Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

DINASTI BANI ABBASIYAH DI BAGHDAD

DOSEN : SYARIFUDDIN, S EI, M.E.

DISUSUN OLEH : KELOMPOK II

Muhammad Abid Akram 90100121001

Muhammad Faturrahim 90100121027

St. Chairiani Fausiah 90100121029

Nuraeni 90100121028

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI ALAUDDIN MAKASSAR

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM


KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha
penyayang, penulis panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada penulis, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini.

Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
mendukung, khususnya kepada Bapak Syarifuddin S EI, M.E. selaku dosen mata
kuliah (pengantar bisnis) yang telah memberikan tugas ini, sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan kepada penulis maupun pembaca.

Terlepas dari itu semua, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata penulis berharap semoga makalah tentang “dinasti abbasiyyah di


baghdad” dapat bermanfaat bagi kita semua.

Gowa , , ,2022

Penulis

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................I

DAFTAR ISI ......................................................................................................II

ISI .......................................................................................................................1

BAB I : PENDAHULUAN ......................................................................1

A. Latar belakang ........................................................................1


B. Rumusan masalah ..................................................................2
C. Tujuan penulisan ...................................................................2
BAB II : PEMBAHASAN ........................................................................3
A. Sejarah Berdirinya Dinasti Bani Abbasiyah ..........................3
B. Khalifah Bani Abbasiyyah Dan Kebijakannya ......................5
C. Pencapaian Dinasti Bani Abbasiyah ......................................11
D. Kemunduran Bani Abbasiyah ...............................................12
BAB III : PENUTUP ..................................................................................14
A. Kesimpulan ...........................................................................14
B. Saran ......................................................................................15
Daftar pustaka ...................................................................................................16

II
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Sejarah gerakan kebangkitan Dinasti Abbasiyah tidaklah dapat dilakukan
dengan sederhana. Dengan jatuhnya Daulat Bani Umayyah pada tahun 750 M dan
bangkitnya Daulat Bani Abbasiyah telah menarik perhatiaan banyak sejarahwan
Islam klasik. Para sejarawan melihat bahwa kejadian itu unik dan menarik, karena
bukan saja merupakan pergantian struktur sosial dan ideologi. Maka, banyak
sejarawan yang menilai bahwa kebangkitan Daulat Bani Abbasiyyah merupakan
suatu revolusi dalam arti kata yang sebenarnya.1
Revolusi sebagai proses politik timbul ketika golongan-golongan kepentingan
dalam masyarakat mengusahakan perubahan sosial-politik dengan cara-cara radikal.2
Krisis sosial dan politik dengan intensitas tinggi, dan sikap keras rezim, menimbulkan
kegelisahan yang sangat eksplosif sampai mengakibatkan perasaan tidak aman
menyangkut kelangsungan hidup massa rakyat.
Menjelang masa-masa kejatuhannya, jelas dapat disaksikan arah dan beberapa
kebijakan politik Bani Umayah mengakibatkan keresahan masyarakat makin kritis.
Terutama kekecewaan yang dirasakan oleh sejumlah besar mawâli (tunggalnya;
maulâ, client), yaitu warga negara Muslim non Arab. Selain menyandang status
sosial-politik yang dinomorduakan (the second citizents), mereka menderita
perlakuan diskriminatif dalam bidang ekonomi. Misalnya, mawâli ‘hanya’
memperoleh tunjangan atau ghanîmah (harta rampasan perang) yang jauh lebih kecil
daripada yang diterima bangsa Arab asli, padahal mereka telah mengalami beratnya
invasi di daerah-daerah perbatasan, khususnya di Irak dan di propinsi-propinsi timur.
1
M. Atho Mudzhar, Pendekatan Studi Islam dalam Teori dan Praktek (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2011), hal 83.
2
Sartono Kartodirdjo, Pemikiran Dan Perkembangan Historiografi Indonesia, Suatu
Alternatif (Jakarta: Gramedia, 1982), hal 80-82.

1
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana sejarah berdirinya Daulah Abbasiyah?
2. Bagaimana perkembangan peradapan islam pada masa Daulah
Abbasiyah?
3. Siapa saja tokoh yang berperan penting dalam kemajuan peradaban islam
pada masa Daulah Abbasiyah?

C. Tujuan pembahasan
1. Untuk mengetahui sejarah berdirinya Daulah Abbasiyah
2. Untuk mengetahui perkembangan peradapan islam pada masa Daulah
Abbasiyah
3. Untuk mengetahui tokoh-tokoh yang berperan penting dalam kemajuan
peradaban islam pada masa Daulah Abbasiyah

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Berdirinya Dinasti Bani Abbasiyyah


Dinasti Abbasiyah atau Kekhalifahan Abbasiyah adalah kekhalifahan kedua
Islam yang berkuasa di Baghdad (sekarang ibu kota Irak). Kekhalifahan ini
berkembang pesat dan menjadikan dunia Islam sebagai pusat pengetahuan dengan
menerjemahkan dan melanjutkan tradisi keilmuan Yunani dan Persia. Kekhalifahan
ini berkuasa setelah merebutnya dari Bani Umayyah dan menundukan semua
wilayahnya kecuali Andalusia.
Setelah keruntuhan Dinasti Umayyah, Dinasti Abbasiyah membangun
peradaban Islam atas asas ilmu pengetahuan. Selain itu, Dinasti Abbasiyah pernah
menjadikan aliran Muktazilah sebagai aliran resmi negara. Aliran ini didukung oleh
Khalifah al-Makmun anak dari Harun al-Rasyid.3
Bani Abbasiyah dirujuk kepada keturunan dari paman Nabi Muhammad yang
termuda, yaitu Abbas bin Abdul-Muthalib (566-652 M), oleh karena itu mereka juga
termasuk keturunan Bani Hasyim. Persaingan antara Bani Hasyim dengan Bani
Umayyah itu sudah berjalan lebih dari seratus tahun sebelum Nabi lahir.3 Padahal
mereka merupakan sebuah keluarga besar yang seharusnya tak terpisahkan. Bahkan
di antara keduanya terdapat hubungan pernikahan, seperti Utsman Bin Affan yang
menikah dengan Ruqayyah putri Rasulullah. 4
Melihat keadaan semakin kacau, keluarga Abbas pun memanfaatkan situasi
dan bergabung dengan pendukung Ali dengan menekankan hak keluarga Hasyim.
Dengan memanfaatkan kekecewaan publik dan menampilkan diri sebagai pembela
sejati agama Islam, para keturunan Abbas segera menjadi pemimpin gerakan anti

3
Muhammad Husain Haekal, Utsman Bin Affan, terj. Ali Audah, Usman Bin Affan (Bogor:
Pustaka Litera Antarnusa, 2010), h. 9.
4
Ali Muhammad al-Shalabi, Muawiyah Ibnu Abi Sufyan, teorj. Izzuddin Karimi, Muawiyah
Bin Abu Sufyan (Jakarta: Darul Haq, 2012), h. 12.

3
Umayyah.5 Dinasti Abbasiyah berhasil memegang kekuasaan kekhalifahan selama
tiga abad, mengkonsolidasikan kembali kepemimpinan gaya Islam dan menyuburkan
ilmu pengetahuan dan pengembangan budaya Timur Tengah. Tetapi pada tahun 940
M kekuatan kekhalifahan menyusut ketika orang-orang non-Arab, khususnya orang
Turki (dan kemudian diikuti oleh Mamluk di Mesir pada pertengahan abad ke-13),
mulai mendapatkan pengaruh dan mulai memisahkan diri dari kekhalifahan.
Meskipun begitu, kekhalifahan tetap bertahan sebagai simbol yang menyatukan umat
Islam.
Pada masa pemerintahannya, Bani Abbasiyah mengklaim bahwa dinasti
mereka tak dapat disaingi. Namun kemudian, Said bin Husain, seorang muslim Syiah
dari dinasti Fatimiyyah mengaku dari keturunan Nabi Muhammad, mengklaim
dirinya sebagai Khalifah pada tahun 909M, sehingga timbul kekuasaan ganda di
daerah Afrika Utara.
Dalam perkembangannya Daulah Abbasiyah dibagi menjadi lima periode
yakni, Periode Pertama (750 M. - 847 M.), yang para khalifah Abbasiyah berkuasa
penuh. Periode Kedua (847 M. - 945 M.) disebut periode pengaruh Turki. Periode
Ketiga (945 M. - 1055 M.) pada masa ini daulah Abbasiyah di bawah kekuasaan Bani
Buwaihi. Periode Keempat (1055 M.-l194 M.) dalam periode ini ditandai dengan
kekuasaan Bani Saljuk atas Daulah Abbasiyah. Periode Kelima (1194 M.-1258 M.)
periode ini khalifah Abbasiyah tidak lagi berada di bawah kekuasaan dinasti tertentu,
mereka merdeka berkuasa akan tetapi hanya di Baghdad dan sekitarnya.6
Sejarah menyebutkan bahwa puncak zaman keemasan Baghdad terjadi selama
masa kekhalifahan Harun al-Rasyid (786-809 M.) Meskipun usianya kurang dari
setengah abad, Baghdad pada saat itu muncul menjadi pusat dunia dengan tingkat
kemakmuran dan peran internasional yang luar biasa. Baghdad menjadi saingan
tunggal bagi Bizantium. Kejayaannya berjalan seiring dengan kemakmuran kerajaan,
5
Al-Suyuthi, tarikh khulafah terj. Samson Rahman, tarikh khulafah : Sejarah Para
Penguasa Islam (Jakarta : Pustaka al-Kautsar, 2011), hal. 297
6
Departemen Agama Republik Indonesia, Ensiklopedi Islam I (Jakarta: Ichtiar Baru Van
Hoeve, 1997),hal. 7-9

4
terutama ibu kotanya. Saat itulah Baghdad menjadi kota yang tidak ada bandingannya
di sekitar Jazirah Arab.7

B. Khalifah Bani Abbasiyyah Dan Kebijakannya


Dinasti Abbasiyah yang berkuasa lebih dari lima abad (750-1258) secara
umum dibagi atas empat periode. Keempat periode tersebut adalah Periode Awal
(750-847), Periode Lanjutan (847-945), Periode Buwaihi (945-1055), dan Periode
Seljuk (1055-1258). Selama lima abad pemerintahan Islam Dinasti Abbasiyah ini,
tercatat sejumlah nama khalifah yang berhasil menegakkan sistem pemerintahan
Islam dengan adil dan makmur. Di bawah ini merupakan silsilah para khalifah dari
Bani Abbasiyah, mulai dari Abbas bin Abdul-Muththalib sampai khalifah terakhir
dari Bani Abbasiyah yang berkuasa di Baghdad, Para Khalifah Bani Abbasiyah
berjumlah 37 khalifah. (Samsul Munir, 2014: 141- 143). Mereka adalah: 8
1. Al-Saffah AH 132-136 atau AD 749-754
2. Al-Mansur AH 136-158 atau AD 754-775
3. Al-Mahdi AH 158-169 atau AD 775-785
4. Al-Hadi AH 169-170 atau AD 785-786
5. Harun Al-Rashid AH 170-193 atau AD 786-809
6. Al-Amin AH 193-198 atau AD 809-813
7. Al-Ma'mun AH 198-218 atau AD 813-833
8. Al-Mu'tasim AH 218-227 atau AD 833-842
9. Al-Wathiq AH 227-232 atau AD 842-847
10. Al-Mutawakkil AH 232-247 atau AD 847-861
11. Al-Muntasir AH 247-248 atau AD 861-862
12. Al-Musta'in AH 248-252 atau AD 862-866
13. Al-Mu'tazz AH 252-255 atau AD 866-869
7
Surajio, Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia (Jakarta: PT. Bumi Aksara,2010),
hal. 80.
8
Iqbal, jurnal studi agama dan masyarakat, Peranan Dinasti Abbasiyah Terhadap Peradaban
Dunia IAIN: Palangka Raya Vol 11. No 2. Des 2015. hal 267

5
14. Al-Muhtadi AH 255-256 atau AD 869-870
15. Al-Mu'tamid AH 256-279 atau AD 870-892
16. Al-Mu'tadid AH 279-289 atau AD 892-902
17. Al-Muktafi AH 289-295 atau AD 902-908
18. Al-Muqtadir AH 295-320 atau AD 908-932
19. Al-Qahir AH 320-322 atau AD 932-934
20. Al-Radi AH 322-329 atau AD 934-940
21. Al-Muttaqi AH 329-333 atau AD 940-944
22. Al-Mustakfi AH 333-334 atau AD 944-946
23. Al-Muti' AH 334-363 atau AD 946-974
24. Al-Ta'i' AH 363-381 atau AD 974-991
25. Al-Qadir AH 381-422 atau AD 991-1031
26. Al-Qa'im AH 422-467 atau AD 1031-1075
27. Al-Muqtadi AH 467-487 atau AD 1075-1094
28. Al-Mustazhir AH 487-512 atau AD 1094-1118
29. Al-Mustarshid AH 512-529 atau AD 1118-1135
30. Al-Rashid AH 529-530 atau AD 1135-1136
31. Al-Muqtafi AH 530-555 atau AD 1136-1160
32. Al-Mustanjid AH 555-566 atau AD 1160-1170
33. Al-Mustadi' AH 566-575 atau AD 1170-1180
34. Al-Nasir AH 575-622 atau AD 1180-1225
35. Al-Zahir AH 622-623 atau AD 1225-1226
36. Al-Mustansir AH 623-640 atau AD 1226-1242
37. Al-Musta'sim AH 640-656 atau AD 1242-1258.
AD= Anno Domini atau masehi
AH= Anno Hegirae atau hijriah

6
Namun di antara 37 khalifah yang tertera di atas, yang paling memiliki
pengaruh dan mampu mebawa dinasti bani umayyah sampai pada masa keemasan dan
kejayaan hanya di pimpim oleh 3 khalifah. Yaitu :9
1. Khalifah Abu Ja’far Al-Manshur (136-158 H/754-775 M)
Abu Jafar Abdullah bin Muhammad Al-Mansur adalahKhalifah kedua
Dinasti Abbasiyah, putera Muhammad bin Ali bin Abdullah ibn Abbas bin
Abdul Muthalib, dilahirkan di Hamimah pada tahun 101 H. Al-Mansur
seorang khalifah yang tegas, bijaksana, alim, berpikiran maju, baik budi, dan
pemberani. Ia tampil dengan gagah berani dan cerdik menyelesaikan berbagai
persoalan yang tengah melanda pemerintahan Dinasti Abbasiyah. Al-Mansur
juga sangat mencintai ilmu pengetahuan. Kecintaannya terhadap ilmu
pengetahuan menjadi pilar bagi pengembangan peradaban Islam di masanya.
Setelah menjalankan pemerintahan selama 22 tahun lebih, pada tanggal 7
Zulhijjah tahun 158 H/775 M, al-Mansur wafat dalam perjalanan ke Makkah
untuk menunaikan ibadah Haji, di suatu tempat bernama “Bikru Maunah”
dalam usia 57 tahun. Jenazahnya dimakamkan di Makkah.
Adapun kesuksesan yang di raih oleh khalifah abu ja’far al-manshur adalah
a. Mendirikan Kota Baghdad
b. Pengembangan Ilmu Pengetahuan
2. Khalifah Harun Ar-Rasyid (786-809M)
Khalifah Harun Ar-Rasyid (145-193 H/763-809 M) dilahirkan di Ray
pada bulan Pebruari 763 M/145 H. Ayahnya bernama Al-Mahdi dan ibunya
bernama Khaizurran. Ia dibesarkan di lingkungan istana mendapat bimbingan
ilmu-ilmu agama dan ilmu pemerintahan di bawah bimbingan seorang guru
yang terkenal, Yahya bin Khalid Al-Barmaki, seorang ulama besar di
zamannya, dan ketika Ar-Rasyid menjadi khalifah, menjadi Perdana

9
Mujayanah, “SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM, Untuk siswa kelas VIII MTs”, (Surabaya:
PT GPS Pres 2017) hal 17

7
menterinya, sehingga banyak nasihat dan anjuran kebaikan mengalir dari
Yahya.
Harun ar-rasyid adalah khalifah ke-5 dari kekhalifahan Abbasiyah dan
memerintah antara tahun 786 m hingga 803 m. ayahnya bernama Muhammad
Almahdi dan kakaknya bernama Musa Al Hadi. Musa Al Hadi adalah khalifah
yang ketiga di Daulah Abbasiyah. Era pemerintahan Harun yang dilanjutkan
oleh Makmun ar-rasyid dikenal sebagai masa keemasan Islam( The Golden
Age of Islam) di mana saat itu Baghdad menjadi salah satu pusat ilmu
pengetahuan. Khalifah Harun ar-rasyid terkenal sebagai khalifah yang taat
dalam beragama Dermawan dan mencintai ilmu pengetahuan. Beberapa usaha
khalifah Harun ar-rasyid dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan peradaban
Islam antara lain adalah mengangkat Wazir, menjaga keamanan dan ketertiban
negara, mengembangkan berbagai ilmu pengetahuan, serta meningkatkan
kesejahteraan rakyat.10
Bukan saja membawa kemajuan di bidang ilmu pengetahuan umum,
tetapi juga ilmu pengetahuan agama. Pada masa ini Ilmu dan metode tafsir
mulai berkembang terutama dua metode penafsiran, yaitu tafsir bi al-matsur
dan tafsir bi al-ra’yi Dalam bidang hadits mulai diklasifikasikan secara
sistematis dan kronologis, sehingga kita kenal dengan klasifikasi hadits
Shahih, Dhaif, dan Maudhu. Selain itu berkembang juga ilmu pengetahuan
agama lain seperti ilmu Alquran,qira’at fiqih kalam, bahasa dan sastra. Empat
mazhab fiqh tumbuh dan berkembang pada masa Abbasiyah ini Imam Abu
Hanifah yang meninggal di Baghdad tahun 767 M. adalah pendiri madzab
Hanafi. Imam Malik Bin Anas yang banyak menulis hadits dan pendiri Maliki
itu wafat di Madinah pada tahun 796 M. Muhammad Bin Idris al-shafi’i yang

10
Joesoef Sou’yb, “Sejarah Daulat Abbasiyah I” (Jakarta: Penerbit Bulan Bintang, 1997),
hal. 38

8
meninggal di Mesir tahun 819 M. adalah pendirian mazhab Syafi’i dan
Ahmad Bin Hanbal pendiri madzhab Hanbali meninggal dunia tahun 855 M.11
Popularitas Daulah Abbasiyah, mencapai puncaknya pada zaman
khalifah Harun ar-Rasyid dan putranya Al-Ma’mun. (Yatim, 1994: 52)
Tingkat kemakmuran yang paling tinggi terwujud pada zaman khalifah ini.
Namun puncak kegemilang pemerintahan Abbasiyah atau boleh dikatakan
zaman paling gemilang dalam sejarah Islam adalah pada kekhalifahan Harun
ar-Rasyid. Pemerintahan ketika itu menikmati segala bentuk kebesaran
kekuasaan dan keagungan ilmu pengetahuan (Syalabi, 1993: 107).
Tanggung jawab yang berat sudah dipikul Harun Ar-Rasyid sejak sang
Ayah, Khalifah Al-Mahdi melantiknya sebagai gubernur di Saifah pada tahun
163 H. Kemudian pada tahun 164 H diberikan wewenang untuk mengurusi
seluruh wilayah Anbar dan negeri-negeri di wilayah Afrika Utara. Harun Ar-
Rasyid menunjukkan kecakapannya dalam memimpin, sehingga pada tahun
165 H, Al-Mahdi melantiknya kembali menjadi gubernur untuk kedua kalinya
di Saifah. Harun Ar-Rasyid diangkat menjadi khalifah pada September 786 M,
pada usianya yang sangat muda, yakni 23 tahun.
Jabatan khalifah itu dipegangnya setelah saudaranya yang menjabat
khalifah, Musa Al-Hadi wafat. Kepribadian Harun Ar-Rasyid sangat mulia.
Sikapnya tegas, mampu mengendalikan diri, tidak emosional, sangat peka
perasaannya dan toleran. Akhlak mulianya dikemukakan oleh Abul
'Athahiyah, seorang penyair kenamaan saat itu. Selain itu, Harun Ar-Rasyid
juga dikenal sebagai seorang khalifah yang suka humor. Dia juga terkenal
pemimpin yang pemurah dan dermawan. Banyak sejarawan menyamakannya
dengan Khalifah Umar bin Abdul Azis dari Dinasti Bani Umayyah.
Tak jarang ia juga turun ke jalan-jalan di kota Baghdad pada malam
hari melihat kehidupan sosial yang sebenarnya pada masyarakatnya, sehingga

11
Ali Mufrodi, Islam Di Kawasan Kebudayaan Arab (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2016),
hal 102

9
tak seorang pun yang kelaparan dan teraniaya tanpa diketahui oleh Khalifah
Harun Ar-Rasyid. Khalifah Harun Ar-Rasyid mempunyai perhatian dan minat
yang besar terhadap ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Para ilmuwan dan
budayawan dilibatkan dalam setiap pengambilan kebijakan.Khalifah juga
melakukan penterjemahan besar-besaran berbagai buku-buku ilmu
pengetahuan berbahasa asing ke dalam bahasa Arab.
Dari sekian banyak wasiat yang dituliskan oleh Harun ar-Rasyid untuk
al-Ahmar, kesemuanya selaras dengan konsep pendidikan karakter yang
diusung oleh para pakar pendidikan modern saat ini. Hal ini menunjukkan
bahwa konsep pemikiran pendidikan karakter yang diusung oleh Harun ar-
rasyid mengandung nila-nilai universal yang tidak mengenal Batasan ruang
dan waktu.12
3. Khalifah Abdullah Al-Makmun (786-833M)
Nama lengkapnya adalah Abdullah Al Makmun Ibnu Harun ar-rasyid
air pada tahun 170H. Sejak kecil Al Makmun dididik di lingkungan istana
Daulah Abbasiyah. Gurunya adalah Ja'far bin Yahya, seorang Wazir. Pada
masa kekhalifahan Harun ar-rasyid. Sebelum menjadi khalifah al-makmun
dipercaya oleh ayahnya untuk menangani masalah masalah di bidang
pemerintahan. Saat itu ia diberi tanggung jawab sebagai penguasa wilayah
timur Daulah Abbasiyah yaitu wilayah khurasan hingga ke Hamadan.
Al Makmun adalah khalifah yang cerdas dan bijaksana. Khalifah Al
Makmun gemar mengkaji dan mempelajari ilmu pengetahuan. Khalifah Al
Makmun juga menganjurkan seluruh rakyatnya untuk mengkaji dan
mengembangkan ilmu pengetahuan. Untuk keperluan itu, Khalifah Al
Makmun menyediakan berbagai fasilitas, mulai dari menyediakan berbagai
buku, membangun perpustakaan ( Baitul Hikmah) hingga membiayai
penerjemahan buku-buku berbahasa Yunani dan persia ke dalam bahasa Arab.

12
Ahmad Afnan Anshori, Konsep Pemikiran Harun ar-Rasyid dalam Pendidikan Karakter,
Jurnal Penelitian, Vol. 9. No 2. Agustus 2015 hal 230-231

10
Jasa terbesar Khalifah Al Makmun dalam perkembangan peradaban
Islam adalah berkembangnya ilmu pengetahuan yang sangat pesat dan
berdirinya Baitul hikmah yang menjadi pusat pembelajaran dunia islam saat
itu.13

C. Pencapaian Dinasti Bani Abbasiyyah


Bani Abbasiyah pada periode pertama lebih menekankan pembinaan peradaban
dan kebudayaan Islam daripada perluasan wilayah. Inilah perbedaan pokok antara
Bani Abbasiyah dan Bani Umayyah. Disamping itu, ada pula ciri-ciri menonjol
dinasti Bani Abbasiyah yang tak terdapat di zaman Bani Umayyah, antara lain: 14
1. Dengan berpindahnya ibu kota ke Baghdad, pemerintahan Bani Abbasiyah
menjadi jauh dari pengaruh Arab Islam. Sedangkan dinasti Bani Umayyah sangat
berorientasi kepada Arab Islam. Dalam periode pertama dan ketiga pemerintahan
Abbasiyah, pengaruh kebudayaan Persia sangat kuat, dan pada periode kedua dan
keempat bangsa Turki sangat dominan dalam politik dan pemerintahan dinasti
ini.
2. Dalam penyelenggaraan negara, pada masa Bani Abbasiyah ada jabatan Wazir,
yang membawahi kepala-kepala Departemen. Jabatan ini tidak ada di dalam
pemerintahan Bani Umayyah.
3. Ketentaraan profesional baru terbentuk pada masa pemerintahan Bani Abbasiyah.
Sebelumnya, belum ada tentara khusus yang profesional.
Dalam sejarah peradaban Islam, periode pertama pemerintahan Bani Abbasiyah
dikenal sebagai puncak keemasan dari peradaban Islam. Secara politis, khalifah
merupakan seorang tokoh yang betul-betul kuat, dan merupakan pusat kontrol antara
politik dan agama. Kemakmuran masyarakat mencapai titik tertinggi, yaitu berhasil
menyiapkan landasan perkembangan dunia pendidikan, terutama bagi perkembangan
ilmu filsafat, agama, kedokteran, dan berbagai macam ilmu pengetahuan. Kelahiran

13
Bahroin suryantara, “Sejarah Kebudayaan Islam”, (Jakarta,; Yudhistira, 2010), hlm. 51
14
Zubaidah, Siti , PERDANA PUBLISHING (Medan, Perdana Mulya, 2016) hal 243-244

11
tokoh-tokoh intelektual seperti al-Kindi, al-Farabi, Ibn Sina, dan berbagai tokoh
intelektual lainnya telah mewarnai beragam ilmu pengetahuan di dunia sampai saat
ini.
Catatan sejarah pada masa Dinasti Abbasiyah telah menunjukkan, betapa
banyaknya Dinasti ini melahirkan para tokoh-tokoh intelektual Islam yang terkenal
hingga sekarang. Kemajuan yang ada pada Dinasti Abbasiyah juga tidak terlepas dari
stabilitas politik dan kemakmuran ekonomi kerajaan. Pusat kekuasaan Abbasiyah
berada di Baghdad. Daerah ini tertumpu pada pertanian dengan sistem irigasi dan
kanal di sungai Eufrat dan Tigris yang mengalir sampai Teluk Persia. Perdagangan
juga menjadi tumpuan kehidupan masyarakat Baghdad.
Kemajuan Dinasti Abbasiyah begitu pesat dan sangat beragam. Bait al-Hikmah
adalah contoh bahwa kekayaan literasi dan ilmu pengetahuan menguasai negeri ini.
Baitul Hikmah adalah perpustakaan dan pusat penerjemahan pada masa dinasti
Abbasiah. Baitul hikmah ini terletak di Baghdad, dan Bagdad ini dianggap sebagai
pusat intelektual dan keilmuan pada masa Zaman Kegemilangan Islam (The golden
age of Islam). Karena sejak awal berdirinya kota ini sudah menjadi pusat peradaban
dan kebangkitan ilmu pengetahuan dalam Islam. Itulah sebabnya K. Hitti menyebut
bahwa bagdad sebagai profesor masyarakat Islam.(Fatah Syukur, 2008. Hal.123).15
Dinasti Abbasiyah berhasil memegang kekuasaan kekhalifahan selama tiga abad,
mengkonsolidasikan kembali kepemimpinan gaya Islam, dan menyuburkan ilmu
pengetahuan, serta pengembangan budaya Timur Tengah. Tetapi pada tahun 940
kekuatan kekhalifahan menyusut ketika orang-orang non-Arab, khususnya orang
Turki (dan kemudian diikuti oleh Mamluk di Mesir pada pertengahan abad ke-13),
mulai mendapatkan pengaruh dan mulai memisahkan diri dari kekhalifahan

D. Kemunduran Bani Abbasiyyah

15
Irfan, Peranan Baitul Hikmah dalam Menghantarkan Kejayaan Daulah Abbasiyah Jurnal
As-Salam, Vol.1, No. 2, September - Desember 2016 hal 144

12
faktor eksternal kemunduran Dinasti Abbasiyah, yaitu: luasnya wilayah
kekuasaan, berdirinya dinasti-dinasti kecil, perebutan kekuasaan di pusat pemerintah,
persaingan antarbangsa, kemerosotan ekonomi, konflik keagamaan, gaya hidup
bermewahmewahan dan bersenang-senang, korupsi (memperkaya diri sendiri), umat
Islam meninggalkan ajaran agamanya, sistem pergantian khalifah secara turun
menurun, serta khalifah usia muda dan tidak memiliki kemampuan memimpin.16
Faktor-faktor penting yang menyebabkan kemunduran Bani Abbasiyah pada
masa ini, sehingga banyak daerah memerdekakan diri, adalah:
1. Luasnya wilayah kekuasaan Daulah Abbasiyyah, sementara komunikasi pusat
dengan daerah sulit dilakukan. Bersamaan dengan itu, tingkat saling percaya di
kalangan para penguasa dan pelaksana pemerintahan sangat rendah.
2. Dengan profesionalisasi angkatan bersenjata, ketergantungan khalifah kepada
mereka sangat tinggi.
3. Keuangan negara sangat sulit karena biaya yang dikeluarkan untuk tentara
bayaran sangat besar. Pada saat kekuatan militer menurun, khalifah tidak
sanggup memaksa pengiriman pajak ke Baghdad.

BAB III

PENUTUP

16
Muhammad Amin, Kemunduran dan Kehancuran Dinasti Abbasiyah serta Dampaknya
terhadap Dunia Islam, Jurnal el-Hekam, Vol. I, No. 1, Januari-Juli 2016 hal 90

13
A. Kesimpulan
Zaman pemerintahan Abbasiyah yang pertama merupakan puncak keemasan
dinasti ini. secara politis, para khalifah betul-betul tokoh yang kuat dan merupakan
pusat kekuasaan politik dan agama sekaligus. Di sisi lain, kemakmuran, masyarakat
mencapai tingkat tertinggi. Disamping itu Dinasti Abbasiyah (750-1208 M) juga
merupakan dinasti yang menelurkan konsep-konsep keemasan Islam dalam hal
pengembangan ilmu pengetahuan. zaman keemasan Islam yang ditandai dengan
penguasaan ilmu pengetahuan di berbagai sektor telah membawa kemakmuran
tersendiri pada masyarakat saat itu. kemajuan di segala bidang yang diperoleh Bani
Abbasiyah menempatkan bahwa Bani Abbasiyah lebih baik dari bani Umayyah di
samping itu pada masa Dinasti ini banyak terlahir tokoh-tokoh intelektual muslim
yang cukup berpengaruh sampai saat ini.
Pada masa Dinasti Abbasiyyah, ada banyak perubahan yang di peroleh. Sering
terjadi pengambilan dan perbaikan sistem pemerintahan ataupun hal lainnya. Semua
ini di karenakan banyaknya pemimpin yang menduduki pemerintahan Dinasti
Abbasiyyah, sehingga setiap pemimpin atau khalifah akan selalu menggunakan
argumen dan keputusannya dalam menganalisis kekuasaannya. Perubahan yang di
lakukan dan di raih oleh khalifah pada Dinasti Abbasiyyah, menjadi momentum tolak
ukur kecerdasan setiap khalifah.
Kehebatan dan kekuatan yang di kerahkan oleh setiap Khalifah pada masa
Dinasti Abbasiyyah hanya untuk mengembangkan peradaban Islam yang bergerak
semakin maju. Kehebatan di berbaagai bidang, seperti keilmuan, seni budaya, dan
bidang politik, semuanya merujuk pada tujuan umumnya. Yaitu ingin
mengembangkan peradaban Islam.
Terdapat banyak kemajuan dan kehbeatan yang di raih pada masa Dinasi
Abbasiyyah. Dan salah satu yang menjadi sorotan di seluruh Dunia adalah Kisah
Seribu Satu Malam. Kisah Seribu Satu Malam telah menunjukkan kekaguman
kepada khalifah yang sering turun ke jalan-jalan di Baghdad untuk memperbaiki
ketidakadilan dan membantu kaum tertindas.

14
B. Saran

Penulis menyadari bahwa, dalam penyusunan makalah ini tentunya masih banyak
yang prlu di benahi, walaupun kami sudah berusaha semaksimal mungkin, tetapi
masih jauh dari kesempurnaan. Karena itu kritik dan saran para pembaca sangat kami
harapkan, terima kasih.

Dafrar pustaka

15
Ahmad Afnan Anshori, Konsep Pemikiran Harun ar-Rasyid dalam Pendidikan
Karakter, Jurnal Penelitian, Vol. 9, No. 2, Agustus 2015
Ali Mufrodi, Islam Di Kawasan Kebudayaan Arab (Jakarta: Logos Wacana Ilmu,
2016)
Ali Muhammad al-Shalabi, Muawiyah Ibnu Abi Sufyan, teorj. Izzuddin Karimi,
Muawiyah Bin Abu Sufyan (Jakarta: Darul Haq, 2012)
Al-Suyuthi, tarikh khulafah terj. Samson Rahman, tarikh khulafah : Sejarah Para
Penguasa Islam (Jakarta : Pustaka al-Kautsar, 2011)
Bahroin suryantara, “Sejarah Kebudayaan Islam”, (Jakarta,; Yudhistira, 2010)
Departemen Agama Republik Indonesia, Ensiklopedi Islam I (Jakarta: Ichtiar Baru
Van Hoeve, 1997)
Iqbal, jurnal studi agama dan masyarakat, Peranan Dinasti Abbasiyah Terhadap
Peradaban Dunia IAIN Palangka Raya Vol 11, No 2, Des 2015
Irfan, Peranan Baitul Hikmah dalam Menghantarkan Kejayaan Daulah Abbasiyah
Jurnal As-Salam, Vol.1, No. 2, September - Desember 2016
Joesoef Sou’yb, “Sejarah Daulat Abbasiyah I” (Jakarta: Penerbit Bulan Bintang,
1997)
M. Atho Mudzhar, Pendekatan Studi Islam dalam Teori dan Praktek (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2011)
Muhammad Amin, Kemunduran dan Kehancuran Dinasti Abbasiyah serta
Dampaknya terhadap Dunia Islam, Jurnal el-Hekam, Vol. I, No. 1, Januari-Juli
2016
Muhammad Husain Haekal, Utsman Bin Affan, terj. Ali Audah, Usman Bin Affan
(Bogor: Pustaka Litera Antarnusa, 2010)
Mujayanah, “SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM, Untuk siswa kelas VIII MTs”,
(Surabaya PT GPS Pres 2017)
Sartono Kartodirdjo, Pemikiran Dan Perkembangan Historiografi Indonesia, Suatu
Alternatif (Jakarta: Gramedia, 1982)

16
Surajio, Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia (Jakarta: PT. Bumi
Aksara,2010)
Zubaidah, Siti , PERDANA PUBLISHING (Medan, Perdana Mulya, 2016)

17

Anda mungkin juga menyukai