MAKALAH
Oleh :
Aniskurlila Rizki Almazida 1204.19.4883
Desti Wantari 1204.19.
M.Fauzan Amien Syaifuddin 1204.19.
Wahyu Hidayatullah 1204.19.
Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat Nya berupa kesehatan, kesempatan dan pengetahuan sehingga
makalah ini dapat kami selesaikan dengan tepat waktu.
Tidak lupa pula, kami ucapkan terimakasih kepada dosen, teman-teman dan orangtua
yang telah ikut berkontribusi mendukung dan memberikan semangat serta beberapa ide
sehingga kami mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Kami sebagai penyusun berharap makalah ini dapat memberikan pemahaman dam
membantu pembaca dalam menambah pengetahuan luas mengenai ilmu-ilmu yang akan
dibahas nanti. Terlepas dari itu juga, kami sadar akan banyaknya kekurangan yang ada dari
susunan maupun isi makalah ini sehingga kami berharap akan adanya kritik serta saran
yang bersifat membangun terciptanya makalah yang lebih baik lagi kedepannya.
Penulis
DAFTAR ISI
i
KATA PENGANTAR..........................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................ii
BAB I.....................................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................2
C. Tujuan...............................................................................................................................2
D. Manfaat.............................................................................................................................2
BAB II...................................................................................................................................3
PEMBAHASAN...................................................................................................................3
BAB III................................................................................................................................12
PENUTUPAN.....................................................................................................................12
A. Simpulan.........................................................................................................................12
B. Saran................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu hal yang paling utama bagi warga suatu Negara,
karena maju atau mundurnya suatu Negara ditentukan melalui tinggi dan rendahnya
tingkat pendidikan warga negaranya. Salah satu bentuk pendidikan yang mengacu
kepada perkembangan tersebut adalah pendidikan agama yang menjadi modal dasar
tenaga penggerak yang tak ternilai harganya untuk mengisi aspirasi bangsa, karena
dengan terselenggaranya pendidikan agama yang baik maka akan membawa dampak
yang baik terhadap pemahaman dan pengamalan ajaran agama.
Pendidikan Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits adalah untuk
membentuk manusia menjadi manusia seutuhnya. Sebagaimana yang telah ditentukan
oleh Allah bahwa manusia fitrahnya diciptakan semata-mata hanya untuk menyembah
Nya, beribada kepada Nya, taat dan tunduk kepada Nya dan beriman serta bertakwa
kepada Nya yang merupakan khalifah dibumi ini.
Manusia adalah makhluk yang selalu menginginkan kesempurnaan oleh karena
itu dengan segala potensi yang dimilikinya manusia selalu berusaha untuk maju dan
berkembang dalam mencapai kesempurnaannya. Cara yang ditempuh oleh manusia
sendiri pun dilalui dengan belajar dari lingkungan alam sekitar yang juga dipengaruhi
dengan faktor eksternal, hal ini disebut dengan istilah pendidikan oleh Slamet Imam
Santoso.
Oleh karena itu, jelas bahwa proses pendidikan menjadi sebuah rangkaian usaha
untuk membimbing, mengarahkan potensi hidup manusia dan kemampuan belajar
manusia yang seharusnya dilandasi oleh nilai-nilai Islami.
Sejarah pendidikan Islam menjadi sebuah pelajaran untuk dapat mengetahui
perkembangan pendidikan Islam sejak zaman Rasulullah hingga saat ini. Yang mana
telah kita ketahui langkah awal pendidikan pada zaman Rasulullah dilakukan dengan
menyeru keluarga, sahabat-sahabat, tetangga lalu masyarakat luas. Dan ketika
Rasulullah wafat, kekuasaan Islam mulai dipegang oleh Khulafaur Rasyidin. Para
khalifah ini memusatkan perhatiannya pada pendidikan, syiar agama serta kokohnya
Negara Islam. Yang dari itu, pada makalah ini akan dibahas mengenai “Pendidikan
Islam Pada Masa Khulafaur Rasyidin” sehingga dapat kita jadikan pengetahuan
sejarah untuk dapat dijadikan perbandingan terhadap proses perkembangan
pendidikan pada masa sekarang.
1
2
B. Rumusan Masalah
Dari pada latar belakang diatas, kami merumuskan beberapa masalah yang akan
dibahas pada makalah ini sebagai berikut:
1. Bagaimana masa kepemimpinan pada masa Khulafaur Rasyidin?
2. Bagaimana pola pendidikan Islam pada masa Khulafaur Rasyidin?
3. Bagaimana materi pendidikan Islam pada masa Khulafaur Rasyidin?
4. Bagaimana pusat-pusat pendidikan pada masa Khulafaur Rasyidin?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan disusunnya makalah ini
adalah:
1. Untuk mengetahui masa kepemimpinan pada masa Khulafaur Rasyidin.
2. Untuk mengetahui pola pendidikan Islam pada masa Khulafaur Rasyidin.
3. Untuk mengetahui materi pendidikan Islam pada masa Khulafaur Rasyidin.
4. Untuk mengetahui pusat-pusat pendidikan Islam pada masa Khulafaur Rasyidin.
D. Manfaat
Sejarah adalah kaca spion perkembangan dan pertumbuhan di zaman sekarang.
Menjadi sebuah ilmu yang penting untuk diketahui masyarakat termasuk para
akademisi sebagai bahan pengetahuan dalam tindakan perubahan yang ditargetkan.
Maka dari itu, makalah ini dibuat sebagai bentuk rekapan rinci dan singkat mengenai
sejarah pendidikan Islam di masa Khulafaur Rasyidin untuk dapat dipelajari dan
diambil garis besarnya oleh pembaca.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Masa Kepemimpinan Khulafaur Rasyidin
Nabi Muhammad SAW. tidak meninggalkan wasiat tentang siapa yang akan
menggantikan beliau sebagai pemimpin politik umat Islam sebelum beliau wafat.
Beliau tampaknya menyerahkan persoalan tersebut kepada kaum muslimin sendiri
untuk menentukannya. Karena itulah, tidak lama setelah beliau wafat; belum lagi
jenazahnya dimakamkan, sejumlah tokoh Muhajirin dan Anshar berkumpul dibalai
kota Bani Sa’idah, Madinah untuk memusyawarahkan siapa yang akan dipilih menjadi
pemimpin. Musyawarah itu berjalan cukup sulit karena dari pihak Muhajirin maupun
Anshar sama-sama berhak menjadi pemimpin. Namun, dengan semangat Ukhuwah
Islamiah yang tinggi akhirnya Abu Bakar terpilih. Ternyata semangat keagamaan Abu
Bakar mendapat penghargaan tinggi dari umat Islam sehingga masing-masing pihak
menerima dan membaiatnya.
Abu Bakar hanya menjadi khalifah selama 2 tahun, pada tahun 634 beliau wafat.
Masa sesingkat itu habis untuk menyelesaikan persoalan dalam negeri terutama
tantangan yang ditimbulkan oleh suku-suku bangsa arab yang tidak mau tunduk lagi
kepada pemerintah Madinah. Mereka menganggap bahwa perjanjian yang dibuat oleh
Nabi Muhammad dengan sendiri nya telah batal setelah Nabi wafat. Karena itu
mereka menentang Abu Bakar, lalu Abu Bakar menyelesaikan persoalan ini dengan
Perang Riddah (perang melawan kemurtadan). Khalid ibn Walid menjadi jenderal
pada perang ini. Setelah menyelesaikan urusan perang dalam negeri, Abu Bakar mulai
mengirim kekuatan keluar Arabia dan pada tahun 634M Khalid ibn Walid berhasil
menguasai Al-Hirah. Lalu Abu Bakar juga mengirim ekspedisi ke Syria yang
dipimpin oleh Abu Ubaidah, Amr ibn Ash, Yazid ibn Abi Sufyan dan Syurahbil. Kala
itu juga Abu Bakar memerintah Khalid ibn Walid meninggalkan Iraq dan bergabung
ke Syria. Ketika Abu Bakar mulai sakit-sakitan, beliau mengutus Umar bin Khatab
untuk menjadi penggantinya.
Umar bin Khatab memimpin selama sepuluh tahun (13-23H/634M-644M).
Dizaman Umar bin Khatab perluasan daerah kekuasaan Islam pertama terjadi. tahun
635M hingga 641M wilayah kekuasaan Islam sudah meliputi Jazirah Arabia, Syria,
Palestina, serta sebagian dari wilayah Persia dan Mesir. Dengan adanya perluasan
daerah ini, Umar bin Khatab mulai mengatur administrasi Negara, mengambil contoh
dari administrasi yang sudah berkembang terutama di Persia. Administrasi
3
4
karena Ali tidak mau menghukum para pembunuh Usman bin Affan dan mereka
menuntut bela terhadap darah Usman bin Affan yang telah ditumpahkan secara zalim.
Awalnya Ali hendak menghindari perang, beliau mengirim surat kepada Zubair dan
Thalhah untuk dapat dirundingkan terlebih dahulu namun ditolak. Akhirnya perang
Jamal pun berkobar, Ali berhasil melawan dalam perang ini dengan hasil Zubair dan
Thalhah terbunuh ketika akan melarikan diri lalu Aisyah ditawan dan dikembalikan ke
Madinah. Usai perang ini selesai, Perang Sifin pun terjadi yang diakibatkan dari
perlawanan Gubernur Damaskus, Mu’awiyah karena tidak setuju dengan kebijakan-
kebijakan Ali. Perang ini diakhiri dengan Tahkim (Abitrase) yang malah menimbulkan
3 golongan yaitu Khawarij, Syi’ah dan Mu’awiyah. Keadaan yang seperti ini
menyulitkan Ali bin Abi Thalib, karena ada nya golongan Khawarij tentara Ali
semakin lemah dan Mu’awiyah semakin kuat. Ali bin Abi Thalib pun terbunuh oleh
kaum Khawarij pada tanggal 20 Ramadhan 660M/40H.
Kedudukan Ali sebagai Khalifah pun akhirnya diduduki oleh anaknya Hasan
selama beberapa bulan. Namun, Mu’awiyah semakin kuat akhirnya Hasan membuat
perjanjian damai. Perjanjian ini lah yang mendamaikan umat Islam kembali dalam
satu kepemimpinan politik dibawah Mu’awiyah ibn Abi Sufyan.
Oleh karena itu, masa kepemimpinan Abu Bakar hingga Ali bin Abi Thalib
dinamakan dengan masa kepemimpinan Khulafaur Rasyidin. Mereka dipilih melalui
proses musyawarah yang dalam istilahnya adalah demokratis dan pada masa ini
seorang Khalifah tidak pernah bertindak sendiri ketika Negara menghadapi kesulitan
karena mereka selalu bermusyawarah dengan pembesar-pembesar yang lain.
B. Pola Pendidikan Islam Pada Masa Khulafaur Rasyidin.
1. Pola Pendidikan Islam Pada Masa Abu Bakar Ash-Shiddiq (632M – 634M)
Masa awal kekhalifahan Abu Bakar diguncang oleh pemberontakan orang-
orang yang murtad, orang-orang yang mengaku sebagai nabi dan orang-orang yang
enggan membayar zakat. Berdasarkan hal ini Abu Bakar memusatkan perhatiannya
untuk memerangi para pemberontak yang dapat mempengaruhi keimanan umat
Islam yang lemah sehingga beliau mengirim pasukan untuk menumpas para
pemberontak di Yamamah. Dalam penumpasan ini banyak umat Islam yang gugur,
yang terdiri dari para sahabat Rasulullah dan para Hafidz Al-Qur’an. Melihat hal
itu, Umar bin Khatab menyarankan untuk mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur’an
yang kemudian Abu Bakar merealisasikannya dengan mengutus Zaid bin Tsabit
untuk mengumpulkan semua tulisan Al-Qur’an.
6
Pola pendidikan pada masa Abu Bakar masih sama seperti pada masa
Rasulullah, baik dari segi materi maupun lembaga pendidikannya. Dari segi materi
pendidikan Islam terdiri dari pendidikan Tauhid atau keimanan, akhlaq, ibadah,
kesehatan dan lain sebagainya.
Asma Hasan Fahmi mengatakan bahwa Kuttab didirikan oleh orang-orang
Arab pada masa Abu Bakar dan pusat pembelajaran pada masa ini adalah Madinah
sedangkan yang bertindak sebagai tenaga pendidik adalah para sahabat Rasul
terdekat. Menurut Ahmad Syalabi, lembaga untuk belajar membaca dan menulis
disebut Kuttab yang mana kuttab ini merupakan lembaga pendidikan yang dibentuk
setelah masjid.
Dapat kita ketahui dari penjelasan singkat diatas, pola pendidikan Islam pada
masa Abu Bakar masih belum jauh dari pola pendidikan Islam dizaman Nabi, baik
dari segi materi maupun lembaganya dan ada sedikit perkembangan dan
pertumbuhan dengan adanya pengumpulan tulisan-tulisan ayat Al-Qur’an guna
menghindari hilangnya Al-Qur’an tersebut.
2. Pola Pendidikan Islam Pada Masa Umar bin Khatab (634M – 644M)
Abu Bakar memilih Umar bin Khatab sebagai gantinya dengan tujuan
mencegah agar tidak terjadi perselisihan dan perpecahan di kalangan umat Islam
dan pilihan tersebut sangat diterima oleh masyarakatnya. Pada masa Umar bin
Khatab kondisi politik dalam keadaan stabil,usaha perluasan wilayah Islam
memperoleh hasil yang gemilang (sebagaimana yang telah diuraikan pada sub bab
A).
Dengan meluasnya wilayah Islam ini diperlukan pula kehidupan dalam segala
bidang. Untuk memenuhi kebutuhan ini diperlukan manusia yang memiliki
keterampilan dan keahlian sehingga diperlukannya sebuah pendidikan.
Pada masa ini juga, para sahabat yang sangat berpengaruh tidak
diperkenankan keluar daerah kecuali mendapat izin dengan waktu yang terbatas.
Yang mana jika umat Islam hendak belajar Hadits ia perlu pergi ke Madinah.
Sehingga dapat diketahui bahwa pusat penyebaran ilmu pengetahuan dan
pendidikan adalah di kota Madinah.
Kebijakan dalam peluasan wilayah disenalari dengan peluasan pendidikan,
yang mana Umar bin Khatab juga memerintahkan untuk membangun masjid pada
setiap wilayah yang telah dikuasai sebagai tempat ibadah dan pendidikan.
7
Pada masa khalifah Usman bin Affan, pelaksanaan pendidikan tidak jauh dari
masa sebelumnya. Pendidikan dimasa ini hanya melanjutkan apa yang telah ada,
hanya ada sedikit perubahan yang mewarnai pendidikan Islam. Para sahabat yang
berpengaruh dan dekat dengan Rasulullah yang tidak diperbolehkan meninggalkan
Madinah di masa Khalifah Umar, diberikan kelonggaran untuk keluar dan menetap
didaerah-daerah yang mereka sukai. Kebijakan ini sangat berpengaruh besar bagi
pelaksanaan pendidikan didaerah-daerah.
Pola pendidikan pada masa Usman bin Affan lebih mudah dijangkau oleh
peserta didik yang ingin menuntut dan belajar Islam dari segi pusat pendidikan juga
lebih banyak, sebab pada masa ini para sahabat bisa memilih tempat yang mereka
inginkan untuk memberikan pendidikan kepada masyarakat.
Khalifah Usman bin Affan sudah merasa cukup dengan pendidikan yang
sudah berjalan, namun begitu ada satu usaha cemerlang yang terjadi pada masa ini
yang berpengaruh kepada pendidikan Islam di masa ini yaitu mengumpulkan
tulisan ayat-ayat Al-Qur’an. Penyalinan ini terjadi karena adanya perselisihan
dalam bacaan Al-Qur’an. Berdasarkan hal ini Khalifah Usman bin Affan
memerintahkan kepada Zaid ibn Tsabit, Abdullah ibn Zubair, Zaid ibn Ash,dan
Abdurrahman ibn Harits untuk penyalinan tersebut. Al-Qur’an diturunkan dengan
lisan Quraisy sehingga jika terjadi perselisihan dalam bacaannya, maka mereka
berpedoman kepada dialek suku Quraisy.
Tugas mendidik dan mengajar umat muslim pada masa ini iserahkan kepada
umat itu sendiri, artinya pemerintah tidak mengangkat guru-guru yang demikian
para pendidik sendiri lah yang melaksanakan tugasnya dengan hanya
mengharapkan ridho Allah SWT.
Oleh dari itu, perkembangan pendidikan dimasa kepemimpinan Usman bin
Affan telah berkembang dari sebelumnya. Urusan pembagian proses pendidikan
sepenuhnya diserahkan oleh masyarakat tanpa adanya aturan dari pemerintah
sebagaimana di masa Umar bin Khatab.
4. Pola Pendidikan Islam Pada Masa Ali bin Abi Thalib (656M – 661M)
Ali bin Abi Thalib adalah Khalifah ke-4 setelah Usman bin Affan. Pada
pemerintahannya sudah diguncang peperangan dengan Aisyah beserta Thalah dan
Abdullah ibn Zubair karena kesalahpahaman dalam menyikapi pembunuhan
Usman bin Affan. Setelah mengatasi pemberontakan dengan Aisyah, muncul
9
Islam yang langsung diwahyukan oleh Allah kepada Rasulullah, sehingga para sahabat
diamanahkan untuk menjaganya dengan cara mengumpulkan dan menghafalkan Al-
Qur’an.
D. Lembaga dan Pusat Pendidikan Pada Masa Khulafaur Rasyidin
Sebagaimana yang telah dijelaskan, bahwa peluasan daerah kekuasaan dibarengi
dengan usaha penyampaian ajaran Islam kepada penduduknya oleh para sahabat, baik
yang ikut sebagai anggota pasukan maupun yang kemudian dikirim oleh khalifah
dengan tugas khusus mengajar dan mendidik. Maka di luar Madinah, pusat-pusat
wilayah yang baru dikuasai berdirilah pusat-pusat pendidikan dibawah pengurusan
para sahabat yang kemudian dikembangkan oleh para penggantinya (tabi’in) dan
seterusnya.
Adapun lembaga-lembaga yang terkenal pada masa Khulafaur Rasyidin adalah:
1. Madrasah Mekkah
Guru pertama yang mengajar di Mekkah adalah Mu’adz ibn Jabal. Beliaulah
yang mengajarkan Al-Qur’an, hukum halal dan haram dalam Islam / hukum Fiqih.
2. Madrasah Madinah
Madrasah Madinah ini lebih termasyhur karena disanalah tempat para sahabat
Nabi tinggal. Diantaranya nama sahabat yang mengajar di madrasah ini ialah Umar
bin Khatab, Ali bin Abi Thalib, Zaid ibn Tsabit, Abdullah ibn Umar, Zaid ibn
Tsabit merupakan ahli Qira’at dan Fiqh dan beliaulah yang mendapat tugas untuk
memimpin penulisan kembali Al-Qur’an baik dizaman Abu Bakar maupun Usman
bin Affan. Sedangkan Abdullah ibn Umar adalah seorang ahli Hadits, beliau
dianggap pelopor madzhab ahli hadits yang berkembang pada masa-masa
berikutnya.
3. Madrasah Basrah
Ulama sahabat yang terkenal di Basrah ialah Abu Musa Al-Asy’ari dan Anas
bin Malik. Abu Musa Al-Asy’ari terkenal sebagai ahli Fiqih, Hadits dan Ilmu Al-
Qur’an sedangkan Anas bin Malik termasyhur dalam ilmu Hadits.
4. Madrasah Kuffah
Sahabat yang tinggal di Kuffah ini ialah Ali bin Abi Thalib dan Abdullah ibn
Mas’ud. Ali bin Abi Thalib mengurus masalah politik dan urusan pemerintahan
sedangkan Abdullah ibn Mas’ud sebagai guru agama. Abdullah diutus resmi oleh
Khalifah Umar untuk menjadi guru agama di Kuffah. Beliau adalah seorang ahli
Tafsir, Fiqih dan banyak meriwayatkan Hadits-Hadits Nabi.
11
5. Madrasah Damsyiq
Setelah negeri Syam (Syria) menjadi bagian Negara Islam penduduknya
banyak memeluk agama Islam, maka khalifah Umar bin Khatab mengirimkan 3
orang guru agama ke negeri tersebut yaitu Mu’adz ibn Jabal, Ubadah dan Abu
Darda’. Ketiga sahabat ini mengajar di Syam pada tempat-tempat yang berbeda,
Mu’adz ibn Jabal di Palestina, Ubadah di Hims dan Abu Darda’ di Damsyiq.
6. Madrasah Mesir (Fistat)
Sahabat yang mula-mula mendirikan madrasah dan menjadi guru di Mesir
adalah Abdullah bin Amr bin al-Ash. Ia adalah seorang ahli Hadits. tidak hanya
menghafal hadits yang didengarnya dari Nabi Muhammad SAW melainkan juga
menulisnya dalm catatan sehingga ia tidak lupa atau khilaf dalam meriwayatkan
hadits kepada murid-muridnya.
BAB III
PENUTUPAN
A. Simpulan
Pendidikan Islam pada masa Abu Bakar masih belum jauh dari pola pendidikan
Islam dizaman Nabi, baik dari segi materi maupun lembaganya dan ada sedikit
perkembangan dan pertumbuhan dengan adanya pengumpulan tulisan-tulisan ayat Al-
Qur’an guna menghindari hilangnya Al-Qur’an tersebut. Lalu sebelum Abu Bakar
wafat beliau menunjuk Umar bin Khatab sebagai penggantinya dengan tujuan agar
tidak terjadi perselisihan dan perpecahan dikalang umat muslim.
Pada masa Khalifah Umar bin Khatab, pendidikan sudah lebih maju sebab
selama Umar memerintah Negara berada dalam keadaan yang stabil dan aman,
disamping itu ditetapkannya masjid sebagi pusat pendidikan dan dibentuknya pusat-
pusat pendidikan di berbagai kota dengan materi yang dikembangkan baik dari segi
ilmu bahasa, menulis dan pokok-pokok ilmu lainnya. Pendidikan juga dikelola
dibawah pengaturan gubernur yang berkuasa saat itu. Lalu untuk menemukan
penggantinya, Umar menunjuk 6 orang sahabat yang mana terpilihlah Usman bin
Affan sebagai Khalifah setelah Umar bin Khatab wafat.
Pendidikan Islam dimasa Usman bin Affan tidak terlalu banyak terjadi
perkembangan. Usman bin Affan hanya meneruskan apa yang telah dijalankan pada
masa Umar bin Khatab namun mengubah urusan pendidikan yang awalnya diatur oleh
gubernur menjadi urusan yang diserahkan sepenuhnya kepada rakyatnya. Ditahun
655M Usman terbunuh oleh pemberontak yang kemudian di ganti oleh Ali bin Abi
Thalib.
Masa kepemimpinan Ali bin Abi Thali merupakan masa pergolakan politik yang
tidak stabil. Karena hal ini, Ali bin Abi Thalib tidak sempat lagi memikirkan masalah
pendidikan sebab keseluruhan perhatiannya hanya kepada masalah keamanan dan
kedamaian masyarakat nya. Yang demikian pendidikan Islam dizaman Khulafaur
Rasyidin ini tidak terlalu jauh berbeda dengan masa Nabi Muhammad SAW, hanya
saja terdapat kemajuan yang sangat baik disegi pengajaran Al-Qur’an dan peluasan
pusat-pusat pendidikan Islam karena adanya peluasan wilayah kekuasaan Islam.
Adapun materi-materi yang diajarkan pada masa Khulafaur Rasyidin ini tidak
jauh berbeda dengan materi pendidikan yang ada pada masa Rasulullah, yakni
pendidikan Tauhid, Fiqih dan pengajaran Al-Qur’an. Namun terdapat perkembangan
12
13
dalam aspek penulisan Al-Qur’an dan perawiyan Hadits setelah Rasul wafat, yang
mana fokusnya tetap pada pengajaran terhadap Al-Qur’an disegi baca, tulis dan
menghafal. Hal ini dilakukan karena Al-Qur’an merupakan sumber pokok dari ajaran
Islam yang langsung diwahyukan oleh Allah kepada Rasulullah, sehingga para sahabat
diamanahkan untuk menjaganya dengan cara mengumpulkan dan menghafalkan Al-
Qur’an.
Dalam metode pendidikannya, di masa Khulafaur Rasyidin ini menggunakan
sistem mengajar dengan murid melingkari guru yang duduk dihalaman masjid sebagai
lembaga pendidikan dimasa itu. Pusat-pusat pendidikan pada masa Khulafaur
Rasyidin meliputi: 1) Mekkah, Madinah , Basrah, Kuffah, Damsyiq dan Mesir.
B. Saran
Penulis menyarankan agar beberapa hal terkait penerapan ilmu dan informasi
yang dibahas dalam makalah serta dalam penyusunannya, yaitu:
1. Kepada pembaca agar dapat mengambil pandangan lebih luas mengenai
pentingnya sebuah sejarah pendidikan Islam dalam kemajuan pendidikan Islam
dimasa sekarang.
2. Kepada para institusi pemerintahan terutama dalam kepada Kementrian
Pendidikan, untuk dapat lebih jeli lagi mengawasi serta memajukan system
pendidikan di Indonesia terutama pendidikan agama Islam.
DAFTAR PUSTAKA
Yatim, Badri. 2018. Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II. Jakarta: Rajawali
Pres.
Supriyadi, Dedi. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Setia.
Shafwan, Muhammad Hambal. 2014. Intisari Sejarah Pendidikan Islam. Solo: Pustaka
Arafah.
Nizar, Samsul. 2007. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Prenadamedia Group.
Syalabi, Ahmad. 2000. Sejarah Kebudayaan Islam. Jakarta: Al-Husna Zikra.
14