Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

KERAJAAN SAFAWI
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas
Mata kuliah : Peradaban Islam
Dosen pengampu : Abdullah Mahmud Drs. M.Ag

Disusun oleh :
Anisa Hamidah (G100210019)
Choirunisa Dwi Kusumawardani (G100210046)

PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul kerajaan safawi ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada mata
kuliah peradaban islam. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
terkait kerajaan safawi bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Pak Abdullah Mahmud, selaku dosen mata kuliah
peradaban islam yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan sesuai dengan bidang yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karna itu
kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Surakarta, 06 Desember 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................ii
BAB I......................................................................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan........................................................................................................................1
BAB II.....................................................................................................................................................2
A. Sejarah Lahir Kerajaan Safawi..................................................................................................2
B. Wilayah Kekuasaan...................................................................................................................3
C. Perkembangan Peradaban........................................................................................................4
D. Masa Kemunduran....................................................................................................................6
BAB III....................................................................................................................................................7
A. KESIMPULAN.............................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................................8

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara umum, para ulama mengklasifikasikan sejarah peradaban kemajuan
Islam dalam tiga periode besar, yaitu periode klasik berkisar antara 650 -1250M,
periode pertengahan antara 1250-1800M dan periode modern dari 1800 M hingga
sekarang. Periode Klasik ditandai dengan kemajuan atau masa keemasan dan
kejayaan Islam yang dibagi ke dalam dua tahap. Pertama, adalah tahap ekspansi,
integrasi dan pusat kemajuan (650 – 1000 M). Di masa inilah daerah Islam meluas
melalui Afrika utara sampai ke Spanyol di belahan Barat dan melalui Persia sampai
ke India di belahan Timur. Daerah- daerah itu tunduk kepada kekuasaan Islam.
Kedua, fase disintegrasi (1000 – 1250 M). Di masa ini keutuhan umat Islam
dalam bidang politik mulai pecah. Kejayaan Islam mulai surut. Kekuasaan khalifah
menurun dan akhirnya Baghdad dapat dirampas dan dihancurkan oleh Hulagu Khan
di tahun 1258 M. Khalifah sebagai lambang kesatuan politik umat Islam hilang.3 Hal
ini disebabkan hancurnya Kota Baghdad, yang menjadi salah satu kota dengan ilmu
pengetahuan paling maju, karena serangan Hulagu Khan.
Periode pertengahan juga dibagi ke dalam dua fase. Pertama, fase pertama
adalah fase kemunduran (1250 – 1500 M). Di masa ini desentralisasi dan disintegrasi
bertambah meningkat. Kedua, fase tiga kerajaan besar (1500 – 1700 M) dan masa
kemunduran (1700 – 1800 M). Tiga kerajaan besar tersebut adalah kerajaan Usmani
di Turki, kerajaan Safawi di Persia dan kerajaan Mughal di India. Kejayaan Islam
pada tiga kerajaan besar ini terlihat dalam bentuk arsitek sampai sekarang dapat
dilihat di Istambul, Iran dan Delhi. Kerajaan-kerajaan tersebut merupakan tiga
kerajaan terbesar pada masa itu. Dan keadaan politik umat Islam secara keseluruhan
baru mengalami kemajuan kembali setelah muncul dan berkembangnya tiga kerajaan
besar Islam tersebut. Maka dalam artikel ini kami akan menjelaskan bagaimana
sejarah kerajaan Safawi sampai dengan masa kemunduran kerajaan Safawi.

B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana sejarah lahir kerajaan Safawi?
b. Bagaimana wilayah kekuasan kerajaan Safawi?
c. Apa saja perkembangan peradaban pada masa kerejaan Safawi?
d. Apa sebab kemunduran kerajaan Safawi?

C. Tujuan Penulisan
a. Mengetahui sejarah lahirnya kerajaan Safawi.
b. Mengetahui wilayah-wilayah kekuasan kerajaan Safawi.
c. Mengetahui perkembangan peradaban pada masa kerajaan Safawi.
d. Mengetahui sebab kemunduuran kerajaan Safawi.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Lahir Kerajaan Safawi


Daulah Safawiyah (1501-1736 M) berasal dari sebuah gerakan tarekat yang
berdiri di Ardabil, sebuah kota di Azerbaijan, Iran. Tarekat ini diberi nama tarekat
Safawiyah didirikan pada waktu yang hampir bersamaan dengan Daulah Turki
Usmani di Asia Kecil. Daulah safawiyah menyatakan bahwa syi’ah sebagai madzhab
negara. Maka darii tu kerajaan ini dapat disebut sebagai peletak pertama dasar
terbentuknya negara Iran. Nama Safawiyah diambil dari nama pendirinya Safi al-Din
(1252-1334 M) dan nama safawi itu terus dipertahankan sampai tarekat ini menjadi
gerakan politik. Bahkan nama itu terus dilestarikan setelah gerakan ini berhasil
mendirikan kerajaan.(As’ adurrofik, 2021)
Safa Al-Din berasal dari keturunan orang yang berada dan memilih sufi
sebagai jalan hidupnya. Ia merupakan keturunan imam syi’ah keenam yaitu Musa Al-
Kazim. Gurunya bernama Syaikh Taj Al-Din Ibrahim Zahidi (1216-1301) yang
memiliki julukan Ibrahim Al Ghilani. Berkat prestasi dan ketekunannya dalam
berkehidupan tasawuf, Safa Al-Din dipinang menjadi mantu oleh gurunya. Safa Al-
Din mendirikan tarekat safawiyah setelah ia menggantikan gurunya dan yang wafat
pada tahun 1301 M. Pengikut tarekat safawiyah sangat teguh memegang ajaran
agama. Adanya tarekat ini bertujuan untuk memerangi orang-orang yang ingkar
kemudian memerangi orang-orang yang mereka sebut dengan Ahlul bid’ah.
Keberadaan tarekat ini semakin penting setelah berubah dari tarekat kecil yang
bersifat lokal menjadi gerakan keagamaan yang besar di Persia, Syiria dan Anatolia.
Di daerah diluar Ardabil, Safa Al-Din menempatkan wakilnya yang memimpin
murid-muridnya yang diberi gelar “kalifah”.
Suatu ajaran agama yang dianut secara fanatik, seringkali menimbulkan
keinginan untuk berkuasa. Maka dalam rentan waktu yang tidak lama murid-murid
dalam tarekat ini berubah menjadi tentara-tentara yang teratur, fanatik dalam
kepercayaan syi’ah dan menentang setiap orang yang tidak bermadzhab syi’ah.
Gerakan safawiyah terus berkembang luas sehingga yang semula hanya sebagai
gerakan keagamaan berubah dan berkembang menjadi gerakan politik.(Aniroh, 2021)
Wujud konkret gerakan Safawiyah berkembang dalam dunia politik terjadi
pada masa kepemimpinan Al-Juneid (1447-1640 M). Dinasti Safawi memperluas
gerakannya dengan kegiatan politik dalam kegiatan keagamaan. Karena hal itu
menyebabkan adanya konflik antara Juneid dengan penguasa Kara Koyonlu (domba
hitam) penguasa daerah tersebut. Juneid dalam konflik tersebut kalah dan diasingkan
ke suatu daerah. Dalam daerah tersebut Juneid mendapat perlindungan dari AK
Koyonlu yang merupakan penguasa Diyar Bakr. Dalam masa pengasingannya Juneid
menghimpun kekuatan dengan Uzun Hasan. Pada tahun 1460 M, Juneid mencoba

2
merebut Sircassia tetapi pasukannya dihadang oleh tentara Sirwan dan Juneid sendiri
terbunuh dalam peperangan tersebut. (Dr. Badri Yatim, 2020)
Pada masa itu anak Juneid yaitu Haedar berumur tujuh taun dan hidup
dibawah naungan Uzun Hasan. Kepemimpinan safawi bisa diserahkan kepadanya
pada tahun 1470 M. Hubungan Haedar dengan Uzun hasan semakin erat dikarenakan
Haedar berhasil mempersunting anak dari Uzun Hasan dan dari perkawinan tersebut
lahirlah seorang anak yang bernama Ismail yang dikemudian hari menjadi pendiri
kerajaan Safawi. (Dr. Badri Yatim, 2020)

B. Wilayah Kekuasaan
Kepemimpinan gerakan Safawi selanjutnya berada di tangan Ismail, yang saat
itu masi berusia tujuh tahun. Selama lima tahun Ismail dan pasukannya bermarkaz di
Gilan, mempersiapkan kekuatan dan mengadakan hubungan dengan para pengikutnya
Azerbaijan, Syiria, dan Anatolia. Pasukan itu dinamai dengan Qizilbash.
Pada tahun 1501 dibawah pimpinan Ismail pasukan Qizilbash menyerang dan
mengalahkan AK Koyonlu di Sharus, dekat Nackchivan. Pasukan ini terus berusaha
memasuki dan menaklukkan Tabriz, ibu kota AK Koyonlu dan berhasil merebut dan
mendudukinya. Pada kota ini juga Ismail memproklamasikan bahwa dirinya sebagai
raja pertama dinasti Safawi. Yang disebut juga dengan Ismail I.(Adam & Syukur,
2022)
Ismail I berkuasa dalam kurun waktu 23 tahun yaitu mulai dari tahun 1501-
1524 M. Pada sepuluh tahun pertama, ia dapat menghancurkan sisa-sisa kekuatan AK
Koyonlu di Hamadan, menguasai Provinsi Kaspia di Nazandara, Gurgan, Yazd,
Diyat, Bakr, Baghdad dan daerah barat daya Persia, Sirwan, dan Khurasan. Dalam
waktu sepuluh tahun wilayah kekuasaannya sudah mencakup seluruh Persia dan
bagian timur Bulan Sabit Subur (Fortile Crescent).
Ambisi politik yang dimiliki ismail I juga terus mendorong untuk menguasai
daerah-daerah lainnya seperti Turki Utsmani. Terjadi perang dengan turki Utsmani
pada tahun 1514 M di Chaldiran dekat Tabriz. Dalam peperangan ini Ismail I
mengalami kekalahan dan kekalahan tersebut membuat runtuhnya kebanggaan dan
kepercayaan diri Ismail dan berakibat kepada berubahnya diri Ismail. Dampak
tersebut menimbulkan adanya persaingan segitiga antara pimpinan suku-suku Turki,
pejabat-pejabat keturunan Persia, dan Qizilbash dalam merebut pengaruh untuk
memimpin kerajaan Safawi.(Kusdiana & Saebani, 2013)
Terjadi beberapakali peperangan sepeninggalnya Ismail yang mengakiibatkan
lemahnya kerajaan Safawi. Kondisi tersebut baru bisa ditangani setelah raja safawi
kelima, Abbas I naik tahta (1588-1628 M).
Abbas I berhasil membuat kerajaan Safawi kembali membaik. Usaha yang dilakukan
Abbas I diantara yaitu berusaha merebut kembali wilayah-wilayah kekuasaan yang
hilang. Tahun 1598 ia menaklukan Herat. Kemudian malanjutkan serangan merebut
Marw dan Bakhl. Pada tahun 1602 M, pada saat Turki Utsmani dipimpin oleh Sultan
Muhammad III, Pasukan Abbas I menyerang dan berhasil menguasai Tabriz, Sirwan,

3
dan Baghdad. Dan pada tahun 1065-1606 berhasil menguasai kota-kota Nakhchivan,
Erivan, Ganja, dan Tiflis. (Dr. Badri Yatim, 2020)
Selanjutnya pasukan Abbas I dapat merebut kepulauan Hurmuz dan mengubah
pelabuhan Gurmun menjadi pelabuhan bandar Abbas pada tahun 1622 M.
Masa kekuasaan Abbas I merupakan puncak kejayaan kerajaan Safawi. Secara
politik ia mampu mengatasi berbagai kemelut di dalam negeri dan berhasil merebut
kembali wilayah-wilayah yang pernah direbut oleh kerajaan lain pada masa raja-raja
sebelumnya.

C. Perkembangan Peradaban
Peran kesejarahan kerajaan Safawi begitu besar. Hal ini dapat dilihat dari sisi
kemajuan dan kejayaannya. Namun demikian, masa kemajuan kerajaan safawi tidak
berlangsung terwujud pada masa dinasti itu berdiri dibawah Ismail, Raja pertama
(1502-1524). Kejayaan Safawi yang gemilang baru dicapai pada pemerintahan syah
Abbas (1587-1629), raja yang kelima. Walaupun begitu peran Ismail sebagai pendiri
Safawi sangat besar sebagai peletak pondasi bagi kemajuan Safawi di kemudian hari.
Ismail telah meberikan corak bagi Safawi dangan menetapkan syi’ah sebagai agama
negara, syah Ismail juga telah memberikan dua karya besar bagi negaranya, yaitu
perluasan wilayah dan penyusunan struktur pemerintahan yang unik pada masanya.
Beberapa kemajuan dalam berbagai aspek pada masa pemerintahan kerajaan Safawi
antara lain sebagai berikut :

1. Bidang Ekonomi
Kerajaan Safawi mengalami kemajuan di bidang ekonomi, terutama industri
dan perdagangan. Stabilitas politik kerajaan Safawi ternyata lebih memacu
perkembangan perekonomian Safawi, lebih-lebih setelah kepulauan Hurmuz
dikuasai dan pelabuhan Gurmun duubah menjadi Bandar Abbas. Hal ini
dikarenakan Bandar ini merupakan salah satu jalur dagang antar Timur dan Barat
yang bisa diperebutkan oleh Belanda, Inggris, dan Prancis, sesungguhnya milik
kerajaan Safawi. (Dr. Badri Yatim, 2020)
Diantara kemajuan yang tampak dalam bidang ekonomi adalah:
a. Ramainya perdagangan melalui teluk Persi, dan meningkatnya ekspor Safawi,
terutama komoditi sutra.
b. Lancarnya perdagangan dengan luar negeri, terutama dengan Inggris.
c. Digalakkannya bidang pertanian, terutama yang digunakan untuk pertenakan
ulat sutra, sehingga produktivitas pertanian meningkat.
d. Dibangunnya fasilitas perdagangan yang memadai, seperti sarana transportasi,
jembatan, pusat-pusat perdagangan dan jalur yang luas yang menghubungkan
daerah sebelah timur laut Kaspia dengan daerah disebelah baratnya.

2. Bidang Ilmu Pengetahuan


Dalam sejarah Islam bangsa Persia dikenal sebagai bangsa yang berperadaban
tinggi dan berjasa mengembangkan ilmu pengetahuan. Oleh karna itu,

4
mengherankan apabila pada masa kerajaan Safawi tradisi keilmuan ini terus
berlanjut. Terdapat beberapa ilmuwan yang selalu menghadiri diskusi pada
majelis Isfahan. Mereka itu adalah Baharuddin Syaerasi, Sadaruddin Syaerasi, dan
Muhammad Baqir ibn Muhammad Damad, filosof, ahli sejarah, teolog, dan
seorang yang pernah mengadakan observasi mengenai kehidupan lebah-lebah.
Bila dibandingkan dengan dua Daulah lainnya, yaitu Daulah Turki Usmani
dan Daulah Mughal dalam waktu yang sama, kalau di bidang ilmu pengetahuan
Daulah Safawiyah ini jauh lebih unggul.(Middle et al., n.d.)

3. Bidang Pembangunan Fisik dan Seni


Setelah tercipta stabilitas politik, ekonomi, dan keamanan dalam pemerintahan
Sultan Abbas I maka ia dapat mengalihkan perhatiannya pada bidang lain. Sultan
telah menjadikan kota Isfahan, ibu kota kerajaan menjadi kota yang sangat indah.
Di kota tersebut berdiri bangunan-bangunan besar lagi indah, masjid-masjid,
rumah-rumah sakit, sekolah-sekolah, jembatan-jembatan, diperindah dengan
taman-taman wisata yang ditata dengan baik, sehingga ketika Abbas I wafat, di
Isfahan telah terdapat 162 masjid, yang terbesar di antaranya adalah masjid “Syah
Isfahan”, 48 akademi, 1802 penginapan dan 273 pemandian umum. Di bidang
seni, Nampak pada gaya arsitektur bangunan-bangunannya, juga dapat dilihat
pada kerajinan tangan, keramik, karpet, permadani, pakaian dan tenunan, mode,
tembikar dan model seni lainnya. Juga sudah dirintis seni lukis. (Desky, 2016)
Demikianlah puncak kemajuan yang telah dicapai oleh Daulah Safawiyah
yang membuat Daulah ini menjadi salah satu dari tiga Daulah Islam yang besar
pada periode abad pertengahan yang disegani oleh lawan-lawannya, terutama pada
bidang politik dan militer, walaupun tidak setaraf dengan kemajuan yang telah
dicapai umat Islam pada periode abad klasik.

4. Bidang Politik dan Pemerintahan


Pengertian kemajuan dibidang politik disini adalah terwujudnya integritas
wilayah negara yang luas yang dikawal oleh suatu angkatan bersenjata yang
tangguh dan diatur oleh suatu pemerintahan yang kuat, serta mampu memainkan
peranan dalam parcaturan politik internasional.
Sebagai lazimnya kekuatan politik suatu negara ditentukan oleh kekuatan
angkatan bersenjata, Syah Abbas I juga telah melakukan langkah politiknya yang
pertama, membangun angkatan bersenjata dinasti Safawi yang kuat, besar dan
modern. Syah Abbas mampu mengatasi kemelut di dalam negeri yang menganggu
stabilitas negara dan berhasil merebut wilayah-wilayah yang pernah disebut oleh
kerajaan lain pada masa sebelumnya. Kemampuan raja dalam mengatur
administrasi negara juga merupakan unsur kemajuan politik kerajaan Safawi yang
tidak bisa diremehkan. Bentuk administrasi yang dijalankan dalam kerajaan
Safawi adalah jenjang tertinggi setelah raja adalah Azamat al-Daulah yang
berfungsi seperti Perdana Menteri, jenjang dibawahnya adalah al-Sadr yang
berfungs seperti Menteri Agama, tugasnya antara lain mengurusi masalah
peradilan, tempat-tempat ibadah, dan kegiatan ulama serta pelajar. Jabatan

5
berikutnya adalah al-Nazir yang mirip dengan menteri Bulog. Lalu Rais al-Khiam
sebagai sekertaris menteri-menteri. Jabatan yang lain adalah Nazr al-Maliah yang
bertugas mengurus Baitul Mall serta perpajakan.(Middle et al., n.d.)

D. Masa Kemunduran
Masa Kemunduran dan Kehancuran Kerajaan Safawi dimulai sejak Raja
Abbas I telah tiada, sepeninggal Abbas I kerajaan Safawi berturut-turut diperintah
oleh enam raja, yaitu Safi Mirza (1628-1642 M), Abbas II (1642-1667 M), Sulaiman
(1667-1694 M), Husen (1694-1722 M), Tahmasp II (1722-1732 M), Abbas III (1732-
1736 M). Pada masa raja-raja tersebut, kondisi Kerajaan Safawi tidak menunjukkan
grafik naik dan berkembang, tetapi justru memperlihatkan kemunduran yang akhirnya
membawa kepada kehancuran, karena kerajaannya ketika itu diperintah oleh raja-raja
yang lemah dan memiliki perangai dan sifat yang buruk. Hal ini menyebabkan rakyat
kurang respon dan timbul sikap masa bodoh terhadap pemerintahan.(Usman, 2018)
Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan berakhirnya kerajaan Safawi :
a. Konflik panjang dengan kerajaan Turki Usmani. Hal ini disebabkan oleh
perbedaan mazhab antar kedua kerajaan. Bagi Kerajaan Usmani, berdirinya
Kerajaan Safawi yang beraliaran Syi’ah merupakan ancaman langsung terhadap
wilayah kekuasaannya. Konflik antara kedua kerajaan tersebut berlangsung lama,
meskipun konflik itu pernah berhenti sejenak ketika tercapai perdamaian antara
keduanya pada masa Raja Shah Abbas I, namun tak lama kemudian Abbas
meneruskan konflik tersebut, dan setelah itu dapat dikatakan tidak ada lagi
perdamaian antara kedua kerajaan besar Islam itu.
b. Adanya dekadensi moral yang melanda sebagian para pemimpin Kerajaan
Safawi.Pasukan Ghulam (budak-budak) yang dibentuk Abbas I tidak memiliki
semangat perang yang tinggi seperti Qilzibash (baret merah) hal ini dikarenakan
pasukan tersebut tidak disiapkan secara terlatih dan tidak melalui proses
pendidikan rohani. Seperti yang di alami oleh pasukan Qilzibash, sementara
anggota pasukan Qilzibash yang baru tidak memiliki militansi dan semangat yang
sama dengan anggota Qilzibash sebelumnya.
c. Seringnya terjadi konflik intern dalam bentuk perebutan kekuasaan dikalangan
keluarga istana.

6
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kerajaan Safawi lahir berasal dari sebuah gerakan tarekat yang berdiri di
Ardabil, sebuah kota di Azerbaijan, Iran. Nama Safawiyah diambil dari nama
pendirinya Safi al-Din (1252-1334 M) dan nama safawi itu terus dipertahankan
sampai tarekat ini menjadi gerakan politik. Bahkan nama itu terus dilestarikan setelah
gerakan ini berhasil mendirikan kerajaan. Kerajaan safawi ada dalam kurun waktu
lebih kurang 235 tahun yaitu mulai dari tahun 1501-1736 M. Kerajaan Safawi berada
pada 11 masa kepemimpinan yang dimulai atau didirikan oleh Ismail I dan diakhiri
oleh Abbbas III.
Pada masa kerajaan safawi banyak mengalami perkembangan peradaban seperti
dalam bidang politik, ekonomi, ilmu pengetahuan yang paling menonjol dan juga
dalam bidang pembangunan fisik dan seni.
Kerajaan safawi mengalami kemunduran dan runtuh pada masa kepemimpinan
Abbas III tahun 1736 M dan terdapat beberapa faktor yang menonjol yaitu konflik
Panjang dengan kerajaan Turki Utsmani, adanya dekadensi moral yang melanda
sebagian para pemimpin Kerajaan Safawi, seringnya terjadi konflik intern dalam
bentuk perebutan kekuasaan dikalangan keluarga istana.

7
DAFTAR PUSTAKA
Adam, A., & Syukur, S. (2022). Sejarah Perkembangan dan Kemunduran 3 Kerajaan Islam di
Abad Modern (1700-1800an). Al-Tadabbur: Jurnal Kajian Sosial, Peradaban Dan
Agama, 8(1), 37–49.
Aniroh, A. (2021). PENDIDIKAN ISLAM MASA PERTENGAHAN (Studi Historis
Pendidikan Di Kerajaan Usmani, Kerajaan Safawi Dan Kerajaan Mughal). AT-THARIQ:
Jurnal Studi Islam Dan Budaya, 1(2).
As’ adurrofik, M. (2021). Sejarah Peradaban Islam Tiga Kerajaan Besar. AL-Fathonah, 1(1),
188–209.
Desky, H. (2016). Kerajaan Safawi Di Persia dan Mhugal India: Asal Usul, Kemajuan dan
Kehancuran. Tasamuh: Jurnal Studi Islam, 8(1), 121–141.
Kusdiana, A., & Saebani, B. A. (2013). Sejarah dan Kebudayaan Islam Periode
Pertengahan.
Middle, T., Rodiah, S. P. I. N., & SEI, M. H. (n.d.). DINASTI-DINASTI ABAD
PERTENGAHAN.
Usman, I. K. (2018). Pendidikan pada Tiga Kerajaaan Besar (Kerajaan Turki Usmani,
Safawiy di Persia dan Moghul di India). Jurnal Ilmiah Iqra’, 11(1).

Dr. Badri Yatim, M. (2020). sejarah peradaban islam. depok: raja grafindo persada.

Anda mungkin juga menyukai