Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

“Sejarah Kerajaan Safawi di Persia”

Makalah ini di buat untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Peradaban Islam

Islam

Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Semester III

IAIN Manado Tahun Akademik 2021

Oleh:

Siti Agisni R. Umar

(20123052)

Dosen Pengampuh

Dr. Muhammad Idris, S.Ag , M.Ag

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN MANADO)

TAHUN 2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam setiap dekade kehidupan, waktu terus berputar bagai roda, bagian yang bawah
kadang keatas dan sebaliknya. Bagitu juga dengan perjalanan sejarah kerajaan-kerajaan Islam.

Sepeninggalan Rasulullah Islam sudah tersebar di seantero jazirah Arab, Islam terus
melakukan expansi di bawah kendali pada khalifah Ar-Rasyidin dan selanjutnya dilanjutkan oleh
rezim Umayyah kemudian rezim Abbasyiah, di akhir pemerintahan Abbasiyah Islam semakin
merosot selama beberapa abad.

Ditengah-tengah keterpurukan islam muncullah tiga kerajaan besar, kerajaan Turki


Usmani (Ottoman) di Turki, kerajaan Safawiyah di Persia dan kerajaan Mughal di India. Dalam
makalah ini penulis akan mengangkat pembahasan tentang Kerajaan Safawiyah, dari awal
berdirinya hingga akhir pemerintahannya.

Kerajaan Safawiyah merupakan suatu perkembangan lanjut dari tarekat Safawiyah pada
mulanya Safawiyah berbentuk Negara teoratik. Pada masa Abbas II, provinsi besar semuanya di
perintah oleh Syah, ini membawa akibat negative bagi pemerintah. Safawiyah semakin merosot
karena adanya campur tangan dari harem dalam urusan politik. Kelemahan Safawiyah
mengundang musuhnya untuk berani merebut kembali daerah kekuasaannya.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah awal berdirinya kerajaan Safawi dan perkembangannya?


2. Bagaimana kemajuan kerjaan Safawi dan kemunduran kerajaan Safawi?
3. Siapa saja penguasa Kerajaan Safawi?
4. Bagaimana perbedaan masa ini dan masa klasik?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui sejarah berdirinya kerajaan safawi.


2. Mempelajari kemajuan yang dialami kerajaan safawi.
3. Dan mempelajari kemunduran kerajaan tersebut.
4. Mencari tau siapa saja penguasa Kerajaan Safawi.
5. Mempelajari bagaimana perbedaan masa ini dan masa klasik.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Muncul dan Berkembang Kerajaan Safawi

1. Proses Pembentukan Kerajaan Safawi

Kerajaan Safawi berdiri secara resmi di Persia pada 1501 M. Namun kerajaan ini tidak
berdiri sendiri. Peristiwa tersebut berkaitan dengan peristiwa-peristiwa sebelumnya dalam
rentang waktu yang cukup panjang. 1Yakni kurang lebih 2 abad, waktu yang hampir sama
dengan usia kerajaan Safawi. Cikal bakal Safawi tumbuh lambat laun, tapi pasti menuju zaman
yang penuh dengan muatan historis yang sangat penting. 2

Secara etimologis nama kerajaan “Safawi” berasal dari kata Safi yang diambil nama seorang
sufi bernama Safi Al-din Ishaq Al-Ardabili lahir pada tahun 1252 M pendiri tarekat Safawiyah
dan bukan dari kata sufi. 6 tahun sebelum Hulagu Khan menghancurkan Baghdad, ia lahir di
kota Ardabil sebuah kota paling Timur dari Azerbaijan. Sejak kecil ia sudah menggemari amalan
keagamaan dan kehidupan sufistik.

“Pada usia 25 tahun ia belajar pada seorang sufi bernama Zahid Tajuddin, di Jailan dekat laut
Kaspia. Kurang lebih selama 25 tahun, kemudian beliau diangkat menjadi menantu, setelah
gurunya wafat ia mengantikan kedudukan gurunya sebagai guru tarekat, tarekat ini kemudian
dikenal Tarekat Safawi yang berpusat di Ardabil”.

Adapun mengenai asal usul keturunan Safi Al-din masih menjadi problematika kontroversial.
“Menurut keluarga Safawi Safi Al-din Ishaq Al-Ardabili adalah keturunan dari Musa Al-Kazim
imam ketujuh dari Syiah Imam yang dua belas. Oleh karena itu, ia termasuk keturunan
Rasulullah SAW dari garis puterinya Fatimah. Namun menurut pendapat yang lain Safi Al-din
adalah penduduk asli Iran dari Kurdistan yang berbahasa Turki yang di pakai di wilayah
Azerbaijan, ia dianggap beraliran syiah tetapi juga sunni yang bermazhab Syafi’i sedangkan
penggantinya yang kedua Khawaja Ali merupakan penganut syiah moderat”.

Sebelum menjadi kerajaan, Safawi mengalami 2 fase pertumbuhan pertama fase dimana
safawi bergerak dibidang keagamaan (cultural) dan kedua sebagai gerakan politik (struktural).

Pada tahun 1301 - 1447 M gerakan Safawi masih murni gerakan keagamaan dengan tarekat
Safawiyah sebagai sarana, tarekat ini mempunyai pengikut yang sangat besar hal ini terjadi
karena pada saat itu, umat umumnya hidup dalam suasana apatis dan pasrah melihat anarki

1
Kafrawi Ridwan, dkk. (Ed). Ensiklope Islam, jld 4 ( jakarta: PT Ichtiar Van Hoeve. 1994 ). h. 176.

2
urji Zaidan, History of Islamic Civilization, New Delhi: Kitab Bhavan, 1978, h. 240.
politik yang berkecamuk. Hanya dengan kehidupan keagamaan lewat sufisme, mereka mendapat
persaudaraan tarekat, dan mereka merasa aman dalam menjalin persaudaraan antar muslim.3

Pada fase pertama ini gerakan tarekat Safawi tidak mencampuri masalah politik sehingga
dia berjalan dengan aman dan lancar baik pada masa Ilkhan maupun pada masa penjarahan
Timur Lenk. Dan dalam fase ini gerakan Safawi mempunyai dua corak, pertama bernuansa
Sunni yaitu pada masa pimpinan Safiuddin Ishaq ( 1301 - 1344) dan anaknya Sadruddin Musa
(1344 - 1399), kedua berubah menjadi Syiah pada masa Khawaja Ali (1399 - 1427). Perubahan
ini terjadi karena ada kemungkinan bertambahnya pengikut Safawi di kalangan syiah sehingga
kepemimpinannya berusaha menyusuaian diri dengan aliran manyoritas pendukungnya.

2. Perubahan dari Sistem Sosial-Organik ke Sistem Religio-Publik

Pada masa 1447 - 1501 M, gerakan Safawi memasuki fase kedua yaitu sebagai gerakan

politik. Kecenderungan memasuki dunia politik terwujud pada masa kepemimpinan Juned

(1447 - 1501 M). Juned mengubahnya menjadi gerakan politik revolusioner dengan tarekat

Safawi sebagai sarananya.4

Gerakan ini mulai terlibat dalam konflik politik antara dua kerajaan Turki yang berkuasa

saat itu. Kara Koyunlu ( Black Sheep) beraliran syiah berkuasa dibagian Timur dan Ak

Koyunlu (White sheep) beraliran Sunni berkuasa dibagian Barat di bawah imperum Usmani.

Tarekat Safawi memperluas tarekatnya dengan menambahkan kegiatan politik pada kegiatan

keagamaan. Perluasan ini menimbulkan konflik dengan Jahansyah penguasa Kara Koyunlu

pada tahun 1447 M Juned kalah dan diasingkan dari Ardabil.

Juned kemudian meminta suaka politik pada raja Ak Koyunlu sekaligus mengadakan

aliansi politik untuk bersama-bersama menghadapi Kara Koyonlu. Hal ini dilakukannya untuk

mendapatkan wilayah sebagai baris gerakan Safawi.5


3
Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam: Melacah Akar-akar Sejarah Sosial
Politik dan Budaya Umat Islam. Ed 1-2 (Jakarta: Rajawali Pers, 2009). h. 168
4
Hamka, Sejarah Umat Islam, (Jilid III cet keempat, jakarta: Bulan Bintang 1996). h. 60.
4

5
Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam, h. 171
Perubahan Safawi dari gerakan keagamaan menjadi gerakan politik cukup menarik, karena

sebagai tarekat sufi yang lebih bersifat Ukhrawi kemudian menjadi duniawi (profan), faktor

utama yang menyebabkan adanya perubahan tersebut ada pada ajaran tarekat itu sendiri yaitu

hubungan antara pemimpin tarekat dengan pengikut- pengikutnya.

Pemimpin tarekat yang disebut Mursyid mempunyai wakil di daerah-daerah tertentu

tempat pengikut-pengikutnya berada, anggota tarekat harus tunduk secara mutlak kepada

Mursyid dan wakilnya itu. Oleh karena itu, ikatan antara pemimpin dengan pengikutnya sangat

kuat sehingga semacam ada hierarki spiritual.

Dalam tarekat Safawi pemimpin yang meninggal dunia selalu digantikan oleh anaknya

seperti dalam kepemimpinan dinasti, ini menjadi modal dasar yang mendorong perubahan

tersebut jika pemimpin seperti Juned memiliki ambisi politik para pengikutnya dapat disulap

menjadi tentara yang fanatik dan mendukung ambisi politik pemimpinnya.

Selama dalam suaka Ak Koyunlu baik Juned maupun Haidar bin Juned telah melakukan

kegiatan politik seperti Juned menikahi saudara Uzun Hasan (Raja Ak Kayunlu). “Aliansi

politik ini diperkuat lagi dengan pernikahan Haidar bin Juned dengan Putri Uzun Hasan sendiri,

dari istrinya sendiri Despin Katrina, puteri Kaloo Juhannis, seorang raja Kristen dipantai Timur

Laut Hitam”. 6

Tapi menurut buku Munawiyah, dkk, Sejarah Peradaban Islam, dikatakan bahwa Haidar

menikah dengan cucu Uzun Hasan bukan dengan putri Uzun Hasan sendiri, dari perkawinan

Haidar lahir Ali, Ismail dan Ibrahim, Ismail-lah yang kemudian hari menjadi pendiri Kerajaan

Safawi dan menetapkan syiah sebagai mazhab negara.7

Pada tahun 1459 M Juned berusaha menyerang Ardabil tetapi gagal kemudian pada tahun

6
Ahmad al-santawi, Dairat al-Ma’arif al-Islamiyyah, Jilid II, h.258-259
7
Taufik Abdullah, Ensiklopedi Tematis Dunia Islam (cet II, Jakarta: Perpuatakaan Nasional RI, 2003),
h. 169 – 170.
1460 M, ia mencoba merebut Sircassia dan juga daerah Utara yang didiami orang Kristen

Georgia tetapi pasukan yang di pimpinnya di hadang oleh tentara Sirwan dan ia terbunuh dalam

pertumpuran tersebut.

Haidar pun mengikuti jejak ayahnya ia membantu Ak Koyunlu menyerang Kara Koyunlu

setelah Ak Koyunlu menumbangkan Kara koyunlu pada tahun 1467 M, aliansi Safawi dengan

Ak Koyunlu menjadi guncang. Ak Koyunlu menganggap Safawi sebagai lawan politik yang

dapat membahayakan Ak Koyunlu.

Ketika Haidar mencoba merebut Sisilia ( Sirkasia ) daerah-daerah Kristen di Utara dan

Sirwan, Ak Koyunlu mengirimkan bantuan militer kepada Sirwan. Pasukan Haidar kalah ia pun

terbunuh. “Kecenderungan Haidar menyerang daerah-daerah Kristen di Utara di mungkinkan

untuk memperoleh daerah pijakan yang akan memperkuat basis politik yang independen

karena selama ini Safawi hanya merupakan dinasti politik spiritual tanpa tanah air”.8

“Meskipun Haidar belum mewujudkan cita-cita gerakan Safawi namun ia sempat

memberikan atribut kepada pendukung-pendukungnya berupa serban merah yang berumbai 12,

sehingga mereka terkenal dengan sebutan Qizilbas (kepala merah). 9Rumbai 12 yang menjadi

lambang Syiah isna ‘asyar (12 imam) mempunyai pengaruh yang besar dalam menanamkan

fanatisme dan militansi para pengikut syiah”.9

3. Berdirinya Kerajaan Safawi Secara Resmi

Setelah kematian Haidar, Ali menggantikan ayahnya, ia didesak bala tentara untuk

menuntut balas atas kematian ayahnya, tapi Ali di tangkap oleh Ya’kub (Raja Ak Koyunlu),

8
Munawiyah, dkk. Sejarah Peradaban Islam, (Banda Aceh: PSW IAIN AR-Raniry, 2009), h. 181
9
Taufik Abdullah, Tematis Dunia Islam (Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, cet II,
2003), h. 169.
9
lalu dibuang ke Fars bersama ibu dan dua orang saudaranya Ibrahim dan Ismail

selama 4 tahun setengah (1589 – 1593 M).

Situasi itu mendorong pengikut-pengikut Safawi di Persia, Armenia, Anatolia dan Syiria

mengonsolidasikan kekuatan sendiri, hingga Ali di lepaskan. Tetapi ketika penguasa Ak

koyunlu di pegang oleh Rustam, Ali di tangkap dan dibuang ke Ray sampai akhirnya dibunuh.

Sebelum meninggal Ali sempat mengangkat adik bungsunya Ismail bin Haidar yang waktu itu

berusia tujuh tahun untuk menjadi pemimpin Safawi.10

Dalam waktu lima tahun, Ismail berhasil menghimpun kekuatan yang cukup besar dan

bermarkas di Gilan. Pada tahun 1501 M, pecah pertempuran antara Ak koyunlu dengan Safawi

di Sahrur dekat Nakhiwan dengan kemenangan di pihak Safawi. Ismail memasuki kota Tabris

dengan penuh kebanggaan dan memproklamasikan berdirinya Kerjaan Safawi. Ia sendiri

menjadi raja pertamanya dan menjadikan Syi’ah sebagai ideologi negara.

4.Perkembangan Kerajaan Safawi

Ismail memerintah selama 23 tahun (1501 – 1524). Selama sepuluh tahun pertama

pemerintahannya, Ismail berhasil memperluas wilayah pemerintahan sampai mencakup seluruh

wilayah Persia dan sebelah Timur Fertile Creshen. Pada tahun 1502 M, Ismail telah menduduki

Sirwan, Azerbaijan dan Irak. Pada 1503 M, ia menghancurkan sisa-sisa tentara Ak Koyunlu di

Hamadzan. 11

Pada tahun 1504 Ismail menduduki Provinsi Kaspia dari Mazandaran dan Curgan. Diyar

Bakr ditaklukkan pada tahun 1505 M, dan Baghdad jatuh ketangannya pada tahun 1508 M.

Pada tahun 1510 M ia menguasai Khurasan setelah terlibat dalam pertempuran dengan Syaibani

10
Taufik Abdullah dkk, Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, Ajaran op. cit., h. 299
11
Hamka, Sejarah Umat Islam, (Jilid III, cet keempat, Jakarta: Bulan Bintang 1981) h. 64.
Khan, raja Uzbek. Kemenangan beruntun itu merupakan sukses mewujudkan kerajaan Safawi

yang membentang dari Heart (Harat) di Timur sampai Diyar Bark di Barat.12

Bahkan tidak sampai di situ saja, ambisi politik mendorongnya untuk terus

mengembangkan wilayah kekuasaan ke daerah-daerah lainnya seperti Turki Usmani. Ismail

Berusaha merebut dan mengadakan expansi ke wilayah kerajaan Usmani (1514M)13

tapi dalam peperangan ini Ismail mengalami kekalahan, Turki di bawah pimpinan Sultan Salim

dapat menduduki Tabris. Kerajaan Safawi terselamatkan dengan pulangnya Sultan Usmani ke

Turki, karena terjadi perpecahan di kalangan militer Turki di negerinya “ kekalahan ini

membuat Ismail I berubah, ia lebih sering menyendiri, menempuh kehidupan hura-hura dan

berburu. Keadaan ini berdampak negatif pada Kerajaan Safawi, hingga akhirnya terjadi

persaingan dalam merebut pengaruh untuk dapat memimpin, antara pimpinan suku-suku Turki,

pejabat, keturunan Persia dan Qizilbash”.

“Penyebab utama terjadi peperangan antara Safawi dan Usmani menurut Syalabi adalah

pemaksaan faham Syi’ah terhadap mayoritas faham Sunni, dan lebih kejam Ismail I telah

membunuh ulama Sunni di daerah Irak. Sehingga turki merasa terpanggil dengan kebiadaban

Syi’ah”.14

Sepeninggal Ismail I, permusuhan dengan Kerajaan Usmani terus berlanjut, terjadi

beberapa perang antara keduanya yaitu pada masa Tahmasp 1 (1524-1576), Isamail II (1576-

1577) dan Muhammad Khudabanda (1577-1587) pada masa tiga Raja Safawi mengalami

kelemahan, karena sering berperang dengan kerajaan Usmani yang lebih kuat, dan juga sering

12
Busman Edyar, dkk. (Ed.), Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: pustaka asatruss, 2009). h. 152.

13
Ahmad Al-Usairy, at-Tarikhul Islami. h. 266. 

14
Effat al-Sharqawi, Filsafat Kebudayaan Islam, Bandung: Pustaka, 1986, h. 5.
terjadi pertentangan antara kelompok dari dalam kerajaan Safawi sendiri.15

Kerajaan Safawi bertahan lebih 2 abad dengan pemimpin sebagai berikut:

1) Ismail I (1501-1524 M)

2) Tahmasap I (1524-1576 M)

3) Ismail II (1576-1577 M)

4) Muhammad Khudabanda ( 1577-1587 M)

5) Abbas I ( 1587-1628 M)

6) Safi Mirza (1628-1642 M)

7) Abbas II (1642-1667 M)

8) Sulaiman (1667-1694 M)

9) Husein I (1694-1722 M)

10) Tahmasap II (1722-1732 M)

11) Abbas III (1732-1736 M)

B. Wudjud dan Corak Kemajuan Kerajaan Safawi

1. Kemajuan di Bidang Politik

Masa kemajuan Kerajaan Safawi tidak langsung terjadi pada masa Ismail, Raja

pertama (1501-1524 M) kejayaan Safawi yang gemilang baru di capai pada masa Syah Abbas

yang Agung (1587-1628 M) Raja yang kelima. 16Walaupun begitu, peran Ismail sebagai pendiri

Safawi sangat besar sebagai peletak pondasi bagi kemajuan Safawi di kemudian hari. Dia telah

memberikan corak yang khas bagi Safawi dengan menetapkan Syiah sebagai mazhab negara.

Syah Ismail juga telah memberikan dua karya besar bagi negaranya, yaitu perluasan wilayah

15
Busman Edyar, dkk. (Ed.), Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: pustaka asatruss, 2009). h. 154.

16
Dedi Supriadi. Sejarah Peradaban Islam ( Bandung: Pustaka Setia 2008) h. 257.
dan penyusunan struktur pemerintahan yang unik pada masanya.

Seperti di katakan sebelumnya Safawi jaya pada masa Abbas I (1587-1628). Syah Abbas

yang Agung naik tahta pada usia 17 tahun. Ketika Abbas memerintah kerajaan Safawi berada
17
dalam keadaan tidak stabil. Syah Abbas menempuh beberapa langkah untuk memperbaiki

situasi tersebut, antara lain:

a) Menghilangkan dominasi pasukan Qizilbash atas kerajaan Safawi dengan membentuk

pasukan baru yang terdiri dari bekas18 tawanan perang bekas orang-orang Kristen di

Georgia dan Circhasia yang sudah mulai di bawa ke Persia sejak Syah Tahmasap I (1524-

1576) di beri nama “ Ghulam”.

b) “Mengadakan perjanjian damai dengan Turki Usmani dengan cara berjanji

menyerahkan wilayah Azerbaizan, Georgia dan sebagian wilayah Luristan, dan

tidak akan menghina tiga khalifah pertama dalam Islam (Abu Bakar, Umar,

Usman) dalam khutbah jum’atnya”.

Secara politik Syah Abbas I sangat maju, karena ia mampu mewujudkan

integritas wilayah negara yang luas yang di kawal oleh suatu angkatan bersenjata yang

tangguh.

Angkatan bersenjata yang di sebut “ghulam”, dalam proses pembentukannya di

katakan bahwa Syah Abbas I mendapat dukungan dari dua orang Inggris yaitu Sir

Antoni Sherly dan saudaranya Sir Rodet Sherly. Mereka mengajari tentara Safawi

untuk membuat meriam sebagai pelengkapan negara yang modern. Kedatangan kedua

orang Inggris itu oleh sebagian sejarawan di pandang sebagai upaya strategi Inggris

untuk melemahkan pengaruh Turki Usmani di Eropa yang menjadi musuh besar

17
Badri Yatim. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2003. h. 1.
18
Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Amzah, 2010) h. 187.
Inggris saat itu. Bagaimanapun dengan bantuan dua orang Inggris itu Syah Abbas

memiliki tentara dapat diandalkan. Hal ini terbukti sekitar 3.000 Ghulam di jadikan

“Cakrabirawa” oleh Syah sendiri.19

Kemajuan lain di bidang politik yang di tunjukkan Syah Abbas, yaitu keberhasilannya

merebut kembali daerah-daerah yang pernah di rebut Turki Usmani.20

2. Kemajuan di Bidang Ekonomi

Dengan angkatan perang “ghulam” Syah Abbas mampu melakukan expansi pada

tahun 1598 M Abbas I menguasai Heart (Harat), Marw dan Balkh. Kemudian pada

tahun 1622 M berhasil menguasai Kepulauan Hurmuz, dan pelabuhan Gumrun.

Perkembangan pesat di sektor perdagangan terjadi setelah Abbas I menguasai

kepulauan Hurmuz dan mengubah Pelabuhan Gumrun menjadi Bandar Abbas. Hal ini

di karenakan Bandar ini merupakan salah satu jalur dagang antara Barat dan Timur.

Dengan ini, Safawi telah memegang kunci perdagangan Internasional, khususnya di

teluk Persia yang ramai, di Utara Safawi menjalin Hubungan perdagangan dengan

Rusia. Perdagangan di darat dari sentral Asia melalui kota-kota penting di Safawi

seperti Harat, Merf, Nighafur, Tabriz, dan Baghdad. Di bidang pertanian, Safawiyah

mengalami kemajuan karena daerah Bulan Sabit yang subur (Fertile Creshen).

3.Kemajuan Ilmu Pengtahuan

19
Lihat Syafiq A. Muqhni, Dnamika Intelektual Islam pada Abad Kegelapan   (Cet. I; Surabaya:Lembaga
Pengkajian Agama dan Masyarakat, 2002), h.19
20
Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik: Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam, ( Jakarta: Kencana,
2007). h. 253.
Dalam sejarah Islam bangsa Persia dikenal sebagai bangsa yang berperadaban tinggi dan

berjasa mengembangkan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila pada

masa kerajaan ini tradisi keilmuan ini terus berlanjut. Ada beberapa ilmuwan yang selalu hadir di

majlis istana,yaitu Baha al-Din alSyaerazi(generalis ilmu pengetahuan),Sadar al-Din al-

Syaerazi(filosof) dan Muhammad Baqir Ibn Muhammad Damad(filosof,ahli sejarah,teolog dan

seorang yang pernah mengadakan observasi mengenai kehidupan lebah-lebah. Dalam bidang ini

kerajaan Safawi mungkin dapat dikatakan lebih berhasil dari 2 kerajaan besar islam lainnya pada

masa yang sama.21

4. Kemajuan di Bidang Seni Arsitektur

Ibu kota Safawi adalah kota yang sangat indah. Pembangunan besar-besaran dilakukan Syah

Abbas terhadap Ibu kotanya Isfahan.pada saat Syah Abbas I meninggal, terdapat 162 buah 22Masjid, 48

buah Perguruan tinggi, 1082 Losmen yang luas untuk penginapan tamu syah dan 237 unit pemandian

umum. “Bangunan yang paling terkenal adalah Mesjid Luthfullah yang di bangun pada 1603 M dan

selesai 1618 M, merupakan 23sebuah Oratorium yang di sediakan sebagai tempat peribadatan pribadi

Syah.

Pada sisi bagian selatan terdapat mesjid kerajaan yang mulai di bangun pada 1611 M

dan selesai pada 1629 M pada sisi bagian Barat berdiri Istina Ali Qapu yang merupakan gedung

pusat pemerintahan. Pada sisi bagian Utara berdiri bangunan monumental yang menjadi simbol

bagi gerbang menuju bazar kerajaan dan sejumlah pertokoan, tempat pemandian,

21
Badri Yatim. Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Rajawali Pres, 2013) h.139
22
Ira. M. Lapidus, Sejarah Sosial Ummat…......................................h. 465.

23
 Badri yatim, Sejarah Peradaban Islam (Cet. IX; Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada, 1999), h.142
Caravansaries, mesjid dan perguruan”. Syah Abbas juga membangun Istana yang megah yang

di sebut Chihil Sutun atau Istana empat puluh tiang,sebuah jembatan besar di atas sungai Zende

Rud dan Taman Bunga Empat Penjuru.

5. Kemajuan di Bidang Filsafat dan Sains

Pada Kerajaan Safawi Filsafat dan Sains bangkit kembali di dunia islam, dan khususnya

di kalangan orang Persia yang berminat tinggi pada perkembangan kebudayaan. Perkembangan

ini erat kaitannya dengan Aliran Syiah yang di tetapkan Safawi sebagai ideologi resmi

Negara.24

Dalam Syiah terdapat dua golongan, yakni Akbari dan Ushuli. Mereka berbeda dalam

memahami ajaran agama. Akbari cenderung berpegang teguh kepada hasil ijtihat para mujtahit

syiah yang sudah mapan. Sedangkan ushu;li mengambil langsung vdari Al- qur’an dan Hadits,

tanpa terikat kepada para mujtahid. Golongan Ushuli inilah yang paling berperan pada masa

Syafawi. Dibidang teologi mereka mendapat dukungannya dalam mazhab Muktazilah

pertemuan kedua elemen kelompok inilah yang berperan pada terwujudnya perkembangan

baru dalam bidang filsafat dan ilmu pengetahuan di dunia Islam yang kemudian melahirkan

beberapa filosuf dan Ilmuan.

Ada dua aliran filsafat yang berkembang pada masa Safawi yaitu “aliran filsafat

perifatetik” seperti yang bdikemukakan oleh Aristoteles dan Al-farabi, dan “aliran filsafat

israqi” yang di bawa oleh Suhrawardi pada abad XII.25

Beberapa tokoh filsafat yang muncul pada masa Safawi antara lain Mir Damad alias

Muhammad Baqir Damad 1631 M yang dianggap sebagai guru ketiga setelah Aristoteles dan
24
Ira M. Lapidus, A History of Islamic Societas, di terjemahkan Ghubron A. Mas’ud Sejarah social Umat
Islam (Cet. II;Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada, 2000), h.449
25
Dr. Muslih, MA, 2018 Sejarah Peradaban Islam, Semarang : Walisongo Press, h.231-235
Al-farabi, dan Mulla Shadra atau Shadr Al-din Al-Syirazi seorang generalis Ilmu Pengetahuan.

“Menurut amir Ali ia adalah seorang dialektikus yang paling cakap di zamannya”, dan

Baha Al-Syerazi “Dalam pengembangan ilmu pengetahuan Syah Abbas sendiri ikut aktif dalam

penelitian ilmu-ilmu tersebut, Kota Qumm pada saat itu menjadi pusat pengenbangan

kebudayaan dan penyelidikan mazhab Syiah terbesar”.. seorang generalis Ilmu Pengetahuan.

C. Kemunduran dan Kehancuran Kerajaan Safawi

Sepeninggal Abbas I, kerajaan Safawi berturut-turut dipimpin oleh enam raja, yaitu Safi

Mirja (1628 - 1642 M), Abbas II (1642 – 1667 M), Sulaiman (1667 – 1694 M),

Husein (1694 – 1722 M), Tahmasap II (1722 – 1732 M) dan Abbas III (1733 – 1736 M).26

Pada masa raja-raja tersebut kondisi kerajaan Safawi tidak menunjukkkan grafik naik dan

berkembang, tapi justru memperlihatkan yang akhirnya membawa kepada kehancuran.

Raja Safi Mirza (cucu Abbas I) juga menjadi penyebab kemunduran Safawi karena dia

seorang raja yang lemah dan sangat kejam terhadap pembesar-pembesar kerajaan. Dilain sisi

dia juga seorang pencemburu yang akhirnya mengakibatkan mundurnya 27kemajuan- kemajuan

yang diperoleh pemerintahan sebelumnya (Abbas I).

Kota Qandahar lepas dari kekuasaan Safawi, diduduki oleh kerajaan Mughal yang ketika

itu diperintah oleh Syah Jehan, sementara Baghdad direbut oleh kerajaan Turki Usmani.

Syah Abbas II adalah raja yang suka minum-minuman keras hingga ia jatuh sakit dan

meninggal.

26
Akbar S. Ahmed, From Samarkand to Stornoway: Living Islam, diterjemahkanPangestuningsi, Living
Islam (Cet.I;Bandung: Penerbit Mizan, 1997), h. 130
27
Akbar S. Ahmed, Discovering I
Abd slam, Makin sence of muslim History and Society, di terjemahkan Nunding Ram dan Ramli
Yakub, Citra muslim, Tinjauan Sejarah dan Sosologi (Cet.I; Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama, 1992),h. 77.
Sebagaimana Abbas II, Sulaiman juga seorang pemabuk. Ia bertindak kejam terhadap para

pembesar yang dicurigainya. Akibatnya rakyat bersikap masa bodoh terhadap pemerintahan. Ia

diganti oleh Syah Husein yang alim. Ia memberi kekuasaan yang besar kepada para ulama

Syi’ah yang sering memaksakan pendapat penganut aliran Sunni. Sikap ini membangkitkan

kemarahan golongan sunni Afghanistan. Pemberontakan bangsa Afgan tersebut terjadi pertama

kali pada tahun 1709 M di bawah pimpinan Mir Vais yang berhasil merebut wilayah

Qandahar.28

Pemberontakan lainnya terjadi di Heart, suku Ardabil Afghanistan berhasil merebut

masyad. Mir Vais di gantikan oleh Mir Mahmud dan ia dapat mempersatukan pasukannya

dengan pasukan Ardabil, sehingga ia mampu merebut Afghan dari kekuasaan Safawi. Karena
29
desakan dan ancaman dari Mir Mahmud, Syah Husein akhirnya mengakui kekuasaan Mir

Mahmud dan mengangkatnya menjadi gubernur di Qandahar dengan gelar Husein Quli Khan

(budak Husein).dengan pengakuan ini, Mir Mahmud makin leluasa bergerak sehingga tahun

1721 M, ia merebut Qirman dan tak lama kemudian ia menyerang Isfahan dan memaksa Syah

Husein menyerah tanpa syarat. Pada tahun 1722 M Syah Husein menyerah dan Mir Mahmud

memasuki kota Isfahan dengan penuh kemenangan.

Salah seorang putra Husein yang bernama Tahmasap II, mendapat dukungan penuh dari

suku Qazar dari Rusia, memproklamasikan dirinya sebagai raja yang sah atas Persia dengan

pusat kekuasaan di kota Astarabat. Tahun 1726 M, Tahmasap bekerjasama dengan Nadir Khan

dari suku Afshar untuk memerangi dan mengusir bangsa Afghan yang menduduki Isfahan.

Asyraf, pengganti Mir Mahmud, yang berkuasa di Isfahan digempur dan dikalahkan oleh

pasukan Nadir Khan tahun 1729 M. Asyraf sendiri terbunuh dalam peperangan itu dengan
28
Dr. Badri Yatim, M.A. Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2003), h. 143-
145.
29
Abd Karim, Sejarah Pemikiarn dan Peradaban Islam (Cet. I; Yokyakarta: Pustaka Book Publisher, 2007),
h.308.  
demikian Kerajaan Safawi kembali berkuasa.

Namun pada tahun 1732 M, Tahmasap II di pecat oleh Nadir Khan dan di gantikan oleh

Abbas III (anak Tahmasap II) yang ketika itu masih sangat kecil. Empat tahun setelah itu 1736

M, Nadir Khan mengangkat dirinya sebagai raja menggantikan Abbas III, dengan demikian

berakhirlah kekuasaan Kerajan Safawi di Persia. 30

Adapun sebab-sebab kemunduran dan kehancuran Kerajaan Safawi yaitu:

1. Adanya konflik yang berkepanjangan dengan Kerajaan Usmani berdirinya Kerajaan

Safawi yang bermazhab Syiah merupakan sebuah Ancaman Bagi Kerajaan Usmani

sehingga tidak pernah ada perdamaian antara kedua kerajaan besar ini.31

2. Terjadinya dekandensi moral yang melanda sebagian pemimpin kerajaan Safawi, yang

juga ikut mempercepat proses kehancuran kerajaan ini. Kerajaan Sulaiman pecandu

narkotik dan menyenangi kehidupan malam selama tujuh tahun tidak pernah sekalipun

menempatkan diri menangani pemerintahan, begitu pula dengan Syah Husein.

3. Pasukan Ghulam yang di bentuk Abbas I ternyata tidak memiliki semangat perjuangan

yang tinggi seperti QizilBash. Hal ini di karenakan mereka tidak memiliki ketahanan

mental kerena tidak di persiapkan secara terlatih dan tidak memiliki bekal rohani.

Kemorosotan aspek kemiliteran ini sangat besar pengaruhnya terhadap lenyapnya

ketahanan dan pertahanan kerajaan Safawi.

4. Sering terjadinya konflik internal dalam bentuk perebutan kekuasaan di kalangan

keluarga Islam.

5. “ulama mulai meragukan otoritas Syah yang berlangsung secara turun temurun,

sebagai penanggung jawab pertama atas ajaran Islam syiah”. 32


30
Dr. Muslih, MA, 2018 Sejarah Peradaban Islam, Semarang : Walisongo Press, h.237
31
zyumardi, op. cit., h. 103.
32
Dr Abd. Rahim Yunus, Drs. Abu Haif, Sejarah Islam Pertengahan, Yogyakarta : penerbit ombak, 2013,
h. 242.
D. Masa Kejayaan Kerajaan Safawi

Kondisi kerajaan Safawi yang memprihatinkan itu baru bisa diatasi setelah raja Safawi

kelima, Abbas I naik tahta (1588-1628 M). 33Langkah-langkah yang ditempuh oleh Abbas I

dalam rangka memulihkan kerajaan Safawi adalah:

1. Berusaha menghilangkan dominasi pasukan Qizilbash dengan cara membentuk

pasukan baru yang berasal dari budak-budak dan tawanan perang bangsa Georgia,

Armenia dan Sircassia.

2.  Mengadakan perjanjian damai dengan Turki Usmani dengan jalan menyerahkan

wilayah Azerbaijan, Georgia, dan disamping itu Abbas berjanji tidak akan

menghina tiga Khalifah pertama dalam Islam (Abu Bakar, Umar dan Usman)

dalam khutbahkhutbah Jum'at. Sebagai jaminan atas syarat itu, Abbas

menyerahkan saudara sepupunya Haidar Mirza sebagai sandera di Istambul

(Borckelmann,1974:503). 

Masa kekuasaan Abbas I merupakan puncak kejayaan kerajaan Safawi. Ia berhasil

mengatasi gejolak politik dalam negeri yang mengganggu stabilitas negara dan

sekaligus berhasil merebut kembali beberapa wilayah kekuasaan yang pernah

direbut oleh kerajaan lain seperti Tabriz, Sirwan dan sebagainya yang sebelumnya

lepas direbut oleh kerajaan usmani.34

E. Perbedaan Kemajuan Masa Ini Dengan Masa Klasik

Sebagai mana diuraikan terdahulu, pada masa kejayaan tiga kerajaan besar ini, umat

33
Lihat Ajid, op. cit., h.177-178., lihat juga Badri Yatim, op cit., h.144.
34
islam kembali mengalami kemajuan. Akan tetapi kemajuan yang dicapai berbeda dengan

kemajuan yang dicapai pada masa klasik islam.

Kemajuan pada masa klasik jauh lebih kompleks. Dibidang intelek kemajuan pada

masa tiga kerajaan besar tidak sebanding dengan kemajuan dizaman klasik , dalam bidang ilmu

keagamaan, umat islam sudah mulai bertaklid kepada imam-imam besar yang lahir pada masa

klasik islam, kalaupun ada mujtahid, maka ijtihad yang dilakukan adalah ijtihadfi almazhab,

yaitu ijtihad yang masih berada dalam batas-batas mazhab tertentu.

Tidak ada lagi ijtihad mutlak, hasil pemikiran bebas yang mandiri. Bebrapa sains

yang35 berkembang pada masa klasik, ada yang tidak berkembang lagi, bahkan ada yang

dilupakan. filsafat dianggap bidah. Kalau pada masa klasik , umat islam maju dalam bidang

politik. Peradaban dan kebudayaan. Seperti dalam ilmu pengetahuan dan pemikiran filsafat

kecuali sedikit berkembang dikerajaan Safawi-Persia dan ilmu pengetahuan umum tidak

didapatkan lagi. Kemajuan yang dapat dibanggakan pada masa ini hanya hanya dalam bidang

politik, kemiliteran, dan kesenian, terutama arsitektur.

Ada beberapa alasan mengapa kemajuan yang dicapai itu tidak setingkat dengan

kemajuan yang dicapai pada masa klasik:

1. Metode berpikir dalam bidang teknologi yang berkembang pada masa ini adalah metode

berfikir tradisional. Cara berpikir ini nampaknya mempengaruhi perkembangan

peradaban dan ilmu pengetahuan.Metode berpikir rasional yang dikembangkan oleh

aliran Muktazilah sudah lama padam. Yang ada adalah metode berfikir tradisional yang

dikembangkan oleh aliran teologi Ays’ariyah. 36

Walaupun asy’ariyah berusahamendamaikan pemikiran Qadariyah yang dinams dengan

35
Badri Yatim,M.A.,Sejarah Peradaban Islam,(Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada,2003),hlm.151- 154.
36
Dr. Taufik Abdullah dkk, Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, Ajaran op. cit., h. 299
Jabariyah yang fatalis, tetapi aliran ini tetap terjerumus kedalam pemikiran jabariyah.

Dalam pemikiran Asy’ariyah. Perbuatan manusia tidak dipandang efektif,

perkembangan sejarah lebih ditentukan oleh perbuatan dan kemahakuasaan tuhan.

Aliran ini berkembang cepat dan dianut oleh mayoritas umat islam sehingga faham

fatalisme dalam islam menjadi berkembang. Perkembangan metode berfikir seperti ini

menyebabkan dinamika umat islam yang terdapat pada masa lalu menurun, digantikan

dengan fatalism. Paham kemerdekaan manusia ditolak dan kepercayaan kepada akal

manusia tidak ada lagi.37

2. Pada masa klsik islam, kebebasan berfikir berkembang dengan masuknya pemikiran

filsafat Yunani. Namun kebebasan tersebut ini menurun sejak Al-Ghozali melontarkan

kritik tajam terhadap pemikiran filsafat yang tertuang dalam bukunya Tahafu al-falasifat

(kekeacauan para filosof). Kritik Al-Ghozali itu memang mendapat bantahan dari filsof

besar islam dan terahir, Ibn Rusyd, dalam bukunnya Tahafu al-tahafur (kekacauann

buku kekacauan) tetapi nampaknya, tetapi nampaknya kririk Al-Ghozali lebih

populerdan berpengaruh daripada bantahan Ibn Rusyd. Nurcholis madjid mengatakan

pemikiran al-Ghazali itu mempunyai efek pemenjaraan kreatifitas intelektual islam.

3. Al-Ghozali tidak hanya menyerang pemikiran filsafat pada masnya, tetapi juga

menghidupkan ajaran Tasawuf adalah38 tawakkal, berserah diri terhadap kehendsk

Tuhan dan Zuhd, meninggalkan dunia dan kehidupan materi, dalam tasawuf kehidupan

ukhrawi jauh lebih diutamakan dari pada kehidupan duniawi.

Ajaran terakhir ini dipandang tidak sejalan dengan pembangunan kehidupan duniawi
M.Abdul Karim,Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam,(Yogyakarta : Pustaka Book P
37

ublisher,2007),h.305-309

38
Dr Abd. Rahim Yunus, Drs. Abu Haif, Sejarah Islam Pertengahan, Yogyakarta : penerbit ombak, 2013,
h. 242.
dan kemajuan. Bahkan fazlur Rahman mengatakan bahwa suatu hal yang tidak bisa

diterima oleh Islam adalah sikap negative terhadap dunia yang tampak berkembang

dikalangan kaum sufi. Pemikiran ini menurutnya berkembang sangat cepat.

4. Sarana-sarana untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan pemikiran yang disediakn

masa klasik, seperti perpstakaan dan karya-karya ilmiah, baik yang diterjemahkan
39
dalam bahasa Yunani, Persia, India dan Syria, maupun dari bahasa lainnya. Banyak

yang hancur dan hilang akibat serangan bangsa mongol kebeberapa pusat peradaban dan

kebudayaan islam.

5. Kekuasaan islam pada masa tiga kerajaan islam besar dipegang bangsa Turki dan

Mongol yang lebih dikenal sebagai bangsa yangsuka perang ketimbang bangsa yang

suka ilmu.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Sejarah berdiri dan perkembangan kerajaan Safawi Kerajaan safawi di Persia baru

berdiri ketika kerajaan Usmani sudah mencapai puncak kemajuan nya. Kerajaan ini

berkembang dengan cepat .Dalam perkembangan nya,kerajaan safawi sering bentrok dengan

Kerajaan Usmani. Berbeda dari 2 kerajaan islam lainnya(Usmani dan Mughal),kerajaan Safawi

menyatakan Syi’ah sebagai mazhab negara. Karena itu kerajaan ini dianggap sebagai peletak

pertama dasar terbentuknya negara Iran dewasa ini

Penyebab kemunduran kerajaan Safawi asa ini.

Sepeninggal Abbas I kerajaan Safawi berturut-turut diperintah oleh enam raja, yaitu
39
Ira M. Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam (Cet. I; Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1999), h. 695
safi Mirza (1628-1642 M), Abbas II (1642-1667 M), Sulaiman (1667-1694), Husain (1694-

1722 M), Tahmasp II (1722-1732 M), dan Abbas III (1733-1736 M). Pada masa raja-raja

tersebut kondisi kerajaan safawi tidak menunjukkan grafik naik dan berkembang, tetapi justru

memperlihatkan kemunduran yang akhirnya membawa kepada kehancuran.

Perbedaan kemajuan masa ini dengan masa klasik.

Sebagai mana diuraikan terdahulu, pada masa kejayaan tiga kerajaan besar ini, umat

islam kembali mengalami kemajuan. Akan tetapi kemajuan yang dicapai berbeda dengan

kemajuan yang dicapai pada masa klasik islam. Kemajuan pada masa klasik jauh lebih

kompleks.

Kerajaan Safawi bermula dari gerakan sufi di kawasan Azerbajian yang disebut

Safawiyah perkembangan-perkembangan dibidang kerajaan safawi sangat cepat proses

kemajuannya yang di capai kerajaan safawi tidak hanya terbatas dibidang politik melainkan

bidang lainnya, namun yang membuat kemunduran dan kehancuran kerajaan safawi

B. Saran

Demikian makalah ini saya perbuat, penulis menyadari bahwa makalah ini tidak lepas

dari kekurangan dan kekhilafan, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik maupun saran yang

sifatnya membangun untuk perbaikan makalah selanjutnya.


DAFTAR PUSTAKA

Ajid Tohir, Perkembangan Peradaban Di Kawasan Islam: Melacak Akar-Akar


Sejarah Sosial, Politik dan Budaya umat Islam Ed 1-2, Jakarta: Rajawali,
2009

Abd Karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, Yogyakarta: Pustaka Book
Publisher, 2007

Busman Edyar, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Pustaka asatruss, 2009

Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2008

Effat al-Sharqawi, Filsafat Kebudayaan Islam, Bandung: Pustaka, 1986

Hamka, Sejarah Umat Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1981

Ira M. Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1999

Kafrawi Ridwan, Ensiklope Islam, Jakarta: Ichtiar Van Hoeve, 1994


Lihat Syafiq A. Muqhni, Dinamika Intelektual Islam pada Abad Kegelapan,
Surabaya: Lembaga Pengkajian Agama Masyarakat, 2002

Munawiyah, Sejarah Peradaban Islam, Banda Aceh: PSW IAIN AR-Raniry, 2009

Musyifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik: Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam,


Jakarta: Kencana, 2007

M. Abdul Karim, Sejarah pemikiran dan Peradaban Islam Pengetahuan, Yogyakarta:


Penerbit Ombak, 2013

Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Amzah, 2010

Taufik Abdullah, Tematis Dunia Islam, Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 2003

CURRICULUM VITAE

Nama : Siti Agisni R. Umar

Tempat /Tanggal lahir : Gorontalo, 03 Maret 2002

Jenis Kelamin : Perempuan

Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : Kelurahan Islam Lingkungan 03 Kecamatan


Tuminting Kota Manado

Nomor Hp : 089697904956

Email : agisumar2@gmail.com

Pendidikan

 SD Muhammadiyah 02 Manado
 SMP Muhammadiyah 01 Manado
 SMA Man Model 01 Manado

Kesan dan Pesan Selama Belajar Mata Kuliah Sejarah Peradaban Islam

Kesan : Selama pada masa semester 3 ini, saya banyak mencari ilmu dengan belajar
mata kuliah Sejarah Peradaban Islam dengan cukup baik. Karena alasan
saya saat belajar tentang sejarah pada masa dahulu hingga sekarang. Pada
saat Bapak menyampaikan tentang Sejarah saat itu pula saya banyak
mengetahui bagaimana kejayaan Kerajaan Safawi hingga kemundurannya,
hingga pada saat itu juga saya cukup merasa senang dengan apa yang bapak
sampaikan.

Pesan: Dengan mempelajari bayak ilmu kita ketahui tentang sejarah. Oleh sebab itu
jangan terlalu mengeluh dengan tugas-tugas yang Bapak berikan dan begitu
banyak pengetahuan yang belum saya dengar sebelumnya. insyallah kita
sebagai mahasiswa memperoleh hikmanya Aamin yaa rabbal’alamin.

Anda mungkin juga menyukai