Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

ASAL USUL DAN PROSES BERDIRINYA KERAJAAN SAFAWI


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Peradaban Islam Periode Pertengahan
Dosen Pengampu : Dr. H. Ading Kusdiana, M. Ag., CIHCS

Disusun oleh :
Dimas Saputra 1225010043
Euis Nuzila Syifa Khatami 1225010046
Fera Nurmala 1225010054
Ibra Zoen Asikin 1225010069
Ihsan Maulana 1225010071

PROGRAM STUDI SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM


FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2023
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillahirabbil’alamin

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang mana telah melimpahkan rahmat dan
karunia-nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Tak lupa
shalawat yang beriringan salam tetap tercurah limpahkan kepada nabi Muhammad SAW. Sebagai
sosok panutan umat islam untuk kehidupan dunia akhirat.

Makalah ini berjudul “Asal Usul dan Proses Berdirinya Kerajaan Safawi” yang disusun
dengan tujuan utuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Filsafat Islam. Kami juga
mengucapkan terima kasih banyak kepada bapak Dr. H. Ading Kusdiana, M. Ag., CIHCS selaku
dosen Sejarah Peradaban Islam Periode Pertengahan yang telah memberikan tugas sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan kami.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan tentu masih banyak terdapat kesalahan serta
kekurangan didalamnya, oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar
dapat menjadi penunjang bagi kami untuk membuat makalah yang lebih baik lagi pada masa
yang akan datang. Aamiin.

Bandung, 14 Oktober 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................3
BAB I...............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN..........................................................................................................................4
A. Latar Belakang...................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................4
C. Tujuan Penulisan...................................................................................................................5
BAB II.............................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.............................................................................................................................6
2.1 Proses Berdirinya Kerajaan Safawi...................................................................................6
Raja-raja yang berkuasa pada masa dinasti safawiyah........................................................8
2.3 Kemajuan-Kemajuan yang Dicapai oleh Dinasti Safawiyah.........................................16
2.4 Keruntuhan Kerajaan Safawi ..........................................................................................18
BAB III.........................................................................................................................................21
PENUTUP....................................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................22

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Takluknya Qadisah, ibukota Dinasti Sasan tahun 637 M pada zaman Abu Bakar menjadi
awal masuknya Islam ke Persia. Di samping itu sebelum safawi, di Persia telah terdapat kerajaan
local yang berada di bawah dinasti-dinasti besar yang berkuasa, hingga menjadi kekuasaan yang
lebih besar seperti dinasti Saljuk, Tabaristan, Rawadiah, Thahiriyah, Syafariyah dan Buwaihi. Di
masa Timur Lenk wilayah tersebut bernama dinasti Timuriah (1370-1506), sepeninggalnya
Timuriah pecah menjadi dua bagian, dipimpin oleh Ulugh Bek dan Sultan Husen. Dinasti ini
tidak stabil karena mongol dan turki campur tangan, oleh karena itu kelompok yang tidak puas
mencoba melakukan gerakan-gerakan, salah satunya adalah gerakan tarekat safawiyang dipimpin
oleh Syaikh Syafi’ al-Din (1252-1334 M).[1]

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Proses berdirinya Kerajaan Safawi?


2. Siapa saja Raja-Raja yang berkuasa di Kerajaan Safawi?
3. Bagaimana kemajuan-kemajuan Kerajaan Safawi pada masa tersebut?
4. Bagaimana keruntuhan Kerajaan Safawi pada masa tersebut?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui proses berdirinya Kerajaan Safawi


2. Untuk mengetahui Raja-Raja yang berkuasa di Kerajaan Safawi
3. Untuk mengetahui kemajuan-kemajuan di Kerajaan Safawi
4. Untuk mengetahui keruntuhan di Kerajaan Safawi

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Proses Berdirinya Kerajaan Safawi

Kerajaan Safawi, didirikan oleh Safi al-Din dari tahun 1252 hingga 1334 M. 1, adalah awal
perkembangan peradaban Islam di Persia. Kerajaan ini berdiri saat Kerajaan Turki Utsmani
mencapai puncak kejayaannya. Kerajaan Safawi, yang menguasai Persia secara keseluruhan,
adalah salah satu dari tiga kerajaan paling kuat di Islam dan di dunia pada saat itu. Selain
kerajaan Safawi, ada dua kerajaan Islam lain yang sangat menakutkan pada masa itu: Kerajaan
Mughal (1526–1858 M), yang menguasai Anak Benua India pada awal abad ke-17, dan Kerajaan
Turki Utsmani (1300–1922 M), yang berpusat di Istanbul.

Tiga kerajaan adikuasa tersebut menjadi tiga imperium besar (imperium serbuk mesiu) antara
tahun 1500 dan 1700 M. Imperium ini meliputi wilayah dari Hongaria hingga Hijaz, dari Laut
Hitam di timur hingga pantai Afrika Utara.

Kerajaan Safawi yang menguasai seluruh Persia merupakan satu dari tiga kerajaan adikuasa
Islam dan dunia pada masanya. Selain Safawi, dua kerajaan Islam yang ditakuti kala itu adalah
Kerajaan Mughal (1526-1858 M) yang menguasai Anak Benua India pada awal abad ke-17 dan
Kerajaan Turki Utsmani (1300-1922 M) yang berpusat di Istanbul.2

Sejak kira-kira 1500-1700 M, tiga kerajaan adikuasa tersebut menjadi tiga kekuatan besar
(imperium serbuk mesiu) di seluruh wilayah yang membentang dari Laut Hitam di timur sampai
pantai Afrika Utara, dan dari Hongaria sampai Hijaz. Di bawah ketiga dinasti ini, pembagian
kekuatan politik dan sosio-intelektual di dunia Islam lebih besar ketimbang masa-masa
sebelumnya.3 Karena itulah, berbicara tentang peradaban Islam Persia berarti berbicara tentang
Kerajaan Safawi sebagai kerajaan Islam adikuasa di Persia.

1
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam; Dirasah Islamiyah II (jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), hlm. 138.
2
Iskandar Zulkarnain, Gerakan Ahmadiyah di Indonesia (Yogyakarta: LkiS, 2005), hlm. 46.
3
Antony Black, Pemikiran Politik Islam dari Masa Nabi hingga Masa Kini (Jakarta: Serambil Ilmu Semesta, 2006),
hlm. 356.

5
Tarekat Safawiyah, yang berdiri di Ardabil, sebuah kota di Azerbaijan, adalah sumber kerajaan
Safawi, dan didirikan bersamaan dengan berdirinya Kerajaan Utsmani di Turki. Nama Safawi
(aizid, 2018) tetap dipertahankan sampai tarekat ini berkembang menjadi gerakan politik. Harun
Nasution mengatakan bahwa suatu dinasti di Persia berkembang menjadi kerajaan besar di dunia
Islam. Dinasti ini berasal dari Syekh Ishak Safiuddin, atau Safi al-Din, yang tinggal di Ardabil,
Azerbaijan.

Sebagai pendiri kerajaan, Safi al-Din dikenal sebagai orang yang agamis. Meskipun berasal dari
keluarga kaya, ia memilih sufi sebagai cara hidupnya. Ia berasal dari Musa al-Kazhim, imam
Syi'ah keenam. Safi Al-Din kemudian mengganti ajaran sufi ini menjadi ajaran Syiah sebagai
tanggapan terhadap serangan tentara Mongol di wilayah Azerbaijan. Pada abad ke-15 M,
Safawiyah mulai meluaskan pengaruh dan kekuasaannya dalam bidang politik dan militer ke
seluruh Iran dan berhasil merebut seluruh Iran dari pemerintahan Timuriyah.

Dari uraian diatas dapat dipahami bahwa penggagas awal berdirinya kerajaan Safawi adalah
Syekh Safi Al-Din Abdul Fatih Ishaq Ardabili dari Ardabil di Azerbaijan atau dikenal dengan
Safi Al-Din, yang semula hanya sebagai mursyid tarekat dengan tugas dakwah agar umat islam
secara murni berpegang teguh pada ajaran agama.

Setelah guru sekaligus mertuanya meninggal pada tahun 1301 M, tarekat Safawiyah didirikan,
dengan pengikutnya yang sangat teguh memegang ajaran agama. Pada awalnya, gerakan ini
bertujuan untuk memerangi orang yang ingkar dan orang yang disebut ahlul bid'ah. Namun,
gerakan ini berkembang menjadi gerakan keagamaan yang besar di Persia, Syria, dan Anatolia.
Saf al-Din menempatkan wakilnya di daerah di luar Ardabil untuk memimpin murid muridnya,
yang disebut "kalifah".

Tidak lama kemudian, murid-murid tarekat ini berubah menjadi tentara yang teratur, fanatik
dalam iman syiah dan menentang setiap prang yang tidak bermazhab syiah. Gerakan Safawiyah,
yang awalnya hanya merupakan gerakan keagamaan, kemudian berkembang dan menjadi
gerakan politik.

Gerakan kepemimpinan Safawiyah selanjutnya berada di tangan Ismail yang saat itu masih
berusia tujuh tahun. Dia bersama pasukannya bermarkas di Gillan selama lima tahun

6
mempersiapkan kekuatan dan mengadakan hubungan dengan pengikutnya yang berada di
Azerbaijan, Syria dan Anatolia. Pasukan yang dipersiapkan itu diberi nama “pasukan Qizilbash”.

Di bawah pimpinan Ismail, pada tahun 1501 M pasukan Qizilbash menyerang dan mengalahkan
AK. Koyunlu di Sharur dekat Nakhchivan. Pasukan ini terus berusaha memasuki dan
menaklukkan Tabriz, ibu kota AK Koyunlu dan berhasil merebut dan mendudukinya. Di kota ini,
pada tahun 1501 M., Ismail memproklamirkan berdirinya Daulah Safawiyah dan dirinya sebagai
raja pertama dengan ibu kotanya Tabriz. Maka dapat dilihat bahwa dalam tubuh organisasi
safawiyah terjadi perubahan seiring dengan adanya pergantian jabatan. Pada mulanya hanya
sebuah organisasi yang mengorganisir anggotanya untuk meniti jalan hidup yang murni di
bidang tasawuf. Kemudian berubah menjadi gerakan keagamaan yang sangat berpengaruh di
Persia. Selanjutnya di tangan Ismail, telah berubah pula ke arah gerakan politik yang b
eroreintasi kepada kekuasaan. Demikianlah sejarah lahirnya Daulah Safawiyah yang pada
mulanya merupakan suatu aliran yang bersifat keagamaan berfaham Syi’ah. Kemudian akhirnya
menjadi Daulah besar yang sangat berjasa dalam memajukan peradaban Islam, waalaupun tidak
dapat menyamai Daulah Abbasiyah di Baghdad, Daulah Umayyah di Spanyol dan Daulah
Fatimiah di Mesir pada waktu jayanya ketiga Kerajaan tersebut.

Raja-raja yang berkuasa pada masa dinasti safawiyah


Dinasti Safawiyah memerintah Persia dari tahun 1501 hingga 1736. Berikut ini adalah beberapa
penguasa kunci dari dinasti Safawiyah:
1) Ismail l (1501-1524 M);

sumber : https://p2k.stekom.ac.id/ensiklopedia/Tahmasp_I

Setelah memproklamirkan berdirinya Kerajaan atau Dinasti Safawityah, Ismail menobatkan


dirinya sebagai raja atau pemimpin yang syah dari Dinasti Safawiyah, Ismail (selanjutnya

7
dikenal dengan Ismail I) mulai melakukan berbagai upaya untuk membangun Dinasti Safawiyah.
Setidaknya tercatat dua kebijakan penting yang dilakukan oleh Ismail 1, yaitu pertama :
menetapkan syi' ah sebagi ideologi resmi Dinasti Safawiyah, dan kedua : melakukan espansi ke
beberapa wilayah yang berada di sekitar Dinasti Safawiyah.4

2) Tamasp I (1524-1576 M);

Sumber : https://p2k.stekom.ac.id/ensiklopedia/Tahmasp_I

Setelah Syah Ismail I wafat pada tahun 1524 Masehi, Dinasti Safawiyah dipimpin oleh puteranya
yang bernama Syah Tahmasp---yang pada waktu itu masih berusia 10 tahun. Syah Tahmasp
memimpin Dinasti Safawiyah selama 52 tahun. Dalam memimpin Dinasti Safawiyah selama 52
tahun, termyata tidak banyak yang dapat dilakukan ole Syah Tahmasp untuk mengembangkan
Dinasti Safawiyah, karena Syah Tahmasp sibuk dengan berbagai peperangan, khususnya
peperangan yang teriadi antara Dinasti Safawiyah dengan Kerajaan Turki Utsmani dan Kerajaan
Uzbek. Selain itu juga, disamping peperangan yang terjadi dengan dua kerajaan tersebut
(Kerajaan Turki Utsmani dan Kerajaan Uzbek), Syah Tahmasp juga sering melakukan
penyerangan terhadap kaum Kristen di Georgia.

3) Ismail II Dunia (1576-1577 M);

4
Zulkifli Abdillah,Op Cit...33

8
sumber : https://p2k.stekom.ac.id/ensiklopedia/Tahmasp_I

Setelah Syah Tahmasp wafat pada tahun 1576 Masehi, Dinasti Safawiyah dipimpin oleh
puteranya yang bernama Ismail II. Seharusnya yang menggantikan kepemimpinan Dinasti
Safawiyah setelah meninggalnya Syah Tahmasp adalah putera tertuanya yang bernama
Muhammad Khudabanda. Namun karena, kelompok Qizilbasy lebih suka kepada adiknya
Muhammad Khudabanda yang bernama Ismail Il, maka yang menjadi pemipmpin berikutnya
setelah Syah Tahmasp adalah Ismail II. Ismail II resmi menjadi raja Dinasti Safawiyah pada
tanggal 22 Agustus Tahun 1576 Masehi sampai 24 Nopember Tahun 1577 Masehi. Dalam masa
yang singkat itu, Raja Ismail II sempat melakukan pembunuhan terhadap seluruh saudaranya
kecuali Muhammad Khudabanda dan anaknya yang bernama Abbas yang lolos dari pembunuhan
tersebut. Ismail II juga sempat mengeluarkan larangan mencela tiga khalifah sebelum khalifah
Ali Bin Abi Tholib, yaitu Khalifah Abu Bakar Shiddiq, Khalifah Umar Bin Khattab dan Khalifah
Utsman Bin Affan dalam setiap khutbah sholat jum'at.5

4) Muhammad Qudabanda (1577-1787 M);

5
Hamka, Sejarah Umat Islam, (Singapura : Pustaka Nasional : 2001)

9
Sumber : https://p2k.stekom.ac.id/ensiklopedia/Tahmasp_I
Setelah raja Ismail II wafat pada tanggal 24 November Tahun 1577 Masehi, Dinasti Safawiyah
dipimpin oleh kakaknya yang Bernama Muhammad Khudabanda. Muhammad Khudabanda
memerintah Dinasti Safawiyah selama 10 tahun yaitu mulai dari tahun 1577 Masehi sampai
dengan Tahun 1587 Masehi. Meskipun memerintah selama 10 tahun, namun tidak ada yang
dapat dilakukan oleh raja Muhammad Khudabanda untuk memajukan dan mengembangkan
Dinasti Safawiyah. Hal ini disebabkan oleh kondisi fisiknya yang kurang dapat melihat, sehingga
yang banyak menjalankan roda.pemerintahah Dinasti Safawiyah adalah isterinya sehingga
Dinasti Safawiyah berada dalam masa disintegrasi dan persaingan antar kelompok.

5) Abbas I (1588 M-1628 M);

Sumber : https://p2k.stekom.ac.id/ensiklopedia/Tahmasp_I

Setelah Muhammad Khudabanda wafa pada tahun 1588 Masehi, pemerintahan Dinasti
Safawiyah dipimpin oleh Khalifah Syah Abbas yang memerintah Dinasti Safawiyah mulai dari
tahun 1588 Masehi sampai dengan tahun 1628 Masehi. Langkah-langkah yang dilakukan oleh
Khalifah Abbas dalam rangka memulihkan kondisi Dinasti Safawiyah adalah Pertama : Khalifah
Abbas I berusaha menghilangkan dominasi pasukan Qizilbasy dari kekuasaan Dinasti Safawiyah
dengan cara membentuk pasukan bar yang anggotanya terdiri dari budak-budak yang berasal dari
para tawanan perang bangsa Georgia, Armenia dan Sircassia.

Kedua : Khalifah Abbas I mengadakan perjanjian damai dengan Kerajaan Turki Utsmani. Untuk
mewujudkan perjanjian ini, Khalifah Abbas I terpaksa harus menyerahkan wilayah Azerbaijan,

10
Georgia dan sebagian wilayah Luristan. Disamping itu, Khalifah Abbas I berjanji tidak akan
menghina tiga khalifah pertama yaitu Khalifah Abu Bakar Shiddieg, Khalifah Umar Bin Khatab
dan Khalifah Ustman Bin Affan dalam setiap khutbah-khutbah sholat jum'at. Sebagai jaminan
atas syarat-syarat perjanjian Dinasti Safawiyah dengan Kerajaan Turki Utsmani, Khalifah Abbas
I menyerahkan saudara sepupunya yang Bernama Haidar Mirza sebagai sandera di Istanbul.6

6) Safi Mirza, 1628 M – 1642 M);

Sumber : https://p2k.stekom.ac.id/ensiklopedia/Tahmasp_I
Khalifah Safi Mirza naik tahta Dinasti Safawiyah meggantikan Khalifah Syah Abbas I. Safi
Mirza ( cucu Khalifah Abbas I) adalah seorang pemimpin yang sangat lemah. Khalifah Safi
Mirza sangat kejam terhadap para pembesar karena sifat "pencemburuya". Kemajuan Dinasti
safawiyah yang pernah dicapai oleh Khalifah Syah Abbas I mengalami penurunan yang sangat
drastis. Kota Qandahar (sekarang termasuk wilayah Afghanistan) lepas dari Dinasti Safawiyah
dan diduduki ole Kerajaan Mughol India yang ketika itu dipimpin oleh Sultan Syah Jehan.
Sementara Baghdad yang pernah dikuasai ole kekhalifahan Dinasti Safawiyah berhasil direbut
oleh Kerajaan Turki Utsmani.7

7) Abbas II (1642 M - 1667 M);

6
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta : Penerbit PT. raja Grafindo Persada, 1993),p. 142-143
7
Badri Yatim, Op. Cit...156

11
Sumber : https://p2k.stekom.ac.id/ensiklopedia/Tahmasp_I

Khalifah Abbas II naik tahta Kekhalifahan Dinasti Safawiyah menggantikan Khalifah Safi Mirza
Khalifah Abbas II adalah raja atau khalifah yang suka minum-minuman keras, sehingga Khalifah
Abbas II jatuh sakit dan meninggal. Meskipun demikian, pada masa Khalifah Abbas II denga
dibantu para wazirnya, kota Qandahar Namun selama pemerintahannya, ia tidak mampu
mewarisi kemampuan kakeknya, bahkan sebaliknya Dinasti Safawiyah mengalami kemunduran.
Ini salah satunya disebabkan ia suka minum khamar (mabuk-mabukan, kejam dan tidak memiliki
perhatian terhadap masalah politik. Oleh karena itu pada masanya, wilayah Bagdad jatuh ke
tangan Kerajaan Utsmani pada tahun 1638 Masehi, dan Kandahar ( Sekarang masuk wilayah
Afghanistan) jatuh ke tangan Dinasti Mughol pada tahun 1638 Masehi. ( Lihat Zulkifli Abdillah,
Kepingan-Kepingan Sejarah Umat Islam.

8) Sulaiman (1667 M – 1694 M);

12
Sumber : https://p2k.stekom.ac.id/ensiklopedia/Tahmasp_I
Khalifah Sulaiman naik tahta Dinasti Safawiyah menggantikan Khalifah Abbas II. Sebagaimana
Khalifah Abbas II, Khalifah Sulaiman juga seorang pemabuk. Khalifah Sulaiman bertindak
sangat kejam terhadap para pembesar Dinasti Safawiyah yang dicurigainya. Akibatnya rakyat
bersikap masa bodoh terhadap pemerintahan Dinasti Safawiyah di bawah kepemimpinan
Khalifah Sulaiman.8

9) Husein (1694 M – 1722 M);

Sumber : https://p2k.stekom.ac.id/ensiklopedia/Tahmasp_I

Khalifah Syah Husein naik tahta Dinasti Safawiyah menggantikan Khalifah Sulaiman. Khalifah
Syah Husein memberikan kekuasaan yang besar terhadap para ulama syiah yang sering
memaksakan pendapatnya terhadap penganut aliran Sunni. Sikap ini membangkitkan kemarahan
golongan sunni di Afganistan, sehingga mereka memberontak dan berhasil menguasai Dinasti
Safawiyah pimpinan Shah Husein.

10) Tamasp II (1722-1732 M);

8
Badri Yatim, Ibid...156

13
Sumber : https://p2k.stekom.ac.id/ensiklopedia/Tahmasp_I

Tahmasp II yang merupakan salah satu putera Khalifah Shah Husein dengan penuh dukungan
Suku Qazar dari Rusia memproklamasikan dirinya sebagai khalifah yang syah dan berkuasa atas
Persia dengan pusat kekuasaannya di Astarabad. Pada Tahun 1726 Masehi, Khalifah Tahmasp II
bekerjasama dengan Nadir Khan dari Suku Afshar untuk memerangi dan mengusir bangsa
Afganistan yang berhasil menduduki Isfahan. Asyraf yang menggantikan Mr. Mahmud, yang
berkuasa di Isfahan digempur dan dikalahkan oleh pasukan Nadhir Khan pada tahun 1729
Masehi. Dalam pertempuran ini, Asyraf terbunuh. Dengan demikian, Dinasti Safawiyah kembali
berkuasa.

11) Abbas III (1732-1736 M).

14
Sumber : https://p2k.stekom.ac.id/ensiklopedia/Tahmasp_I

Pada Bulan Agustus Tahun 1732 Masehi, Khalifah Tahmasp Il dipecat oleh Nadhir Khan dan
digantikan oleh Khalifah Abbas III yang merupakan anak Tahmasp II. Khalifah Abbas III naik
tahta Dinasti Safawiyah mash berusia sangat kecil. Empat tahun setelah pengangkatan Khalifah
Abbas III meniadi Khalifah Dinasti Safawiyah, pada tanggal 8 Mart 1736, Nadhir Khan
mengangkat dirinya sebagai khalifah pengganti Khalifah Abbas III. Dengan demikian
berakhirlah riwayat Dinasti Safawiyah di Persia.9

2.3 Kemajuan-Kemajuan yang Dicapai oleh Dinasti Safawiyah

1. Kemajuan di Bidang Politik

Keadaan politik kerajaan Safawi mulai bangkit kembali setelah Abbas I naik tahta dari tahun
1587-1629 dan dia menata administrasi negara dengan cara yang lebih baik. Langkah-langkah
yang ditempuh Abbas I dalam rangka memulihkan politik Kerajaan Safawi adalah:

a) Mengadakan pembenahan administrasi dengan cara pengaturan dan pengontrolan dari


pusat
b) Berusaha menghilangkan dominasi pasukan Qiziblash atas Kerajaan Safawi dengan cara
membentuk pasukan baru yang anggotanya terdiri atas budak-budak yang berasal dari
tawanan perang bangsa Georgia, Armenia, dan Sircassia yang telah ada sejak Raja
Tahmasad I (1524-1576 M) yang diberi gelar ‘ghulam’10.
c) Mengadakan perjanjian damai dengan Turki Utsmani

9
Badri Yatim, Ibid...158
10
‘ghulam’ adalah tantara budak (pemuda atau anak-anak) yang dijadikan tawanan perang dari wilayah perang atau
zona perbatasan.

15
d) Berjanji tidak akan menghina tiga khalifah pada khotbah Jumat

Masa kekuasaan Abbas I merupakan puncak kejayaan kerajaan Safawi. Secara politik dia mampu
mengatasi berbagai kemelut di dalam negeri yang mengganggu stabilitas negara dan berhasil
merebut kembali wilayah-wilayah yang pernah direbut oleh kerajaan lain di masa raja-raja
sebelumnya, dengan reformasi politiknya.

2. Kemajuan di Bidang Keagamaan

Pada masa Abbas, kebijakan keagamaan tidak lagi seperti masa khafilah-khafilah
sebelumnya yang senantiasa memaksakan agar Syi’ah menjadi agama negara, tetapi ia
menanamkan sikap toleransi. Paham Syi’ah tidak lagi menjadi paksaan, bahkan orang Sunni
dapat hidup bebas mengerjakan ibadahnya, Bukan hanya itu saja, pendeta-pendeta Nasrani
diperbolehkan mengembangkan ajaran agama dengan leluasa sebab sudah banyak bangsa
Armenia yang telah menjadi penduduk setia di kota Isfahan.

3. Kemajuan di Bidang Ekonomi

Stabilitas politik Kerajaan Safawi pada masa Syah Abbas I ternyata telah memacu
perkembangan perekonomian Safawi, terlebih setelah kepulauan Hurmuz dikuasai dan pelabuhan
Gumurun diubah menjadi Bandar Abbas. Dengan dikuasainya bandar ini, salah satu jalur dagang
laut antara timur dan barat yang bisa diperebutkan oleh Belanda, Inggris, dan Prancis
sepenuhnya menjadi milik kerajaan Safawi. Di samping sektor perdagangan, kerajaan Safawi
juga mengalami kemajuan di sektor pertanian terutama di daerah bulan sabit subur (fortile
crescent).

4. Kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan seni

Dalam sejarah Islam, bangsa Persia terkenal sebagai bangsa yang berperadaban tinggi dan
berjasa dalam mengembangkan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan
apabila pada masa Kerajaan Syafawi, khususnya ketika Abbas I berkuasa, tradisi keilmuan terus
berkembang. Berkembangnya ilmu pengetahuan masa Kerajaan Syafawi tidak lepas dari suatu
doktrin mendasar bahwa kaum Syi’ah tidak boleh taqlid dan pintu ijtihad selamanya terbuka.
Kaum Syi’ah tidak seperti kaum Sunni yang mengatakan bahwa ijtihad telah terhenti dan orang

16
mesti taqlid saja. Kaum Syi’ah tetap berpendirian bahwasanya mujtahid tidak terputus
selamanya.

Menurut Hodgson, ada dua aliran filsafat yang berkembang pada masa Shafawi tersebut.
Pertama, aliran filsafat' perifatetik" sebagaimana yang dikemukakan oleh Aristoteles dan Al-
Farabi Kedua, filsafat Isyraq yang dibawa oleh Suhrawardi pada abad XII Kedua aliran ini
banyak dikembangkan di Perguruan Tinggi Isfahan dan Syiraz. Pada masa ini muncullah
beberapa filosof antara lain; Ilmuwan yang melestarikan pemikiran-pemikiran Aristoteles, Al-
Farabi adalah Mir Damad alias Muhammad Bagir Damad (W. 1631 M) yang dianggap sebagai
guru ketiga (mu’alim tsalis) sesudah Aristotels dan Al-Farabi, dengan menulis buku filsafat
dalam dua bahasa yaitu Arab dan persia, diantaranya yang terkenal qabasat dan taqdisat. Selain
itu ada filosof yang terkenal yaitu Baha Al-Din Al-Syaerazi, yang selalu hadir di majlis istana,
begitu juga dengan Syah Abbas I yang sangat mendukung kegiatan tersebut. Tokoh filsafat
lainnya adalah Mulla Shadra atau Shadr Al-Din Al- Syirazi yang menurut Amir Ali, ia adalah
seorang dialektikus yang paling cakap di zamannya." Sayyid Husein Nasr memilih Asfar al-
Arba'ah sebagai salah satu karya Mulla Shadra yang terbesar di antara beratus- ratus karyanya.
Buku tersebut oleh Nasr disamakan dengan as-Syifa-nya Ibnu Sina dan Futuhat Makkiyah-nya
Ibnu Arabi. Mulla Shadra dianggap memiliki kemampuan untuk mengambil jalan tengah antara
filsafat perifatetik Ibnu Sina dengan filsafat esoterik Ibnu Arabi, sehingga karya-nya dipandang
monumental sebagai tingkat perjalanan agnostik yang sistematis dengan baju logika

Adapun di bidang seni, kemajuan dala (nasution, 2013)m bidang seni arsitektur ditandai dengan
berdirinya sejumlah bangunan megah yang memperindah Isfahan sebagai ibu kota kerajaan ini.
Sejumlah masjid, sekolah, rumah sakit, jembatan yang memanjang diatas Zende Rud dan Istana
Chihil Sutun. Kota Isfahan juga diperindah dengan kebun wisata yang tertata apik. Ketika Abbas
I wafat, di Isfahan terdapat sejumlah 162 masjid, 48 akademi, 1802 penginapan dan 273
pemandian umum. Unsur lainnya terlihat dalam bentuk kerajinan tangan, keramik, permadani
dan benda seni lainnya. Serta ada peninggalan masjid Shah yang dibangun tahun 1611 M dan
masjid Syaikh Lutf Allah yang dibangun tahun 1603 M. 11 (Tohir, 2009)

2.4 Keruntuhan Kerajaan Safawi

11
Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004)

17
Setiap perkara yang mengandung unsur duniawi pasti akan mengalami pasang
surut, bangun dan jatuh. Begitupun dengan sebuah negara. Negara yang dalam Bahasa Arab
disebut dengan dawlah memiliki arti berputar dan bergilir.Apabila dibaca dengan dûlah, maka
yang bergilir bersifat materi, seperti harta. Tapikalau dibaca dawlah, maka yang bergilir adalah
sesuatu yang berifat immateri, sepertikekuasaan. setelah Syah Abbas meninggal pada tahun 1629
M,kerajaan Safawi mengalami kemunduran. Sepeninggal Abbas 1 kerajaan Safawi berturut-
berturut di perintah oleh enam raja,yaitu Safi Mirza(1628-1642 M),Abbas II (1642-1667
M),Sulaiman (1667-1694 M),Husain (1694-1722 M),Tahmasp II (1722-1732 M),dan Abbas
III (1733-1736 M).

Pada masa pemerintahan para sultan tersebut, dinasti safawiyah mengalami kemunduran dan
binasa, seperti Safi Mirza (1628-1642 M) yang pemimpinnya lemah dan kejam terhadap pejabat
kerajaan sehingga mengakibatkan pemerintahannya menurun drastis. . Kota Kandahar (sekarang
bagian dari Afghanistan) memisahkan diri dari pasukan Safawiyah dan direbut oleh Mughal
Dullah, yang kemudian dipimpin oleh Sultan Shah Jehan, yang tidak mampu mempertahankan
kota tersebut. Sedangkan Abbas II (1642-1667 M) adalah seorang sultan alkoholik yang jatuh
sakit dan meninggal akibatnya; Sulaiman juga seorang alkoholik dan kejam terhadap pejabat
Daura yang ia curigai. Berbeda dengan penerus Suleiman, Hussein, ia adalah orang yang alim,
namun memberikan kekuasaan yang besar kepada ulama Syiah untuk memerintah dan sering
memaksakan ideologi Syiah pada masyarakat Sunni, sehingga memicu kemarahan masyarakat
Sunni di Nepal. Afghanistan, mereka memberontak dan berhasil bertindak kekuasaan Daulah
Safawiyah.12

Putra Hussein, Tahmasp II, dengan dukungan penuh suku Qajar Rusia, menyatakan dirinya
sebagai raja Persia yang sah dan berkuasa, dengan pusat kekuasaannya di kota Astarabad.
Tahmasp II bekerja sama dengan Nadir Khan dari suku Afshar untuk melawan dan mengusir
orang Afghanistan yang menduduki Isfahan. Maka pada tahun 1729 M, pasukan Nadir Khan
berperang dan mengalahkan Raja Asraf yang memerintah Isfahan. Asraf sendiri tewas dalam
pertempuran tersebut. Dengan cara ini, Safawiyyah Dullah kembali berkuasa di Persia. Namun,
tiga tahun kemudian, Sultan Tahmasp II digulingkan oleh Nadir Khan pada Agustus 1732 M dan
digantikan oleh Abbas III yang saat itu masih muda (putra Tahmasp II). . Empat tahun kemudian,

12
Hamka, Sejrah Umat Islam, Jilid 3, Jakarta: Bulan Bintang, 1981, h. 71-73.

18
pada tanggal 8 Maret 1736 M, Nadir Khan mengangkat dirinya menjadi Sultan menggantikan
Abbas III. Dengan demikian berakhirlah kekuasaan Safawiyah di Persia.13

Konflik Safawiyah yang sedang berlangsung dengan Turki Ottoman. Bagi Turki Utsmaniyah,
berdirinya Safawiyah Syiah merupakan ancaman langsung terhadap wilayah mereka dan mereka
harus melawannya. Konflik keduanya bisa dikatakan tidak pernah berakhir, namun Sultan Abbas
I pernah menandatangani perjanjian damai dengan Turki Utsmaniyah, dan kemudian konflik
kembali berlanjut.

13
P.M.Holt,dkk, (ed), The Cambridge History of Islam, Vol. 1A, London: Camridge University Press, 1970, h. 428-429

19
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kerajaan Safawi, didirikan oleh Safi al-Din dari tahun 1252 hingga 1334 M. 14, adalah awal
perkembangan peradaban Islam di Persia. Kerajaan ini berdiri saat Kerajaan Turki Utsmani
mencapai puncak kejayaannya. Kerajaan Safawi, yang menguasai Persia secara keseluruhan,
adalah salah satu dari tiga kerajaan paling kuat di Islam dan di dunia pada saat itu. Selain
kerajaan Safawi, ada dua kerajaan Islam lain yang sangat menakutkan pada masa itu: Kerajaan
Mughal (1526–1858 M), yang menguasai Anak Benua India pada awal abad ke-17, dan Kerajaan
Turki Utsmani (1300–1922 M), yang berpusat di Istanbul.

14
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam; Dirasah Islamiyah II (jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), hlm. 138.

20
DAFTAR PUSTAKA

abidin, Z. (2013). dinasti safawiyah. 220-228.


aizid, r. (2018). Sejarah terlengkap peradaban dunia . Yogyakarta: Noktah.
nasution, s. (2013). sejarah peradaban islam. pekanbaru,Riau : yayasan pusaka riau .
Tohir, A. (2009). Perembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam. Jakarta: PT RajaGrapindo
Persada.

21
22

Anda mungkin juga menyukai