Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH SEJARAH PERADABAN ISLAM

“Periode Kemunculan Dinasti-Dinasti Kecil dan Muluk al-Thawaif Sampai


Kemunculan Dinasti dari Kerajaan Islam di Periode Pertengahan”

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Peradaban Islam (SPI)

Disusun Oleh:
Kelompok 8
Armalia Putri (201410132)
Putri Wiguna (201410143)
Hilal Mukhtadir (201410146)
Silvy Royhatuzzulfa (201410147)

Dosen Pengampu:
Ani Anggrayani, M.Hum.

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UIN SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN
2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi Maha Penyayang. Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kita, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“Periode Kemunculan Dinasti-Dinasti Kecil dan Muluk al-Thawaif Sampai Kemunculan
Dinasti dari Kerajaan Islam di Periode Pertengahan” dalam bentuk maupun isinya yang
sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman bagi pembaca.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Ibu Ani
Anggrayani, M.Hum. pada materi kuliah Sejarah Peradaban Islam (SPI). Selain itu,
harapan saya semoga makalah ini dapat membantu menambah pengetahuan bagi para pembaca
dan juga penulis, sehingga bisa mengetahui periode kemunculan dinasti kecil dan muluk al-
thawaif sampai kemunculan dinasti dari kerajaan Islam di periode pertengahan.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ani Anggrayani, M.Hum. selaku dosen
mata kuliah Sejarah Peradaban Islam (SPI) yang telah memberikan tugas ini, sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh Karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Serang, 10 November 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 1

A. Latar Belakang .......................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ..................................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ....................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................... 3

A. Proses Kemunculan Dinasti-Dinasti pada Masa Daulah Abbasiyah ........................ 3


B. Dinasti-Dinasti Kecil di Barat Baghdad ................................................................... 4
C. Dinasti-Dinasti Kecil di Timur Baghdad .................................................................. 6
D. Peradaban Islam pada Masa Muluk al-Thawaif ........................................................ 9
E. Dinasti-Dinasti dan Kerajaan pada Periode Pertengahan ......................................... 11

BAB III PENUTUP ............................................................................................................. 16

A. Kesimpulan ............................................................................................................... 16
B. Saran ......................................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam terus berkembang dan semakin maju seiring berjalannya waktu. Bisa dilihat dari
umat Islam itu sendiri yang terus berkembang, seperti berkembangnya kebudayaan dan
banyak bidang ilmu yang bermanfaat bagi banyak pihak. Puncak kejayaannya pada masa
Bani Umayyah yang berlangsung antara tahun (661-750 M), dan pada masa pemerintahan
Abbasiyah tahun (750-1658 M).
Setengah abad lebih semenjak Bani Ummayah runtuh di Andalusia atau hampir lima
puluh tahun merupakan masa perpecahan politik. Tetapi masa ini juga dianggap sebagai
masa kejayaan peradaban dan seni Islam. Pada masa inilah banyak tumbuh dinastidinasti
kecil yang berkuasa diseluruh penjuru Andalusia, yang merupakan negara kota mauun
yang menguasai wilayah yang lebih luas. Dinasti-dinasti ini dipimpin oleh penguasa-
penguasa yang berasal dari berbagai macam suku, bangsa, dan golongan.
Pada tahun (1013-1086 M), Spanyol terpecah lebih dari tiga puluh Negara kecil di
bawah pemerintahan raja-raja golongan atau Muluk al-Thawaif, yang berpusat di suatu
kota seperti Sevilla, Cordova, Toledo, dan sebagainya. Sementara itu daerah-daerah kecil
dinasti Abbasiyah, juga banyak yang melepaskan dan memerdekakan diri dari
pemerintahan. Setelah memerdekakan diri dari kekuasaan Abbasiyah, kebanyakan dari
mereka membangun dan menjadikan wilayah tersebut menjadi dinasti-dinasti kecil yang
berdiri secara independen dan berusaha untuk meluaskan wilayah kekuasaan dengan
menaklukkan daerah-daerah sekitarnya.1
Meskipun ada persaingan sengit antara Abbasiyah di Baghdad dan Umayyah di
Spanyol, hubungan budaya dari Timur dan Barat tidak selalu berupa peperangan.
Perpecahan politik pada masa Muluk al-Thawaif dan sesudahnya tidak menyebabkan
mundurnya peradaban, bahkan merupakan puncak kemajuan ilmu pengetahuan.
Dari pemaparan di atas pada makalah kali ini penulis akan membahas mengenai.
Periode Kemunculan Dinasti-Dinasti Kecil dan Muluk al-Thawaif Sampai Kemunculan
Dinasti dari Kerajaan Islam di Periode Pertengahan.

1
Andi Syahraeni, Dinasti-Dinasti Kecil Bani Abbasiyah, 2016, Vol. 4, No. 1, hal. 93.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses kemunculan dinasti-dinasti kecil pada masa Daulah Abbasiyah?
2. Apa saja dinasti-dinasti kecil yang muncul di Barat dan Timur Baghdad?
3. Bagaimana peradaban Islam pada masa Muluk al-Thawaif?
4. Bagaimana kemunculan dinasti-dinasti dan kerajaan pada periode pertengahan?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui proses kemunculan dinasti-dinasti kecil pada masa Daulah Abbasiyah.
2. Mengetahui dinasti-dinasti kecil yang muncul di Barat dan Timur Baghdad.
3. Mengetahui peradaban Islam pada masa Muluk al-Thawaif.
4. Mengetahui kemunculan dinasti-dinasti dan kerajaan pada periode pertengahan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Proses Kemunculan Dinasti-Dinasti Kecil pada Masa Daulah Abbasiyah


Proses munculnya dinasti-dinsati kecil pada masa Daulah Abasiyyah khususnya di
Barat dan Timur Baghdad adalah akibat dari Srategi dominatif imperium Abbasiyah.
Strategi ini dapat berlangsung mulus hanya dalam tiga abad pertama pemerintahannya.
Hanya saja menjelang periode akhir imperium Abbassiyah akibat strategi dominatifnya
yang lebih menekankan pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam dari pada persoalan
politik, provinsi-provinsi tertentu di pinggiran mulai lepas dari genggaman penguasa
Abbasiyah dengan berbagai cara diantaranya pemberontakan yang dilakukan oleh
pemimpin lokal dan mereka berhasil memperoleh kemerdekaan penuh.
Munculnya dinasti-dinasti kecil di pusat imperium dan di daerah-daerah sekitarnya
merupakan sebab dari keruntuhan rezim Abbasiyah. Khalifah terpecah belah dalam
bagian-bagian kecil.2 Secara kuantitatif strategi dominatif imperium Abbasiyah bisa
dikatakan berhasil karena rezim Abbasiyah mampu mempertahankan statusnya. Akan
tetapi secara kualitatif tidak demikian, karena pasca kematian al-Mutawakkil orang-orang
Turki-lah yang berperan memilih dan mengangkat khalifah. Setelah tentara Turki mulai
berkurang pengaruhnya, di daerah-daerah muncul tokoh lokal yang kuat kemudian
memerdekakan diri dari kekuasaan pusat dengan mendirikan dinasti-dinasti kecil. Inilah
masa permulaan disintegrasi dalam sejarah politik Islam. Selanjutnya, dinasti- dinasti kecil
yang muncul di Baghdad ini dapat dibedakan menjadi dua bagian, yakni dinasti kecil di
timur Baghdad dan dinasti kecil di barat Baghdad.
Adapun faktor-faktor penting yang menyebabkan kemunduran Bani Abbas sehingga
banyak munculnya dinasti-dinasti kecil di Baghdad, adalah :
1) Luasnya wilayah kekuasaan daulat Abbasiyah sementara komunikasi pusat
dengan daerah sulit dilakukan. Bersamaan dengan itu, tingkat saling percaya di
kalangan para penguasa dan pelaksana pemerintahan sangat rendah.
2) Dengan profesionalisasi angkatan bersenjata, ketergantungan khalifah kepada
mereka sangat tinggi.

2
Andi Syahraeni, Dinasti-Dinasti Kecil Bani Abbasiyah, 2016, Vol. 4, No. 1, hal. 93.

3
3) Penguasa Bani Abbas lebih menitikberatkan pembinaan peradaban dan
kebudayaan daripada politik dan ekspansi

B. Dinasti-Dinasti Kecil di Barat Baghdad


1. Dinasti Idrisi di Marako (172 H/789 M)
Kemunculan dinasti Idrisi dimulai setelah Imam Ali bin Abi Thalib terbunuh,
keturunan Ali r.a terus berjuang memperoleh kekuasaan. Diantaranya adalah
pemberontakan yang dilakukan oleh Imam Husen Ibn Ali di Madinah pada zaman
dinasti Umayyah. Dalam perang tersebut, Imam Husen terbunuh di Karbala, dan salah
seorang keluarganya, Idris Ibn Abdillah melarikan diri ke Mesir dan bergabung dengan
Ishaq Ibn Abd al-Hamid (kepala suku Awraba). Kemudian Idris Ibn Abd Allah dibaiat
oleh suku Awraba di Maroko sebagai pemimpin mereka, kemudian diikuti oleh
kabilah-kabilah lain yang menghuni kawasan yang sekarang dikenal dengan Marakisy,
maka berdirilah dinasti Idrisi di Maroko.
Keberhasilan Muhammad Ibn Idris membuat khalifah Harun al-Rasyid di
Baghdad merasa khawatir. Oleh karena itu, khalifah Harun al-Rasyid mengutus
seorang mata-mata yang bernama Sulaiman Jarir. Mata-mata ini kemudian berhasil
membunuh Muhammad Ibn Idris pada tahun (175 H/791 M).3
2. Dinasti Aghlabi di Tunis (184-296 H/800-908 M)
Dinasti Aghlabiyah merupakan sebuah dinasti yang pusat pemerintahannya
berada di Qairawan, Tunisia. Nama dinasti ini dinisbatkan dari nama Ibrahim ibn
alAghlab, seorang Khurasan yang menjadi perwira dalam barisan tentara Abbasiyah
pada masa pemerintahan khalifah Harun al-Rasyid.4 Aghlabiyah memang merupakan
Dinasti kecil pada masa Abbasiyah, yang para penguasanya adalah berasal dari
keluarga Bani al-Aghlab, sehingga Dinasti tersebut dinamakan Aghlabiyah. Wilayah
kekuasaannya meliputi Ifriqiyah, Algeria dan Sisilia.
3. Dinasti Thuluniyah di Mesir (254 H-292 H / 868 M-967 M)
Pendiri Dinasti Thulun yang berumur pendek (Daulah 837-903) di Mesir dan
Suriah adalah Ahmad Ibn Thulun. Bakbak adalah seorang pemimpin militer yang
berkebangsaan Turki yang diberi jabatan wali (setingkat gubernur) untuk kawasan
Mesir oleh Al-Mu‟taz (862-866 M) dari dinasti Bani Abbas.

3
Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung; CV Pustaka Setia, 2008), hal. 277.
4
Imam Fuadi, Sejarah Peradaban Islam, (Yogyakarta: Teras, 2011), hal. 158.

4
Bakbak kemudian memberikan jabatan tersebut kepada asistennya, Ahmad Ibn
Thulun pada tahun 254 H/868 M. Di bawah kepemimpinan Thulun, Mesir menjadi
wilayah yang merdeka dari pemerintahan Abbasiyah di Baghdad.
Tuluniyah adalah sebuah dinasti yang muncul dan berkuasa di Mesir dan Suriah,
independent dari khalifah-khalifah Abbasiyah. Dinasti Thulun adalah manifestasi
paling awal dari kristalisasi politik elemen Turki yang tak terkendali dan muncul tiba-
tiba dijantung kekhalifahan. Kemunculan dinasti ini segera diikuti oleh munculnya
berbagai dinasti keturunan turki yang lainnya. Meskipun demikian, dinasti Thulun,
dinasti iksidiyah dan kebayakan dinasti lainya, tidak punya basis kebangsaan di tanah
yang mereka kuasai sehingga mereka berumur pendek.
4. Dinasti Ikhsidiyah (323 H- 357 H / 934 M-967 M)
Tidak berselang lama setelah berakhirnya Dinasti Thuluniyah, muncul lagi
dinasti baru di Mesir yang masih keturunan Fraghanah dengan nama Dinasti Ikhsidiyah
yang berpusat di Fustat.5 Dinasti ini lahir diawali dengan pengangkatan seorang
gubernur yang memiliki kekuasaan dan hak otonom penuh yang kemudian dikelola
bersama keluarga dan keturunannya. Pendiri dinasti ini adalah seorang militer Turki
yang telah lama mengabdi kepada khalifah Abbasiyah yang bernama Muhammad ibnu
Tughji.6 Karena keberhasilannya meredam pemberontakan yang dilakukan oleh
Dinasti Fathimiyah di Mesir,maka ia dianugerahi gelar al-Ikhsyid.
5. Dinasti Hamdaniyah (317 H – 399 H / 929 M – 1009 M)
Pada waktu dinasti Ikhsidiyah berkuasa di sebelah utara Mesir muncul pula
dinasti lain sebagai saingannya, yaitu dinasti Hamdaniyah yang Syai’i. Dinasti ini
didirikan oleh Hamdan Ibn Hamdun Ibn al-Harits, seorang amir dari suku Taghlib,
yang didirikan pada akhir abad ketiga hijriah. Wilayah kekuasaan dinasti ini terbagi
dua bagian, yaitu wilayah kekuasaan di Mosul dan wilayah kekuasaan di Halb
(Aleppo).7
6. Dinasti Fathimiyah
Fathimiyah merupakan Dinasti Syi’ah Isma’iliyah yang pendirinya adalah
Ubaidillah Al-Mahdi yang datang dari Syiria ke Afrika Utara yang menisbahkan
nasabnya sampai ke Fatimah putri Rasulullah dan isteri Khalifah keempat Ali bin Abi
Thalib, karena itu dinamakan Dinasti Fatimiyah, namun kalangan Sunni menamainya

5
Andi Syahraeni, Dinasti-Dinasti Kecil Bani Abbasiyah, 2016, Vol. 4, No. 1, hal. 100.
6
Imam Fuadi, Sejarah Peradaban Islam, (Yogyakarta: Teras, 2011), hal. 167.
7
Dewan Redaksi, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 2002), hal.47.

5
Ubaidiyun. Konsep yang digunakan adalah Syi‟ah radikal Isma‟iliyah dengan doktrin-
doktrinnya yang berdimensi politik, agama, filsafat, dan sosial. Serta para pengikutnya
mengharapkan kemunculan Al-Mahdy.8
7. Dinasti Murabithun di Afrika Utara dan Spanyol (1056-1147 M)
Dinasti Murabitun pada awalnya adalah sebuah paguyuban militer keagamaan
yang didirikan pada paruh abad ke-11 oleh seortang muslim yang saleh di sebuah ribath
(dari sini bersal nama Murabitun), sejenis padepokan masjid yang dibentengi, di
sebuah pulau di Senegal. Murabithun atau Al–Murawiyah merupakan salah satu
Dinasti Islam yang berkuasa di Maghrib. Nama Al- Murabithun berkaitan dengan
nama tempat tinggal mereka yang pada awalnya mereka menempati Ribat (sejenis
surau). Asal-usul dinasi ini dari Lemtuna, salah satu dari suku Sanhaja, Mereka juga
disebut al-Mulassimun (orang-orang bercadar).
Berawal dari sekitar seribu “rahib” prajurit. Murabitun memaksa sejumlah suku,
satu demi satu, termasuk suku-suku negro, untuk memeluk Islam, dan dalam beberapa
tahun mereka berhasil menegakkan diri sebagai para penguasa atas seluruh wilayah
Afrika barat-laut, dan berikutnya Spayol.
8. Dinasti Ayyubiyah (564-648 H/1167-1250 M)
Ayyubiyah adalah sebuah Dinasti Sunni yang berkuasa di Dyar Bakir hingga
tahun 1429 M. Dinasti ini didirikan oleh Salahuddin alAyyubi, wafat tahun 1193 M.
Ia berasal dari suku Kurdi Hadzbani, putra Najawddin Ayyub, yang menjadi abdi dari
putra Zangi bernama Nuruddin. Keberhasilannya dalam perang Salib, membuat para
tentara mengakuinya sebagai pengganti dari pamannya, Syirkuh yang telah meninggal
setelah menguasai Mesir tahun 1169 M. Ia tetap mempertahankan lembaga–lembaga
ilmiah yang didirikan oleh Dinasti Fathimiyah tetapi mengubah orientasi
keagamaannya dari Syiah menjadi Sunni.

C. Dinasti-Dinasti Kecil di Timur Baghdad


1. Dinasti Thahiriyah (200 H-259 H / 820 M-872 M)
Pendiri Dinasti Thahiriyah adalah Thahir ibnu al-Husain (776 s.d 822 M).9
Wilayah kekuasaannya di sekitar Khurasan, termasuk Transoxania, dengan ibukota di
Merv. Sejarah pendiriannya tidak bisa dilepaskan dari peristiwa perselisihan antara al-

8
Siti Zubaidah, Sejarah Peradaban Islam, (Medan: Perdana Publhising, 2016), hal. 129.
9
Imam Fuadi, Sejarah Peradaban Islam, (Yogyakarta: Teras, 2011), hal. 172.

6
Amin dan al-Makmun, keduanya adalah putra Harun al-Rasyid.Dalam perselisihan
tersebut, Thahir yang dikenal sebagai ahli perang, berada di pihak al-Makmun.Ketika
peperangan melawan al-Amin ini pasukan yang dipimpin oleh Thahir mengalami
kemenangan, sehingga al-Makmun dikukuhkan menjadi khalifah Abbasiyah. Dengan
kemenangan tersebut Thahir mendapat jabatan menjadi gubernur di kawasan timur
Baghdad. Jabatan ini dipegangnya selama dua tahun. Pada tahun 207 H Thahir
meninggal.
Setelah Thahir meninggal kemudian kepemimpinan digantikan oleh puteranya
yang bernama Thalhah bin Thahir (213H/828 M). Thalhah berupaya meningkatkan
hubungan kerja sama dengan pemerintahan pusat. Ini artinya bahwa Dinasti Thahiriyah
pada realitasnya masih memiliki hubungan baik dengan pemerintahan pusat Bani
Abbasiyah. Pengganti Thalhah adalah Abdullah bin Thahir, ia adalah saudara Thalhah
sendiri. Pengangkatan khalifah yang ketiga kalinya ini menunjukkan betapa kuatnya
dominasi keluarga Thahir dalam pemerintahan, sehingga kekuasaannya diserahkan
secara turun-temurun.10
2. Dinasti Shaffariyah (254 H-289 H / 867 M-903 M)
Dinasti ini didirikan oleh Ya’qub ibn Laits al-Saffar (867-878 M), seorang
pemimpin kelompok khawarij di provinsi Sistan. Wilayah kekuasaan dinasti
Shaffariyah meliputi kawasan Sijistan, Iran. Pada mulanya, Ya’qub ibn Laits bersama
saudaranya bernama Amr ibn Laits membantu pasukan pemerintah Baghdad dalam
memberantas pemberontakan yang dilakukan oleh sisa-sisa tentara Thahiriyah di
wilayah Sijistan. Penaklukan yang dilakukannya membuat Ya’qub Ibn Laits al-Shafar
semakin kuat dan mengirimkan hadiah kepada khalifah di Baghdad, dan bahkan ia pun
didukung untuk menaklukan dinasti Thahir di Khurasan. Atas jasa dan prestasinya,
khalifah al-Mu’tamid mengangkatnya menjadi gubernur membawahi wilayah Balkh,
Turkistan, Kirman, Sijistan dan Sind. Akhirnya dinasti ini digantikan oleh dinasti
samaniyah yang memperoleh wilayah cukup luas.
3. Dinasti Samaniyyah (261 H-389 H / 874 M-999 M)
Samaniyyah didirikan oleh Nashr ibn Ahmad yang berhasil merebut khurasan
dari dinasti saffariyah pada tahun 900 M. di bawah kekuasaan Samaniyah, kaum
muslim berhasil menaklukan Transoxiana, yang beribu kota Bukhara, dan kota
terkemukanya samarkan yang hampir mengungguli Baghdad di bidang seni dan

10
Andi Syahraeni, Dinasti-Dinasti Kecil Bani Abbasiyah, 2016, Vol. 4, No. 1, hal. 103.

7
pendidikan. Pada masa inilah ilmuwan dan filosof muslim mempersembahkan karya-
karyanya.
Sejarah dinasti ini tidaklah selalu berjalan lancar. Perselisihan antar saudara
pernah terjadi, yaitu antara Nashr ibnu Ahmad (penguasa Transoxania), dengan
saudaranya Ismail ibnu Ahmad (penguasa Bukhara). Sepeninggal Nashr
kepemimpinan selanjutnya dipegang oleh Ismail ibnu Ahmad. Ismail mampu
memperluas wilayahnya sampai ke wilayah Khurasan. Kemudian khalifah al-Mu’tadhi
mengangkatnya sebagai wali di kawasan Transoxania, dengan demikian
memungkinkan Ismail untuk menguasai Thibristan dan menyatukan Ak Ray.Maka
terpeliharalah batas-batas kekuasaannya dari arah barat. Ini adalah penguasa terbesar
sepanjang kepemimpinan Dinasti Samaniyyah.11
Dan pada masa khalifahan Ismailan Puncak kejayaan Dinasti Samaniyyah
terjadi . Kemajuan yang dicapai pada masanya antara lain: mampu menghancurkan
Dinasti Shaffariyah di Transoxania, serta mampu memperluas wilayahnya hingga
Tabaristan, Ray, Qazwin sehingga keamanan dalam negeri terjamin.12
4. Dinasti Buwaihiyyah, bahkan menguasai Baghdad (320-447 h/932-1055 M)
Dinasti Buwaihiyyah dirintis oleh tiga bersaudara: Ali, Hasan, dan Ahmad yang
berasal dari Dailam. Bapak mereka adalah Abu Syujai al-Buwaihi. Tiga saudara ini
dalam sejarah dikenal sebagai tentara bayaran. Ketika terjadi perang, Makan Ibn Kali
al-Dailami tidak lagi mampu membayar mereka. Majdawid menyambut baik. Mereka
diberi kewenangan untuk memimpin wilayah. Ali diberi kekuasaan memimpin daerah
Kurj atau al-Karaj , Ahmad Ibn Buwaihi dipercaya memimpin Kirman,dan Hasan Ibn
Buwaihi dipercaya memimpin Asbahan, Rayy, dan Hamadzan. Ali Buwaihi sebagai
penguasa baru di daerah Persia tersebut kemudian Berusaha mendapat legalisasi dari
khalifah Abbasiyah pada waktu itu. Al-Radhi Billah, mengirimkan sejumlah uang
untuk perbendaharaan Negara. Dari sinilah awal perjuangan Keluarga Buwaihi
merebut Bagdad sebagai pusat pemerintahan Abbasiyah.13
5. Dinasti Ghaznawiyah (351-585 h/962-1189 M)
Berdirinya dinasti Ghaznawiyah diawali oleh Seorang budak turki yang disukai
dan dihargai oleh penguasa Samaniyah, memulai karir sebagi pengawal, kemudian
naik pangkat menjadi kepala pengawal, dan mencapai puncaknya menjadi gubernur

11
Imam Fuadi, Sejarah Peradaban Islam, (Yogyakarta: Teras, 2011), hal. 180-181.
12
Istianah Abu Bakar, Sejarah Peradaban Islam, (Malang: UIN Malang Press, 2008), hal. 105.
13
Syamsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Amzah, 2009), hal.270.

8
Khursan. Setelah hubungan baik itu menuju disuatu tempat yang di perbatasi sebelah
timur kerajaan. Pada 962 M, merebut Ghaznah yang wilayahnya kemudian meliputi
Afganistan dan Punjab. Pendiri dinasti ini adalah menantu pengawal tersebut yang
bernama Subuktigin. Kebangkitan Ghaznawi menunjukan kemenangan orang turki
melawan Iran dalam perjuangannya merebut posisi tertinggi dalam islam.
6. Dinasti Saljuk
Saljuk (juga disebut Seljuq) adalah sebuah dinasti Islam yang pernah menguasai
Asia Tengah dan Timur Tengah dari abad ke-11 hingga abad ke-14. Kekaisaran Saljuk
dirintis oleh Saljuk Bek. Namun, Kerajaan Saljuk yang berdiri pada 1037 M itu baru
terwujud pada era kepemimpinan Thugril Bek yang berkuasa hingga 1063 M. Pada
tahun 1055 M, Kerajaan Saljuk sudah mampu menembus kekuasaan Dinasti
Abbasiyah dan Dinasti Fathimiyyah. Dua dasawarsa berikutnya, ketangguhan militer
Saljuk mampu memukul mundur Bizantium di Palestina dalam peristiwa Manzikert
1071 M.
Jatuhnya kekuasaan Bani Buwaih ke tangan Saljuk Ibn Tuqaq bermula dari
perebutan kekuasaan di dalam negeri. Ketika al-Malik al- Rahim memegang jabatan
Amir al-Umara, kekuasaan itu dirampas oleh panglimanya sendiri, Arselan alBasasiri.
Dengankekuasaan yang ada di tangannya, al-Basasiri berbuat sewenangwenang
terhadap Al-Malik al-Rahim dan Khalifah al-Qaimdari Bani Abbas; bahkan dia
mengundang Khalifah Fathimiyah, (al-Mustanshir), untuk menguasai Baghdad. Hal ini
mendorong khalifah meminta bantuan kepada Alp Arselan Rahimahullah dari daulah
Bani Saljuk yang berpangkalan di negeri Jabal. Pada tanggal 18 Desember 1055 M/447
H pimpinan Saljuk itu memasuki Baghdad. Al-Malik al-Rahim, Amir alUmara Bani
Buwaih yang terakhir, dipenjarakan. Dengan demikian berakhirlah kekuasaan Bani
Buwaih dan bermulalah kekuasaan Daulah Saljuk. Pergantian kekuasaan ini juga
menandakan awal periode keempat khilafah Abbasiyah.14

D. Peradaban Islam pada Masa Muluk al-Thawaif


Kehancuran Bani Umayyah di Spanyol merupakan awal dari terbentuknya Muluk al-
Thawaif. Awal dari kehancuran Khalifah Bani Umayyah di Spanyol Ketika Hisyam naik
tahta berusia sebelas tahun, oleh karena itu kekuasaan aktual berada di tangan para pejabat.
Ibnu Abi Amir ditunjuk menjadi pemegang kekuasaan sehari-hari pada tahun (981 M).

14
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Dirasah Islamiyah II, (Jakarta: Rajawali Pers, 2008), hal. 72.

9
Kerajaan-kerajaan kecil yang muncul di Andalusia terbentuk apabila kepimpinan utama
mulai melemah. Lebih tepat, ia terjadi akibat kelemahan pemimpin di kalangan Bani
Umayyah yang menguasai Andalusia setelah Khalifah al-Muntashir Billah (961 – 976M),
karena alasan inilah Andalusia yang diperintah oleh satu kerajaan, terpecah menjadi
banyak daerah.
Pada paruh pertama abad ke-11, tidak kurang dari 20 negara berumur pendek
banyak yang bermunculan dikota-kota atau provinsi dibawah pimpinan kepala suku
atau raja kecil. Periode ini dikenal dengan “Muluk Al-Thawaif” (dalam bahasa Arab) atau
dalam bahasa spanyol “Reyes De Taifas” (raja-raja kelompok). Di antara raja-raja
paling terkenal adalah:
• Bani Ummad di Sevilla.
• Bani Hamud Adarisah di Malaga dan Algeciras.
• Bani Zeri di Granada.
• Bani Hud di Zaragosa.
• Bani An-Nun di Toledo.
Sebagian raja memerintah dengan baik. Namun sebagian besar adalah penguasa zalim
dan bengis. Meski demikian mereka terpelajar dan pecinta ilmu. Istana-istana para
penguasa menjadi tempat para penyair, sastrawan, dan ulama. Dalam rentang waktu ini, di
istana para raja telah hidup banyak ulama besar dan sastrawan agung yang menjadi
kebanggaan Andalusia. Sebagaimana di antara para raja sendiri adalah orang alim,
sastrawan dan penyair.15
Pada tahun (1013 M), dewan menteri yang memerintah Cordova menghapuskan jabatan
Khalifah dari Bani Umayyah. Dari puing-puing kekhalifahan Umayyah, muncul sejumlah
negara kecil yang terus menerus bertikai dalam perang saudara, dan setelah sebagian dari
mereka dikalahkan oleh dua dinasti Berber-Maroko, satu demi satu Negara-negara itu
menyerah pada kekuasaan Kristen yang tengah bangkit di utara. Pada paruh pertama abad
ke 11, Spanyol telah terpecah tiga puluh Negara kecil dibawah pemerintahan raja-raja
golongan atau raja-raja kecil yang disebut dengan Muluk al-Thawaif, yang berpusat di
suatu kota seperti Seville, Cordova, Toledo, dan sebagainya.
Sistem pemerintahan pada masa Muluk al-Thawaif adalah saling bersaing antar mereka
sendiri dan menjadi obyek sasaran tempur dari kekuatan- kekuatan Kristen yang berada di

15
M. Taufik, Ali Nurdin, Ensilokpedi Sejarah Islam, (Jakrta Timur; Pustaka al-Kautsar, 2013),
hal.393.

10
utara. Raja-raja Kristen Eropa terus menerus mendesak raja-raja Islam itu sehingga
sebagian di antaranya terpaksa membuat permainan dan membayar upeti.
Perpecahan politik di kalangan umat Islam ini menimbulkan hasrat orang-orang nasrani
untuk merebut kembali daerah Sevilla, hal ini diwujudkan dengan berbagai serangan oleh
pihak nasrani kepada pihak Islam. Pihak Nasrani yang diwakili oleh Alvonso VI berhasil
merebut kota Toledo pada tahun 1805 M. dan serangan-serangan lain dilancarkan kepada
daerah-daerah kekuasaan Islam lainnya. Al-Mu‟tamad bin Ubbad salah seorang dari raja
bani Ubbad meminta bantuan kepada Dinasti Murabithun di Afrika utara, yang pada saat
itu dipimpin oleh Yusuf bin Tashifin. Yusuf datang bersama pasukan pada tahun (1086
M). dan bergabung dengan pasukan Al-Mu‟tamid di daerah Zalaka dan berhasil
mengalahkan pasukan Alfonso VI, walaupun kota Toledo tidak dapat direbutnya kembali
sejak saat itu diambil alih oleh Dinasti Murabithun.
Setelah Islam mengalami kemunduran, Eropa bangkit dari keterbelakangan terutama
dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang mempengaruhi kemajuan dalam
bidang politik. Kemajuan yang dicapai oleh Eropa ini tidak lepas dari peran penting dari
permerintahan Islam di Sevilla.

E. Dinasti-Dinasti dan Kerajaan pada Periode Pertengahan


Perkembangan Islam pada periode pertengahan dimulai dari tahun 1250 sampai tahun
1800, pada abad ini kemajuan pada bidang pengetahuan memang tidak sehebat periode
klasik. Tapi pada periode ini juga berperan sangat penting terutama dalam persebaran
Islam. Pada periode ini lah Islam menyebar hingga asia tenggara. Jika kita membahas
Islam periode pertengahan kita bisa membaginya ke dalam dua fase, yaitu: Fase
kemunduran yang dimulai dengan hancurnya dinasti Abbasiyah (1250an) dan Fase Tiga
kerajaan besar (1500-1800).16
• Fase Kemunduran atau Transisi Abad Pertengahan
Periode pertengahan ini ditandai dengan runtuhnya pusat peradaban Islam di
Baghdad, yang diakibatkan oleh serangan bangsa Mongol dan konflik internal
pemerintahan Abbasiyah. Baghdad pada masa dinasti Abbasiyah dulu dikenal sebagai
pusat bagi keilmuwan dunia. Banyak sekali Ilmu- ilmu berharga yang ada di kota
Baghdad. Akan tetapi semua peninggalan itu sudah tidak ada bekasnya sama sekali,

16
Mujahidin, Hubungan Sosial Budaya Kristen dan Islam: Periode Pertengahan dan Modern, 2019,
Vol. 1, No. 1, hal. 9.

11
semua peninggalan-peninggalan kota Baghdad itu telah dimusnahkan pasukan Mongol.
Keruntuhan dan kehancuran pusat peradaban Islam ini membawa dampak yang sangat
besar bagi perkembangan politik umat Islam setelahnya. Pada fase ini muncul beberapa
dinasti besar diantaranya :
a. Dinasti Timuriyah
Setelah lebih dari satu abad umat Islam menderita dan berusaha bangkit dari
kehancuran akibat serangan bangsa Mongol. Badai malapetaka kembali menerpa,
yaitu serangan yang juga dari keturunan bangsa Mongol. Berbeda dari Hulagu Khan
dan keturunannya pada dinasti Ilkhan, penyerang kali ini sudah masuk Islam, tetapi
sisa kebiadaban dan kekejaman masih melekat kuat.17 Serangan ini dipimpin oleh
Timur Lenk pendiri dinasti Timuriyah. Timur sendiri adalah penganuut Syiah yang
fanatik, yang memandang bahwa orang yang bukan Syiah meskipun beragama Islam
adalah orang sesat. Pada masa Timur Lank inilah justru terjadi pembantaian umat
Islam, di setiap ekspansinya pasti disertai pembantaian. Setelah menaklukan Jata dan
Khawarizm. Di setiap negeri yang ditaklukannya ia membantai penduduk yang
melakukan perlawanan. Di Afganistan, bahkan ia membangun menara yang disusun
dari 2000 mayat. Di Iran ia membantai kurang lebih 70.000 penduduk. Dan
menyusunnya menjadi menara. Dia melakukan ekspansi sampai ke Moskow dan
India. Bahkan pada masa kepemimpinan Timur Lank, dinasti ini bisa mengalahkan
Kerajaan Usmani dan menawan Bayazid I.
b. Dinasti Mamluk
Dinasti yang didirikan oleh seorang bekas budak dan istri al-Ayubi yang
bernama Shajarah al-Dhur (1249). Pada awal berdirinya ia tidak mendapat dukungan
dari Baghdad dan akhirnya dijatuhkan, selanjutnya kesultanan dipegang Amir
Aybek, yang kemudian menikah dengan Al-Dhur. Dinasti Mamluk memerintah di
Mesir dalam jangka waktu yang panjang (1249-1517), menghiasi catatan penting
dalam sejarah Islam. Dinasti Mamluk juga menghadapi ancaman dari agresi oleh
bangsa Mongol di daerah antara Baisan dan Nablus di Palestina. Dalam peristiwa
‘Ain Jalut yang terjadi tiga tahun pasca kehancuran Baghdad, dimana tentara Mongol
yang dipimpin Ketbuga kalah dalam peperangan menghadapi Mamluk, maka
selamatlah pusat peradaban ke II dunia islam, Kairo, Mesir. Setelah Baybar menang

17
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Dirasah Islamiyah II, (Jakarta: Rajawali Pers, 2008), hal.
117-118.

12
atas Mongol di ‘Ain Jalut, demi persatuan Islam, ia mencari sisa keturunan
Abbasiyah yang masih hidup yaitu Ahmad dan sumpah setia kepadanya sebagai
Khalifah Abbasiyah. Setelah tiga tahun vakum kekhalifahan Islam, kekhalifahan
Abbasiyah muncul kembali sebagai boneka dari penguasa Mamluk.
Setelah Mesir dipimpin oleh Sultan-Sultan Daulah Mamalik, mereka
melakukan penataan pembangunan di berbagai terutama di tangan dua Sultan yang
sangat cekatan, yaitu Sultan Al-Zahir Baybars dan Sultan Al-Mansur Qalawun. Di
tangan dua orang Sultan inilah peradaban Islam nampak cemerlang di Mesir menjadi
pusat kemajuan Islam saat itu, walaupun tidak dapat mengimbangi kejayaan yang
telah dicapai Baghdad dan Cordova Spanyol.
• Fase Tiga Kerajaan Besar
Pada fase ini Keadaan umat Islam secara keseluruhan baru mengalami kemajuan
kembali setelah muncul dan berkembangnya tiga kerajaan besar : Usmani di Turki,
Safawi di Persia dan Mughal di India. Kerajaan Usmani, di samping yang pertama
berdiri juga yang terbesar dan paling lama bertahan dibanding dua kerajaan lainnya.
a. Kerajaan Usmani di Turki
Kerajaan Usmani didirikan pada tahun 1290 oleh Usman putera dari al-Tugril
(Ertoghrul). Nama kerajaan Usmaniyah itu diambil dari dan dibangsakan kepada
nenek moyang mereka yang pertama, Sultan Usmani Ibnu Sauji Ibnu Arthogol
Ibnu Sulaimansyah Ibn Kia Alp, kepala Kabilah Kab di Asia Tengah Dinasti ini
berasal dari suku Qoyigh Oghus, yang mendiami daerah Mongol dan daerah Utara
negeri Cina kurang lebih tiga abad. Kemudian mereka pindah ke Turkistan, Persia
dan Iraq. Mereka masuk Islam pada abad ke-9/10 ketika menetap di Asia Tengah.18
Puncak kejayaan Usmani terjadi saat kepemimpinan Sulaiman al-Qanuni.
Sulaiman bukan hanya sultan yang terkenal di kalangan Turki Usmani, akan tetapi
pada awal abad 16 ia adalah kepala negara paling terkenal di dunia. Ia seorang
penguasa yang saleh. Ia berhasil menegakkan syariat Islam. Sulaiman juga berhasil
menerjemahkan al-Qur‟an dalam bahasa Turki. Sulaiman juga berhasil menyusun
kitab undang-undang (qanun). Kitab tersebut diberinama Multaqa al-Abhur, yang
menjadi pegangan hukum Turki Usmani hingga datangnya reformasi pada abad 19.
Pada saat terjadi pertentangan antara Katolik dan Protestan, yang diantaranya lari
untuk meminta suaka politik kepada Khalifah Sulaiman. Mereka diberi kebebasan

18
Siti Zubaidah, Sejarah Peradaban Islam, (Medan: Perdana Publishing, 2016), hal. 148.

13
untuk memilih agama, dan diberikan tempat di Turki Usmani. Setelah Sulaiman,
Turki Usmani mengalami kemunduran.
Selain perkembangan Politik, terdapat perkembangan agama, budaya dan Ilmu
pengetahuan pada masa kerajaan ini.
b. Kerajaan Safawi di Persia
Kerajaan Safawi menyatakan Syiah sebagai mazhab negara. Kerajaan Safawi
berasal dari sebuah gerakan tarekat yang berdiri di Ardabil, sebuah kota di
Azerbajian, Iran. Tarekat ini diberi nama tarekat Safawiyah didirakan pada waktu
yang sama dengan berdirinya Turki Usmani.19 Nama Safawiyah diambil dari nama
pendirinya Safi al-Din (1252-1334 M), nama tersebut tetap dipertahankan sampai
tarekat ini berubah menjadi gerakan politik, bahkan menjadi nama bagi Daulah
yang mereka dirikan, yaitu Daulah Safawiyah.
Kerajaan ini berdiri pada 1501 M dan didirikan oleh Ismail, setelah berhasil
menaklukan Tabriz ibukota AK Kyoyunlu. Dalam kurun waktu 10 tahun wilayah
kekuasaan imperium ini sudah meliputi Persia dan bagian timur Bulan Sabit Subur.
Masa kekuasaan Abbas I merupakan puncak kejayaan Kerajaan Safawi.
Secara politik, ia mampu mengatasi berbagai kemelut di dalam negeri yang
mengganggu stabilitas negara dan berhasil merebut kembali wilayah-wilayah yang
pernah direbut kerajaan Usmani. Kemajuan yang dicapai kerajaan Safawi tidak
hanya terbatas di bidang politik tetapi juga pada bidang ilmu pengetahuan, agama,
dan bidang kebudayaan serta kesenian.
c. Kerajaan Mughal di India
Kerajaan Mughal berdiri seperempat abad sesudah berdirinya kerajaan safawi.
Jadi, diantara tiga kerajaan besar islam tersebut, kerajaan Mughal adalah kerajaan
yang termuda. Kerajaan Mughal bukanlah kerajaan islam pert ama di anak benua
India. Awal kekuasaan islam di wilayah india terjadi pada masa khalifah Al-
Walid, dari dinasti Umayyah. Penaklukan wilayah ini dilakukan oleh tentara Bani
Umayyah di bawah pimpinan Muhamad Ibn Qasim.20
Kerajaan Mughal di India, merupakan salah satu kerajaan Islam terbesar
di dunia yang menghiasi sejarah umat Islam, pada periode abad pertengahan. Pendiri
kerajaan ini adalah Zahirudin Muhammad, dikenal dengan Babur. Ia putra dari

19
Syamruddin Nasution, Sejarah Peradaban Islam, (Pekan Baru: Yayasan Pustaka, 2013), hal. 299.
20
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Dirasah Islamiyah II, (Jakarta: (Yatim, 2008) Rajawali Pers,
2008), hal. 145.

14
Miransah, putera ketiga dari Timur Lank.Pada tahun 1525 M hanya dengan
mengandalkan 13.000 orang tentara dan meriam Babur dapat menaklukan Punjab.
Setelah berhasil menaklukan Punjab, membuka jalan untuk meneruskan serangan ke
Delhi.
Raja yang sangat berperan dalam persebaran Islam di India adalah Aurangzeb.
Dia memberikan corak keislaman ditengah masyarakat Hindu. Aurangzeb mengjak
rakyatnya untuk masuk Islam, ia menyuruh arca-arca Hindu ditanam dibawah jalan-
jalan menuju masjid agar orang Islam setiap harinya menginjak arca-arca tersebut.
Kebijakan dari Aurangzeb ini mendapat kecaman keras dari kalangan Hindu, yang
justru balik menentangnya. Tindakan Aurangzeb itu pula yang pada akhirnya
membawa kerajaan Mughal mengalami masa kemunduran.
Setelah Aurangzeb wafat raja-raja berikutnya mulai lemah. Kerajaan Mughal
dan rajanya tidak lebih hanya sebagai simbol dan lambang belaka, bahkan raja hanya
diberi gaji kolonial Inggris yang telah datang untuk biaya hidup tinggal di dalam
Istana. Seperti dua kerajaan besar, kerajaan Mughal selain mengalami
perkembangan di bidang politik, juga mengalami perkembangan di bidang agama,
Ekonomi dan peradaban.

15
BAB III

PENUTUPAN

A. Kesimpulan
Faktor-faktor penting yang menyebabkan munculnya dinasti-dinasti kecil di Baghdad,
antara lain: luasnya wilayah kekuasaan daulat Abbasiyah sementara komunikasi pusat
dengan daerah sulit dilakukan. Bersamaan dengan itu, tingkat saling percaya di kalangan
para penguasa dan pelaksana pemerintahan sangat rendah, dengan profesionalisasi
angkatan bersenjata, ketergantungan khalifah kepada mereka sangat tinggi, Penguasa Bani
Abbas lebih menitik beratkan pembinaan peradaban dan kebudayaan daripada politik dan
ekspansi. Adapun dinasti-dinasti kecil ini dibagi menjadi dua bagian yaitu dinasti kecil di
Barat Baghdad (Dinasti Thuluniyah, Dinasti Iksidiyah, Dinasti Hamdaniyah, Dinasti
Idrisiyah, dinasti Fatimiyah,dinasti Murabhitun, dinasti Aghlasyiah, dan Dinasti
Ayyubiyah), dan dinati di Timur Baghdad (Dinasti Tahiriyah, Dinasti saffariyah, Dinasti
Samaniyah, Dinasti Ghaznawiyah , Dinasti Buwahiiyah, dan Dinasti Saljuk).
Selanjutnya, Pada tahun (1013 M), dewan menteri yang memerintah Cordova
menghapuskan jabatan Khalifah dari Bani Umayyah. Pada paruh pertama abad ke 11,
Spanyol telah terpecah tiga puluh Negara kecil dibawah pemerintahan raja-raja golongan
atau raja-raja kecil yang disebut dengan Muluk al-Thawaif, yang berpusat di suatu kota
seperti Seville, Cordova, Toledo, dan sebagainya.
Perkembangan Islam pada periode pertengahan dimulai dari tahun 1250 sampai tahun
1800, pada abad ini kemajuan pada bidang pengetahuan memang tidak sehebat periode
klasik. Tapi pada periode ini juga berperan sangat penting terutama dalam persebaran
Islam. Pada periode ini lah Islam menyebar hingga asia tenggara. Jika kita membahas
Islam periode pertengahan kita bisa membaginya ke dalam dua fase, yaitu: Fase
kemunduran yang dimulai dengan hancurnya dinasti Abbasiyah (1250an) dan Fase Tiga
kerajaan besar (1500-1800).

B. Saran
Apabila ada keterangan yang kurang bisa dipahami dalam makalah ini kami mohon
maaf yang sebesar-besarnya dan kami sebagai penulis sangat berterimakasih apabila ada
saran atau kritik yang bersifat membangun sebagai penyempurnaan makalah ini

16
DAFTAR PUSTAKA

Amin, Syamsul Munir. (2009). Sejarah Peradaban Islam . Jakarta: Amzah.

Bakar, Istianah Abu. (2008). Sejarah Peradaban Islam. Malang: UIN Malang Press.

Fuadi, Imam. (2011). Sejarah Peradaban Islam. Yogyakarta: Teras.

M. Taufik, Ali Nurdin. (2013). Ensilokpedi Sejarah Islam. Jakarta Timur: Pustaka al-Kautsar.

Mujahidin. (2019). Hubungan Sosial Budaya Kristen dan Islam: Periode Pertengahan dan
Modern. Al Ma'arief: Jurnal Pendidikan Sosial dan Budaya, Vol. 1, No. 1.

Nasution, Syamruddin. (2013). Sejarah Peradaban Islam. Pekan Baru: Yayasan Pustaka.

Redaksi, Dewan. (2002). Ensiklopedi Islam. Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve.

Supriyadi, Dedi. (2008). Sejarah Peradaban Islam. Bandung: CV Pustaka Setia.

Syahraeni, Andi. (2016). Dinasti-Dinasti Kecil Bani Abbasiyah. Jurnal Rihlah, Vol. 4, No. 1.

Yatim, Badri. (2008). Sejarah Peradaban Islam, Dirasah Islamiyah II. Jakarta: Rajawali Pers.

Zubaidah, Siti. (2016). Sejarah Peradaban Islam. Medan: Perdana Publishing.

17

Anda mungkin juga menyukai