Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

SEJARAH PERADABAN PENDIDIKAN ISLAM DINASTI


SAFAWI DI PERSIA
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Peradaban dan Pemikiran
Pendidikan Islam

Dosen Pengampu :
Dr. Rasyid Ridho, M.Ag.

Disusun Oleh :
Muhammad Nurul Hakim
NIM/NIRM:
20.1.02.T3.0095/020.11.II.1910

PASCASARJANA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM SYAMSUL ‘ULUM
GUNUNGPUYUH SUKABUMI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
1442 H / 2021 M
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam.
Atas izin dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu.
Tak lupa pula penulis haturkan shalawat serta salam kepada junjungan Rasulullah
Nabi Muhammad Saw.. Semoga syafaatnya mengalir pada kita di hari akhirat
kelak.
Penulisan makalah yang berjudul sejarah peradaban pendidikan Islam
Dinasti Safawi di Persia bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah
Peradaban dan Pemikiran Pendidikan Islam. Pada makalah diuraikan sejarah
peradaban pendidikan Islam Dinasti Safawi di Persia.
Selama proses penyusunan makalah, penulis mendapatkan bantuan dan
bimbingan dari beberapa pihak. Oleh karena itu, penulis berterima kasih kepada
pihak-pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Besar
harapan penulis agar pembaca berkenan memberikan umpan balik berupa kritik
dan saran. Semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi berbagai pihak.
Aamiin.
Akhirul kalam. Wallahul muwaffiq ila aqwamith thoriq.
Wassalamualaikum wr.wb
Sukabumi, 20 Juni 2021
Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGATAR.................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................. ii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah...................................................................... 2
C. Tujuan ....................................................................................... 2
II. METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 3
A. Metode Penelitian ....................................................................... 3
III. PEMBAHASAN
A. Proses lahirnya Dinasti Safawi ................................................... 4
B. Perkembangan Peradaban Pendidikan Islam Pada Dinasti
Safawi ............................................................................................. 8
C. Proses Kemunduran Sampai Runtuhnya Dinasti Safawi ............. 12
IV. PENUTUP
A. Simpulan ................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ iii

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab, beliau meneruskan ekspansi


kebeberapa wilayah sebagai penerus perjuangan khalifah Abu Bakar Ash-
Shiddiq. Salah satu wilayah tersebut adalah kota Iraq yang merupakan salah
satu kota di Persia. Khalifah Umar bin Khattab mengutus sahabat Saad bin Abi
Waqash untuk memimpin ekspansi ke wilayah tersebut.1 Ketika khalifah Umar
bin Khattab mengutus Saad bin Abi Waqash, Persia sedang dikuasai oleh
kerajaan Sassanid yang beragama Zoroaster.

Pada saat itu, terjadi peperangan antara tentara Muslim dan tentara
Kerajaan Sassanid. Salah satunya adalah perang yang bernama perang
Qadisiah. Perang Qadisiah dimenangkan oleh tentara Muslim pada tahun 637
M dan menjadi penentu nasib masa depan Persia. Kemenangan yang diraih di
wilayah itu membuka jalan bagi gerak maju tentara Muslim kedaratan Eufrat
dan Tigris. Sehingga, Ibu kota Persia, Ctesiphon (Madain) yang letaknya di
tepi sungai Tigris pada tahun itu juga dapat dikuasai. 2 Maka, pada saat itu
Persia jatuh ke tangan Islam.

Pada periode berikutnya, yakni setelah zaman Khulafaur Rasyidin dan


Dinasti Umayyah, perkembangan peradaban di Persia diteruskan oleh
Kekhalifahan Abbasiyyah, yang mengambil alih kekhilafahan Islam dari
Dinasti Umayyah. Setelah diruntuhkan oleh Dinasti Abbasiyah pada tahun 127
H/ 744 M pada perang al-Zab.

Setelah Dinasti Abbasiyah diruntuhkan oleh Kerajaan Mongolia, maka


pada abad ke 15 muncul kekuasaan baru di Persia. Yaitu Dinasti Safawi.
Banyak sekali peninggalan peradaban dan pendidikan pad Dinasti Safawi. Oleh

1
Elfa Tsuroyya, Buku Siswa Sejarah Kebudayaan Islam Kelas X, (Jakarta: Kemenag,
2019), h. 65.
2
Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Amzah, 2010), h. 102.

1
karena itu, disini akan dipaparkan mengenai seluk beluk peradaban pendidikan
yang muncul pada masa Dinasti Safawi.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses lahirnya Dinasti Safawi ?
2. Bagaimana perkembangan peradaban pendidikan Islam pada Dinasti Safawi
?
3. Bagaimana proses kemunduran sampai runtuhnya Dinasti Safawi ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui proses lahirnya Dinasti Safawi.
2. Untuk mengetahui perkembangan peradaban pendidikan Islam pada Dinasti
Safawi.
3. Untuk mengetahui proses hancurnya Dinasti Safawi.

2
BAB II
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian

Metode penelitian ini adalah menggunakan metode penelitian kepustakaan


dengan sumber data berasal dari buku, website dan jurnal. Metode kepustakaan
adalah metode penelitian kualitatif, bekerja pada tataran analitik dan bersifat
perspectif emic, yakni memperoleh data bukan berdasarkan pada persepsi
peneliti, tetapi berdasarkan fakta-fakta konseptual maupun fakta teoritis. 3
Adapun jenis penelitian kepustakaan ini adalah jenis penelitian kepustakaan
kajian sejarah dan analisis buku teks.

3
Amir Hamzah, Metode Penelitian Kepustakaan, (Malang: Literasi Nusantara, 2019), h.
13.

3
BAB III
PEMBAHASAN
A. Proses Lahirnya Dinasti Safawi

Pada waktu Dinasti Turki Utsmani sedang dalam masa puncaknya di


kawasan Anatolia, Eropa Timur dan sekitarnya, di kawasan Persia dan
sekitarnya barulah berdiri sebuah dinasti bernama Dinasti Safawi
menggantikan Dinasti Abbasiyah. Dinasti Safawi (atau Daulah Safawi)
berasal dari sebuah gerakan thariqah yang berdiri di Ardabil, sebuah kota di
Azerbaijan, Iran. 4 Jadi, yang menjadi cikal bakal berdirinya Dinasti Safawi
adalah Thariqah Safawi.

Thariqah Safawi ini sesuai namanya didirikan oleh Safi al-Din (1252-
1334), nama tersebut terus dipertahankan sampai thariqah ini berubah
menjadi gerakan politik.5 Awal mula didirikan Thariqah Safawi ini adalah
untuk meluruskan orang-orang yang ingkar dan pada akhirnya memerangi
orang yang keluar dari rambu-rambu syari’ah. Thariqah ini menjadi semakin
penting setelah ia berubah bentuk dari pengajian tasawuf murni yang bersifat
local menjadi gerakan keagamaan yang besar pengaruhnya di Persia, Syiria
dan Anatolia.6

Pendiri Thariqah Safawi, Shafi al-Din merupakan seorang yang kaya dan
memilih sufi sebagai jalan kehidupannya. Shafi al-Din ini adalah keturunan
dari Imam Syi’ah yang keenam bernama Musa Al-Kazhim. Gurunya bernama
Syekh Taju al-Din Ibrahim Zahiri (1216-1301 M) yang masyhur dengan
nama panggilan bernama Zahid al-Gilani. Karena prestasi Safi al-Din dalam

4
Syamruddin Nasution, Sejarah Peradaban Islam, (Pekanbaru: Yayasan Pusaka Riau,
2013), h. 299.
5
Ibid.
6
Moh. Sulaiman, Buku Siswa Sejarah Kebudayaan Islam Kelas XI, (Jakarta: Kemenag,
2019), h. 73.

4
menekuni kehidupan Tasawwuf, maka Safi al-Din dijadikan menantu oleh
gurunya tersebut.7

Di negeri-negeri di luar Ardabil, Shafi al-Din menempatkan seorang


wakil untuk memimpin murid-muridnya. Wakil tersebut diberi gelar khalifah.
Dinasti ini mengatakan Syi’ah sebagai madzhab negara. 8

Gerakan Thariqah Safawi masih murni gerakan thariqah pada tahun


1301- 1447 M. Thariqah ini mempunyai jamaah yang banyak, hal ini karena
pada saat itu mereka umumnya hidup pada suasana apatis dan pasrah terhadap
anarkisme politik yang berkecamuk. Oleh karena itu, mereka lebih memilih
kehidupan keagamaan lewat tasawuf. Dan akhirnya mereka memiliki jalinan
persaudaraan antara sesama penganut Thariqah Safawi.9

Menurut Hasan Mu’nis dalam bukunya Alam al-Islam menyatakan


bahwa dalam thariqah Safawi ini, apabila terjadi pergantian pemimpin maka
dilakukan dengan sistem penunjukan langsung, yaitu apabila seorang ayah
wafat, pimpinan thariqah yang dipimpinnya diambil alih oleh putranya. Hal
ini menjadi tradisi turun temurun dalam tubuh thariqah. Setelah Safi al-Din
wafat, ia digantikan oleh putranya Sadr al-Din (1334-1339 M) lalu Khawaja
Ali (1399-1427 M), lalu Ibrahim (1427-1447 M).10

Kefanatikan jamaah terhadap ajaran-ajaran Thariqah Safawi semakin


mendalam dalam perkembangan berikutnya. Karena adanya i’tikad yang kuat
dari jamaah Thariqah Safawi untuk mendirikan sebuah kekuasaan tersendiri
dan karena adanya sikap fanatik terhadap ajaran mereka yang menimbulkan
keinginan di kalangan ajaran tersebut untuk berkuasa. Oleh karena itu, lama
kelamaan murid-murid Thariqah Safawi berubah menjadi tentara yang teratur,

7
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, (Jakarta: Rajawali Pers,
2017), h. 138.
8
Samsul Munir Amin, op. cit., h. 188.
9
Seri Muliyani, “Sejarah Peradaban Islam Dinasti Safawi Di Persia”, Al- Manba, Jurnal
STAI Al-Ma’arif Buntok Vol. VII - No.13 Januari-Juni 2018, h. 93.
10
Harjoni Desky, “Kerajaan Safawi Di Persia dan Mughal di India Asal Usul, Kemajuan
dan Kehancuran” , Tasamuh: Jurnal Studi Islam Volume 8, Nomor 1, April 2016, h. 125.

5
fanatik dalam kepercayaan dan menentang setiap orang yang bermadzhab
selain Syi’ah.11

Kecenderungan memasuki dunia politik secara konkret tampak pada


masa kepemimpinan Junaid (1447-1460 M). Memasuki dunia perpolitikan ini
akhirnya menimbulkan konflik antara penguasa Kara Koyunlu (domba
hitam), salah satu bangsa turki yang berkuasa di wilayah itu. Dalam konfik
itu, Junaid mengalami kekalahan, sehingga Junaid diasingkan ke suatu tempat
yang mana Junaid pun di tempat itu mendapat perlindungan dari Ak. Koyunlu
(domba putih), yang juga masih bangsa Turki. 12

Setelah masa Junaid, kepemimpinan diambil oleh Haidar yang


merupakan anak dari Junaid pada tahun 1470 M. 13 Haidar berhasil
mempererat hubungan dengan aliansi ayahandanya yaitu Uzun Hasan, dengan
cara mengawini salah seorang putri Uzun Hasan. Perkawinan antara Haidar
dengan putri Uzun Hasan ini kelak akan melahirkan keturunan yang
mendirikan Dinasti Safawi bernama Ismail.

Menurut Karl Brockelman, dalam buku berjudul Tarikh al-Syu’ub al-


Islamiyah menyatakan bahwa pada masa pemerintahan Haidar, ia
melanjutkan persekutuan ayahnya dengan AK. Koyunlu untuk melawan Kara
Koyunlu. Dan Ia berhasil mengalahkan Kara Koyunlu. Akan tetapi
persekutuannya dengan AK. Koyunlu berantakan dan berakhir bahkan sampai
bermusuhan. AK. Koyunlu menganggap Safawi sebagai rival politiknya
dalam meraih kekuasaan. Oleh karena itu AK. Koyunlu berusaha
melenyapkan kekuatan militer dan kekuasaan Safawi. Dan pada tahun 1488,
ketika pasukan Haidar menyerang wilayah Sircasia dan pasukan AK.
Koyunlu memberikan bantuan militer kepada pasukan Syirwan, sehingga

11
Ibid., h. 188.
12
Samsul Munir Amin, loc. cit.
13
Ibid.

6
pasukan Haidar kalah dan Haidar sendiri terbunuh dalam pertempuran
tersebut.14

Kekalahan dan kematian Haidar, tidak membuat pasukannya putus asa.


Mereka berkumpul di Ardabil dan membaiat Ali, putra sulung Haidar,
sebagai pemimpin mereka. Akan tetapi, karena ketidak senangan AK.
Koyunlu, dibawah kepemimpinan Ya’kub, Ali beserta ibu dan kedua adiknya
ditangkap dan dipenjarakan selama 4,5 tahun (1489-1493 M). Pada tahun
1493 M, mereka dibebaskan dengan syarat Ali harus membantu Rustam,
putra mahkota AK. Koyunlu untuk menyingkirkan rival politiknya
(sepupunya sendiri) dalam menduduki tahta kekuasaan. Setelah itu Ali
kembali ke Ardabil. Karena khawatir akan pengaruh Ali semakin meluas.
Rustam menyerang Ali (1494) dan dalam serangan tersebut Ali terbunuh. 15

Menurut Bosworth dalam Buku Dinasti-dinasti Islam dikatakan bahwa


kekuatan gerakan Safawi bangkit kembali setelah dipimpin oleh Ismail bin
Haidar (1501-1524 M), yang sebelumnya ditunjuk oleh Ali. 16 Dan menurut
K. Ali dalam buku Study Of Islamic History dikatakan bahwa pada saat
tentara AK. Koyunlu menyerang Safawi (1494), Ismail meloloskan dirinya
dan lari ke Ghilan. Ditempat persembunyiannya ia menghimpun kekuatan dan
memelihara hubungan baik dengan para pengikutnya di Azerbijan, Syria dan
Anatolia selama lima tahun ia bersiap siaga dengan pasukan Qizilbasy nya
yang bermarkas di Gilan. Pada tahun 1501, pasukannya berhasil mengalahkan
pasukan AK. Koyunlu, dengan menaklukkan Tybriz, pusat kekuasaan AK.
Koyunlu. Di kota inilah Ismail memproklamirkan dirinya sebagai Syah Ismail
I, penguasa I kerajaan Safawi. Dan sepuluh tahun kemudian, kerajaan Safawi
menguasai seluruh Persia. 17 Dengan demikian semakin tegaklah Dinasti
Safawi dengan sistem pemerintahan teokrasinya, dan menjadikan Syi’ah Itsna
Asyariah sebagai mazhab resmi Negara.

14
Harjoni Desky, loc. cit.
15 Ibid.
16 Ibid.
17 Ibid.

7
Adapun para pemimpin Thariqah Safawi (sebelum menjadi Dinasti
Safawi) adalah sebagai berikut:

1. Syekh Safiuddin Ardabili ( w. 1334 M),


2. Sadruddin Musa (w. 1391 M),
3. Khwaja Ali (w. 1429 M),
4. Ibrahim, Junaid (w. 1460 M)
5. Haidar (w. 1488 M)
6. Ali (w. 1501)

Sesudah menjadi Dinasti, kekuasaan berturut-turut dipimpin oleh:

1. Isma'il I (1501-1524 M),


2. Tahmasb I (1524-1576 M),
3. Isma'il II (1576-1577 M),
4. Muhammad Khudabanda (1577-1587 M),
5. Abbas I (1587-1628 M),
6. Safi Mirza (1628-1642 M),
7. Abbas II (1642-1667 M),
8. Sulaiman (1667-1694 M),
9. Husein I (1694-1722 M),
10. Tahmasb II (1722-1732 M),
11. Abbas III (1732-1736 M).
B. Perkembangan Peradaban Pendidikan Islam Pada Dinasti Safawi

Dinasti Safawi menjadi salah satu kerajaan Islam yang banyak


menghasilkan para ilmuwan dan arsitek yang mempunyai pengaruh besar dari
karya-karya yang berhasil diciptakan. Sehingga, karya-karya tersebut berhasil
menjelma menjadi monumen-monumen penting dalam perjalanan Dinasti
Safawi.

Ilmu pengetahuan yang berkembang pada masa ini khusus pada bidang
pemikiran Teosofi dan filsafat, bukan ilmu pengetahuan dalam pengertian
sains secara umum. Pemikiran teosofis dan filsuf tersebut lebih ditujukan

8
sebagai penyatuan antara sufisme Ghnostik dengan beberapa kepercayaan
Syi’ah. Proses penyatuan tersebut berlangsung dalam rentang abad 16 dan 17
tersebut.18

Menurut Sulistiyowati Gandariah Afkari menyatakan mengenai hal di


atas bahwa hal itu dapat dipahami manakala Syah Ismail pada mula
pembentukan dinastinya, yang menjadikan teologi Syi'ah sebagai teologi
Negara. Dengan demikian pembangunan pusat-pusat pendidikan yang
dilakukan tentu juga dalam tujuan yang sama, yakni pendidikan yang
diarahkan sebagai penguatan akidah dan desiminasi Syi’ah khususnya Syi’ah
dua belas.

Hal itu disadari oleh Sultan Pertama Dinasti Safawi bernama Ismail. Dia
menyadari bahwa pengikut alirannya merupakan golongan minoritas di
lingkup wilayah daulah Islamiyah, Dia tidak segan-segan untuk
mendatangkan (mengimpor) para sarjana dan ulama yang akan berperan
sebagai guru/pendidik sekaligus propagandis dan penanam credo Syi’ah dua
belas. Mereka dari wilayah-wilayah Syi’ah dari bagian selatan Lebanon,
Ulama Syiah dari Syria, Bahrain, dan Arabia Utara. Untuk melengkapi
system pendidikan Syi’ah dua belas ini , maka buku-buku referensi sebagai
kurikulum sekolah juga dimpor dari berbagai daerah tersebut. Lengkaplah
system pendidikan pada masa dinasti Safawi ini sebagai prototype system
pendidikan Syi’ah. 19

Pada zaman Sultan Abbas I, yang menjadi periode majunya Dinasti


Safawi, mulai bermunculan ilmuwan berkembangnya kebudayaan dan ilmu
pengetahuan. Di antara ilmuan yang terkenal adalah Muhammad Baqir ibn
Muhammad Damad, seorang ahli filsafat dan ilmu pasti. Sultan sendiri ikut
dan terlibat dalam penelitian-penelitian ilmu ini. Selain itu dikembangkan

18
Sulistiyowati Gandariah Afkari, “Dinamika Pertumbuhan Pendidikan Islam Periode
Pertengahan (Setelah Jatuhnya Baghdad, Kerajaan Mughal Di India, Kerajaan Safawi Di Persia,
Dan Kerajaan Usmani Di Turki)”, Tanjak: Journal of Education and Teaching Volume 1 Nomor 1,
2020, h. 81.
19
Suwito & Fauzan, Sejarah Sosial Pendidikan Islam, (Jakarta: Prenada Media, 2005), h.
141-142.

9
pula ilmu pengetahuan agama terutama ilmu fikih, karena menurut anggapan
kaum Syi'ah pintu ijtihad tidak pernah tertutup, mujtahid tidak terputus
selamanya. Diantara ulama yang ternama adalah Bahau ad-Din al-Amily, dan
seorang filosof Shadr al-Din asy-Syirozi. Kota Qumm dijadikan pusat
kebudayaan dan penyelidikan mazhab syiah serbesar.20

Adapun dalam lembaga pendidikan Dinasti Safawi, sejarah mencatat


bahwa sekolah dan lembaga pendidikan pada Dinasti ini, sebagian besar
didirikan atas inisiatif kerabat kerajaan, dan sebagian lainnya didirikan oleh
para hartawan atau orang kaya, yang dikenal dengan sebutan madrasah 21.
Diantara lembaga pendidikan pada zaman Dinasti Safawi ini adalah sebagai
berikut:22

a. Sekolah nenek kecil (small grandmother)yang didirikan pada tahun


1645-1946 oleh Dilaram Khanum ( nenek dari Syah Abbas II).
b. Sekolah nenek besar (large grandmother) pada tahun 1647-1648.
c. Madrasah yang didirikan oleh putri Syah Syafi yang bernama
Maryam Begum pada tahun 1703-1704 M.
d. Madrasah bagi para pangeraan yang berdiri pada tahun 1694-1722
Moleh adik perempuan Syah Husein, bernama Shar Banu.
e. Madrasah yang didirikan oleh Qum hartawan Mirza Khan, bernama
Mirza Husein pada tahun 1687-1688 M.
f. Madrasah yang bernama Nim Avard pada tahun 1705-1706 M,
didirikan oleh fisikawan, yaitu Zinat Begum.
g. Madrasah yang pertama kali di Iran (Persia) yaitu yang didirikan
oleh Ali Karakhi (1465-1534).23
h. Sekolah Seni lukis Timuriyah di Tibriz (1510).24

20
Sunanto, Sejarah Islam Klasik, (Jakarta: Prenada Media, 2003), h. 257-258.
21
Abuddin Nata, Sejarah Sosial Intelektual Islam, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,
2012), h. 204
22
Abudin Nata, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011),
h. 216.
23
Siti Maryam, dkk, Sejarah Peradaban Islam Dari Masa Klasik Hingga Modern,
(Yogyakarta: Lesfi, 2012), h. 287.
24
Ibid., h. 288.

10
i. Sekolah Chahar Bagh di Isfahan, yang bangunannya merupakan
sebuah karya agung seni Islam.25
j. Sekolah Khan di Shiraj (Iran Tenggara) yang terkenal tokoh
pengajarnya yaitu Mulla Sadra.26

Selain madrasah, pengembangan pendidikan juga dapat dilihat dari


pembangunan filsafat yang terus berlanjut hingga zaman modernserta puisi
yang mendapatkan ruang terbuka.27 Sisa-sisa pembangunan ilmu pengetahuan
dan peradaban dinasti Safawi dapat dijumpai di berbagai kota di Iran. Di kota
Qum terdapat perguruan tinggi dalam bentuk sekolah tinggi, institut,
uneversitas, tempat-tempat penelitian dan kajian ilmiah, selain itu juga
terdapat perpustakaan yang menyimpan berbagai karya karya penelitian
ilmiah serta manuskrip yang terus diteliti dan dikembangkan. Demikian juga
di kota Mahshhad terdapat masjid besar yang mengelilingi makam Ali Ridha
(Iman ke 7 Syi’ah Imam Asy’ariyah) dan perpustakaan besar yang
menyimpan karya ilmiah sekitar 1 juta buku. Seluruh buku tersebut dibuatkan
mikrofilmnya dan dikubur di bawah tanah. 28

Pendidikan masa kerajaan Safawi lebih ditekankan pendidikan dalam


keagamaan terutama ilmu fiqih 29 agar ilmu keagamaan bangkit. Usaha ini
terlihat dengan dibangunnya lembaga pendidikan syiah, yaitu sekolah teologi
dan mengundang para ulama dari berbagai penjuru negeri sebagai tenaga
pendidik.30 Hal ini juga dapat dilihat dari upaya yang dilakukan oleh sarjana
muslim yang sebagian besar untuk melahirkan pemikiran keagamaan yang
secara umum diarahkan untuk mendukung paham syiah. Sedangkan materi-
materi yang diberikan dalam pendidikan di masa ini tidak ada keterangan

25
M. Abdul Karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, (Yogyakarta: Bagaskara,
2011), h. 308.
26
Ibid., h. 309.
27
M. Abdul Karim, loc. cit.
28
Naili Fauziah Lutfiani dan Muhammad Alfiyan, “Sejarah Pendidikan Islam Pada Masa
Dinasti Safawi dan Rekontruksinya dalam Pendidikan Islam di Indonesia” Makalah Sarjana Studi
Pendidikan Islam, (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2014), h. 13.
29
Abd. Rahim Yunus dan Abu Haif, Sejarah Islam Pertengahan, (Yogyakarta: Penerbit
Ombak, 2013), h. 250
30
Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung : Pustaka Setia ,2008), h. 255.

11
yang jelas, namun dapat diketahui dari fokus keilmuan yang ada, yaitu materi
keislaman, sejarah, filsafat, teologi, fiqih, dan materi yang menjadi tujuan
utama adalah penanaman paham syiah. Pemikiran teosofi dan filsafat lebih
ditujukan sebagai penyatuan antara sufisme dan beberapa kepercayaan
syi’ah. 31

C. Proses Kemunduran Sampai Runtuhnya Dinasti Safawi

Seabad setelah ditinggal wafat oleh Sultan Abbas I, Dinasti Safawi ini
mengalami kehancuran. Faktor-faktor yang menyebabkan berakhirnya Dinasti
Safawi adalah sebagai berikut:

1. Menurut M. Holt dalam jurnal Seri Mulyani dikatakan bahwa salah


satu faktor runtuhnya Dinasti Safawi adalah terjadinya pertikaian
panjang dengan Dinasti Utsmani. Hal ini disebabkan oleh perbedaan
mazhab antar kedua kerajaan. Bagi Dinasti Utsmani, berdirinya
Dinasti Safawi yang beraliran Syi’ah merupakan ancaman langsung
terhadap wilayah kekuasaannya. Konflik antara kedua kerajaan
tersebut berlangsung lama, meskipun konflik itu pernah berhenti
sejenak ketika tercapai perdamaian antara keduanya pada masa
Sultab Abbas I,namun tak lama kemudian Abbas meneruskan
konflik tersebut, dan setelah itu dapat dikatakan tidak ada lagi
perdamaian antara kedua dinasti besar Islam itu. 32
2. Terjadinya dekadensi moral yang melanda sebagian pemimpin
Dinasti Safawi, yang juga ikut mempercepat proses kehancuran
Dinasti ini. Khalifah Sulaiman yang pecandu narkotik dan
menyenangi kehidupan malam selama hampir tujuh tahun tidak
menyempatkan diri menangani pemerintahan.33
3. Pasukan Ghulam (budak-budak) yang dibentuk Abbas I ternyata
tidak memiliki semangat juang yang tinggi seperti semangat

31
Naili Fauziah Lutfiani dan Muhammad Alfiyan, op. cit., h. 15.
32
Seri Mulyani, op. cit., h. 100.
33
Moh. Sulaiman, op. cit., h. 79.

12
Qizilbash. Hal ini dikarenakan mereka tidak memiliki ketahanan
mental karena tidak dipersiapkan secara terlatih dan tidak memiliki
bekal rohani. Kemerosotan aspek kemiliteran ini sangat besar
pengaruhnya terhadap runtuhnya ketahanan dan pertahanan Dinasti
Safawi. 34
4. Seringnya terjadi konflik intern dalam bentuk perebutan kekuasaan
di kalangan keluarga istana.35

34
Ibid.
35
Badri Yatim, op. cit. h. 141.

13
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
1. Dinasti Safawi berawal dari sebuah gerakan thariqah bernama Thariqah
Safawiyah yang dididirikan oleh Safi al-Din (1252-1334) yang bertujuan
untuk meluruskan orang-orang yang ingkar dan pada akhirnya
memerangi orang yang keluar dari rambu-rambu syari’ah. Kefanatikan
jamaah terhadap ajaran-ajaran Thariqah Safawi semakin mendalam.
Sehingga, lama kelamaan murid-murid Thariqah Safawi berubah menjadi
tentara yang teratur, fanatik dalam kepercayaan dan menentang setiap
orang yang bermadzhab selain Syi’ah.
2. Pendidikan pada masa Dinasti Safawi terlihat pada ilmu pengetahuan
yang berkembang khusus pada bidang pemikiran Teosofi dan filsafat.
Pemikiran teosofis dan filsuf tersebut lebih ditujukan sebagai penyatuan
antara sufisme Ghnostik dengan beberapa kepercayaan Syi’ah. Beberapa
ulama yang muncul pada masa Dinasti Safawi ini antara lain :
Muhammad Baqir ibn Muhammad Damad (ahli filsafat dan ilmu), Bahau
ad-Din al-Amily, dan seorang filosof bernama Shadr al-Din asy-Syirozi.
3. Proses hancurnya Dinasti Safawi dikarenakan beberapa faktor, yaitu
pertikaian yang panjang dengan Dinasti Utsmani, terjadinya dekadensi
moral yang melanda sebagian pemimpin Dinasti Safawi, pasukan
Ghulam (budak-budak) yang tidak memiliki semangat juang yang tinggi,
dan perebutan kekuasaan antar keluarga.

14
DAFTAR PUSTAKA

Abd. Rahim Yunus dan Abu Haif. (2013). Sejarah Islam Pertengahan.
Yogyakarta: Penerbit Ombak.
Abudin Nata. (2011). Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
Abuddin Nata. (2012). Sejarah Sosial Intelektual Islam. Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada.
Amir Hamzah. (2019). Metode Penelitian Kepustakaan. Malang: Literasi
Nusantara.
Badri Yatim. (2017). Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II. Jakarta:
Rajawali Pers.
Dedi Supriyadi. (2008). Sejarah Peradaban Islam. Bandung : Pustaka Setia.
Elfa Tsuroyya. (2019). Buku Siswa Sejarah Kebudayaan Islam Kelas X. Jakarta:
Kemenag.
Harjoni Desky. “Kerajaan Safawi Di Persia dan Mughal di India Asal Usul,
Kemajuan dan Kehancuran” , Tasamuh: Jurnal Studi Islam Volume 8,
Nomor 1, April 2016.
M. Abdul Karim. (2011). Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam. Yogyakarta:
Bagaskara.
Moh. Sulaiman. (2019). Buku Siswa Sejarah Kebudayaan Islam Kelas XI. Jakarta:
Kemenag.
Naili Fauziah Lutfiani dan Muhammad Alfiyan. (2014). “Sejarah Pendidikan
Islam Pada Masa Dinasti Safawi dan Rekontruksinya dalam Pendidikan
Islam di Indonesia” Makalah Sarjana Studi Pendidikan Islam. Yogyakarta:
UIN Sunan Kalijaga.mm
Samsul Munir Amin. (2010). Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Amzah.
Seri Muliyani. “Sejarah Peradaban Islam Dinasti Safawi Di Persia”, Al- Manba,
Jurnal STAI Al-Ma’arif Buntok Vol. VII - No.13 Januari-Juni 2018.
Siti Maryam, dkk. (2012). Sejarah Peradaban Islam Dari Masa Klasik Hingga
Modern. Yogyakarta: Lesfi.
Sulistiyowati Gandariah Afkari, “Dinamika Pertumbuhan Pendidikan Islam
Periode Pertengahan (Setelah Jatuhnya Baghdad, Kerajaan Mughal Di
India, Kerajaan Safawi Di Persia, Dan Kerajaan Usmani Di Turki)”,
Tanjak: Journal of Education and Teaching Volume 1 Nomor 1, 2020.

iii
Sunanto. (2003). Sejarah Islam Klasik. Jakarta: Prenada Media.
Suwito & Fauzan. (2005). Sejarah Sosial Pendidikan Islam. Jakarta: Prenada
Media.
Syamruddin Nasution. (2013)Sejarah Peradaban Islam. Pekanbaru: Yayasan
Pusaka Riau.

iv

Anda mungkin juga menyukai