Anda di halaman 1dari 12

DINASTI SHAFAWIYYAH

(1501-1736 M)
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
SEJARAH PERADABAN ISLAM PERTENGAHAN

Dosen Pengampu :
Dr. Hj. Muzaiyana, M.Fil.I

Disusun Oleh :

Azmil Khafidzoh Munir (03030222074)


Alifa Farahdina Asy’ari P (03040222118)
PROGRAM STUDI SEJARAH PERADABAN ISLAM
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
JUNI 2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima
kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik pikiran maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penulis merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Surabaya, 14 Juni 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................1
1.1 Latar Belakang ..............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .........................................................................................................1
1.3 Tujuan ...........................................................................................................................1
BAB II SEJARAH DINASTI SHAFAWIYYAH...............................................................2
2.1 Sejarah Berdirinya Dinasti Shafawiyyah ......................................................................2
2.2 Khalifah-Khalifah Dinasti Shafawiyyah ......................................................................4
2.3 Perkembangan dan Kemajuan Dinasti Shafawiyyah.....................................................4
2.3.1 Bidang Politik dan Militer ......................................................................................4
2.3.2 Bidang Ekonomi .....................................................................................................5
2.3.3 Bidang Ilmu Pengetahuan .......................................................................................6
2.3.4 Bidang Pembangunan Fisik dan Seni .....................................................................6
2.4 Kemunduran Dinasti Shafawiyyah ...............................................................................7
2.4.1 Faktor Internal ........................................................................................................7
2.4.2 Faktor Eksternal ......................................................................................................7
BAB III KESIMPULAN ....................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................................9

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setelah berakhirnya masa Khulafaurrasyidin, sejarah peradaban Islam
diwarnai dengan berdirinya dinasti-dinasti yang berperan dalam proses
penyebaran agama Islam di dunia. Diantaranya adalah Dinasti Abbasiyah, dimana
Dinasti Abbasiyah ini merupakan dimulainya periode pertengahan sejarah
peradaban Islam. Namun pada abad ke 13 masehi, tentara Mongol yang dipimpin
oleh Hulagu Khan menghancurkan kota Baghdad dan memusnahkan ilmu-ilmu
peninggalan dari ilmuwan Islam kala itu. Ditambah lagi dengan konflik internal
pada pemerintahan Abbasiyah, menyebabkan hancurnya dinasti Abbasiyah yang
sudah berkuasa selama 92 tahun. Dengan hancurnya kota Baghdad, maka
peradaban Islam mengalami kemunduran. Hal ini berdampak pada kehidupan
politik islam setelahnya.
Keadaan politik umat islam mulai bangkit dan maju kembali setelah
berkembangnya tiga dinasti besar, yaitu dinasti Turki Usmani di Turki, Dinasti
Shafawi di Persia dan dinati Mughal di India. Ketiga dinasti ini memiliki peran
besar bagi peradaban islam di dunia. Salah satunya, akan dibahas pada makalah
ini adalah Dinasti Shafawiyyah yang berkembang di negara Persia. Dinasti
Shafawi berkontribusi besar dalam mewarnai gemilangnya Islam pada masa
pertengahan ini. Dalam makalah ini akan dijelaskan bagaimana sejarah dinasti
Shafawiyyah dalam perkembangan peradaban pertengahan Islam.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana proses berdirinya Dinasti Shafawiyyah?
2. Bagaimana perkembangan dan kemajuan Dinasti Shafawiyyah?
3. Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan runtuhnya Dinasti
Shafawiyyah?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui proses berdirinya Dinasti Shafawiyyah
2. Untuk mengetahui perkembangan dan kemajuan Dinasti Shafawiyyah
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan runtuhnya Dinasti
Shafawiyyah

1
BAB II
SEJARAH DINASTI SHAFAWIYYAH
2.1 Sejarah Berdirinya Dinasti Shafawiyyah
Pada masa Khalifah Abu Bakar, tepatnya pada tahun 637 M, umat Islam
berhasil menaklukkan kota Qadisah, ibukota Dinasti Sasan. Sehingga
menyebabkan Persia menjadi wilayah Islam sampai menjadi wilayah salah satu
dinasti besar diantara tiga dinasti terbesar dalam peradaban islam pertengahan,
yaitu Dinasti Shafawiyyah. Namun sebelum adanya Dinasti Shafawi, di Persia
telah menjadi wilayah beberapa dinasti, seperti dinasti Saljuk, Thahiriyah,
Syafariyah dan Buwaihi. Di masa Timur Lenk wilayah tersebut bernama Dinasti
Timuriah (1370-1506). Sepeninggal Timur Lenk, dinasti itu terbagi menjadi dua
bagian yang dipimpin oleh Ulugh bek dan Sultan Husen. Kemudian dinasti ini
tidak stabil karena ada campur tangan oleh Mongol dan Turki. Hal ini
menyebabkan adanya kelompok-kelompok yang tidak puas, mereka mencoba
melakukan gerakan-gerakan. Salah satu dari kelompok yang tidak puas itu adalah
gerakan tarekat Shafawi yang dipimpin oleh Syeikh Syafi’ al-Din (1252-1334).1
Setelah Syeikh Syafi’ al-Din meninggal, tarekat Shafawi dipimpin oleh
anaknya yang bernama Sadr al-Din. Pada periode Sadr al-Din ini tarekat Shafawi
mulai berkembang dan meluas. Sadr al-Din mengorganisir dan menyusun struktur
serta mengangkat asisten atau wakil-wakilnya yang disebut khalifah.
Perkembangan tarekat Shafawiyyah ini, disamping sebagai hal yang positif, tetapi
juga mendatangkan dampak negatif, yakni timbulnya konflik dengan golongan
Sunni. Ini dimulai sejak masa kepemimpinan Syeikh ibrahim, anak Khawaja’ Ali
dan lebih mengikat lagi pada masa Syeikh Juned (1447-1460 M).
Pada awalnya gerakan tarekat ini bertujuan untuk memerangi orang-orang
yang ingkar. Kemudian memerangi orang-orang ahli bid’ah. Tarekat ini menjadi
semakin penting setelah dirubah bentuknya, dari pengajian tasawuf murni yang
bersifat lokal menjadi gerakan keagamaan yang mempunyai pengaruh besar di
Persia, Syiria dan Anatolia. Dalam perkembangannya, pengikut tarekat Shafawi
ini sangat fanatik terhadap ajaran-ajarannya. Hal ini ditandai dengan dengan
kuatnya keinginan mereka untuk berkuasa, supaya mereka dapat menjalankan
ajaran agama yang mereka yakini, yakni ajaran Syi’ah. Karena itu para murid

1
Jaih Mubarok, Sejarah Peradaban Islam (Bandung: Pustaka Islamika, 2008) h. 234

2
tarekat Shafawi menjadi tentara yang teratur, fanatik dalam kepercayaan dan
menentang setiap orang yang bermazhab selain Syi’ah.
Pada tahun 1447 M, di bawah kepemimpinan Syeikh Juneid, tarekat
Shafawiyyah mulai berubah dari gerakan keagamaan menuju kegiatan politik,
dengan maksud untuk mempertahankan diri dan memperluas pengaruh tarekat
Shafawiyyah. Perubahan kegiatan ini menimbulkan konflik antara Syeikh Juneid
dengan penguasa Kara Koyunlu (domba hitam), salah satu suku bangsa Turki,
yang akhirnya menyebabkan kelompok Juneid kalah dan diasingkan ke suatu
tempat. Di tempat baru ini ia mendapatkan perlindungan dari penguasa Diyar
Bakr, Ak Koyunlu (domba putih), yang juga salah satu suku bangsa Turki. 2
Syeikh Juneid tinggal di istana Uzun Hasan, yang ketika itu menguasai sebagian
besar Persia.
Selama dalam pengasingan, Juneid mengumpulkan para pendukungnya
dan membangun kekuatan militer. Kemudian ia menanamkan fanatik keagamaan
(tarekat) dan kesyi’ahan. Ia juga mengangkat isu kesukuan (Kurdi) dan
kedaerahan (Persia). Sehingga para pendukungnya tidak hanya dari pengikut
tarekat dan suku Kurdi saja, melainkan hingga para kepala suku, petani dan
pekerja lainnya. orang-orang yang direkrutnya dinamakan dengan Qizilbash
sebuah nama yang berasal dari nama baret merahnya yang khas, yang
menegaskan bahwa mereka pengikut dan pejuang setia keluarga Safawiyah.
Juneid juga berhasil mempersunting saudara perempuan Uzun Hasan, sebagai
tanda aliansi secara politik. Dari pernikahan ini, Juneid memiliki anak yang
bernama Haidlar. Kemudian ia terbunuh ketika mencoba merebut Sisilia, karena
dihadang oleh tentara Sirwan (Kara Koyunlu).
Sepeninggal Juneid kepemimpinan tarekat Shafawiyyah digantikan oleh
Haidlar, anaknya, yang masih dalam asuhan Uzun Hasan. Kemudian diberikan
secara resmi pada tahun 1470 M. Hubungan Haidlar dan Uzun Hasan semakin
erat setelah ia menikahi putri Uzun Hasan. Dari pernikahan ini lahirlah Ali,
Ibrahim dan Ismail, dimana di kemudian hari Ismail bin Haidlar ini lah yang
mendirikan dinasti Shafawiyyah di Persia.

2
. Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam, Ensiklopedia Islam, PT Ichtiar Baru Van Hoeve, Jakarta, 2005

3
2.2 Khalifah-Khalifah Dinasti Shafawiyyah
Pada tahun 1501 M, Ismail bin Haidlar memproklamasikan dirirnya
sebagai khalifah pertama Dinasti Shafawiyyah dengan sebutan Syah Ismail 1.
Ismail 1 berkuasa kurang lebih 23 tahun. Selama 23 tahun ini Ismail 1 mampu
memperluas kekuasaannya hingga Baghdad dan Khurasan. Dinasti Shafawiyyah
di Persia yang dipelopori oleh Ismail 1 ini mampu mengembalikan kejayaan
Islam yang sempat meredup selama kurun waktu 235 tahun, dengan dipimpin
khalifah-khalifah sebagai berikut:
1. Ismail I (1501-1524 M)
2. Tahmasp I (1524-1576 M)
3. Isma'il II (1576-1577 M)
4. Muhammad Khudabanda (1577-1587 M)
5. Abbas I (1587-1628 M)
6. Safi Mirza (1628-1642 M)
7. Abbas II (1642-1667 M)
8. Sulaiman (1667-1694 M)
9. Husein I (1694-1722 M)
10. Tahmasp II (1722-1732 M)
11. Abbas III (1732-1736 M)
2.3 Perkembangan dan Kemajuan Dinasti Shafawiyyah
Dalam perkembangan Dinasti Shafawiyyah mengalami pasang surut.
Namun dalam waktu yang relatif panjang, dinasti ini telah berperan besar
terhadap kemajuan peradaban Islam. Terutama pada masa pemerintahan khalifah
Abbas I (1585-1628).3 Diantara kemajuan-kemajuan yang diraih oleh dinasti
Shafawiyyah sebagai berikut:
2.3.1 Bidang Politik dan Militer
Sebagai khalifah pertama yang berkuasa, Ismail I berusaha membangun
politik dasar dinasti Shafawiyyah. Ia membentuk birokrasi pemerintahan dengan
mengangkat para kepala suku menjadi wakil untuk mengatur pemerintahan,
memimpin militer dan sebagai kepala agama. Pemberian wewenang kepada para
kepala suku ini dimaksudkan untuk mempertahankan solidaritas dan ashabiyah.
Ini dilakukan Ismail I, sebagai balasan karena telah membantunya memperluas
kekuasaan.
3
Sami bin Abdullah, Atlas Perang Salim, Jakarta, 2009.

4
Keputusan paling penting yang dikeluarkan oleh Ismail I adalah
penetapan ideologi resmi kerajaan, yakni Syi’isme. Ismail I berusaha menerapkan
ajaran kedua belas imam Syi’ah. Ia menginginkan para rakyat yang kebanyakan
menganut Sunni, supaya masuk ke aliran Syi’ah. Ismail I juga berperan sebagai
pemimpin sufi. Para pengikutnya adalah pasukan Qizilbash yang merupakan
pasukan inti kerajaan. Dengan ini dalam peraturan kerajaan terdapat nilai-nilai
kesufian. Dari sinilah awal mula perkembangan aliran sufi.
Kemudian pada masa Abbas I, kekuatan politik dan militer dibangun
kembali dengan menempuh beberapa langkah yaitu:
a. Mengadakan perdamaian dengan dinasti Turki Usmani
b. Menciptakan toleransi terhadap penganut paham Sunni
c. Memindahkan pusat pemerintahan ke Isfahan
d. Merenovasi militer dengan merekrut para tawanan perang yang terdiri
dari bangsa Georgia, Armenia dan Circassia.
Setelah kondisi politik dan militer benar-benar mantap. Abbas I mulai
mengadakan ekspansi, memperluas kekuasannya. Pada tahun 1598 M, ia
menyerang kekuatan Uzbekistan dan menguasai Herat, Marv dan Balk.
Kemudian pada saat Turki Usmani dibawah kekuasaan Muhammad III tahun
1602, Abbas I dapat menguasi Tabriz, Sirwan serta Baghdad dan pada tahun
1605-1606 M menguasai kota-kota Nahriwan, Eriwan, Hanja dan Tifis.
Selanjutnya atas bantuan kapal-kapal Inggris, tahun 1622 M, Abbas I dapat
merebut kepulauan Hurmuz dari tangan Portugis dan merubah pelabuhan Gumrun
menjadi pelabuhan Hurmuz atau Bandar Abbas.4 Dengan keberhasilan Abbas ini,
maka Dinasti Shafawi memasuki masa kejayaannya, karena itu Abbas I diberi
gelar Abbas The Great atau Abbas yang Agung.
2.3.2 Bidang Ekonomi
Stabilitas politik Dinasti Shafawiyyah pada masa Khalifah Abbas I
ternyata telah memacu perkembangan perekonomian Dinasti Shafawiyyah,
terlebih setelah Kepulauan Hurmuz dikuasai dan pelabuhan Gumrun diubah
menjadi Bandar Abbas. Dengan dikuasainya bandar ini, maka salah satu jalur
perdagangan laut antara timur dan barat yang biasanya diperebutkan oleh
Belanda, Inggris dan Perancis berhasil menjadi milik Dinasti Shafawiyyah. Selain

4
Ibnu Salimi, Studi Kemuhammadiyahan Kajian Ideologi dan Organisatoris, Jakarta, 1996.

5
itu Safawi juga mengalami kemajuan sektor pertanian terutama pada saat daerah
Bulan Sabit Subur (Fortile Crescent).
2.3.3 Bidang Ilmu Pengetahuan
Dalam sejarah Islam, bangsa Persia dikenal sebagai bangsa yang memiliki
peradaban tinggi dan ikut andil dalam mengembangkan ilmu pengetahuan. Oleh
karena itu, tidak mengherankan jika pada masa Dinasti Shafawiyyah, khususnya
ketika Khalifah Abbas I berkuasa, keilmuan terus dikembangkan.5 Menurut Badri
Yatim (1993), pada masa Dinasti Shafawiyyah, dunia ilmu pengetahuan
berkembang dengan pesat. Hal ini dapat terlihat dengan munculnya tokoh yang
selalu hadir di majelis istana, seperti Baha al-Din Syaerazi yang merupakan salah
seorang filosof dan Muhammad Baqir Ibnu Muhammad Damad yang merupakan
ahli sejarah dan theolog.
2.3.4 Bidang Pembangunan Fisik dan Seni
Para penguasa Dinasti Shafawiyyah telah berhasil menciptakan Isfahan
(ibu kota kerajaan), menjadi kota yang sangat indah. Di kota itu berdiri bangunan-
bangunan besar lagi indah seperti masjid, rumah-rumah sakit, sekolah-sekolah,
jembatan raksasa diatas Zende Rud dan istana Chihil Sutun. Kota Isfahan juga
diperindah dengan taman-taman wisata yang ditata secara indah. Ketika Abbas I
wafat di Isfahan terdapat 162 mesjid, 48 akademi, 1802 penginapan dan 273
pemandian umum.6
Dibidang seni, kemajuan nampak begitu kentara dalam gaya arsitektur
bangunan-bangunannya, seperti terlihat pada masjid Shah yang dibangun pada
tahun 1611 M dan masjid Syekh Lutf Allah yang dibangun tahun 1603 M. Unsur
seni lainnya terlihat pula dalam bentuk kerajinan tangan, keramik, karpet
permadani,pakaian ,tenunan,mode ,tembikar dan benda seni lainnya. Seni lukis
mulai dirintis sejak zaman Tahmasp I. Raja Ismail I pada tahun 1522 M
membawa seorang pelukis timur ke Tabriz. Pelukis itu bernama Bizhad.7
Demikianlah puncak kemajuan dan peradaban yang dicapai oleh Dinasti
Shafawiyyah. Kemajuan yang dicapai ini dapat membuat Dinasti Shafawiyyah
menjadi salah satu dari tiga kerajaan besar dalam dunia Islam yang disegani oleh
lawan politiknya. Walaupum tidak setaraf dengan kemajuan Islam pada masa

5
Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, Bandung, Penerbit Pustaka Setia, 2008.hal 257
6
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 1993, hal 144-145
7
Dedi Supriyadi, Ibid... hal 257-258

6
klasik, Dinasti Shafawiyyah telah memberikan kontribusinya mengisi peradaban
Islam melalui kemajuan-kemajuan dalam bidang politik dan militer, ekonomi,
ilmu pengetahuan, peninggalan seni dan gedung-gedung bersejarah.8
2.4 Kemunduran Dinasti Shafawiyyah
Setelah berakhirnya kekuasaan Abbas I, Dinasti Shafawi berturut-turut
diperintah oleh Shafi Mirza (1628-1642 M), Abbas II (1642-1666 M), Sulaiman
(1667-1692 M), Husein (1694-1722 M), Tahmasp II (1722-1732 M), dan Abbas
III (1732-1736 M). Pada masa pemerintahan raja-raja ini, kondisi politik Dinasti
Shafawi mengalami penurunan dan berakibat pada kehancurannya. Hal ini
disebabkan oleh kepribadian, sikap dan tindakan mereka yang kurang mendukung
serta adanya serangan dari Dinasti Turki Usmani, Mughal dan Rusia
Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan Dinasti Shafawiyyah
mengalami keruntuhan yaitu:
2.4.1 Faktor Internal
a. Kerusakan moral sebagian penguasa yang disebabkan oleh minuman keras
dan narkotika
b. Pasukan Ghulam yang dibentuk oleh Abbas I tidak memiliki semangat
berperang lagi sebagaimana pasukan Qizilbash. Hal ini disebabkan pasukan
Ghulum tidak disiapkan secara terlatih dan tidak dibekali pendidikan rohani
secara mantap.
c. Adanya perebutan kekuasaan di kalangan keluarga istana
d. Bangkitnya pemimpin-pemimpin suku dan beberapa golongan yang
mengurangi otoritas pemerintah pusat
2.4.2 Faktor Eksternal
Adanya konflik berkepanjangan antara Dinasti Shafawiyyah dan Turki
Usmani. Bagi Dinasti Turki Usmani, berdirinya Dinasti Shafawiyyah yang
beraliran Syi’ah merupakan ancaman langsung terhadap wilayah Dinasti Usmani.
Konflik antara dua dinasti ini berlangsung sangat lama, meskipun pernah berhenti
pada masa Khalifah Abbas I. Namun tidak lama kemudian. Abbas I kembali
meneruskan konflik dan setelah itu tidak ada lagi perdamaian antara Dinasti
Shafawiyyah dan Dinasti Usmani.

8
Badri Yatim, Ibid... hal 143

7
BAB III
KESIMPULAN
Dinasti Shafawiyyah mulanya adalah sebuah gerakan tarekat bermadzhab
Syi’ah yang dipimpin oleh Syeikh Syafi’ al-Din. Pada perkembangannya, gerakan
ini berubah menjadi gerakan politik dan kemudian berhasil mendirikan kerajaan.
Dinasti Shafawiyyah juga merupakan satu-satunya dinasti yang memiliki
madzhab berbeda diantara 2 dinasti Islam lainnya, yaitu Dinasti Turki Usmani
dan Dinasti Mughal yang bermadzhab Sunni. Dinasti Shafawiyyah menyatakan
Syi’ah sebagai madzhab negara. Dinasti ini berdiri selama 235 tahun dengan
dipimpin oleh 11 khalifah.
Dinasti Shafawiyyah mengalami kejayaan pada masa khalifah ke 5 yaitu
Abbas I (1587-1628 M). Kekuasaannya meluas hingga Tabriz, Sirwan serta
Baghdad. Selain itu dengan bantuan dari Inggris, Abbas I dapat merebut
kepulauan Hurmuz dari tangan Portugis dan merubah pelabuhan Gumrun menjadi
pelabuhan Hurmuz atau Bandar Abbas. Kemudian pada pembangunan fisik dan
seni Abbas I membangun 162 mesjid, 48 akademi, 1802 penginapan dan 273
pemandian umum di kota Isfahan. Dan pada bidang seni, kemajuan nampak
begitu kentara dalam gaya arsitektur bangunan-bangunannya, seperti terlihat
pada masjid Shah yang dibangun pada tahun 1611 M dan mesjid Syekh Lutf
Allah yang dibangun tahun 1603 M.
Sepeninggal Khalifah Abbas I, para pemimpin Dinasti Shafawiyyah tidak
mampu mempertahankan kejayaannya. Sehingga kondisi politik saat itu sangat
memprihatinkan dan diambang kehancuran. Hal ini disebabkan beberapa faktor
yang mempengaruhi, diantaranya: 1) faktor internal: kerusakan moral sebagian
penguasa, Pasukan Ghulam yang dibentuk oleh Abbas I tidak memiliki semangat
berperang lagi sebagaimana pasukan Qizilbash, adanya perebutan kekuasaan dan
bangkitny sifat kesukuan. 2) faktor eksternal: Adanya konflik berkepanjangan
antara Dinasti Shafawiyyah dan Turki Usmani.

8
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, S. b. (2009). Atlas Perang Salim. Jakarta.

Badri Yatim, S. P. (1993). Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT Grafindo Persada.

Dedi Supriyadi, S. P. (2008). Sejarah Peradaban Islam . Bandung: Penerbit Pustaka Setia.

Islam, D. R. (2005). Ensiklopedia Islam. Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeven.

Mubarok, J. (2008). Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Islamika.

Salimi, I. (Jakarta). Studi Kemuhammadiyahan Kajian Ideologi dan Organisatoris,. 1996.

Anda mungkin juga menyukai