KELAS (E)
2018/2019
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah swt. Atas izin-Nya makalah yang
berjudul “Peradaban Islam pada Masa kerajaan safawiyah” ini dapat diselesaikan. Salawat
dan salam semoga tercurah kepada baginda nabi Muhammad saw., sahabatnya, keluarganya,
dan umatnya hingga akhir zaman.
Makalah ini dibuat untuk memberikan penjelasan tentang Peradaban Islam pada masa
Safawiyah kepada mahasiswa. Hal ini dimaksudkan untuk memberi pemahaman dan acuan
kepada mahasiswa FTIK agar bisa mengenal belajar dan faktor yang mempengaruhi belajar.
Penulis sudah berusaha untuk menyusun makalah ini selengkap mungkin. Penulis
juga mengucapkan terimaksih kepada dosen pengampu yang telah memeberikan amanah
kepada penulis untuk mengisi materi penulisan makalah ini. Penulis juga menerima saran dan
kritik dari pembaca guna penyempurnaan penulisan makalah mendatang.
Akhirnya, makalah ini diharapkan bisa bermanfaat dan membantu mahasiswa dalam
mengenali belajar dan faktor yang memepengaruhi belajar. Amiin yaa rabbal ‘alamin.
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Simpulan ...............................................................................................
B. Saran-saran ............................................................................................
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di Persia muncul satu dinasti baru yang kemudian merupakan suatu kerajaan besar
di dunia islam. Dinasti ini berasal dari seorang sufi Syekh Ishak Safiudin (1252 –
1334). Dari Ardabil di Azarbaijan. Syekh Saifuddin beraliran Syi’ah dan mempunyai
pengaruh besar di daerah itu. Cucunya, Syaikh Ismail Syafawi dapat mengalahkan
dinasti-dinasti lain, terutama kedua suku bangsa Turki. Seihingga dinasti Safawi dapat
menguasai Persia. Disebelah barat, kerajaan Safawi berbatasan dengan kerajaan
Utsmani, dan disebelah timur berbatasan dengan India,yang waktu itu berada dibawah
kekuasaan Kerajaan Mughal. Syaikh Ismail berhasil menjadikan aliran Syi’ah sebagai
madzhab yang dianut Negara.
B. Rumusan Masalah
1. Apa latar belakang terbentuknya kerajaan Safawi?
2. Bagaimana urutan para penguasa kerajaan safawi?
3. Bagaimana kondisi dan keadaan masyarakat pada kerajaan safawi?
4. Bagaimana kemajuan peradaban kerajaan safawi?
5. Bagaimana proses kehancuran atau kemunduran dari kerajaan safawi?
C. Metode Pemecahan Masalah
Metode yang dilakukan melalui studi literatur/metode kajian pustaka, yaitu
dengan menggunakan beberapa referensi buku atau dari referensi lainya yang merujuk
pada permasalahan yang dibahas langkah-langkah pemecahan masalahnya dimulai
dengan menentukan masalah yang akan dibahs dengan melakukan perumusan
masalah, melakukan langkah-langkah pengkajian masalah penentuan tujuan,
perumusan jawaban permasalahan dan berbagai sumber.
D. Sistematika Penulisan Makalah
Makalah ini ditulis 3 bagian, meliputi :
Bab I, bagian pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, perumusan
makalah, metode pemecahan masalah, dan sistematika penulisan makalah.
Bab II, pembahasan.
Bab III, bagian penutup yang terdiri dari simpulan dan saran-saran.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kerajaan sfafawi
1
Badri Yatim, “sejarah peradaban islam dirasa islamiyah II”(Jakarta: PT Raja grafindo peraada,2002) hlm. 138
2
Dedi supriadi, “sejarah peradaban islam”(bandung:Pustaka Setia, 2008) hlm. 253-254
3
Samsul Munir, “sejarah peradaban islam”(Jakarta: Amzah, 2009) hlm. 187-188
merebut Ardabel tetapi gagal. Pada tahun 1460 M. Ia mencoba Sircasia tetapi pasukan
yang dipimpinya di hadang oleh pasukan siwan. Ia sendiri terbunuh dalam pertempuran
tersebut. Ketika itu anak Juneid Haidar masih kecil dalam asuhan Uzun Hasan.
Hubungan Haidar dengan Uzun Hasan semakin erat setelah Haidar mengawini salah
seorang puteriUzun Hasan. Haidar dipandang sebagai rival politik oleh AK Koyunlu
dalam meraih kekuasaan selanjutnya. Padahal, sebagaimana telah disebutkan Safawi
adalah sekutu AK Koyunlu.Ak Koyunlu mengirimkan bantuan militer kepada Sirwan,
sehinga pasukan Haidar kalah dan Haidar sendjrj terbunuh dalam peperangan itu.
4
Dr. Fatah syukur, “sejarah peradaban islam”(semarang:PT. Pustaka rizki putra, 2002) hlm. 140-141
kelima, Abbas I naik tahta, ia memerintah tahun 1587-1629. Langkah yang ditempuh
bani Abbas I dalam rangka memulihkan politik kerajaan Syafawi adalah :
a. Mengadakan pembenahan administrasi dengan cara pengaturan dan
pengontrolan dari pusat.
b. Pemindahan ibukota ke Isfahan.
c. Berusaha menghilangkan dominasi pasukan Qiziblash atas kerajaan Syafawi
dengan cara membentuk pasukan baru yang anggotanya terdiri atas budak-budak yang
berasal dari tawanan perang bangsa Georgia, Armenia, dan Sircassia yang telah ada
sejak Raja Tamh I.
d. Mengadakan perjanjian damai dengan Turki Utsmani.
e. Berjanji tidak akan menghina 3 khalifah pada khotbah Jum’at.
Reformasi politik yang dilakukan Abbas I tersebut berhasil membuat kerajaan
Syafawi kuat kembali. Setelah itu, Abbas I mulai memusatkan perhatianya merebut
kembali wilayah-wilayah kekuasaanya yang hilang.
2. Kondisi Keagamaan
Pada masa Abbas, kebijakan keagamaan tidak lagi seperti masa khalifah-khalifah
sebelumnya yang senantiasa memaksakan agar Syi’ah menjadi agama negara, tetapi ia
menanamkan sikap toleransi. Menurut Hamka, terhadap politik keagamaan beliau
tanamkan paham toleransi atau lapang dada yang amat besar. Paham Syi’ah tidak lagi
menjadi paksaan, bahkan orang Sunni dapat hidup bebas mengerjakan ibadahnya.
Bukan hanya itu saja, pendeta-pendeta Nasrani diperbolehkan mengembangkan ajaean
agamanya dengan leluasa sebab sudah banyak bangsa Amerenia yang telah menjadi
penduduk setia di kota Isfahan (Hamka,1981 : 70).
3. Kondisi Ekonomi
Stabilitas politik Kerajaan Syafawi pada masa Abbas I ternyata telah memacu
perkembangan perekoniam Syafawi, terlebih setelah kepulauan Hurmuz dikuasai dan
pelabuhan Gumrun diubah menjadi Bandar Abbas. Dengan dikuasainya bandar ini,
salah satu jalur dagang laut antara timur dan barat yang bisa diperebutkan oleh
Belanda, Inggris, dan Perancis sepenuhnya menjadi milik Kerajaan Syafawi.
Disamping sektor perdagangan, Kerajaan Syafawi juga mengalami kemajuan di sektor
pertanian terutama di daerah bulan sabit subur (Fortile crescent). Namun, setelah
Abbas I mangkat perekonomian mengalami kemunduran dan puncak kemundurannya
terjadi pada masa kekuasaan Syafi Mirza. Pada masa itu, rakyat cenderung masa
bodoh karena mereka sudah banyak memperoleh penindasan dari Syafi Mirza, tetapi
saudagar-saudagar bangsa asing banyak berdiam di Iran dan mengendalikan kegiatan
ekonomi.
6
Samsul Munir, “sejarah peradaban islam”(Jakarta: Amzah, 2009) hlm. 191-192