Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam setiap dekade kehidupan, waktu terus berputar bagai roda, bagian yang

bawah kadang keatas dan sebaliknya. Bagitu juga dengan perjalanan sejarah kerajaan-

kerajaan Islam.

Sepeninggalan Rasulullah Islam sudah tersebar di seantero jazirah Arab, Islam

terus melakukan expansi di bawah kendali pada khalifah Ar-Rasyidin dan selanjutnya

dilanjutkan oleh rezim Umayyah kemudian rezim Abbasyiah, di akhir pemerintahan

Abbasiyah Islam semakin merosot selama beberapa abad.

Ditengah-tengah keterpurukan isLam muncullah tiga kerajaan besar, kerajaan

Turki Usmani ( Ottoman ) di Turki, kerajaan Safawiyah di Persia dan kerajaan Mughal di

India. Dalam makalah ini penulis akan mengangkat pembahasan tentang Kerajaan

Safawiyah, dari awal berdirinya hingga akhir pemerintahannya.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah awal berdirinya kerajaan Safawi dan perkembangannya ?

2. Bagaimana kemajuan kejaraan Safawi ?

3. Dan bagaimana kemunduran kerajaan Safawi ?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk megetahui sejarah berdirinya Kerajaan Safawiyah.

2. Mempelajari kemajuan yang dialami Kerajaan Safawi.

3. Dan mempelajari kemunduran kerajaan tersebut.

D. Metodologi Penulisan

Dalam penulisan makalah ini, penulis mengunakan metode Library Research.

1
E. Sumber Penulisan

Sumber-sumber penulisan dalam penyusunan makalah ini penulis mengambil dari

buku-buku dan dari beberapa situs internet.

F. Sistematika Penulisan

Makalah ini ditulis dalam tiga bab :

Bab pertama memuat tentang pendahuluan yang berisi : Latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, sumber-sumber penulisan, analisis

dan sistematika penulisan.

Bab kedua sejarah awal berdirinya kerajaan Safawi dan perkembangannya,

kemajuan kejaraan Safawi, kemunduran kerajaan Safawi.

Bab ketiga terdiri dari penutup dan kesimpulan beserta Daftar Pustaka

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Muncul dan Berkembang Kerajaan Safawi

1. Proses Pembentukan Kerajaan Safawi

Kerajaan Safawi berdiri secara resmi di Persia pada 1501 M. Namun kerajaan ini

tidak berdiri sendiri. Peristiwa tersebut berkaitan dengan peristiwa-peristiwa sebelumnya

dalam rentang waktu yang cukup panjang. Yakni kurang lebih 2 abad, waktu yang

hampir sama dengan usia kerajaan Safawi. Cikal bakal Safawi tumbuh lambat laun, tapi

pasti menuju zaman yang penuh dengan muatan historis yang sangat penting.

Secara etimologis nama kerajaan Safawi berasal dari kata Safi yang diambil

nama seorang sufi bernama Safi Al-din Ishaq Al-Ardabili lahir pada tahun 1252 M

pendiri tarekat Safawiyah dan bukan dari kata sufi. 6 tahun sebelum Hulagu Khan

menghancurkan Baghdad, ia lahir di kota Ardabil sebuah kota paling Timur dari

Azerbaijan. Sejak kecil ia sudah menggemari amalan keagamaan dan kehidupan sufistik.

Pada usia 25 tahun ia belajar pada seorang sufi bernama Zahid Tajuddin, di

Jailan dekat laut Kaspia. Kurang lebih selama 25 tahun, kemudian beliau diangkat

menjadi menantu, setelah gurunya wafat ia mengantikan kedudukan gurunya sebagai

guru tarekat, tarekat ini kemudian dikenal Tarekat Safawi yang berpusat di Ardabil. 1

Adapun mengenai asal usul keturunan Safi Al-din masih menjadi problematika

kontroversial. Menurut keluarga Safawi Safi Al-din Ishaq Al-Ardabili adalah keturunan

dari Musa Al-Kazim imam ketujuh dari Syiah Imam yang dua belas. Oleh karena itu, ia

termasuk keturunan Rasulullah SAW dari garis puterinya Fatimah. Namun menurut

pendapat yang lain Safi Al-din adalah penduduk asli Iran dari Kurdistan yang berbahasa

1. Kafrawi Ridwan, dkk. (Ed). Ensiklope Islam, jld 4 ( jakarta: PT Ichtiar Van Hoeve. 1994 ).
Hal. 176.

3
Turki yang di pakai di wilayah Azerbaijan, ia dianggap beraliran syiah tetapi juga sunni

yang bermazhab Syafii sedangkan penggantinya yang kedua Khawaja Ali merupakan

penganut syiah moderat.2

Sebelum menjadi kerajaan, Safawi mengalami 2 fase pertumbuhan pertama fase

dimana safawi bergerak dibidang keagamaan (cultural) dan kedua sebagai gerakan politik

(struktural).

Pada tahun 1301 - 1447 M gerakan Safawi masih murni gerakan keagamaan

dengan tarekat Safawiyah sebagai sarana, tarekat ini mempunyai pengikut yang sangat

besar hal ini terjadi karena pada saat itu, umat umumnya hidup dalam suasana apatis dan

pasrah melihat anarki politik yang berkecamuk. Hanya dengan kehidupan keagamaan

lewat sufisme, mereka mendapat persaudaraan tarekat, dan mereka merasa aman dalam

menjalin persaudaraan antar muslim.

Pada fase pertama ini gerakan tarekat Safawi tidak mencampuri masalah politik

sehingga dia berjalan dengan aman dan lancar baik pada masa Ilkhan maupun pada masa

penjarahan Timur Lenk. Dan dalam fase ini gerakan Safawi mempunyai dua corak,

pertama bernuansa Sunni yaitu pada masa pimpinan Safiuddin Ishaq ( 1301 - 1344) dan

anaknya Sadruddin Musa (1344 - 1399), kedua berubah menjadi Syiah pada masa

Khawaja Ali (1399 - 1427). Perubahan ini terjadi karena ada kemungkinan bertambahnya

pengikut Safawi di kalangan syiah sehingga kepemimpinannya berusaha menyusuaian

diri dengan aliran manyoritas pendukungnya.

2. Perubahan dari Sistem Sosial-Organik ke Sistem Religio-Politik

Pada masa 1447 - 1501 M, gerakan Safawi memasuki fase kedua yaitu sebagai

gerakan politik. Kecenderungan memasuki dunia politik terwujud pada masa

2. Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam : Melacah Akar-akar Sejarah
Sosial Politik dan Budaya Umat Islam. Ed 1-2 ( Jakarta : Rajawali Pers , 2009 ). Hal. 168.

4
kepemimpinan Juned (1447 - 1501 M). Juned mengubahnya menjadi gerakan politik

revolusioner dengan tarekat Safawi sebagai sarananya.

Gerakan ini mulai terlibat dalam konflik politik antara dua kerajaan Turki yang

berkuasa saat itu. Kara Koyunlu ( Black Sheep) beraliran syiah berkuasa dibagian Timur

dan Ak Koyunlu (White sheep) beraliran Sunni berkuasa dibagian Barat di bawah

imperum Usmani. Tarekat Safawi memperluas tarekatnya dengan menambahkan

kegiatan politik pada kegiatan keagamaan. Perluasan ini menimbulkan konflik dengan

Jahansyah penguasa Kara Koyunlu pada tahun 1447 M Juned kalah dan diasingkan dari

Ardabil.

Juned kemudian meminta suaka politik pada raja Ak Koyunlu sekaligus

mengadakan aliansi politik untuk bersama-bersama menghadapi Kara Koyonlu. Hal ini

dilakukannya untuk mendapatkan wilayah sebagai baris gerakan Safawi.

Perubahan Safawi dari gerakan keagamaan menjadi gerakan politik cukup

menarik, karena sebagai tarekat sufi yang lebih bersifat Ukhrawi kemudian menjadi

duniawi (profan), faktor utama yang menyebabkan adanya perubahan tersebut ada pada

ajaran tarekat itu sendiri yaitu hubungan antara pemimpin tarekat dengan pengikut-

pengikutnya. Pemimpin tarekat yang disebut Mursyid mempunyai wakil di daerah-daerah

tertentu tempat pengikut-pengikutnya berada, anggota tarekat harus tunduk secara mutlak

kepada Mursyid dan wakilnya itu. Oleh karena itu, ikatan antara pemimpin dengan

pengikutnya sangat kuat sehingga semacam ada hierarki spiritual. Dalam tarekat Safawi

pemimpin yang meninggal dunia selalu digantikan oleh anaknya seperti dalam

kepemimpinan dinasti, ini menjadi modal dasar yang mendorong perubahan tersebut jika

5
pemimpin seperti Juned memiliki ambisi politik para pengikutnya dapat disulap menjadi

tentara yang fanatik dan mendukung ambisi politik pemimpinnya.3

Selama dalam suaka Ak Koyunlu baik Juned maupun Haidar bin Juned telah

melakukan kegiatan politik seperti Juned menikahi saudara Uzun Hasan (Raja Ak

Kayunlu). Aliansi politik ini diperkuat lagi dengan pernikahan Haidar bin Juned dengan

Putri Uzun Hasan sendiri, dari istrinya sendiri Despin Katrina, puteri Kaloo Juhannis,

seorang raja Kristen dipantai Timur Laut Hitam. Tapi menurut buku Munawiyah, dkk,

Sejarah Peradaban Islam, dikatakan bahwa Haidar menikah dengan cucu Uzun Hasan

bukan dengan putri Uzun Hasan sendiri, dari perkawinan Haidar lahir Ali, Ismail dan

Ibrahim, Ismail-lah yang kemudian hari menjadi pendiri Kerajaan Safawi dan

menetapkan syiah sebagai mazhab negara.

Pada tahun 1459 M Juned berusaha menyerang Ardabil tetapi gagal kemudian

pada tahun 1460 M, ia mencoba merebut Sircassia dan juga daerah Utara yang didiami

orang Kristen Georgia tetapi pasukan yang di pimpinnya di hadang oleh tentara Sirwan

dan ia terbunuh dalam pertumpuran tersebut.

Haidar pun mengikuti jejak ayahnya ia membantu Ak Koyunlu menyerang Kara

Koyunlu setelah Ak Koyunlu menumbangkan Kara koyunlu pada tahun 1467 M, aliansi

Safawi dengan Ak Koyunlu menjadi guncang. Ak Koyunlu menganggap Safawi sebagai

lawan politik yang dapat membahayakan Ak Koyunlu.

Ketika Haidar mencoba merebut Sisilia ( Sirkasia ) daerah-daerah Kristen di

Utara dan Sirwan, Ak Koyunlu mengirimkan bantuan militer kepada Sirwan. Pasukan

Haidar kalah ia pun terbunuh. Kecenderungan Haidar menyerang daerah-daerah

Kristen di Utara di mungkinkan untuk memperoleh daerah pijakan yang akan

3. Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam, hal. 171.

6
memperkuat basis politik yang independen karena selama ini Safawi hanya merupakan

dinasti politik spiritual tanpa tanah air.

Meskipun Haidar belum mewujudkan cita-cita gerakan Safawi namun ia sempat

memberikan atribut kepada pendukung-pendukungnya berupa serban merah yang

berumbai 12, sehingga mereka terkenal dengan sebutan Qizilbas (kepala merah). Rumbai

12 yang menjadi lambang Syiah isna asyar (12 imam) mempunyai pengaruh yang besar

dalam menanamkan fanatisme dan militansi para pengikut syiah.4

3. Berdirinya Kerajaan Safawi Secara Resmi

Setelah kematian Haidar, Ali menggantikan ayahnya, ia didesak bala tentara untuk

menuntut balas atas kematian ayahnya, tapi Ali di tangkap oleh Yakub (Raja Ak

Koyunlu), lalu dibuang ke Fars bersama ibu dan dua orang saudaranya Ibrahim dan

Ismail selama 4 tahun setengah (1589 1593 M).

Situasi itu mendorong pengikut-pengikut Safawi di Persia, Armenia, Anatolia dan

Syiria mengonsolidasikan kekuatan sendiri, hingga Ali di lepaskan. Tetapi ketika

penguasa Ak koyunlu di pegang oleh Rustam, Ali di tangkap dan dibuang ke Ray sampai

akhirnya dibunuh. Sebelum meninggal Ali sempat mengangkat adik bungsunya Ismail

bin Haidar yang waktu itu berusia tujuh tahun untuk menjadi pemimpin Safawi.

Dalam waktu lima tahun, Ismail berhasil menghimpun kekuatan yang cukup besar

dan bermarkas di Gilan. Pada tahun 1501 M, pecah pertempuran antara Ak koyunlu

dengan Safawi di Sahrur dekat Nakhiwan dengan kemenangan di pihak Safawi. Ismail

memasuki kota Tabris dengan penuh kebanggaan dan memproklamasikan berdirinya

Kerjaan Safawi. Ia sendiri menjadi raja pertamanya dan menjadikan Syiah sebagai

ideologi negara.

4. Munawiyah, dkk. Sejarah Peradaban Islam, (Banda Aceh: PSW IAIN AR-Raniry, 2009),
h.181.

7
4. Perkembangan Kerajaan Safawi

Ismail memerintah selama 23 tahun (1501 1524). Selama sepuluh tahun pertama

pemerintahannya, Ismail berhasil memperluas wilayah pemerintahan sampai mencakup

seluruh wilayah Persia dan sebelah Timur Fertile Creshen. Pada tahun 1502 M, Ismail

telah menduduki Sirwan, Azerbaijan dan Irak. Pada 1503 M, ia menghancurkan sisa-sisa

tentara Ak Koyunlu di Hamadzan. Pada tahun 1504 Ismail menduduki Provinsi Kaspia

dari Mazandaran dan Curgan. Diyar Bakr ditaklukkan pada tahun 1505 M, dan Baghdad

jatuh ketangannya pada tahun 1508 M. Pada tahun 1510 M ia menguasai Khurasan

setelah terlibat dalam pertempuran dengan Syaibani Khan, raja Uzbek. Kemenangan

beruntun itu merupakan sukses mewujudkan kerajaan Safawi yang membentang dari

Heart (Harat) di Timur sampai Diyar Bark di Barat.

Bahkan tidak sampai di situ saja, ambisi politik mendorongnya untuk terus

mengembangkan wilayah kekuasaan ke daerah-daerah lainnya seperti Turki Usmani.

Ismail Berusaha merebut dan mengadakan expansi ke wilayah kerajaan Usmani (1514

M) tapi dalam peperangan ini Ismail mengalami kekalahan, Turki di bawah pimpinan

Sultan Salim dapat menduduki Tabris. Kerajaan Safawi terselamatkan dengan pulangnya

Sultan Usmani ke Turki, karena terjadi perpecahan di kalangan militer Turki di negerinya

kekalahan ini membuat Ismail I berubah, ia lebih sering menyendiri, menempuh

kehidupan hura-hura dan berburu. Keadaan ini berdampak negatif pada Kerajaan Safawi,

hingga akhirnya terjadi persaingan dalam merebut pengaruh untuk dapat memimpin,

antara pimpinan suku-suku Turki, pejabat, keturunan Persia dan Qizilbash.5 Penyebab

utama terjadi peperangan antara Safawi dan Usmani menurut Syalabi adalah pemaksaan

faham Syiah terhadap mayoritas faham Sunni, dan lebih kejam Ismail I telah membunuh

5. Badri Yatim , Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II (Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada, 2008). h.142.

8
ulama Sunni di daerah Irak. Sehingga turki merasa terpanggil dengan kebiadaban

Syiah.6

Sepeninggal Ismail I, permusuhan dengan Kerajaan Usmani terus berlanjut,

terjadi beberapa perang antara keduanya yaitu pada masa Tahmasp 1 (1524-1576),

Isamail II (1576-1577) dan Muhammad Khudabanda (1577-1587) pada masa tiga Raja

Safawi mengalami kelemahan, karena sering berperang dengan kerajaan Usmani yang

lebih kuat, dan juga sering terjadi pertentangan antara kelompok dari dalam kerajaan

Safawi sendiri.

Kerajaan Safawi bertahan lebih 2 abad dengan pemimpin sebagai berikut:

1) Ismail I (1501-1524 M)

2) Tahmasap I (1524-1576 M)

3) Ismail II (1576-1577 M)

4) Muhammad Khudabanda ( 1577-1587 M)

5) Abbas I ( 1587-1628 M)

6) Safi Mirza (1628-1642 M)

7) Abbas II (1642-1667 M)

8) Sulaiman (1667-1694 M)

9) Husein I (1694-1722 M)

10) Tahmasap II (1722-1732 M)

11) Abbas III (1732-1736 M)

6. Busman Edyar, dkk. (Ed.), Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: pustaka asatruss, 2009). h. 152.

9
B. Wujud dan Corak Kemajuan Kerajaan Safawi

1. Kemajuan di Bidang Politik

Masa kemajuan Kerajaan Safawi tidak langsung terjadi pada masa Ismail, Raja

pertama (1501-1524 M) kejayaan Safawi yang gemilang baru di capai pada masa Syah

Abbas yang Agung (1587-1628 M) Raja yang kelima. Walaupun begitu, peran Ismail

sebagai pendiri Safawi sangat besar sebagai peletak pondasi bagi kemajuan Safawi di

kemudian hari. Dia telah memberikan corak yang khas bagi Safawi dengan menetapkan

Syiah sebagai mazhab negara. Syah Ismail juga telah memberikan dua karya besar bagi

negaranya, yaitu perluasan wilayah dan penyusunan struktur pemerintahan yang unik

pada masanya.

Seperti di katakan sebelumnya Safawi jaya pada masa Abbas I (1587-1628).

Syah Abbas yang Agung naik tahta pada usia 17 tahun. Ketika Abbas memerintah

kerajaan Safawi berada dalam keadaan tidak stabil. Syah Abbas menempuh beberapa

langkah untuk memperbaiki situasi tersebut, antara lain:

a) Menghilangkan dominasi pasukan Qizilbash atas kerajaan Safawi dengan membentuk

pasukan baru yang terdiri dari bekas tawanan perang bekas orang-orang Kristen di

Georgia dan Circhasia yang sudah mulai di bawa ke Persia sejak Syah Tahmasap I

(1524-1576) di beri nama Ghulam.

b) Mengadakan perjanjian damai dengan Turki Usmani dengan cara berjanji menyerahkan

wilayah Azerbaizan, Georgia dan sebagian wilayah Luristan, dan tidak akan menghina

tiga khalifah pertama dalam Islam (Abu Bakar, Umar, Usman) dalam khutbah

jumatnya.7

Secara politik Syah Abbas I sangat maju, karena ia mampu mewujudkan integritas

wilayah negara yang luas yang di kawal oleh suatu angkatan bersenjata yang tangguh.

7. Busman Edyar, dkk. (Ed.), Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: pustaka asatruss, 2009). h. 154.

10
Angkatan bersenjata yang di sebut ghulam, dalam proses pembentukannya di katakan

bahwa Syah Abbas I mendapat dukungan dari dua orang Inggris yaitu Sir Antoni Sherly

dan saudaranya Sir Rodet Sherly. Mereka mengajari tentara Safawi untuk membuat

meriam sebagai pelengkapan negara yang modern. Kedatangan kedua orang Inggris itu

oleh sebagian sejarawan di pandang sebagai upaya strategi Inggris untuk melemahkan

pengaruh Turki Usmani di Eropa yang menjadi musuh besar Inggris saat itu.

Bagaimanapun dengan bantuan dua orang Inggris itu Syah Abbas memiliki tentara dapat

diandalkan. Hal ini terbukti sekitar 3.000 Ghulam di jadikan Cakrabirawa oleh Syah

sendiri.

Kemajuan lain di bidang politik yang di tunjukkan Syah Abbas, yaitu

keberhasilannya merebut kembali daerah-daerah yang pernah di rebut Turki Usmani.

2. Kemajuan di bidang Ekonomi

Dengan angkatan perang ghulam Syah Abbas mampu melakukan expansi pada

tahun 1598 M Abbas I menguasai Heart (Harat), Marw dan Balkh. Kemudian pada tahun

1622 M berhasil menguasai Kepulauan Hurmuz, dan pelabuhan Gumrun.

Perkembangan pesat di sektor perdagangan terjadi setelah Abbas I menguasai

kepulauan Hurmuz dan mengubah Pelabuhan Gumrun menjadi Bandar Abbas. Hal ini di

karenakan Bandar ini merupakan salah satu jalur dagang antara Barat dan Timur. Dengan

ini, Safawi telah memegang kunci perdagangan Internasional, khususnya di teluk Persia

yang ramai, di Utara Safawi menjalin Hubungan perdagangan dengan Rusia.

Perdagangan di darat dari sentral Asia melalui kota-kota penting di Safawi seperti Harat,

Merf, Nighafur, Tabriz, dan Baghdad. Di bidang pertanian, Safawiyah mengalami

kemajuan karena daerah Bulan Sabit yang subur (Fertile Creshen).

11
3. Kemajuan di Bidang Seni Arsitektur

Ibu kota Safawi adalah kota yang sangat indah. Pembangunan besar-besaran

dilakukan Syah Abbas terhadap Ibu kotanya Isfahan.pada saat Syah Abbas I meninggal,

terdapat 162 buah Masjid, 48 buah Perguruan tinggi, 1082 Losmen yang luas untuk

penginapan tamu syah dan 237 unit pemandian umum. Bangunan yang paling terkenal

adalah Mesjid Luthfullah yang di bangun pada 1603 M dan selesai 1618 M, merupakan

sebuah Oratorium yang di sediakan sebagai tempat peribadatan pribadi Syah. Pada sisi

bagian selatan terdapat mesjid kerajaan yang mulai di bangun pada 1611 M dan selesai

pada 1629 M pada sisi bagian Barat berdiri Istina Ali Qapu yang merupakan gedung

pusat pemerintahan. Pada sisi bagian Utara berdiri bangunan monumental yang menjadi

simbol bagi gerbang menuju bazar kerajaan dan sejumlah pertokoan, tempat pemandian,

Caravansaries, mesjid dan perguruan.8 Syah Abbas juga membangun Istana yang megah

yang di sebut Chihil Sutun atau Istana empat puluh tiang,sebuah jembatan besar di atas

sungai Zende Rud dan Taman Bunga Empat Penjuru.

4. kemajuan di bidang Filsafat dan Sains

Pada Kerajaan Safawi Filsafat dan Sains bangkit kembali di dunia islam, dan

khususnya di kalangan orang Persia yang berminat tinggi pada perkembangan

kebudayaan. Perkembangan ini erat kaitannya dengan Aliran Syiah yang di tetapkan

Safawi sebagai ideologi resmi Negara.

Dalam Syiah terdapat dua golongan, yakni Akbari dan Ushuli. Mereka berbeda

dalam memahami ajaran agama. Akbari cenderung berpegang teguh kepada hasil ijtihat

para mujtahit syiah yang sudah mapan. Sedangkan ushu;li mengambil langsung vdari Al-

quran dan Hadits, tanpa terikat kepada para mujtahid. Golongan Ushuli inilah yang

8. Ira. M. Lapidus, Sejarah Sosial Ummat Islam bagian 1 dan 2, (Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada, 2000). h. 453.

12
paling berperan pada masa Syafawi. Dibidang teologi mereka mendapat dukungannya

dalam mazhab Muktazilah pertemuan kedua elemen kelompok inilah yang berperan

pada terwujudnya perkembangan baru dalam bidang filsafat dan ilmu pengetahuan di

dunia Islam yang kemudian melahirkan beberapa filosuf dan Ilmuan.

Ada dua aliran filsafat yang berkembang pada masa Safawi yaitu aliran filsafat

perifatetik seperti yang bdikemukakan oleh Aristoteles dan Al-farabi, dan aliran filsafat

israqi yang di bawa oleh Suhrawardi pada abad XII.

Beberapa tokoh filsafat yang muncul pada masa Safawi antara lain Mir Damad

alias Muhammad Baqir Damad 1631 M yang dianggap sebagai guru ketiga setelah

Aristoteles dan Al-farabi, dan Mulla Shadra atau Shadr Al-din Al-Syirazi. Menurut amir

Ali ia adalah seorang dialektikus yang paling cakap di zamannya, dan Baha Al-Syerazi

seorang generalis Ilmu Pengetahuan.

Dalam pengembangan ilmu pengetahuan Syah Abbas sendiri ikut aktif dalam

penelitian ilmu-ilmu tersebut, Kota Qumm pada saat itu menjadi pusat pengenbangan

kebudayaan dan penyelidikan mazhab Syiah terbesar.9

C. Kemunduran dan Kehancuran Kerajaan Safawi

Sepeninggal Abbas I, kerajaan Safawi berturut-turut dipimpin oleh enam raja,

yaitu Safi Mirja (1628 - 1642 M), Abbas II (1642 1667 M), Sulaiman (1667 1694 M),

Husein (1694 1722 M), Tahmasap II (1722 1732 M) dan Abbas III (1733 1736 M).

Pada masa raja-raja tersebut kondisi kerajaan Safawi tidak menunjukkkan grafik naik dan

berkembang, tapi justru memperlihatkan yang akhirnya membawa kepada kehancuran.

Raja Safi Mirza (cucu Abbas I) juga menjadi penyebab kemunduran Safawi karena dia

seorang raja yang lemah dan sangat kejam terhadap pembesar-pembesar kerajaan. Di lain

9. Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik: Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam, ( Jakarta:
Kencana, 2007). h. 253.

13
sisi dia juga seorang pencemburu yang akhirnya mengakibatkan mundurnya kemajuan-

kemajuan yang diperoleh pemerintahan sebelumnya (Abbas I).

Kota Qandahar lepas dari kekuasaan Safawi, diduduki oleh kerajaan Mughal yang

ketika itu diperintah oleh Syah Jehan, sementara Baghdad direbut oleh kerajaan Turki

Usmani. Syah Abbas II adalah raja yang suka minum-minuman keras hingga ia jatuh

sakit dan meninggal. Sebagaimana Abbas II, Sulaiman juga seorang pemabuk. Ia

bertindak kejam terhadap para pembesar yang dicurigainya. Akibatnya rakyat bersikap

masa bodoh terhadap pemerintahan. Ia diganti oleh Syah Husein yang alim. Ia memberi

kekuasaan yang besar kepada para ulama Syiah yang sering memaksakan pendapat

penganut aliran Sunni. Sikap ini membangkitkan kemarahan golongan sunni

Afghanistan,. Pemberontakan bangsa Afgan tersebut terjadi pertama kali pada tahun 1709

M di bawah pimpinan Mir Vais yang berhasil merebut wilayah Qandahar.

Pemberontakan lainnya terjadi di Heart, suku Ardabil Afghanistan berhasil merebut

masyad. Mir Vais di gantikan oleh Mir Mahmud dan ia dapat mempersatukan

pasukannya dengan pasukan Ardabil, sehingga ia mampu merebut Afghan dari

kekuasaan Safawi. Karena desakan dan ancaman dari Mir Mahmud, Syah Husein

akhirnya mengakui kekuasaan Mir Mahmud dan mengangkatnya menjadi gubernur di

Qandahar dengan gelar Husein Quli Khan (budak Husein).dengan pengakuan ini, Mir

Mahmud makin leluasa bergerak sehingga tahun 1721 M, ia merebut Qirman dan tak

lama kemudian ia menyerang Isfahan dan memaksa Syah Husein menyerah tanpa syarat.

Pada tahun 1722 M Syah Husein menyerah dan Mir Mahmud memasuki kota Isfahan

dengan penuh kemenangan.

Salah seorang putra Husein yang bernama Tahmasap II, mendapat dukungan

penuh dari suku Qazar dari Rusia, memproklamasikan dirinya sebagai raja yang sah atas

Persia dengan pusat kekuasaan di kota Astarabat. Tahun 1726 M, Tahmasap II

14
bekerjasama dengan Nadir Khan dari suku Afshar untuk memerangi dan mengusir

bangsa Afghan yang menduduki Isfahan. Asyraf, pengganti Mir Mahmud, yang berkuasa

di Isfahan digempur dan dikalahkan oleh pasukan Nadir Khan tahun 1729 M. Asyraf

sendiri terbunuh dalam peperangan itu dengan demikian Kerajaan Safawi kembali

berkuasa. Namun pada tahun 1732 M, Tahmasap II di pecat oleh Nadir Khan dan di

gantikan oleh Abbas III (anak Tahmasap II) yang ketika itu masih sangat kecil. Empat

tahun setelah itu 1736 M, Nadir Khan mengangkat dirinya sebagai raja menggantikan

Abbas III, dengan demikian berakhirlah kekuasaan Kerajan Safawi di Persia.

Adapun sebab-sebab kemunduran dan kehancuran Kerajaan Safawi yaitu:

1. Adanya konflik yang berkepanjangan dengan Kerajaan Usmani berdirinya Kerajaan

Safawi yang bermazhab Syiah merupakan sebuah Ancaman Bagi Kerajaan Usmani

sehingga tidak pernah ada perdamaian antara kedua kerajaan besar ini.

2. Terjadinya dekandensi moral yang melanda sebagian pemimpin kerajaan Safawi,

yang juga ikut mempercepat proses kehancuran kerajaan ini. Kerajaan Sulaiman

pecandu narkotik dan menyenangi kehidupan malam selama tujuh tahun tidak pernah

sekalipun menempatkan diri menangani pemerintahan, begitu pula dengan Syah

Husein.

3. Pasukan Ghulam yang di bentuk Abbas I ternyata tidak memiliki semangat

perjuangan yang tinggi seperti QizilBash. Hal ini di karenakan mereka tidak

memiliki ketahanan mental kerena tidak di persiapkan secara terlatih dan tidak

memiliki bekal rohani. Kemorosotan aspek kemiliteran ini sangat besar pengaruhnya

terhadap lenyapnya ketahanan dan pertahanan kerajaan Safawi.

4. Sering terjadinya konflik internal dalam bentuk perebutan kekuasaan di kalangan

keluarga Islam.

15
5. ulama mulai meragukan otoritas Syah yang berlangsung secara turun temurun,

sebagai penanggung jawab pertama atas ajaran Islam syiah.10

10. Ira. M. Lapidus, Sejarah Sosial Ummat h. 465.

16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

1) Kerajaan Safari berasal dari sebuah Tarekat Sufi. Nama Safawi di ambil dari nama

pendiri tarekat tersebut Safi Al-din Ishak Al-Ardabily.

2) Kemajuan kerajaan Safawi terjadi pada masa pemerintahan Syah Abbas I, ia berhasil

memperbaiki system politik dan perekonomian kerajaan sehingga banyak gedung-

gedung yang di bangun pada masa pemerintahan. Gedung yang di bangun oleh

Abbas I antara lain 162 unit Mesjid, 48 unit perguruan tinggi, 1082 unit Losmen

untuk tamu syah, 237 unit pemandian umum. Bangunan yang palin terkenal adalah

Mesjid Lutfullah, Istana Chihil Sutun, jemabatan besar di atas sungai Zende Rud dan

Taman Bunga Empat Penjuru.

3) Kemunduran Safawi terjadi karena setelah Abbas I tidak ada lagi pemimpin Safawi

yang secakap Abbas I dalam hal kepemimpinan. Dan terjadi konflik internal di

dalam Kerajaan Safawi sendiri, di tambah lagi konflik dengan Turki Usmani.

B. SARAN

Demikian makalah ini saya perbuat, penulis menyadari bahwa makalah ini tidak

lepas dari kekurangan dan kekhilafan, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik

maupun saran yang sifatnya membangun untuk perbaikan makalah selanjutnya.

17
DAFTAR PUSTAKA

Munawiyah, dkk. Sejarah Peradaban Islam, Banda Aceh : PSW IAIN Ar-Raniry
Banda Aceh, 2009.

Ira. M. Lapidus. Sejarah Sosial Ummat Islam Bagian 1 dan 2, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2000.

Kafrawi Ridwan (Ed). Ensiklopedi Islam jil.4. Jakarta PT. Ichtiarfanhoev, 1998.

Cyril Glase; penerjemah Ghufron. A. Masadi, Ensiklopedi Islam (ringkas Edisi 1).
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002.

Ajid Tohir, Perkembangan Peradaban Di Kawasan Islam: Melacak Akar-Akar


Sejarah Sosial, Politik dan Budaya umat Islam Ed 1-2, Jakarta: Rajawali
Pers, 200.

Musyrifa Sunanto, Sejarah Islam Klasik: Perkembangan ILmu Pengetahuan


Islam, Jakarta: Kencana, 2007.

Hamka, Sejarah Umat Islam (Ed.Baru), Singapura: Pustaka Nasional Pte Ltd, 2005.

Suwito dan Fauzan, Sejarah Sosial Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana, 2005.

18

Anda mungkin juga menyukai