKI yang pertama ini dikenang dengan
sebutan detik-detik lahirnya Pancasila dan tanggal 1 Juni ditetapkan dan
diperingati sebagai hari lahirnya Pancasila.
Pidato dari Ir. Soekarno ini sekaligus mengakhiri masa persidangan
BPUPKI yang pertama, setelah itu BPUPKI mengalami masa reses persidangan
(periode jeda atau istirahat) selama satu bulan lebih.
Selesai sidang pertama, pada tanggal 1 Juni 1945 para anggota BPUPKI
sepakat untuk membentuk sebuah panitia kecil yang tugasnya adalah menampung
usul-usul yang masuk dan memeriksanya serta melaporkan kepada sidang pleno
BPUPKI. Tiap-tiap anggota diberi kesempatan mengajukan usul secara tertulis
paling lambat sampai dengan tanggal 20 Juni 1945. Adapun anggota panitia kecil
ini terdiri atas delapan orang, yaitu:
1. Ir. Soekarno
2. Ki Bagus Hadikusumo
3. K.H. Wachid Hasjim
4. Mr. Muh. Yamin
5. M. Sutardjo Kartohadikusumo
6. Mr. A.A. Maramis
7. R. Otto Iskandar Dinata
8. Drs. Muh. Hatta

Pada tanggal 22 Juni 1945 diadakan rapat gabungan antara Panitia Kecil
dengan para anggota BPUPKI yang berdomisili di Jakarta. Hasil yang dicapai

6
Prof. Dr. Kaelan, M.S fakultas filsafat UGM, pendidikan pancasila (Yogyakarta, paradigma) hal.
29-32

12
antara lain disetujuinya dibentuknya sebuah Panitia Kecil Penyelidik Usul-
Usul/Perumus Dasar Negara, yang terdiri atas sembilan orang, yaitu7:

1. Ir. Soekarno
2. Drs. Muh. Hatta
3. Mr. A.A. Maramis
4. K.H. Wachid Hasyim
5. Abdul Kahar Muzakkir
6. Abikusno Tjokrosujoso
7. H. Agus Salim
8. Mr. Ahmad Subardjo
9. Mr. Muh. Yamin

Panitia kecil yang beranggotakan sembilan orang ini pada tanggal itu juga
melanjutkan sidang dan berhasil merumuskan Mukadimah Hukum Dasar, yang
kemudian lebih dikenal dengan sebutan “Piagam Jakarta” yang pada waktu itu
disebut-sebut juga sebagai sebuah "Gentlement Agreement".

b) Persidangan Resmi BPUPKI yang kedua pada tanggal 10 Juli-16 Juli


1945.
Masa persidangan BPUPKI yang kedua berlangsung sejak tanggal 10 Juli
1945 hingga tanggal 16 Juli 1945. Hari pertama sidang BPUPKI dimulai dengan
diumumkannya dengan penambahan 6 anggota baru yaitu 1) Abdul Fatah Hasan;
2) Asikin Natanegara; 3) Soerjo Hamidjojo; 4) Muhammad Noor, 5) Besar dan 6 )
Abdul Kaffar.8
Pada sidang BPUPKI tanggal 11 Juli 1945, setelah mendengarkan
pandangan dan pemikiran 20 orang anggota, maka dibentuklah tiga Panitia Kecil,
yaitu9:
 Panitia Perancang Undang-Undang Dasar, dengan ketua Ir. Soekarno.
 Panitia Perancang Keuangan dan Perekonomian, dengan ketua Moh. Hatta.

7
Ibid, hal.35
8
Ibid, hal.35
9
Ibid, hal. 37

13
 Panitia Perancang Pembelaan Tanah Air, dengan ketua Abikusno
Tjokrosujoso.

Pada tanggal 11 Juli 1945, Panitia Perancang Undang-Undang


Dasar melanjutkan sidang yang antara lain menghasilkan kesepakatan:

1. Membentuk Panitia Perancang “Declaration of Rights”, yang


beranggotakan Subardjo, Sukiman, dan Parada Harahap.
2. Bentuk “Unitarisme”.
3. Kepala Negara di tangan satu orang, yaitu Presiden.
4. Membentuk Panitia Kecil Perancang Undang-Undang Dasar, yang
diketuai oleh Supomo.10

Pada tanggal 11 Juli 1945, BPUPKI mengadakan sidang dengan agenda


“Pembicaraan tentang pernyataan kemerdekaan”.Sidang pleno BPUPKI menerima
laporan panitia Perancang Undang-Undang Dasar, yang dibacakan oleh ketua
panitianya sendiri, Ir. Soekarno. Dalam laporan tersebut membahas mengenai
rancangan Undang-Undang Dasar yang di dalamnya tercantum tiga masalah
pokok yaitu: Pernyataan tentang Indonesia Merdeka Pembukaan Undang-Undang
Dasar Batang tubuh Undang-Undang Dasar yang kemudian dinamakan sebagai
"Undang-Undang Dasar 1945", yang isinya meliputi: Wilayah negara Indonesia
adalah sama dengan bekas wilayah Hindia Belanda dahulu, ditambah dengan
Malaya, Borneo Utara (sekarang adalah wilayah Sabah dan wilayah Serawak di
negara Malaysia, serta wilayah negara Brunei Darussalam), Papua, Timor-
Portugis (sekarang adalah wilayah negara Timor Leste), dan pulau-pulau di
sekitarnya, Bentuk negara Indonesia adalah Negara Kesatuan, Bentuk
pemerintahan Indonesia adalah Republik, Bendera nasional Indonesia adalah Sang
Saka Merah Putih, Bahasa nasional Indonesia adalah Bahasa Indonesia.11
Sedangkan sidang pada tanggal 15 Juli 1945 melanjutkan acara
“Pembahasan Rancangan Undang- Undang Dasar”. Setelah Ketua Perancang
Undang-Undang Dasar, Soekarno memberikan penjelasan naskah yang dihasilkan

10
http://www.biasamembaca.com/penetapan Undang-undang Dasar Negara Kesatuan Republik
Indonesia 1945
11
Prof. Dr. Kaelan,opcid hal.36

14
dan mendapatkan tanggapan dari Moh. Hatta, lebih lanjut Soepomo, sebagai
Panitia Kecil Perancang Undang-Undang Dasar, diberi kesempatan untuk
memberikan penjelasan terhadap naskah Undang-Undang Dasar.
Penjelasan Soepomo, antara lain menjelaskan betapa pentingnya
memahami proses penyusunan Undang-Undang Dasar (Sekretariat Negara
Indonesia, 1995:264).
“Paduka Tuan Ketua! Undang-Undang Dasar Negara Mana Pun Tidak
Dapat Dimengerti Sungguh-Sungguh Maksudnya Undang-Undang Dasar Dari
Suatu Negara, Kita Harus Mempelajari Juga Bagaimana Terjadinya Teks Itu,
Harus Diketahui Keterangan-Keterangannya Dan Juga Harus Diketahui Dalam
Suasana Apa Teks Itu Dibikin. Dengan Demikian Kita Dapat Mengerti Apa
Maksudnya. Undang-Undang Yang Kita Pelajari, Aliran Pikiran Apa Yang
Menjadi Dasar Undang-Undang Itu. Oleh Karena Itu, Segala Pembicaraan Dalam
Sidang Ini Yang Mengenai Rancangan-Rancangan Undang-Undang Dasar Ini
Sangat Penting Oleh Karena Segala Pembicaraan Di Sini Menjadi Material,
Menjadi Bahan Yang Historis, Bahan Interpretasi Untuk Menerangkan Apa
Maksudnya Undang-Undang Dasar Ini”.
Naskah Undang-Undang Dasar akhirnya diterima dengan suara bulat pada
Sidang BPUPKI tanggal 16 Juli 1945.

Persiapan Kemerdekaan dilanjutkan oleh PPKI


Pada tanggal 7 Agustus 1945, BPUPKI dibubarkan karena dianggap telah
dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik, yaitu menyusun rancangan Undang-
Undang Dasar bagi negara Indonesia Merdeka, dan digantikan dengan
dibentuknya "Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia" ("PPKI") atau dalam
bahasa Jepang: Dokuritsu Junbi Inkai dengan Ir. Soekarno sebagai ketuanya.
Tugas "PPKI" ini yang pertama adalah meresmikan pembukaan (bahasa
Belanda: preambule) serta batang tubuh Undang-Undang Dasar 1945. Tugasnya
yang kedua adalah melanjutkan hasil kerja BPUPKI, mempersiapkan pemindahan
kekuasaan dari pihak pemerintah pendudukan militer Jepang kepada bangsa

15
Indonesia, dan mempersiapkan segala sesuatu yang menyangkut masalah
ketatanegaraan bagi negara Indonesia baru.12
Untuk membentuk panitia ini pada tanggal 8 Agustus Ir. Soekarno, Drs.
Moh. Hatta dan Dr. Radjiman diberangkatkan ke Saigon atas panggilan Jendral
Besar Terauchi, Saiko Sikikin untuk Daerah Selatan. Anggota "PPKI" pada
tanggal 9 Agustus telah resmi dilantik yang terdiri dari 21 orang tokoh utama
pergerakan nasional Indonesia, sebagai upaya untuk mencerminkan perwakilan
dari berbagai etnis di wilayah Hindia Belanda.13
Pada saat "PPKI" terbentuk, keinginan rakyat Indonesia untuk merdeka
semakin memuncak.Memuncaknya keinginan itu terbukti dengan adanya tekad
yang bulat dari semua golongan untuk segera memproklamasikan kemerdekaan
Negara Indonesia. Golongan muda kala itu menghendaki agar kemerdekaan
diproklamasikan tanpa kerjasama dengan pihak pemerintah pendudukan militer
Jepang sama sekali, termasuk proklamasi kemerdekaan dalam sidang "PPKI".
Tetapi cepat atau lambatnya kemerdekaan Indonesia bisa diberikan oleh
pemerintah pendudukan militer Jepang adalah tergantung kepada sejauh mana
semua hasil kerja dari "PPKI". Jendral Terauchi kemudian akhirnya
menyampaikan keputusan pemerintah pendudukan militer Jepang bahwa
kemerdekaan Indonesia akan diberikan pada tanggal 24 Agustus 1945. Seluruh
persiapan pelaksanaan kemerdekaan Indonesia diserahkan sepenuhnya kepada
"PPKI". Dalam suasana mendapat tekanan atau beban berat seperti demikian
itulah "PPKI" harus bekerja keras guna meyakinkan dan mewujudnyatakan
keinginan atau cita-cita luhur seluruh rakyat Indonesia, yang sangat haus dan
rindu akan sebuah kehidupan kebangsaan yang bebas, yang merdeka, bersatu,
berdaulat, adil dan makmur.
Namun, pada tanggal 15 Agustus 1945 Jepang menyerah tanpa syarat
kepada sekutu, dan sejak saat itu Indonesia kosong dari kekuasaan. Keadaan
tersebut dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh para pemimpin bangsa
Indonesia, yaitu dengan memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, pada tanggal

12

https://www.slideshare.net/Lela_Warni/dinamika_pelaksanaan_undang_undang_dasar_1945.ht
m
13
Prof. Dr. Kaelan, opcid, hal:37

16
17 Agustus 1945. Sehari setelah proklamasi kemerdekaan PPKI mengadakan
sidang, dengan acara utama mengesahkan rancangan Hukum Dasar dengan
preambulnya memilih Presiden dan Wakil Presiden.14

2.4 Pengesahan dan Penetapan naskah Undang-Undang Dasar Negara


Republik Indonesia Tahun 1945
Sehari setelah Proklamasi Kemerdekaan tanggal 18 Agustus 1945 PPKI
segera mengadakan Sidang yaitu sidang yang pertama15. pada sidang "PPKI" pada
tanggal 18 Agustus 1945 ini telah terjadi kesepakatan dan kompromi atas lobi-lobi
politik dari pihak kaum keagamaan yangberagama non-Muslim serta pihak kaum
keagamaan yang menganut ajaran kebatinan, yang kemudian diikuti oleh pihak
kaum kebangsaan (pihak "Nasionalis") guna melunakkan hati pihak tokoh-tokoh
kaum keagamaan yang beragama Islam guna dihapuskannya "tujuh kata" dalam
"Piagam Jakarta" atau "Jakarta Charter".
Suasana Sidang PPKI
Untuk pengesahan Preambul, terjadi proses yang cukup panjang. Sebelum
mengesahkan Preambul, Bung Hatta terlebih dahulu mengemukakan bahwa pada
tanggal 17 Agustus 1945 sore hari, sesaat setelah Proklamasi Kemerdekaan, ada
utusan dari Indonesia bagian Timur yang menemuinya. Intinya, rakyat Indonesia
bagian Timur mengusulkan agar pada alinea keempat preambul, dibelakang kata
“ketuhanan” yang berbunyi “dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemeluk-pemeluknya” dihapus. Jika tidak maka rakyat Indonesia bagian Timur
lebih baik memisahkan diri dari negara RI yang baru saja diproklamasikan.Usul
ini oleh Muh.Hatta disampaikan kepada sidang pleno PPKI, khususnya kepada
para anggota tokoh-tokoh Islam, antara lain kepada Ki Bagus Hadikusumo,
KH.Wakhid Hasyim dan Teuku Muh.Hasan.Muh.Hatta berusaha meyakinkan
tokoh-tokoh Islam, dengan dalih demi persatuan dan kesatuan bangsa.
Setelah itu Drs. Mohammad Hatta masuk ke dalam ruang sidang "PPKI"
dan membacakan empat perubahan dari hasil kesepakatan dan kompromi atas
lobi-lobi politik tersebut. Hasil perubahan yang kemudian disepakati sebagai
"pembukaan (bahasa Belanda: "preambule") dan batang tubuh Undang- Undang

14
Ibid, hal. 39
15
Ibid, hal. 40

17
Dasar 1945", Pertama, kata “Mukaddimah” yang berasal dari bahasa Arab,
muqaddimah, diganti dengan kata “Pembukaan” . Kedua, anak kalimat "Negara
berdasar atas Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemeluk-pemeluknya” diganti dengan, “Negara berdasar atas Ketuhanan Yang
Maha Esa”. Ketiga, kalimat yang menyebutkan “ Presiden ialah orang Indonesia
asli dan beragama Islam” , seperti tertulis dalam pasal 6 ayat 1, diganti dengan
mencoret kata-kata “ dan beragama Islam” . Keempat, terkait perubahan poin
Kedua, maka pasal 29 ayat 1 dari yang semula berbunyi: “ Negara berdasarkan
atas Ketuhananan, dengan kewajiban menjalankan Syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya ” diganti menjadi berbunyi: “Negara berdasarkan atas Ketuhanan
Yang Maha Esa ” .
Suasana kemufakatan dan kekeluargaan juga muncul pada saat
pengangkatan Presiden dan Wakil Presiden. Risalah sidang PPKI mencatat
sebagai berikut (Sekretariat Negara Republik Indonesia, 1995 :445-446)
Anggota OTTO ISKANDARDINATA :

...."Berhubung dengan keadaan waktu saya harap supaya pemilihan Presiden ini
diselenggarakan dengan aklamasi dan saya majukan sebagai calon, yaitu
Bung Karno sendiri. (Tepuk tangan)"

Ketua SOEKARNO :

...."Tuan-tuan banyak terima kasih atas kepercayaan Tuan-tuan dan dengan ini
saya dipilih oleh Tuan-tuan sekalian dengan suara bulat menjadi Presiden
Republik Indonesia. (Tepuk tangan). (Semua anggota berdiri dengan menyanyi
lagu Indonesia Raya. Sesudahnya diserukan ”Hidup Bung Karno ” 3x)"

Anggota OTTO ISKANDARDINATA :

..."Pun untuk memilih Wakil Kepala Negara Indonesia saya usulkan cara yang
baru ini dijalankan. Dan saya usulkan Bung Hatta menjadi Wakil Kepala Negara
Indonesia. (Tepuk tangan) (Semua anggota berdiri dengan menyanyi lagu
Indonesia Raya. Sesudahnya diserukan ”Hidup Bung Hatta” 3x)".16

16
http://www.plengdut.com/penetapan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945

18
Adapun keputusan penting hasil sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia pada 18 Agustus 1945 adalah sebagai berikut:

1) Menetapkan dan mengesahakan UUD 1945


2) Memilih Ir Soekarno sebagai presiden dan Drs. Muh. Hatta sebagai wakil
presiden
3) Sebelum terbentuk MPR, pekerjaan presiden sehari-hari dibantu oleh
Komite Nasional Indonesisa Pusat.17

Undang-Undang Dasar 1945 yang disahkan oleh PPKI merupakan Rancangan


Undang-Undang dasar hasil karya BPUPKI setelah mengalami perubahan dan
penyempurnaan. Beberapa perubahan yang terjadi pada Rancangan UUD 1945
tersebut antara lain:

1. Hukum dasar diganti dengan Undang-undang dasar


2. Kalimat ”Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemeluknya ....‟ diganti menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa.
3. Menambahan Rancangan UUD 1945. Tambahan tersebut adalah:
a. Bab XVI pasal 37 tentang perubahan UUD
b. Aturan Peralihan pasal I – IV
c. Aturan Tambahan ayat 1 dan 2

UUD yang Pernah Berlaku di Indonesia:

1. Semenjak proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 sampai sekarang, di


Indonesia telah berlaku tiga macam UUD dalam empat periode:
2. Periode 18 Agutus 1945 sampai dengan 27 Desember 1949 berlaku UUD
Proklamasi yang kemudian dikenal dengan UUD 1945
3. Periode 27 Desember 1949 sampai dengan 17 Agustus 1950 berlaku
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Serikat (UUD RIS)
4. Periode 17 Agutus 1950 sampai dengan 5 Juli 1959 berlaku Undang-
Undang Dasar Sementara (UUDS 1950)
5. Periode 5 Juli 1959 sampai dengan sekarang berlaku UUD 1945

17
Prof. Dr. Kaelan, opcid hal. 40

19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penetapan Undang-undang Dasar 1945 dilandasi dengan sejarah yang amat
panjang. Konstitusi seharusnya dibuat atau ditetapkan oleh lembaga tertinggi
negara tetapi mengingat pada masa indonesia merdeka belum memiliki lembaga
negara maka badan yang ada pada saat itu yaitu PPKI menetapkan dan
mengesahkan berlakunya konstitusi yang pertama Yaitu UUD 1945 pada tanggal
18 agustus 1945.
Rancangan Undang Undang Dasar itu sebenarnya merupakan hasil karya
BPUPKI dalam rancangan Undang Undang Dasar tersebut dirumuskan
Pembukaan UUD 1945 yang dikenal dengan nama Piagam Jakarta. Kemudian Ir.
soekarno mengumumkan bahwa jumlah anggota PPKI ditambah 6 orang agar
badan ini (PPKI) bukan lagi bentukan jepang. Pada hari pertama, tanggal 18
agustus 1945, PPKI selesai mempersoalkan UUD seluruhnya dengan
mengadakan sedikit perubahan. Ditetapkanlah Undang-undang Dasar NKRI
1945 sebagai landasan hukum negara.

3.2 Saran
Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalanm
makalah kami.Sehingga kami mengharapkan keritikan dan saran dari para
pembaca yang sifatnya membangun untuk penbuatan makalah kami berikutnya.
Harapan kami semoga makalah kami dapat memberi manfaat bagi penulis
pada khususnya dan pada pembaca umumnya.

20
DAFTAR PUSTAKA
http://www.slideshare.net/dinamika-pelaksanaan-undang-undang-dasar-1945.htm
Prof. Dr. Kaelan, M.S fakultas filsafat UGM, pendidikan pancasila (Yogyakarta,
paradigma) hal. 28
M.Syahni, pendidikan kewarganegaraan di perguruan tinggi (Malang, UMM
press) hal. 47-49
https://www.academia.edu/kronologis_perumusan_pancasila_dan_UUD_1945
http://www.plengdut.com/penetapan Undang-undang Dasar Negara Republik
Indonesia 1945.htm
https://www.slideshare.net/Lela_Warni/dinamika_pelaksanaan_undang_undang_d
asar_1945.htm
http://www.biasamembaca.com/penetapan Undang-undang Dasar Negara
Kesatuan Republik Indonesia 1945.htm

21

Anda mungkin juga menyukai