Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

Pendidikan Pada Zaman Khulafaurrasyidin

Oleh :
1. Rahmadani
2. Mardiana
3. Fitri

Dosen Pembimbing
Surianti,M.Pd

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH


PADANG LAWAS ( STIT PL )
GUNUNGTUA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat
sederhana.Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan,
petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan dalam
profesi keguruan.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk
maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
kami miliki sangat kurang.Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.

Gunungtua, Oktober 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR .................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................... 2
1.3 Tujuan ............................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Khalifah Rasyidin ............................................................. 3
2.2 Pendidikan Islam pada Masa Khalifah Abu Bakar as-Siddiq
(632-634) ........................................................................................ 5
2.3 Pendidikan Islam pada Masa Umar bin Khatab
(13-23 H ; 634-644 M) .................................................................... 7
2.4 Pendidikan pada masa khalifah Usman bin Affan
(23-35 H: 644-656) .......................................................................... 9
2.5 Pendidikan pada masa Khalifah Ali bin Abi Thalib
(35-40 H: 656-661 H) ...................................................................... 12
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan .................................................................................... 14
3.2 Saran .............................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan islam merupakan suatu hal yang paling utama bagi warga
suatu negara, karena maju dan keterbelakangan suatu negara akan ditentukan oleh
tinggi dan rendahnya tingkat pendidikan warga negaranya. Salah satu bentuk
pendidikan yang mengacu kepada pembangunan tersebut, yaitu pendidikan agama
adalah modal dasar yang merupakan tenaga penggerak yang tidak ternilai
harganya bagi pengisian aspirasi bangsa, karena dengan terselenggaranya
pendidikan agama secara baik akan membawanya dampak terhadap pemahaman
dan pengamalan ajaran agama.
Pendidikan islam bersumber kepada Al-Qur’an dan Hadist adalah untuk
membentuk manusia yang seutuhnya, yakni manusia yang beriman dan bertaqwa
kepada Allah SWT, dan untuk memelihara nilai nilai kehidupan sesama manusia
agar dapat menjalankan seluruh kehidupannya, sebagai mana yang telah
ditentukan Allah dan Rasul-Nya, demi kebahagian hidup di dunia dan di akhirat
atau dengan kata lain, untuk mengembalikanmanusia kepada fitrahnya, yaitu
memanusiakan manusia, supaya sesuai dengan kehendak Allah yang menciptakan
sebagai hamba dan khalifah di muka bumi.
Manusia adalah makhluk yang selalu merindukan kesempurnaan, oleh
karena itu dengan segala potensi yang dimilikinya, manusia berusaha maju dan
berkembang untuk mencapai kesempurnaan itu. Manusia setiap saat
membutuhkan belajar dari lingkungan atau alam semesta dan juga diperlukan
pengaruh dari luar yang oleh slamet imam santosa disebut dengan istilah
pendidikan.
Dengan demikian, jelas bahwa proses pendidikan merupakan rangkaian
usaha membimbing, mengarahkan potensi hidup manusia, dan kemampuan belajar
yang dilandasi oleh nilai nilai islami. Berbicara masalah sejarah pendidikan islam,

1
paling tidak ada dua hal yang perlu diperhatikan tentang rumusan sejarah
pendidikan islam.1
Cabang ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan pertumbuhan ban
perkembangan pendidikan islam sejak zaman Rasulullah setelah mendapat
perintah dari Allah melalui firman-Nya QS. 74:1 7, langkah awal yang ditempuh
oleh Nabi adalah menyeru kepada keluarganya, sahabat sahabatnya, tentangga,
dan masyarakat luas.
Pada masa nabi, negara isla meliputi seluruh jazirah Arab dan pendidikan
islam berpusat dimadinah, setelah Rasulullah wafat kekuasan pemerintahan islam
dipegang oleh khulafaur rasyidin dan wilayah islam telah meluas di luar jazirah
Arab. Pada khalifahan ini memusatkan perhatiannya kepada pendidikan, syiarnya
agama, dan kokohnya negara islam.
Apa dan bagaimana pendidikan yang diterapkan oleh para khulafaur
rasyidin pada masanya, sehingga dapat dijadikan perbandingan terhadap proses
pendidikan pada masa sekarang.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa Definisi Khalifah Rasyidin
2. Bagaimana Pendidikan Islam pada Masa Khalifah Abu Bakar as-Siddiq?
3. Bagaimana Pendidikan Islam pada Masa Umar bin Khatab ?
4. Bagaimana Pendidikan pada masa khalifah Usman bin Affan ?
5. Bagaimana Pendidikan pada masa Khalifah Ali bin Abi Thalib ?

1.3 Tujuan
Untuk dapat mengetahui dan memahami tentang :
1. Definisi Khalifah Rasyidin
2. Pendidikan Islam pada Masa Khalifah Abu Bakar as-Siddiq (632-634)
3. Pendidikan Islam pada Masa Umar bin Khatab (13-23 H ; 634-644 M)
4. Pendidikan pada masa khalifah Usman bin Affan (23-35 H: 644-656)
5. Pendidikan pada masa Khalifah Ali bin Abi Thalib (35-40 H: 656-661 H)
1
Slamet imam santoso, pendidikan di Indonesia dari masa ke masa. (mas Agung, Jakarta,
1987). h. 52

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Khalifah Rasyidin


Secara harfiah kata Khalifah berasal dari kata khalf yang berarti wakil,
pengganti, dan penguasa. Selanjutnya muncul istilah yang dapat diartikan sebagai
institusi politik islam, yang bersinonim dengan kata “imamah” yang berarti
pemerintahan.
Oleh sebab itu, maka Ibn Khaldun berpendapat, bahwa Khalifah adalah
tanggung jawab umum yang sesuai dengan tujuan syara’ (hukum islam) yang
bertujuan untuk mewujudkan kemaslahatan dunia dan di akhirat bagi umat.2 Pada
hakikatnya, khilafah merupakan pengganti fungsu pembuat syara, yakni nabi
muhammad SAW, dalam urusan agama dan urusan keduniaan. Selanjutnya Ibn
Khaldun mengatakan bahwa khilafah juga merupakan sinonim istilah imamah,
yakni kepemimpinan meyeluruh yang berkaitan dengan urusan agama dan urusan
dunia sebagai pengganti fungsi Rasulullah SAW.
Selanjutnya muncul istilah khalifah dan bentuk jamaknya Khulafa’ atau
khalaif yang berarti orang yang menggantikan kedudukan orang lain; dan
seseorang yang mengambil alih tempat orang lain sesudahnya dalam berbagai
persoalan. Khalifah bisa juga berarti al sultan al A’zam (kekuasaan paling besar
atau paling tinggi).
Adapaun kata Al Rasyidin secara harfiah berasal dari kata rasyada yang
artinya cerdas, jujur dan amanah. Dari kata rasyada kemudian berubah menjadi
kata benda atau kata nama rasyid dan jamaknya rasyidun yang berarti orang yang
cerdas, jujur dan amanah. Dengan demikian, secara sederhana khulafaur Rasyidin
adalah para pimpinan yang menggantikan kedudukan pimpinan sebelumnya dan
menunjukkan sikap cerdas, jujur dan amanah. Selain itu, Khalifah dapat pula
diartikan pimpinan yang diangkat sesudah Nabi Muhammad SAW wafat untuk
mrnggantikan beliau melanjutkan tugas-tugas sebagai pimpinan agama dan kepala
pemerintahan.

2
Abudin Nata, sejarah pendidikan ..., hlm.112

3
Setelah wafatnya Nabi Muhammad penyebaran Islam dilanjutkan oleh
sahabat-sahabat beliau, diantaranya adalah Khalifah Khulafaur Rasyidin,
Muawiyah dan lain-lain. mereka adalah Abu Bakar yang memerintahkan selama 2
tahun, Umar Ibn Khattab yang memerintah selama 10 tahun (13 sd 23 H/634-644
M), Usman Ibn Affan yang memerintah selama 12 tahun (644-655 M), dan Ali
Ibn Abi Thalib yang memerintah selama 6 tahun.
Dan jika dipetakan pada masa Khulafaur Rasyidin ada beberapa tempat
pendidikan, Yaitu :3
1. Mekkah
Guru pertama di Mekkah adalah Muaz bin Jabbal yang mengajarkan Al
Qur’an dan hadits. Khalifah abdul malik bin marwan, abdullah bin abbas, pergi ke
mekkah dan mengajar di masjidil haram, ia mengajarkan tafsir, fiqh, dan sastra
dan dialah yang membangun madrasah mekkah yang termahsyur di seluruh
negara islam. Kemudian digantikan murid-muridnya tabi;in yaitu mujahidn bin
jabar yang termahsyur meriwayatkan tafsir Al-Qur’an dari ibn abbas. Athak bin
abu rabah yang termahyur dalam ilmu fiqh terutama dalam manasik haji. Thawus
bin kaisan, yaitu seorang fukuha dan mufti.
2. Madinah
Sahabat yang terkenal yang menjadi guru adalah:
a. Abu Bakar Ash-shiddiq
b. Umar bin Khottob
c. Utsman bin Affan
d. Ali bin Abi Tholib
Kemudian Zaid bin sabit adalah ahli qiraat dan ahli fiqh, terutama dalam faraid.
Abdullah bin umar adalah ahli hadist, ia megumpulkan hadist-hadist serta
menuliskannya, kemudian meriwayatkan kepada murid-muridnya.
3. Bashrah
Sahabat yang masyhur di Bashrah adalah Abu Musa Al Asy’ari, beliau
adalah seorang ahli fiqih dan Al Qur’an. Dan Annas bin malik yang termansyur di
ahli hadist. Madrasah basrah ini melahirkan Al Hasan basrt yang ahli dalam fiqih,
tasawuf, dan ia tidak hanya mengajarkan pelajaran kepda murid-muridnya tapi
3
Baharudin, dkk., Dikotomi pendidikan Islam,Cet. II., (Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya), hlm. 125

4
menceritakan kisah-kisah, dan ibn sirin ia belajar kepada Zaid bin sabit, ia ahli
Hadis dan fiqih.
4. Kuffah
Sabahat yang termasyhur di Kuffah yaitu Ali bin Abi Tholib dan Abdullah
bin Mas’ud. Beliau adalah ahli tafsir, hadits dan fiqih (mengajarkan Al Qur’an).
5. Damsyik (Syam)
Setelah Syam menjadi negara Islam dan pendudukannya banyak beragama
Islam, maka kholifah Umar bin Khottob mengirim 3 guru ke negara itu, yaitu:
a. Mu’az bin Jabbal (Palestina)
b. Ubaidah (Himz)
c. Abu Dhardha (Damsyik)
6. Mesir
Sahabat yang mendirikan Madrasah dan menjadi guru di Mesir adalah
Abdullah bin Amru bin Ash (ahli hadits).

2.2 Masa Khalifah Abu Bakar as-Siddiq (632-634)


Setelah Nabi wafat, sebagai pemimpin umat Islam adalah Abu Bakar as-
Siddiq sebagai khalifah. Khalifah adalah pemimpin yang diangkat setelah Nabi
wafat untuk menggantikan Nabi dan melanjutkan tugas-tugas sebagai pemimpin
agama dan pemerintahan.4
Masa awal kekhalifahan Abu Bakar diguncang pemberontakan oleh orang-
orang murtad, orang-orang yang mengaku sebagai nabi dan orang-orang yang
enggan membayar zakat. Berdasarkan hal ini Abu Bakar memusatkan
perhatiannya untuk memerangi para pemberontak yang dapat mengacaukan
keamanan dan memengaruhi orang-orang islam yang masih lemah imannya untuk
menyimpang dari ajaran Islam. Dengan demikian, dikirimlah pasukan untuk
menumpas para pemberontak di Yamamah. Dalam penumpasan ini banyak umat
Islam yang gugur, yang teerdiri dari sahabat dekat Rasulullah dan para hafiz Al-
Qur’an, sehingga mengurangi jumlah sahabat yang hafal Al-Qur’an. Oleh karena
itu, Umar bin Khatab menyarankan kepada khalifah Abu Bakar untuk
mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur’an, kemudian untuk merealisasikan saran

4
Badri Yatim, sejarah peradaban Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001), h.36

5
tersebut diutuslah Zaid bin Tsabit untuk mengumpulkan semua tulisan Al-Qur’an.
Pola pendidikan pada masa Abu Bakar masih seperti pada masa Nabi, baik dari
segi materi maupun lembaga pendidikannya.5
Dari segi materi pendidikan Islam terdiri dari pendidikan tauhid atau
keimanan, akhlak, ibadah, kesehatan, dan lain sebagainya.
1. Pendidikan keimanan, yaitu menanamkan bahwa satu-satunya yang wajib
disembah adalah Allah.
2. Pendidikan akhlak, seperti adab masuk rumah orang, sopan santun
bertetangga, bergaul dalam masyarakat, dan lain sebagainya. Pendidikan
ibadah seperti pelaksanaan shalat, puasa dan haji.
3. Kesehatan seperti tentang kebersihan, gerak gerik dalam shalat merupakan
didikan untuk memperkuat jasmani dan rohani.6
Menurut Ahmad Syalabi, lembaga untuk belajar membaca menulis ini
disebut kuttab Kuttab merupakan lembaga pendidikan yang dibentuk setelah
masjid, selanjutnya Asama Hasan Fahmi mengatakan bahwa kuttab didirikan oleh
orang-orang Arab pada masa Abu bakar7 dan pusat pembelajaran pada masa ini
adalah Madinah, sedangkan yang bertindak sebagai tenaga pendidik adalah para
sahabat Rasul yang terdekat. Lembaga pendidikan Islam adalah masjid, masjid
dijadikan sebagai benteng pertahanan rohani, tempat pertemuan dan lembaga
pendidikan Islam, sebagai tempat shalat berjamaah, membaca al-Qur’an, dan lain
sebagainya.
Berdasarkan uraian di atas, berkesimpulan bahwa pelaksanaan pendidikan
Islam pada masa khalifah Abu Bakar ini adalah sama dengan pendidikan Islam
yang dilaksanakan pada masa Nabi baik materi maupun lembaga pendidikannya.
 Dari segi materi pendidikan Islam terdiri dari:
1. Pendidikan Tauhid.
2. Pendidikan Akhlak.
3. Pendidikan Ibadah.
4. Pendidikan Kesehatan.

5
Hanun Asrohah, sejarah peradaban islam, (Jakarta: Wacana Ilmu, 2001), h.36
6
Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Hidayakarya Agung, 1989), h.18
7
Asama Hasan Fahmi, Sejarah dan Filsafat pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan
Bintang,t.th), h.30.

6
 prinsip-prinsip pendidikan :
1. Pendidikan di arahkan pada mengajarkan isi Al-Qur’an.
2. Pendidikan diajarkan dengan menggunakan dialek daerah masing-masing,
sehingga sering timbul perselisihan dalam membaca Al-Qur’an.
 Sumber pendidikan
1. Al-Qur’an.
2. Hadist.
3. Alam Sekitar (Millu)
4. Ijtihad dalam bentuk ijma’ dan qiyas
 Kurikulum atau rencana pendidikan
1. Bidang keagamaan yang mencakup Aqidah, Ubudiyah, Akhlaq dan
Muamalah.
2. Rencana pelajaran di sesuaikan dengan kebutuhan masyarakat.

2.3 Pendidikan Islam pada Masa Umar bin Khatab (13-23 H ; 634-644 M)
Abu bakar telah menyaksikan persoalan yang timbul di kalangan kaum
muslimin setelah Nabi wafat, berdasar hal inilah Abu Bakar menunjuk
penggantinya yaitu Umar bin Khatab, yang tujuannya adalah untuk mencegah
supaya tidak terjadi perselisihan dan perpecahan di kalangan umat islam.
Kebijakan Abu Bakar tersebut ternyata diterima masyarakat.8 Pada masa Khalifah
Umar bin Khatab, kondisi politik dalam keadaan stabil, usaha perluasan wilayah
Islam memperoleh hasil yang gemilan. Wilayah islam pada masa Umar bin
Khatab meliputi semenanjung Arabia, Palestina, Syiria, Irak, Persia dan Mesir.9
Dengan meluasnya wilayah Islam mengakibatkan meluas pada kehidupan
dalam segala bidang. Untuk memenuhi kebutuhanini diperlukan manusia yang
memiliki keterampilan dan keahlian, sehingga dalam hal ini diperlukan
pendidikan.
Pada masa Khalifah Umar bin Khatab, sahabat-sahabat yang sangat
berpengaruh tidak diperbolehkan untuk keluar daerah kecuali atas izin dari
Khalifah dan dalam waktu yang terbatas. Jadi, kalau ada diantara umat Islam yang

8
Badri Yatim, sejarah peradaban Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001), h.37
9
Hanun Asrohah, sejarah peradaban islam, (Jakarta: Wacana Ilmu, 2001), h.17.

7
ingin belajar hadis harus pergi ke Madinah, ini berarti bahwa penyebaran ilmu dan
pengetahuan para sahabat dan tempat pendidikan adalah terpusat di Madinah.10
Dengan meluasnya wilayah islam sampai keluar jazirah Arab, tampaknya
Khalifah memikirkan pendidikan Islam di daerah-daerah yang baru ditaklukkan
itu. Untuk itu, Umar bin Khatab memerintahkan para panglima perangnya, apabila
mereka berhasil menguasai satu kota, hendaknya mereka mendirikan mesjid
sebagai tempat ibadah dan pendidikan.11
Berkaitan dengan masalah pendidikan ini, Khalifah Umar bin Khatab
merupakan seorang pendidik yang melakukan penyuluhan pendidikan di kota
Madinah, beliau juga menerapkan pendidikan di mesjid-mesjid dan pasar-pasar
serta mengangkat dan menunjuk guru-guru untuk tiap-tiap daerah yang
ditaklukkan itu, mereka bertugas mengajarkan isi al-Qur’an dan ajaran Islam
lainnya, seperti fikih kepada penduduk yang baru masuk Islam.12
Diantara sahabat-sahabat yang ditunjuk oleh Umar bin Khatab ke daerah
adalah Abdurrahman bin Ma’qal dan Imran bin al-Hashim. Kedua orang ini
ditempatkan di Basyrah. Abdurrahman bin Ghanam dikirim ke Syiria dan Hasan
bin Abi Jabalah dikirim ke Mesir. Adapun metode yang mereka pakai adalah guru
duduk dihalaman mesjid sedangkan murid melingkarinya.
Dari hal di atas bahwa yang menjadi pendidik adalah Umar dan para
sahabat-sahabat besar yang lebih dekat kepada Rasulullah saw. dan memiliki
pengaruh yang besar, sedangkan pusat pendidikannya selain Madinah adalah
Mesir, Syiria dan Basyrah.
Meluasnya kekuasaan Islam, mendorong kegiatan pendidikan Islam
bertambah besar, karena mereka yang baru menganut agama Islam ingin menimba
ilmu keagamaan dari sahabat-sahabat yang menerima langsung dari Nabi. Pada
masa ini telah terjadi mobilitas penuntut ilmu dari daerah-daerah yang jauh dari
Madinah, sebagai pusat agama Islam. Gairah menuntut ilmu agama Islam ini yang
kemudian mendorong lahirnya sejumlah pembidangan disiplin keagamaan.13

10
Sukarno dan Ahmad Supardi, sejarah dan filsafat islam, (Bandung: Angkasa t.th.h.51.
11
Hanun Asrohah, sejarah peradaban islam, (Jakarta: Wacana Ilmu, 2001), h.17.
12
Muhammad Syadidi, Konsep pendidikan dalam Al-Quran, terj. (Jakarta: Penebar salam,
2001), h.37.
13
Hanum Asrobab, Op, Cit., h.18.

8
Pada masa Khalifah Umar bin Khatab, mata pelajaran yang diberikan
adalah membaca dan menulis al-Qur’an dan menghafalnya serta belajar pokok-
pokok agama Islam. Pendidikan pada masa Umar bin Khatab ini lebih maju
dibandingkan dengan sebelumnya. Pada masa ini tuntutan untuk belajar bahasa
Arab juga sudah mulai tampak, orang yang baru masuk Islam dari daerah yang
ditaklukkan harus belajar bahasa Arab, jika ingin belajar dan memahami
pengetahuan Islam. Oleh karena itu, pada masa ini sudah terdapat pengajaran
bahasa Arab.14
Pelaksanaan pendidikan di masa Khalifah Umar bin Khatab lebih maju,
sebab selama Umar memerintah negara berada dalam keadaan stabil dan aman, ini
disebabkan disamping telah ditetapkannya mesjid sebagai pusat pendidikan, juga
telah terbentuknya pusat-pusat pendidikan Islam di berbagai kota dengan materi
yang dikembangkan, baik dari ilmu bahasa, menulis, dan pokok ilmu-ilmu
lainnya. Pendidikan dikelola di bawah pengaturan gubernur yang berkuasa saat
itu, serta diiringi kemajuan di berbagai bidang, seperti jawatan pos, kepolisian,
baitulmal, dan sebagainya. Adapun sumber gaji para pendidik pada waktu itu
diambilkan dari daerah yang ditaklukan dan dari baitulmal.

2.4 Pendidikan pada masa khalifah Usman bin Affan (23-35 H: 644-656)
Nama lengkapnya adalah usman ibn abil ash ibn umaiyah. Beliau masuk
islam atas seriuan Abu bakar siddiq. Usman bin affan adalah termasuk saudagar
besar dan kaya dan sangat pemurah menafkahkan kekayaannya untuk kepentingan
umat islam. Usman dianngkat menjadi khalifah hasil dari emilihan panitia enam
yang ditunjuk oleh khalifah umar bin khatab menjelang beliau akan meninggal.
Panitia yang enam itu adalah: Usman, Ali bin Abi Thalib, Thalhah, Zubair bin
awwam, Saad bin Awwam, Saad bin Abi Waqash, dan Abdurrahman bin’Auf. 15
Pada masa khalifah Usman bin Affan ini, pelaksanaan pendidikan islam
tidak jauh berbeda dengan masa sebelumnya. Pendidikan di masa ini hanya
melanjutkan apa yang telah ada, namun hanya ada sedikit terjadi perubahan yang
mewarnai pendidikan islam. Para Sahabat yang berpengaruh dan dekat dengan
Rasulullah yang tidak diperbolehkan meninggalkan madinah di masa khalifah
14
Ahmad syalaby, sejarah kebudayaan islam, Al Husna Zikra (jakarta, 2000), h.265.
15
Ahmad Syalabi, Op, cit., h.281.

9
Umar, diberikan kelonggaran untuk keluar dan menetap di daerah daerah yang
mereka sukai. Kebijakan ini sangat besar pengaruhnya bagi pelaksanaan
pendidikan di daerah-daerah.
Proses pelaksanaan pola pendiikan pada masa Usman ini lebih ringan dan
lebih mudah dijangkau oleh seluruh peserta didik yang ini menutut dan belajar
islam dari segi pusat pendidikan juga lebih banyak, sebab pada masa ini para
sahabat bisa memilih tempat yang inginkan untuk memberikan pendidikan kepada
masyarakat.
Khalifah Usman sudah merasa cukup dengan pendidikan yang sudah
berjalan, namun begitu ada satu usaha yang cemerlang yang terjadi dimasa ini
yang berpengaruh luar biasa pada pendidikan islam, yaitu untuk mengumpulkan
tulisan ayat ayat suci Al-Qur’an. Penyalinan ini terjadi karena perselisihan dalam
bacaan Al-Qur’an. Berdasarkan hal ini, Khalifah Usman memerintahkan kepada
tim untuk penyalinan tersebut, adapun tim tersebut adalah : Zaid bin Tsabit,
Abdullah bin Zubair, Zaid bin Ash, dan Abdurrahman bin Harist.
Tujuan dari pengkodifikasian Al-Qur’an pada masa pemerintahan Utsman
bin Affan adalah menyatukan kaum muslim pada satu macam mushaf yang
seragam ejaan dan tulisanya. Menyatukan bacaan, meskipun pada kenyataanya
masih ada perbedaan cara membaca akan tetapi hal tersebut tidak berlawanan
dengan ejaan mushaf Utsmani. Menyatukan tata tertib susunan surah-surah,
menurut tata tertib urut
Bila Terjadi pertikaian bacaan, maka harus diambil pedoman kepada
dialek suku Quraisy, sebab Al-Qur’an ini diturunkan menurut dialek mereka
sesuai dengan lisan Quraisy, Karena Al-Qur’an diturunkan dengan lisan Quraisy.
Zaid bin Tsabit bukan orang Quraisy sedangkan ketiganya adalah orang Quraisy.
Tugas mendidik dan mengajar umat pada masa Usman bin Affan
diserahkan pada umat itu sendiri, artinya pemerintahan tidak mengangkat guru-
guru, dengan demikian para pendidik sendiri melaksanakan tugasnya hanya
dengan mengharapkan keridhaan Allah,Bahwa pada masa Khalifah Usman tidak
banyak terjadi perkembangan pendidikan, kalau dibandingkan dengan masa
kekhalifahan Umar bin Khatab, sebab pada masa Khalifah Usman urusan
pendidikan diserahkan saja kepada rakyat. Dan apabila dilihat dari segi kondisi

10
pemerintahan Usman banyak timbul pergolakan dalam masyarakat sebagai akibat
ketidaksenangan mereka terhadap kebijakan Usman yang mengangkat kerabatnya
dalam jabatan pemerintahan. Pada akhirnya Utsman tidak dapat berbuat banyak
dan terlalu lemah terhadap keluarganya. Dia juga tidak tegas dalam kesalahan
bawahannya. Lalu di tahun 35 H atau 655 Masehi Utsman bin Affan meninggal
dunia karena dibunuh oleh kaum pemberontak yang terdiri dari orang-orang yang
kecewa kepadanya.
Adapun Objek pendidikan pada masa itu terdiri dari:
Orang dewasa atau anak anak yang baru masuk islam. Baik orang tuanya telah
lama memeluk islam ataupun yang baru memeluk islam orang dewasa dan orang
tua yang telah lama memeluk islam orang yang mengkhususkan dirinya menuntut
ilmu agama secara luas dan mendalaminya, pelaksannaan pendidikan dan
pengajaran tidak mungkin dilakukan dengan cara menyamaratakan semua objek
tetapi harus diadakan pengklasifikasi yang rapi dan sistematis, disesuaikan dengan
kemampuan dan kesanggupan dari peserta didiknya.
Adapun metode yang digunakan adalah:
1. Glongan pertama menggunaan metode ceramah dengan mengemukakan
contoh contoh dan peragaan, seperti shalat, wudhu dan sebagainya.
2. Golongan kedua menggunakan metode hafalan dan latihan.
3. Golongan ketiga menggunakan metode diskusi, tanya jawab.
4. Golongan keempat menggunakan metode pembelajaran pada golongan ini
lebih bersifat pematangan dan pendalam mata pelajaran yang diberikan.
Ada 3 fase dalam pendidikan dan pengajarannya:
1. Fase pembinaan : memberikan kesepatan agar terdidik memperoleh
kemantapan iman.
2. Fase pendidikan : ditekanlan pada ilmu ilmu yang praktis dengan maksud
agar mereka dapat segera mengamalkan ajaran dan tuntunan agama
dengan sebaik baiknya dalam kehidupan sehari-hari.
3. Fase pembelajaran : ada pelajaran pelajaran lain yang diberikan untuk
penunjang pemahaman terhadap Al-Quran dan Hadist, seperti bahasa Arab
dan tata bahasanya, menulis, membaca, syair dan pribahasa.

11
2.5 Pendidikan pada masa Khalifah Ali bin Abi Thalib (35-40 H: 656-661 H)
Ali bin Abi Thalib bin Abdul Muthalib adalah purta dari pamannya
Rasulullah dan suami dari Fatimah anaknya Rasulullah. Ali bin Abi Thalib diasuh
dan dididik oleh Nabi. Ali terkenal sebagai anak yang mula-mula beriman kepada
Rasulullah.16
Ali adalah Khalifah yang keempat setelah Usman bin Affan. Pada
pemerintahannya sudah diguncang peperangan dengan Aisyah (Istri Nabi) beserta
Talhah dan Abdullah bin Zubair karena kesalahpahamaan dalam menyikapi
pembunuhan terhadap Usman, peperangan di antara mereka disebut perang jaman
(unta) karena Aisyah menggunakan kendaran unta. Setelah berhasil masa
kekuasaan Khalifah Ali tidak pernah mendapatkan ketenangan dan kedamaian.
Muawiyah sebagai gubernur di Damaskus memberontak untuk
menggulingkan kekuasannya. Peperangan ini disebut dengan peperangan Shiffin,
karena terjadi di Shiffin. Ketika tentara Muawiyah terdesak oleh pasukan Ali,
maka Muawiyah segera mengambil siasat untuk mengatakan tahkim (penyesalan
dengan adil damai). Semula Ali menolaknya, tetapi karena desakan para
tentarannya akhirnya Ali menerimannya, namun tahkim malah menimbulkan
kekacauan, sebab Muawiyah bersifat curang, sebab dengan tahkim Muawiyah
berhasil mengalahkan Ali dan mendirikan pemerintahan tandingan di Damaskus.
Sementara itu, sebagian tentara yang menentang keputusan Ali dengan cara
Tahkim, meninggalkan Ali dan membuat kelompoknya tersendiri yaitu Khawari.
Pada masa Ali telah terjadi kekacauan dan pemberontakan, sehingga di
masa ia berkuasa pemerintahnnya tidak stbil. Dengan kericuhan politik pada masa
Ali berkuasa, kegiatan pendidikan islam mendapat hambatan dan gangguan. Pada
saat itu Ali tidak sempat lagi memikirkan masalah pendidikan sebab seluruh
perhatiannya ditumpahkan pada masalah keamanan dan kedamaian pada
masyarakat islam. Dengan demikian, pendidikan pada masa Khulafaur Rasyidin
tidak jauh berbeda dengan masa Nabi Yang menekan pada pengajaran baca tulis
dan ajaran-ajaran islam yang bersumber pada Al-Qur’an dan Hadis nabi.
1) prinsip prinsip pendidikan:
a. Pendidikan diarahkan pada mengajarkan isi Al-Quran.

16
Hanun Asrobah, Op. Cut,. H. 21

12
b. Pendidkan diajarkan dengan menggunakan dialek daerah masing masing,
sehingga sering timbul perselisihan dalam bacaan Al-Quran. Untuk itu
Usman bin Affan mengambil kebijaksanaan menyusun Al-Quran dalam
satu Mushaf.
2) Sumber pendidikan diambil dari Al-Quran, Hadits, alam sekitar (millu) da
ijtihad dalam bentuk ijma dan Qiyas.
3) Kurikulum atau rencana pelajaran meliputi :
a) Bidang keagamaan yang mencakup aqidah, Ubudiyah, Akhlaq dan
Muamalah.
b) Pada masa Umar digalakan pendidikan keterampilan hal ini termaktub
dalam instruksi Umar bin Khattab yang dikirimkan kepada penduduk-
penduduk kota yang isinya “Amma ba’du”. Ajarkanlah kepada anak-
anak kamu berenang, kepandaian menunggang kuda, dan tuturkanlah
kepada mereka pepatah-pepatah yang masyhur dan syair-syair yang
baik.
c) Rencana pelajaran disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat.
d) Pada masa Ali bin Abi Thalib digalakkan motivasi belajar.
4) Lembaga pendidikan pada masa Khulafaurrasyidin tidak berbeda dengan
masa Nabi SAW, yaitu :
a) Kuttab sebagai lembaga pendidikan rendah yang didalamnya
mengajarkan kepada anak-anak dalam hal baca dan tulis dan sedikit
pengetahuan-pengetahuan agama.
b) Masjid sebagai pusat pendidikan umat Islam yang telah mukallaf pada
masa permulaan Islam belum terdapat sekolah formal seperti pada
masa sekarang.

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pendidikan pada masa Khaliah Abu Bakar tidak jauh berbeda dengan
pendidikan pada masa Rasulullah. Pada masa Khalifah Umar bin Khatab
pendiikan sudah lebih meningkat dimana pada masa Khalifah Umar guru-guru
sudah diangkat dan digaji untuk mengajar ke daerah-daerah yang baru
ditaklukannya. Pada masa Khalifah Usman bin Affan, pendidikan diserahkan
kepada rakyat dan sahabat tidak berfokus dimadinah saja tetapi sudah
diperbolehkan ke daerah-daerah untuk mengajar. Pada masa Khalifah Ali bin Abi
Thalib, pendidikan kurang mendapat perhatian, ini disebabkan pemerintahan Ali
selalu dilanda konflik yang berujung kepada kekacauan.

3.2 Saran
Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalanm
makalah kami.Sehingga kami mengharapkan keritikan dan saran dari para
pembaca yang sifatnya membangun untuk penbuatan makalah kami berikutnya.
Harapan kami semoga makalah kami dapat memberi manfaat bagi penulis
pada khususnya dan pada pembaca umumnya.

14
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad syalaby, sejarah kebudayaan islam, Al Husna Zikra (jakarta, 2000)


Asama Hasan Fahmi, Sejarah dan Filsafat pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan
Bintang,t.th)
Badri Yatim, sejarah peradaban Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2001)
Baharudin, dkk., Dikotomi pendidikan Islam,Cet. II., (Bandung: PT. Remaja
Rosda Karya)
Hanun Asrohah, sejarah peradaban islam, (Jakarta: Wacana Ilmu, 2001)
Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Hidayakarya Agung, 1989)
Muhammad Syadidi, Konsep pendidikan dalam Al-Quran, terj. (Jakarta: Penebar
salam, 2001)
Slamet imam santoso, pendidikan di Indonesia dari masa ke masa. (mas Agung,
Jakarta, 1987)
Sukarno dan Ahmad Supardi, sejarah dan filsafat islam, (Bandung: Angkasa
t.th.h.51.

15

Anda mungkin juga menyukai