Anda di halaman 1dari 11

ISLAM PADA MASA DINASTI SHAFAWIYAH DI PERSIA

(MELIPUTI ASPEK PEREKONOMIAN DAN MANAJEMEN)


(Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Peradaban Islam)

Dosen Pengampu:
Sugeng Ali Mansur, M. Pd

Oleh Kelompok 8:
Ikhsan Maulana Salam (210501110105)
Yushardani Rohmah (210501110109)
Ahmad Zidni Nuuron A’la (210501110128)

Kelas C
Program Studi S1
Manajemen Fakultas
Ekonomi
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Sejarah Peradaban Islam pada Masa
Mughal di India Meliputi Aspek Perekonomian dan Manajemen" ini tepat pada waktunya.
Tak lupa shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada Baginda Rasulullah SAW yang telah
membimbing kita ke jalan yang lurus.
Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah sejarah peradaban
Islam. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang proses
masuknya Islam di India, Bagaimana perkembangan Islam di India dan penyebab
kemunduran Islam di India bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Sugeng Ali Mansyur, M.Pd selaku dosen
mata kuliah sejarah peradaban Islam yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni kami
juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat
waktu. Kami menyadari makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................................... i

KATA PENGANTAR .........................................................................................................ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................................................1

B. Tujuan Penulisan .........................................................................................................1

C. Rumusan Masalah ........................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pembentukan Kerajaan Safawiyah ...............................................................................2

B. Penguasa Kerajaan Safawi ...........................................................................................3

C. Kemajuan Pada kerajaan Safawi ..................................................................................3

D. Kemunduran Kerjaan Safawi .......................................................................................5

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ..................................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................................8

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dinasti Safawiyah di Persia berkuasa antara tahun 1501-1722 M. Dinasti ini merupakan salah
satu kerajaan Islam yang cukup besar di Persia. Awal mulanya Kerajaan ini berasal dari
sebuah gerakan tarekat yang berada di Ardabil, sebuah kota di Azerbaijan. Nama Safawiyah
dinisbahkan kepada nama salah seorang guru Sufi di Ardabil bernama Syekh Ishak Safiuddin.
Menurut riwayat, ia adalah keturunan dari Musa al-Khadim, imam ketujuh Syi’ah Itsna
‘Asyariyah.

Tarekat ini berdiri bersamaan dengan berdirinya Dinasti Utsmani. Gerakan tarekat ini
memiliki banyak pengikut yang sangat teguh memegang ajaran agama.

Gerakan ini mengubah model gerakannya dari gerakan keagamaan menuju gerakan politik.
Ketika sudah menjadi kekuatan yang besar, Dinasti Safawiyah beberapa kali berhadapan
dengan Dinasti Utsmani. Dinasti Safawiyah menyatakan Syi’ah sebagai madzhab negara,
maka Dinasti Safawiyah dikenal sebagai peletak dasar terbentuknya negara Iran.

Dinasti Safawiyah mencapai puncak kejayaan pada masa Abbas I. Namun, kejayaan itu tidak
mampu dipertahankann oleh para penerusnya. Hal ini dikarenakan sultan-sultan yang
berkuasa lemah. Sehingga memicu terjadinya pemberontakan dan permasalahan yang
berkepanjangan.1

B. Tujuan Penulisan
- Untuk mengetahui Kerajaan Safawiyah terbentuk
- Untuk mengetahui penguasa Kerajaan Safawiyah
- Untuk mengetahui kemajuan Kerajaan Safawiyah
- Untuk mengetahui Faktor yang membuat Kerajaan Safawiyah mengalami kemunduran
C. Rumusan Masalah
- Bagaiman Kerajaan Safawiyah terbentuk?
- Siapa saja penguasa Kerajaan Safawiyah?
- Bagaimana Kemajuan Kerajaan Safawiyah?
- Apa Faktor yang Membuat Kerajaan Safawiyah Mengalami Kemunduran?

1
https://kumpulanreferansi.blogspot.com/2021/08/kerajaan-dinasti-safawiyah-sejarah.html
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pembentukan Kerajaan Safawiyah
Kerajaan Safawi berdiri pada saaat kerajaan Utsmani di Turki mengalami puncak
kejayaannya. Kerajaan Safawi berasal dari suatu gerakan tareka di Ardabil, salah satu
kota di Azerbaijan (wilayah Rusia), dan juga berdirinya hampir sama dengan kerajaan
Utsmani di Turki.
Nama Safawiyah merupakan nama dari pendirinya yaitu Safi Al-Din (1252-1334).
Aliran yang di anut kerajaan Safawiyah yaitu syi’ah dan juga ditetapkan sebagai
mazhab negaranya. Fanatisme sebagai pengikut tarekat Safawiyah yang menentang
golongan selain syi’ah mendorong gerakan ini memasuki gerakan politik.
Kecenderungan tergadap politik juga terwujud pada masa kepemimpinan Junaid
(1447-1460 M) dimana sang imam membuat gerakan politik selain gerakan
keagamaan
Ini menciptakan konflik antara sekte Safawi dan penguasa Karakoyunlu, salah satu
cabang negara Turki yang menguasai wilayah tersebut. Imam itu berhasil diusir dan
diasingkan oleh pihak berwenang. Lalu sang imam kemudian membentuk aliansi
dengan Uzun Hasan, pemimpin Arcoyunlu. Aliansi antara Imam Junaid dan Uzun
Hasan diperkuat dengan pernikahan saudara perempuan Uzun Hasan. Imam Junaid
gagal mendapatkan keuntungan politik di wilayah tersebut karena upaya yang gagal
untuk menaklukkan kota Ardabil dan Circasia.
Setelah kematian Imam Junaid, pemimpin aliran Safawi digantikan oleh seorang
putra bernama Haider. Aliansi dengan Aq Qoyunlu memungkinkan Heider
mengalahkan pasukan Aq Qoyunlu dalam pertempuran tahun 1476. Aliansi Safavid-Aq
Qoyunlu berakhir dengan sikap Aq Qoyunlu mendukung Aq Qoyunlu dalam
pertempuran antara tentara Haider dan Aq Qoyunlu. Pasukan Heider mengalami
kehancuran, dan Heider sendiri tewas dalam pertempuran tersebut.
Kekuasaan dinasti Safawi bangkit kembali di bawah kepemimpinan Ismail. Dia
mempersiapkan kekuatannya selama lima tahun dengan membentuk pasukan Qizilbash
(baret merah) yang berbasis di Giran. Pada tahun 1501 M, pasukan Qizilbash
mengalahkan Dinasti Domba Putih pada Pertempuran Nakhchivan dan menduduki
Tabriz, pusat kekuasaan Dinasti Domba Putih. Di kota ini, Ismail mendeklarasikan
berdirinya dinasti Safawi dan menobatkan dirinya sebagai raja pertama.2

2
https://bocahhukum.blogspot.com/2018/08/makalah-kerajaan-safawi-di-persia.html
2
B. Penguasa Kerajaan Safawi
 Ismail (1501-1524 M)
Hanya dalam 10 tahun, wilayah Ismael meliputi seluruh Persia dan bagian timur
Bulan Sabit Subur. Ambisi politik mendesaknya untuk menjadi lebih kuat, tetapi
Ismail bentrok dengan musuh yang sangat jahat dan membenci kelompok Syiah,
Turki Ottoman. Sebuah pertempuran besar pecah di Chaldiran dekat Tabriz pada
tahun 1514 M, dan kemenangan akhirnya berada di pihak Ottoman. Setelah
kematian Ismail, pada masa pemerintahan Tahmasp I, Ismail II, dan Muhammad
Hodavanda, perang antara dua kerajaan besar ini kembali terjadi. Pada masa
pemerintahan ketiga raja ini, Safawi melemah dan sering terjadi konflik antar
kelompok di dalam negeri.
 Abbas I (1885-1628)
mampu mengembalikan kekuasaan dinasti Safawi dengan menempuh kebijakan
sebagai berikut. Pertama, kurangi kendali tentara Qizilbash dengan membentuk
tentara baru dari tahanan Georgia, Armenia, dan Suriah. Kedua, membuat
perjanjian damai dengan Turki Utsmaniyah. Ia siap meninggalkan wilayah
Azerbaijan, Georgia, dan beberapa wilayah lainnya. Dia juga berjanji tidak akan
menyinggung Abu Bakar, Umar, dan Utsman. Sebagai jaminan transaksi, ia
menyerahkan sandera sepupunya Heidar Mirza di Istanbul. Dapat dikatakan bahwa
Abbas I memperkuat dinasti Safawi lagi dengan langkah-langkah yang diambil.
Dia melihat kembali ke tempat yang dia tinggalkan. Kemudian dia mencoba
mengumpulkan kekuatan militer yang kuat lagi, setelah dipelihara dengan baik, dia
mencoba merebut Turki Utsmaniyah dari wilayahnya. Aliran yang berbeda antara
kedua kerajaan telah menciptakan rasa permusuhan yang tidak pernah berakhir.
Pada tahun 1602 M, ketika Turki Usmani berada di bawah komando Sultan
Muhammad II, Abbas I menyerang Tabriz, Sirwan, dan Bagdad dan berhasil
memerintah. Pada tahun1622 M, pasukan Abbas I berhasil merebut kepulauan
Hurmuz.3

C. Kemajuan pada Kerajaan Safawi


Masa pemerintahan Abbas I merupakan puncak dari kesuksesan dinasti Safawi.
Secara politik, ia mampu mengatasi berbagai krisis dalam negeri yang dapat

3
Dr. Muslih, MA, 2018 Sejarah Peradaban Islam, Semarang : Walisongo Press, hlm 231-235
3
mengganggu stabilitas negara dan merebut kembali wilayah yang ditaklukkan
kerajaan lain pada masa monarki sebelumnya. Kemajuan oleh pemerintah Safawi
tidak terbatas pada politik. Pemerintah juga telah membuat langkah besar di bidang
lain. Secara khusus, kemajuannya adalah sebagai berikut:
 Bidang Ekonomi
Stabilitas politik dinasti Safawi pada masa pemerintahan Abbas I tampaknya
telah menyebabkan perkembangan dinasti Safawi, terutama setelah
pengambilalihan Kepulauan Husms dan konversi Pelabuhan Gumunrun ke
Bandar Abbas. Penguasaan kota, salah satu jalur perdagangan timur-barat yang
biasanya ditolak oleh Belanda, Inggris, dan Prancis, sepenuhnya beralih ke
kepemilikan Safawi. Selain di sektor komersial, Safawi juga mengalami
kemajuan di sektor pertanian, khususnya di Bulan Sabit Subur (Fertile
Crescent).
 Bidang Ilmu Pengetahuan
Dalam sejarah Islam, bangsa Persia dikenal sebagai negara berpendidikan
tinggi yang telah memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu
pengetahuan. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika tradisi ilmiah ini
berlanjut selama dinasti Safawi. Ada beberapa ulama yang selalu hadir di
istana. Yaitu, Baja al-din al-Shaelazi, generalis sains, Sadal al-din al-Shaelazi,
filsuf, sejarawan, teolog, dan mereka yang pernah mengamati kehidupan adalah
lebah. Di wilayah ini, dinasti Safawi sekaligus lebih sukses dari dua kerajaan
Islam lainnya.
 Bidang Pembangunan Fisik dan Seni
Para penguasa kerajaan ini telah berhasil menjadikan Istafan, ibu kota kerajaan,
kota yang sangat indah. Kota ini adalah rumah bagi bangunan besar dan indah
seperti masjid, rumah sakit, sekolah, jembatan besar di atas Zende Rad, dan
Istana Chihil Stun. Kota Isfahan juga dihiasi dengan taman wisata yang tertata
apik. Pada saat kematian Abbas Agung, Istafan memiliki 162 masjid, 48
akademi, 1802 penginapan dan 273 pemandian umum. Di bidang seni, telah
terjadi kemajuan dalam gaya arsitektur bangunan seperti Shamosque, yang
dibangun pada tahun 1611 M. Unsur seni lainnya juga dapat ditemukan dalam
bentuk kerajinan, gerabah, karpet, permadani, pakaian dan tenun, fashion,
gerabah, dan karya seni lainnya. Lukisan itu bermula ketika Tahmasp I Lajay

4
Ismail I membawa seorang pelukis timur ke Tabriz pada tahun 1522 M. Nama
pelukisnya adalah Bizhad. Ini adalah klimaks dari kemajuan Safawi. Sementara
itu, pemerintah mengalami kemunduran. Kemajuan telah membuat kerajaan ini
menjadi salah satu dari tiga kerajaan Islam besar yang disegani oleh musuh,
terutama di kancah politik dan militer. Meski tidak sebanding dengan kemajuan
Islam klasik, pemerintah telah diperkuat melalui kemajuan bisnis, ilmu
pengetahuan, peninggalan seni dan bangunan bersejarah.4

D. Kemunduran Kerajaan Safawi


Kerajaan Safawiyah mengalami kemunduran pasca pemerintahan Abbas I. Enam
sultan setelahnya tidak mampu untuk mempertahankan kemajuan yang sudah diraih
oleh pendahulunya. Para Sultan juga lemah dalam memimpin dan memiliki sifat
buruk yang juga mempengaruhi jalannya pemerintahan. Sehingga kerajaan Safawiyah
banyak mengalami kemunduran dan tidak mengalami perkembangan.

Sepeninggal Abbas I, pemerintahan diambil alih oleh Safi Mirza (1628-1642), ia


merupakan cucu dari Abbas I. Pada masa pemerintahannya, ia dikenal sebagai sultan
yang lemah dan kejam terhadap para pembesar-pembesar kerajaan. Ia juga tidak
mampu mempertahankan kemajuan-kemajuan yang berhasil dilakukan Abbas I.
Selain itu, kota Kandahar berhasil dikuasai oleh Dinasti Mughal dipimpin oleh Sultan
Syah Jihan. Begitu pula dengan Baghdad yang berhasil direbut oleh Turki Utsmani.
Setelah Safi Mirza, pemerintahan dipegang oleh Abbas II (1642-1667). Ia adalah
sultan yang suka minum-minuman keras, suka menaruh curiga terhadap para
pembesar dan memperlakukannya dengan kejam. Rakyatpun tidak begitu peduli
dengan pemerintahan Abbas II. Abbas II meninggal dikarenakan sakit. Selanjutnya
dipimpin oleh Sulaiman (1667-1694), ia memiliki kebiasaan buruk seperti Abbas II
yang juga seorang pemabuk. Banyak terjadi penindasan dan pemerasan. Terutama
terhadap para ulama dan penganut paham Sunni serta cenderung memaksakan paham
Syiah. Sehingga tidak ada perkembangan yang berarti pada masa pemerintahannya.
Keadaan semakin bertambah buruk pada masa pemerintahan Husein ( 1694-1722). Ia
memberikan kebebasan kepada para ulama Syiah untuk memaksakan paham Syiah
dan pendapatnya terhadap penganut Sunni. Hal ini memicu kemarahan dari golongan

4
Dr. Badri Yatim, M.A. Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2003), hlm. 143-145
5
Sunni di Afghanistan, sehingga mereka melakukan pemberontakan. Bangsa Afghan
melakukan pemberontakkan pertama kali pada tahun 1709 dipimpin Mir Vays dan
berhasil merebut wilayah Qandahar. Disisi lain pemberontakan terjadi di Herat yang
dilakukan oleh suku Ardabil Afghanistan dan berhasil menduduki Marsyad. Mir Vays
diganti oleh Mir Mahmud dan ia dapat mempersatukan pasukannya dan pasukan
Ardabil. Sehingga ia mampu merebut kembali wilayah-wilayah Afghan dari
kekuasaan Safawiyah.
Syah Husein merasa terdesak karena ancaman-ancaman dari Mir Mahmud. Akhirnya,
Syah Husein mengakui kekuasaan dan mengangkat Mir Mahmud menjadi Gubernur
di Qandahar dengan gelar Husein Quli Khan (budak Husein). Kekuasaan ini
dimanfaatkan oleh Mir Mahmud untuk memperluas wilayah. Ia berhasil merebut
Kirman dan Isfahan serta kembali memaksa Syah Husein untuk menyerah tanpa
syarat. Pada tanggal 12 Oktober 1722 M, Syah Husein menyerah dan pada 25 Oktober
Mir Mahmud memasuki kota Isfahan dengan penuh kemenangan. Kemudian Mir
Mahmud digantikan oleh Asyraf untuk menguasai Isfahan.
Pemerintahan selanjutnya dilanjutkan oleh salah seorang putera Husein bernama
Tahmasp II (1722-1732), ia mendapat dukungan penuh dari suku Qazar dari Rusia.
Dengan demikian, ia memproklamasikan dirinya sebagai penguasa yang sah dengan
pusat pemerintahan di kota Astarabad. Tahmasp II melakukan kerjasama dengan
Nadir Khan dari suku Afshar untuk menaklukan bangsa Afghan yang berada di
Isfahan pada tahun 1726 M. Pasukan Nadir Khan berhasil merebut Isfahan pada tahun
1729 M. Asyraf terbunuh dalam peperangan itu. Dinasti Syafawiyah kembali
berkuasa.

Namun, Tahmasp II dipecat oleh Nadir Khan dan digantikan oleh Abbas III (1733-
1736) yang merupakan anak dari Nadir Khan. Anaknya masih sangat kecil, sehingga
pada 8 Maret 1736, Nadir Khan mengangkat dirinya sendiri sebagai sultan. Pada masa
pemerintahan Nadir Khan, Dinasti Safawiyah berhasil ditaklukan oleh Dinasti Qazar.
Maka berakhirlah kekuasaan Dinasti Safawiyah di Persia.5

5
Dr Abd. Rahim Yunus, Drs. Abu Haif, Sejarah Islam Pertengahan, Yogyakarta : penerbit
ombak, 2013, hlm 242.
6
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat diambil simpulan bahwa kondisi sosial, politik, ekonomi
dan budaya berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan pendidikan dan
kejayaan tersebut baru dapat dicapai pada masa Abbas I yang memegang tampuk
kekuasaannya.

Ada beberapa sistem lebih dominan dalam praktik pendidikan pada masa Dinasti
Syafawi yaitusebagai berikut. Pertama, pendidikan indokrinatif sebagai kurikulum inti
dalam seluruh pusat pendidikan untuk memantapkan paham Syi’ah sebagai mahzab
keagamaan. Kedua, pendidikan estetika, penekanannya pada seni karya untuk
mendukung sektor industri dan perdagangan. Ketiga, pendidikan militer dan dan
manajemen pemerintahan untuk lebih memperkuat armada perang sebagai pertahanan
pemerintahan dan profesionalisme pengelolaan administrasi pemerintahan. Keempat,
mencetak kader yang loyal tehadap penguasa dan penguasa menginginkan mendapat
dukungan dari elit agama.

7
DAFTAR PUSTAKA
1
https://kumpulanreferansi.blogspot.com/2021/08/kerajaan-dinasti-safawiyah-sejarah.html
2
https://bocahhukum.blogspot.com/2018/08/makalah-kerajaan-safawi-di-persia.html
3
Dr. Muslih, MA, 2018 Sejarah Peradaban Islam, Semarang : Walisongo Press, hlm 231-235
4
Dr. Badri Yatim, M.A. Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2003),
hlm. 143-145
5
Dr Abd. Rahim Yunus, Drs. Abu Haif, Sejarah Islam Pertengahan, Yogyakarta : penerbit
ombak, 2013, hlm 242.

Anda mungkin juga menyukai